You are on page 1of 24

FARMASETIKA

KONSEP FARMASETIKA
Secara garis besar konsep farmasetika memuat tentang disain dan pembuatan
obat agar obat dapat masuk ke dalam tubuh, mempengaruhi fungsi tubuh dan
mengalami nasib karena pengaruh tubuh dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh. Obat
masuk ke dalam tubuh dengan berbagai bentuk, dosis, rute dan cara menggunakan atau
memakai obat.
Namun cara yang paling banyak yaitu cara oral yaitu memasukkan obat
melalui mulut dan saluran cerna . Obat tersedia dalam saluran pencernaan kemudian
diserap dan didistribusikan ke seluruh tubuh akan mengalami berbagai peristiwa dalam
tubuh. Obat yang diserap atau diabsorbsi, masuk ke dalam sistem peredaran darah
didistribusikan ke seluruh tubuh; sampai ke tempat aksi obat atau reseptor,
mempengaruhi fungsi fisiologis atau keadaan patologis, dan obat akan lepas lagi dari
reseptor kemudian obat akan keluar dari tubuh manusia dengan berbagai cara. Demikian
pula obat yang diberikan dalam berbagai rute dan cara pemakaian obat misalnya
dengan cara suntikan, cara topical atau eksternal, rektal, vaginal, melalui
membran mukosa: mata, telinga dan hidung, juga akan berada dalam tubuh
baik bekerja secara lokal ataupun sistemik.

Gambar 1: Ilustrasi Perjalanan Obat

masuk obat bekerja keluar


Obat dalam tubuh obat

Keterangan: Obat masuk, bekerja dan keluar tubuh

Ketiga tahapan ini yang dialami oleh suatu obat mulai dari disain, pemilihan bahan,
pembuatan obat dan pemakaian obat sehingga obat dapat masuk; beredar dalam tubuh,
bekerja dalam tubuh sampai keluar dari tubuh.

Tahap pertama yaitu tahapan dimana obat yang memenuhi semua persyaratan
masuk ke dalam tubuh melalui rute pemberian yang sesuai sampai tersedia dalam
tubuh disebut sebagai tahap farmasetika atau tahap biofarmasetika.
Tahapan kedua yaitu: obat berada dalam tubuh akan mengalami berbagai
tahapan mulai dari absorsi, didistribusikan ke seluruh tubuh, mengalami proses
metabolisme di hati dan secara perlahan-lahan obat akan dikeluarkan lagi dari dalam
tubuh.

Tahapan ketiga yaitu obat pada saat didistribusikan akan sampai di tempat
aksi obat atau reseptor tempat dimana obat akan bekerja, akan memengaruhi berbagai
fungsi organ atau keadaan patologi, sehingga obat mempunyai efek farmakologi.

Proses perjalanan obat mulai dari obat masuk masuk tubuh, obat berada dalam tubuh
akan mengalami berbagai tahapan dan proses memengaruhi tubuh sebelum akhirnya
keluar lagi dari dalam tubuh disebut konsep farmakologi.

Gambaran garis besarnya konsep tersebut seperti terlihat pada gambar 2 sebagai
berikut:
Gambar 2 : Garis Besar Konsep Farmakologi

Rute obat Obat dalam tubuh: Ekskresi obat


Obat Obat/hasilme
 Ketersediaan obat tabolit
 Dipengaruhi tubuh
masuk tubuh keluar tubuh
 Memengaruhi tubuh

Keterangan: Gambar ini menunjukkan nasib atau perjalanan obat mulai dari masuk ke
dalam tubuh, berada dalam tubuh dan mengalami berbagai proses, sampai
akhirnya obat atau hasil metabolitnya dikeluarkan dari tubuh.

Obat yang digunakan oleh seseorang biasanya melalui berbagai fase atau tahap yang
biasanya dikategorikan dalam tiga tahap atau tiga fase penting, mulai dari obat masuk
sampai pada akhirnya obat keluar lagi dari tubuh.
Ada tiga tahap atau fase yang dialami suatu obat yaitu fase farmasetika, fase
farmakokinetika dan fase farmakodinamika.

Pada umumnya obat oral mengalami tiga fase penting suatu obat yaitu:
1. Tahap/Fase Farmasetika,
yaitu tahapan dimana obat masuk ke dalam tubuh memenuhi berbagai criteria
obat mulai dari cara membuat, bentuk obat, dosis yang sesuai dan melalui rute
yang sesuai. Proses pada tahapan ini menggambarkan mengenai hubungan
dinamik antara obat yang masuk ke dalam tubuh sesuai bentuk, rute, cara
pemakaian, pelepasan dan pelarutan obat dengan ketersediaan obat tersebut
untuk diabsorpsi oleh tubuh.
Proses dalam tahap farmasetika meliputi proses mulai seleksi sediaan farmasi
yang menyangkut sifat fisik, kimiawi bahan baku, cara campur dan buat obat,
bentuk obat yang sesuai, rute pemberian yang sesuai dan cara pakai yang
sesuai. Proses selanjutnya sesudah obat masuk ke dalam tubuh, hingga
pelepasan zat aktifnya ke dalam cairan tubuh; sampai obat tersedia dalam tubuh
(ketersediaan obat dalam tubuh) untuk selanjutnya diabsorpsi masuk ke dalam
sistem distribusi ke seluruh tubuh.

Misalnya pemberian tablet, kaplet, kapsul atau sediaan oral akan masuk melalui
mulut dan saluran pencernaan dan mengalami desintegrasi, dissolusi di lambung
dan usus halus sampai tersedia dalam tubuh disebut sebagai tahap farmasetika
atau tahap biofarmasetika.

2. Tahapan/Fase Farmakokinetika,
Tahap farmakokinetika meliputi seluruh proses yang dialami oleh obat mulai dari
obat diabsorpsi oleh tubuh, didistribusikan keseluruh tubuh, mengalami
metabolisme atau biotransformasi dan kemudian diekskresi atau dikeluarkan dari
dalam tubuh.
 Proses pertama dalam tahapan ini adalah obat akan diabsorpsi kedalam
darah, dan selanjutnya
 Proses kedua yaitu obat segera akan didistribusikan melalui pembuluh
darah ke tiap-tiap jaringan tubuh. Dalam darah obat dapat terikat dengan
protein darah atau bentuk bebas.
 Proses ketiga yaitu obat mengalami metabolisme, terutama metabolisme
terjadi di hati. Obat kemudian akan didistribusikan dalam tubuh ada yang
menuju ke reseptor (tempat kerja obat) dan ada pula yang diekskresi.
 Proses ke empat pada tahapan ini akan diakhiri dengan proses obat
keluar dari dalam tubuh baik dalam bentuk asli maupun metabolit obat
dengan berbagai cara melalui organ ekskresi.
Tahap ini disebut juga sebagai pengaruh tubuh terhadap obat meliputi proses
yang sering disebut ADME (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme dan Ekskresi)
3. Tahapan/Fase Farmakodinamika
Tahapan ini dimulai saat dimana obat sampai tempat aksi obat atau di
reseptor. Proses selanjutnya akan terjadi interaksi antara obat dengan reseptor
atau berantar aksi dengan reseptor dan memengaruhi reseptor, memengaruhi
sel-sel atau organ tubuh. Interaksi dengan reseptor biasanya dengan protein
membrane, hal ini akan menimbulkan respons biologik. Respons biologik dari
tahap ini disebut efek farmakologi atau efek terapetika yaitu efek yang
diinginkan dari suatu penggunaan obat dikenal sebagai proses obat
bekerja sehingga terjadinya efek farmakologi obat atau mempunyai
efek farmakologi.
Proses yang terjadi pada tahap farmakodinamika meliputi efek terhadap
fungsi biokimiawi & faal, cara kerja obat, efek terapi obat, khasiat/kegunaan, efek
merugikan obat misalnya efek samping dan toksisitas.

Masing-masing fase dalam farmakologi tidak berdiri secara sendiri-sendiri tetapi


terkait satu dengan yang lainnya. Hubungan ketiga tahap atau ketiga fase dalam
farmakologi ini adalah hubungan yang dinamik antara satu terkait dengan yang lain
sehingga satu fase akan memengaruhi fase yang lainnya. Masing-masing fase
dalam farmakologi ini juga mempunyai proses-proses yang juga terkait satu dengan
yang lainnya.

Secara sederhana ketiga tahap itu serta proses yang dialami suatu obat dalam tiap
proses itu dapat dilihat pada gambar 3 sebagai berikut:
Gambar 3
Skema tahapan obat dalam tubuh

Fase farmasetika Fase farmakokinetika


Biofarmasetika

Obat, bentuk, dosis, Pelepasan dan Absorpsi Distribusi Metabolisme Ekskresi


rute/cara pemakaian Pelarutan obat &
Obat
Interaksi:
O + R  OR
Obat dalam sel
jaringan=reseptor
Efek farmakologi:
ETO & EMO
Fase farmakodinamika

Keterangan: Ketiga tahap yaitu farmasetika, farmakokinetika dan farmakodinamika


serta proses-prosesnya dalam farmakologi:
KETERSEDIAAN FARMASI
Mekanisme ketersediaan farmasi terlihat pada gambar dalam hal ini tablet akan
pecah di dalam lambung menjadi granul-granul kecil setelah di telan;zat aktifnya masih
bercampur dengan zat pengisi,zat pengikat atau zat penghancur.Setelah granul pecah.zat
aktif terlepas dan larut atau tidak larut dalam cairan lambung atau usus tergantung di
mana obat berada saat itu.Hal ini di tentukan oleh waktu pengosongan lambung yang
berkisar 2-3 jam setelah makan. Setelah obatnya larut, barulah proses absorpsi oleh usus
dapat di mulai.

Gambar:
Proses Bioavailabilitas Tablet Oral

Pelepasan dengan Pelarutan obat Absorbsi


Obat dalam Partikel obat Obat dalam Obat masuk
Produk obat Desintegrasi padat media aqueous larutan tubuh obat oleh dalam tubuh
Penghacuran tubuh

Keterangan: obat secara farmasetika tersedia dalam tubuh dalam hal ini tersedia di
saluran pencernaan

Setelah tablet ditelan masuk ke dalam lambung , di dalam lambung tablet akan pecah
menjadi granula atau butir-butir kecil obat, zat pengisi dan pelekat. Bila granul pecah
akan terlepas zat-zat aktif dan melarut dalam cairan lambung atau usus.
Setelah obat larut baru proses resorbsi oleh usus dimulai. Ketersediaan obat untuk
diabsorbsi disebut sebagai pharmaceutical availability

Obat dalam bentuk sediaan cairan atau sirop akan mencapai KF(ketersediaan farmasi)
dalam waktu singkat karena tidak mengalami fase desintegrasi dalam saluran cerna.
Contohnya; dalam darah hanya 50% dari puncak plasma sirop asetosal setelah 1 jam
pada tablet enterik asetosal.
Urutan kecepatan ketersediaan obat menurut obat yg tahan terhadap getah lambung
dalam bentuk sediaan, yaitu:
 larutan-
 suspensi-
 serbuk-
 tablet-
 tablet salut film-
 tablet salut gula-
 tablet salut enterik.
KETERSEDIAAN HAYATI(KH)
Efek terapi suatu obat biasanya baru terlihat setelah zat aktifnya diabsorbsi
melewati sistem pembuluh aorta, lalu masuk ke hati dan mengalami biotranformasi atau
metabolisme, obat mengalami detoksikasi, kemudian kembali masuk ke peredaran darah
dan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh dan sampai ke tempat kerja obat.
Banyaknya obat yang terdapat dalam tubuh manusia dapat diketahui melalui kadar obat
yang terdapat dalam plasma.
Ketersedian hayati suatu obat dapat diukur pada keadaan penderita yang
bersangkutan (invivo) dengan menentukan kadar obat dalam plasma darah. Hal ini
menunjukkan adanya suatu korelasi antara kadar obat dalam plasma dengan efek terapi.
Ketersediaan farmasetik ditentukan secara in vitro dengan mengukur kecepatan dissolusi
zat aktif dalam waktu tertentu. Kadar obat dalam air liur lebih cepat dari pada dalam
plasma darah (1 : 10).

 Konsentrasi obat dalam tubuh


Ketersedian hayati dapat diketahui dengan mengukur konsentrasi obat dalam darah atau
dalam plasma. Jika obat diberikan secara oral waktu puncaknya mungkin berkisar antara
1 sampai 3 jam setelah pemberian. Jika obat diberikan secara intravena kadar puncaknya
mungkin dicapai dalam 10 menit. Ketersediaan hayati atau konsentrasi tertinggi obat
dalam plasma digunakan sebagai indicator terapeutik obat. Hal ini dapat di lihat pada
gambar

Gambar 7: Hubungan konsentrasi obat dalam plasma versus waktu

Kadar puncak
Konsentrasi Batas maksimum
dalam
plasma
Jendela terapi

Batas minimal (MEC)

AUC =area under curve


= tidak ada efek terapi

Waktu
A B C D E

Keterangan:
Gambar menunjukkan ketersediaan hayati atau konsentrasi obat dalam darah
selama proses farmakokinetika Jendela terapi menunjukan lebar atau sempitnya
efek terapi.
A= Waktu minum obat B = Mula kerja obat (Awitan) C = Puncak kerja obat
D= Akhir kerja obat E = Seluruh obat keluar dari tubuh

Data ketersediaan hayati digunakan untuk menentukan jumlah atau bagian obat yang di
absorpsi dari bentuk kesediaan: kecepatan obat diabsorpsi; masa kerja obat berada
dalam cairan biologis atau jaringan bila dihubungkan dengan respons pasien; dan
hubungan antara kadar obat dalam darah dengan efektivitas terapi atau efek toksik.
Konsentrasi obat dalam tubuh akan terus menurun karena mengalami eliminasi dan
ekskresi, sampai akhirnya semua obat dikeluarkan dari dalam tubuh.
Ketersediaan hayati digunakan untuk memberi gambaran mengenai keadaan dan
kecepatan absorpsi obat dari bentuk sediaan. Ketersediaan hayati digambarkan dengan
kurva kadar terhadap waktu setelah obat di minum dan berada pada jaringan biologis
atau cairan,seperti darah dan urine.

Dalam industri farmasi, ketersediaan hayati digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
memilih dan menyusun formula sediaan obat dengan cara ;
1. membandingkan macam-macam formulasi substansiobat untuk menentukan
formula mana yang paling cocok dalam hal absorpsi obat.
2. membandingkan KH subtansi obatnya dari bermacam-macam batch sediaan obat
yang di produksi.
3. membandingkan KH substansi obatnya dari bermacam-macam sediaan
obat,seperti tablet,kapsul,eliksir.
4. membandingkan KH substansi obatnya dari ketersediaan obat yang sama tetapi
dari pabrik yang lain.

Paramenter untuk menilai dan membandingkan KH yang digunakan meliputi ;


1. Tinggi kadar puncak, dalam satuan g/100 ml, mcg/ml, mg%.
2. Waktu kadar puncak,sangat berhubungan dengan kecepatan absorpsi obat dari
bentuk sediaannya, efek farmakologisnya, dan lamanya waktu obat tetap berada
dalam darah.
A.U.C. menggambarkan jumlah total obat yang diserap kedalam sirkulasi
darah setelah dosis tunggal obat diminum dan dinyatakan dalam:

Jumlah obat mcg x jam g x jam


A U C = ------------------ x waktu = -------------- atau ------------
Volume cairan ml 100 ml
KESETARAAN TERAPEUTIK (KT)
Dua tablet yang mengandung zak aktif dan kadar obat yang sama dari pabrik yang
berlainan atau formula yang berlainan tidak selalu menghasilkan kadar obat dalam darah
dan efek terapi yang sama. Kadang-kadang tablet dari batch yang berlainan dalam satu
pabrik saja bisa memberikan efek yang berbeda. Hal ini dikarenakan KF masing-masing
tablet berbeda.
Kesetaraan terapeutik sediaan-sediaan farmasi sangat penting, terutama untuk
obat yang luas terapinya kecil dan aktifitasnya tergantung pada kadar plasma yang tetap.
misalnya digoksin dan deksametason. Walaupun farmakope mensyaratkan untuk
memeriksa kesamaan kadar dan kecepatan disolusi, tetapi tidak ada koreksi antara
kecepatan disolusi in vitro dengan KH in vivo. Hanya ada beberapa zat yang memiliki
koreksi tersebut, antara lain digoksin, vitamin B2, griseofulvin, dan asetosal, oleh karena
itu, apoteker dan asisten apoteker dilarang mengganti merek obat yang sedang dipakai.

HUBUNGAN RUTE PENGGUNAAN OBAT DENGAN BENTUK SEDIAAN OBAT


Obat jarang di berikan dalam keadaan murni,tetapi umumnya merupakan kombinasi
dalam formulasi dengan zat-zat yang bukan obat(zat tambahan)yang memiliki fungsi
khusus,seperti zat pen-suspensi,pengemulsi,pengisi,pengikat,penghancur,basis salep,basis
supositoria,zat pengawet,pewarna,dan sebagainya.Oleh karena itu,obat dengan zat
tambahan dicampur menjadi suatu bentuk yang di sebut bentuk sediaan farmasi.
Bentuk sediaan farmasi diperlukan karena zat aktif sering di berikan dalam jumlah
yang sangat kecil,misalnya reserpin 0,1 mg dan etinilestradiol 0,05 mg.Dengan
demikian,zat-zat tambahan di perlukan agar zat aktif mudah di bentuk menjadi bentuk
sediaan obat.
Bentuk sediaan obat diperlukan untuk
1. Melindungi obat dari kerusakan akibat pengaruh udara,misalnya tablet bersalut
gula
(dregee)dan tablet salut film (film-coated, FCT)
2. Melindungi obat dari pengaruh asam lambung,misalnya tablet enterik(salut
enterik)
3. Memudahkan penggunaan obat untuk tujuaan terapi,misalnya salep melalui
kulit,supositoria melalui anus.
4. Membuat pelepasan obat yang di teliti,tepat dan aman.
5. Menghilangkan atau menutupi rasa dan bau yang kurang enak,misalnya
kapsul,tablet bersalut,dan sirop.
6. Membuat serbuk yang tidak larut tetapi dapat terdispersi dalam cairan
pembawa,misalnya suspensi.
7. mencampurkan dua cairan yang tidak bisa bercampur menjadi terdispensi dalam
cairan pembawa,misalnya emulsi.
8. memberi pengobatan setempat agar di peroleh efek obat yang optimal, misalnya
salap, krim, tetes mata, tetes hidung dan tetes telinga;
9. memudahkan obat di masukan kedalam lubang tubuh misalnya supositoria, ovula
dan bacilla;
10. memudahkan agar obat dapat masuk langsung ke dalam peredaran darah,
misalnya injeksi intramuskular (i.m), intravena (i.v), intrainteri (i.a), dan intratekal
(i.t).
11. memperoleh aksi obat yang optimal dalam saluran pernapasan ,misalnya
inhalasi,aerosal,semprot hidung;
12. membuat sediaan berupa larutan yang obatnya larut dalam zat pembawa yang di
inginkan,misalnya sirop,patio;
13. mengatur pelepasan obat agar dapat berefek lama.

BENTUK SEDIAAN OBAT KERJA LAMA


Ada tiga tipe bentuk sediaan obat ber efek lama yang dapat di bedakan berdasarkan
pelepasan zat aktif dan absorpsinya,yaitu:
1. Sustained relase(SR) adalah siatu tipe sediaan obat berefek lama yang lama yang
kadar terapi obatnya dicapai dengan kecepatan yang sama seperti pada dosis
tunggal.Selanjutnya kadar obat didalam darah itu di jaga agar tetap untuk periode
yang lama misalnya:veospandua,spansule,NATRILIK SR,VOLTAREN SR.
2. Prolonged action adalah suatu tipe sediaan obat berefek lama yang kadar terapi
obatnya di peroleh dari bentuk sediaan dosis lajim tunggal selnjutnya tambahan
kadar obat itu di atur dengan ketersediaan untuk abspsorsi bila obat di dalam
tubuh mengalami metabolisme atau diekresi kadar obat awal yang tinggi dalam
darah tidak boleh di pertahankan seperti pada tipe sustained reale misalnya
sediaan timespan dan retard.
3. Repeat action adalah suatu tipe sediaan obat berefek lama yang kadar terapi
obatnya menghasilkan pengobatan seperti pada dosis tunggal yang lain pada
waktu berikutnya(aksi obat berulang misalnya sediaan repetab)

Nama-nama bentuk sediaan dengan waktu kerja lama yang di kenal dalam
perdagangan antaran lain
1. Spansule sediaan kapsul yang berisi granul untuk kerja lama misalnya FEOSPAN 2
spansule (antinenmia)
2. Repetab sediaan tablet untuk kerja lama misalnya POLARAMIN repetab
(antihistamin)
3. Timesstan sediaan tablet untuk kerja lama misalnya RONICOL
timestan(pasolilator)
4. Retard sediaan tablet untuk kerja lama misalnya BELLARGAL retard (analgetik),
CEDOCARD retard (paolidatorkoloner) VOLTAREN retard (antiradang-antiriumatin)

RUTE PENGGUNAAN OBAT


Obat dapat di gunakan melalui beberapa rute,yaitu rute oral/per oral, rektal
(anus/dubur), parenteral/injeksi, kulit (perkutan), membran selaput lendir/mukosa
(mata, hidung, telinga. vagina) dan implantasi (subkutan).
Pemilihan rute penggunaan obat tergantung pada tujuan terapi,sipat obat yang di
gunakan dan kondisi penderita, Oleh karena itu perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. tujuan terapi lokal atau sistimatik
2. kerja obat cepat atau lambat
3. stabilitas obat dalam lambung atau usus
4. keamanan relatif
5. rute yang tepat dan menyenangkan bagi penderita dan dokter;
6. kemampuan penderita menelan obat melalui mulut.

Jika tujuan terapi adalah untuk memperoleh efek sistemik,efek tersebut dapat di
peroleh dengan cara oral melalui saluran gastrointenstinal atau rektal;parenteral secara
intravena (iv),intramukkular (im)atau subkutan (sc);atau inhalasi dan di hantarkan
melalui aerosol langsung ke dalam paru-paru.

Efek lokal dapat diperoleh dengan rute


1. Intraokular melalui mata, Misalnya, tetes mata
2. Intranasal melalui hidung, Misalnya, tetes hidung
3. Intraaural melalui telinga. Misalnya, tetes telinga.
4. Intra respiratoral berupa gas yang masuk ke paru-paru. Misalnya inhalas,
aerosol
5. Rektal melalui anus (supositoria)
6. uretral melalui saluran kemih (bacilla) dan
7. vaginalmelalui kemaluan wanita (ovula,douche).

PENGGUNAAN OBAT MELALUI RUTE ORAL/PER ORAL


Obat sering digunakan secara oral. Kebanyakan obat di telan dan jarang yang larut di
dalam mulut.Tujuan penggunaan obat melalui oral adalah untuk memperoleh efek
sistemik,yaitu obat masuk kedalam pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh setelah
terjadi absorpsi obat pada bermacam-macam permukaan sepanjang saluran
pencernaan.Akan tetapi,ada obat yang di telan dengan tujuan memperoleh efek lokal
karena obat tidak larut atau tidak diabso5rpsi dalam rute ini,misalnya obat-obat cacing
dan obat-obat antasida untuk menetralkan kelebihan asam lambung.
Bentuk sediaan oral dapat juga di buat untuk memberikan efek pengobatan yang lama,
sepertisustained rease, repeat action dan prolonged action yang berada dalam pelepasan
zat aktif dan absorpsinya.

Bila dibandingkan dengan rute lain,rute oral lebih menyenangkan,murah,serta aman


walaupun responnya lebih lambat dan absorpsinya tidak teratur karena tergantung pada
beberapa paktor antra lain :
1. Jumlah dan jenis makanan yang ada dalam saluran lambung.
2. Kemungkinan obat dapat di rusak oleh reaksi asam lambung atau enzim-enzim
pencernaan.Misalnya,insulin harus di berikan dengan cara injeksi karena dapat di
rusak oleh enzim proteolitik pada saluran gastrointestinal.
3. Keadaan penderita muntah-muntah atau koma.
4. Kerja awal yang cepat dikehendaki sehingga tidak memungkinkan pemberian
secara oral.
Kecepatan absorpsi obat secara oral tergantung pada ketersediaan obat terhadap
cairan biologis yang di sebut bioaviability atau kesediaan hayati.Ketersediaan hayati
adalah persentase obat yang diabsorpsi tubuh dari suatu dosis yang di berikan dan
tersedia untuk menghasilkan efek terapeutiknya; dinyatakan dalam mg%.Urutan besarnya
ketersediaan hayati bentuk-bentuk kesediaan obat adalah larutan-suspensi oral-emulsi-
kapsul-tablet-tablet bersalut.
Bentuk kesediaan obat yang aksinya cepat tidak selalu menguntungkan,
sedangkan bentuk kesediaan obat yang lambat diabsorpsi akan memberikan aktivitas obat
yang lebih lambat. Semakin cepat obat siabsorpsi maka akan semakin cepat juga obat itu
dimetabolisme dan diekskresi.Oleh karena itu,pemilihan bentuk sediaan obat perlu
mempertimbangkan banyak faktor.
Bentuk-bentuk sediaan obat yang digunakan dalam rute oral,yaitu
tablet,kapsul,serbuk terbagi (pulveres) serta sediaan cair termasuk larutan, eliksir, sirop,
suspensi atau emulsi oral.
1.Tablet.
Bentuk sediaan obat yang paling banyak digunakan adalah bentuk tablet. Macam-
macam tablet yang di kenal yaitu:
(a) Tablet Kempa Dan Tablet Cetak;
(b) Tablet Kunyah (Chewable Tablet)
(c) Tablet Hisap (Lozenge, Troshisi, Pastiles)
(d) Tablet Larut (Effervescent Tablet)
(e) Tablet Implantasi (Pelet)
(f) Tablet Hipodermik (Hypodermik Tablet)
(g) Tablet Bukal (Buccal Tablet)
(h) Tablet Sublingual
(i) Tablet Vagina (Ovula)
(j) Tablet Bersalut (Salut Gula/Dregee, Salut Selaput/Film Coating Tablet,
Salut Kempa/Tekan,Salut Enterik/Enterik Coated Tablet);
(k) Kaplet (Kapsitab).

Untuk membuat tablet, diperlukan zat-zat tambahan seperti :


(a) Zat pengisi (diluent): untuk obat berdosis kecil yang memerlukan penambahan
volume agar tablet mudah dibentuk.
(b) Zat pengikat (binder): untuk memperbesar daya kohesi dan adhesi agar dapat
terbentuk masa yang kompak ketika di kempa.
(c) Zat penghancur (desintegrator): agar tablet mudah pecah di lambung menjadi
granul-granul kecil sehingga mudah larut dan mudah diobsorpsi.
(d) Zat pelicin (lubricant): agar di dapatkan free-flowing atau untuk mengurangi daya
gesekan atau bebas hambatan sehingga tablet yang tercetak memiliki bobot dan
kadar obat yang seragam.
(e) Zat ajuvan (seperti saporis/rasa, flavour/odoris/bau dan coloris/warna): agar bau
dan rasa tablet lebih enak, menarik dan mudah dikenal.

2. Kapsul
Bentuk sediaan obat rute oral lainnya adalah kapsul yang cangkangnya dibuat dari
gelatin, CMC, atau Ca-alginat. Ada dua jenis kapsul, yaitu kapsul keras dan kapsul
lunak yang tersedia dalam berbagai ukuran dari terbesar sampai terkecil, no. 000, 00,
0, 1, 2, 3, 4 dan 5.
BENTUK SEDIAAN OBAT YANG DIGUNAKAN DALAM RUTE REKTAL
Bentuk sediaan ini dibuat untuk tujuan lokal dan sistematik dalam bentuk larutan
PATEN DAN GENERK
Obat di bagi menjadi dua, yaitu obat paten dan generik. Obat paten adalah obat baru di
temukan berdasarkan riset dan memiliki masa paten yang tergantung dari jenis obatnya.
Menurut UU No.14 tahun 2001, masa berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun. Selama
jangka waktu resebut, perusahaan farmasi tersebut memiliki hak eksklusif di Indonesia
untuk memproduksi obat yang dimaksud.Perusahaan lain tidak di perkenankan untuk
memproduksi dan memasarkan obat serupa kecuali jika memiliki perjanjian khusus
dengan pemilik paten. Setelah obat paten berhenti masa patennya, obat paten kemudian
disebut sebagai oabat generik(generik=nama obat berkhasiatnya).Obat generik inipun di
bagi menjadi 2, yaitu generk berlogo dan generik bermerek(brandet generik). Tidak ada
perbedaan zat berkhasiat antara generik berlogo dengan generik bermerek.Bedanya, yang
satu di beri merek satu lagi di beri logo.Obat generik berlogo yang lebih umum obat
generik saja adalah obat yang menggunakan nama zat berkhasiatnya dan mencantumkan
logo perusahaan farmasi yang memproduksinya pada kemasan obat, sedangkan obat
generik bermerek yang lebih umum disebut obat bermerek adalah obat yang diberi merek
dagang oleh perusahaan farmasi yang memproduksinya.Setelah habis masa patennya,
obat yang dulunya paten dengan merek dagangnyapun kemudian masuk kedalam
kelompok obat generik bermerek.Meskipun masa ptennya sudah selesai, merek dagang
dari obat yang di pasarkan selama 20 tahun pertama sebut tetap menjadi milik
perusahaan yang dulunya memiliki paten atas obat tersebut. Obat generik di luncurkan
oleh pemerintah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kelas menengah
kebawah akan obat.Harganya dikendalikan pemerintah untuk menjamin akses masyarakat
terhadap obat.Oleh karena itu sejak 1985 pemerintah menetapkan penggunaan obat
generik pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.
Harga obat generik bisa di tekan karena obat generik hanya berisi obat zat yang di
kandungnya dan di jual dengan kemasan dengan jumlah besar, sehingga tidak di
perlukan biaya kemasan dan biaya iklan(proporsinya mencapai 20-30%) yang
mempengaruhi harga obat secara signifikan.
Sayangnya karena harganya yang terbilang murah membuat masyarakat tidak percaya
bahwa obat generik sama berkualitasnya dengan obat bermerek.Padahal, zat berkhasiat
yang di kandung obat bermerek sehingga kualitas obat bermerek.
YANG MANA, YA?
Untuk menentukan jenis obat yang dibutuhkan, beberapa hal perlu di perhatikan antara
lain :
1. Gejala atau keluhan penyakit.
2. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabet meletus dan lain-
lain
3. Pengalaman Alergi atau reaksi yang tidak di ingginkan terhadap obat tertentu.
4. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan interaksi
obat yang dapat dibaca pada etiket atau blosur obat.
5. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat dengan
obat yang sedang diminum.
6. Untuk memilih obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan pada apoteker.
7. Jangan segan bertanya kepada dokter mengenai resep yang di berikan.

BEBAS ATAU KERAS?


Berdasarkan golongan obat dapat di bagi menjadi empat yaitu :
1. Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tampa resep dokter.Di negara-
negara barat, obat ini disebut OTC atau Over tde Counter.Meski disebut aman,
obat bebas tetap tidak boleh digunakan sembarangan.Kemasan obat ini di tandai
lingkaran hijau bergaris tepi hitam.Bisa di gunakan untuk mengatasi penyakit
ringan, biasanya berupa vitamin atau multivitamin
2. Obat bebas terbatas
Obat zenis ini masih bisa di beli tampa resep dokter.Pada kemasanya, terdapat
lingkaran biru bergaris tepi hitam.Contoh obat bebas terbatas antara lain obat
antiflu atau obat anti mabuk.Pada kemasan terdapat peringatan bertanda kotak
kecil berdasar gelap atau kotak putih bergaris tepi hitam.Biasanya terdapat
peringatan seperti berikut
P.No.1 Awas! Obat keras.Baca aturan memakaiannya.
P.No.2 Awas! Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan.
P.No.3 Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
P.No.4 Awas! Obat keras.Hanya untuk di bakar.
P.No.5 Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
P.No.6 Awas! Obat keras.Obat wasir jangan di telan.
Pemakaian on\bat ini juga harus di hentikan bila kondisi penyakit semakin serius.
Sebaiknya pergi ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sangat tidak di
anjurkan untuk melakukan pengobatan sendiri dengan obat-obat yang seharusnya
di peroleh lewat resep dokter.Meski gejala dan keluhan penyakit sama, obat yang
di gunakan belum tentu sama.Jangan lupa, perhatikan tanggal kadaluarsa obat,
baca informasi pada kemasan tentang petunjuk penggunaan obat yang tidak di
perbolehkan, efek samping, dosis obatlain atau interaksi obat dengan makanan
yang dikomsumsi.
3. Obat Keras dan Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya bisa di beli di apotik hanya dengan resep
dokter.Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah hurup K dalam lingkaran
merah dengan tepi warna hitam.Obat yang termasuk dalam golongan ini misalnya
antibiotika, seperti tetrasiklin, penisilin, obat-obat yang mengandung hormon, obat
penenang, dan lain-lain. Obat jenis ini tidak bisa sembarang di komsumsi karena
bisa berbahaya, meracuni tubuh, pemperparah penyakit atau penyebab kematian.
Obat psiotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sentetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Contoh :
diazepam, Phenobarbital.
4. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sinsetis mauoun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan menimbulkan
ketergantungan.contohnya morpin dan petidin.Sebelum menggunakan obat ada
baiknya mengetahui sipat dan cara pemakaiannya tepat dan aman.Informasi
mengenai obat dapat diperoleh dari etiket atau blosur pada kemasan obat bebas
dan bebas terbatas.

CARA TEPAT SIMPAN DAN GUNAKAN OBAT


Bolehkah Obat dikomsumsi berulangkali? Haruskah Obat disimpan dalam lemari
Pendingin? Tentukan Jawabannya

Bertindak waspada dengan menyediakan obat di rumah adalah langkah baik. Namun
seringkali kita bertanya, mengapa begitu banyak aturan komsumsi dan perlakuan yang
berbeda?
Ya, pertanyaan seputar obat ini sangatlah banyak. Berapa lama batas waktu penyimpanan
obat yang sudah di pergunakan? Bagai mana penyimpanan obat yang baik? Bagai mana
tata cara mengkomsumsi obat yang benar? Padahal penyimpanan dan penomsumsian sisa
obat bebas di rumah adalah hal biasa yang di lakukan banyak orang. Simpang siur tata
cara penyimpanan obat, cara komsumsi dan waktu komsumsi obat pun mengudang
kekhawatiran berdampak pada efektifitas obat.
“Sebenarnya cara menggunakan obat itu tergantung keparahan penyakit maupun
perlunya efek obat dicapai segera, ”ungkap dr Nicolaski Lumbuun, SpFk. specialis
farmakologi klinik dari fakultas kedokteran pelita harapan Lippo Karawaci.
“Sedangkan prinsip penyipanan obat seperti tablet, sirup yang masih dalam kemasan atau
tersegel, sepanjang obat tersebut expired (kadaluarsa) bisa digunakan. Jika sudah di buka
dan pernah diminum, maka perhatikan tanda-tanda kerusakan obat seperti perubahan
konsitensi (bila bentuk kapsul menjadi lengket, sirup menjadi lebih kental atau
membentuk lapisan terpisah). warna maupun bau, ”lanjut Nico.Agar lebih jelas Nico
memaparkan detil mengenai tata cara memperlakukan obat.
BEDA PENYAKIT BEDA CARA KOMSUMSI
Ada banyak kesedian obat yang di kenal di dunia kesehatan, mulai obat
parenteral(suntikan ke pembuluh darah vena, infus, injeksi ke otot, rongga sendi, rongga
spinal ataupun kelapisan bawah kulit), oral(diminum)melalui
pernafasan(nebulizer/penguapan, maupun inhalat/dihisap melalui mulut), topical(oles di
kulit bisa berupa krim, oinment, maupun lation), obat per-anal(rectal ataupun melalui
dubur), hingga tabket yang di letakan di bawah lidah.Pada dasarnya semua di sesuaikan
dengan keadaan fisik fasien, tingkat keparahan penyakit, serta kecepatan timbulnya efek
terapi.Pada kasus akut, keadaan pasien tidak sadar atau kebutuhan efek terapi segera,
obat injeksi intravena dipilih karena dapat memberi efek yang instan.Selain kecapatan
reaksi, sediaan yang beraneka ragam juga dimaksudkan untuk mencapi organ yang
menjadi target terapi secara efektip. Hal ini mjuga di tunjukan meminimalisir efek
seamping yang mungkin terjadiMisal, pada pasien yang tak sadarkan diri, muntah terus
menerus menderita gangguan menelan maupun diare, bisa diberikan obat selain obat per-
oral.
BERAPA KALI DALAM SEHARI
Frekuensi meminum obat pada dasarnya mengikuti propil farmakologi seperti sipat kimia
dan biologi obat dengan tubuh serta perlakuan biologis tubuh terhadap obat.Kesemuanya
tentu sudah dipastikan dalam prosesuji klinik yang panjang.Obat yang kadar dalam darah
cepat menurun karena propil farmakologinya, memerlukan interval pemberian yang agak
sering(2-3 kali sehari).Tujuannya agar efek terapi dapat di pertahan selama 24
jam.Sedangkan obat dengan propil farmakologi yang kadarnya relatif cukup dalam tempo
yang panjang, cukup di berikan sekali sehari.Banyak keuntungan pemberian obat dengan
interval panjang atau pemberian relatif lebih panjang seperti sekali sehari.Namun
terutama, kepatuhan pasien minum obat adalah yang terpenting.Pasien pada umumnya
sering lupa minum obat jika harus 2atau 3 kali sehari.Hingga efek samping obat akan
berkurang karena paparan obat terhadap organ tubuh menjadi berkurang.Teknologi
tersebut di sebut dengan kesedian controlled release, extended release maupun
aros(lepas lambat)sehingga memungkinkan di komsumsi sehari sekali.Obat ini maupun
menghasilkan efektivitas setara dengan bentuk konvensional yang di minum lebih sering,
namun dengan efek samping lebih minim karena kadar obat daram darah relatif
stabil.Beberapa contoh obat lepas lambat adalah obat antihipertensi, antidiabetes hingga
nyeri kronis.

SEBELUM ATAU SESUDAH MAKAN


Pemberian obat dan waktu mengomsumsinya juga di pengaruhi propil masing-masing
obat.Tergantung bagai mana reaksi tubuh terhadap propil kimia dan fisik obat.Namun
secara umum penyerapan obatyang di berikan per-oral akan optimal jika dikomsumsi
dalam kondisi perut kosong atau sebelum makan.Pada kondisi ini obat akan lebih cepat
mencapai usus halus(tempat penyerapan obat yang paling utama)serta lebih lengkap
diserap.dengan demikian konsentrasi yang masuk ke dalam sirkulasi darah menjadim
optimal.Sayangnya beberapa obat ada yang dapat menyebabkan efek iritasi pada
lambung, seperti obat pereda nyeri dan anti radang non steroid(aspirin, asam mefenamat,
asam dikloponac)sehingga sebaiknya si konsumsi setelah makan.Begitu pula seplemen
yang memperlukan waktu transit di saluran cerna lebih lama, seperti vitamin B12
sebaiknya di minum setelah makan agar penyerapannya lebih sempurna.Pada kasus
tertentu obat dikomsumsi berdasarkan siklus fisiologis tubuh tertentu seperti obat
kolesterol(simvastatin)yang harus di komsumsi malam hari.di karenakan siklus
pembentukan kolesterol optimum pada malam hari dan perlu di hambat dengan zat aktif
tertentu.sedangkan konsumsi obat tertentu bisa di letakkan di bawah lidah seperti obat
antianggina(untuk serangan penyempitan pembuluh koloner jantung)karena akan
langsung di serap pembuluh darah halus di bawah lidah tampa melalui system
pencernaan dan hati.dengan demikian kerjanya akan jauh lebih cepat dan optimal.
TAK HARUS DI LEMARI PENDINGIN
Sedangkan untuk penyimpanan obat bisa dilakukan dengan menutup rapat kemasan
obat.Jangan menyimpan obat yang sudah rusak kemasannya.Bila tablet sdi kemas dalm
aluminium foil, sebaiknya tidak menyimpan tablet yang kemasanya sudah terbuka.Atau
bila obat dealam kesedian dalam suspensi, upayakan botol tertutup rapat, jangan terkena
ataupun terkena tetesan air.Simpan obat sesuai petunjuk penyimpanan yang tertera pada
kemasan, misal dalam suhu15-25 derajat celcius.”tidak semua obat perlu masuk pedingin,
kecuali vaksin dan sedian suppositoria(obat per-anal)tegas Nico.Hal lain yang perlu di
perhatikan, hindari paparan sinar matahari atau udara bebas secara langsung pada
obat.Perhatikan pula masa penyimpanan obat.Untuk obat sedian suspensi(sirup)sebaiknya
tidak di simpan terlalu lama atau tidak lebih dari 2 minggu.Bila obat bertahan aktif
antibiotik, sebaiknya di habiskan saja sesuai petunjuk dokter.Penyimpanan tablet yang
masih utuh dalam kemasan alumunium foil dapat di simpan dan di gunakansampai masa
expired.Sedangkan kapsul masih dapat di komsumsi selama masih utuh dalam botolnya
belum berubah bau warna dan tetap kering.Prinsipnya sebaiknya tidak menyimpan obat
terlalu lama serti sirup atau kapsul yang di kemas dalm botol jika pernah telah di buka
atau di komsumsi.”Tapi kalau masih baru dan belum pernah di minum, tidak masalh
asalkan masih dalam masih masah dalam masa penggunaan atau belum expired, ”papar
Nico.

Cermati Kemasan Obat


Ketika menrima obat baru atau memeriksa obat dari lemari obat perhatikan keutuhan
kemasan dan tanggal expored. Sebaiknya hati-hati jika menerima obat dari apotik dalam
bentuk guntingan-guntingan yang tidak utuh. Misalnya potongan isi 3 tablet ditambah
potongan isi 5 tablet ditambah lagi potongan 2 tablet untuk total tablet 10 biji. Sebaiknya
tolak saja, untuk mewaspadai pemberian obat yang pernah jadidi ramai di berikan
beberapa media beberapa waktu lalu. Perhatikan pula kemasan obat ketika menerima
obat berkemasan(dengan kertas petunjuk penggunaan)maupun obat bebas. bacalah
terutama pada bagian indikasi oobat.Jangan gunakanobat jika tidak sesuai dengan gejala
dan diagnosis penyakit, meski banyak orang menyatakan obat tersebut efektif. J angan
lupa cermati special precaution(petunjuk khusus)karena ini berisi hal-hal yang dapat
menimbulkan komplikasi selama menggunakan obat.Contoh special precaution:bagi
penderita tekanan darah tinggi, kencing manis, migrain, dsb.Berhati-hatilah jika anda
memiliki kondisi tersebut.Ini bukan berarti anda tidak dapat mengomsumsinya, namun
dapat terjadi gejala atau perburukan keadaan tersebut.Oleh karena itu perlu di perhatikan
ketika mengkomsumsi obat.Bila terjadi interonsasi segera hentikan penggunaannya!
Jangan lupa membaca dan memwaspadai kontrindikasi, karena peringatan ini mutlak
tidak bisa di gunakan pada keadaan yang tertera.Jika diabaikan, dpat terjadi efek obat
yang berakibat fatal.Perhatikan juga dosis, anjuran dan aturan pemakaian obat, kecuali
pada pertimbangan lain dari dokter yang meresepkannya. Dokter mungkin saja
memberikan dosis dan aturan pakai yang berbeda karena pertimbangan kompentensi dan
profesionalismenya.

ANAK DAN OBAT


TAK REWEL MINUM OBAT
Meski sekarang obat anak tersedia dalam rasa buah yang lebih ramah di lidah atau
bentuk lebih pamiliar dengan kesehariaannya, masih saja sulit meminta anak
menomsumsi obat.Orang tuapun di buat pusing karena jika obat tidak di komsumsi,
makin butuh waktu lama si kecil sembuh dan kembali sumbringah.Trik khusus menjadi
kunci maslah ini.Simak bersam-sama yuk!

Serahkan Kontrol Pada Anak


Dari pada memaksa anak lebih baik serahkan saja ”kekuasaan”meminum atau menelan
obat padanya.Langkah ini bukan berarti anak bebas makan kapan saja, tapi beriklanlah
pilihan padanya dan minta ia memutuskan sendiri.Misalnya”Kaka mau minum obatnya
sehabis gosok gigi atau langsung setelah bangun tidur?”Dengan begini, anak tiak akan
merasa di paksa.Jangan lengah untuk mengawasi komsumsi obat dengan menyesuaikan
aturannya.Apakah setelah atau sesudah makan, juga berapa kali dalam sehari.
Hilangkan Baunya.
Untuk bau dan rasa yang tak enak pada obat, hilangkan sensasinya dengan:
1. Minta anak menutup hidung sehingga bau dan rasa phit pada obat tak lagi
terasa.Segra minum jus apel atau setelahnya.
2. Kulum es batu selama beberapa menit untuk mematikan indera pengecap pada
lidah.
3. Campurkan obat bersama jus buah atau yogurt.
Lancar Ditelan
Menelan obat butuh banyak usaha bagi si kecil, yang jelas jangan sembarangan membuka
kapsul.Pasalnya, pembungkus kapsul berfungsi untuk melindungi perut dari
iritasi.Demikian juga dengan mencampur obat atau menghancurkannya bersama
makannan padat atau susu.
Lebih baik tanya dulu dokter atau apoteker, apakah boleh melakukannya karena bagian
obat harus di telan langsung.Salah-salah efeknya hilang, jika di campur makanan.Kalau
ternyata tak masalh, sah-sah saja menyatukannya dengan makanan, sehingga anakpun
bisa mengkomsumsi obat dengan mudah.Ketika anak mengomsumsi obat yang mestinya
di telan, pastikan benar-benar jangan sampai mengunyanya.Alasannya?Bisa mengganggu
system pengobatan yang di kerjakan oleh obatnya atau menempel di gigi anak.Yang tak
boleh di lupakan juga adalah ajak anak mengomsumsi obat dengan wajah senang
seakan-akan mengajaknya memakan es krim.Nada suara yang positif membuat anak lebih
tenang ketika mengomsumsim obatnya.
Selain itu sebagai orang tua jangan pernah menyerah mengajarkannya menelan
obat.Dengan latihan pasti ia bisa.Anda juga bisa memberinya hadiah jika ia berhasil
menelan obat, pasti si buah hati bersemangat.

Khusus Bayi
Untuk bayi, anda harus lebih extra sabar dan triknya pun lebih khusus.Yang bisa di
lakukan adalah: 1. Gunakan semprotan oral(Syringe)sehingga obat bisa di teteskan
lewat mulut
Bayi>Arahkan pada pipinya, daripada langsung pada bagian belakang mulut
untuk
Menghindari tersendak. tak perlu langsung memasukan saru dosis sekaligus
lakuk
Betahap saja.
2.Bisa juga di komsumsi dengan mengisi putting dot sehingga bayi bisa
menyedot
nya.gunakan dot yang memang khusus untuk obat, ya.
4. Dudukan bayi dengan posisi tegak pada kursi makannya atau baby
walker.Alihkan perhatiannya dengan mainan diatas kepalanya, otomanatis
mulutnya akan membuka sendiri lalu teteskan obatnya. .
5. Bungkus bayi dengan selimbut seperti baru lahir, sehingga tangannya tidak
bisa”melawan”ketka akan di berikan obat.Anda juga bisa meniup wajahnya
sehingga secara reflek baya akan menelan obatnya.Jika anda tak bisa
meyakinkan Sang anak untuk mengkomsumsi obatnya, lebih baik segera
beritahu dokter, agar bisa di tanganni dengan obat lain yang lebih mudah di
komsumsi seperti sirup atau jenis obat suppositoria.

CARA TAK BIASA KONSUMSI OBAT


Bebarapa obat ada yang di komsumsi dengan cara unik.Ada yang melalui telinga, hidung
dubur, hingga vagina. Mengapa demikian?
Selain cara awam seperti disuntikan, minum maupun dioles pada kulit, sebenarnya masih
banyak metode yang bisa di tempuh untuk mengonsumsi obat-obat. Beberapa obat bisa
di komsumsi dengan meneteskan dalam lubang telinga, lubang hidung, dihirup dalam-
dalam, serta memasukkan dalam lubang dubur maupun vagina. Berikut penjelasan
dr.Nicolaski Lumbun,SPFK., spesialis farmakoligi klinik dari Fakultas kedokteran
Universitas Pelita Harapan , Lippo Karawaci mengenai beberapa obat yang
dikonsumsi dengan cara tak biasa..
Obat per-Anal
Obat per-anal atau obat supposituria adalah yang di gunakan dengan memasukan
obat kedalam anus atau dubur.Pada dasarnya obay supositoria terdiri dari dua jenis.Satu
berbentuk cairan yang di kemas dalam tube,lainnya berkonsistensi lunak,sehingga perlu di
masukan kedalam lemari pendingin penyimpanan dan sebelum di gunakan. Obat yang
tersedia dalam sedia seperti ini,diantaranya adalah obat jenis pencahar untuk mengatasi
sembelit.Pencahar sengaja di bentuk dalam sedian per-anal dengan pertimbangan agar
efek obat hanya bersipat local pada rettrum(dubur)sehingga meminimalkan efek
samping.Dengan efek local tersebut,merangsang gerakan peristaltic usus besar sehingga
tinja terdorong ke luar.

You might also like