You are on page 1of 12

http://faradillahchemistry09.blogspot.com/2012/05/laporan-ekstraksi-pelarut-cair-cair-dan.

html

Laporan ekstraksi pelarut (cair-cair dan padat-cair)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komponen-komponen kimia yang terkandung di dalam bahan organik seperti yang terdapat di
dalam tumbuh-tumbuhan sangat dibutuhkan oleh keperluan hidup manusia, baik komponen
senyawa tersebut digunakan untuk keperluan industri maupun untuk bahan obat-obatan.
Komponen tersebut dapat diperoleh dengan metode ekstraksi dimana ekstraksi merupakan proses
pelarutan komponen kimia yang sering digunakan dalam senyawa organik untuk melarutkan
senyawa tersebut dengan menggunakan suatu pelarut.

Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, ekstraksi dibagi menjadi dua yaitu ekstraksi padat-
cair dan ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi cair-cair, bahan yang menjadi analit berbentuk cair dengan
pemisahannya menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur sehingga terjadi distribusi
sampel di antara kedua pelarut terebut. Pendistribusian sampel dalam kedua pelarut tersebut dapat
ditentukan dengan perhitungan KD (koefisien distribusi).

Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak
dan rempah-rempah. Minyak kemiri terutama mengandung asam oleostearat. Minyak yang lekas
mengering ini biasa digunakan untuk mengawetkan kayu, sebagai pernis atau cat, melapis kertas
agar anti-air, bahan sabun, bahan campuran isolasi, pengganti karet, dan lain-lain. Minyak kemiri ini
berkualitas lebih rendah daripada tung oil, minyak serupa yang dihasilkan oleh Vernicia fordii (sin.
Aleurites fordii) dari Cina.[1]

Kadar lemak yang terdapat di dalam kemiri dapat ditentukan dengan metode ekstraksi padat-cair.
Pada metode ini, sampel berbentuk padatan akan diekstraksi menggunakan pelarut cair berupa
kloroform dengan metode soxhletasi dan destilasi sederhana. Pada ekstraksi soxhlet terjadi
penyarian simplisia secara berkesinambungan dengan menggunakan pelarut yang dipanaskan
sehingga terjadi penguapan dan pelarut yang terkondensasi akan menyaring simplisia yang terdapat
di dalam selonsong. Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka dilakukanlah percobaan untuk
melakukan ekstraksi secara cair-cair dan padat-cair.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini, yaitu :

1. Berapa nilai KD untuk sistem organik/air dengan pemisahan cara ekstraksi pelarut?

2. Bagaimana cara menentukan kadar lemak dalam kemiri secara ekstraksi soxhlet?

C. Tujuan

Tujuan dari percobaan ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui metode pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut cair-cair.

2. Menentukan nilai KD untuk sistem organik/air.

3. Untuk mengetahui cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet.

4. Menentukan kadar lemak dalam kemiri secara ekstraksi soxhlet.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekstraksi

Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan atau
pengambilan zat terlarut dala m larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakan pelarut lain
(biasanya organik).[2]

Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) di antara dua fasa cair yang tidak
saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan “bersih” baik
untuk zat organik maupun zat anorganik. Cara ini juga dapat digunakan untuk analisis makro
maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk
pekerjaan-pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia dan anorganik di laboratorium.
Alat yang digunakan dapat berupa corong pemisah (paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet sampai
yang paling rumit berupa alat “Counter Current Craig”.[3]

Menurut Estien Yazid (2005), berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi
dibedakan menjadi ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair.
1. Ekstraksi padat-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk padatan.
Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan di dalam usaha mengisolasi zat berkhasiat yang terkandung di
dalam bahan alam seperti steroid, hormon, antibiotika dan lipida pada biji-bijian.

2. Ekstraksi cair-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk cair.
Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut banyak dilakukan untuk memisahkan zat
seperti iod atau logam-logam tertentu dalam larutan air.

B. Ekstraksi Cair-cair

Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan senyawa atas dasar perbedaan kelarutan pada dua
jenis pelarut yang berbeda yang tidak saling bercampur. Jika analit berada dalam pelarut anorganik,
maka pelarut yang digunakan adalah pelarut organik, dan sebaliknya.[4]

Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara bertahap (batch) atau dengan
cara kontinyu. Cara paling sederhana dan banyak dilakukan adalah ekstraksi bertahap. Tekniknya
cukup dengan menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut pertama
melalui corong pemisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi
solut pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua lapisan dan lapisan
yang berada di bawah dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk dilakukan analisis
selanjutnya.[5]

Cara ini digunakan jika harga D cukup besar (˃ 1000). Bila hal ini terjadi, maka satu kali ekstraksi
sudah cukup untuk memperoleh solut secara kuantitatif. Nmaun demikian, ekstraksi akan semakin
efektif jika dilakukan berulangkali menggunakan pelarut dengan volume sedikit demi sedikit.[6]

Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tak dapat campur, ada suatu hubungan
yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fase pada kesetimbangan. Nernst pertama
kalinya memberikan pernyataan yang jelas mengenai hukun distribusi ketika pada tahun 1981 ia
menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat
campur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah konstanta
pada suatu temperatur tertentu:

= tetapan

menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam fase cair 1. Meskipun hubungan ini berlaku cukup baik
dalam kasus-kasus tertentu, pada kenyataannya hubungan ini tidaklah eksak. Yang benar, dalam
pengertian termodinamik, angka banding aktivitas bukannya rasio konsentrasi yang seharusnya
konstan. Aktivitas suatu spesies kimia dalam satu fase memelihara suatu rasio yang konstan
terhadap aktivitas spesies itu dalam fase cair yang lain:

= KDA

Di sini menyatakan aktivitas zat terlarut A dalam fase 1. Tetapan sejati KDA disebut koefisien
distribusi dari spesies A.[7]
Ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan
ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin. Pada saat
pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna (media
pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan
ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi
perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar
terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu
cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk).[8]

Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh karena akan menyebabkan terbentuknya
emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu
terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap
ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari
bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis
menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup
besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain.[9]

C. Ekstraksi Padat-cair

Ekstraksi padat cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada padatan menggunakan
pelarut organik. Padatan yang akan diekstrak dilembutkan terlebih dahulu, dapat dengan cara
ditumbuk atau dapat juga diiris-iris menjadi bagian yang tipis-tipis. Kemudian padatan yang telah
halus dibungkus dengan kertas saring. Padatan yang telah terbungkus kertas saring dimasukkan ke
dalam alat ekstraksi soxhlet. Pelarut organik dimasukkan ke dalam pelarut godog. Kemudian
peralatan ekstraksi dirangkai dengan menggunakan pendingin air. Ekstraksi dilakukan dengan
memanaskan pelarut organik sampai semua analit terekstrak.[10]

1. Taksonomi kemiri

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)

Genus : Alpinia

Spesies : Alpinia purpurata (Vieill.) K. Schum


Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak
dan rempah-rempah. Minyak kemiri terutama mengandung asam oleostearat. Minyak yang lekas
mengering ini biasa digunakan untuk mengawetkan kayu, sebagai pernis atau cat, melapis kertas
agar anti-air, bahan sabun, bahan campuran isolasi, pengganti karet, dan lain-lain. Minyak kemiri ini
berkualitas lebih rendah daripada tung oil, minyak serupa yang dihasilkan oleh Vernicia fordii (sin.
Aleurites fordii) dari Cina.[11]

2. Soxhletasi

Pada prinsipnya, soxhletasi didasarkan atas penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa,
cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat
aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan
turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna
ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.[12]

3. Destilasi

Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan titik didih atau titik cair dari
masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam proses destilasi terdapat dua tahap
proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi
cair atau padatan. Atas dasar ini maka perangkat peralatan destilasi menggunakan alat pemanas dan
alat pendingin. Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin, proses
pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam dinding (bagian luar kondensor), sehingga
uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat
memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut.[13]

Alat yang digunakan dalam destilasi sederhana terdiri atas labu destilasi, still head, dan kondensor
dengan satu adaptor yang menghubungkan ujung kondensor dengan labu penampung destilat.
Ukuran alat gelas yang digunakan ditentukan oleh ukuran volume cairan yang akan didestilasi.
Destilasi sederhana hanya dapat digunakan untuk memisahkan komponen yang perbedaan titik
didihnya paling kurang 80oC. Umumnya, destilasi ini digunakan untuk pemurnian komponen-
komponen volatil yang sudah hampir murni. Jika cairan relatif murni, sejumlah kecil destilat
mengandung pengotor bertitik didih rendah akan keluar ke penampungan destilat pada waktu
temperatur di still head masih meningkat, fraksi ini disebut sebagai fore-run. Segera setelah
temperatur di still head mencapai harga konstan, fraksi utama dapat dikumpulkan, dan destilasi
dapat dilanjutkan sampai sejumlah destilat diperoleh. Pengotor bertitik didih tinggi akan tinggal
sebagai residu dalam labu destilasi.Jika destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan dua
komponen dengan perbedaan titik didih yang lebar, seharusnya temperatur di still head diamati
secara ketat. Sesaat setelah senyawa volatil terkumpul, temperatur akan mulai meningkat, dan labu
penampung harus diganti dengan labu kosong. Kumpulkan destilat tersebut pada labu kedua selama
temperatur masih meningkat. Destilat akan mengandung kedua komponen (fraksi campuran), tetapi
seharusnya hanya merupakan fraksi dengan volume yang kecil.[14]
BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat dilaksanakannya percobaan ini, yaitu sebagai berikut :

Hari/Tanggal : Rabu/ 25 April 2012

Pukul : 13.00 – 16.00 WITA

Tempat : Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Alauddin Makassar

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat - alat yang digunakan pada percobaan ini adalah magnetic stirrer, neraca analitik, neraca ohaus,
buret asam 50 mL, penangas listrik, corong pemisah 50 mL, labu destilasi 250 mL, aerator,
kondensor, mortar, gelas kimia 600 mL dan 100 mL, erlenmeyer 250 mL, termometer 100oC, gelas
ukur 100 mL dan 50 mL, pipet volume 25 mL dan 5 mL, pipet skala 10 mL, steel head, receive
adaptor, statif dan klem, ember, selang air, bulp, corong, botol semprot, tabung reaksi, batang
pengaduk, pipet tetes 3 mL dan spatula.

12

2. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aluminium foil, asam sulfat (H2SO4) 1 N,
aquades (H2O), es batu, indikator kanji, kemiri, kloroform (CHCl3) pekat, natrium tiosulfat
(Na2S2O3) 0,01 M dan padatan iod.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada percobaan ini, yaitu sebagai berikut :

1. Ekstraksi Pelarut (cair-cair)

a. Menimbang 0,125 gram padatan ion dan melarutkannya dalam 50 mL air. Memasukkan larutan
ke dalam corong pemisah.

b. Menambahkan 5 mL kloroform ke dalam corong pemisah lalu mengocok larutan beberapa


menit. Mendiamkan larutan sebentar, kemudian mengeluarkan lapisan organiknya melalui keran
yang ada di bawah corong pemisah.

c. Menuangkan lapisan air ke dalam erlenmeyer melalui lubang bagian atas corong pemisah.

d. Menambahkan 4 mL larutan asam sulfat 1 N untuk mengasamkan suasana larutan dan


menambahkan 1 mL indikator kanji 0,2%.

e. Menitrasi larutan dengan natrium tiosulfat 0,01 M sampai warna biru larutan tepat hilang.

f. Menghitung gram iod yang tertinggal dalam air dengan mengetahui jumlah gram iod aslinya,
dapat dihitung jumlah gram ion yang terekstraksi dalam pelarut organik.

g. Menghitung KD ion untuk sistem organik/air.

2. Ekstraksi Pelarut (padat-cair)

a. Menghaluskan 50 gram kemiri dengan menggunakan mortar lalu menimbang kemiri yang telah
dihaluskan tersebut.

b. Membuat selonsong dengan menggunakan kertas saring dan kapas.

c. Memasukkan kemri yang telah dihaluskan ke dalam klonsong, kemudian merangkai alat
soxhletasi.

d. Memasukkan klonsong ke dalam alat soxhletasi.

e. Memasukkan 200 mL kloroform ke dalam labu pemanas dan memanaskan pelarut sampai 6 kali
sirkulasi.

f. Memasang labu pemanas ke alat destilasi sederhana.

g. Menguapkan pelarut sampai suhu 60 oC.

h. Memindahkan sampel ke dalam tabung reaksi lalu membiarkan sampel selama 2 hari untuk
menguapkan sisa pelarut yang masih tersisa di dalam sampel tersebut.
i. Menimbang hasil yang diperoleh.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil pengamatan dari percobaan ini, yaitu sebagai berikut :

1. Hasil Pengamatan

a. Ekstraksi pelarut (cair-cair)

Massa iod = 0,1289 gram

Volume A1 = 25 mL

Volume A2 = 23,1 mL

Volume O1 = 5 mL

Volume O2 = 4 mL

Volume Na2S2O3 = 2 mL

b. Ekstraksi pelarut (padat-cair)

Kemiri = 50 gram

Berat tabung reaksi = 18,6581 gram

Volume kloroform = 147 gram

Berat tabung reaksi + hasil = 33,6057 gram

Berat hasil = (berat tabung reaksi + hasil) – (berat tabung reaksi)

= 33,6057 – 18,6581 =14,9476 gram

15

2. Analisa Data
a. Ekstraksi pelarut (cair-cair)

1) Konsentrasi I2 Total

mol I2 = = = 5,07 x 10-4 mol

= = = 0,01014 M

2) Konsentrasi I2 air

Berdasarkan reaksi: perbandingan mol = perbandingan koefisien

2S2O3-2 + I2 S4O6-2 + 2I-

Mol = volume mM = 2 ml

3) Konsentrasi I2 organik

4) Massa I2 yang tertinggal

b. Ekstraksi pelarut (padat-cair)

% lemak = x 100 % = x 100 % = 30 %

B. Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan dua percobaan untuk mengekstraksi pelarut secara cair-cair dan padat-
cair. Percobaan pertama dilakukan untuk mengekstraksi pelarut secara cair-cair. Analit yang
digunakan adalah padatan iod yang telah dihaluskan, padatan ini berfungsi sebagai senyawa yang
akan ditentukan konsentrasinya dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur. Penggunaan corong
pemisah dilakukan untuk melakukan ekstraksi secara sederhana dengan dua pelarut yang tidak
saling bercampur dimana air bertindak sebagai pelarut polar dan kloroform bertindak sebagai
pelarut organik yang non polar. Pengocokan pada larutan dilakukan untuk memisahkan larutan
organik dan air dimana terjadi distribusi diantara kedua pelarut tersebut saat terjadi pengocokan
larutan. Penampungan lapisan organik yang berwarna ungu dilakukan dengan pengeluaran lapisan
tersebut melewati keran pada bagian bawah corong pemisah sehingga dapat ditentukan volume dari
lapisan organik setelah dilakukan pencampuran dengan pelarut yang berbeda. Lapisan air
dipindahkan ke dalam erlenmeyer dengan penambahan asam sulfat 1N untuk membuat suasana
larutan menjadi asam dan penambahan kanji sebagai indikator yang berfungsi untuk
memperlihatkan perubahan warna yang terjadi saat lapisan air dititirasi dengan natrium tiosulfat.
Dari hasil analisa data diperoleh massa I2 yang tertinggal sebanyak 0,1217 gram, adalah 0,01014
M, adalah , dan adalah dimana nilai KD untuk sistem organik/air pada percobaan ini adalah 22,42.
KD merupakan suatu tetapan yang tidak bergantung dari konsentrasi total senyawa x dan disebut
teapan koefisien distribusi.

Percobaan kedua dilakukan untuk mengekstraksi pelarut secara padat-cair dimana sampel yang
digunakan adalah kemiri yang telah dihaluskan. Penghalusan kemiri dilakukan agar proses ekstraksi
pelarut dapat berjalan dengan baik sehingga pelarut dapat mengekstraksi lemak yang terdapat di
dalam sel kemiri tersebut. Lemak dalam buah kemiri diisolasi dengan metode soxhletasi dan
dimurnikan dengan metode destilasi sederhana.

Berdasarkan prinsip soxhletasi, sampel dimasukkan dalam klonsong dan pelarut akan menyaring
simplisia tersebut secara berkesinambungan. Pelarut yang digunakan adalah kloroform dimana
penggunaan kloroform dilakukan karena pelarut ini bersifat mudah menguap dengan titik didih yang
rendah dan merupakan pelarut yang dapat melarutkan minyak atau lemak dengan baik sehingga
cocok digunakan pada isolasi lemak yang terkandung di dalam buah, kloroform juga tidak mudah
terbakar sehingga bila bereaksi dengan udara tidak akan menimbulkan ledakan. Sebelum melakukan
pemanasan, penambahan batu didih harus dilakukan terlebih dahulu agar tidak terjadi bumping
pada saat proses pemanasan berlangsung. Pemanasan pelarut organik dilakukan selama enam kali
sirkulasi atau sampai pelarut tidak berwarna lagi yang berarti bahwa pelarut sudah tidak membawa
komponen yang ingin diisolasi. Pada proses soxhletasi diperoleh lemak yang bercampur dengan
pelarut yang digunakan yaitu kloroform. Pemisahan lemak dengan kloroform dilakukan dengan
menggunakan metode destilasi sederhana.

Berdasarkan percobaan, massa minyak yang diperoleh adalah 14,9476 gram sehingga diperoleh %
lemak dari kemiri adalah 30%.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini, yaitu sebagai berikut :

1. Metode pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut cair-cair dilakukan dengan menggunakan
corong pemisah dimana terdapat dua pelarut yaitu pelarut air dan pelarut organik dimana pelarut
organik yang digunakan adalah kloroform.
2. Koefisien distribusi (KD) untuk sistem organik/air yang diperoleh dari ekstraksi pelarut cair-cair
adalah 22,42.

3. Cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet dilakukan dengan memasukkan sampel ke
dalam selonsong lalu memanaskan kloroform sebagai pelarut sampai enam kali sirkulasi.

4. Kadar lemak dalam kemiri yang diperoleh dari ekstraksi soxhlet adalah 30%.

B. Saran

Saran dari percobaan ini adalah sebaiknya pada percobaan selanjutnya dilakukan pemisahan pelarut
menggunakan rotary evaporator sehingga dapat dibandingkan pemisahan pelarut menggunakan
metode destilasi sederhana dan rotary evaporator.

20

DAFTAR PUSTAKA

Dinda, “Ekstraksi”, medicafarma.blogspot.com. 11 September 2008.


http://medicafarma.blogspot.com/2008/11/ekstraksi.html. Diakses pada tanggal 24 April 2012

“Kemiri”, Wikipedia.com. 16 Maret 2012. http://www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 24 April


2012

Khamidinal. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009

MS, Alimin, Muh Yunus dan Irfan Idris. Kimia Analitik. Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2007

Rahayu, Suparni Setyowati Rahayu, “Ekstraksi Cair”, chem.-is-try.org. 28 Agustus 2009.


http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/ekstraksi-cair/. Diakses
pada tanggal 24 April 2012

R.A. Day dan A.L. Underwood. Quantitative Analysis. Terj. Iis Sopyan. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam. Jakarta: Erlangga, 2001

Yazid, Estien Yazid. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: ANDI, 2005

Zenta, Firdaus dan H.A.S Kumanireng, Teknik Laboratorium Kimia Organik. Makassar: UNHAS, 2006

Zulfikar, “Destilasi”, chem.-is-try.org. 2010. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-


kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/destilasi. Diakses pada tanggal 23 November 2011
[1]“Kemiri”, Wikipedia.com. 16 Maret 2012. http://www.wikipedia.com (24 April 2012)

[2]Estien Yazid, Kimia Fisika untuk Paramedis (Yogyakarta: ANDI, 2005), h. 181

[3]Alimin MS, Muh Yunus dan Irfan Idris, Kimia Analitik (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2007), h.
51

[4]Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 138

[5]Estien Yazid, op. cit., h. 183-184

[6]Alimin MS, Muh Yunus dan Irfan Idris, op. cit., h. 67

[7]R.A. Day dan A.L. Underwood, Quantitative Analysis, terj. Iis Sopyan, Analisis Kimia Kuantitatif
Edisi Keenam (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 457-458

[8]Suparni Setyowati Rahayu, “Ekstraksi Cair”, chem.-is-try.org. 28 Agustus 2009. http://www.chem-


is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/ekstraksi-cair/ (24 April 2012)

[9]Ibid

[10]Khamidinal, op. cit., h. 139-140

[11]“Kemiri”, loc. cit.

[12]Dinda, “Ekstraksi”, medicafarma.blogspot.com. 11 September 2008.


http://medicafarma.blogspot.com/2008/11/ekstraksi.html (24 April 2012)

[13]Zulfikar, “Destilasi”, chem.-is-try.org. 2010. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-


kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/destilasi (23 November 2011)

[14]Firdaus Zenta dan H.A.S Kumanireng, Teknik Laboratorium Kimia Organik (Makassar: UNHAS,
2006), h. 54-55

You might also like