You are on page 1of 23

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM IPA 2

GERAK PADA TUMBUHAN

DISUSUN OLEH :
Nama : Kidung Tyas Sumekar
NIM : 16312244003
Kelas : Pendidikan IPA C 2016

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018

A. JUDUL
Pengaruh Posisi dan Ukuran Bawang Merah Terhadap Panjang dan Arah Pertumbuhan
Akar.

B. TUJUAN
1. Menyelidiki pengaruh gaya gravitasi pada gerak tumbuhan.
2. Mengetahui kecepatan rata-rata pada gerakan yang dilakukan tumbuhan.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah posisi bawang merah mempengaruhi arah pertumbuhan akar?
2. Apakah ukuran bawang merah mempengaruhi panjang akar?

D. DASAR TEORI
1. Pengertian Gerak

Gerak merupakan salah satu dari ciri makhluk hidup. Gerak pada makhluk
hidup didefinisikan sebagai perubahan posisi tubuh baik yang dilakukan oleh seluruh
tubuh ataupun sebagian tubuh makhluk hidup. Gerak pada makhluk hidup terbagi
menjadi 2, yaitu : gerak pasif dan gerak aktif. Gerak pasif adalah sebuah gerak yang
dilakukan oleh sebagian tubuh makluk hidup seperti yang dilakukan oleh tubuh
tumbuhan. Sedangkan gerak aktif, adalah gerakan yang dilakukan oleh hampir semua
tubuh makluk hidup seperti yang dilakukan oleh hewan dan manusia.

2. Gerak pada Tumbuhan


Gerak pada tumbuhan dibedakan menjadi dua, yaitu gerak endonom/
autonom dan etionom/ eksionom. Gerak endonom adalah gerakan pada tumbuhan
yang diakibatkan oleh rangsangan yang berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri
sedangkan Gerak etinom adalah gerakan pada tumbuhan yang disebabkan oleh
rangsangan yang berasal dari luar tumbuhan tersebut. Faktor penyebab gerakan
etionom bisa berasal dari faktor rangsang sentuhan, air, cahaya, temperatur/suhu,
zat kimia, gravitasi, dan lain sebagainya. Beberapa jenis gerakan etionom yaitu
tropisme, taksis, dan nasti.

Gerak pada tumbuhan terjadi karena pengaruh rangsangan. Rangsangan dapat


berupa cahaya, sentuhan, kimia, gravitasi dan suhu. Arah geraknya dapat mendekati atau
menjauhi datangnya rangsangan.
batang tumbuhan bergerak mendekati datangnya cahaya

Gerak pada tumbuhan dapat dikelompokan menjadi gerak tropisme, nasti, dan
taksis. Berikut akan dijelaskan lebih lengkap mengenai gerak – gerak tersebut.
a. Tropisme

Tropisme adalah pertumbuhan yang menyebabkan pembengkokan


organ tumbuhan yang utuh menuju atau , menjauhi stimulus (bahasa yunani
tropos, "berputar") . Mekanisme tropisme merupakan suatu perbedaan laju
pemanjangan sel pada sisi yang berlawanan pada suatu organ (Campbell,
2003: 839).

Berdasarkan jenis rangsangannya, tropisme dibedakan menjadi


beberapa macam, yaitu fototropisme, geotropisme, kemotropisme,
tigmotropisme, termotropisme, dan hidrotropisme.

 Fototropisme, yaitu gerak tropisme yang dipengaruhi oleh rangsangan


cahaya. Bagian tumbuhan yang berada di atas tanah bersifat fototropisme
positif sedangkan akar tumbuhan bersifat fototropisme negatif.

 Geotropisme, yaitu gerak tropisme yang dipengaruhi oleh rangsangan


berupa gravitasi bumi. Dalam merespons grafitasi , atau gravitropisme,
akar menunjukkan grafitropisme positif dan tunas menunjukkan
gravitropisme negative (Campbell, 2008:432). Gravitropisme berfungsi
setelah sebuah biji berkecambah, yang memastikan bahwa akar tumbuh ke
dalam tanah dan tunas menghadap cahaya matahari terlepas dari
bagaimana biji itu diorientasikan ketika bijibdiletakkan di tanah.
Tumbuhan bisa membedakan atas dan bawah dengan cara
pengendapan satolit, yaitu plastida khusus yang mengandung butiran pati
padat, pada titik rendah sel. Pada akar statolit terletak pada sel tertentu
pada tudung akar. Menurut satu hipotesis, agregrasi satolit pada titik
rendah sel-sel ini akan memicu distribusi ulang kalsium, yang
menyebabkan transpor lateral auksin di dalam akar. Kalsium dan auksin
terakumulasi di sisi yang lebih rendah pada zona pemanjangan akar.
Karena bahan kimia ini larut, maka bahan kimia tersebut tidak berespons
terhadap gravitasi akan tetapi harus diangkut ke satu sisi pada akar.pada
konsentrasi tinggi, auksin menghambat pemanjnangan sel, suatu efek yang
memperlambat pertumbuhan pada sisi yang lebih rendah pada akar
tersebut. Semakin cepat pemanjangan sel pada sisi atas akan menyebabkan
akar melengkung ketika akar tumbuh.

Para ahli fisiologi tumbuhan mendedinisi ulang "falling syatolith"


mengenai gravitropisme akar ketika mereka melakukan percobaan baru.
Sebagai contoh , mutan Arabidopsis dan tembakau yang tidak memiliki
statolit masih mampu melakukan gravitropisme, meskipun respons itu
menjadi lebih lambat dibandingkan dengan respons tumbuhan tipe liarnya.
Kemungkinan bahwa keseluruhan sel membantu akar mengindera gravitasi
melalui kerja asimetris pada protein yang mengikat protoplas ke dinding
sel, yang meregangkan protein itu pada sisi "atas" dan menekan protein
tersebut pada sisi bawah sel-sel akar. Organel besar selain butiran pati bisa
juga memberikan sumbangan dengan cara penyimpangan sitoskeleton
ketika mereka ditarik oleh gravitasi. Statolit, karena kerapatannya, bisa
meningkatkan penginderaan gravitasional melalui suatu mekanisme yang
bekerja lebih lambat jika tanpa statolit.

Selanjutnya, karena gerak geotropisme dipengaruhi oleh gravitasi.


Maka besarnya gaya gravitasi sangat berperan. Secara umum gaya
gravitasi atau gaya berat adalah gaya tarik -menarik antara benda-benda di
alam raya ini, yang menurut Newton dalam hukum gravitasinya, sebanding
dengan massa masing-masing benda serta berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara benda-benda itu, atau dirumuskan :

g = -G / r2

M : massa buni
R : jarak benda dari pusat bumi

Untuk benda dekat di atas permukaan bumi, akan didapat g sejitar 9,8
m/s2. Karena g berbanding terbalik dengan r2, maka ditempat yang lebih
tinggi , nilai g menjadi lebih kecil. Jadi g tergantung pada latitude atau
tinggi tempat. (Soedjojo, 2004:11).

Geotropisme adalah pengaruh gravitasi bumi terhadap


pertumbuhan organ tanaman. Bila organ tanaman yang tumbuh berlawanan
dengan gravitasi bumi, maka keadaan tersebut dinamakan geotropisme
negatif. Contohnya seperti pertumbuhan batang sebagai organ tanaman,
tumbuhnya kearah atas. Sedangkan geotropisme positif adalah organ-organ
tanaman yang tumbuh kearah bawah sesuai dengan gravitasi bumi.
Contohnya tumbuhnya akar sebagai organ tanaman ke arah bawah. Akar
selalu tumbuh ke arah bawah akibat rangsangan gaya tarik bumi (gaya
gravitasi). Gerak tumbuh akar ini merupakan contoh lain dari gerak
tropisme. Gerak yang disebabkan rangasangan gaya gravitasi disebut
geotropisme. Karena gerak akar diakibatkan oleh rangsangan gaya tarik
bumi (gravitasi) dan arah gerak menuju arah datangnya rangsangan, maka
gerak tumbuh akar disebut geotropisme positif. Sebaliknya gerak organ
tumbuhan lain yang menjauhi pusat bumi disebut geotropisme negatif.
(Nopi, 2009).

Contoh geotropisme adalah gerak tumbuh pada bunga kacang.


Pada waktu bunga mekar, geraknya menjauhi pusat bumi, maka termasuk
geotropisme negatif. Tetapi setelah terjadi pembuahan, gerak bunga
kemudian ke bawah menuju tanah ke pusat bumi dan berkembang terus
menjadi buah kacang tanah. Dengan demikian, terjadi perubahan gerak
tumbuh pada bunga kacang tanah. Sebelum pembuahan adalah
geotropisme negatif dan setelah pembuahan adalah geotropisme positif.
Pertumbuhan bunga ini dipengaruhi oleh peranan hormon pertumbuhan.

Keadaan auxin dalam proses geotropisme ini, apabila suatu


tanaman (celeoptile) diletakan secara horizontal, maka akumulasi auxin
akan berada di dagian bawah. Hal ini menunjukan adanya transportasi
auxin ke arah bawah sebagai akibat dari pengaruh geotropisme. Untuk
membuktikan pengaruh geotropisme terhadap akumulasi auxin, telah
dibuktikan oleh Dolk pd tahun 1936 (dalam Wareing dan Phillips 1970).
Dari hasil eksperimennya diperoleh petunjuk bahwa auxin yang terkumpul
di bagian bawah memperlihatkan lebih banyak disbanding dengan bagian
atas. Sel-sel tanaman terdiri dari berbagai komponen bahan cair dan bahan
padat.

 Kemotropisme, yaitu gerak tumbuhan yang dipengaruhi oleh rangsangan


berupa rangsangan kimia. Misalnya, gerak akar yang akan menjauhi racun.

 Tigmotropisme, yaitu gerak tropisme yang dipengaruhi oleh rangsangan


berupa sentuhan satu sisi atau persinggungan. Gerak ini akan terlihat pada
tanaman yang membelit ujung batang. Misalnya, pada tanaman ercis,
anggur, mentimun dll.

 Hidrotropisme, yaitu gerak tumbuhan karena pengaruh rangsangan berupa air.


Misalnya gerak akar yang menuju pada datangnya air.

ujung tanaman anggur yang membelit karena persinggungan

b. Nasti

Gerak nasti adalah gerak bagian tumbuhan yang arah geraknya tidak
dipengaruhi arah datangnya rangsangan melainkan dipengaruhi oleh tumbuhan
itu sendiri. Gerak ini disebabkan oleh perubahan turgor pada jaringan di tulang
daun.

Berdasarkan jenis rangsangannya, gerak nasti dibedakan menjadi


tigmonasti, fotonasti, termonasti, dan nasty kompleks.

 Tigmonasti, merupakan gerak nasti yang terjadi akibat pengaruh rangsangan


berupa sentuhan. Misalnya, pada tanaman putrid malu yang daunnya menutup
ketika terkena sentuhan.
 Niktinasti, yaitu gerak nasti yang terjadi karena pengaruh gelap. Misalnya,
pada tumbuhan polong – polongan yang akan “tertidur” ketika malam hari.

 Fotonasti, yaitu gerak nasti yang terjadi akibat rangsangan cahaya. Misalnya,
mekarnya pukul empat.

 Termonasti, yaitu gerak nasti yang dipengaruhi oleh rangsangan berupa suhu.
Misalnya, bunga tulip yang mekar karena kenaikan suhu.

 Nasti kompleks, yaitu gerak nasti yang terjadi akibat beberapa faktor
sekaligus. Misalnya, gerak membuka dan menutuonya stomata pada daun.

c. Taksis

Gerak taksis adalah gerak seluruh tubuh atau bagian dari tubuh tumbuhan
yang berpindah tempat dan arah perpindahannya dipengaruhi oleh
rangsangan. Gerak taksis dibedakan menjadi fototaksis (dipengaruhi oleh
rangsangan cahaya), kemotaksis (dipengaruhi oleh rangsangan berupa zat
kimia), galvanotaksis (karena pengaruh arus listrik).

3. Morfologi Tanaman Bawang Merah

Bawang merah merupakan salah satu dari sekian banyak jenis bawang yang ada
didunia. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman semusim yang
membentuk rumpun dan tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-40 cm (Rahayu,
1999). Menurut Tjitrosoepomo (2010), bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Liliales

Famili : Liliaceae
Genus : Allium

Spesies : Allium ascalonicum L.

Morfologi fisik bawang merah bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu akar,
batang, daun, bunga, buah dan biji. Bawang merah memiliki akar serabut dengan sistem
perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20cm di dalam
tanah dengan diameter akar 2-5 mm (AAK, 2004).

Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut dengan discus yang berbentuk
seperti cakram , tipis, dan pendek sebagai melekatnya akar dan mata tunas, diatas discus
terdapat batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun dan batang semua yang
berbeda didalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis (Sudirja, 2007).

Menurut Sudirja (2007), daun bawang merah berbentuk silindris kecil memanjang
antara 50-70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing berwarna hijau muda sampai
tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek, sedangkan
bunga bawang merah keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara
30-90 cm, dan diujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar seolah
berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga berwarna putih,
6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk
hampir segitga (Sudirja, 2007).

Buahbawang merah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji


berjumlah 2-3 butir. Biji bawang merah berbentuk pipih, berwarna putih, tetapi akan
berubah menjadi hitam setelah tua (Rukmana, 1995).

E. HIPOTESIS
1. Posisi bawang merah tidak mempengaruhi arah pertumbuhan akar.
2. Ukiran bawang merah mempenaruhi panjang akar.

F. ALAT DAN BAHAN


1. Gelas air mineral bekas
2. Tusuk gigi
3. Bawang merah
4. Air
5. Penggaris
6. Gunting
7. Kamera HP
G. METODOLOGI PERCOBAAN
1. Skema Percobaan
2. Langkah Kerja
 Menimbang bawang merah yang akan digunakan untuk percobaan.
 Melubangi bagian samping gelas air mineral bekas menggunakan gunting.
 Melabeli/memberi nama gelas air mineral bekas.
 Memasangkan bawang merah pada tusuk gigi yang terpasang pada gelas air
mineral bekas.
 Mengatur posisi bawang merah sesuai yang diinginkan (tegak, miring, dan
terbalik).
 Mengisi air gelas air mineral bekas.
 Meletakkan pada tempat yang terkena sinar matahari.
 Melakukan pengamatan setiap hari pada pukul 06.00 WIB.
 Mencatat hasil pengamatan pada table pengamatan.

H. TABEL PENGAMATAN

NO Hari Panjang Akar Keterangan


ke-
A (tegak) B (miring) C (terbalik)

1 2 1 2 1 2

B K B K B K B K B K B K

1. 1 - - - - - - - - - - - - Belum tumbuh akar

Rata- B - - -
rata
K - - -

2. 2 2,5 2,2 2.8 2 1,5 1 1.9 1,3 - - - - Pada posisi A dan B


akar sudah tumbuh,
Rata- B 1,45
sedangkan pada posisi
rata
K 1,08 C akar belum tumbuh.
3. 3 4 3,7 3,5 2,4 2,7 2 2,6 2 0,1 - - - Pada posisi A dan B
Akar bertambah
panjang, semua menuju
kea rah bawah. Pada
posisi C hanya ada 1
bawang merah yang
mulai muncul akarnya,
sedangkan pada
bawang merah posisi C
Rata- B 2,15
yang lain belum
rata
K 1,68 tumbuh akar.

4. 4 5,5 5 5,3 5,1 5 4,8 4,7 4,4 0,2 0,1 0,1 - Pada posisi A dan B
akar semakin
memanjang, dan
menuju kea rah bawah.
Pada posisi C, jumlah
bawang yang muncul
Rata- B 3,46 akar bertambah. Pada
rata bawang posisi A (1 dan
K 3,23
2) mulai tumbuh tunas.
5. 5 6,4 6 6,1 5,9 5,9 5,4 5,5 5 0,2 0,1 0,1 0,1 Pada posisi A dan B
akar semakin
Rata- B 4,03
memanjang, dan
rata
K 3,75 menuju kea rah bawah.
Pada posisi C, akarnya
sudah muncul
keseluruhan walaupun
tidak panjang. Pada
bawang posisi A (1 dan
2) tumbuh tunas
bertambah panjang dan
pada posisi B (1 dan 2)
mulai tumbuh tunas.
I. ANALISIS DATA
1. Grafik Hubungan Antara Hari dengan Rata-rata Panjang Akar Bawang
Merah Besar

2. Grafik Hubungan Antara Hari dengan Rata-rata Panjang Akar Bawang


Merah Kecil

J. PEMBAHASAN
Percobaan dengan judul “Gerak pada Makhluk Hidup” pada kali ini mengenai gerak
pada tumbuhan, dilakukan pada hari Rabu, 21 Februari sampai hari Minggu, 25 Maret
2016 yang berlokasi di Jakal KM 5 (kos Kidung). Percobaan tersebut bertujuan
membuktikan pengaruh gaya gravitasi pada gerakan tumbuhan dan Mengetahui
kecepatan rata-rata pada gerakan yang dilakukan tumbuhan. Alat dan bahan yang
digunakan dalam percobaan adalah alat tulis, tusuk gigi untuk menggantungkan bawang
merah agar tidak tercelup seluruhnya ke dalam air, gunting untuk melubangi bagian
samping gelas mineral bekas, mistar untuk mengukur tinggi batang dan panjang akar
bawang merah, gelas air mineral bekas sebagai tepat media pertumbuhan bawang merah.
Air sebagai media tanam, dan bawnag merah sebagai objek yang akan diamati, kamera
HP untuk dokumentasi.
Dalam percobaan mengamati dan mengindentifikasi pengaruh gaya gravitasi pada
tumbuhan, praktikan menggunakan bawang merah dengan variasi posisis, yaitu tegak,
miring, dan terbalik sebagai bahan percobaan. Sedangkan untuk menghitung kecepatan
rata-rata pada gerak yang dilakukan pada tanamna, praktikan menggunakan bawang
merah dengan 2 variasi ukuran.
Langkah awal yang dilakukan adalah menimbang bawang merah yang akan
digunakan untuk percobaan. Kemudian melubangi bagian samping gelas air mineral
bekas menggunakan gunting dan melabeli/memberi nama gelas air mineral bekas. Setelah
itu praktikan memasangkan bawang merah pada tusuk gigi yang terpasang pada gelas air
mineral bekas. Praktikan juga mengatur posisi bawang merah sesuai yang diinginkan
(tegak, miring, dan terbalik). Kemudian mengisi air gelas air mineral bekas dan
meletakkan pada tempat yang terkena sinar matahari. Hal selanjutnya yang praktikan
lakukan yaitu melakukan pengamatan setiap hari pada pukul 06.00 WIB serta mencatat
hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
Hasil pengamatan yang dilakukan selama lima hari praktikan mengukur enam
bawang merah, lalu mencari rata-rata pertumbuhannya, hal ini dilakukan untuk
mempermudah praktikan dalam pengambilan data dan menganalisis data. Pengamatan
dilakukan setiap hari dan pengukuran juga dilakukan setiap hari pada pagi hari sekitar
puluk 06.00 WIB. Pada hari pertama rata-tara pertumbuhan bawang merah baik akar
maupun batang belum terlihat. Pada hari kedua akar pada bawang merah mulai muncul
dengan rata-rata panjang 1,45 pada bawang merah ukuran besar dan 1,08 pada bawang
merah ukuran kecil. Pada hari ketiga akar pada bawang merah bertambah panjang dengan
rata-rata panjang 2,15 pada bawang merah ukuran besar dan 1,68 pada bawang merah
ukuran kecil. Pada hari ke empat akar pada bawang merah bertambah panjang dengan
rata-rata panjang 3,46 pada bawang merah ukuran besar dan 3,23 pada bawang merah
ukuran kecil. Tunas pada bawnag merah posisi A (1 dan 2) mulai tumbuh dengan panjang
rata-rata 1,5 cm, sedangkan pada bawang merah posisi B dan C tunasnya belum tumbuh.
Pada hari ke lima akar pada bawang merah bertambah panjang dengan rata-rata panjang
4,03 pada bawang merah ukuran besar dan 3,75 pada bawang merah ukuran kecil. Tunas
pada bawnag merah posisi A (1 dan 2) bertambah panjang dengan rata-rata 3,5 cm, pada
bawang merah posisi B (1 dan 2) mulai tumbuh tunasdengan rata-rata 1,75 cm dan C
tunasnya belum tumbuh.
Rata-rata pertambahan panjang akar dari tiap-tiap ukuran dapat dilihat pada grafik di
bawah ini:

Grafik 1. Hubungan antara hari dengan rata-rata panjang akar pada bawang merah besar

Grafik 2. Hubungan antara hari dengan rata-rata panjang akar pada bawang merah kecil

Pertumbuhan akar yang terjadi akar berada di bawah sedangkan batang tunas keatas.
Dalam hal ini, gerakan akar tumbuhan merupakan geotropisme positif atau gerakan yang
meuju kepusat bumi. Sedangkan pertumbuhan batang yang menjulang keatas disebut
geotrupisme negatif. Tropisme adalah pertumbuhan yang menyebabkan pembengkokan
organ tumbuhan yang utuh menuju atau menjauhi stimulus (bahasa yunani tropos,
"berputar") . Mekanisme tropisme merupakan suatu perbedaan laju pemanjangan sel pada
sisi yang berlawanan pada suatu organ (Campbell, 2003: 839).
Dalam merespons grafitasi , atau gravitropisme, akar menunjukkan grafitropisme
positif dan tunas menunjukkan gravitropisme negative (Campbell, 2008:432).
Gravitropisme berfungsi setelah sebuah bawang merah tumbuh akar, yang memastikan
bahwa akar tumbuh ke dalam tanah dan tunas menghadap cahaya matahari .
Tumbuhan bisa membedakan atas dan bawah dengan cara pengendapan satolit, yaitu
plastida khusus yang mengandung butiran pati padat, pada titik rendah sel. Pada akar
statolit terletak pada sel tertentu pada tudung akar. Menurut satu hipotesis, agregrasi
satolit pada titik rendah sel-sel ini akan memicu distribusi ulang kalsium, yang
menyebabkan transpor lateral auksin di dalam akar. Kalsium dan auksin terakumulasi di
sisi yang lebih rendah pada zona pemanjangan akar. Karena bahan kimia ini larut, maka
bahan kimia tersebut tidak berespons terhadap gravitasi akan tetapi harus diangkut ke
satu sisi pada akar.pada konsentrasi tinggi, auksin menghambat pemanjnangan sel, suatu
efek yang memperlambat pertumbuhan pada sisi yang lebih rendah pada akar tersebut.
Semakin cepat pemanjangan sel pada sisi atas akan menyebabkan akar melengkung
ketika akar tumbuh.
Pada praktikum kali ini, praktikan juga membedakan ukuran bawnag merah. Dari
hasil percobaan diketahui bahwa pada ukuran umbi bawang merah yang besar, memiliki
laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan pada umbi yang berukuran kecil. Hal
tersebut sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman bawang
merah dipengaruhi oleh berat umbi yang digunakan sebagai bibit. Bibit yang berasal dari
umbi yang besar akan memberikan pertumbuhan yang lebih baik daripada bibit yang
berasal dari umbi yang kecil. Daun-daun yang terbentuk akan lebih banyak daripada
bibit yang berukuran kecil, sehingga akibat dari bertambah besarnya luas daun akan
meningkatkan laju fotosintesis, sehingga mempengaruhi proses pembentukan umbi
(Rahayu, 1999).

K. KESIMPULAN
1. Posisi umbi bawang merah tidak mempengaruhi arah tumbuh akar pada bawang
merah. Bagaimanapun posisi umbi bawang merah, akar pada bawang merah selalu
tumbuh ke bawah, dan tunasnya tumbuh ke atas, sesuai dengan gerak geotropisme.
2. Ukuran bawang merah mempengaruhi panjang akar karena adanya perbedaan
kemampuan untuk berfotosintesis.
DAFTAR PUSTAKA

Aak. 2004. Pedoman Bertanam Bawang. Yogyakarta: Kanisius. Hlm 18. BPPT, 2007 .
Teknologi budidaya Tanaman Pangan.

Champbell, Neil A., dkk. 2003. Biologi (diterjemahkan oleh Wasmen Manalu). Jakarta:
Erlangga.

Campbell, Neil A., Jane B Reece. 2008. Biologi Edisi kedelapan Jilid 2 (diterjemahkan
oleh Damaring Tyas Wulandari). Jakarta :Erlangga.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta:


Gajah Mada University press.

Harsono, 2001. Latihan Kondisi Fisik . Bandung: UPI Bandung.

Kirkendall. R.A. 1980. Measurement And Evaluations For Physical Education. IOWA:
Wm. C. Brown Company Publishers.

Nadakavukaren, M. and D. McCracken. 1990. Botany. West Publishing Company, Saint


Paul.

Nenggala, Asep Kurnia. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Bandung:
Grafindo.

Rahayu, E, dan Berlian,N. V. A. 1999. Bawang Merah. Jakarta: Penebar Swadaya, Hlm4.
Rukmana, R, 1995. Bawang merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca Panen. Jakarta:
Kanisius. Hlm 18.
Soedjojo, Peter. 2004. Fisika Dasar . Yogyakarta: Andi.

Sudirja, 2007. Bawang Merah. Bandung: UPI


Bandung.

LAMPIRAN

Hari ke-1

Posisis tegak

Posisi
miring
Posisi terbalik

Hari ke-2

Posisi tegak

Posisi miring
Posisi terbalik

Hari ke-3

Hari ke-4
Hari ke-5

Posisi tegak
Posisi Miring
Posisi terbalik

Hari ke-4

Posisi tegak
Posisi miring

Posisi terbalik

Hari ke-5
Posisi tegak

Posisi miring
Posisi terbalik

You might also like