Professional Documents
Culture Documents
KONSEP FARMASETIKA
Secara garis besar konsep farmasetika memuat tentang disain dan pembuatan
obat agar obat dapat masuk ke dalam tubuh, mempengaruhi fungsi tubuh dan
mengalami nasib karena pengaruh tubuh dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh. Obat
masuk ke dalam tubuh dengan berbagai bentuk, dosis, rute dan cara menggunakan atau
memakai obat.
Namun cara yang paling banyak yaitu cara oral yaitu memasukkan obat
melalui mulut dan saluran cerna . Obat tersedia dalam saluran pencernaan kemudian
diserap dan didistribusikan ke seluruh tubuh akan mengalami berbagai peristiwa dalam
tubuh. Obat yang diserap atau diabsorbsi, masuk ke dalam sistem peredaran darah
didistribusikan ke seluruh tubuh; sampai ke tempat aksi obat atau reseptor,
mempengaruhi fungsi fisiologis atau keadaan patologis, dan obat akan lepas lagi dari
reseptor kemudian obat akan keluar dari tubuh manusia dengan berbagai cara. Demikian
pula obat yang diberikan dalam berbagai rute dan cara pemakaian obat misalnya
dengan cara suntikan, cara topical atau eksternal, rektal, vaginal, melalui
membran mukosa: mata, telinga dan hidung, juga akan berada dalam tubuh
baik bekerja secara lokal ataupun sistemik.
Ketiga tahapan ini yang dialami oleh suatu obat mulai dari disain, pemilihan bahan,
pembuatan obat dan pemakaian obat sehingga obat dapat masuk; beredar dalam tubuh,
bekerja dalam tubuh sampai keluar dari tubuh.
Tahap pertama yaitu tahapan dimana obat yang memenuhi semua persyaratan
masuk ke dalam tubuh melalui rute pemberian yang sesuai sampai tersedia dalam
tubuh disebut sebagai tahap farmasetika atau tahap biofarmasetika.
Tahapan kedua yaitu: obat berada dalam tubuh akan mengalami berbagai
tahapan mulai dari absorsi, didistribusikan ke seluruh tubuh, mengalami proses
metabolisme di hati dan secara perlahan-lahan obat akan dikeluarkan lagi dari dalam
tubuh.
Tahapan ketiga yaitu obat pada saat didistribusikan akan sampai di tempat
aksi obat atau reseptor tempat dimana obat akan bekerja, akan memengaruhi berbagai
fungsi organ atau keadaan patologi, sehingga obat mempunyai efek farmakologi.
Proses perjalanan obat mulai dari obat masuk masuk tubuh, obat berada dalam tubuh
akan mengalami berbagai tahapan dan proses memengaruhi tubuh sebelum akhirnya
keluar lagi dari dalam tubuh disebut konsep farmakologi.
Gambaran garis besarnya konsep tersebut seperti terlihat pada gambar 2 sebagai
berikut:
Gambar 2 : Garis Besar Konsep Farmakologi
Keterangan: Gambar ini menunjukkan nasib atau perjalanan obat mulai dari masuk ke
dalam tubuh, berada dalam tubuh dan mengalami berbagai proses, sampai
akhirnya obat atau hasil metabolitnya dikeluarkan dari tubuh.
Obat yang digunakan oleh seseorang biasanya melalui berbagai fase atau tahap yang
biasanya dikategorikan dalam tiga tahap atau tiga fase penting, mulai dari obat masuk
sampai pada akhirnya obat keluar lagi dari tubuh.
Ada tiga tahap atau fase yang dialami suatu obat yaitu fase farmasetika, fase
farmakokinetika dan fase farmakodinamika.
Pada umumnya obat oral mengalami tiga fase penting suatu obat yaitu:
1. Tahap/Fase Farmasetika,
yaitu tahapan dimana obat masuk ke dalam tubuh memenuhi berbagai criteria
obat mulai dari cara membuat, bentuk obat, dosis yang sesuai dan melalui rute
yang sesuai. Proses pada tahapan ini menggambarkan mengenai hubungan
dinamik antara obat yang masuk ke dalam tubuh sesuai bentuk, rute, cara
pemakaian, pelepasan dan pelarutan obat dengan ketersediaan obat tersebut
untuk diabsorpsi oleh tubuh.
Proses dalam tahap farmasetika meliputi proses mulai seleksi sediaan farmasi
yang menyangkut sifat fisik, kimiawi bahan baku, cara campur dan buat obat,
bentuk obat yang sesuai, rute pemberian yang sesuai dan cara pakai yang
sesuai. Proses selanjutnya sesudah obat masuk ke dalam tubuh, hingga
pelepasan zat aktifnya ke dalam cairan tubuh; sampai obat tersedia dalam tubuh
(ketersediaan obat dalam tubuh) untuk selanjutnya diabsorpsi masuk ke dalam
sistem distribusi ke seluruh tubuh.
Misalnya pemberian tablet, kaplet, kapsul atau sediaan oral akan masuk melalui
mulut dan saluran pencernaan dan mengalami desintegrasi, dissolusi di lambung
dan usus halus sampai tersedia dalam tubuh disebut sebagai tahap farmasetika
atau tahap biofarmasetika.
2. Tahapan/Fase Farmakokinetika,
Tahap farmakokinetika meliputi seluruh proses yang dialami oleh obat mulai dari
obat diabsorpsi oleh tubuh, didistribusikan keseluruh tubuh, mengalami
metabolisme atau biotransformasi dan kemudian diekskresi atau dikeluarkan dari
dalam tubuh.
Proses pertama dalam tahapan ini adalah obat akan diabsorpsi kedalam
darah, dan selanjutnya
Proses kedua yaitu obat segera akan didistribusikan melalui pembuluh
darah ke tiap-tiap jaringan tubuh. Dalam darah obat dapat terikat dengan
protein darah atau bentuk bebas.
Proses ketiga yaitu obat mengalami metabolisme, terutama metabolisme
terjadi di hati. Obat kemudian akan didistribusikan dalam tubuh ada yang
menuju ke reseptor (tempat kerja obat) dan ada pula yang diekskresi.
Proses ke empat pada tahapan ini akan diakhiri dengan proses obat
keluar dari dalam tubuh baik dalam bentuk asli maupun metabolit obat
dengan berbagai cara melalui organ ekskresi.
Tahap ini disebut juga sebagai pengaruh tubuh terhadap obat meliputi proses
yang sering disebut ADME (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme dan Ekskresi)
3. Tahapan/Fase Farmakodinamika
Tahapan ini dimulai saat dimana obat sampai tempat aksi obat atau di
reseptor. Proses selanjutnya akan terjadi interaksi antara obat dengan reseptor
atau berantar aksi dengan reseptor dan memengaruhi reseptor, memengaruhi
sel-sel atau organ tubuh. Interaksi dengan reseptor biasanya dengan protein
membrane, hal ini akan menimbulkan respons biologik. Respons biologik dari
tahap ini disebut efek farmakologi atau efek terapetika yaitu efek yang
diinginkan dari suatu penggunaan obat dikenal sebagai proses obat
bekerja sehingga terjadinya efek farmakologi obat atau mempunyai
efek farmakologi.
Proses yang terjadi pada tahap farmakodinamika meliputi efek terhadap
fungsi biokimiawi & faal, cara kerja obat, efek terapi obat, khasiat/kegunaan, efek
merugikan obat misalnya efek samping dan toksisitas.
Secara sederhana ketiga tahap itu serta proses yang dialami suatu obat dalam tiap
proses itu dapat dilihat pada gambar 3 sebagai berikut:
Gambar 3
Skema tahapan obat dalam tubuh
Gambar:
Proses Bioavailabilitas Tablet Oral
Keterangan: obat secara farmasetika tersedia dalam tubuh dalam hal ini tersedia di
saluran pencernaan
Setelah tablet ditelan masuk ke dalam lambung , di dalam lambung tablet akan pecah
menjadi granula atau butir-butir kecil obat, zat pengisi dan pelekat. Bila granul pecah
akan terlepas zat-zat aktif dan melarut dalam cairan lambung atau usus.
Setelah obat larut baru proses resorbsi oleh usus dimulai. Ketersediaan obat untuk
diabsorbsi disebut sebagai pharmaceutical availability
Obat dalam bentuk sediaan cairan atau sirop akan mencapai KF(ketersediaan farmasi)
dalam waktu singkat karena tidak mengalami fase desintegrasi dalam saluran cerna.
Contohnya; dalam darah hanya 50% dari puncak plasma sirop asetosal setelah 1 jam
pada tablet enterik asetosal.
Urutan kecepatan ketersediaan obat menurut obat yg tahan terhadap getah lambung
dalam bentuk sediaan, yaitu:
larutan-
suspensi-
serbuk-
tablet-
tablet salut film-
tablet salut gula-
tablet salut enterik.
KETERSEDIAAN HAYATI(KH)
Efek terapi suatu obat biasanya baru terlihat setelah zat aktifnya diabsorbsi
melewati sistem pembuluh aorta, lalu masuk ke hati dan mengalami biotranformasi atau
metabolisme, obat mengalami detoksikasi, kemudian kembali masuk ke peredaran darah
dan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh dan sampai ke tempat kerja obat.
Banyaknya obat yang terdapat dalam tubuh manusia dapat diketahui melalui kadar obat
yang terdapat dalam plasma.
Ketersedian hayati suatu obat dapat diukur pada keadaan penderita yang
bersangkutan (invivo) dengan menentukan kadar obat dalam plasma darah. Hal ini
menunjukkan adanya suatu korelasi antara kadar obat dalam plasma dengan efek terapi.
Ketersediaan farmasetik ditentukan secara in vitro dengan mengukur kecepatan dissolusi
zat aktif dalam waktu tertentu. Kadar obat dalam air liur lebih cepat dari pada dalam
plasma darah (1 : 10).
Kadar puncak
Konsentrasi Batas maksimum
dalam
plasma
Jendela terapi
Waktu
A B C D E
Keterangan:
Gambar menunjukkan ketersediaan hayati atau konsentrasi obat dalam darah
selama proses farmakokinetika Jendela terapi menunjukan lebar atau sempitnya
efek terapi.
A= Waktu minum obat B = Mula kerja obat (Awitan) C = Puncak kerja obat
D= Akhir kerja obat E = Seluruh obat keluar dari tubuh
Data ketersediaan hayati digunakan untuk menentukan jumlah atau bagian obat yang di
absorpsi dari bentuk kesediaan: kecepatan obat diabsorpsi; masa kerja obat berada
dalam cairan biologis atau jaringan bila dihubungkan dengan respons pasien; dan
hubungan antara kadar obat dalam darah dengan efektivitas terapi atau efek toksik.
Konsentrasi obat dalam tubuh akan terus menurun karena mengalami eliminasi dan
ekskresi, sampai akhirnya semua obat dikeluarkan dari dalam tubuh.
Ketersediaan hayati digunakan untuk memberi gambaran mengenai keadaan dan
kecepatan absorpsi obat dari bentuk sediaan. Ketersediaan hayati digambarkan dengan
kurva kadar terhadap waktu setelah obat di minum dan berada pada jaringan biologis
atau cairan,seperti darah dan urine.
Dalam industri farmasi, ketersediaan hayati digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
memilih dan menyusun formula sediaan obat dengan cara ;
1. membandingkan macam-macam formulasi substansiobat untuk menentukan
formula mana yang paling cocok dalam hal absorpsi obat.
2. membandingkan KH subtansi obatnya dari bermacam-macam batch sediaan obat
yang di produksi.
3. membandingkan KH substansi obatnya dari bermacam-macam sediaan
obat,seperti tablet,kapsul,eliksir.
4. membandingkan KH substansi obatnya dari ketersediaan obat yang sama tetapi
dari pabrik yang lain.
Nama-nama bentuk sediaan dengan waktu kerja lama yang di kenal dalam
perdagangan antaran lain
1. Spansule sediaan kapsul yang berisi granul untuk kerja lama misalnya FEOSPAN 2
spansule (antinenmia)
2. Repetab sediaan tablet untuk kerja lama misalnya POLARAMIN repetab
(antihistamin)
3. Timesstan sediaan tablet untuk kerja lama misalnya RONICOL
timestan(pasolilator)
4. Retard sediaan tablet untuk kerja lama misalnya BELLARGAL retard (analgetik),
CEDOCARD retard (paolidatorkoloner) VOLTAREN retard (antiradang-antiriumatin)
Jika tujuan terapi adalah untuk memperoleh efek sistemik,efek tersebut dapat di
peroleh dengan cara oral melalui saluran gastrointenstinal atau rektal;parenteral secara
intravena (iv),intramukkular (im)atau subkutan (sc);atau inhalasi dan di hantarkan
melalui aerosol langsung ke dalam paru-paru.
2. Kapsul
Bentuk sediaan obat rute oral lainnya adalah kapsul yang cangkangnya dibuat dari
gelatin, CMC, atau Ca-alginat. Ada dua jenis kapsul, yaitu kapsul keras dan kapsul
lunak yang tersedia dalam berbagai ukuran dari terbesar sampai terkecil, no. 000, 00,
0, 1, 2, 3, 4 dan 5.
BENTUK SEDIAAN OBAT YANG DIGUNAKAN DALAM RUTE REKTAL
Bentuk sediaan ini dibuat untuk tujuan lokal dan sistematik dalam bentuk larutan
PATEN DAN GENERK
Obat di bagi menjadi dua, yaitu obat paten dan generik. Obat paten adalah obat baru di
temukan berdasarkan riset dan memiliki masa paten yang tergantung dari jenis obatnya.
Menurut UU No.14 tahun 2001, masa berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun. Selama
jangka waktu resebut, perusahaan farmasi tersebut memiliki hak eksklusif di Indonesia
untuk memproduksi obat yang dimaksud.Perusahaan lain tidak di perkenankan untuk
memproduksi dan memasarkan obat serupa kecuali jika memiliki perjanjian khusus
dengan pemilik paten. Setelah obat paten berhenti masa patennya, obat paten kemudian
disebut sebagai oabat generik(generik=nama obat berkhasiatnya).Obat generik inipun di
bagi menjadi 2, yaitu generk berlogo dan generik bermerek(brandet generik). Tidak ada
perbedaan zat berkhasiat antara generik berlogo dengan generik bermerek.Bedanya, yang
satu di beri merek satu lagi di beri logo.Obat generik berlogo yang lebih umum obat
generik saja adalah obat yang menggunakan nama zat berkhasiatnya dan mencantumkan
logo perusahaan farmasi yang memproduksinya pada kemasan obat, sedangkan obat
generik bermerek yang lebih umum disebut obat bermerek adalah obat yang diberi merek
dagang oleh perusahaan farmasi yang memproduksinya.Setelah habis masa patennya,
obat yang dulunya paten dengan merek dagangnyapun kemudian masuk kedalam
kelompok obat generik bermerek.Meskipun masa ptennya sudah selesai, merek dagang
dari obat yang di pasarkan selama 20 tahun pertama sebut tetap menjadi milik
perusahaan yang dulunya memiliki paten atas obat tersebut. Obat generik di luncurkan
oleh pemerintah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kelas menengah
kebawah akan obat.Harganya dikendalikan pemerintah untuk menjamin akses masyarakat
terhadap obat.Oleh karena itu sejak 1985 pemerintah menetapkan penggunaan obat
generik pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.
Harga obat generik bisa di tekan karena obat generik hanya berisi obat zat yang di
kandungnya dan di jual dengan kemasan dengan jumlah besar, sehingga tidak di
perlukan biaya kemasan dan biaya iklan(proporsinya mencapai 20-30%) yang
mempengaruhi harga obat secara signifikan.
Sayangnya karena harganya yang terbilang murah membuat masyarakat tidak percaya
bahwa obat generik sama berkualitasnya dengan obat bermerek.Padahal, zat berkhasiat
yang di kandung obat bermerek sehingga kualitas obat bermerek.
YANG MANA, YA?
Untuk menentukan jenis obat yang dibutuhkan, beberapa hal perlu di perhatikan antara
lain :
1. Gejala atau keluhan penyakit.
2. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabet meletus dan lain-
lain
3. Pengalaman Alergi atau reaksi yang tidak di ingginkan terhadap obat tertentu.
4. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan interaksi
obat yang dapat dibaca pada etiket atau blosur obat.
5. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat dengan
obat yang sedang diminum.
6. Untuk memilih obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan pada apoteker.
7. Jangan segan bertanya kepada dokter mengenai resep yang di berikan.
Bertindak waspada dengan menyediakan obat di rumah adalah langkah baik. Namun
seringkali kita bertanya, mengapa begitu banyak aturan komsumsi dan perlakuan yang
berbeda?
Ya, pertanyaan seputar obat ini sangatlah banyak. Berapa lama batas waktu penyimpanan
obat yang sudah di pergunakan? Bagai mana penyimpanan obat yang baik? Bagai mana
tata cara mengkomsumsi obat yang benar? Padahal penyimpanan dan penomsumsian sisa
obat bebas di rumah adalah hal biasa yang di lakukan banyak orang. Simpang siur tata
cara penyimpanan obat, cara komsumsi dan waktu komsumsi obat pun mengudang
kekhawatiran berdampak pada efektifitas obat.
“Sebenarnya cara menggunakan obat itu tergantung keparahan penyakit maupun
perlunya efek obat dicapai segera, ”ungkap dr Nicolaski Lumbuun, SpFk. specialis
farmakologi klinik dari fakultas kedokteran pelita harapan Lippo Karawaci.
“Sedangkan prinsip penyipanan obat seperti tablet, sirup yang masih dalam kemasan atau
tersegel, sepanjang obat tersebut expired (kadaluarsa) bisa digunakan. Jika sudah di buka
dan pernah diminum, maka perhatikan tanda-tanda kerusakan obat seperti perubahan
konsitensi (bila bentuk kapsul menjadi lengket, sirup menjadi lebih kental atau
membentuk lapisan terpisah). warna maupun bau, ”lanjut Nico.Agar lebih jelas Nico
memaparkan detil mengenai tata cara memperlakukan obat.
BEDA PENYAKIT BEDA CARA KOMSUMSI
Ada banyak kesedian obat yang di kenal di dunia kesehatan, mulai obat
parenteral(suntikan ke pembuluh darah vena, infus, injeksi ke otot, rongga sendi, rongga
spinal ataupun kelapisan bawah kulit), oral(diminum)melalui
pernafasan(nebulizer/penguapan, maupun inhalat/dihisap melalui mulut), topical(oles di
kulit bisa berupa krim, oinment, maupun lation), obat per-anal(rectal ataupun melalui
dubur), hingga tabket yang di letakan di bawah lidah.Pada dasarnya semua di sesuaikan
dengan keadaan fisik fasien, tingkat keparahan penyakit, serta kecepatan timbulnya efek
terapi.Pada kasus akut, keadaan pasien tidak sadar atau kebutuhan efek terapi segera,
obat injeksi intravena dipilih karena dapat memberi efek yang instan.Selain kecapatan
reaksi, sediaan yang beraneka ragam juga dimaksudkan untuk mencapi organ yang
menjadi target terapi secara efektip. Hal ini mjuga di tunjukan meminimalisir efek
seamping yang mungkin terjadiMisal, pada pasien yang tak sadarkan diri, muntah terus
menerus menderita gangguan menelan maupun diare, bisa diberikan obat selain obat per-
oral.
BERAPA KALI DALAM SEHARI
Frekuensi meminum obat pada dasarnya mengikuti propil farmakologi seperti sipat kimia
dan biologi obat dengan tubuh serta perlakuan biologis tubuh terhadap obat.Kesemuanya
tentu sudah dipastikan dalam prosesuji klinik yang panjang.Obat yang kadar dalam darah
cepat menurun karena propil farmakologinya, memerlukan interval pemberian yang agak
sering(2-3 kali sehari).Tujuannya agar efek terapi dapat di pertahan selama 24
jam.Sedangkan obat dengan propil farmakologi yang kadarnya relatif cukup dalam tempo
yang panjang, cukup di berikan sekali sehari.Banyak keuntungan pemberian obat dengan
interval panjang atau pemberian relatif lebih panjang seperti sekali sehari.Namun
terutama, kepatuhan pasien minum obat adalah yang terpenting.Pasien pada umumnya
sering lupa minum obat jika harus 2atau 3 kali sehari.Hingga efek samping obat akan
berkurang karena paparan obat terhadap organ tubuh menjadi berkurang.Teknologi
tersebut di sebut dengan kesedian controlled release, extended release maupun
aros(lepas lambat)sehingga memungkinkan di komsumsi sehari sekali.Obat ini maupun
menghasilkan efektivitas setara dengan bentuk konvensional yang di minum lebih sering,
namun dengan efek samping lebih minim karena kadar obat daram darah relatif
stabil.Beberapa contoh obat lepas lambat adalah obat antihipertensi, antidiabetes hingga
nyeri kronis.
Khusus Bayi
Untuk bayi, anda harus lebih extra sabar dan triknya pun lebih khusus.Yang bisa di
lakukan adalah: 1. Gunakan semprotan oral(Syringe)sehingga obat bisa di teteskan
lewat mulut
Bayi>Arahkan pada pipinya, daripada langsung pada bagian belakang mulut
untuk
Menghindari tersendak. tak perlu langsung memasukan saru dosis sekaligus
lakuk
Betahap saja.
2.Bisa juga di komsumsi dengan mengisi putting dot sehingga bayi bisa
menyedot
nya.gunakan dot yang memang khusus untuk obat, ya.
4. Dudukan bayi dengan posisi tegak pada kursi makannya atau baby
walker.Alihkan perhatiannya dengan mainan diatas kepalanya, otomanatis
mulutnya akan membuka sendiri lalu teteskan obatnya. .
5. Bungkus bayi dengan selimbut seperti baru lahir, sehingga tangannya tidak
bisa”melawan”ketka akan di berikan obat.Anda juga bisa meniup wajahnya
sehingga secara reflek baya akan menelan obatnya.Jika anda tak bisa
meyakinkan Sang anak untuk mengkomsumsi obatnya, lebih baik segera
beritahu dokter, agar bisa di tanganni dengan obat lain yang lebih mudah di
komsumsi seperti sirup atau jenis obat suppositoria.