Professional Documents
Culture Documents
Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila dan
mandibula, yang terjadi selama pergerakan Mandibula dan berakhir dengan
kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya
interaksi antara Dental system.
Dari aspek sejarah perkembanganny, dikenal tiga konsep dasar oklusi yang
sejauh ini diajarkan dalam kedokteran gigi (Mardjono):
a. Oklusi seimbang
b. Oklusi morfologis
c. Oklusi dinamis
Jenis-jenis Oklusi
1. oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan
rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-
geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik). Pada oklusi statik, hubungan
cusp fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada pada posisi cusp to
marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar pada posisi cusp to fossa.
Sedang pada hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan
tinggi gigit (overbite) dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit (overjet)
adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi incisivus RA terhadap bidang
labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi gigit (overbite) adalah jarak
vertikal antara incisal edge RB sampai incisal edge RA.
c. Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada
waktu mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam
posisi bilateral simetris di dalam fossanya. Sentris atau tidaknya posisi
mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak
antara gigi pada saat pertama berkontak. Keadaan ini akan mudah berubah bila
terdapat gigi supra posisi ataupun overhanging restoration.
3. Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada
saat RB digerakkan ke anterior
4. Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada
saat RB digerakkan ke lateral.
1. Hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama tetap pada bidang
sagittal
2. Angulasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang transversal
3. Inklinasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang sagittal
4. Tidak adanya rotasi gigi-gigi individual
5. Kontak yang akurat dari gigi-gigi individual dalam masing-masing
lengkung gigi, tanpa celah maupun berjejal-jejal
6. Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung
Andrew memperkirakan bahwa jika satu atau beberapa ciri ini tidak tepat,
hubungan oklusal dari gigi-geligi tidaklah ideal. Sekali lagi, kunci Andrew
berhubungan terutama dengan oklusi static, tetapi ciri-ciri yang didefinisikan
tidak mencakup klasifikasi Angle.
kesejajaran gigi geligi dalam lengkung gigi terjadi sebagai hasil dari gaya
banyak arah yang kompleks pada gigi selama dan setelah erupsi. Gigi yang erupsi,
diarahkan keposisi dimana gaya lawan berada dalam equilibrium.
Sebagian besar gaya lawan yang mempengaruhi posisi gigi berasal dari otot-
otot yag mengelilinginya. Labial dari gigi adalah bibir dan pipi, dimana
memberikan gaya arah lingual yang konstan tetapi ringan. Pada daerah lawan dari
lengkung gigi adalah lidah, dimana memberikan gaya dari arah labial dan bukal
pada permukaan lingual dari gigi. Dua gaya ini diberikan arah labial oleh bibir dan
pipidan arah lingual oleh lidah ringan tetapi konstan; ini adalah jenis gaya yang
sepanjang waktu dapar menggerakkan gigi dalam lengkung gigi.
Gaya labiolingual dan bukolingual adalah sama dalam posisi gigi dalam
rongga mulut. Disebut neutral position, atau space, keseimbangan gigi dicapai (
gambar 3-1). Jika selama erupsi gigi gigi diposisikan terlalu jauh dari lingual atau
fasial, gaya yang berlaku ( lidah jika dalam linguoversi, bibir dan pipi jika dalam
fasioversi) akan mendorong gigi ke neutral position. Hal ini normal terjadi ketika
ada ruang yang cukup untuk gigi dalam lengkung gigi. Jika ruang tidak cukup, gaya
otot disekitarnya biasanya tidak cukup untuk memposisikan gigi dalam lengkungan
yang tepat. Gigi tersebut tetap berada diluar bentuk lengkung normal, dan crowding
perlu diobservasi. Crowding tetap ada sampai adanya gaya luar tambahan untuk
memperbaiki ukuran gigi dan perbedaan panjang lengkung (misalnya ortodonsia).
Bahkan setelah erupsi, perubahan atau gangguan dalam ukuran, arah atau
frekuensi dari gaya otot akan cenderung memindahkan gigi ke posisi dimana gaya
berada dalam equilibrium. Gangguan jenis ini dapat terjadi jika lidah aktif dan
besar. Hal ini dapat mengakibatkan gaya lebih besar dari arah lingual ke gigi
dibanding arah labial dari bibir. Hal ini biasanya mengarah lebih ke labial dari gigi
anterior sampai pada posisi gaya labial dan lingual berada pada equilibrium. Secara
klinis digambarkan sebagai oper bite anterior ( gambar 3-2). Jika individu dengan
kondisi ini diminta untuk menelan, lidah mengisi ruang anterior ( gambar 3-2, B
dan D). Awalnya diasumsikan bahwa gaya yang diberikan oleh lidah selama
menelan bertanggung jawab atas pergerakan labial gigi anterior. Faktanya,
kemungkinan yang lebih besar adalah gigi anterior berpindah ke arah labial oleh
posisi dari lidah dan bukan dari aktivitas menelan. Tongue thrusting selama
menelan lebih banyak dihubungkan dengan usaha pasien untuk menutup mulut,
dimana perlu untuk efisiensi menelan.
Dokter seharusnya mengingat bahwa gaya otot secara konstan bekerja dan
mengatur fungsi gigi. Gaya tidak secara langsung berasal dari otot-otot rongga
mulut tapi dihubungkan dengan kebiasan oral dapat juga mempengaruhi posisi gigi.
Secara konstan menggigit sedotan, contohnya, dapat mengubah posisi gigi.
Instrument music ditempatkan diantara gigi maksila dan mandibular ( contonya
clarinet) dapat memberikan gaya labial ke permukaan lingual dari gigi anterior
maksila, menghasilkan labial flaring. Ketika posisi gigi abnormal ditemukan,
penting untuk bertanya jenis kebiasaan pasien. Jika etiologi posisi tidak
dihilangkan, koreksi posisi gigi akan sulit dilakukan.
Kesejajaran gigi dalam lengkung mengacu pada hubungan gigi satu sama
lain dalam lengkung gigi. Bidang oklusi adalah bidang yang dibangun dari garis
yang digambar melewati semua puncak cusp bukal dan tepi incisal dari gigi
mandibular ( gambar 3-4), kemudian diperluas ke bidang untuk memasukkan
puncak cusp lingual dan berlanjut melewati lengkung untuk memasukkan daerah
bukal lawan dan puncak cusp lingual. Ketika bidang oklusi diperiksa, akan menjadi
terlihat bahwa bidang tidaklah datar. Dua TMJ, dimana jarang berfungsi dengan
pergerakan serentak yang identic, menentukan banyak pergerakan yang terdeteksi.
Karena sebagian besar pergerakan rahang kompleks, dengan pusat pergeseran rotasi
yang konstan, bidang oklusal yang datar tidak akan mengizinkan kontak fungsional
secara serentak lebih dari satu daerah dari lengkung gigi. Oleh karena itu, bidang
oklusal dari lengkung gigi adalah melengkung yang mengizinkan penggunaan
maksimal dari kontak gigi selama berfungsi. Kurva bidang oklusal merupakan hasil
dari posisi gigi dalam lengkung dengan berbagai macam derajat inklinasi.
Permukaan oklusal gigi dibuat dari sejumlah cusp, groove, dan sulci.
Selama berfungsi bagian oklusal secara efektif menghancurkan makanan dan
mencampurkannya dengan saliva membentuk bolus sehingga dapat dengan mudah
ditelan. Permukaan oklusal gigi posterior dapat dibagi menjadi beberapa bagian.
Bagian gigi antara puncak cusp bukal dan lingual dari gigi posterior disebut
occlusal table ((gambar 3-9). Gaya yang besar dari mastikasi disalurkan pada
bagian ini. Occlusal table menampilkan rata-rata 50-60 % dari total dimensi
bukolingual dari gigi posterior dan diposisikan diatas sumbu panjang struktur akar.
Hal ini dianggap inner aspect dari gigi karena berada antara puncak cusp.
Demikianjuga, puncak cusp terluar bagian oklusal disebut outer aspect. Inner dan
outer aspect dari gigi dibuat dari inklinasi yang meluas dari puncak cusp ke central
fossa atau tinggi kontur permukaan lingual atau labial dari gigi. Sehingga inklinasi
disebut inner dan outer inklinasi ( gambar 3-10). Contohnya inner inklinasi dari
cusp bukal maksila premolar pertama kanan diidentifikasi daerah spesifik dalam
lengkung gigi. Inklinasi gigi juga diidentifikasi dengan mengikuti permukaan
kearah mana diarahkan ( misalnya mesial atau distal). Permukaan inklinasi arah
mesial merupakan menghadap bagian mesial gigi, dan permukaan inklinasi distal
menghadap bagian dital gigi. ( gambar 3-11).
KESEJAJARAN GIGI ANTAR LENGKUNG
Kesejajaran gigi antar lengkung mengacu pada hubungan gigi dalam satu
lengkung dengan yang lainnya. Saat dua lengkung bertemu saat kontak, penutupan
mandibular, hubungan oklusal dari gigi terbentuk.
Gigi maksila dan mandibula menutup secara tepat. Jarak sebuah garis
dimulai pada permukaan distal molar ketiga, meluas kearah mesial melewati
semuanya daerah kontak proksimal sekitar lengkungan, dan berakhir pada
permukaan distal molar ketiga lawan disebut degan arch length. Kedua lengkung
ini memiliki rata-rata panjang yang sama., dengan lengkung mandibular lebih
sedikit kecil ( lengkung maksila 128 mm; lengkung mandibular 126 mm). Sedikit
perbedaan ini merupakan hasil jarak mesiodistalyang sempit dari insisif mandibular
dibandingkan dengan insisif maksila. Arch width adalah jarak antar lengkung.
Lebar lengkung mandibular lebih kecil sedikit dibanding lengkung maksila,
sehingga ketika lengkung oklusi, posisi gigi maksila lebih fasial dibanding gigi
mandibular.
Peran lidah, pipi dan bibir penting selama berfungsi karena secara terus-
menerus menempatkan makakan pada permukaan oklusal gigi. Hubungan
bukolingual yang normal membantu memaksimalkan efisiensi otot dan
meminimalkan trauma jaringan lunak ( dari tergigitnya pipi atau lidah). Terkadang,
karena perbedaan ukuran lengkung skeletal atau pola erupsi, gigi beroklusi
sedemikian rupa sehingga cusp bukal maksila berkontak di daerah central fossa dari
gigi mandibular. Hubungan ini disebut dengan crossbite ( gambar 3-13).
Cusp bukal gigi mandibular posterior dan cusp lingual gigi maksila
posterior beroklusi dengan daerah lawan central fossa. Cusp ini disebut supporting
cusp, atau centric cusp, dan terutama bertugas menjaga jarak antara maksiladan
mandibular. Jarak ini mendukung tinggi fasial vertical dan disebut dengan dimensi
vertical oklusi. Cusp ini juga berperan besar dalam mastikasi karena kontak terjadi
pada cusp inner dan outer aspect . centric cusp luas dan bulat. Saat dilihat dari
oklusal, puncaknya terletak sekitar sepertiga jarak total lebar bukolingual gigi
(gambar 3-14).
Cusp bukal gigi maksila posterior dan cusp lingual gigi mandibular
posterior disebut guiding atau noncentric cusp. Relative tajam, dengan puncak di
sekitar seperenam jarak total lebar bukolingual gigi (gambar 3-14). Daerah kecil
pada noncentric cusp dapat memiliki fungsi yang penting. Daerah ini terletak pada
inner incline dari noncentric cusp dekat central fossa gigi dan juga berkontak
dengan atau mendekati sebagian kecil outer aspect dari centric cusp lawan. Daerah
kecil dari centric cusp ( sekitar 1 mm) merupakan satu-satunya daerah dimana outer
aspect memiliki fungsi yang penting. Daerah ini sebelumnya disebut dengan
functional outer aspect. Outer aspect yang kecil pada tiap centric cusp dapat
berfungsi melawan inner incline dari noncentric cusp (gambar 3-15). Karena daerah
ini membantu dalam pemotongan makanan selama mastikasi, noncentric cusp juga
disebut dengan shearing cusp.
Peran utama noncentric cusp adalah meminimalkan terlukanya jaringan,
seperti yang telah disebutkan, untuk menjaga bolus makanan pada meja oklusal dari
mastikasi. Noncentric cusp juga memberikan keseimbangan mandibular sehingga
saat gigi pada oklusi penuh, hubungan oklusal diperoleh. Hubungan gigi dalam
interkuspal maksimal disebut maximum intercuspal position (ICP). Jika mandibula
bergerak ke arah lateral dari posisinya, noncentric contact akan berkontak dan
memandunya. Jika mulut membuka dan kemudian menutup, noncentric cusp akan
membantu memandu mandibular kembali ke ICP. Selama mastikasi, cusp telah
selesai memandu kontak yang memberikan umpanbalik ke system neuromuscular,
dimana mengontrol chewing stroke. Oleh karena itu, noncentric cusp juga disebut
dengan guiding cusp.
Ketika lengkung gigi dilihari dari oklusal, ciri khas tertentu dapat terlihat,
membantu untuk mengerti hubungan interoklusal gigi.
1. Jika garis khayal diperluas melewati semua puncak cusp bukal dari gigi
mandibular posterior, garis bukooklusal terbentuk. Dalam lengkung normal
garis ini bersambung dinamis, memperlihatkan bentuk lengkungan umum. Hal
ini juga menunjukkan batasan antara inner dan outer aspect cusp bukal
(gambar 3-16).
2. Demikianjuga, jika garis khayal diperluas melewati cusp lingual gigi maksila
posterior, garis linguooklusal terlihat. Garis ini memperlihatkan bentuk
lengkungan umum dan menunjukkan batasa antara inner dan outer aspect
centric cusp (gambar 3-17).
3. Jika garis khayal ketiga diperluas melewati central developmental groove dari
gigi maksila dan mandibular posterior, garis central fossa dapat terlihat. Pada
lengkung yang normal, garis ini bersambung dan memperlihatkan bentuk
lengkung (gambar 3-18).
Saat garis central fossa terbentuk, hal ini penting untuk mencatat hubungan dari
daerah kontak proksimal. Daerah ini umumnya terletak sedikit ke bukal dari garis
central fossa (gambar 3-19), yang memungkinkan untuk daerah embrasure lingual
lebih besar. Selama berfungsi, embrasure lingual yang besar akan bertugas sebagai
menampung makanan selama mastikasi. Sebagai gigi yang berkontak, sebagian
besar makanan akan menghindar ke lidah, dimana lebih efisien dalam
mengembalikan makanan ke meja oklusal dibandungotot bucinator dan perioral.
Seperti yang telah dijelaskan, kontak oklusal terjadi ketika centric cusp
kontak dengan grasi central fossa lawan. Terlihat dari fasial, cusp biasanya
berkontak disalah satu dari dua daerah : (1) daerah central fossa dan (2) daerh
marginal ridge dan embrasure.
Kontak antara puncak cusp dan daerah central fossa sama dengan
penggilingan alu dalam lumpang. Ketika dua permukaan kurva bertemu, hanya
bagian tertentu yang berkontak pada waktu tertentu, meninggalkan daerah bebas
dari kontak untuk bertugas sebagai penampung makanan yang telah hancur.
Sebagai mandibular yang berpindah selama mastikasi, perbedaan daerah kontak,
membentuk perbedaan penampungan. Pergerakan ini meningkatkan efisiensi
mastikasi.
Jenis kedua dari kontak oklusal adalah antara puncak cusp dan marginal
ridge. Marginal ridge merupakan daerah yang sedikit cembung pada batas mesia
dan distal permukaan oklusal yang berubungan dengan permukaan interproksimal
gigi. Bagian tertinggi dari marginal ridge hanya sedikit lebih cembung. Oleh karena
itu, jenis kontak paling baik digambarkan oleh puncak cusp yang berkontak dengan
permukaan datar. Dalam hubungan ini, puncak cusp dapat menembus makan
dengan mudah, dan penampungan disediakan kesegala arah. Sebagai mandibular
yang bergerak ke arah lateral, pergeseran daerah kontak, meningkatkan efisiensi
chewing stroke. Penting bahwa puncak cusp tidak hanya bertanggungjawab penuh
pada kontak oklusal. Daerah bundar sekitar puncak cusp dengan radius sekitar 0.5
mm memberikan daerah kontak dengan permukaan gigi lawan.
Ketika hubungan gigi antar lengkung normal dilihat dari tampak lateral,
dapat terlihat tiap gigi berolusi dengan dua gigi lawan. Namun, ada dua
pengecualian pada aturan ini; insisif sentral mandibular dan molar ketiga maksila.
Dalam kasus ini, gigi beroklusi dengan hanya satu gigi lawan. Oleh karena itu,
sepanjang lengkungan ada gigi beroklusi dengan gigi serupa pada lengkung gigi
lawan dan gigi yang berdekatan.
Hubungan satu atau dua gigi membantu menyalurkan gaya oklusal ke
beberapa gigi dan keseluruh lengkungan. Juga membantu menjaga intergritas
lengkung, bahkan saat gigi hilang, karena keseimbangan kontak oklusal masih
dijaga oleh gigi yang tersisa.
Pada hubungan normal gigi mandibular terletak sedikit lebih kelingual dan
mesial dari gigi lawannya. Baik gigi posterior maupun anterior (gambar 3-21). Pada
pemeriksaan pola kontak dari lengkung gigi, sangat membantu untuk mempelajari
gigi posterior dan anterior secara terpisah.
Kelas I
Karakteristik berikut mengidentifikasi hubungan molar yang paling khas pada gigi
geligi normal, dijelaskan pertamakali oleh Angle sebagai hubungan kelas I :
Hubungan ini di tiap gigi mandibular beroklusi dengan gigi lawan dan gigi
mesial yang berdekatan. (Contohnya, premolar kedua mandibular berkontak
dengan premolar kedua maksila dan premolar pertama maksila). Kontak antara
molar terjadi pada puncak cusp dan fossa dan puncak cusp dan marginal ridge.
Dua macam pola kontak oklusal dapat diperoleh pada daerah marginal ridge.
Pada beberapa contoh cusp berkontak pada daerah embrasure (dan sering juga pada
marginal ridge yang berdekatan), secara langsug, menghasilkan dua kontak pada
daerah puncak cusp (gambar 3-22). Pada contoh lainnya puncak cusp diposisikan
sedemikian rupa sehingga berkontak hanya dengan marginal ridge, hanya
menghasilkan satu kontak pada puncak cusp. Keadaan selanjutnya menjelaskan
hubungan umum molar. Gambar 3-23 menggambarkan tampak bukal dan pola
kontak oklusal yangkhas pada hubungan molar kelas I.
KELAS II
Pada beberapa pasien lengkung maksilanya besar atau maju ke anterior, atau
lengkung mandibulanya kecil dan terletak lebih ke posterior. Kondisi ini akan
dihasilkan pada molar pertama mandibular yang terletak lebih ke distal dari
hubungan molar kelas I (gambar 3-24), digambarkan sebagai hubungan kelas II.
Hal ini sering digambarkan sebagai berikut:
Ketika dibandingkan dengan hubungan kelas I, setiap kontak oklusal terletak lebih
kedistal, sekitar lebar mesiodistal premolar.
KELAS III
Tiap pasangan kontak oklusal terletak ke mesial dari kontak pada hubungan kelas
I, sekitar lebar sebuah premolar.
Seperti gigi posterior maksila, gigi anterior maksila normalnya terletak lebih
ke labial dari gigi anterior mandibular. Tidak seperti gigi posterior, namun, baik
gigi anterior maksila dan mandibular memiliki inklinasi lebih kelabial, mulai dari
12 hingga 28 derajat dari garis vertical. Meskipun sejumlah besar variasi terjadi,
hubungan normal akan menemukan tepi insisal dari insisif mandibular berkontak
dengan permukaan lingual insisif maksila. Kontak ini umumnya terjadi pada fossa
lingual dari insisif maksila sekitar 4 mm gingiva hinnga ke tepi insisal. Saat dilihat
tampak labial, 3 hingga 5 mm gigi anterior mandibular tertutupi gigi anterior
maksila (gambar 3-26). Karena panjang mahkota gigi anterior maksila sekitar 9
mm, sedikit lebih dari setengah mahkota sehingga masih terlihat dari tampak labial.
Inklinasi labial gigi anterior menandakan perbedaan fungsi dengan gigi
posterior. Telah dijelaskan sebelumnya, fungsi utama gigi posterior adalah untuk
membantu pemotongan makanan secara efektif selama mastikasi sembari menjaga
dimensi vertical oklusi. Gigi posterior sejajar sehingga gaya vertical yang berat dari
penutupan dapat disebarkan tanpa efek yang merugikan pada gigi atau jaringan
pendukung. Inklinasi labial gigi anterior maksila dan gigi maksila beroklusi tidak
memiliki pertahanan terhadap gaya oklusal yang besar. Jika gaya besar terjadi pada
gigi anterior selama penutupan mandibular, kecenderungan gigi maksila bergeseke
arah labial. Oleh karena itu, pada oklusi normal, kontak pada gigi anterior di ICP
lebih ringan banding gigi posterior. Tidak ada kontak pada gigi anterior pada ICP
jarang terjadi. Fungsi gigi anterior, tidak untuk menjaga dimensivertikal oklusi
tetapi memandu mandibular melakukan pergerakan lateral. Kontak gigi anterior
yang memberikan panduan pada mandibular disebut anterior guidance.
Fungsi penting lainnya dari gigi anterior adalah melakukan tindakan awal
mastikasi. Fungsi gigi anterior memotong makanan sebelum masukke rongga
mulut. Setelah makanan dipotong, dengan cepat dibawa ke gigi posterior untuk
dihaluskan. Gigi anterior memiliki peran penting dalam berbicara, dukungan bibir
dan estetika.
Pada beberapa orang hubungan gigi anterior normal tidak ada. Variasi dapat
diperoleh dari perbedaan pola perkembangan dan pertumbuhan. Beberapa
hubungan diidentifikasi dengan menggunakan istilah tertentu (gambar 3-28).
Ketika seseorang memiliki mandibular yang kurang berkembang ( hubungan molar
kelas II), gigi anterior mandibular sering berkontak pada sepertiga gingiva dari
permukaan lingual gigi maksila. Hubungan anterior ini disebut deep bite (deep
overbite). Jika hubungan kelas II anterior sentral dan lateral maksila pada inklinasi
labial normal, dapat disebut dengan divisi I. Ketika insisal maksila inklinasi lebih
ke lingual, hubungan anterior ini disebut kelas II, divisi II. Deep bite yang ekstrem
dapat diakibatkan oleh kontak dengan jaringan gingiva di palatal terhadapa insisial
maksila .
Hubungan gigi anterior lainnya adalah salah satu yang sebenarnya memiliki
vertical overlap yang negative. Dengan kata lain, gigi posterior pada interkuspal
maksimal, gigi anterior lawan tidak overlap atau bahkan berkontak satu dengan
yang lainnya. Hubungan anterior ini disebut dengan anterior open bite.
Seseorang yang memiliki anterior open bite, tidak ada kontak anterior yang
terjadi selama pergerakan mandibular.
KONTAK OKLUSAL SELAMA PERGERAKAN MANDIBULA
Pada hal ini, hanya hubungan static dari gigi anterior dan posterior yang dibahas.
TMJ dan otot yang berhubungan membuat mandibuladapat bergerak dalam 3
bidang (sagittal, horizontal dan frontal). Sepanjang dengan pergerakan ini
menghasilkan kontak gigi yang potensial. Memahami jenis dan lokasi kontak gigi
yang terjadi selama pergerakan dasar mandibular sangatlah penting. Istilah
eksentrik digunakan untuk menggambarkan pergerakan mandibular dari ICP
dihasilkan dari kontak gigi. Tiga dasar pergerakan eksentrik : potrusif, laterotrusif
dan retrusif.
PERGERAKAN MANDIBULA PROTRUSIF
Pergerakan retrusif terjadi ketika mandibular bergerak kearah posterior dari ICP.
Dibandingkan dengan pergerakan lainnya, pergerakan retrusif cukup kecil (1 atau
2 mm). pergerakan retrusif terbatas oleh struktur ligament yang dibahas pada bab
1. Selama pergerakan retrusif, cusp bukal mandibular bergerak kearah distal
melewati permukaan oklusal dari gigi maksila lawannya (gambar 3-32). Daerah
dari kontak yang potensial terjadi antara inklinasi distal cusp bukal mandibular
(sentrik) dan inklinasi mesial dari fossa dan marginal ridge lawan. Pada lengkung
maksila, kontak retrusif terjadi antara inklinasi mesial dari central fossa dan
marginal ridge lawan. Kontak retrusif terjadi pada inklinasi terbalik dari kontak
protrusive karena pergerakan justru sebaliknya.
SIMPULAN KONTAK OKLUSAL
Saat dua gigi posterior lawan beroklusi secara normal (cusp lingual maksila
berkontak dengan central fossa lawan dan cusp bukal mandibular berkontak dengan
central fossa lawan), daerah kontak potensial selama pergerakan eksentrik
mandibular berada pada permukaan oklusal gigi. Tiap inklinasi centric cusp dapat
berpotensi membuat kontak eksentrik dengan gigi lawan. Inner incline dari
noncentric cusp dapat juga berkontak pada gigi lawan selama pergerakan eksentrik
yang spesifik. Gambar 3-33 menunjukkan kontak oklusal yang terjadi pada molar
pertama maksila dan mandibular.
Gangguan Perkembangan
a. Maloklusi
Ini adalah akibat dari malrelasi antara pertumbuhan dan posisi serta ukuran
gigi. maloklusi diklasifikasikan menurut relasi molar pertama (I, II, dan III),
atau sebagai relasi normal,pranormal, dan pascanormal. Maloklusi juga
bisa dibagi menjadi maloklusi primer yang timbul pada gigi-geligi yang
sedang berkembang dan maloklusi sekunder yang timbul pada orang
dewasa akibat tanggalnya gigi dan pergerakan gigi tetangga (Thompson,
2007).
Keadaan ini umumnya terlihat pada segmen posterior, uni- atau bilateral, dan
mengakibatkan overclosure mandibula, jika bilateral, dan kurangnya
oklusi fungsional unilateral jika terbatas pada satu sisi. Kondisi ini
menimbulkan gigitan terbuka (open bite) posterior. Gangguan ini juga bisa
terjadi pada segmen anterior atas sebagai akibat kurangnya pertumbuhan
tulang premaksila (Thompson, 2007).
c. Perkembangan Berlebihan
Pertumbuhan tulang yang terlalu besar pada regio kedua kondilus yang
sedang berkembang akan menghasilkan gigitan terbuka anterior atau
jika berlebihan, mandibula yang akromegali. Pertumbuhan terlalu besar ini
juga bisa terjadi pada tulang premaksila (Thompson, 2007).
a. Maloklusi sekunder
Ini adalah posisi gigi yang berubah akibat tanggalnya satu atau beberapa gigi
atau akibat penyakit periodontium. Tanggalnya gigi mengakibatkan migrasi
gigi atau gigi-gigi di dekatnya hanya jika oklusi di antara gigi-gigi ini dan
gigi antagonisnya kurang stabil untuk mencegah terjadinya keadaan tersebut.
Beberapa migrasi biasanya berlangsung sampai diperoleh kembali oklusi
yang stabil dan keadaan ini bias mengakibatkan timbulnya satu atau
beberapa kelainan yang lain. Modotnya gigi-gigi yang tidak ber¬antagonis
pada situasi ini merupakan kejadian yang umum walaupun bisa dicegah
dengan gaya otot lidah atau pipi. Kerusakan jaringan pendukung
periodontium gigi yang tidak memiliki antagonis me¬rupakan efek yang
umum dan bisa berkembang menjadi kelainan Perawatan dengan mengganti
gigi yang tanggal sangat sulit dilakukan. Suatu gangguan yang tidak mungkin
di¬ rawat secara restorative tetapi masih belum menimbulkan. Contoh
gigi tidak berantagonis yang bias menimbulkan kelainan aktivitas otot
atau sendi adalah gigi molar terakhir. Pasien ini mengalami nyeri hebat pada
regio sendi kanan yang reda jika molar ketiga kiri dicabut. Jika ada penyakit
periodontium, dengan atau tanpa disertai tanggalnya gigi, fungsi oklusal
bisa mengakibatkan mi¬grasi yang selanjutnya bisa berkembang
menjadi maloklusi sekunder (Thompson, 2007).
b. Fungsi Unilateral Dan Fungsi Yang Berkurang
Gigi-gigi yang tanggal, sakit, atau gigi-gigi yang tajam, kelainan gingiva atau
mukosa bisa menyebabkan mastikasi terbatas hanya pada satu sisi atau
bahkan pada segmen labial. Meskipun demikian, fungsi unilateral pada gigi
tiruan lengkap cukup sering ditemukan sehingga bisa, dianggap normal dan
adakalanya disebut sebagai mastikasi "kidal" atau "normal". Keadaan
ini tidak dianggap sebagai factor perkembangan karena kedua sendi
berhubungan dengan satu tulang. Adaptasi terhadap fungsi unilateral
biasanya sudah cukup untuk mencegah terjadinya kelainan, tetapi
seba¬liknya, restorasi fungsi bilateral sering kali merupakan tindakan
perawatan yang membantu jika timbul sakit pada salah satu atau kedua regio
sendi. Salah satu perluasan dari gangguan ini adalah kurangnya dukungan
gigi posterior yang umumnya diasosiasikan dengan sindrom disfungsi
mandi¬bula. Manifestasi gangguan ini adalah tanggalnya satu atau beberapa
gigi pada segmen bukal; dan kadang-kadang kerusakan permukaan oklusal
sudah cukup menimbulkan nyeri pada daerah sendi. Pertanyaan yang
di¬ajukan kepada Pasien mengenai efisiensi kemampuan
pengunyahannya sering dijawab sebagai: "Saya tidak bisa menggigit" atau
"gigi-gigi saya tidak saling menyentuh." Berkurangnya fungsi
mastikasi merupakan gangguan yang sering ditemukan dan gangguan
ini jarang langsung menimbulkan kelainan. Sebaliknya, restorasinya kerap
bermanfaat jika gangguan ini telah mengenai otot-otot (Thompson, 2007).
d. Interfensi Tonjol
Ini adalah kontak anatara sebuah tonjol dan gigi antagonis yang menghalangi
diperolehnya gerak menutup maupun buka mulut (Thompson, 2007).
(Thompson, 2007).
Efek interferensi tonjol umumnya salah satu dari berikut ini. Pertama,
melalui respons neuromuskular untuk menghindari interfensi agar
kenyamanan dan efesiensi dapat dipertahankan dan ini bisa dicapai
melalui aktifitas perpindahan dimana mandibula mengadopsi posisi
interkuspa yang telah berubah ; hal ini menimbulakan kontak awal
yang diikuti dengan pergeseran mandibula. Kedua, gigi yang bersangkutan
mungkin bergeser pada saat kontak meluncur dan kembali ke posisi semula
ketika kontak sudah terlewati. Ketiga, satu atau kedua gigi yang
bersangkutan bisa bergerak keposisi yang baru, jadi bisa
menimbulkan kontak prematur yang diikuti dengan reposisi. Keempat,
kebiaasaan menggerenyot (grinding) dapat timbul untuk menghilangkan
interfensi ini dan karena itu, memperparah apa yang merupakan penyebab
interfensi (Thompson, 2007).
Efek total merupakan kombinasi lebih lanjut dari satu respons dan system
biasanya bisa beradaptasi tanpa kelainan. Meskipun demikian, respons yang
kurang menguntungkan bisa terjadi pada otot, sendi, rahang, atau jaringan
periodontium (Thompson, 2007).
1. Pada sisi kerja ketika mandibula bergerak ke IP. Jika terjadi, interferensi
ini biasanya dihindari dan dilakukan gerak menutup yang lebih langsung
(chopping) ke IP.
2. Pada sisi nonkerja ketika mandibula miring pada bidang koronal dan
menyebabkan respon otot yang tidak menguntungkan.
parafungsi.
1. Pada sisi kerja atau nonkerja ketika mandibula terdorong meluncur dari
satu sisi ke sisi yang lain yang efeknya dapat membahayakan gigi-gigi atau
otot karena respon reflek protektif cenderung terlampaui.
Ada kebanyakan gigi-geligi asli dan beberapa gigi tiruan umumnya terdapat
sedikit artikulasi seimbang, karena adanya perlindungan dari bimbingan
anterior. Gerak meluncur parafungsi biasanya mengakibatkan gaya otot yang
mengenai satu gigi. Oleh karena itu, efek tersebut makin membesar,
khususnya jika luncuran itu menjadi pengerotan. Kebiasaan parafungsi ini
biasanya dijumpai pada anak-anak, khusunya selama tidur, dan interferensi
selama tonjol berfungsi baik untuk membawa gigi keoklusi yang stabil atau
menjadi tereposisi seuai dengan perkembangannya. Selain kebiasaan ini
ruang yang tersedia untuk gigi yang sedang berkembang bias merupakan
penyebab berubahnya relasi gigi. Ketika gigi terdorong keluar dari
lengkung rahang, iterfernsi merupakan akibat umum yang terjadi(Thompson,
2007).
Ini adalah IP yang sudah berubah karena interferensi tonjol, keausan atau
tanggalnya gigi geligi. Semua posisi interkuspa umumnya bersifat
habitual jika dihubungkan dengan oklusi pada lengkung retrusi dan ada
kecenderungan bagi IP untuk tetap berubah karena permukaan oklusal dan
interproksimal terus mengalami keausan sepanjang hidup. Dalam kaitannya
dengan hal ini rekonstruksi dari gigi geligi asli bisa dibenarkan karena
keausan oklusal dan interproksimal dapat dihentikan dan peluang
untuk memperoleh IP yang stabil meningkat. Defleksi (pergeseran)
mandibula bervariasi dan kadang-kadang hanya kecil saja, dan adaptasi
biasanya cukup memadai untuk mencegah terjadinya respon otot
yang tidak menguntungkan.Walaupun demikian perubahan ini umumnya
dikaitkan dengan nyeri sendi mandibula yang penyebabnya bersumber pada
daerah insersi otot pada jaringan sendi. Diagnosis interverensi tonjol dan IP
yang berubah bisa ditentukan dengan mengamati arah penutupan dan posisi
istirahat ke IP habitual dan dari oklusi retrusi ke IP (Thompson, 2007).
f. Overclosure mandibula
Ini adalah IP yang dicapai ketika arah penutupan dari posisi istirahat melebihi
jarak antar oklusal (3-4 mm). secara matematis dapat diekspresikan sebagai
berikut: RVR + OVR <4 mm. perbedan antara normal dan abnormal tidak
tegas dan para peklinik harus terampil dalam menilai apa yang dianggap
abnormal bagi indikasi perawatan. Banyak metode pengukuran yang bisa
digunakan tetapi posisi penting yang perlu diketahui adalah posisi istirahat
endogen (berlawanan dengan habitual), yang merupakan tempat pengukuran
arah penutupan. Untuk memegang insisivus bawah pada ketinggian yang
ditinggikan sering diperlukan suatu overlai insisal sementara saat pasien
akan memberikan respons terhadap analisis “yang lebih baik atau lebih
buruk”. Penapakan tumpang-tindih pada radiograf kondilus akan
memberbanyak manfaat ketika melakukan diagnosis. Pada penutupan yang
normal terdapat persitumpangan lineal; pada overclosure kondilus
terletak lebih ke distal dalam hubungannya dengan IP (Thompson, 2007).
g. Parafungsi (bruksisme)
Proses keausan ini dimulai segera stelah gigi bererupsi dan bervarisi sesuai
dengan kualitas diet, kebiasaan mengunyah , dan kebiasaan parafungsi. Atrisi
bias terjadi setempat yakni hanya mengenai satu atau dua gigi yang saling
berantagonis atau menyeluruh. Oleh karena itu perubahan kecil pada posisi
interkuspa ini akan berlangsung berkesinambungan. Adaptasi terhadap
hilangnya dimensi vertical oklusal ini bisa timbul dalam bentuk erupsi lebih
lanjut melalui deposit sementum diatas permukaan akar atau respon
neuromuscular terhadap IP yang sudah berubah. Juga, pulpa gigi yang
bersangkutan juga memberi respon dengan mendepositkan dentin sekunder.
Hal ini merupakan suatu gangguan fungsi dan pada umumnya dihubungkan
dengan berubahnya titik kontak antara dua gigi dan tonjol pendukung
antagonis yang beroklusi pada ruang antara linggir marginal dari gigi-gigi
yang terkena. Partikel makanan dapat terdorong diantara gigi-gigi oleh tonjol
tersebut, yang sering kali disebut sebagai plunger cusp. Perlu diingat bahwa
empat dari enam bonjol pendukung dari keempat gigi posterior biasanya
beroklusi pada daerah linggir marginal gigi antagonisnya dan merupakan
plunger cusp yang potensial. Relasi titik kontak bias diubah oleh karena gigi
miring, linger marginal yang aus atau permukaan embrasure atau aproksimal
restorsi yang tidak tepat. Pendalaman col epitelium interdental juga bias
menimbulkan gangguan iniyang akan terjadi jika makanan terdorong oleh
lidah kedaerah diantara gigi-gigi selama gerak menelan. Impaksi makanan
sangat mengganggu dan bias menimbulkan kelainan pada epitelium
interdental.
Gigi tiruan sebagian dan lengkap merupakan subjek dari berbagai gangguan
yang telah ada tetapi responnya jelas terbatas oleh karena tidak adanya akar
dan reseptor peridontium. Kelainan pada mukosa pendukung dapat terjadi,
tetapi gigi tiruan untungnya bias dilepas.
2.1.2.3 Kelainan
5. Nekrosis pulpa,
6. Ulserasi mukosa,
8. Kelainan iatrogenik,
Gangguan ini menjadi suatu kelainan ketika dentin terpajang dan menjadi
berlubang. Gigi menjadi sensitif secara intermiten dan relasi vertikal
oklusal perlahan-lahan mengecil. Penampilan gigi-gigi menjadi kurang
menarik. Penyebabnya adalah kombinasi dari grinding parafungsi, kualitas
diet dan produksi asam oleh aktivitas bakteri terhadap karbohidrat yang
dikonsumsi. Hasil akhirnya kadang-kadang terlihat berupa permukaan gigi
yang datar dengan kurva monsoon terbalik yang menunjukkan keausan yang
besar dari tonjol pendukung. Keadaan ini umumnya timbul perlahan-lahan
namun kelainan tersebut bisa dipercepat oleh adanya kebiasaan grinding yang
berlebihan dari gigi-geligi (Thompson, 2007).
Efek lain dari gaya parafungsi adalah retaknya gigi yang sering
kali merupakan penyebab umumnya dari nyeri gigi, walaupun hal ini sering
luput dari perkiraan. Kelainan ini juga bisa mengakibatkan terjadinya fraktur
gigi longitudinal atau kerusakan pulpa yang memerlukan perawatan.
Peringatan yang bertujuan preventif harus diberikan kepada pasien sedini
mungkin dan pesawat overlai peerlu dibuat agar dipakai pasien sewaktu tidur
malam hari (Thompson, 2007).
kedua contoh tersebut dan seperti pada mobilitas, gigi akan mulai
mengalami lingkaran setan sebab-akibat (Thompson, 2007).
Migrasi mengacu pada gerakan gigi dengan periodontium yang rusak yang
disebabkan karena aksi gigi antagonis atau otot tanpa bisa mengalami
reposisi. Gigi akan bergerak sampai mencapai kese=tabilan posisi antara otot-
otot atau gigi yang berlawanan. Kondisi ini biasanya mengenai gigi insisivus
atas yang akan bermigrasi ke depan atau ke lateral. Seal bibir yang kurang
baik biasanya juga ikut menyebabkan keadaan tersebut. Tidak jarang
gigi-gigi ini bergeser ke luar dari bibir, dan sesudahnya bibir bawah
akan menjadi kekuatan tambahan untuk menggeser gigi. Pada kasus semacam
itu, perawatan konservatif sulit dilakukan atu bahkan tidak mungkin
dilakukan. Pada kelainan-kelainan ini selalu ada kombinasi berbagai
penyebab dan selain lesi periodontium, gaya oklusal dan muskular, sering
disertai pula oleh tanggalnya gigi-gigi posterior dan overclosure mandibula.
Respons patologi lebih lanjut adalah nekrosis jaringan periodontium yang
timbul setelah terjadinya jiggling yang lama, yang tidak mesti didahului oleh
lesi gingiva dan lesi periodontium yang kelak timbul. Ini adalah komplikasi
yang langka (Thompson, 2007).
e. Nekrosis pulpa
Kelainan ini bisa disebabkan oleh kebiasaan clenching yang persisten pada
gigi individual ketika pembuluh darah yang melewati apeks gigi
terganggu dan akhirnya rusak. Kematian pulpa akan terjadi dan
mengakibatkan nekrosis steril. Toksin dari pulpa bisa keluar dari apeks gigi
ke jaringan periodontium, menyebabkan respons patologis. Bakteri yang
beredar dalam darah akan merangsang terjadinya kondisi penyakit yang
nantinya akan dibuat lebih parah olehadanya tekanan oklusal. Kondisi ini
umumnya tidak sakit dan untuk mendeteksinya diperlukan radiografi atau
berdasarkan pada perubahan warna gigi. Meskipun demikian, nyeri yang
samar akan terasakan dari waktu ke waktu, dan perlu diperhatikan dalam
pemeriksaan riwayat penyakit (Thompson, 2007).
f. Ulserasi mukosa
Ini adalah akibat cedera karena insisivus bawah mengenai mukosa dibalik
gigi-gigi insisivus atas mengenai epitelium labial di depan gigi-gigi insisivus
bawah. Penyebabnya adalah overclosure progeresif dari mandibula dan
biasanya berhubungan dengan tanggalnya gigi-gigi posterior. Selain
rasa nyeri sewaktu menutup mulut dan iritasi sewaktu mengunyah,
mukosa juga akan terlepas dari permukaan gigi tang terkena. Ini adalah
suatu kondisi ang memburuk perlahan-lahan dan dokter gigi seringkali segan
merawatnya sampai akhirnya penyakit sudah terlalu terlambat untuk dirawat
dengan efektif (Thompson, 2007).
Disuse atrophy bisa berkembang jika gigi sudah sama sekali keluar dari
kontaknya dengan gigi antagonis atau lingir residual. Kondisi ini
paling sering mengenai molar kedua dan ketiga. Perubahan bisa
terjadi pada membrane periodontium: fibroblas cenderung muncul dan
serabut kolagen digantikan dengan retikulum dari jaringan ikat fibrosa.
Tulang alveolar cenderung memiliki trabekula yang lebih sedikit dan lebih
tipis dan gigi-gigi tersebut tidak memberi respons dengna baik terhadap
fungsi yang telah dipulihkan jika gigi sudah tidak berfungsi dalam waktu
lama. Penggantian serabut periodontium dengan jaringan ikat fibrosa akan
membuat gigi tidak bisa menahan daya oklusal atau abutment dan
tulang membutuhkan perbaikan lebih cepat daripada yang bisa disediakan
untuk kebutuhan fungsional yang mendadak tersebut. Meskipun
demikian, jika fungsinya bias diperbaiki perlahan-lahan, misalnya dengan
memasang basis gigi tiruuan tanpa gigi untuk beberapa waktu, baru
kemudian menambahkan elemen gigi, pemulihan jaringan tersebut bisa
terjadi (Thompson, 2007).
h. Kelainan iatrogenik
1. Tergagnggu karena keberadaan gigi. Ini bisa terjadi jika tumpatan atau
mahkota yang terlalu tinggi gagal dikoreksi (suprakontak). Pengasahan
tonjol antagonis (biasanya tonjol pendukung) dan bukan fosa tumpatan
akan bias mengakibatkan berubahnya posisi interkuspa. Hal ini tidak
bisa ditoleransi oleh pasien yang sampai saat tersebut, tidak terganggu
dengna keberadaan giginya (Thompson, 2007).
2. Oklusi gigi yang tidak memadai. Ini bisa disebabkan oleh restorasi dengan
kontur yang tidak memadai (infrakontak) dan bisa mengakibatkan makanan
terjebak pada restorasi atua tersalurkan ke daerah kontak. Keduanya tidak
bisa ditolelir dan mengakibatkan timbunan makanan di interdental.
Infrakontak juga bisa berfungsi sebagai faktor yang mempermudah
terjadinya sindrom disfungsi mandibula, khususnya jika jembatan atau
gigi tiruan dibuat dengan gigi-pontik yang tidak beroklusi (Thompson,
2007).
3. Gigi yang nyeri. Tidak jarang terjadi reaksi pulpa akibat diasahnya gigi asli
dan jika ini disertai dengna perubahan yang tidak bisa diterima dari posisi
interkuspa, pasien bisa merasa nyeri (Thompson, 2007).
Salah satu resiko yang perlu dihindari dalam setiap perawatan restorasi yang
melibatkan permukaan oklusal dari satu atau beberapa gigi adalah kegagalan
dalam mengkoreksi gangguan yang adasebelum membuat restorasi dan
dengan demikian mendorong berkembangnya gangguan lebih lanjut dan
mungkin suatau kelainan (Thompson, 2007).
Sehubungan dengan pekerjaan dokter gigi yang tidak lepas dari kepedulian
dan sopan santun, jangna dilupakan masalah etika. Hendaknya
diingat bahwa pekerjaan seseorang tidak lepas dari penilaian sejawatnya.
Sebaliknya, jangan sampai kita lupa menghargai hasil kerja kolega kita
(Thompson, 2007).
k. Trauma oklusal
“Trauma oklusal” adalah suatu istilah yang dapat diterapkan untuk keausan
permukaan oklusal gigi-gigi, nekrosis pembuluh pulpa, dan cedera
gingiva atau mukosa palatal, tetapi bukan untuk kerusakan jaringan
peiodontium (Thompson, 2007)
DAFTAR PUSTAKA