You are on page 1of 14

LAPORAN PRAKTIKUM

IPA II
GERAK PADA MAKHLUK HIDUP
(Pengaruh Rangsangan Sentuhan terhadap Menguncupnya Daun Putri
Malu atau Mimosa pudica)

Oleh :
Refina Nurmala Riyanti
16312244028

JURUSAN PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
1
A. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui pengaruh rangsangan air, panas, dan angin terhadap menguncupnya


daun Mimosa pudica
2. Mengetahui pengaruh ketinggian daun terhadap kecepatan menguncupnya daun
Mimosa pudica

B. Kajian Pustaka
Makhluk hidup memiliki karakteristik salah satunya yaitu bergerak. Setiap
organisme mampu menerima rangsang yang disebut iritabilitas, dan mampu pula
menanggapi rangsang tersebut. Salah satu bentuk tanggapan yang umum adalah berupa
gerak. Gerak berupa perubahan posisi tubuh atau perpindahan yang meliputi seluruh
atau sebagian dari tubuh. Jika pada hewan rangsang disalurkan melalui saraf, maka
pada tumbuhan rangsang disalurkan melalui benang plasma (plasmodema) yang masuk
ke dalam sel melalui dinding yang disebut noktah (Salisbury dan Ross, 1995).
Gerak Pada Tumbuhan
Gerak pada tumbuhan dibagi 3 golongan, yaitu (Anonim, 2009):
1. Gerak higroskopis, yaitu gerak yang ditimbulkan oleh pengaruh perubahan kadar
air. Misalnya : gerak membukanya kotak spora, pecahnya buah tanaman polong-
polongan.
2. Gerak endonom adalah gerak bagian tubuh tumbuhan yang disebabkan oleh
ransangan dari dalam. Jenis rangsangan juga belum jelas sehingga ada pakar yang
menyebutkan gerakan tersebut terjadi karena kemauan tumbuhan itu sendiri, maka
sering disebut gerak otonom. Contoh gerak endonom, antara lain gerak sitoplasma
pada sel umbi lapis bawang merah, gerak melingkar batang gadung (Dioscorea sp.),
palmae, maupun batang kacang panjang. Ujung batang gadung akan selalu melilit
batang rambatnya ke arah kiri, sedangkan ujung batang kacang panjang akan melilit
ke arah kanan (Champbell, 2004).
3. Gerak etionom, yaitu gerak seluruh atau sebagian tubuh tumbuhan yang disebabkan
oleh rangsangan dari luar tubuh tumbuhan. Berdasarkan hubungan antara arah
respon gerakan dengan asal rangsangan, gerak etionom dapat dibedakan menjadi
gerak taksis, tropisme, dan nasti.

2
 Gerak tropisme, adalah gerak bagian tumbuhan yang arah geraknya
dipengaruhi arah datangnya rangsangan. Bagian yang bergerak itu misalnya
cabang, daun, kuncup bunga atau sulur. Gerak tropisme dapat dibedakan
menjadi tropisme positif apabila gerak itu menuju sumber rangsang dan
tropisme negatif apabila gerak itu menjauhi sumber rangsang. Ditinjau dari
macam sumber rangsangannya, tropisme dapat dibedakan lagi menjadi
fototropisme, geotropism, hidrotropisme, kemotropisme, dan
tigmotropisme(Anonim, 2009).
a) Fototropisme, adalah gerak bagian tumbuhan yang disebabkan oleh
rangsangan cahaya.
b) Geotropisme, adalah gerak bagian tumbuhan karena pengaruh gravitasi
bumi (geo : bumi).
c) Hidrotropisme, gerak bagian tumbuhan karena rangsanga air (hidro :
air).
d) Kemotropisme , gerak bagian tumbuhan karena rangsangan zat kimia.
e.) Tigmotropisme, gerak bagian tumbuhan karena adanya rangsangan
sentuhan satu sisi atau persinggungan. (Anonim, 2009)

 Gerak Nasti, adalah gerak bagian tubuh tumbuhan yang artinya tidak
dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan. Jenis gerak nasti dibagi
menjadi (Sam Arianto, 2008).
a.) Tigmonasti (Seismonasti), yaitu gerakan nasti yang disebabkan oleh
rangsang sentuhan atau getaran.
b.) Termonasti, merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh rangsang
suhu, seperti mekarnya bunga tulip dan crocu s.
c.) Fotonasti, merupakan gerak nasti karena pengaruh rangsang cahaya.
d.) Niktinasti, gerak bagian tubuh tumbuhan karena pengaruh rangsang dari
lingkungan di malam hari.
 Haptonasti, merupakan gerak nasti yang terjadi pada tumbuhan insektivora
yang disebabkan oleh sentuhan serangga. Gerak Taksis, gerak perpindahan
tempat sebagian atau seluruh bagian tumbuhan akibat dari adanya
3
rangsangan (Sam Arianto, 2008). Macam – macam gerak taksis, sebagai
berikut :

a. Kemotaksis, gerak taksis yang disebabkan oleh zat kimia.


b. Fototaksis, gerak taksis yang disebabkan oleh cahaya matahari.
Gerak daun Putri Malu (Mimosa pudica)
Klasifikasi tumbuhan putri malu
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Subclassis : Dialypetalae
Ordo : Rosales
Famili : Mimosaceae
Genus : Mimosa
Spesies : Mimosa pudica L.
(Van Steenis, 2003).
Tumbuhan putri malu memiliki dua macam kepekaan, yakni terhadap sentuhan
(seismonasti) dan terhadap intensitas cahaya matahari atau melakukan gerakan tidur
pada malam hari (niktinasti). Gerak niktinasti dan seismonasti yang dimiliki oleh putri
malu tergolong dalam gerak nasti (gerak bagian tumbuhan yang arahnya tidak
ditentukan oleh arah datangnya rangsangan) serta tergolong ke dalam gerak etionom
(gerak yang disebabkan karena adanya rangsangan dari luar tumbuhan berupa faktor-
faktor lingkungan). Gerak nasti terjadi disebabkan karena adanya rangsangan dari luar
menyebabkan perubahan tekanan turgor pada sel-sel batang, cabang, dan tulang daun.
Tekanan turgor merupakan tekanan air pada dinding sel akibat perubahan kadar air
dalam sel tumbuhan.
Pada saat bagian tumbuhan putri malu disentuh, terjadi aliran air menjauhi
daerah sentuhan. Adanya aliran air tersebut menyebabkan kadar air sel-sel motor di
daerah sentuhan berkurang, sehingga tekanan turgornya mengecil. Juga disebabkan
karena hilangnya turgor dalam sel-sel pulvinus. Pulvinus adalah organ penggerak
khusus yang berada di tulang daun. Alhasil batang, cabang, dan atau tulang daun
menjadi layu dan diikuti dengan mengatupnya daun putri malu. Setelah beberapa saat
4
tertentu tekanan turgor sedikit demi sedikit akan kembali ke keadaan normalnya diikuti
dengan tegaknya kembali batang, cabang, dan mekarnya seluruh daun.
Hal yang tidak terlalu jauh berbeda terjadi ketika matahari mulai terbenam yang
berarti intensitas cahaya matahari semakin lama semakin berkurang. Respon daun putri
malu satu per satu mengatup dari yang teratas sampai pada yang terbawah. Proses ini
disebut juga gerak tidur, di mana putri malu menghentikan proses fotosintesisnya.
Ketika daun berada dalam posisi horizontal, sel-sel pada satu sisi pulvinus akan
membengkak (turgid), sementara sel pada sisi berlawanan akan menjadi lembek dan
melemah. Hal ini akan terbalik pada malam hari ketika daun itu menutup ke posisi
tidurnya. Hal yang sama dengan perubahan yang berlawanan dengan volume sel motor
adalah suatu perpindahan masif ion kalium dari satu sisi pulvinus ke sisi lainnya. Pada
kenyataannnya, kalium adalah suatu zat osmotik yang menyebabkan pengambilan dan
kehilangan air secara dapat dibalik oleh sel motor.

C. Alat dan Bahan


a. Alat tulis
b. Air
c. Lilin
d. Korek api
e. Kamera
f. Mistar
g. Stopwatch

5
D. Desain dan Prosedur Percobaan

6
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Memberi tanda A, B, dan C pada daun Mimosa pudica pada tumbuhan yang sama
namun tangkai berbeda dalam satu tumbuhan

Menghukur ketinggian ketiga daun yang akan diberi perlakuan menggunakan mistar

Memberikan rangsangan berupa angin pada ketiga daun yang diamati pada daun A,
B, dan C, kemudian mencatat waktu menguncupnya

Menununggu daun mekar kembali

Mendekatkan rangsangan berupa panas api ke bagian daun A, B, dan C serta


mencatat waktunya

Menunggu daun mekar kembali

Meneteskan air ke daun A, B, dan C serta mencatat waktu menguncupnya

Mecatata hasil pengamatan pada data hasil pengamatan

7
E. Data Hasil Percobaan

Waktu (s)
Ketinggian Rata - rata
(cm) Angin Panas Air

7,13 2,71 7,51 3,78


A (20)

4,39 4,50 4,11 4,3


B (6.5)

3,13 6,37 3,51 4,84


C (3)

Rata – rata 4,88 4,52 5,04

Tabel 1.1 Waktu menutupnya daun putri malu terhadap rangsangan angina, panas, dan
air
F. Pembahasan

Percobaan mata kuliah praktikum IPA 2 tentang Gerak Pada Tumbuhan berjudul
“Pengaruh Rangsangan Sentuhan terhadap terhadap Menguncupnya Daun Putri Malu
atau Mimosa pudica”. Dalam percobaan ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh
rangsangan air, panas, dan angin terhadap menguncupnya daun Mimosa pudica dan
untuk mengetahui pengaruh ketinggian daun kecepatan menguncupnya daun Mimosa
pudica. Sehingga berdasarkan tujuan tersebut variabel yang kami control adalah
banyaknya cipratan pada rangsangan air, kecepatan tiupan angina yang sedang pada
rangasnagan angina, dan jarak api ke daun pada rangsangan panas api, sedangkan
variabel bebasnya yaitu jenis rangsangan sentuhan, ada tiga rangsangan sentuhan antara
lain rangsangan angin, rangsangan percikan air, dan rangsangan panas api. Dan yang
terakhir untuk varibel terikatnya adalah waktu menutupnya daun putri malu atau
Mimosa pudica.
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 9 Februari 2018 bertempat
di taman ORMAWA FMIPA UNY. Prosedur percobaan yang praktikan lakukan yaitu
pertama praktikan menyiapkan alat dan bahan diantaranya air yang merupakan
rangsangan sentuhan untuk percikan air, sedotan sebagai rangsangan sentuhan berupa
angin, dan yang terakhir korek api dan lilin untuk rangsangan berupa panas api. Kedua,

8
memberi tanda pada daun putri malu yang akan diberi perlakuan. Daun putri malu yang
akan diberi perlakuan pada satu tanaman/pohon yang sama namun tangkainya berbeda,
Ketiga, mengukur ketinggian daun putri malu yang akan diberi perlakuan dari
permukaan tanah, dengan hasilnya daun putri malu A memiliki ketinggian 20 cm dari
permukaan tanah, daun putri malu B memiliki ketinggian 6.5 cm dari permukaan tanah,
dan daun putri malu C memiliki ketinggian 3 cm dari permukaan tanah.. Keempat,
memberi rangsangan pada daun putri malu dengan tidak bersamaan anatar rngsangan,
yang pertama memberi rangsangan air pada daun putri malu lalu mencatat waktu sampai
daun putri malu menutup sempiurna. Setelah itu menunggu daun putri malu mekar
sempurna, apabila sudah mekar daun putri malu diberi rangsangan api lalu mencatat
waktu sampai putri malu menutup sempurna dan menunggu daun putri malu hingga
mekar kembali. Dan yang terakhir diberi rangsangan berupa percikan air lalu mencatat
waktu daun putri malu hingga menutup sempurna. Terakhir, mencatat hasil pengamatan
pada data hasil pengamatan.
Pada percobaan ini praktikan melakukan pengambilan data pada 3 tangkai daun
putri malu dengan 1 tangkai daun putri malu mendapatkan 3 perlakuan yang berbeda.
Hal ini dilakukan untuk pengulanagan data supaya mendapatkan data yang valid.
Kemudian data yang didapatkan dirata-rata untuk mendapatkan data hasil yang
diinginkan.
Setiap organisme mampu menerima rangsangan yang disebut iritabilitas, dan
mampu pula menanggapi rangsang tersebut. Salah satu bentuk tanggapan yang umum
adalah berupa gerak. Gerak berupa perubahan posisi tubuh atau perpindahan yang
meliputi seluruh atau sebagian dari tubuh. Pada tumbuhan gerak dibedakan menjadi
tiga, yaitu gerak higroskopis yang ditimbulkan oleh pengaruh kadar air, gerak endonom
adalah gerak bagian tubuh tumbuhan yang disebabkan oleh rangsangan dari dalam
tumbuhan, sedangkan gerak etionom adalah gerak sebagian atau seluruh bagian
tumbuhan yang disebabkan oleh rangsangan dari luar tubuh tumbuhan.

Pada tumbuhan putri malu gerak yang dialami pada daun putri malu atau
Mimosa pudica termasuk kedalam gerak etionom yang disebabkan oleh rangsangan dari
luar tubuh tumbuhan putri malu atau Mimosa pudica yang berupa rangsangan dari
sentuhan, angin, air, atau panas matahari. Daun putri malu mengalami gerak etionom
9
pada daunnya yang berupa menutup dan membukanya daun, gerak seperti ini
dinamakan gerak seismonasti atau tigmonasti hal ini sesuai dengan teori menurut Sam
Arianto (2008) bahwa tigmonasti atau seismonasti, yaitu gerakan nasti yang disebabkan
oleh rangsang sentuhan atau getaran. Pada daun putri malu jika hanya satu anak daun
dirangsang dengan sentuhan, rangsangan itu diteruskan ke seluruh tumbuhan sehingga
anak daun lain ikut mengatup. Mekanisme gerak ini juga disebabkan oleh pengaruh
perubahan tekanan turgor di dalam sel-sel pada persendian daun. Sentuhan merupakan
salah satu rangsang dari luar terhadap gerakan daun tanaman putri malu. Arah
menutupnya daun akibat sentuhan adalah tetap walaupun rangsang sentuhannya
berbeda.

Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa waktu yang diperlukan daun putri malu
untuk mengatup lebih cepat daripada waktu yang diperlukan untuk membuka/mekar
kembali. Hal ini dikatakan bahwa daun putri malu cepat memberikan sanksi atau respon
dari suatu rangsang sehingga dikatakan peka terhadap rangsang. Waktu untuk bereaksi
terhadap berbagai perlakuan berbeda-beda:
1. Rangsangan Angin
Berdasarkan pengamatan yang praktikan lakukan, dengan menggunakan rangsang
berupa tiupan angin akan membuat daun putri malu mengatup deengan waktu 4,88
detik.
2. Rangsangan panas api
Berdasarkan pengamatan yang praktikan lakukan, dengan menggunakan rangsangan
panas api akan membuat daun putri malu mengatup atau menutup dengan waktu 4,52
detik.
3. Rangsangan tetes air.
Berdasarkan pengamatan yang praktikan lakukan, dengan menggunakan rangsangan
berupa tetes air akan me.mbuat daun putri malu mengatup atau menutup dengan
waktu 5.04 detik

Berdasarkan data percobaan tersebut didapatkan hasil bahwa reaksi daun putri
malu dengan rangsangan berupa panas api merupakan rekasi yang paling cepat darpada

10
rangsangan lainnya. Dan reaksi menutupnya daun putri malu yang paling lambat atau
lama adalah rangsangan berupa percikan air daripada rangsangan yang lain.

Tumbuhan putri malu memiliki dua macam kepekaan, yaitu terhadap sentuhan
(seismonasti) dan terhadap intensitas cahaya matahari atau melakukan gerakan tidur
pada malam hari (niktinasti). Gerak niktinasti dan seismonasti yang dimilki oleh putri
malu tergolong dalam gerak nasti yaitu gerak bagian tumbuhan yang arahnya tidak
ditentuka oleh arah datangnya rangsangan serta gerak nasti tersebut tergolong ke dalam
gerak etionom yaitu gerakan yang disebabkan karena adanya dari luar tubuh tumbuhan
berupa factor lingkungan. Perilaku yang ditimbulkan yaitu menguncupnya anak daun
pada tanaman setelah menerima berbagai rangsangan, disebabkan karena adanya
rangsangan dari luar menyebabkan perubahan tekanan turgor pada sel-sel batang,
cabang, dan tulang daun. Tekanan turgor merupakan tekanan air pada dinding sel akibat
perubahan kadar air dalam sel tumbuhan. Pusat reaksinya terletak pada bantalan daun
yaitu bagian kecil yang menggembung pada ujung-ujung daun yang menempel pada
rantingnya.

Dari hasil percobaan yang dilakukan praktikan menyebutkan bahwa daun putri
malu yang paling cepat mengatup adalah rangsangan panas api dan yang paling lambat
untuk mengatup adalah rangsangan berupa air. Hal ini disebabkan karena rangsangan
berupa panas api merupakan rangsangan yang sangat kuat terhadap daun putri malu
yang menyebabkan kehilangannya keseimbangan air di dalam sel-sel pulvinus sangat
cepat, sehingga daun putri malu cepat untuk mengatup.
Sedangkan pada air, meskipun air massa jenisnya lebih besar dari pada angina
dan api, namun saat perlakuan menggunakan rangsangan berupa air rangsangan tidak
terlalu kuat, karena hanya berupa percikan dan beberapa percikannya menyebar ke
sekitar dekat daun putri malu. Karena, rangsangan berupa air tidak tersebut tidak terlalu
kuat, mengakibatkan hilangnya keseimbangan air didalam sel sel pulvulis tersebut tidak
lambat.
Pulvunis ini merupakan organ penggerak yang terletak pada tulang daun, yang
menyebabkan daun putri malu menjadi layu seketika. Namu, setelah beberapa saat

11
kemudian tekanan turgor pada daun putri malu akan kembali seperti keadaan semula
dengan waktu yang cukup lama tergantung intensitas sentuhan yang diberikan.
Selanjutnya, pada pengaruh ketinggian daun terhadap kecepatan menguncupnya
daun putri malu diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Daun ketinggian 20 cm
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh praktikan pada daun keringgian 20
cm dengan rangsangan angin kecepatannya 7,13 sekon; rangsanagn panas api 2,71
sekon; dan rangsangan air 7,51 sekon. Dari data tersebut diperoleh rata rata 3,78
sekon
2. Daun ketinggian 6,5 cm
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh praktikan pada daun keringgian 6,5
cm dengan rangsangan angin kecepatannya 4,39 sekon; rangsanagn panas api 4,50
sekon; dan rangsangan air 4,11 sekon. Dari data tersebut diperoleh rata rata 4,3
sekon
3. Daun ketinggian 3 cm
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh praktikan pada daun keringgian 20
cm dengan rangsangan angin kecepatannya 3,13 sekon; rangsangan panas api 4,52
sekon; dan rangsangan air 3,51 sekon. Dari data tersebut diperoleh rata rata 4,84
sekon.
Dari data hasil pengamatan tersebut, pengaruh ketinggian daun terhadap
kecepatan menguncupnya daun putri malu tidak berpengaruh, meskipun terlihat
pada daun yang memiliki ketinggian paling tinggi memiliki kecepatan
menguncupnya lebih cepat daripada daun yang paling rendah. Dapat dilihat juga
kecepatan menguncup dari setiap ketinggian berbeda beda dan hal tersebut
disebabkan karena adanya jenis rangsangan pada perlakuan.

G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Pengaruh rangsangan terhadap kecepatan menguncupnya daun putri malu
yang paling cepat adalah rangsangan berupa panas api, selanjutnya
rangsangan berupa hembusan angina, dan yang terakhir rangsangan berupa
percikan air.
12
2. Ketinggian putri malu tidak berpengaruhterhadap kecepatan menguncupnya
daun putri malu.
H. Daftar Pustaka

Anonim, 2009. Organisasi Komunitas & Perpustakaan Online Indonesia. Diakses pada
hari Sabtu, 3 Maret 2018 jam 17.00 WIB
Campbel. 2004. Biologi. Edisi Ke Lima, Jilid III. Erlangga : Jakarta.
Nilesh Kumar, Dkk. 2009. International Journal Of Pharmacy And Pharmaceutical
Sciences, Vol. 1, Issue 2 : Mimosa Pudica L. A Sensitive Plant Lovely
Professional University College Of Pharmacy And Technology
Salisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 1. Terjemahan dari Plant
Physiologi 4 th Edition oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono. Bandung : ITB.
Sam Arianto. 2008. Gerak pada Tumbuhan .Universitas Hasanudin : Makasar.
Van Steenis. 2003. Flora. Jakarta : P.T. Pradya Paramita.

13
I. Lampiran

14

You might also like