You are on page 1of 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “STAINLESS STEEL CROWN PADA
GIGI MOLAR DESIDUI”.Penyusunan makalah ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat
penilaian dalam mata kuliah IKGA, semester VI pada program studi Pendidikan Dokter Gigi,
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada.

Penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak,
oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada drg. Ign Sulistyo Jatmiko, M kes, Sp
KGA, drg. Sri Kuswandari, MS, Sp KGA(K), PhD, dan drg. Putri Kusumawardani, M, M
Kes, Sp KGA selaku dosen pembimbing dan teman-teman FKG UGM.

Besar harapan kami, makalah hasil diskusi ini mampu menambah wawasan bagi
khalayak umum secara umumnya dan mahasiswa FKG UGM secara khususnya. Oleh karena
itu kami mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh sebab itu, pemakalah bersedia menerima kritik dan saran dari para pembaca agar penulis
dapat menyusun makalah lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Yogyakarta, 6 Mei 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 3

BAB II ISI .................................................................................................................................. 5

II.1 Stainless Steel Crown ............................................................................................... 5

II.2 Indikasi Stainless Steel Crown ................................................................................. 5

II.3 Prodedur Preparasi dan Pemasangan Stainless Steel Crown ................................... 7

BAB III KESIMPULAN........................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Insidensi karies pada anak yang berusia kurang dari 12 tahun dilaporkan
mencapai angka 89%. Kejadian karies yang tinggi pada anak mengakibatkan
berkurangnya fungsi mastikasi gigi dan tidak tersedianya ruangan yang diperlukan
untuk erupsi gigi permanen. Restorasi gigi desidui yang terserang karies terutama gigi
posterior merupakan hal yang penting karena gigi posterior memegang peranan untuk
mastikasi dan sebagai penjaga ruangan untuk gigi pengganti. Salah satu bentuk
restorasi pada gigi desidui atau permanen muda dengan karies yang luas adalah
pemasangan Stainless Steel Crown (SSC).
SSC (Stainless Steel Crown) merupakan restorasi ekstra koronal yang berguna
untuk memperbaiki gigi yang telah rusak parah dan tidak mungkin dilakukan
preparasi kavitas untuk tumpatan menggunakan amalgam, geraham desidui yang telah
mengalami perawatan endodontik dan hipoplasia gigi desidui atau gigi permanen.
SSC (Stainless SteelCrown) juga merupakan salah restorasi yang aman untuk
pencegahan jangka panjang dari gigi yang mengalami fraktur (Soxman, 2015).
SSC (Stainless Steel Crown) dikenal sebagai mahkota berbasis nikel. Mahkota
ini memiliki komposisi antara lain Nickel (72%), Chromium (14%), Fe (6-10%),
Karbon (0,04%), Mangan (0,35%), dan Silicon (0,2%). Restorasi SSC (Stainless
Steel Crown) harus memiliki bahan yang bersifat biokompatibel terhadap pulpa gigi,
tidak beracun di mulut, tahan terhadap cairan oral, tidak mudah pecah, tahan aus,
memiliki daya tekan yang kuat setidaknya setara dengan enamel, memiliki sifat fisik
yang tidak boleh berkurang di lingkungan mulut dari waktu ke waktu, memiliki
dimensi yang stabil, memiliki koefisien ekspansi termal yang kompatibel dengan
struktur gigi disekitarnya, hampir tidak larut di mulut, memiliki karakteristik
penanganan yang mudah, waktu kerja yang ideal, dapat ditempatkan dengan cepat,
mudah, serta nyaman (Dean, 2016).

I.2. Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan restorasi Stainless Steel Crown?

3
2. Kapan indikasi penggunaan restorasi Stainless Steel Crown?
3. Bagaimana tahap pembuatan dan pemasangan restorasi Stainless Steel Crown?
I.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi restorasi Stainless Steel Crown
2. Mengetahui indikasi pembuatan restorasi Stainless Steel Crown
3. Mengetahui tahap-tahap pembuatan dan pemasangan restorasi Stainless Steel
Crown

4
BAB II

ISI

II.1. Stainless Steel Crown


Stainless steel crown (SCC) merupakan pilihan restorasi untuk molar desidui
pada anak dengan resiko karies yang tinggi, setelah perawatan pulpa, karies yang
besar dan melibatkan banyak permukaan dan preparasi interproksimal yang meluas
melebihi line ange. SCC merupakan restorasi yang tahan lama dan reliable.
Beberapa orang tua pasien tidak dapat menerima tampilan SCC sehingga harus
didapatkan informed consent terlebih dahulu. Pada pasien yang tidak kooperatif,
lebih dipilih SCC yang bersifat estetik, mahkota estetik membutuhkan pengurangan
gigi yang luas dan mungkin membutuhkan pulpotomi bagi gigi vital sehingga
membutuhkan waktu yang lebih lama. Setelah administrasi anastesi dan penempatan
rubber dam, preparasi gigi molar desidui dan sementasi mahkota SCC biasanya
dilakukan kurang dari 10 menit (Soxman, 2015).
Precontoured SSC merupakan mahkota yang secara akurat menduplikasi
anatomi molar desidui dan tidak membutuhkan preparasi pengurangan pada bagian
bukal dan lingual. Mahkota ini bersifat retentif dan dapat digunakan dengan segera
tidak seperti uncontoured SSC yang harus ditrimming dan contouring untuk adaptasi
sehingga contoured SSC mengurangi waktu perawatan (Soxman, 2015).

Gambar 2.1 Precontoured SSC dan uncontoured SSC (Soxman, 2015).

II.2. Indikasi Stainless Steel Crown


Menurut Srivastava (2011), berikut merupakan indikasi penggunaan Stainless
Steel Crown:
a. Karies yang meluas pada gigi desidui: SSC diindikasikan jika satu atau lebih
cusp rusak atau rapuh karena karies. Hal ini umumnya terjadi pada molar

5
pertama desidui jika terdapat distal interproksimal karies yang tidak
dirawata.
b. Pasca perawatan pulpa: pada gigi desidui maupun permanen, setelah
mengalami perawatan pulpa gigi menjadi rapuh sehingga direkomendasikan
pencegahan fraktur paska perawatan dengan penggunaan SSC
c. Alternatif restorasi amalgam: SSC merupakan restorasi preventif karena
mencegah kegagalan restorasi amalgam atau fraktur gigi dan mencegah
berkembangnya karies pada area lain pada gigi. Aplikasi ini dapat dilakikan
pada anak yang mengalami keterbatasan yang memiliki oral hygiene yang
kurang dan mendukung berkembangnya lesi karies. Kebanyakan klinisi
sudah tidak menempatkan restorasi meio-okluso-distal pada molar pertama
desidui anak usia presekolah dan lebih memilih SSC
d. Defek pada pertumbuhan gigi: defek hipoplastik dapat merusak permukaan
oklusal molar pertama desidui jika terjadi gangguan sistemik yang terjadi
pada tahap natal maupun prenatal. Amelogenesis dan dentinogenesis
imperfekta dapat menngubah morfologi gigi menjadi predisposisi exessive
wear dan berkurangnya panjang cerviko-oklusal. Karena hypoplastik dan
hypokalsifikasi merupakan efek pada gigi yang menyebabkan rentannya gigi
pada karies karena anatominya mendukung bagi akumulasi plak maka SCC
merupakan indikasi untuk kasus tersebut
e. SCC pada molar pertama permanen sering digunakan sebagai restorasi semi
permanen pada periode tertentu pasien remaja. Saat telah terbentuk dentin
sekunder yang adekuat maka restorasi ddiganti menggunakan restorasi yang
lebih permanen seperti porselain
f. SCC dapat digunakan sebagai space maintainer sebagai contoh crown and
loop space maintainer
g. Kasus multiple rampan karies
h. Fraktur gigi incisivus permanen dan desidui:berguna untuk restorasi pada
kasus di mana fraktur mendekati margin gingiva
i. Kasus bruksisme parah
j. Restorasi estetik: dengan konjugasi menggunakan resin komposit

6
II.3. Prodedur Preparasi dan Pemasangan Stainless Steel Crown
Sebelum dimulai pemasangan SSC, dilakukan preparasi gigi desidui untuk
mendapatkan adapatasi, stabilisasi dan retensi yang baik. Preparasi gigi desidui
dilakukan dengan tujuan pembuangan jaringan karies, membebaskan titik kontak
dengan gigi tetangga dan pengurangan struktur gigi pada seluruh ukuran. Menurut
Soxman (2015), berikut merupakan langkah-langkah preparasi dan pemasangan
Stainless Steel Crown:
1) Administrasi anastesi lokal pada gigi vital
2) Penempatan rubber dam dengan teknik slit
3) Pembuangan seluruh jaringan karies dengan round bur low speed atau
dengan menggunakan ekskavator.
4) Pengurangan permukaan oklusal 1-1,5 mm dengan carbide round bur ukuran
6 atau 8 high speed.

Gambar 2.2 Rubber dam


teknik slit dan
pengurangan oklusal
dengan carbide round
bur high speed
(Soxman, 2015).

5) Pengurangan subgingival interproksimal dengan carbide bur high speed 169


L atau 170 L. sebelum melakukan preparasi, gigi tetangga dilindungi dengan
prositektor atau suatu steel matrik band. Tempatkan bur berkontak dengan
gigi pada embrasur bukal atau lingual dengan posisi sudut kira – kira 20° dari
vertikal dan ujungnya pada margin gingiva. Preparasi dilakukan dengan
suatu gerakkan bukolingual mengikuti kontur proksimal gigi. Untuk
mengurangi resiko kerusakan pada gigi tetangga akibat posisi bur yang
miring, maka slicing dilakukan lebih dahulu dari lingual ke arah bukal atau
sebaliknya, baru kemudian dari oklusal ke gingival. Mengurangi permukaan
bukal dan lingual sedikit sampai ke gingival margin dengan kedalaman lebih

7
kurang 1 –1,5 mm. Sudut –sudut antara kedua permukaan dibulatkan.
Apabila pembuangan jaringan karies yang telah mencapai dentin cukup
dalam sebaiknya ditutupi dengan kalsium hidroksida, yang berfungsi
melindungi pulpa terhadap iritasi.
6) Mengukur lebar mesial-distal molar desidui dengan boley gauge untuk
menentukan ukuran SCC yang tepat. Setelah melakukan prosedur SCC
beberapa kali, klinisi biasanya telah dapat menentukan ukuran secara visual
sehingga pengukuran untuk menentukan SCC tidak lagi diperlukan. SSC
dipilih sesuai jarak mesio-distal gigi. Jika jarak mesio-distal dari gigi yang
akan dipreparasi sudah tidak dapat diukur, dapat diambil jarak gigi tetangga
sebelah mesial ke gigi tetangga sebelah distal dari gigi yang dipreparasi. Bila
gigi tetangga tidak ada, dapat diambil ukuran dari gigi yang kontra lateral
pada satu rahang. Ukuran crown yang dipilih harus cukup besar untuk
disisipkan diantara gigi dibawah gingival margin dan sedikit bisa berotasi.

Gambar 2.3
mengukur lebar
mesiodistal gigi dan
SSC dengan boley
gauge atau sliding
kaliper (Soxman,
2015).

7) Tempatkan SCC pada gigi, cek apakah SCC telah menutupi semua
permukaan gigi. Tekan SSC ke arah gingiva: bila terlalu tinggi atau rendah
maka oklusi tidak baik, bila terlalu besar atau kecil, SSC tidak dapat
memasuki sulkus gingiva. Periksa apakah tepi SSC pada daerah proksimal
sudah baik. Tentukan kelebihan SSC, kemudian buang dengan stone bur
atau potong dengan gunting. SCC dicoba lagi dengan memperhatikan oklusi
gigi geligi.
Gambar 2.4 Pemasangan SCC
untuk menyesuaikan oklusi dan
ukuran sebelum sementasi
(Soxman, 2015).

8
8) Aplikasikan semen resin, semen polikarboksilat atau semen ionomer kaca
pada permukaan dalam crown. Aplikasi dapat menggunakan wooden end
atau cotton-tipped. Overfilling dapat menyebabkan ekstrusi semen. Semen
resin menunjukkan microleakage paling rendah diikuti oleh semen ionomer
kaca dan semen polikarboksilat. Kebocoran margin lebih sering terjadi pada
bagian bukal daripada lingual.

Gambar 2.5 Aplikasi semen


menggunakan wooden end
(Soxman, 2015).

9) Setelah gigi selesai dipreparasi, SSC dipersiapkan, gigi dikeringkan dan


diisolasi dengangulungan kapas. Saliva ejektor dipasang agar gigi tetap
kering dan bebas dari saliva. Pasang SCC dari lingual-bukal sampai posisi
yang tepat. Awalnya crown ditempatkan menggunakan bite stick. Jika crown
tidak cekat maka dapat dilakukan penekanan menggunakan jari pada bite
stick. Rubber dam kemudian dilepas dan anak diinstruksikan untuk
menggigit bite stick sekeras mungkin. Bite stick mungkin akan berpindah
dari tengah permukaan oklusal ke bagian bukal atau lingual permukaan
oklusal untuk penempatan final. Cek untuk memastikan bahwa bibir anak
tidak terjebak dibawah bite stick.
10) Jaringan gingiva mungkin memucat (blanche) setelah penempatan crown
namun hal ini akan menghilang dengan sendirinya.
11) Semen dibersihkan dari crown dan jaringan gingiva dengan menggunakan
gauze basah 2x2
12) Lakukan flossing pada intekproksimal untuk menghilangkan semen

9
Gambar 2.6 Pembersihan sisa semen menggunakan gauze dan flossing pada
interproksimal (Soxman, 2015).

13) Penghalusan merupakan langkah terakhir dan penting jika SSC telah sesuai.
Permukaan kasarakan mengiritasi gingiva dan memudahkan penumpukan
plak. Lakukan penghalusan tepi SSC (buat knife edge cervical margin)
kontak garis antara SSC dengan gigi. Gunakan stone bur untuk melakukan
proses ini. Pemolesan tepi servikal SSC harus dengan rubber wheel
(ditambah dengan brush & bahan polis)

10
BAB III

KESIMPULAN

Stainless steel crown (SSC) merupakan restorasi pilihan terutama untuk gigi desidui
dengan karies yang luas ataupun trauma fraktur. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai
perawatan lanjutan dari gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar, serta untuk
menangani kasus kelainan dalam perkembangan jaringan keras gigi seperti amelogenesis
imperfecta. Keuntungan dari SSC iniadalah kerja lebih cepat, oleh karena mahkota SSC sudah
tersedia sesuai dengan ukuran dan bentuk gigi. Lebih tahan lama oleh karena terbuat dari
logam SSC dapat diselesaikan dalam 1 kali kunjungan, hal ini sangat baik terutama untuk
anak – anak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dean, J. A., 2016, McDonald and Avery's Dentistry for the Child and Adolescent, 10th ed,
Elsevier, Missouri.
Soxman, J. A., 2015, Handbook of Clinical Techniques in Pediatric Dentistry, Wiley
Blackwell, Chichester.
Swivastava, V. K., 2011, Modern Pediatric Dentistry, Jaypee brothers Medical Publishers (P)
Ltd., New Delhi, hal 190-191.

12

You might also like