Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “STAINLESS STEEL CROWN PADA
GIGI MOLAR DESIDUI”.Penyusunan makalah ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat
penilaian dalam mata kuliah IKGA, semester VI pada program studi Pendidikan Dokter Gigi,
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada.
Penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak,
oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada drg. Ign Sulistyo Jatmiko, M kes, Sp
KGA, drg. Sri Kuswandari, MS, Sp KGA(K), PhD, dan drg. Putri Kusumawardani, M, M
Kes, Sp KGA selaku dosen pembimbing dan teman-teman FKG UGM.
Besar harapan kami, makalah hasil diskusi ini mampu menambah wawasan bagi
khalayak umum secara umumnya dan mahasiswa FKG UGM secara khususnya. Oleh karena
itu kami mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh sebab itu, pemakalah bersedia menerima kritik dan saran dari para pembaca agar penulis
dapat menyusun makalah lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
2. Kapan indikasi penggunaan restorasi Stainless Steel Crown?
3. Bagaimana tahap pembuatan dan pemasangan restorasi Stainless Steel Crown?
I.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi restorasi Stainless Steel Crown
2. Mengetahui indikasi pembuatan restorasi Stainless Steel Crown
3. Mengetahui tahap-tahap pembuatan dan pemasangan restorasi Stainless Steel
Crown
4
BAB II
ISI
5
pertama desidui jika terdapat distal interproksimal karies yang tidak
dirawata.
b. Pasca perawatan pulpa: pada gigi desidui maupun permanen, setelah
mengalami perawatan pulpa gigi menjadi rapuh sehingga direkomendasikan
pencegahan fraktur paska perawatan dengan penggunaan SSC
c. Alternatif restorasi amalgam: SSC merupakan restorasi preventif karena
mencegah kegagalan restorasi amalgam atau fraktur gigi dan mencegah
berkembangnya karies pada area lain pada gigi. Aplikasi ini dapat dilakikan
pada anak yang mengalami keterbatasan yang memiliki oral hygiene yang
kurang dan mendukung berkembangnya lesi karies. Kebanyakan klinisi
sudah tidak menempatkan restorasi meio-okluso-distal pada molar pertama
desidui anak usia presekolah dan lebih memilih SSC
d. Defek pada pertumbuhan gigi: defek hipoplastik dapat merusak permukaan
oklusal molar pertama desidui jika terjadi gangguan sistemik yang terjadi
pada tahap natal maupun prenatal. Amelogenesis dan dentinogenesis
imperfekta dapat menngubah morfologi gigi menjadi predisposisi exessive
wear dan berkurangnya panjang cerviko-oklusal. Karena hypoplastik dan
hypokalsifikasi merupakan efek pada gigi yang menyebabkan rentannya gigi
pada karies karena anatominya mendukung bagi akumulasi plak maka SCC
merupakan indikasi untuk kasus tersebut
e. SCC pada molar pertama permanen sering digunakan sebagai restorasi semi
permanen pada periode tertentu pasien remaja. Saat telah terbentuk dentin
sekunder yang adekuat maka restorasi ddiganti menggunakan restorasi yang
lebih permanen seperti porselain
f. SCC dapat digunakan sebagai space maintainer sebagai contoh crown and
loop space maintainer
g. Kasus multiple rampan karies
h. Fraktur gigi incisivus permanen dan desidui:berguna untuk restorasi pada
kasus di mana fraktur mendekati margin gingiva
i. Kasus bruksisme parah
j. Restorasi estetik: dengan konjugasi menggunakan resin komposit
6
II.3. Prodedur Preparasi dan Pemasangan Stainless Steel Crown
Sebelum dimulai pemasangan SSC, dilakukan preparasi gigi desidui untuk
mendapatkan adapatasi, stabilisasi dan retensi yang baik. Preparasi gigi desidui
dilakukan dengan tujuan pembuangan jaringan karies, membebaskan titik kontak
dengan gigi tetangga dan pengurangan struktur gigi pada seluruh ukuran. Menurut
Soxman (2015), berikut merupakan langkah-langkah preparasi dan pemasangan
Stainless Steel Crown:
1) Administrasi anastesi lokal pada gigi vital
2) Penempatan rubber dam dengan teknik slit
3) Pembuangan seluruh jaringan karies dengan round bur low speed atau
dengan menggunakan ekskavator.
4) Pengurangan permukaan oklusal 1-1,5 mm dengan carbide round bur ukuran
6 atau 8 high speed.
7
kurang 1 –1,5 mm. Sudut –sudut antara kedua permukaan dibulatkan.
Apabila pembuangan jaringan karies yang telah mencapai dentin cukup
dalam sebaiknya ditutupi dengan kalsium hidroksida, yang berfungsi
melindungi pulpa terhadap iritasi.
6) Mengukur lebar mesial-distal molar desidui dengan boley gauge untuk
menentukan ukuran SCC yang tepat. Setelah melakukan prosedur SCC
beberapa kali, klinisi biasanya telah dapat menentukan ukuran secara visual
sehingga pengukuran untuk menentukan SCC tidak lagi diperlukan. SSC
dipilih sesuai jarak mesio-distal gigi. Jika jarak mesio-distal dari gigi yang
akan dipreparasi sudah tidak dapat diukur, dapat diambil jarak gigi tetangga
sebelah mesial ke gigi tetangga sebelah distal dari gigi yang dipreparasi. Bila
gigi tetangga tidak ada, dapat diambil ukuran dari gigi yang kontra lateral
pada satu rahang. Ukuran crown yang dipilih harus cukup besar untuk
disisipkan diantara gigi dibawah gingival margin dan sedikit bisa berotasi.
Gambar 2.3
mengukur lebar
mesiodistal gigi dan
SSC dengan boley
gauge atau sliding
kaliper (Soxman,
2015).
7) Tempatkan SCC pada gigi, cek apakah SCC telah menutupi semua
permukaan gigi. Tekan SSC ke arah gingiva: bila terlalu tinggi atau rendah
maka oklusi tidak baik, bila terlalu besar atau kecil, SSC tidak dapat
memasuki sulkus gingiva. Periksa apakah tepi SSC pada daerah proksimal
sudah baik. Tentukan kelebihan SSC, kemudian buang dengan stone bur
atau potong dengan gunting. SCC dicoba lagi dengan memperhatikan oklusi
gigi geligi.
Gambar 2.4 Pemasangan SCC
untuk menyesuaikan oklusi dan
ukuran sebelum sementasi
(Soxman, 2015).
8
8) Aplikasikan semen resin, semen polikarboksilat atau semen ionomer kaca
pada permukaan dalam crown. Aplikasi dapat menggunakan wooden end
atau cotton-tipped. Overfilling dapat menyebabkan ekstrusi semen. Semen
resin menunjukkan microleakage paling rendah diikuti oleh semen ionomer
kaca dan semen polikarboksilat. Kebocoran margin lebih sering terjadi pada
bagian bukal daripada lingual.
9
Gambar 2.6 Pembersihan sisa semen menggunakan gauze dan flossing pada
interproksimal (Soxman, 2015).
13) Penghalusan merupakan langkah terakhir dan penting jika SSC telah sesuai.
Permukaan kasarakan mengiritasi gingiva dan memudahkan penumpukan
plak. Lakukan penghalusan tepi SSC (buat knife edge cervical margin)
kontak garis antara SSC dengan gigi. Gunakan stone bur untuk melakukan
proses ini. Pemolesan tepi servikal SSC harus dengan rubber wheel
(ditambah dengan brush & bahan polis)
10
BAB III
KESIMPULAN
Stainless steel crown (SSC) merupakan restorasi pilihan terutama untuk gigi desidui
dengan karies yang luas ataupun trauma fraktur. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai
perawatan lanjutan dari gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar, serta untuk
menangani kasus kelainan dalam perkembangan jaringan keras gigi seperti amelogenesis
imperfecta. Keuntungan dari SSC iniadalah kerja lebih cepat, oleh karena mahkota SSC sudah
tersedia sesuai dengan ukuran dan bentuk gigi. Lebih tahan lama oleh karena terbuat dari
logam SSC dapat diselesaikan dalam 1 kali kunjungan, hal ini sangat baik terutama untuk
anak – anak.
11
DAFTAR PUSTAKA
Dean, J. A., 2016, McDonald and Avery's Dentistry for the Child and Adolescent, 10th ed,
Elsevier, Missouri.
Soxman, J. A., 2015, Handbook of Clinical Techniques in Pediatric Dentistry, Wiley
Blackwell, Chichester.
Swivastava, V. K., 2011, Modern Pediatric Dentistry, Jaypee brothers Medical Publishers (P)
Ltd., New Delhi, hal 190-191.
12