Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah berapakah ekstrak
kental yang diperoleh pada proses penguapan sampel daun gandarusa
(Justicia gendarussa Burm. F.)
C. Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan
memahami cara penguapan dari sampel daun gandarusa (Justicia
gendarussa Burm. F.).
D. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum Praktikum
Adapun tujuan umum dari praktikum ini adalah untuk memperoleh
ekstrak kental dari sampel daun gandarusa (Justicia gendarussa
Burm. F.).
2. Tujuan Khusus Praktikum
Adapun tujuan khusus dari praktikum ini adalah untuk
mendapatkan ekstrak kental pada sampel daun gandarusa (Justicia
gendarussa Burm. F.) dengan menguapkan cairan penyari.
E. Manfaat Praktikum
1. Manfaat Teoritis
Manfaat praktikum ini secara teoritis diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan
konsep terhadap penguapan pada sampel daun gandarusa (Justicia
gendarussa Burm. F).
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktikum ini secara praktis diharapkan dapat
menyumbangkan pemikiran terhadap pemecahan masalah yang
berkaitan dengan penguapan ekstrak pada sampel daun gandarusa
(Justicia gendarussa Burm. F).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
4. Kandungan Kimia
Daun gandarusa mengandung justisin (suatu senyawa golongan
alkaloid), flavonol-3-glikosida, flavon, luteolin , isoorientin (luteolin-6-C-
glikosida), kumarin, iridoid, triterpen atau sterol, minyak atsiri, dan
kalium (Iqbal, 2008).
5. Khasiat
Berkhasiat sebagai obat pegal linu, obat pening dan obat untuk
haid yang tidak teratur. Kegunaan yang lain untuk obat luka terpukul
(memar), patah tulang (Fraktur), reumatik pada persendian, bisul, borok
dan korengan (Syamsuhidayat,1991).
B. Metode Penguapan
Metode penguapan dapat dilakukan dengan cara penguapan
sederhana menggunakan pemanasan, penguapan pada tekanan
diturunkan, penguapan dengan aliran gas, freze-drying, beku kering,
vakum desikator dan oven (Najib, 2006).
Tujuan penguapan adalah menghilangkan cairan penyari yang
digunakan pada ekstrak. Metode yang dipilih untuk menguapkan cairan
penyari bergantung pada volume ekstrak, kemudahan pelarut untuk
menguap, termostabilitas senyawa yang terekstraksi dan kecepatan
penguapan yang dibutuhkan. Sebelum melakukan penguapan, wadah
penguapan akhir yang kosong harus ditimbang sebelumnya supaya hasil
akhir mudah ditimbang tanpa perlu memindahkan ekstrak ke wadah lain.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu penguapan sederhana
menggunakan pemanasan, penguapan pada tekanan yang diturunkan,
penguapan dengan cairan gas, beku kering, vakum desikator dan oven
(Tobo, 2001).
Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat
ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar
muka, kemudian berdifusi ke dalam pelarut dan setelah pelarut diuapkan
maka zat aktifnya akan diperoleh. Tujuan Ekstraksi yaitu penyarian
komponen kimia atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan
beberapa jenis hewan termasuk biota laut. Komponen kimia yang terdapat
pada tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan pada umumnya
mengandung senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik.
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman adalah
pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik
di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini
akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi
cairan zat aktif di dalam dan di luar sel (Adrian, 2000).
Pembagian ekstrak, ekstrak cair adalah ekstrak yang diperoleh dari
hasil penyarian bahan alam masih mengandung larutan penyari. Ekstrak
kental adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan, dan tidak
mengandung cairan penyari lagi, tetapi konsistensinya tetap cair pada
suhu kamar. Ekstrak kering adalah ekstrak yang telah mengalami proses
penguapan dam tidak mengandung pelarut lagi dan mempunyai
konsistensi padat (berwujud kering) (Ditjen POM, 1979).
Penguapan dimaksudkan untuk mendapatkan kosistensi ekstrak yang
lebih pekat. Dan tujuan dilakukan penguapan adalah untuk menghilangkan
cairan penyari yang digunakan agar tidak mengganggu pada proses
partisi (Syamsul, 2015).
Tujuan penguapan adalah menghilangkan cairan penyari yang
digunakan pada ekstrak. Metode yang dipilih untuk menguapkan cairan
penyari bergantung pada volume ekstrak, kemudahan pelarut untuk
menguap, termostabilitas senyawa yang terekstraksi dan kecepatan
penguapan yang dibutuhkan. Sebelum melakukan penguapan, wadah
penguapan akhir yang kosong harus ditimbang sebelumnya supaya hasil
akhir mudah ditimbang tanpa perlu memindahkan ekstrak ke wadah lain.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu penguapan sederhana
menggunakan pemanasan, penguapan pada tekanan yang diturunkan,
penguapan dengan cairan gas, beku kering, vakum desikator dan oven
(Tobo, 2001).
Metode yang dipilih untuk menguapkan cairan penyari bergantung
pada volume ekstrak, kemudahan pelarut untuk menguap, termostabilitas
senyawa yang terekstraksi dan kecepatan penguapan yang dibutuhkan
(Tobo, 2001).
Beberapa factor yang mempengaruhi penguapan (Ditjen POM, 1986):
a. Suhu berpengaruh pada kecepatan penguapan, makin tinggi suhu
makin cepat penguapan. Disamping mempengaruhi kecepatan
penguapan, suhu juga berperanan terhadap kerusakan bahan yang
diuapkan. Banyak glikosida dan alkaloida terurai pada suhu di bawah
100oC.
b. Hormon, enzim dan antibiotik lebih peka lagi teradap pemanasan.
Karena itu pengaturan suhu sangat penting agar penguapan dapat
berjalan cepat dan kemungkinan terjadinya peruraian dapat ditekan
sekecil mungkin. Untuk zat-zat yang peka terhadap panas dilakukan
penguapan secara khusus misalnya dengan pengurangan tekanan dan
lain-lain.
c. Waktu. Penerapan suhu yang relative tinggi untuk waktu yang singkat
kurang menimbulkan kerusakan dibandingkan dengan bila dilakukan
pada suhu rendah tetapi memerlukan waktu lama.
d. Kelembaban. Beberapa senyawa kimia dapat terurai dengan mudah
apabila kelembabannya tinggi, terutama pada kenaikan suhu. Beberapa
reaksi peruraian seperti hidrolisa memerlukan air sebagai medium
untuk berlangsungnya reaksi tersebut.
e. Cara Penguapan Bentuk hasil akhir seringkali menentukan cara
penguapan yang tepat. Panci penguapan dan alat penyuling akan
menghasilkan produk bentuk cair atau padat. Penguapan lapis tipis
menghasilkan produk bentuk cair. Umumnya cara pemekatan tidak
dilakukan dengan lebih dari satu cara.
Salah satu cara adalah dengan menurunkan tekanan parsial uap air
menggunakan aliran gas, dalam hal ini udara, sehingga suhu penguapan
turun. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh laju alir udara, laju
alir umpan cair, konsentrasi dan arah aliian terhadap koefisien
perpindahan panas dan koefisien perpindahan massa di dalam falling film
evaporator untuk sistem larutan organik, larutan elektrolit dan larutan biner
serta menentukan persamaan empiris koefisien perpindahan panas dan
koefisen perpindahan massa falling film evaporator (Wijawa, 2012).
Desikator/eksikator terdiri dari wadah bersusun dua yang bagian
bawahnya diisi bahan pengering dengan penutup yang sulit dilepas dalam
keadaan dingin karena dilapisi vaseline. Ada 2 macam desikator, yaitu
desikator biasa dan vakum. Desikator vacum pada bagian tutupnya ada
katup yang bisa dibuka tutup, yang dihubungkan dengan selang ke
pompa. Sedangkan desikator biasa tidak memmpunyai katup. Bahan
pengering yang digunakan adalah silika jel. Fungsinya sebagai tempat
menyimpan sampel yang harus bebas air, dan mengeringkan padatan
(Ayu, 2012).
Umumnya kandungan air bahan tersebut dikurangi agar mikroba tidak
dapat tumbuh lagi di dalamnya. Prinsip dari metode oven pengering
adalah bahwa air yang terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila
bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105o C selama waktu tertentu.
Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan adalah kadar
air yang terkandung dalam bahan tersebut (Underwood, 2009).
Salah satu cara adalah dengan menurunkan tekanan parsial uap air
menggunakan aliran gas, dalam hal ini udara, sehingga suhu penguapan
turun. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh laju alir udara, laju
alir umpan cair (Wijawa, 2012).
Rotary Vakum Evaporator (Rotavapor) adalah metode yang paling
umum digunakan, karena cara kerja yang efisien, cepat dan aman dalam
memisahkan cairan. Flask yang berputar menghasilkan transfer panas
yang efektif untuk proses penguapan yang cepat dan mencegah
overheating pada saat pencampuran. Akan tetapi alat ini cukup mahal dan
penggunaanya harus pada suhu dan tekanan tertentu (Rachman, 2009).
Rotary evaporator adalah alat yang digunakan untuk melakukan
ekstraksi, penguapan pelarut yang efisien dan lembut. Komponen
utamanya adalah pipa vakum, pengontrol, labu evaporasi, kondensator
dan labu penampung hasil kodensasi. Prinsip rotary evaporator adalah
proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan
yang dipercepat oleh putaran dari labu, cairan penyari dapat menguap 5-
10 C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya
penurunan tekanan. Prinsip ini membuat pelarut dapat dipisahkan dari zat
terlarut di dalamnya tanpa pemanasan yang tinggi (Rachman, 2009).
Freeze drying merupakan alat pengeringan yang prinsip kerjanya
adalah berdasarkan proses liofilisasi. Tahapan-tahapan yang terjadi pada
alat freeze drying (Wijaya, 2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1. Alat
Adapun alat yang dignakan dalam percobaan ini adalah batang
pengaduk, cawan porselin, corong kaca, gelas kimia, Rotary Vacuum
Evaporator, wadah kaca, pipet tetes, sendok tanduk, statif dan klem,
timbangan analitik, dan wadah.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
aquadest, aluminium foil, kertas saring, simplisia daun gandarusa
(Justicia gendarussa Burm. F.) dan tissue.
B. Prosedur Kerja (Anonim, 2017)
ke arah nol dan pompa vakum dan aliran air dihentikan kemudian labu
alas bulat dikeluarkan, kemudian kran vakum diputar pada posisi yang
sama pada saat memasukkan sampel hingga sisa udara dalam kondensor
keluar secara sempurna. Sampel yang telah dipekatkan dipindahkan
dalam wadah dan selanjutnya akan dikentalkan dengan menggunakan
penangas air ataupun mantel pemanas.
BAB IV
pendingin dan proses merubahnya dari uap menjadi cair, pompa vakum
yang berfungsi untuk mempercepat proses penguapan.
Prinsip dari Rotavapor ini adalah pemisahan. Prinsip utamanya
terletak pada penurunan tekanan pada labu alas bulat dan pemutaran
labu alas bulat hingga berguna agar lebih cepat di bawah titik didihnya.
Pada praktikum di lakukan penguapan ekstraksi dengan
menggunakan alat rotavapor ekstraksi yang sudah di maserasi di saring
lalu di filtratnya di masukan ke dalam labu alas bulat dengan volume 2/3
bagian dari labu alas bulat yang di gunakan kemudian waterbath di stel
pada suhu yang sesuai (5-100C di bawah titik didih pelarut yang di
gunakan) karena kita menggunakan metanol maka suhu yang di stel tidak
boleh lebih dari 50-550C karena titik didih dari metanol 600C. dengan
menekan tombol on-off. Setelah suhu tercapai, labu alas bulat yang telah
di isi dengan ekstrak di pasang dengan kuat pada ujung rotor yang
menghubungkan kondensor yang dimana kondensor ini berfungsi sebagai
pendingin dan mengubah uap pada proses penguapan menjadi bentuk
cair atau embun sehingga pelarut yang di gunakan bisa di dapatkan
kembali. Aliran air pendingin dan pompa vakum kemudian tombol rotor di
putar dengan kecepatan tertentu kemudian di lanjutkan dengan
mengakifkan pompa vakum.
Pada percobaan ini disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Setelah itu, dimasukkan ekstrak cair daun gandarusa (Justicia gendarussa
Burm. F.) ke dalam wadah. Kemudian diuapkan pada penangas air yang
mana di atas penangas air tersebut terdapat hotplate. Dihentikan
pemanasan ketika ekstrak terlihat lebih kental dan terbentuk gelembung-
gelembung udara yang pecah pada permukaan ekstrak. Setelah
penguapan selesai dan diperoleh ekstrak yang lebih pekat, hasil ekstrak
kemudian ditimbang.
Digunakan metode sederhana dengan pemanasan yakni karena sifat
dari metanol yang mudah menguap sehingga proses penguapan pelarut
dapat berlangsung dengan cepat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Ekstrak kental
Lampiran 3. Perhitungan
Sampel 1 (Maserasi) :
bobot ekstrak akhir
% ekstrak/ rendemen = x 100%
bobot ekstrak awal
33,042 gr
= x 100%
500 gr
= 6,6084%
Sampel 1 (Perkolasi) :
bobot ekstrak akhir
% ekstrak/ rendemen = x 100%
bobot ekstrak awal
0,821 gr
= x 100%
30 gr
= 2,736%
Sampel 1 (Soxhletasi) :
bobot ekstrak akhir
% ekstrak/ rendemen = x 100%
bobot ekstrak awal
3,851 gr
= x 100%
25 gr
= 15,404%