You are on page 1of 6

Veneer

a.Pengertian

Veneer adalah sebuah bahan pelapis yang sewarna dengan gigi diaplikasikan pada sebagian
atau seluruh permukaan gigi yang mengalami cacat pada email, diskolorisasi maupun kelainan
bentuk.(Heymann,2011).

b.Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi pemakaian veneer yaitu malformasi permukaan gigi, perubahan warna gigi,
abrasi, erosi atau kesalahan dalam restorasi sedangkan kontraindikasi dari veneer ini adalah
keadaa pembentukan email tidak sempurna, bernafas melalui mulut atau memiliki kebiasaan
buruk seperti musisi yang selalu menggunakan alat musik tiup, gigi berjejal parah dan labio
versi. Veneer ini bukan solusi yang tepat bagi anak-anak karena memiliki ukuran tanduk
pulpa yang besar dan kamar pulpa yang muda serta kontur gusi yang belum dewasa (Welbury
dkk, 2005).

Macam veneer
Terdapat dua tipe veneer, antara lain :
1. Partial veneer
Partial veneer diindikasikan untuk restorsai permukaan gigi yang mengalami
perubahan warna secara intrinsik, dan kerusakan yang terlokalisir. Pembuatan
partial veneer dilakukan secara direct (langsung diaplikasikan pada pasien).
2. Full veneer
Full veneer untuk restorasi yang memerlukan pelapisan permukaan fasial secara
luas atau untuk area yang mengalami staining intrinsik pada permukaan fasial.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pemasangan full veneer, yaitu:
usia pasien, oklusi, kondisi kesehatan jaringan sekitarnya, letak dan posisi gigi,
serta kebersihan rongga mulut pasien. Pembuatan full veneer dilakukan secara
direct dan indirect.( Hatrick, Eakle dan Bird. 2011)
Teknik pembuatanvener
A. Pembuatan Veneer
Pembuatan veneer dapat dilakukan secara direct dan indirect tergantung kondisi gigi
pada saat itu. Pembuatan direct veneer secara langsung diaplikasikan pada pasien
sedangkan indirect dilakukan pencetakan terlebih dahulu kemudian diproses di
laboratorium, hasilnya baru diaplikasikan pada pasien.
o Direct veneer
Terdapat 2 teknik pembuatan pada tipe direct veneer :
 Direct partial veneer (veneer langsung sebagian)
Teknik ini digunakan untuk pewarnaan gigi pada kondisi kerusakan kecil atau
area yang terlokalisir yang dikelilingi dengan gingiva yang sehat. Kerusakan ini
bisa direstorasi dalam satu kali kunjungan dengan komposit light cured.
Sebelum direstorasi dengan komposit light cured, dilakukan pre eliminir seperti
pembersihan, pemilihan bentuk, isolasi dengan cotton roll atau mengunakan
rubber dam.
 Direct full veneer (veneer langsung penuh)
Teknik ini digunakan untuk merestotasi gigi anterior yang mengalami hipoplasia
disertai diastema antara gigi insisivus sentral. Teknik ini menggunakan komposit
light cured mikrofill dalam satu kali kunjungan, tetapi untuk mengurangi trauma
bagi pasien maupun operator lebih baik di koreksi dalam dua kali kunjungan.
Kedua insisivus sentral di preparasi dengan kedalaman 0.5 – 0.7 mm, akhiran
preparasi bentuk chamfer, preparasi direct veneer umumnya berakhir pada
bagian labial sampai kontak proksimal gigi sebelahnya kecuali terdapat
diastema. Untuk mengoreksi diastema preparasi diperluas sampai permukaan
mesial dan berakhir pada mesio-lingual line angles. Insisal edge tidak
dipreparasi karena akan melindungi dari daya kunyah yang besar.
Jika veneer telah terpasang harus diperhatikan bentuk tepi anatomis khususnya
daerah gingival untuk menjaga kesehatan jaringan. Jika hanya melibatkan
beberapa gigi saja atau jika permukan fasial tidak seluruhnya mengalami
kerusakan, dapat langsung diaplikasikan veneer komposit dalam satu kali
kunjungan.
Pada tehnik direct veneer bahan pilihan adalah mikrofill komposit resin, karena
bahan ini dapat dipoles dengan baik sehingga menyerupai enamel yang
sesungguhnya dan hasil poles bertahan untuk jangka waktu cukup lama.
Indikasi direct composit resin yaitu instant cosmetic, pasien tidak menghendaki
pengasahan pada gigi, keterbatasan biaya laboratorium, dan pada kasus-kasus
ortodontic tertentu. Untuk gigi yang mengalami pewarnaan tetrasiklin, restorasi
dengan direct veneer lebih sulit jika warna sudah mencapai 1/3 gingival.
( Tarigan, rasinta 2002)
o Indirect Veneer
Banyak dokter gigi yang mengalami kesulitan dalam melakukan preparasi,
aplikasi dan finishing pada prosedur direct veneer, serta terasa melelahkan dan
menghabiskan waktu. Pasien juga tidak merasa nyaman selama perawatan tersebut,
karena hal tersebut maka dibuat indirect veneer. Teknik indirect veneer dibuat dari
bahan komposit, feldspathic porcelain dan keramik (pressed or cast ceramic).
Dengan teknik indirect warna dan kontur veneer lebih mudah dikontrol dan tidak
menghabiskan waktu karena dibuat di laboraotrium. Feldspathic porcelain yang
ditempelkan ke preparasi intraenamel banyak dipilih dokter gigi karena memiliki
kekuatan dan ketahanan untuk mempertahankan struktur gigi pada teknik indirect
veneer. Pressed ceramic veneer memberikan estetik yang baik, tetapi memerlukan
preparasi yang lebih dalam. Penempelan dengan teknik indirect veneer, veneer
ditempelkan pada email dengan meggunakan etsa asam dan bonding dengan semen
resin light- cured.( Tarigan, rasinta 2002)
Pembuatan indirect veneer dapat dilakukan secara konvensional atau dengan
teknik CAD-CAM. Pembuatan veneer dan mahkota secara konvensional dibuat
menggunakan serbuk porselen dan melalui proses fusi di tungku bersuhu tinggi yang
membutuhkan waktu beberapa hari. Terdapat beberapa cara pembuatan veneer
secara konvensional, antara lain :
1. Foil Technique
Ada dua tipe, tidak perlu menggunakan core shade, dan menggunakan core shade.
Keuntungan teknik ini ialah dapat dicoba serta dapat memilih warna. Sedangkan
kerugiannya yaitu dalam penempelannya perlu mengangkat tepi mahkota, dan
untuk veneer multiple lebih banyak gigi yang dikurangi.( Noort.,V.R.,2007)
2. Sintering on a refractory die
Dalam proses sintering, adonan bubuk keramik diterapkan pada refractory die,
dikeringkan, kemudian dibakar dalam tungku porselen. Beberapa lapisan dapat
dibentuk untuk mengembangkan karakter Keahlian tinggi diperlukan oleh teknisi
laboratorium gigi untuk mendapatkan estetika terbaik dan kontur yang tepat.
Namun pada proses ini terdapat masalah ketidaktepatan perlekatan akibat dari
penyusutan yang sangat tinggi. Contoh komersialnya leucite-reinforcement
ceramic. (Noort.,V.R.,2007)

3. Hot pressing
Pada proses sintering ditemukan masalah ketidaktepatan perlekatan akibat dari
penyusutan yang sangat tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut maka muncul
teknik baru dengan menggunakan glass ceramics dengan cara pengecoran untuk
membuat crown, veneer and inlay. Hot-pressing merupakan teknik yang
melibatkan pemanasan batang dari keramik. Batang/ingot tersebut merupakan
bahan solid yang terbuat dari leucite-reinforced feldspar. Metode ini memanfaatkan
bagian dari teknik pengecoran lost-wax. Seperti pada lost-wax casting, wax
pattern diproduksi, yang kemudian ditanam dalam refractory die materials. Wax
dibakar untuk menciptakan ruang untuk diisi oleh leucite yang diperkuat kaca
keramik.( Noort.,V.R.,2007)
Sebuah pressing furnace dirancang khusus kemudian digunakan untuk
mengisi ruang cetakan dengan butiran dari kaca-keramik menggunakan proses
aliran viskos pada suhu 11800C. Ketika batang/ingot dipanaskan sampai suhu yang
cukup tinggi akan menjadi lunak dan mengalir ke dalam cetakan tahan panas.
Proses ini juga sering digambarkan sebagai transfer molding. Proses ini jelas
berbeda dari teknik sintering karena tidak bergantung pada gabungan partikel
bubuk.( Noort.,V.R.,2007)
Pada tahap terakhir, shading dapat diselesaikan dengan mengaplikasikan
stains pada permukaan. Untuk restorasi gigi anterior veneer dirapikan dengan
dipotong dan dibentuk, serbuk dari leucite-reinforced glass-ceramic dibentuk
menggunakan teknik sintering konvensional. (McCabe,F., Walls,WG.,2008)
Baru-baru ini dalam pembuatan veneer dan mahkota dapat menggunakan tekhnik
CAD/CAM (computer-assisted design/computer assisted machining). Teknik ini
menggunakan komputer untuk mendesain dan memproduksi mahkota dan veneer hanya
dalam beberapa jam. Hasilnya, mahkota dan veneer lebih akurat dan lebih pas. Pencitraan
dipindai menggunakan kamera digital. Mahkota dan veneer didesain menggunakan program
perangkat lunak komputer. Bahan porselin tersebut dipilih dan diisi kedalam mesin cerec.
Dibutuhkan waktu 3 jam untuk memproduksi veneer atau mahkota, sedangkan untuk tekhnik
konvensional membutuhkan 7 hari untuk menghasilkan veneer atau mahkota (Hatrick, Eakle
dan Bird. 2011)

Bahan veneer

1. veneer komposit

Restorasi Vener komposit direk merupakan salah satu pilihan perawatan dari gigi
yang mengalami white spot dan malformasi gigi, karena dapat melapisi permukaan
gigi yang berubah warna, mengalami perbubahan bentuk sehingga didapatkan kualitas
penampilan yang baik.

Dengan perkembangan teknologi dibidang kedokteran gigi, maka bermunculan


jenis jenis bahan restorasi komposit. Resin komposit konvensional memiliki partikel
bahan pengisi berukuran antara 1- 100 μm, resin komposit microfilled memiliki
partikel bahan pengisi berukuran 0,01 - 1 μm, resin hybrid memiliki partikel pengisi
campuran antara partikel pengisi resin komposit konvensional dan microfilled Sedang
resin komposit nanofilled memiliki partikel pengisi berukuran 0,005 -0,01 μm Bahan
komposit yang digunakan yang memiliki ukuran partikel yang sangat kecil sehingga
dapat mengisi rongga pada matriks resin lebih sempurna, dapat memberi kekuatan,
yang lebih besar, daya tahan yang lebih baik serta mudah dipoles yang akan
menghasilkan permukaan yang lebih halus dan mengkilat, warna yang lebih
memuaskan dan nilai estetik yang lebih baik. (jordan,2000)

2. Veneer akrilik

Memiliki estetik awal yang baik, relatif murah dan mudah diperbaiki. Namun memiliki
kekurangan mudah terjadi keradangan gingiva, mudah berubah warna, mudah retak,
dan mudah abrasi.

3. Veneer porcelein

Kegunaan Veneer Porselen

a. Memperbaiki kerusakan permukaan non karies


Veneer porselen dapat digunakan untuk memperbaiki kerusakan yang bersifat non
karies seperti malformasi email lokal dan hipoplasia. Veneer porselen sangat
dianjurkan untuk merawat erosi gigi dan hipoplasia email. Namun demikian, ikatan
veneer dengan email yang berkualitas kurang baik dapat mengakibatkan kebocoran
akhiran restorasi yang ada akhirnya akan merusak restorasi sendiri
b. Memperbaiki gigi yang mengalami diskolorisasi
Diskolorisasi yang disebabkan oleh fluorosis, pewarnaan akibat tetrasiklin atau
nekrosis dapat diperbaiki dengan veneer porselen, selama perawatan tersebut tidak
terlalu parah. Kekurangan akan selalu ada, biasanya pewarnaan akibat fluorosis
secara memuaskan dapat dirawat dengan menggunakan veneer porselen setelah
permukaan email dipreparasi
c. Memperbaiki kerusakan struktur gigi
Horn menyarankan penggunaan veneer porselen untuk memperbaiki tepi insisal yang
fraktur, dan memperbaiki maloklusi gigi ringan.
d. Menutupi diastema (celah antar gigi) ringan
e. Memperbaiki bentuk insisif lateral bentuk conus
Bahan komposit resin digunakan jika kerusakan struktur gigi yang kecil, hal ini
karena preparasi perlu dilakukan. Jika menggunakan veneer porselen walaupun
sedikit tetapi berguna untuk kekuatan akhiran preparasi. Sedangkan pada direct
composit resin penggantian struktur gigi dapat dengan mudah tanpa melakukan
preparasi. Preparasi gigi penting untuk memudahkan pembuatan akhiran yang tepat
pada saat tahap penyelesaian. Tetapi jika terdapat maloklusi ringan beberapa gigi
yang melibatkan seluruh permukaan labial gigi lebih baik membuat veneer porselen
dengan melakukan preparasi beberapa gigi. Selain lebih estetis, juga lebih tahan
dibandingkan direct composit veneer yang waktu pengerjaan di klinis lebih lama.
f. Veneer porselen juga digunakan untuk mengoreksi kosmetik atau gangguan
fungsional yang ringan pada anak remaja. Tetapi preparasi agak sulit karena adanya
resiko perforasi pada pembuatan akhiran bentuk soulder yang terlalu dalam karena
ruang pulpa yang masih besar.
g. Veneer porselen juga untuk gigi yang telah dirawat endodontik untuk
meningkatkanan nilai estetik
h. Mengganti veneer resin komposit lama
Apabila penambalan resin komposit yang berulang-ulang, dan sudah aus serta
berubah warna perlu diganti dengan veneer porselen
i. Retainer ortodonti
Veneer porselen dapat digunakan sebagai retainer ortodonti untuk menutupi diastema,
dengan mempertahan kontak gigi dengan gigi yang berdekatan sehingga dapat
mencegah terbentuknya kembali ruang diantara gigi (Hatrick, Eakle dan Bird. 2011)

Hatrick, Eakle dan Bird. 2011, Dental Materials: Clinical Applications for Dental
Assistants and Dental Hygienists, 2nd ed. Philadelpia: Elsevier

McCabe,F., Walls,WG.,2008, Applied Dental Materials. 9th ed. Blackwell Publishing

Heyman dkk. 2011. Art science oprative dentistry. 6 ed. Black himselft publish

Noort.,V.R.,2007, Laboratory and related Dental Materials. 3rd ed. St.Louis;Mosby


Tarigan, rasinta 2002 perawatan pulpa. Jakarta: EGC
Walton ricard. Torbinajad .2002.prinsip dan praktik endodonsia. EGC
Webury dkk. 2005. Paediatric dentistry 3 ed new york : oxford

jordan JE. 2000. The estetic composite bonding, 2nd. edition.St, Louis Mosby Year
Book

You might also like