You are on page 1of 14

DESAIN PENGOLAHAN FISIKA KIMIA II

Diajukan Sebagai Syarat Kelulusan Mata Kuliah Desain Pengolahan Fisika Kimia II

(TL- 335)

Disusun Oleh :

Nama : Mutiara Ekagusbarani

NRP : 25-2014-107 / TL B

Dosen : Rachmawati S Dj, Ir.,M.Env.Stud.,Ph.D

Asisten : Windi Indranoviyani, ST

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

BANDUNG

2017
3.1 FILTRASI
3.1.1 Umum
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun
gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori
lain untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan
koloid. Pada pengolahan air minum, Filtrasi digunakan untuk menyaring air hasil
dari proses koagulasi – flokulasi – sedimentasi sehingga dihasilkan air minum
dengan kualitas tinggi. Di samping mereduksi kandungan zat padat filtrasi dapat
pula mereduksi kandungan bakteri, menghilangkan warna, rasa bau, besi dan
mangan.
Pada filtrasi dengan media berbutir, terdapat tiga phenomena proses, yaitu:
1. Transportasi : meliputi proses gerak brown, sedimentasi, dan gaya tarik
antar partikel
2. Kemampuan menempel : meliputi proses mechanical straining, adsorpsi
(fisik - kimia), biologis
3. Kemampuan menolak : meliputi tumbukan antar partikel dan gaya tolak
menolak

3.1.2 Tipe Filter


Berdasarkan pada kapasitas produksi air yang terolah, saringan pasir dapat
dibedakan menjadi dua yaitu Saringan pasir cepat dan Saringan pasir lambat.

Saringan pasir cepat dapat dibedakan dalam beberapa kategori :


1. Menurut jenis media yang dipakai
2. Menurut sistem kontrol kecepatan filtrasi
3. Menurut arah aliran
4. Menurut kaidah grafitasi / dengan tekanan
5. Menurut pretreatment yang diperlukan.

3.1.2.1 Jenis-jenis Filter Berdasar Sistem Operasi dan Media


A. Jenis media Filter :
1. Single media : Satu jenis media seperti pasir silika, atau dolomit saja
2. Dual media : misalnya digunakan pasir silica, dan anthrasit
3. Multi media : misalnya digunakan pasir silica, anthrasit dan garnet.
1. Filter single media, filter cepat tradisional biasanya menggunakan pasir
kwarsa. Pada sistem ini penyaringan SS terjadi pada lapisan paling atas
sehingga dianggap kurang efektif karena sering dilakukan pencucian. Gambar
2.26 menjelaskan kedalaman pasir, kerikil sebagai media penyangga dan
sistem pematusan (under drain).
2. Filter dual media, sering digunakan filter dengan media pasir kwarsa di
lapisan bawah dan antharasit pada lapisan atas.
Keuntungan dual media :
 Kecepatan filtrasi lebih tinggi (10 – 15 m/jam)
 Periode pencucian lebih lama
 Merupakan peningkatan filter single media (murah).
3. Multi media filter, terdiri dari anthrasit , pasir dan garnet atau dolomit, fungsi
multi media adalah untuk memfungsikan seluruh lapisan filter agar berperan
sebagai penyaring.

Gambar 3.1 Filter aliran secara gravitasi dengan kelengkapannya (Tom D.


Reynolds, 1992).
B. Sistem kontrol kecepatan :
1. Constant rate : debit hasil proses filtrasi konstan sampai pada level tertentu.
Hal ini dilakukan dengan memberikan kebebasan kenaikan level muka air
di atas media filter.
2. Declining rate : debit hasil proses filtrasi menurun seiring dengan waktu
filtrasi, atau level muka air di atas media filter dirancang pada nilai yang
tetap.
C. Sistem aliran :
1. Aliran down flow (kebawah)
2. aliran upflow (keatas)
3. aliran horizontal.
D. Kaidah pengaliran :
1. Aliran secara gravitasi
2. Aliran di bawah tekanan (pressure filter)
E. Pretreatment :
1. Kogulasi – flokulasi – sedimentasi
2. Direct filtration
Gambar 3.1 menjelaskan keadaan filter saat beroperasi dan pada saat pencucian
(back washing).
Gambar 3.2. Potongan filter saat operasi dan pencucian balik (back wash)

3.1.2.2 Jenis-jenis Filtrasi Berdasarkan Kecepatan Penyaringan


Secara umum filtrasi berdasarkan kecepatan penyaringan, dibagi menjadi :
1. Saringan Pasir Lambat (SSF)
2. Saringan Pasir Cepat (RSF)

Tabel 3.1. Perbandingan SSF dan RSF


Deskripsi Slow Sand Filter Rapid Sand Filter
Kecepatan Penyaringan 1-3 mgad (ml/ hr) 100-300 mgad (ml/ hr)
Ukuran Bak Besar (0.5 acre) Kecil (0.01-0.1 acre)
Kedalaman bak Gravel 12 in, pasir 42 Gravel 18 in, pasir 30 in
Ukuran Pasir in, E=0.4-0.55; U=1.35-1.75
Distribusi Pasir E=0.25-0.35; U=2-3 Stratified
Sist underdrain Unstratified 1.Perforated pipe lateral
Split tile laterals 2.Porous plate 3.porous block
Head loss 1 ft-8 at 8 ft
Lama operasi 0.2 ft-4 ft 12-24-72 jm
Penetrsi susp.mat 20-30-60 hr Dalam
Metode puncucian Bag. Atas Back washing
Jml pemakaian air dlm Di keruk bag atas psr 1-4-6 %
pencucian 0.2-0.6 % Sedimentasi, Koagulasi,
Treatment pendahuluan Tidak ada Flokulasi
Treatment lanjutan Klorinasi Klorinasi
Investasi Relatif besar Relatif kecil
Biaya operasi Relatif kecil Relatif besar
Sumber: Schulz dan Okun (1984)
3.1.2.2.1 Rapid Sand Filter (RSF)
RSF merupakan salah satu jenis unit filtrasi yang mampu
menghasilkan debit air yang lebih banyak dibandingkan Slow Sand Filter,
namun kurang efektif untuk mengatasi bau dan rasa yang ada pada air
yang disaring. Selain itu, debit air yang cepat menyebabkan lapisan
bakteri yang berguna untuk menghilangkan patogen tidak akan terbentuk
sebaik apa yang terjadi Slow Sand Filter, sehingga membutuhkan proses
desinfeksi yang lebih intensif. Perbedaan utama dari RSF dan SSF adalah
bahwa pada SSF arah aliran airnya dari atas ke bawah, sedangkan pada
RSF dari bawah ke atas (up flow). Selain itu pada RSF umumnya dapat
melakukan backwash atau pencucian saringan tanpa membongkar
keseluruhan saringan.

Gambar 3.3. Rapid Sand Filter (RSF)

Media
Media filter dapat tersusun dari pasir silika alami, anthrasit, atau pasir
garnet. Media ini umumnya memiliki variasi dalam ukuran, bentuk, dan
komposisi kimia.

RSF dapat menggunakan media tunggal, media ganda, atau multi media.
Pada media tunggal digunakan pasir kwarsa saja, media ganfa digunakan
pasir kwarsa dan antrasit, multi media digunakan pasir kwarsa, anthrasit,
dan karbon aktif. RSF memiliki ukuran media pasir berkisar antara 0,5-2,0
mm, dengan laju aliran 5-15 m/jam dan waktu operasi berkisar antara 1-3
hari.
Dasar Filter dan Underdrain
Dasar filter dapat terdiri dari system perpipaan yang tersusun dari lateral
dan manifold untuk mengalirkan air terolah, dimana air diterima melalui
lubang orifice yang diletakkan pada pipa lateral. Manifold dan lateral
ditujukan agar distribusi merata

Hidrolika Pencucian dengan Aliran ke Atas (Back Washing)


Selama proses filtrasi berlangsung akan terjadi penurunan debit air
produksi akibat clogging atau pemampatan oleh kotoran yang tersaring
dan tertahan pada media yang menyebabkan diameter pori mengecil. Hal
ini ditandai oleh :
1. Penurunan kapasitas produksi
2. Peningkatan kehilangan energi (headloss) yang diikuti oleh kenaikan muka
air di atas media filter.
3. Penurunan kualitas air terproduksi.

Teknik pencucian RSF dapat dilakukan dengan menggunakan back


washing, dengan kecepatan tertentu agar media filter terfluidisasi dan
terjadi tumbukan antar media sehingga kotoran yang menempel pada
media akan lepas dan terbawa bersama aliran air.

Pokok-Pokok dalam Perencanaan RSF


1. Ukuran dan kedalaman media penyaring
2. Filter Gravel
Tujuan dari media filter gravel :
 Menghindari pasir terbawa aliran ke dalam under drain.
 Membantu distribusi aliran pada proses pencucian (back wash).
Ukuran gravel antara 1/8 s/d 1,5 inchi, dengan ketebalan gravel antara 9
s/d 18 inchi (20 s/d 40 cm)
3. Under Drain
Fungsi under drain :
 Untuk mengalirkan air hasil penyaringan (air bersih) dan dialirkan
ke clear well.
 Untuk mendistribusikan air keperluan back wash merata keseluruh
media pasir.
Jenis-jenis saluran under drain :
 Manifold dan pipa lateral/ pipe grid.
 Filter floor/ false bottom
4. Wash water gutter
Saluran ini berfungsi untuk mengalirkan air yang mengandung kotoran
dari hasil pencucian pasir (back wash)
5. Hidrolika Filtrasi
 Kondisi penyaringan
 Fluidized bed
Ketika filter dibackwash, pada saat sebelum material terangkat keatas
(kritis) terjadi kondisi dimana gaya angkat keatas dari air sama besar
dengan berat material filter. Pada saat itu terjadi keseimbangan antara
kehilangan tekanan pada expanded bed dengan frictional resistance dari
partikel pasir.

3.1.2.2.2 Slow Sand Filter


Filter pasir lambat adalah filter yang mempunyai kecepatan filtrasi
lambat. Dibandingkan filter cepat, kecepatan filtrasi pada filter lambat
sekitar 20 – 50 kali lebih lambat, yaitu sekitar 0,1 hingga 0,4 m/jam.
Kecepatan yang lebih lambat ini disebabkan ukuran media pasir juga lebih
kecil (effective size = 0,15 – 0,35 mm). Filter pasir lambat cukup efektif
digunakan dalam menghilangkan kandungan bahan organik dan organisme
pathogen dari air baku yang mempunyai kekeruhan relatif rendah. Filter
pasir lambat banyak digunakan untuk pengolahan air dengan kekeruhan air
baku di bawah 50 NTU. Efisiensi filter pasir lambat tergantung pada
distribusi ukuran partikel pasir, ratio luas permukaan filter terhadap
kedalaman dan kecepatan filtrasi.

Filter pasir lambat bekerja dengan cara pembentukan lapisan


gelatin atau biofilm yang disebut lapisan hypogeal di beberapa milimeter
bagian atas lapisan pasir halus. Lapisan ini mengandung bakteri, fungi,
protozoa, rotifera, dan larvae serangga air. Lapisan hypogeal adalah
lapisan yang melakukan pemurnian efektif dalam pengolahan air minum.
Selama air melewati lapisan ini, partikel akan terperangkap dan organik
terlarut akan teradsorpsi, diserap dan dicerna oleh bakteri, fungi dan
protozoa.

Proses yang terjadi dalam lapisan hypogeal sangat kompleks dan


bervariasi, tetapi yang utama adalah mechanical straining terhadap
kebanyakan bahan tersuspensi dalam lapisan tipis yang berpori-pori sangat
kecil kurang dari satu mikron. Ketebalan lapisan ini meningkat terhadap
waktu hingga mencapai sekitar 25 mm, yang menyebabkan aliran
mengecil.

Pengujian kualitas air dilakukan secara berkala sampai standar


dilampaui. Ketika kecepatan filtrasi turun sampai tingkat tertentu, filter
harus dicuci dengan mengambil lapisan pasir bagian atas setebal sekitar 25
mm.

Keuntungan filter lambat antara lain:


 Biaya konstruksi rendah
 Rancangan dan pengoperasian lebih sederhana
 Tidak diperlukan tambahan bahan kimia
 Variasi kualitas air baku tidak terlalu mengganggu
 Tidak diperlukan banyak air untuk pencucian, pencucian hanya
dilakukan di bagian atas media, tidak dilakukan backwash

Kerugian filter pasir lambat adalah besarnya kebutuhan lahan, yaitu


sebagai akibat dari lambatnya kecepatan filtrasi.

Secara umum, filter pasir lambat hampir sama dengan filter pasir
cepat. Filter lambat tersusun oleh bak filter, media pasir, dan sistem
underdrain (Gambar 2.29). Kriteria filter cepat dan filter lambat dapat
dilihat pada Tabel 2.6.
Gambar 3.4. Slow Sand Filter (SSF)

Tabel 3.2. Kriteria untuk Filter Pasir Cepat dan Filter Pasir Lambat
Kriteria Filter Pasir Cepat Filter Pasir Lambat
Kecepatan filtrasi 4 – 21 m/jam 0,1 – 0,4 m/jam
Ukuran bed Kecil 40 – 400 m2 Besar, 2000 m2
Kedalaman bed 30 – 45 cm kerikil, 60 – 70 30 cm kerikil, 90 – 110 cm
cm pasir, tidak berkurang pasir, berkurang 50 – 80 cm
saat pencucian saat pencucian
Ukuran pasir Effective size >0,55 mm, Effective size
uniformity coefficient <1,5 0,25-0,3 mm, uniformity
coefficient 2-3

Distribusi ukuran media Terstratifikasi Tidak terstratifikasi


Sistem underdrain Pipa lateral berlubang yang Sama dengan filter cepat
mengalirkan air ke pipa atau batu kasar dan beton
utama berlubang sebagai saluran
utama
Kehilangan energi 30 cm saat awal, hingga saat awal, hingga 120 cm
275 cm saat akhir 6 cm saat akhir
Filter run (jarak waktu 12 – 72 jam 20 – 60 hari
pencucian)
Metoda pembersihan Mengangkat kotoran dan Mengambil lapisan pasir di
pasir ke atas dengan permukaan dan mencucinya
backwash
Jumlah air untuk 1 – 6% dari air tersaring 0,2 – 0,6% dari air
pembersihan tersaring
Pengolahan pendahuluan Koagulasi-flokulasi- Biasanya tidak ada bila
sedimentasi kekeruhan kurang dari 50
NTU
Biaya konstruksi Relatif tinggi Relatif rendah

Biaya operasi Relatif tinggi Relatif rendah


Biaya depresiasi Relatif tinggi Relatif rendah
Sumber: Schulz dan Okun (1984)
3.1.3 Media Filter dan Distribusi Pasir
Media Filter dapat tersusun dari pasir silika alami, anthrasit, atau pasir
garnet. Media ini umumnya memiliki variasi dalam ukuran, bentuk dan komposisi
kimia. Pemilihan media filter yang akan digunakan dilakukan dengan analisa
ayakan (sieve analysis). Hasil ayakan suatu media filter digambarkan dalam kurva
akumulasi distribusi untuk mencari ukuran efektif dan keseragaman media yang
diinginkan.

Effective Size (ES) atau ukuran efektif media filter adalah ukuran media filter
bagian atas yang dianggap paling efektif dalam memisahkan kotoran yang
besarnya 10 % dari total kedalaman lapisan media filter atau 10 % dari fraksi berat,
ini sering dinyatakan sebagai P10 (persentil 10). P10 yang dapat dihitung dari
ratio ukuran rata- rata dan standar deviasinya.

Uniformity Coefficient (UC) atau koefisien keseragaman adalah angka


keseragaman media filter yang dinyatakan dengan perbandingan antara ukuran
diameter pada 60 % fraksi berat terhadap ukuran (size).
𝜇𝑔
ES = P10 = 𝜎𝑔1.282

UC = P60 / P10 = 𝜎𝑔1.535


Kriteria untuk keperluan filter pasir cepat atau rapid sand filter adalah :
Single media Pasir :
UC = 1,3 – 1,7.
ES = 0,45 – 0,7 mm
Untuk dual media :
Antrasit UC = 1,4 – 1,9
ES = 0,5 – 0,7.

3.1.4 Hidrolika Pencucian dengan Aliran ke Atas (Back Washing)


Pada saat filtrasi berlangsung, media filtrasi akan diliputi oleh flok-flok
dari air yang diolah, yang akan menyumbat rongga di antara butiran-butiran media
dan menyulitkan proses pencucian filter. Proses backwash dilakukan untuk
mengekspansi media sehingga filter dapat dibersihkan. Ekspansi ini akan
menyebabkan butiran filter bergesekan satu sama lain dengan kuat, sehingga flok-
flok yang tertahan sepanjang kedalaman filter bed akan terlepas untuk selanjutnya
dibuang keluar filter. Secara umum proses pencucian filter (backwashing)
dilakukan dengan arah aliran balik ke atas (up flow water wash) dengan
fluidisasi bed secara penuh. Air pencuci melewati media filter melalui sistem
underdrain. Pada awal proses selama 30 detik air pencuci disemprotkan tidak
dengan kecepatan penuh. Hal ini dilakukan untuk menghindari rusaknya media
penyangga akibat tekanan kuat yang secara tiba-tiba disemprotkan dari bawah.
Aliran backwash akan melepas partikel tersuspensi yang melekat pada media
filter. Untuk kemudian diberikan kecepatan penuh sampai semua partikel
tersuspensi terlepas dari media filter.

Fasilitas backwash harus dapat menghasilkan kecepatan backwash yang


memadai dan distribusi aliran yang merata. Kecepatan backwash haruslah cukup
tinggi untuk memfluidisasi media filter seluruhnya. Kecepatan aliran backwash ini
tergantung pada metode yang digunakan untuk pencucian pada filter tersebut,
apakah hanya menggunakan sistem backwash saja dalam proses pencucian
ataukah ada sistem tambahan seperti air wash atau surface wash. Selain itu juga
kecepatan backwash yang sesuai harus ditentukan berdasarkan specific grafity
(Sg) media, ukuran butiran-butiran media, dan temperatur air. Namun kecepatan
backwash yang terlalu tinggi harus dihindari karena merupakan suatu pemborosan
air, disamping itu juga dapat merusak lapisan kerikil sebagai media penyangga.
Disamping itu, kecepatan backwash yang berlebih tidak efektif untuk pencucian
filter karena butiran-butiran pasir terpisah jauh melebihi ekspansi media yang
dibutuhkan, dan ada kemungkinan media filter dapat terbawa keluar sampai ke
dalam gutter-gutter air pencuci.

Pada umunya durasi pencucian menggunakan sistem backwash


berlangsung antara 10 – 15 menit. Proses pencucian filter akan membersihkan
media filter dari kotoran yang menempel akan tetapi proses pembersihan tersebut
dapat meningkatkan terbentuknya “mud ball”. Mud ball merupakan
penggumpalan dari kekeruhan yang terkoagulasi, flok, pasir, dan bahan pengikat
lainnya. Mud ball menyerupai agar-agar pada permukaan media filter akibat
proses pencucian filter yang kurang sempurna.
Filter yang bersih merupakan awal yang baik untuk menyaring air dari
sedimentasi. Tindakan lain yang digunakan agar media tidak cepat kotor sehingga
harus melakukan backwash lebih sering adalah dengan penggunaan polimer
sebagai langkah awal. Selain itu pencucian filter juga harus melihat dari segi
ekonomisnya karena air yang digunakan untuk proses pencucian merupakan air
bersih yang siap untuk didistribusikan pada masyarakat. Pada umumnya air yang
digunakan untuk pencucian filter antara 10-15% dari air bersih yang dihasilkan

3.1.5 Dasar Filter dan Underdrain


Persyaratan :
 dapat mendukung media di atasnya
 distribusi merata pada saat pencucian
Untuk pencucian interfilter : headloss 20 – 30 cm (distribusi kurang merata pada
saat pencucian).

Dasar filter dapat terdiri dari sistem perpipaan yang tersusun dari lateral dan
manifold, dimana air diterima melalui lubang orifice yang diletakkan pada pipa
lateral.

Kecepatan pencucian ± 36 m/jam (600 l/m.menit), dengan tinggi ekspansi sebesar


15 cm sehingga headloss = 25 cm.

Manifold dan lateral ditujukan agar distribusi merata, headloss 1 – 3 m dengan


kriteria sistem manifold – lateral :
 Perbandingan luas orifice/filter = 0,0015 – 0,005
 Perbandingan luas lateral/ orifice = 2 – 4
 Perbandingan luas manifold/lateral = 1,5 – 3
 Diameter orifice = 0,6 – 2 cm
 Jarak antara orifice = 7,5 – 30 cm
 Jarak antara lateral = orifice

3.1.6 Filtrasi Pada Pengolahan Air dan Air Buangan


Perencanaan suatu sistem saringan pasir cepat untuk pengolahan air
tergantung pada tujuan pengolahan dan pre-treatment yang telah dilakukan pada air
baku sebagai influen filter.
Saringan pasir lambat adalah sistem filtrasi yang pertama kali digunakan
untuk pengolahan air, dimana sistem ini dikembangkan sejak tahun 1800 SM.
Prasedimentasi dilakukan pada air baku mendahului proses filtrasi.

Saringan pasir cepat selalu didahului dengan proses koagulasi – flokulasi


dan pengendapan untuk memisahkan padatan tersuspen yang terkandung dalam air
baku. Jika kekeruhan pada influen saringan pasir cepat berkisar 5 – 10 JTU maka
efisiensi penurunan kekeruhannya dapat mencapai 90 – 98 %. Standar operasi
saringan pasir cepat adalah 1,37 /det-m namun sering dioprasikan pada rentang
beban hidrolik 2,04 – 3,4 /det-m

Pada pengolahan air limbah filtrasi dipergunakan untuk pengolahan lanjut


(advance wastewater treatment), antara lain :
 Penyaringan efluen dari secondary treatment secara biologis
 Penyaringan efluen dari secondary treatment yang diolah secara kimiawi
 Penyaringan air limbah segar yang telah diproses secara kimiawi

You might also like