Professional Documents
Culture Documents
Laporan Tutorial SKEN 3 (ISI)
Laporan Tutorial SKEN 3 (ISI)
Seorang anak perempuan bernama Selly, umur 7 tahun diantar ibunya ke Klinik
Pedodonsia RSGM Unej dengan keluhan utama gigi bawah kiri berlubang, ngilu bila
terkena udara dan makanan. Gigi belum pernah sakit. Ibunya ingin gigi anaknya
dirawat supaya tidak bertambah parah lubangnya. Hasil pemeriksaan ekstra oral tidak
ada pembengkakan. Hasil pemeriksaan intra oral diperoleh gigi 36 karies media pada
permukaan pit dan fissure, dan tes vitalitas positif. Mahkota gigi sudah erupsi
sempurna. Dokter gigi mendiagnosis gigi 36 pulpitis reversible.
1
STEP 1
1. Karies media : karies yang kavitasnya sudah mengenai dentin dan tidak lebih
dari setengah dentin.
2. Pulpitis reversible : inflamasi pada pulpa yang penyebabnya dihilangkan,
pulpa dapat kembali normal. Biasanya bersifat asimptomatik dimana belum
ada rasa sakit spontan, hanya jika diberi rangsangan akan terjadi sakit tapi
tidak terus menerus.
STEP 2
STEP 3
2
Selain PRR ada odontotomi propilaktik, yaitu PRR yang menggunakan
amalgam. Namun ada kekurangannya, extention for prevention. Kelebihannya
dapat digunakan secara permanen. Kekurangan PRR jika tidak bisa eksplorasi
karies dengan baik, maka ada karies yang bisa tertutup PRR.
Indikasi :
3
Kontraindikasi :
5. Apa perbedaan dari preventif resin restoratif (PRR) dengan fissure sealant?
Fissure sealant : hanya untuk upaya preventif untuk mecegah terjadinya
karies. Tidak menghilangkan jaringan.
PRR : untuk restorasi dan preventif. Yaitu penumpatan dan pemberian sealant.
Menghilangkan jaringan namun sedikit hanya pada yang karies. Bahannya ada
yang menggunakan fluor dan tidak.
4
STEP 4
STEP 5
5
STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
Diagnosa karies pit dan fisur adalah sukar terutama pada tahap yang masih dini
karena terbentuknya lesi pada dinding fisur, dan hanya dapat dilihat secara jelas
dengan histologi. Oleh karena itu guna menegakkan diagnosa karies pit dan fisur
perlu dilakukan beberapa pemeriksaan , antara lain:
Pemerikasaan visual
Sebelum diperiksa gigi harus dikeringkan terlebih dahulu dan dibersihkan dari
plak. Tanda karies dini adalah bercak putih di email yang dikenal dengan
white spot. Tanda berikutnya adalah bercak dengan warna kecoklatan atau
hitam dan juga hilangnya kontur permukaan gigi. Jika dentin terkena karies
maka warna dentin akan berubah dari yang normalnya berwarna putih seperti
gading menjadi kuning atau coklat. Karies pada dentin bisa langsung dilihat
jika enamel sudah hancur. Hal ini menunjukkan bahwa proses karies telah
lanjut dan ini merupakan tanda karies telah meluas ke dentin.
Pemeriksaan klinis
Menggunakan sonde yang tumpul bukan yang tajam karena nanti akan
merusak lesi kariesnya. Dilakukan eksplorasi pada pit dan fisur, jika ada
hambatan maka kemungkinan ada karies.
Larutan Pendeteksi Karies
Larutan pendeteksi karies yang sering dipakai adalah “1% red acid 52” dalam
propylene glycol. Red acid dikenal luas sebagai bahan pewarna makanan dan
propylene glycol adalah pelarut alcohol yang digunakan pada berbagai
6
bahanobat-obatan. Pendeteksi karies secara klinis membedakan dengan jenis
lapisan dentin yang terkena karies dengan lapisan yang tidak terkena karies.
Lapisan yang terkena karies akan terlihat berwarna merah sebagai petunjuk
yang tepat untuk pembersihan karies. Pemakaian pendeteksi karies sebagai
berikut:
1. Gigi diisolasi terlebih dahulu menggunakan rubber dam atau gulungan
kapas untuk blokir saliva.
2. Setelah gigi dicuci dan dikeringkan dengan air spray letakkan setetes
pendeteksi karies ke atas kapas dan letakkan pada kavitas, biarkan selama
10 detik agar bahan tersebut meresap ke struktur jaringan gigi, sehingga
daerah yang terkena karies akan berwarna merah.
3. Cuci dengan air.
4. Buang bagian yang terkena karies yang terlihat berwarna merah
menggunakan round bur.
5. Ulangi prosedur ke 1-4 sampai tidak ada lagi warna merah pada bagian
tersebut.
Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiografi sangat membantu karena pada pemeriksaan ini bisa
melihat kedalam karies. Adanya radiolusen pada enamel atau dentin.
a. Pada anak rendah karies, tetapi memiliki pit dan fissure yang
dalam
b. Tidak ada karies interproximal
c. Umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun
d. Memunginkan isolasi adekuat kontaminasi saliva
7
e. Pit dan fissure dengan dekalsifikasi yang minimal
f. Semua gigi permanen muda pada anak yang termasuk resiko karies
sedang atau tinggi.
g. Eksplorer tertahan pada pit dan fisur dari permukaan oklusal yang
utuh yang mengindikasikan adanya karies.
8
3. MACAM-MACAM TIPE PREVENTIF RESIN RESTORATIF
BERDASARKAN KELUASAN DAN KEDALAMAN LESI
Ada 3 tipe preventive resin restoration berdasarkan luas dan dalam lesi
kariesnya,yaitu :
1. Tipe A : karies sebatas enamel
9
3. Tipe C : karies yang melibatkan dentin yang lebih luas dan dalam.
10
Tehnik aplikasinya :
Bersihkan permukaan oklusal
Isolasi gigi dengan cotton rolls
Hilangkan karies dengan high speed bur, dentin di liner Ca(OH)2
Etsa 20’, bilas 20’ dan keringkan 15’
Aplikasi bonding agent dan komposit resin-curing
Aplikasi sealant
Polimerisasi sinar.
Pada saat mengaplikasikan PRR, lakukan isolasi daerah kerja dengan menjaga
permukaan gigi agar tetap kering agar keberhasilan retemsinya baik. Isolasi dapat
dilakukan dengan pemberian cotton roll atau rubber dam. Namun pada anak kecil,
mungkin kurang nyaman jadi memerlukan upaya lebih oleh operator untuk
menjaganya.
Untuk preparasi kavitasnya gunakan bur intan bulat kecil dengan kecepatan
rendah untuk membuang dentin karies sehingga daerah ini harus tidak berwarna dan
terasa keras jika di cek dengan sonde. Selain itu, karies lunak yang menutupi pulpa
dibuang, baik mengguanakan bur kecepatan rendah atau ekskavator tajam.
Pada saat pelapikan (liner) setiap dentin yang terbuka gunakan dengan Ca(OH)2.
Kavitas yang dalam, dapat diberi pelapik kedua berupa semen ionomer dan lakukan
secara hati-hati agar dinding email yang akan teretsa tidak tertutup. Kemudian
dinding email dan permukaan oklusal di etsa, dan dicuci setelah dilakukan
pengeringan selama 20 detik.
Dalam penumpatan atau pengaplikasian gunakan resin komposit untuk gigi
posterior, dan bahan tidak akan terpolimerisasi dengan baik jika ketebalan resin
melebihi 2mm sehingga bahan harus diaplikasikan selapis demi selapis, serta setiap
lapisan dipolimerisasi dengan sinar. Kemudian aplikasikan bahan penutup ceruk atau
pit dan fissure (unfilled resin) dan meratakannya dengan sonde. Pastikan juga tidak
ada gelembung udara dan kelebihan bahan dapat diambil dengan butiran kapas
sebelum dipolimerisasi.
11
Setelah pengaplikasian resin selesai, lakukan evaluasi dengan cara mengecek
oklisi dengan articulator paper, jika ada kelebihan buang dengan bur dan pulas akhir
komposit. Sealant harus diperiksa ulang setiap 6 bulan dan jika sealant hilang maka
prosedur diatas dapat diulang kembali.
12
10. Disinar selama 60 detik atau sesuai anjuran pabrik
11. Aplikasi resin komposit filler pada kavitas
12. Aplikasi sealant pada pit dan fisur
13. Eksplorasi dengan sonde pada pit dan fisur. Jika ada hambatan yang
dikarenakan pengisian sealant kurang baik, maka aplikasikan sealant kembali
14. Cek oklusi dengan artikulating paper. Evaluasi kontur restorasi apabila ada
yang perlu diperbaiki bisa menggunakan bur poles.
13
DAFTAR PUSTAKA
Conry JP, Beyer JP, Pintado MR. 1992. Measurement of Prevetive Resin Restoration
Using Computer Profilometry. J Dent Child.
Ford TRP. Restorasi Gigi. 1993. Alih bahasa Narlan Sumaeinata. Ed. 2, Jakarta:
EGC,.
Hicks MJ. 1988. The Acid Etch Technique In Caries Prevention Pit and Fissure
Sealants and Preventive Resin Restoration. In: Pinkham JR, ed. Pediatric
Dentistr : Infancy Through Adolescence 1st ed. Philadelpia: WB Saunders.
Manurung, Juita. 2003. Skripsi: Restorasi Preventif Resin Pada Gigi Molar Pertama
Permanen Bawah Anak. Medan: Universitas Sumatera Utara.
14