You are on page 1of 43

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis akan menjelaskan beberapa
materi yang berhubungan dengan prosedur pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan
rahang atas dengan defek pada palatum pasca operasi.

2.1 Pengertian
2.1.1 Prosthodontic
Proshthodontic adalah ilmu kedokteran gigi yang berkaitan dengan restorasi
fungsi mulut, kenyamanan, penampilan, dan kesehatan dengan merestorasi gigi
asli dan mengganti gigi yang hilang berdekatan dengan mulut dan maxillo facial
dengan restorasi buatan. Ada 3 jenis prosthodontic yaitu cekat (fixed), lepasan
(removable) dan maxillo facial.1
2.1.2 Gigi Tiruan Lengkap Lepasan
Adalah gigi tiruan yang menggantikan semua gigi asli yang hilang pada
rahang atas dan rahang bawah, dukungan gigi tiruan di peroleh sepenuhnya dari
mukosa, jaringan ikat dan tulang pendukungnya.3

Gambar 2.1 Full Denture Rahang Atas3

2.2 Tujuan Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Lepasan


Tujuan pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan adalah menggantikan jaringan
yang hilang dalam bentuk dan ketebalan yang kira-kira sama dengan jaringan
yang di gantikannya.3

4
2.3 Retensi Gigi Tiruan Lengkap Lepasan
Retensi dapat di definisikan sebagai ketahanan gigi tiruan terhadap
pengangkatannya dari mulut.5
Retensi terutama di pengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
2.3.1 Ketepatan kontakan antara basis gigi tiruan dengan mukosa mulut.
Ketepatan kontak antara basis gigi tiruan dan mukosa mulut tergantung pada
efektivitas gaya-gaya fisik dari adhesi dan kohesi.5
Adhesi adalah kekuatan tarik menarik antara molekul-molekul yang berbeda
seperti saliva dan resin akrilik, saliva dan mukosa, serta kohesi yaitu kekuatan
tarik menarik molekul-molekul yang sama. Kekuatan adhesi mempengaruhi
pembasahan gigi tiruan dan permukaan mukosa, sedangkan kekuatan kohesi
mempertahankan film saliva. Jadi kekuatan antara molekular ini membentuk
rantai antara gigi tiruan dan mukosa yang cenderung menahan gigi tiruan pada
posisinya.6
2.3.2 Perluasan basis gigi tiruan.
Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutup
oleh basis gigi tiruan. Retensi terutama di peroleh dari efek menempelnya jaringan
lunak pada basis gigi tiruan.
Lebar basis harus seluas mungkin dengan tujuan agar beban kunyah yang di
terima mukosa mulut dapat terbagi lebih banyak. Tepi sayap harus mencapai batas
mukosa batas bergerak dan tidak bergerak serta vestibulum terisi penuh oleh sayap
gigi tiruan lengkap lepasan.5
2.3.3 Peripheral seal
Efektivitas peripheral seal sangat mempengaruhi efek retensi dari atmosfer.
Tekanan fisik ini berpengaruh terhadap tekanan-tekanan yang tidak melepaskan
gigi tiruan.5

2.4 Oklusi dan Artikulasi


2.4.1 Oklusi
Adalah hubungan kontak statis antara tonjolan-tonjolan gigi atau permukaan
kunyah dari gigi atas dan bawah.5

5
2.4.2 Artikulasi
Adalah kontak geser yang dinamis antara tonjolan-tonjolan gigi-gigi atas
dan bawah melakukan gerakan dengan mulut tertutup.
Sedangkan oklusi dan artikulasi seimbang adalah kontak geser yang terjadi
secara terus menerus antara tonjol gigi-gigi atas dan bawah seluruh lengkung
rahang pada setiap gerakan mandibular dengan mulut tertutup.5

2.5 Kestabilan Gigi Tiruan


Gigi tiruan yang stabil adalah gigi yang selama berfungsi hanya sedikit
bergerak terhadap fungsi tulang di bawahnya. Gigi tiruan tetap di tempatnya bila
kekuatan retentif yang bekerja pada gigi tiruan melebihi kekuatan yang
menggerakkan dan gigi tiruan mempunyai dukungan yang cukup. Dukungan ini
ditentukan oleh bentuk dan konsistensi jaringan pendukung gigi tiruan serta
kecekatan kontak gigi tiruan.6
Kekuatan retentive memberikan ketahanan terhadap pengungkitan gigi tiruan
dari mukosa pendukung dan bekerja melalui 3 permukaan gigi tiruan yaitu:6
1. Permukaan oklusal adalah bagian permukaan gigi tiruan yang berkontak
atau hamper berkontak dengan permukaan yang sesuai dari gigi tiruan
lawan atau gigi asli.
2. Permukaan poles adalah bagian permukaan gigi tiruan yang terbentang
dari tepi gigi tiruan ke permukaan oklusal, termasuk permukaan palatal.
Bagian basis gigi tiruan inilah yang biasanya dipoles, termasuk permukaan
bucal dan lingual gigi, dan permukaan ini berkontak dengan bibir, pipi,
dan lidah.
3. Permukaan cetakan adalah bagian dari gigi tiruan yang konturnya
ditentukan oleh cetakan. Bagian ini mencakup tepi gigi tiruan yang
terbentang kepermukaan poles.

2.6 Pemilihan Gigi


Pemilihan gigi berpedoman pada bentuk wajah, jenis kelamin, umur pasien
untuk menentukan warnanya dan tingkat keausannya. Sedangkan ukuran gigi
disesuaikan dengan garis proyeksi pada galangan gigi tiruan.2

6
Dalam pemilihan gigi dibagi menjadi dua yaitu:
2.6.1 Pemilihan Gigi Anterior
Ukuran untuk gigi anterior harus di seimbangkan dengan bentuk wajah dan
kepala. Secara garis besar bentuk di sesuaikan dengan melihat wajah pasien dari
depan. Secara garis besar bentuk wajah di bagi menjadi tiga kelompok menjadi
tiga bentuk dasar yaitu persegi, segitiga dan bujur sangkar. Gigi wanita biasanya
lebih kecil dari gigi pria.2
2.6.2 Pemilihan Gigi Posterior
Pemilihan gigi-gigi posterior meliputi warna, lebar bukolingual, lebar total
mesiodistal, panjang, dan tipe berdasarkan kemiringan tonjolan serta bahannya.2

2.7 Penyusunan Gigi


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan gigi adalah:2
2.7.1 Inklinasi atau posisi dari setiap gigi
Pada penyusunan gigi harus memenuhi syarat inklinasi mesio-distal dan
inklinasi anterior-posteriornya serta dilihat dari bidang oklusal, tepi incisal gigi
anterior atas berada di atas residual ridge dan sesuai lengkung rahang.
2.7.2 Hubungan setiap gigi dengan gigi tetangga nya dan gigi antagonis.
Tiap-tiap gigi berkontak dengan gigi sebelahnya pada bagian aproximal dan
pada titik kontak yang terletak pada bagian 1/3 incisal atau oklusal dan tengah
dari panjang mahkota.
2.7.3 Hubungan kontak antara gigi atas dan bawah
1. Oklusi sentrik
Oklusi sentrik adalah hubungan permukaan oklusal gigi geligi atas dan
bawah, yang menunjukan kontak maksimal bila mandibular berada dalam
keadaan sentrik atau menutup terhadap maksila.
2. Oklusi protrusif
Oklusi protrusif adalah oklusi yang terjadi saat mandibula digerakan
kedepan dari oklusi sentrik.
3. Sisi kerja (working occlusion)

7
Kontak oklusal dari gigi geligi atas dan bawah pada sisi kearah mandibula
bergerak waktu berfungsi.
4. Sisi yang mengimbangi (balancing contacts)
Kontak antara gigi geligi atas dan bawah pada sisi yang berlawanandengan
working occlusion.
2.7.4 Overbite dan overjet gigi atas dan bawah dalam hubungan yang normal.
Overbite adalah jarak vertikal antara incisal edge gigi-gigi depan atas
(cups ridge gigi-gigi belakang atas) dan incisal edge gigi-gigi depan bawah (cups
ridge gigi-gigi belakang bawah).7
2.7.5 Estetik
1. Bentuk gigi hendaknya sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bentuk
kepala, bentuk muka dan jenis kelamin.
2. Besar gigi sesuai dengan besar kecilnya lengkung rahang.
3. Susunan gigi tiruan hendaknya dibuat sewajar mungkin agar bila kelak
geligi tiruan dipakai kelihatan wajar.
4. Profil pasien yang akan menyangkut ketepatan dimensi vertikal dan oklusi
sentrik yang tentukan. Dimensi vertikal yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi akan merubah profil pasien.

2.8 Resin akrilik


2.8.1 Pengertian Resin Akrilik
Resin akrilik merupakan suatu bahan yang digunakan dalam pembuatan
basis gigi tiruan lengkap lepasan yang mengandung komposisi yang terdiri dari
powder polymer polymethyl methacrylate, fibers colorant, dan benzoyl peroxide
serta liquid methyl methacrylate, hydroquinone, dan ethylene glycol sebagai
monomer. Banyak keuntungan dari bahan ini misalnya, harganya yang relatif
lebih murah, dapat menghasilkan estetik yang baik serta mudah direparasi.8
2.8.2 Indikasi Resin Akrilik
Indikasi resin akrilik terdiri dari:
1. Bahan individual try
2. Bahan repair, relining, dan rebasing

8
3. Bahan plat orthodonti (removable)
4. Bahan penambahan posdem pada full denture
5. Bahan pembuatan gigi tiruan
2.8.3 Keuntungan Resin Akrilik
Keuntungan resin akrilik terdiri dari:
1. Tidak mengiritasi bila di kerjakan dengan benar
2. Tidak larut dan tidak aktif dalam cairan mulut, meskipun terjadi sedikit
aborsi air
3. Dapat menghasilkan esthetis yang sangat baik
4. Mudah dipreparasi
5. Harganya relatif murah
2.8.4 Kerugian Resin Akrilik
Kerugian resin akrilik terdiri dari:
1. Penyerapan air oleh resin akrilik terjadi secara disfusi antara makro
molekul dengan sedikit meregangkan ikatan antara molekul
2. Kestabilan warna berkurang sehingga mudah berubah warna
3. Mempunyai kekuatan yang rendah terhadap benturan
2.8.5 Heat Curing Acrylic
Heat curing acrylic memberi hasil yang keras, padat dan memiliki warna
yang stabil, bebas porus dan bila digunakn polimer tidak berwarna akan terbentuk
bahan transparan dan bening. Namun kerugian dari penggunaan bahan dari heat
curing acrylic ini adalah memerlukan prosessing yang lebih lama karena
dilakukan dengan tahapan waxing, flasking, packing, dan finishing.
2.8.6 Self Curing Acrylic
Penggunaan bahan acrylic yang dapat mengeras sendiri memungkinkan
protesa dapat diperbaiki dan dirubah tanpa perlu mengikuti prosedur normal dari
waxing, flasking, packing, dan finishing. Kekurangan yang berhubungan dengan
penggunaan self curing acrylic ada lah bahan sulit untuk dipoles sampai
mengkilat, adanya kecenderungan terbentuknya porus dan ketidakstabilan warna.

9
2.9 Soft Acrylic
Soft acrylic adalah bahan pelapis akrilik yang lunak dan fleksibel. Bahan
pelapis lunak ini adhesi sangat kuat untuk gigi tiruan baru dan gigi tiruan yang
sudah ada. Kepadatan permukaan bahan ini mudah dipoles dengan instrumen
poles khusus. Pada pasien yang mengalami nyeri terus menerus mereka memakai
gigi palsu yang sebagian besar dibantu bahan lunak.9
Tujuan akrilik lembut (soft acrylic) digunakan sebagai bantalan pada dasar
gigi tiruan sehingga nyaman saat dipakai dan dapat pula digunakan untuk
obturator, dasar prothesa, dan lain-lain.9 Soft acrylic memiliki kemampuan
memperbaiki kesehatan gingingval, bekerja sebagai bantalan gigi tiruan,
menyerap dan mendistribusikan tekanan ke jaringan gigi tiruan, digunakan dengan
cara melapisi permukaan cekat gigi tiruan. Bahan soft acrylic digunakan sebagai
bantalan gigi tiruan untuk mencegah terjadinya trauma pada jaringan mukosa
pendukung gigi tiruan, biasanya digunakan pada kasus-kasus sebagai berikut:10
1. Bony undercut
2. Ridge athropy, knifer edge ridge, flabby ridge
3. Thin of mucosa
4. Oral defect erequiring obturator
5. Post operative/ wound healing
6. Bruxism
7. Phsycological reasons
2.9.1 Indikasi Pemakaian Soft Acrylic10
Indikasi Pemakaian Soft Acrylic terdiri dari:
1. Untuk relining gigi palsu dengan lapisan akrilik resin lembut
2. Untuk lapisan obturator sumbing dengan akrilik resin lembut
2.9.2 Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Soft Acrylic10
Keuntungan dari soft acrylic adalah memiliki adhesi yang sangat baik untuk
kedua gigi tiruan yang baru dan yang sudah ada, permukaan densitas yang baik.
Bahan kenyal dapat masuk ke daerah undercut sehingga dapat diperoleh retensi
gigi tiruan yang maksimal, bahan ini lembut sehingga dapat digunakan sebagai

10
bantalan pada dasar gigi tiruan sehingga nyaman dipakai dan adhesi sangat baik
dengan gigi tiruan hard acrylic.
Kerugian dari soft acrylic itu sendiri adalah hilangnya fleksibilitas
menyebabkan pengerasan bertahap.
2.9.3 Spesifikasi teknis soft acrylic
Saat melakukan packing bahan soft acrylic membutuhkan waktu dough
stage 15menit, waktu kerja 22 menit, tahap polimerisasi dimulai dari suhu kamar
sampai 70oC > 180 menit, 30 menit pada 100oC. perbandingan monomer dan
polimer 1,2 gram monomer : 1,2 gram polimer.11

2.10 Perbedaan sifat umum antara resin akrilik dengan soft acrylic
Sifat umum bahan resin akrilik:8
1. Merupakan penghantar panas yang rendah
2. Ringan
3. Estetik baik
4. Mudah diproses gigi tiruan rsin akrilik mudah direparasi bila patah
Sifat umum bahan soft acrylic:9
1. Bahan kenyal dapat masuk ke daerah undercut sehingga dapat diperoleh
retensi gigi tiruan yang maksimal
2. Untuk lapisan obturator sumbing dengan akrilik resin lembut
3. Bahan ini lembut sehingga dapat digunakan sebagai banatalan pada dasar
gigi tiruan sehingga nyaman dipakai

2.11 Basis Gigi Tiruan Lengkap Lepasan


2.11.1 Bahan
Basis gigi tiruan lengkap lepasan dapat terbuat dari akrilik dan metal atau
kerangka logam. Masing-masing bahan tersebut memiliki kekurangan dan
kelebihannya. Yang paling banyak di gunakan adalah bahan akrilik yang di
maksud adalah bahan heat cured acrylic dan self cured acrylic.12 Ada beberapa
kekurangan dan kelebihan dari bahan basis akrilik, yaitu:12
Kelebihan Bahan Basis Akrilik:

11
1. Relatif murah
2. Lebih ringan di bandingkan bahan kerangka logam
3. Mudah dilakukan relining, rebasing
4. Mudah dilakukan reparasi bila patah
5. Prosedur pembuatan tidak rumit
6.Waktu pembuatan lebih singkat, sehingga jumlah kunjungan pasien lebih
singkat
Kekurangan bahan basis akrilik:
1. Lebih tebal dibandingkan dengan kerangka logam
2. Menutupi seluruh jaringan palatum
3. Sifat penghantar panasnya tidak sebaik kerangka logam
2.11.2 Bentuk dan Batas Basis
Ada beberapa faktor yang harus dilakukan oleh para teknisi gigi dalam
rangka memenuhi faktor retensi ini yaitu membentuk suatu gigi tiruan lengkap
lepasan sedemikian rupa sehingga otot-otot mulut dan wajah dapat bekerja
menahan gigi tiruan lengkap lepasan pada tempatnya. Maka dari itu, desain suatu
gigi tiruan lengkap lepasan khususnya suatu permukaan poles basis gigi tiruan
lengkap lepasan perlu mendapat perhatian agar memenuhi faktor retensi.12
Ha-hal yang harus di perhatiakan adalah sebagai berikut:12
1. Bentuk gigi tiruan lengkap lepasan dibuat seluas mungkin tetapi tidak
melampaui batas mukosa bergerak dan tidak bergerak
2. Pada daerah frenulum, harus di bebaskan tetapi bentuk lekukan yang
dibuat pada sayap gigi tiruan lengkap lepasan harus tepat dengan
besarnya frenulum. Lekukan tidak boleh dibuat terlalu lebar karena akan
mengurangi faktor retensi, tetapi juga tidak boleh terlalu sempit karena
akan melukai frenulum.
3. Pada gigi tiruan lengkap lepasan rahang atas, sayap distobukal yang
terlalu tebal akan menggangu pergerakan normal processus coronoideus
4. Basis yang terlalu tebal di daerah frenulum buccalis akan menggangu
frenulum, akibatnya protesa mudah terlepas

12
5. Tepi sayap pada basis harus membulat dan mengisi penuh vestibulum,
tidak boleh tajam dan harus dipoles, dengan demikian tidak akan
menimbulkan iritasi pada mukosa
6. Tepi sayap pada basis tidak boleh digerinda berlebihan karena dapat
mengilangkan peripheral seal
7. Bentuk sayap lingual pada basis dibuat cekung. Bentuk ini sesuai dengan
bentuk lidah sehingga posisi lidah akan terletak dengan baik pada
permukaan lingual basis sehingga memberi efek pertahanan bagi protesa
8. Bentuk sayap buccal pada basis dibuat cekung sehingga otot-otot wajah
terletak dengan baik dan akan membantu kedudukan protesa pada
tempatnya

2.12 Elemen Gigi Tiruan


Pemilihan elemen gigi berpedoman pada bentuk wajah, jenis kelamin, dan
umur pasien untuk menentukan warnanya dan tingkat keausannya. Sedangkan
ukuran gigi disesuaikan dengan garis orientasi pada tanggul gigitan.2
2.12.1 Bentuk wajah dan rahang2
1. Bentuk gigi sesuai dengan bentuk muka dan bentuk rahang yaitu persegi
atau square, lancip atau tapering, dan lonjong atau ovoid.
2. Selain itu kita mengenal tiga tipe profil wajah yaitu datar atau straight,
cembung atau konkaf dan cekung atau konfeks, yang sesuai dengan bentuk
kontur gigi pandangan proksimal.
2.12.2 Jenis kelamin2
1. Perbedaan kecembungan kontur labial ada kaitannya dengan jenis
kelamin, pria mempunyai permukaan labial yang datar, sedangkan wanita
mempunyai permukaan labial yang cembung.
2. Perbedaan bentuk gigi berkaitan dengan jenis kelamin, pria memiliki
bentuk gigi persegi dan sudut distalnya juga persegi, sedangkan wanita
memiliki bentuk gigi lonjong dan sudut distal membulat.

13
3. Perbedaan ukuran, pada pria ukuran gigi insisivus lateral lebih kecil dari
sentral, sedangkan pada wanita gigi insisivus lateral jauh lebih kecil dari
sentral.
2.12.3 Perbedaan warna dan keausan gigi2
1. Makin lanjut umur pasien biasanya warna gigi makin tua dan gigi makin
aus.
2. Menentukan warna hendaknya dalam mulut pasien karena lingkungan
dapat mempengaruhi penglihatan dan dalam keadaan basah, seakan-akan
diliputi air ludah. Latar belakang yang gelap akan menghasilkan warna
yang sesuai setelah gigi tiruan dipasang dalam mulut pasien.

2.13 Defek Maksila


Defek maksila adalah suatu kelainan berbentuk sebuah celah atau gerong
pada rahang atas disebabkan oleh faktor bawaan sejak lahir, trauma akibat
kecelakaan atau disebabkan karena tindakan operasi. Defek pada bagian maksila
dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu congenital defect dan acquired defect.4
2.13.1 Congenital Defect
Congenital defect merupakan cacat bawaan yang terjadi selama bayi masih
di dalam kandungan. Cacat yang paling sering terjadi adalah celah bibir dan celah
langit-langit.4,13

Gambar 2.2 Congenital Defect

2.13.2 Acquired Defect


Acquired Defect merupakan defek yang diperoleh akibat kecelakaan atau
pembuangan sebagian atau seluruh rahang atas karena adanya tumor.4,13

14
Gambar 2.3 Acquired Defect

2.14 Klasifikasi Defek Maksila


Mohamed A. Aramany, DMD, MS adalah tokoh yang pertama kali
mempublikasikan tentang klasifikasi defek maksila paska pembedahan.
Klasifikasi defek maksila dibagi berdasarkan daerah defek dan digunakan sebagai
dasar untuk pertimbangan desain, yaitu:4,14
Kelas I : Defek pada kelas ini berada disepanjang garis median pada
rahang atas dan gigi yang tersisa hanya pada satu sisi
lengkung rahang.
7654321|1234567

Gambar 2.4 Defek Rahang Atas Kelas I14

Kelas II : Defek pada satu sisi dibagian posterior rahang atas dan gigi
yang tersisa hanya pada bagian anterior dan posterior sisi
lain.
7654321|1234567

15
Gambar 2.5 Defek Rahang Atas Kelas II14

Kelas III : Defek rahang atas bagian tengah palatum, defek ini tidak
mengenai gigi sehingga seluruh gigi masih ada.
7654321|1234567

Gambar 2.6 Defek Rahang Atas Kelas III14

Kelas IV : Defek pada dua sisi rahang atas dan melewati garis median,
sehingga gigi yang tersisa pada posterior salah satu rahang.
7654321|1234567

Gambar 2.7 Defek Rahang Atas Kelas IV14

Kelas V : Defek pada dua sisi rahang atas yang melewati garis median
dan gigi yang tersisa hanya pada bagian anterior.
7654321|1234567

16
Gambar 2.8 Defek Rahang Atas Kelas V14

Kelas VI : Defek pada regio antara dua sisi, gigi yang tersisa pada bagian
posterior.
7 6 5 4 3 2 1 | 1 2 3 45 6 7

Gambar 2.9 Defek Rahang Atas Kelas VI14

2.15 Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Lepasan Rahang Atas


dengan Defek pada Palatum Pasca Operasi 2
1. Penerimaan Model Kerja
Model kerja dirapihkan dari nodul-nodul dan tepi-tepi model kerja
dirapikan dengan trimmer.
2. Pembuatan Garis Tengah model kerja
Garis tengah pada model rahang atas didapatkan dengan menghubungkan
tiga patokan yang tetap yaitu frenulum labialis, pertengahan rugae
palatina dan pertengahan Fovea palatina. Garis tengah yang akurat di
peroleh setelah dilakukan percobaan galangan gigit oleh dokter gigi.
3. Pembuatan Galangan Gigit
Proses ini membuat gigitan menggunakan wax dengan ukuran yang telah
di tentukan. Untuk ukuran model rahang atas yang normal yaitu lebar

17
galangan gigitnya pada bagian anterior 5 mm, pada bagian posterior 8-10
mm. Sedangkan tinggi galangan gigitnya pada bagian anterior 10-12 mm
dari mukosa bergerak dan tidak bergerak, pada bagian posterior 6-8 mm
dari mukosa bergerak dan tidak bergerak. Kemudian di try-in sehingga
didapatkan midline dan gigitan pasien.
4. Penanaman Model Kerja pada Artikulator
Model kerja dan bite rigister wax yang sudah dilakukan oleh dokter gigi,
difiksasi agar oklusi tidak berubah. Bagian artikulator upper member dan
lower member yang akan tertanam diolesi separating medium atau
vaselin. Retensi atau takikan pada bagian dasar model di buat untuk
panduan remounting. Model kerja dan bite register wax bidang horizontal
dan garis median di sesuaikan dengan artikulator. Modelling clay
dibawah model rahang bawah, tutup upper member pada artikulator
kemudian rapikan. Gips diaduk, lalu adonan gips tersebut diletakan pada
model kerja rahang atas, kedudukan tersebut dipertahankan sampai gips
keras. Setelah keras artikulator dibalik kemudian buka lower member dan
modelling clay dibuang. Buat adonan gips dan diletakkan diatas model
rahang bawah, tutup lower member dan rapikan.
5. Penyusunan Elemen Gigi
Penyusunan elemen gigi tiruan disesuaikan dengan kontur profil pasien
dan gigi antagonis yang masih ada. Pertimbangan penyusunan gigi adalah
dengan menyelaraskan usia pasien, wajah, rongga mulut dan jarak dengan
antagonis. Penyusunan elemen gigi pada rahang atas disesuaikan terhadap
antagonis yang ada, yaitu :
1. Incisivus satu rahang atas
Panjang sumbu gigi incisivus satu tegak lurus dengan incisivus satu
rahang bawah.
2. Incisivus dua rahang atas
Panjang sumbu gigi incisivus dua cenderung sedikit kearah distal
terhadap antagonis.
3. Caninus rahang atas

18
Panjang sumbu gigi caninus cenderung lebih ke distobuccal.
4. Premolar rahang atas
Gigi premolar dengan panjang sumbu gigi berada di sudut kanan
5. Molar rahang atas
6. Gigi molar pertama dan kedua disusun dengan panjang sumbu gigi
yang cenderung sedikit kearah mesial.
7. Cusp mesiolingual dari gigi molar satu menyentuh dengan
antagonis dan cusp mesiobuccal mengangkat sekitar ½ mm.
8. Cusp distolingual berada sedikit diatas mengikuti bidang antagonis
dan cusp distobuccal mengangkat sekitar 1 mm.
6. Wax Contouring
Membentuk dasar dari geligi tiruan malam sedemikian rupa dan semirip
mungkin dengan anatomis gusi dan jaringan lunak mulut, Kemudian di
try-in.
7. Flasking
Flasking adalah proses penanaman model dan gigi tiruan kedalam gips
yang diletakkan dalam cuvet. Flasking dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu menggunakan cara pulling the casting yaitu permukaan labial/bukal
tidak ditutup dengan stone/gips, setelah boiling out, gigi-gigi akan ikut
pada cuvet atas dan cara holding the casting yaitu permukaan labial/bukal
ditutup dengan menggunakan stone/gips sehingga setelah boiling out
akan terlihat seperti gua kecil. Metode Flasking yang akan digunakan
penulis adalah pulling the casting.
8. Boiling Out
Proses membuang wax gigi tiruan dari model yang telah ditanam dengan
air panas, untuk mendapatkan suatu mold space.
9. Packing
Packing merupakan proses pencampuran monomer dan polimer resin
akrilik. Dalam melakukan packing ada 2 cara yaitu:
1. Wet Method merupakan monomer dan polimer dicampurkan diluar
mould space tapi proses pencampuran monomer dan polimer di dalam

19
mixing jar, bila sudah mencapai dough stage baru dimasukan di dalam
mould space.
2. Dry Method merupakan cara mencampur monomer dan polimer yang
akan di tuang langsung kedalam mould space.
10. Curing
Polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan polimer bila
dipanaskan di air mendidih atau ditambah zat kimia lain. Dengan suhu
kamar 100oC.
11. Deflasking
Deflasking adalah tahap penglepasan model kerja dan protesa dari cuvet.
12. Remounting dan selective grinding
Remounting merupakan pemasangan kembali gigi tiruan dalam
artikulator yang bertujuan untuk mengkoreksi hubungan oklusi yang
tidak harmonis dari gigi tiruan yang baru selesai diproses. Selective
grinding adalah pengasahan pada permukaan oklusal dari gigi tiruan,
sampai menunjukan incisal guide pin berkontak dengan meja incisal
dalam hubungan sentrik.
13. Finishing
Menyempurnakan bentuk akhir gigi tiruan dengan membuang sisa resin
akrilik atau stone yang tertinggal disekitar gigi, serta tonjolan-tonjolan
akrilik pada permukaan basis gigi tiruan. Bagian yang tajam dirapikan
dan dibulatkan menggunakan mata bur Kemudian protesa dihaluskan
dengan amplas kasar dan amplas halus. Kemudian dipoles menggunakan
pumice yang dibasahi air, menggunakan sikat hitam dan feltcon, Setelah
permukaan akrilik halus dan tidak terlihat adanya goresan, akrilik dicuci
dengan air bersih agar sisa-sisa pumice hilang.
14. Polishing
Untuk mengkilapkan permukaan akrilik, digunakan CaCo3 yang
dicampur dengan air dan dipoles dengan menggunakan sikat putih.
Setelah mengkilat, protesa dicuci dan dibersihkan dari sisa-sisa bahan

20
poles dan dikembalikan ke klinik atau dokter gigi untuk dilakukan
incersi.

2.16 Metode Pembuatan Obturator


Pembuatan obturator terbagi atas dua cara yaitu One Piece dan Two Piece.
Perbedaan dari dua metode tersebut adalah pada teknik pembuatannya.16
2.16.1 One-Piece Obturator
Terdiri dari satu bagian heat-curing acrylic yang melapisi shim yang
terbuat dari self curing acrylic. Biasanya untuk pasien yang masih bergigi yang
akan digunakan untuk penjangkaran kawat cengkram.
- Keuntungan : tidak ada tanda batas sambungan, proses lebih cepat.
- Kerugian : agak berat dan agak sulit dalam pembentukan tulang
alveolar ridge.
2.16.2 Two-Piece Obturator
Terdiri dari dua bagian heat-curing acrylic yang terpisah dan disatukan
dengan self curing acrylic. Biasanya untuk pasien manula, yang sudah tidak
memiliki banyak gigi sebagai penjangkaran kawat cengkram.
- Keuntungan : ringan dan mudah saat pembentukan alveolar ridge.
- Kerugian : ada tanda batas sambungan, prosesnya agak lama dan
rawan porus.

2.17 Prosedur Pembuatan One Piece Hollow Obturator15


1. Flasking adalah penanaman model malam kedalam cuvet. metode flasking
yang digunakan adalah metode pulling the casting.

Gambar 2.10 Flasking15

21
2. Boiling out adalah eliminasi malam dari model yang telah ditanam untuk
mendapatkan suatu mould space.

Gambar 2.11 Boiling Out15

3. Meletakan selapis base plate wax pada bagian defek dan cuvet lawan
setelah itu buat 3 stopper pada bagian defek.

Gambar 2.12 Pembuatan 3 Stopper15

4. Meletakan selapis tipis self curing acrylic diatas base plate wax pada
bagian defek dan 3 stopper beserta cuvet lawan untuk mendapatkan bulb
atau shim.

Gambar 2.13 Pembuatan Bulb dengan Bahan Self Curing Acrylic15

5. Press cuvet hingga metal to metal untuk mendapatkan bulb atau shim yang
sempurna dan tunggu sampai 15 menit hingga setting time.

22
Gambar 2.14 Press Cuvet Hingga Metal To Metal15

6. Melakukan eliminasi sisa wax yang melekat pada bulb atau shim.

Gambar 2.15 Proses Eliminasi Wax untuk Mendapatkan Bulb15

7. Aplikasikan akrilik yang kedua menggunakan bahan heat curing acrylic.


Setelah bahan heat curing acyrlic dimasukkan kebagian defek lalu
masukkan bulb dan tempatkan bulb hingga mencapai kedudukan yang
tepat serta beri bahan heat curing acrylic pada cuvet lawan.

Gambar 2.16 Proses Packing Menggunakan Bahan Heat Curing Acrylic15

8. Kemudian press kembali menggunakan press meja hingga metal to


metal.

23
Gambar 2.17 Press yang Kedua hingga Metal To Metal Contact15

24
BAB III
PROSEDUR PEMBUATAN GIGI TIRUAN LENGKAP LEPASAN
RAHANG ATAS DENGAN DEFEK PADA PALATUM PASCA OPERASI

Dalam proses pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Lepasan, terdapat beberapa


tahapan yang harus dilakukan, yaitu tahapan pekerjaan yang dilakukan di klinik,
yang berhubungan dengan klinis, dan tahapan pekerjaan yang dilakukan di
laboratorium berupa proses pembuatan gigi tiruan.

3.1 Data Pasien


Nama : Tn Rm

Umur : 48 tahun

Alamat : Jakarta Timur

Jenis kelamin : Laki-laki

Dokter Yang Merawat : Drg. Ey W Sp.Pros

Diagnosa : Pasien dengan kehilangan seluruh gigi rahang

Atas dengan defek pada palatum pasca operasi

3.2 Surat Rekomendasi Kerja (SRK)


Mohon dibuatkan gigi tiruan lengkap lepasan rahang atas dengan defek pada
palatum pasca operasi serta warna gigi A3,5.

Gambar 3.1 Model Kerja Rahang Atas dan Rahang Bawah

25
3.3 Desain

1
2

Gambar 3.2 Desain Model Kerja

Keterangan :
1. Daerah Defek
2. Basis Akrilik
3. Elemen Gigi

3.4 Persiapan Alat dan Bahan


3.4.1. Persiapan Alat
Alat-alat yang digunakan:

 Alas kerja kain putih


 Pisau malam
 Pisau gips
 Tang gips
 Kuas gambar, karet pengikat
 Artikulator
 Lecron
 Bowl
 Spatula
 Press meja
 Mesin trimmer
 Mikro motor

26
 Kompor gas dan panci
 Cuvet
 Hand press (press tangan)
 Lampu spritus
 Mixing jar
 Pensil
 Sikat poles (sikat putih dan feltcone)
 Mesin poles
 Amplas kasar
 Amplas halus
 Palu
 Macam-macam mata bur
 Penggaris
3.4.2. Persiapan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan:
 Model kerja
 Air
 Dental Stone
 Chellophan
 Powder dan liquid heat curing acrylic
 Powder dan liquid self curing acrylic
 Powder dan liquid soft curing acrylic
 Base plate wax
 Plaster of paris (gips putih)
 Vaselin
 Cold Mould Seal (CMS)
 CaCO3
 Pumice
 Elemen gigi tiruan
 Spiritus

27
3.5 Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Lepasan Rahang Atas
Dengan Defek Pada Palatum Pasca Operasi
3.5.1 Persiapan Model Kerja
Model kerja diterima dari dokter gigi, kemudian dibersihkan apabila
terdapat nodul dengan menggunakan lecron dan tepi model dirapihkan dengan
mesin trimmer.

Gambar 3.3 Persiapan Model Kerja

3.5.2 Pembuatan Takik


Pembuatan takik dilakukan untuk memudahkan proses penanaman model
pada artikulator dan proses remouting, caranya:
1. Dibuat takik berbentuk “V” empat buah, 1 dibagian posterior, 1 dibagian
anterior, 1 dibagian lateral kanan, 1 dibagian lateral kiri.
2. Takik dirapihkan agar tidak terdapat undercut.

Gambar 3.4 Pembuatan Takik

28
3.5.3 Block Out
Pada tahapan ini model kerja di block out dengan menggunakan wax.
Block out dilakukan pada daerah defek dibagian palatum menggunakan wax yang
dicairkan.

Gambar 3.5 Block Out

3.5.4 Pembuatan Galangan Gigit (bite rim)


1. Pembuatan basis akrilik dengan bahan self curing acrylic
Proses pencampuran monomer dan polimer di dalam mould space
dengan menggunakan metode dry method. Hal ini berfungsi sebagai
landasan/penguat galangan gigit agar galangan gigit tidak terjadi
perubahan bentuk pada saat try-in.

Gambar 3.6 Pembuatan Plat Basis dengan Self Curing Acrylic

2. Pembuatan galangan gigit


Proses selanjutnya yaitu membuat galangan gigit dengan
menggunakan base plate wax, selembar base plate wax dipanaskan di atas
api lampu spirtus kemudian dibentuk. Base plate wax yang telah lunak,

29
digulung dan harus melekat satu sama lainnya sampai membentuk silinder,
kemudian gulungan malam diletakan di atas model kerja mengikuti
lengkung rahang. Setelah itu permukaan oklusal galangan gigit diratakan
dengan menggunakan kape panas. Untuk ukuran model rahang atas yang
normal yaitu lebar galangan gigitnya pada bagian anterior 5 mm, pada
bagian posterior 8-10 mm. Sedangkan tinggi galangan gigitnya pada
bagian anterior 10-12 mm dari mukosa bergerak dan tidak bergerak, pada
bagian posterior 6-8 mm dari mukosa bergerak dan tidak bergerak.
Kemudian di try-in sehingga didapatkan midline dan gigitan pasien.

a b
Gambar 3.7 Galangan Gigit a. Pembuatan Galangan Gigit, b. Hasil Galangan Gigit

3.5.5 Penanaman Model Kerja pada Artikulator


Model kerja dan bite register wax yang sudah dilakukan gigitan oleh
dokter gigi, difiksasi agar oklusi tidak berubah.

Gambar 3.8 Gigitan Malam

30
Bagian artikulator upper member dan lower member yang akan tertanam
diolesi separating medium atau vaselin. Retensi atau takikan pada bagian dasar
model dibuat untuk panduan remounting. Model kerja dan bite register wax
bidang horizontal dan garis median disesuaikan dengan artikulator. Modelling
clay dibawah model rahang bawah, tutup upper member pada artikulator
kemudian rapikan. Gips diaduk, lalu adonan gips tersebut diletakan pada model
kerja rahang atas, kedudukan tersebut dipertahankan sampai gips keras. Setelah
keras artikulator dibalik kemudian buka lower member dan modelling clay
dibuang. Buat adonan gips dan diletakkan diatas model rahang bawah, tutup lower
member dan rapikan.

Gambar 3.9 Penanaman Artikulator

3.5.6 Penyusunan Elemen Gigi


Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap, penyusunan gigi anterior
terlebih dahulu. Dilanjutkan dengan gigi posterior. Setelah itu dioklusikan dan
artikulasi dengan gigi antagonisnya. Selanjutnya di try-in.

Gambar 3.10 Penyusunan Elemen Gigi

31
3.5.7 Wax Contouring
Membentuk pola malam dari basis gigi tiruan sedemikian rupa sehingga
menyerupai anatomi gusi atau jaringan lunak mulut yang asli.

Gambar 3.11 Wax Countouring

3.5.8 Flasking
Metode Flasking yang akan digunakan penulis adalah pulling the casting,
sebagai berikut:
1. Pengolesan selapis tipis separator yaitu vaseline pada permukaan
bagian dalam cuvet baik cuvet bawah maupun cuvet atas dan
permukaan luar model kerja.

Gambar 3.12 Pengolesan Vaseline

2. Adonan gips diaduk lalu dituangkan ke dalam cuvet bawah sepertiga


dari cuvet bawah lalu letakan model kerja dan tuang kembali sisa
gips hingga menutupi seluruh model kerja. Bagian gigi tiruan tidak

32
ditutupi oleh gips. Sehingga setelah dilakukan Boiling Out, gigi
tiruan berada di cuvet atas.

Gambar 3.13 Adonan Gips Dituangkan

3. Sisa-sisa gips dirapikan dan dipastikan tidak ada undercut kemudian


didiamkan hingga gips menggeras.

Gambar 3.14 Merapikan Sisa-sisa Gips

4. Adonan gips dituang sambil digetarkan menggunakan vibrator


hingga cuvet terisi penuh. Bagian atas cuvet ditutup dengan
penutupnya kemudian dilakukan pengepresan. Kelebihan dari sisa
gips dibersihkan dan dibiarkan hingga gips mengeras.

33
Gambar 3.15 Pengisian Cuvet Atas Gambar 3.16 Cuvet di Press

3.5.9 Boilling Out


Proses boiling out dilakukan untuk mendapatkan mould space, tahapannya
sebagai berikut:
1. Cuvet dipindahkan dari press meja ke press tangan.
2. Kemudian direndam dalam air mendidih selama 15 menit untuk
melunakan wax, setelah 15 menit lalu cuvet diangkat.

Gambar 3.17 Boiling Out

3. Cuvet atas dan cuvet bawah dipisahkan secara perlahan-lahan, dengan


seluruh gigi sudah berada di cuvet atas, air mendidih yang bersih
disiramkan pada mould space, hingga tidak ada lagi sisa wax pada mould
space.

34
Gambar 3.18 Eliminasi wax

4. Kemudian bagian tepi yang tajam pada mould space dirapikan dengan
menggunakan lecron sebelum disiram pada mould space, hingga tidak ada
lagi sisa wax pada mould space.
5. Mould space yang masih hangat diolesi dengan cold mold seal (CMS) agar
lebih melekat pada model kerja juga untuk mencegah supaya cairan resin
akrilik tidak melekat pada model kerja.
6. Model kerja diolesi ulang dua kali dengan cold mold seal (CMS) tetapi
tidak mengenai elemen gigi tiruan.

Gambar 3.19 Pengolesan Cold Mold Seal (CMS)

3.5.10 Packing
Pada tahap ini, penulis akan menggunakan soft acrylic terlebih dahulu lalu
dikombinasikan dengan heat curing acrylic dengan cara wet methode, yaitu
monomer dan polimer dituang menjadi satu ke dalam mixing jar, lalu didiamkan
hingga dough stage.

35
1. Polimer dan monomer soft acrylic dimasukan ke dalam mixing jar,
kemudian tunggu hingga dough stage. Selanjutnya adonan dituang pada
daerah defek, kemudian tutup dengan plastik cellophan. Lalu masukkan
plat self curing acrylic kemudian dilakukan press pertama secara perlahan
atau bertahap.

Gambar 3.20 Packing Soft Acrylic

2. Selanjutnya cuvet dikeluarkan dari press meja dan dipisahkan antara cuvet
atas dan cuvet bawah. Plat basis self curing acrylic dan plastik cellophan
dilepas kemudian kelebihan soft acrylic dibuang.

Gambar 3.21 Membuang Kelebihan Soft Acrylic

3. Pada saat melakukan press pertama bahan soft acrylic, dilakukan


polimerisasi bahan heat curing acrylic. Polimer dan monomer heat curing
acrylic dimasukkan ke dalam mixing jar, kemudian tunggu hingga dough
stage. Setelah itu cuvet dibuka dari press, selanjutnya adonan heat curing
acrylic diambil dan diletakkan di atas gigi yang berada di cuvet atas.

36
Selanjutnya tutup masing-masing bagian soft acrylic dan heat curing
acrylic dengan plastik cellophan sebagai pemisah antara keduanya.
Kemudian satukan cuvet atas dan cuvet bawah, selanjutnya dilakukan
press kedua.

a b
Gambar 3.22 Packing a. Packing Heat Curing, b. Heat Curing Acrylic pada Cuvet
Atas dan Soft Acrylic pada Cuvet Bawah

4. Setelah press kedua, cuvet dikeluarkan dari press meja, cuvet atas dan
cuvet bawah dipisahkan, kemudian diambil kelebihan dari masing-masing
bahan soft acrylic dan heat curing acrylic. selanjutnya dilakukan press
terakhir tanpa menggunakan cellophan. Pada saat proses press terakhir
cuvet atas dan cuvet bawah harus berada dalam posisi metal to metal
contact. Setelah selesai, siap dilakukan tahap curing.

a b

37
c d
Gambar 3.23 Pengepresan a. Press, b. Hasil Press Pertama Heat Curing Acrylic, c. Hasil
Press Pertama Soft Acrylic, d. Pengepresan Terakhir

3.5.11 Curing
Tahap polimerisasi mulai dari suhu kamar sampai air mendidih, dari
mendidih dipertahankan selama 30 menit. Selanjutnhya diamkan hingga kembali
pada suhu kamar. Biarkan cuvet menjadi dingin secara alami.

Ganbar 3.24 Proses Curing

3.5.12 Deflasking
Deflasking ini dilakukan dengan cara :
1. Cuvet diketuk perlahan dengan palu agar model terlepas dari cuvet.
2. Kemudian bersihkan model dan protesa dari sisa tanam.

38
a b
Ganbar 3. 25 Deflasking a. Proses Pembukaan Cuvet, b. Hasil Deflasking

3.5.13 Remounting
Setelah model kerja didapat kemudian dilakukan remounting pada,
artikulator, tahap remounting sebagai berikut :
1. Model kerja dan gigi tiruan dikembalikan ke artikulator sesuai dengan
tanda takik bentuk V.
2. Kemudian direkatkan dengan base plate wax yang telah dipanaskan
diseluruh tepi model kerja.
3. Terlihat posisi pin incisal terhadap incisal guide table posisi pin
terangkat, menunjukkan terjadi peninggian gigit untuk itu perlu
dikoreksi sampai pin tidak terangkat dengan cara mengoklusikan gigi
rahang atas dan rahang bawah menggunakan articulating paper,
setelah terlihat tanda warna pada gigi maka dilakukan pengasahan pada
daerah yang berkontak menggunakan bur frasser. Setelah pin tidak
terangkat lagi kemudian dilanjutkan dengan melihat bagaimana
artukulasinya, ternyata terjadi hambatan ketika diartikulasikan dan
dilanjutkan dengan tahap selective grinding.

39
a b
Gambar 3.26 Remounting a. Pengembalian Model ke Artikulator, b. Posisi Pin
Incisal terangkat

3.5.14 Selective grinding


Setelah diketahui terjadi hambatan ketika diartikulasikan maka dilakukan
tahap selective grinding dengan menggunakan articulating paper terlebih dahulu
di permukaan gigi yang berkontak dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Diletakan articulating paper pada seluruh permukaan oklusal sampai
terlihat tanda warna pada daerah gigi.
2. Pengasahan dilakukan dengan menggunakan bur frasser dan bur
fissure pada tempat yang tertanda articulating paper.
3. Setelah selesai incisal guide pin tidak terangkat lagi kemudian
permukaan-permukaan oklusal gigi yang tajam dan menyudut
diratakan dengan menggunakan bur diamond.

Gambar 3.27 Hasil Selective Grinding

40
3.5.15 Finishing
Penyelesaian gigi tiruan dengan menyempurnakan bentuk akhir gigi tiruan
dengan membuang sisa-sisa resin akrilik yang tertinggal disekitar gigi, tonjolan-
tonjolan akrilik pada gigi tiruan dengan menggunakan macam-macam mata bur
seperti bur frasser, disk dan rubber. Setelah mendapatkan protesa kasar
dihaluskan dengan amplas.

a b

a b c
Gambar 3.28 Finishing a. Menggunakan Frasser, b. Menggunakan Disk
c. Menggunakan Amplas

3.5.16 Polishing
Tahap pemolesan gigi tiruan ini dilakukan dengan menghaluskan dan
mengkilapkan gigi tiruan tanpa merubah konturnya. Untuk mengkilapkan gigi
tiruan resin akrilik, daerah kasar terlebih dahulu harus dibuang untuk
menghasilkan permukaan yang licin dan mengkilap.
1. Protesa dipoles dengan feltcone menggunakan pumice untuk
menghaluskan bagian protesa yang masih kasar.

Gambar 3.29 Pemolesan dengan Feltcone

41
2. Selanjutnya protesa dipoles dengan sikat putih menggunakan bahan CaCo3
hingga mengkilap.

Gambar 3.30 Pemolesan dengan Sikat Putih

3.5.17 Hasil Akhir

Gambar 3.31
Hasil Akhir

a b c
Gambar 3.31 Hasil Akhir a. Pandangan Palatal, b. Hasil Akhir pada Artikulator,
c. Pandangan Labial

42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Setelah gigi tiruan lengkap lepasan dibuat hasil akhirnya adalah sebagai
berikut:
1. Protesa lebih berat karena terdapat soft acrylic pada daerah defek.
2. Terlihat porus pada daerah regio posterior dan anterior .
3. Pemolesan halus dan mengkilap.

4.2 Pembahasan
Gigi tiruan lengkap lepasan akrilik yang dikombinasikan dengan bahan
soft acrylic merupakan gigi tiruan dimana pada bagian daerah defek diberi bahan
soft acrylic. Kombinasi ini merupakan sebuah alternatif yang baik untuk gigi
tiruan lengkap lepasan dimana pada bagian palatum terdapat defek, karena
kombinasi ini memiliki keuntungan yang membuat pasien merasa lebih nyaman
dengan adanya bahan yang lentur pada bagian daerah defek pasca operasi.
Proses pembuatan protesa ini dirasakan sulit pada tahap packing karena
menggunakan 2 bahan acrylic dengan setting time yang berbeda yaitu heat curing
acrylic dan soft acrylic sehingga harus bekerja lebih cepat.
Penulis memulai proses pengerjaan tahap pertama yaitu dengan
mempelajari surat rekomendasi kerja (SRK), dilanjutkan dari merapihkan model
kerja, membuat basis, membuat takik dan block out daerah defek di bagian
palatum dengan menggunakan wax. Setelah itu membuat plat basis menggunakan
bahan self curing acrylic yang berfungsi sebagai landasan/penguat galangan gigit
agar galangan gigit tidak terjadi perubahan bentuk pada saat try-in. Selanjutnya
membuat galangan gigit dengan menggunakan base plate wax. Kemudian model
kerja ditanam pada artikulator, setelah itu dilakukan penyusunan gigi dimana
penyusunan gigi dengan memperhatikan oklusi dan artikulasi sehingga tidak
terdapat peninggian gigit dan blocking. Lalu dilakukan wax contouring.
Prosedur flasking yang penulis gunakan yaitu dengan menggunakan teknik
pulling the casting dimana permukaan labial/bukal tidak di tutup dengan

43
stone/gips. Kemudian dilakukan boiling out, setelah boiling out gigi akan ikut
pada cuvet atas yang berfungsi untuk mempermudah dalam pengulasan separating
medium dan untuk mengontrol seluruh residu wax yang hilang.
Pada prosedur pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan akrilik dengan
kombinasi soft acrylic nampak perbedaan yang jelas pada tahap packing bila
dibandingkan peacking secara konvensional yang hanya menggunakan bahan heat
curing acrylic. Dengan adanya 2 macam bahan penulis harus lebih hati-hati dan
lebih teliti dalam pengerjaannya, sehingga bahan soft acrylic menyatu dengan
bahan heat curing acrylic.
Pada saat melakukan press pertama hanya terdapat soft acrylic pada
bagian daerah defek yang berada pada cuvet bawah, diatas soft acrylic tersebut
diletakan cellophan. Plat basis self curing acrylic berfungsi sebagai pemisah dari
bahan soft acrylic yang mengisi seluruh bagian defek pada saat dilakukan press
pertama. Sebelum dilakukan press kedua bahan heat curing acrylic yang telah
mencapai tahap dought stage dimasukan pada daerah yang bergigi/pada cuvet atas
kemudian plat basis self curing acrylic dilepaskan. Pada press kedua untuk
menghindari penyatuan dari kedua bahan tersebut maka masih dilapisi celophan
pada cuvet atas dan cuvet bawah sehingga kelebihan bahan masih dapat dibuang.
Pada press terakhir celophan dari kedua cuvet atas dan cuvet bawah dilepaskan,
posisi cuvet harus berada dalam metal to metal contact sehingga kedua bahan
dapat menyatu. Selanjutnya curing, untuk kasus yang penulis kerjakan pada saat
curing ini membutuhkan waktu 30 menit, lalu dilakukan proses deflasking. Pada
saat protesa di lepaskan dan dibersihkan tampak terdapat adanya porus pada
bagian palatum. Untuk mengatasi hal tersebut maka penulis mengambil bagian
yang porus dengan bur frasser kemudian melapisi kembali dengan bahan self
curing acrylic.
Tahap finishing dilakukan dengan menggunakan mata bur frasser untuk
mengurangi ketebalan protesa dan membersihkan dari bahan tanam, kemudian
protesa dirapihkan dan dibentuk sesuai dengan desain yang telah ditentukan,
selanjutnya permukaan protesa dihaluskan dengan menggunakan rubber agar
mempermudah pada saat pemolesan, setelah itu protesa kembali dihaluskan

44
dengan menggunakan amplas untuk menghilangkan guratan, dilanjutkan dengan
menggunakan feltcone dengan bahan pumice, berikutnya lanjut ke tahap polishing,
pemolesan terakhir dengan menggunakan sikat putih dengan CaCO3 agar protesa
menjadi mengkilap.

45
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan
sebagai berikut:
1. Diperlukan keterampilan dan pengalaman kerja, sehingga dapat
melakukan prosedur pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan rahang atas
dengan defek pada palatum pasca operasi, pada pembuatan ini diperoleh
hasil yang diharapkan dengan melakukan pembelajaran melalui referensi.
2. Penggunaan bahan soft acrylic pada daerah defek membuat pasien merasa
lebih nyaman.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan simpulan yang
didapat adalah sebagai berikut:
1. Untuk dapat melakukan pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan dengan
defek pada palatum pasca operasi sebaiknya diperlukan pembelajaran baik
teori maupun praktek melalui referensi-referensi yang ada. Agar diperoleh
suatu protesa dengan hasil yang maksimal dan dapat efektif untuk
digunakan.
2. Saran kepada pihak kampus untuk menyediakan buku-buku mengenai
keteknisian gigi.

46

You might also like