You are on page 1of 28

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK SISTEM PERNAFASAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan sistem respirasi merupakan satu dari sistem-sistem yang ada pada tubuh
manusia.) Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu
terhadap suatu masalah kesehatan. Hasil suatu pemeriksaan sangat penting
dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan
prognosa. Prosedur diagnostic yang digunakan untuk mendeteksi gangguan pada
system pernapasan dibagi ke dalam 2 metode,yaitu: (Dewi Sartika,2010)

1. Metode morfologis, di antaranya adalah teknik radiologi, endoskopi,


pemeriksaan biopsydan sputum.

2. Metode fisiologis, misalnya pengukuran gas darah dan uji fungsi ventilasi.

A. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

1. Definisi

Pemeriksaan radiologi thoraks merupakan upaya pengkajian klien dengan


gangguan system kardiovaskuler dan respirasi. Sarana sinar-x atau sinar peng-
ion lainnya sebagai sarana diagnostic, misalnya pesawat sinar-x dan isotop.
Pemeriksaan radiologi : Foto rontgen, Thorax, VLS ( vertebra, lumbal, sacral ),
BNO ( foto abdomen ), Scanning ( head scanning, whole body ), IVP ( kontras
melalui intravena ), Cystografi, dan Uretrocystografi
2. Jenis-jenis gangguan system pernapasan menggunakan pemeriksaan radiologi:
Kanker laring, Pneumonia, TB paru, Abses paru, Bronchitis kronik, Emfisema
paru, dan Asma

3. Metode radiografi yang biasa digunakan untuk menentukan penyakit paru


adalah :

Radiografi dada rutin (foto thoraks)

Pemeriksaan Radiografi thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR)


bertujuan menggambarkan secara radiografi organ pernafasan yang terdapat di
dalam rongga dada. Teknik radiografi thorax terdiri dari bermacam-macam
posisi yang harus dipilih disesuaikan dengan inidikasi pemeriksaan, misalnya
bronchitis kronis, KP, fleural effusion, pneumo thorax dan lain-lain. Untuk
menentukan posisi mana yang tepat, harus menyesuaikan antara tujuan
pemeriksaan dengan kriteria foto yang dihasilkan.

Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang


melibatkan dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam
kavitas thorax termasuk paru-paru, jantung dan saluran-saluran yang besar.
Pneumonia dan gagal jantung kongestif sering terdiagnosis oleh foto thorax.
CXR sering digunakan untuk skrining penyakit paru yang terkait dengan
pekerjaan di industri-industri seperti pertambangan dimana para pekerja
terpapar oleh debu. Secara umum kegunaan Foto thorax/CXR adalah :

a. Untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)

b. Untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax)

c. Untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB)

d. Untuk memeriksa keadaan jantung

e. Untuk memeriksa keadaan paru-paru

Abnormalitas atau kelainan gambaran yang biasa terlihat dari CXR adalah :
1. Nodule (daerah buram yang khas pada paru)

Biasanya disebabkan oleh neoplasma benign/malignan, granuloma


(tuberculosis), infeksi (pneumoniae), vascular infarct, varix, wegener’s
granulomatosis, rheumatoid arthritis. Kecepatan pertumbuhan, kalsifikasi,
bentuk dan tempat nodul bisa membantu dalam diagnosis. Nodul juga dapat
multiple.

2. Kavitas

Yaitu struktur lubang berdinding di dalam paru. Biasanya disebabkan oleh


kanker, emboli paru, infeksi Staphyllococcus. aureus, tuberculosis,
Klebsiella pneumoniae, bakteri anaerob dan jamur, dan wegener’s
granulomatosis.

3. Abnormalitas pleura.

Pleural adalah cairan yang berada diantara paru dan dinding thorax. Efusi
pleura dapat terjadi pada kanker, sarcoid, connective tissue diseases dan
lymphangioleiomyomatosis.

4. Langkah-Langkah Pembuatan Foto Thorax

a. Persiapan Alat Dan Bahan

1. Meja pemeriksaan

2. Film, kaset

3. Marker dan asesoris lain

4. Pesawat Rontgen

b. Indikasi Pemeriksaan. Indikasi dilakukannya foto toraks antara lain :

1. Infeksi traktus respiratorius bawah, Misalnya : TBC Paru, bronkitis,


Pneumonia
2. Batuk kronis

3. Batuk berdarah

4. Trauma dada

5. Tumor

6. Nyeri dada

7. Metastase neoplasma

8. Penyakit paru akibat kerja

9. Aspirasi benda asing

5. Persiapan Pemeriksaan :

a. Mengidentifikasi klinis / indikasi pemeriksaan

b. Memilih teknik radiografi yang tepat

c. Memberikan instruksi kepada pasien

6. Posisi Pemeriksaan

a. Posisi PA (Postero Anterior)

Pada posisi ini film diletakkan di depan dada, siku ditarik kedepan supaya
scapula tidak menutupi parenkim paru.
b. Posisi AP (Antero Posterior)

Dilakukan pada anak-anak atau pada apsien yang tidak kooperatif. Film
diletakkan dibawah punggung, biasanya scapula menutupi parenkim paru.
Jantung juga terlihat lebih besar dari posisi PA.
c. Posisi Lateral Dextra & Sinistra

Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa. Buatlah proyeksi


lateral kiri kecuali semua tanda dan gejala klinis terdapat di sebelah kanan,
maka dibuat proyeksi lateral kanan,berarti sebelah kanan terletak pada film.
Foto juga dibuat dalam posisi berdiri.

d. Posisi Lateral Dekubitus

Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu,yaitu bila klinis diduga ada
cairan bebas dalam cavum pleura tetapi tidak terlihat pada foto PA atau
lateral. Penderita berbaring pada satu sisi (kiri atau kanan). Film diletakkan
di muka dada penderita dan diberikan sinar dari belakang arah horizontal.

e. Posisi Apikal (Lordotik)

Hanya dibuat bila pada foto PA menunjukkan kemungkinan adanya kelainan


pada daerah apex kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya hanya
dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila ada kesulitan menginterpretasikan
suatu lesi di apex.

f. Posisi Oblique Iga


Hanya dibuat untuk kelainan-kelainan pada iga (misal pembengkakan lokal)
atau bila terdapat nyeri lokal pada dada yang tidak bisa diterangkan
sebabnya, dan hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa. Bahkan dengan foto
oblique yang bagus pun, fraktur iga bisa tidak terlihat.

g. Posisi Ekspirasi

Adalah foto toraks PA atau AP yang diambil pada waktu penderita dalam
keadaan ekspirasi penuh. Hanya dibuat bila foto rutin gagal menunjukkan
adanya pneumothorax yang diduga secara klinis atau suatu benda asing yang
terinhalasi.

7. Prosedur Pemeriksaan

a. Memasang kaset dan memberikan marker

b. Mengatur posisi pasien

c. Mengatur jarak ( FFD),

d. Menentukan Arah Sinar (CR) dan Pusat Sinar (CP),

e. Mengatur kolimasi Menentukan faktor eksposi dan proteksi radiasi

f. Melakukan eksposi

g. Melakukan processing film

h. Mengevaluasi hasil foto

8. Syarat / Kriteria Gambaran Foto Thorax Pa

a. Seluruh lapangan paru tampak atau tercover

b. Batas atas Apex paru tampak (tidak terpotong)


c. Batas bawah Kedua Sinus Prenico costalis tidak terpotong

d. Kedua Sterno Clavicular Joint tampak simetris kanan dan kiri

e. Lapangan Pulmo terbebas dari gambaran os. Scapula

f. Inspirasi penuh ditunjukkan dengan terlihatnya Costae 9-10 Posterior

g. Faktor Eksposi cukup ditunjukkan dengan terlihatnya CV Thoracal 1-4

h. Tampak Carina (percabangan Bronkus) setinggi CV Thoracal 3 atau 4

i. Tampak gambaran vaskularisasi paru10. Diafragma terlihat naik, tampak


gambaran jantung

9. Membedakan Kiri Dan Kanan

a. Gambaran jantung lebih besar di sebelah kiri

b. Diafragma kanan lebih tinggi daripada diafragma kiri

c. Arcus aorta di sebelah kiri

d. Di sebelah kiri ada gambaran udara didalam lambung

B. UJI TUBERKULIN (TUBERCULIN SKIN TEST/TST)

1. Definisi

Uji tuberkulin (tuberculin skin test/TST) merupakan alat diagnostik yang


sampai saat ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi untuk
mendiagnosis adanya infeksi tuberkulosis. Pertama kali Robert Koch membuat
filtrat dari kultur Mycobacterium tuberculosis dengan tujuan sebagai terapi.
Pada penerapannya, tenyata pemberian tuberkulin yang bertujuan
menyembuhkan menimbulkan reaksi sistemik seperti demam, nyeri otot, mual
dan muntah sedangkan mereka yang tidak sakit tidak menunjukkan reaksi
tersebut. Akhirnya pada perkembangannya tuberkulin digunakan sebagai alat
diagnostik dengan mengaplikasikannya secara lokal untuk mencegah reaksi
sistemik.

Test mantoux adalah suatu cara yang digunakan untuk mendiagnosis


TBC. Tes mantoux itu dilakukan dengan menyuntikan suatu protein yang
berasal dari kuman TBC sebanyak 0,1ml dengan jarum kecil di bawah lapisan
atas kulit lengan bawah kiri.

2. Tujuan

Tujuan dari tes mantoux ini adalah sebagai salah satu cara untuk
mendiagnosis infeksi TBC. Kenapa salah satu? Karena ternyata tidak mudah
untuk mendiagnosis TBC sehingga perlu banyak faktor untuk mengetahui pasti
bahwa seseorang memang terinfeksi TBC dan harus menjalani pengobatan.
Hasil tes Mantoux saja tidak bisa digunakan untuk menegakkan diagnosis
karena kadang hasil tes ini memberikan hasil negatif palsu atau positif palsu.
Hasil pemeriksaan tes mantoux ini harus didukung dengan keluhan,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium yang ada.

3. Lokasi Dan Cara Penyuntikan Test Mantoux

Lokasi penyuntikan tes mantoux umumnya adalah pertengahan bagian atas,


lengan bawah kiri bagian depan. Penyuntikan dilakukan intrakutan (ke dalam
kulit).

4. Cara Melakukan Uji Tuberkulin Metode Mantoux (Tes Mantoux) :

a. Siapkan 0,1 ml PPD ke dalam disposable spuit ukuran 1 ml (3/8 inch 26-27
gauge)

b. Bersihkan permukaan lengan volar lengan bawah menggunakan alcohol


pada daerah 2-3 inch di bawah lipatan siku dan biarkan mongering
c. Suntikkan PPD secara intrakutan dengan lubang jarum mengarah ke atas.
Suntikan yang benar akan menghasilkan benjolan pucat, pori-pori tampak
jelas seperti kulit jeruk, berdiameter 6-10 mm

d. Apabila penyuntikan tidak berhasil (terlalu dalam atau cairan terbuang


keluar) ulangi suntikan pada tempat lain di permukaan volar dengan jarak
minimal 4 cm dari suntikan pertama.

e. Jangan lupa mencatat lokasi suntikan yang berhasil tersebut pada rekam
medis agar tidak tertukar saat pembacaan. Tidak perlu melingkari benjolan
dengan pulpen/spidol karena dapat mengganggu hasil pembacaan.

5. Interpretasi Test Mantoux

Tes Mantoux dinyatakan positif apabila diameter indurasi > 10 mm.


Kemungkinan yang perlu dipikirkan pada anak dengan hasil tersebut :

a. Terinfeksi tuberkulosis secara alamiah

b. Infeksi TB mencakup infeksi TB laten, sakit TB aktif, atau pasca terapi TB.

c. Pernah mendapat imunisasi BCG (pada anak dengan usia kurang dari 5
tahun)

d. Pada pasien usia kurang dari 5 tahun dengan riwayat vaksinasi BCG
kecurigaan ke arah infeksi alamiah TB bila hasil uji Mantoux > 15 mm.

e. Infeksi mikobakterium atipik

C. TOMOGRAFI COMPUTER ( CT-SCAN )

1. Definisi

Yaitu suatu tehnik gambaran dari suatu irisan paru yang diambil sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup rinci.CT scan berperan
dalam :
a. Mendekteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta cabang utama
bronkus

b. Menentukan lesi pada pleura atau mediastinum ( nodus, tumor, striktur,


vaskuler )

c. Dapat mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan pada paru dan
thoraks lain. CT scan tidak bersifat invasif sehingga CT scan mediastinum
sering digunakan untuk menilai ukuran nodus limfe mediastinum dan
stadium kanker paru, walau tidak seakurat bila menggunakan
mediatisnokopi.

2. Pemeriksaan ini mendeteksi : Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses,
perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark brain
contusion, brain atrofi, hydrocephalus inflamasi

3. Hal-hal yang diperhatikan sebelum pemeriksaan :

a. Berat badan klien dibawah 145 Kg ( pertimbangan tingkat kekuatan scanner)

b. Kesanggupan klien untuk tidak mengadakan perubahan selama 20-45 meni


(berkaitan dengan lamanya pemeriksaan)

c. Kaji kemungkinan klien alergi terhadap iodine, sebab akan disuntik dg zat
kontras berupa iodine based contras material sebanyak 30 ml

4. Prinsip kerja

Film yang menerima proyeksi sinar diganti dengan alat detektor yang dapat
mencatat semua sinar secara berdipensiasi. Pencatatan ini dilakukan dengan
mengkombinasikan tiga pesawat detektor, dua diantaranya menerima sinar
yang telah menmbus tubuh dan yang satunya berfungsi sebagai detektor aferen
yang mengukur intensitas sinar rontgen yang telah menembus tubuh dan
penyinaran dilakukan menurut proteksi dari tiga titik, menurut posisi jam 12, 10
dan jam 02 dengan memakai waktu 4,5 menit.
5. Penatalaksanaan

Persiapan pasien

Pasien harus diberitahu sebaiknya dengan keluarga. Pasien diberi


gambaran tentang alat yang akan digunakan. Bila perlu berikan gambaran
dengan menggunakan kaset video atau poster, hal ini dimaksudkan untuk
memberikan pengertian pada pasien dengan demikian mengurangi stress
sebelum waktu prosedur dilaukuan. Test awal yang dilakukan meliputi:
kekuatan untuk diam ditempat (dimeja scanner) selama 45 detik; melakukan
pernafasan dengan aba-aba ( untuk keperluan bila ada permintaan untuk
melakukannya) saat dilakukan pemeriksaan.; mengikuti aturan untuk
memudahkan injeksi zat kontras.

Penjelasan kepada klien bahwa setelah penyuntikan zat kontras wajah


akan nampak merah dan terasa agak panas pada seluruh badan. Hal ini
merupakan hal yang normal dari reaksi obat tersebut. Perhatikan keadaan klinik
klien apakah pasien mengalami alergi terhadap iodine. Apabila pasien
merasakan adanya rasa sakit berikan analgetik dan bila pasien merasa cemas
dapat diberikan minor transqualizer. Bersihkan rambut pasien dari jelli dan
obat-obatan. Rambut tidak boleh dikelabang dan tidak memakai wig.

6. Prosedur

a. Posisi terlentang dengan tangan terkendali

b. Meja elektronik masuk kedalam meja scanner

c. Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari


beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.

d. Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit

e. Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan


komputer.
f. Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar
dengan memakai protektif lead approan.

g. Sesudah pengambilan gambarpasien dirapihkan.

7. Hal-hal yang perlu diperhatikan

a. Observasi keadaan alergi terhadap zat kontras yang disuntikkan. Bila terjadi
alergi dapat diberikan benadryl 50 mg

b. Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin akan kelelahan selama


prosedur berlangsung

c. Ukur intake dan output. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian
zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala
gangguan fungsi ginjal. Memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang
perawat dan dokter

D. PENCITRAAN RESONANSI MAGNETIC (MRI)

1. Definisi

MRI merupakan rresonansi magneti sebagai sumber energy untuk


mengambil gambaran potongan melintang tubuh. Gambaran yang dihasilkan
dalam berbagai bidang, dapat membedakan jaringan yang normal dan jaringan
yang terkena penyakit ( pada CT scan tidak dapat dibedakan), dapat
membedakan antara pembulu darah dengan struktur nonvaskuler, walaupun
tanpa zat kontras.MRI khususnya digunakan dalam mengevaluasi penyakit pada
hilus dan mediastinum.

MRI menciptakan gambar yang dapat menunjukkan perbedaan sangat


jelas dan lebih sensitif untuk menilai anatomi jaringan lunak dalam tubuh,
terutama otak,Sumsum tulang belakang, Susunan saraf pusat dibandingkan
dengan pemeriksaan x-ray maupun CT scan, MRI Juga baik dalam menilai
jaringan lunak musculoskeletal seperti otot, ligament , tendon, ruang sendi
seperti misalnya pada cedera lutut maupun cedera sendi bahu. Pemeriksaan lain
yang dapat dilakukan dengan MRI yaitu evaluasi anatomi dan kelainan dalam
rongga dada, payudara , organ-organ dalam perut, pembuluh darah, dan jantung.

2. Kegunaan MRI antara lain :

a. Diagnosa Multiple Sclerosis (MS) dan tumor

b. Diagnosa infeksi pada otak, tulang belakang, dan persendian

c. Memvisualisasikan ligamen pada pergelangan tangan, dan pergelangan kaki

d. Diagnosa kelainan tulang belakang

e. Diagnosa otot dan tendon

f. Mengevaluasi tumor pada tulang , kista, dan penyakit hernia

g. Diagnosa awal stroke, dll

3. Hal yang harus dipersiapkan untuk menjalani pemeriksaan MRI :

a. Tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan MRI. Hanya saja pasien akan
diminta untuk melepaskan beberapa benda-benda logam yang ada di
tubuhnya karena mengganggu pemeriksaan. Barang-barang yang harus
dilepas diantaranya : Dompet, kartu kredit, dan kartu-kartu lainnya,
Peralatan elektronik seperti telepon genggam, Alat bantu pendengaran
(hearing-aid), Perhiasan atau jam tangan, Bolpen, klip kertas, kunci, dan
koin, Ikat rambut ,bulu mata palsu, gigi palsu, Baju yang memiliki kancing
logam / resleting logam, Sepatu, sabuk, pin.

b. Inform Concent adalah surat persetujuan pasien atau keluarga pasien akan
tindakan medis yang dilakukan

c. Screening atau safety dan informasi pemeriksaan


Screening dilakukan dengan cara mewancarai pasien dengan tujuan untuk
mengetahui keadaan yang berbahaya bila melakukan MRI, misalnya : Pasien
dengan face maker, Terdapat logam pada tubuh (IUD, Sendi palsu,
Neurostimulator, cerebral aneurisme clip, dll), Hamil Muda.

E. ANGIOGRAFI PEMBULUH DARAH

1. Definisi

Pemeriksaan angiografi termasuk angiografi pulmonary, angiokardigrafi,


aortografi, arteriangigrafi bronchial, angigrafi cava superior dan
azigografi.angiografi pulmonal paling umum digunakan untuk menyelidiki.
Penyakit tromboembolik paru-paru, seperti emboli pulmonal,dan abnormalitas
congenital pohon vaskuler pulmonal. angiografi pulmonal merupakan
penyuntikan cepat medium radiopague ke dalam vaskula paru-paru untuk
keperluan pemeriksaan radigrafi pembuluh pulmonal.pemeriksaan ini dapat
dilakukan dengan menyuntikan bahan radiopague ke dalam pada salah satu atau
kedua lengan ( secara simultan ) atau ke dalam vena femoral, dengan
menggunakan jarum atau kateter.

Angiografi adalah pemeriksaan terhadap pembuluh darah, sedangkan


pada pemeriksaan pembuluh darah arteri didebut dengan arteiografi. Cara
pemeriksaan Angiografi adalah dengan memasukan kateter ke dalam arteri
femoralis atau brakhialis dan zat kontras disuntikan untuk memudahkan
penglihatan terhadap pembuluh darah.

Pemeriksaan Angiografi berguna untuk mengevaluasi pembuluh darah


dan untuk mengidentifikasi vaskularisasi yang tidak normal karena adanya
tumor atau penyakit lainya. Pemeriksaan Angiografi dilakukan bila Tomografi
Komputer atau Skrining Radionukleid memberi kesan adanya kelainan pada
pembuluh darah.
2. Jenis Pemeriksaan Angiografi

a. Angiografi Cerebral

Yaitu zat kontras disuntikan ke arteri karotis dan arteri vertebral bertujuan
untuk mendeteksi Aneurisma serebrovaskular, trombosis cerebral,
hematoma, tumor dari peningkatan vaskularisasi, plak serebral atau spasme
dan untuk mengevaluasi aliran darah serebral.

b. Angiografi Pulmonal

Yaitu kateter dimasukan ke arteri pulmonalis dan kontras disuntikan untuk


melihat pembuluh darah pulmonal. Bertujuan untuk mendeteksi emboli
paru,tumor,perubahan vaskuler yang berhubungan dengan emfisema dan
untuk mengevaluasi sirkulasi pulmonal.

c. Angiografi Ginjal

Yaitu pemeriksaan ini memungkinkan penglihatan terhadap pembuluh dan


parenkim ginjal dan untuk mendeteksi kelainan pembuluh di aorta serta
untuk memperlihatkan hubungan ginjal ke aorta. Angiografi Ginjal
dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi stenosis arteri ginjal, trombus
atau emboli ginjal dan untuk menentukan faktor penyebab hipertensi atau
gagal ginjal, serta untuk mengevaluasi sirkulasi ginjal.

F. PEMERIKSAN SPUTUM BTA

1. Defenisi

Menemukan Basil Tahan Asam (BTA) dalam sputum penting sekali artinya
dalam diagnosis tuberkulosis paru. Pemeriksaan mikroskopis BTA digunakan
untuk penemuan kasus yang lazim di lapangan yang dianjurkan WHO, terutama
di negara berkembang, karena relatif murah, mudah dan cepat. Dengan demikian
teknologi pemeriksaan BTA secara mikroskopis yang mencakup pewarnaannya,
penting dibuat sebaik-baiknya dan dapat dipercaya.

Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman


BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Di samping itu pemeriksaan
sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah
diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga dapat dikerjakan di
lapangan (puskesmas). Pemeriksaan BTA sputum merupakan pemeriksaan yang
harus dilakukan pada penderita dengan gejala yang relevan dengan tb paru (batuk-
batuk, batuk darah, nyeri dada, malaise), sebelu diputuskan pemberian obat
antituberkulosis (OAT).

2. Pewarnaan BTA

Pewarnaan untuk BTA bermacam-macam. Sampai saat ini yang masih dapat
bertahan dan populer adalah pewarnaan Ziehl Neelsen (ZN) dah Tan Thiam Hok
(TTH). ZN adalah metoda dengan pemanasan (hot stain), sedangkan TTH, tanpa
pemanasan (cold stain). Di luar negeri pewarnaan ZN lebih banyak dipakai
daripada TTH (Kinyoun--Gabbet), di Indonsia sebaliknya TTH yang lebih banyak
digunakan, Adanya perbedaan pemakaian ini menimbulkan keinginan untuk
membandingkan sensitivitas ke dua macam pewarnaan ini hingga dapat diketahui
data yang lebih banyak tentang kebaikan-kekurangan antara pewarnaan ZN dan
TTH, sehingga dapat ditegaskan mana'yang lebih baik (sensitif) untuk digunakan,
khususnya di Indonesia. Pewarnaan yang kurang sensitif akan menyebabkan
hilangnya kasus-kasus yang mestinya diobati karena lolos dari pengamatan
mikroskopis BTA yang kurang baik, sehingga sumber penularan (BTA (+) yang
lolos pengamatan tersebut akan menjadi sumber penularan di dalam masyarakat.
Rencana induk pemberantasan penyakit tuberkulosis paru mengarahkan
penurunan angka kesakitan BTA (+), dengan 50% pada tahun 2000.
3. Metode pengumpulan sputum BTA

Pasien yang tidak batuk atau batuk yang non produktif Dalam hal ini
dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air
sebanyak ± 2 liter dan diajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan
memberikan tambahan obat-obat mukolitik ekspektoran atau dengan inhalasi
larutan garam hipertonik selama 20-30 menit. Bila masih sulit, sputum dapat
diperoleh dengan cara bronkoskopi diambil dengan brushing atau bronchial
washing atau BAL (bronchn alveolar lavage). BTA dari sputum bisa juga didapat
dengan cara bilasan lambung. Hal ini sering dikerjakan pada anak-anak karena
mereka sulit mengeluarkan dahaknya.

4. Ekspetorasi

Ekspetorasi adalah metode yang biasanya digunakan untuk mengumpulkan


specimen sputum. Pasien diinstruksikan untuk membersihkan untuk
membersihkan hidung dan tenggorokan dan membilas mulut untuk mengurangi
kontaminasi sputum. Setelah melakukan beberapa kali napas dalam, pasien
membatukan, menggunakan diafragma, dan menggunakannya dalam wadah steril.

Umunya specimen yang lebih dalam didapatakan pada pagi hari. Specimen
segera dikirimkan ke laboratorium. Membiarkan specimen selama beberapa jam
dalam ruangan hangat dapat mengakibatkan pertumbuhan cepat organism
kontaminan dan membuatnya sulit untuk mengidentifikasi organism.

5. Prosedur pemeriksaan kualitatif

Pemeriksaan kualitatif sering dilakukan untuk menentukan apakah


sekresi adalah saliva, lendir, atau pus, ataupun bukan. Bahan yang diekspetorat

berwarna kuning-hijau biasanya menandakan infeksi yaitu pneumonia.

6. Pemeriksaan kualitatif
Pasien diberikan wadah khusus untuk mengelurkan.wadah ini ditimbang pada
akhir 24 jam, dan jumlah serta karakter isinya di catat dan uraikan. Untuk
mencegah bau semua wadah sputum ditutup. Serbet mulut yang sangat bau
dibuang dan perhatikan ventilasi ruangan yang baik. Higiene oral yang sering
merupakan prioritas keperawatan untuk pasien.

7. Aspirasi sputum trantrakeal

Dengan mempungsi trakeal melalui membrane krikotiroid dan dengan


memasukan kateter halus melalui jaarum ke dalam trakea, jarum dicabut dan
meninggalkan kateter di dalam trakea. Salin steril ( 2-5 ml ) disuntikan ke dalam
kateter untuk menngencerkan sekresi dan merangsang batuk.kemudian bahan
diaspirasi kembali melalui kateter ke dalam spuit dan isi dimasukan ke dalam
tabung kultur steril. Kateter dilepaskan dan berikan tekanan di atas pungsi selama
5 sampai 10 menit untuk meminimalkan perdarahan dan emrfisema suubcutan.

8. Torasentesis

Torasentesis adalah aspirasi cairan pleura untuk tujuan diagnostic dan


terapeutik.

9. Biopsy pleura

Biopsy pleura dilakukan ketika terdapat eksudat pleura yang tidak diketahui
asalnya dan ketika terdapat kebutuhan untuk kultur atau pewarnaan jaringan
untuk mengidentifikasikan tuberculosis dan fungi.

10. Kriteria pasien tuberkulosis paru

Pasien dengan sputum BTA positif : pasien yang pada pemeriksaan


sputumnya secara mikroskopis ditemukan BTA, sekurang-kurangnya pada 2 x
pemeriksaan. Satu sediaan sputumnya positif disertai kelainan radiologis yang
sesuai dengan gambaran TB aktif.Satu sediaan sputumnya positif disertai biakan
yang positif.
Pasien dengan sputum BTAnegatif: pasien yang pada pemeriksaan sputum-
nya secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sedikitnya pada 2 x pemeriksaan
tetapi gambaran radiologis sesuai dengan TB aktif

Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis tidak


ditemukan BTA sama sekali, tetapi pada biakanmya positif,

G. PEMERIKSAAN BRONKOSKOPI

1. Defenisi

Bronkoskopi merupakan tehnik yang memungkinkan visualisasi langsung


trakea dan cabang-cabang utamanya. Bronkoskopi adalah inspeksi dan
pemeriksaan langsung terhadap laring, trakea, dan bronki baik melalui
bronkoskopi serat optik yang fleksibel atau bronkoskopi yang kaku. Cara ini
paling sering digunakan untuk memastikan diagnosis karsinoma bronkogenik,
tetapi dapat juga digunakan untuk membuang benda asing. Setelah bronkoskopi,
pasien tidak boleh makan atau minum minimum 2 sampai 3 jam sampai timbul
reflex munta, jika tidak pasien mungkin akan mengalami aspirasi ke dalam
cabang trakeobronkial.

2. Tujuan bronkoskopi diagnostic

a) Untuk memeriksa jaringan atau mengumpulkan sekresi

b) Untuk menentukan lokasi dan keluasan proses patologi dan untuk


mendapatkan contoh jaringan guna untuk menegakkan diagnosa.

c) Menentukan apakah suatu tumor dapat direksesi atau tidak melalui


tindakan bedah.

d) Untuk mendiagnosa tempat perdarahan.


3. Jenis-jenis brokoskop

a. Bronkoskop serat optic

Adalah bronkoskop yang tipis dan fleksibel yang dapat diarahkan kedalam
bronki segmental.ukurannya yang lebih kecil, fleksibilitas, dan system optikal
yang sangat baik, bronkoskop serat optic memungkinkan peningkatan
visualisasi jalan napas perifer dan sangat tepat untuk mendiagnosa lesi
pulmonal. Bronkoskopi serat optic lebih baik dari bronkoskopi kaku dan lebih
aman untuk pasien yang sakit parah.

b. Bronkoskop kaku

Adalah logam berongga dengan cahaya diujungnya. Bronkoskop


ini digunakan terutama untuk mengangkat benda asinng, mengangkat sekresi
yang sangat kental, meneliti sumber hemoptisis massif, atau melakukan bedah
endobronkial.

4. Intervensi keperawatan

a) Intervensi keperawatan sebelum tindakan :

Suatu surat izin (informed consent) harus didapatkan sebelum tindakan


dilakukan. Makanan dan cairan ditunda pemberiannya selama 6 jam sebelum
pemeriksaanya untuk mengurangi risiko aspirasi ketika reflex dihambat.
Prosedur dijelaskan kepada pasien Medikasi praoperatif diberikan sesuai
yang diresepkan untuk menghambat stimulasi vagal. Menekan reflex batuk,
menidurkan pasien, dan menghilangkan ansietas.

b) Intervensi keperawatan setelah tindakan :

Setelah prosedur pasien dipuasakan sampai reflex batuk pulih

Perawat mengkaji terhadap kelam pikir atau letargi pada pasien lansia, yang
mungkin akibat lidokain dosis tinggi yang diberikan selama prosedur. Status
pernapasan dipantau. Pasien diobservasi terhadap adanya sianosis, hipotensi,
takikardia, disritmia, hemoptisis, dan dispnea. Setiap abnormalitas dilaporkan
dengan cepat.

5. Prosedur persiapan pemeriksaan

Lensa kontak, gigi palsu dilepaskan. Pemeriksaan biasanya dilakukan


dibawah anestesi lokal, tetapi mungkin saja diberikan anestesi umum. Anestesi
topical seperti lidokain mungkin disemprotkan pada faring atau diteteskan pada
epiglotis dan pita suara dan ke dalam trakeal untuk menekan reflex batuk dan
meminimalkan rasa tidak nyaman. Sedatif atau opioid diberikan sesuai yang
diresepkan, secara intravena untuk sedasi tambahan.

H. PENGAMBILAN ANALISA GAS DARAH

1. Definisi.

Analisa gas darah adalah salah satu tindakan pemeriksaan laboratorium yang
ditujukan ketika dibutuhkan informasi yang berhubungan dengan keseimbangan
asam basa pasien. Hal ini berhubungan untuk mengetahui keseimbangan asam
basa tubuh yang dikontrol melalui tiga mekanisme, yaitu sistem buffer, sistem
respiratori, dan sistem renal (Wilson, 1999).

Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan


“ASTRUP”, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah
arteri. Tempat pengambilan darah arteri :

a) Arteri Radialis, merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai


untuk fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau haematoem
juga apabila Allen test negatif.

b) Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua.

c) Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya


bila terjadi obstruksi pembuluh darah.
d) Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri
diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan
menghambat aliran darah ke seluruh tubuh/tungkai bawah dan bila yang
dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian
jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat
terjadi percampuran antara darah vena dan arteri.

B. Tujuan.

Analisa gas darah memiliki tujuan sebagai berikut (McCann, 2004):

1. Mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh.

2. Mengevaluasi ventilasi melalui pengukuran pH, tekanan parsial oksigen arteri


(PaO2), dan tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2).

3. Mengetahui jumlah oksigen yang diedarkan oleh paru-paru melalui darah yang
ditunjukkan melalui PaO2.

4. Mengetahui kapasitas paru-paru dalam mengeliminasikan karbon dioksida yang


ditunjukkan oleh PaCO2.

5. Menganalisa isi oksigen dan pemenuhannya serta untuk mengetahui jumlah


bikarbonat.

C. Peralatan.

1. Spuit gelas atau plastik 5 atau 10 ml.

2. Botol heparin 10 ml, 1000 unit/ml (dosis-multi).

3. Jarum nomor 22 atau 25 (bevel pendek).

4. Penutup udara dari karet.

5. Kapas alkohol.
6. Wadah berisi es (baskom atau kantung plastik).

7. Beri label untuk menulis status klinis pasien yang meliputi :

a. Nama, tanggal dan waktu.

b. Apakah menerima O2 dan bila ya berapa banyak dan dengan rute apa.

c. Suhu.

D. Persiapan Pasien.

1. Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan.

2. Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit.

3. Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul.

4. Jelaskan tentang allen’s test.

Caranya :

Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada
arteriradialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan
pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari, dan tangan. Jari-jari dan tangan harus
memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila
tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika
pemeriksaan negatif, hindarkan tangantersebut dan periksa tangan yang lain.

E. Langkah-langkah Tindakan/Prosedur.

1. Persiapan alat.

2. Memberitahukan pasien tentang tujuan daripada pengambilan darah arteri yang


akan di pungsi.
3. Memilih arteri yang akan di pungsi.

4. Menyiapkan posisi pasien :

a. Arteri Radialisi :

- Pasien tidur semi fowler dan tangan diluruskan.

- Meraba arteri kalau perlu tangan boleh diganjal atau ditinggikan.

- Arteri harus benar-benar teraba untuk memastikan lokalisasinya.

b. Arteri Dorsalis Pedis.

- Pasien boleh flat/fowler.

c. Arteri Brachialis

- Posisi pasien semi fowler, tangan di hyperekstensikan/diganjal dengan siku.

d. Arteri Femoralis.

- Posisi pasien flat.

5. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

6. Raba kembali arteri untuk memastikan adanya pulsasi daerah yang akan ditusuk
sesudah dibersihkan dengan kapas bethadine secara sirkuler. Setelah 30 detik kita
ulangi dengan kapas alkohol dan tunggu hingga kering.

7. Bila perlu obat anethesi lokal gunakan spuit 1 cc yang sudah diisi dengan obat
(adrenalin 1 %), kemudian suntikan 0,2-0,3 cc intracutan dan sebelum obat
dimasukkan terlebih dahulu aspirasi untuk mencegah masuknya obat ke dalam
pembuluh darah.

8. Lokalisasi arteri yang sudah dibersihkan difiksasi oleh tangan kiri dengan cara
kulit diregangkan dengan kedua jari telunjuk dan jari tengah sehingga arteri yang
akan ditusuk berada di antara 2 jari tersebut.
9. Spuit yang sudah di heparinisasi pegang seperti memegang pensil dengan tangan
kanan, jarum ditusukkan ke dalam arteri yang sudah di fiksasi tadi.

- Pada arteri radialis posisi jarum 45 derajat.

- Pada arteri brachialis posisi jarum 60 derajat.

- Pada arteri femoralis posisi jarum 90 derajat.

Sehingga arteri ditusuk, tekanan arteri akan mendorong penghisap spuit sehingga
darah dengan mudah akan mengisi spuit, tetapi kadang-kadang darah tidak langsung
keluar. Kalau terpaksa dapat menghisapnya secara perlahan-lahan untuk mencegah
hemolisis. Bila tusukan tidak berhasil jarum jangan langsung dicabut, tarik perlahan-
lahan sampai ada dibawah kulit kemudian tusukan boleh diulangi lagi kearah
denyutan.

10. Sesudah darah diperoleh sebanyak 2 cc jarum kita cabut dan usahakan posisi
pemompa spuit tetap untuk mencegah terhisapnya udara kedalam spuit dan segera
gelembung udara dikeluarkan dari spuit.

11. Ujung jarum segera ditutup dengan gabus / karet.

12. Bekas tusukan pungsi arteri tekan dengan kapas alkohol campur dengan
bethadine.

- Pada arteri radialis dan dorsalis pedis selama 5 menit.

- Pada arteri brachialis selama 7 – 10 menit.

- Pada arteri femoralis selama 10 menit.

- Jika pasien mendapat antikoagulan tekan selama 15 menit.

13. Lokalisasi tusukan tutup dengan kassa + bethadine steril.

14. Memberi etiket laboratorium dan mencantumkan nama pasien,


ruangan, tanggal, dan jam pengambilan, suhu, dan jenis pemeriksaan.
15. Bila pengiriman/pemeriksaannya jauh, darah dimasukkan kantong plastik yang
diisi es supaya pemeriksaan tidak berpengaruh oleh suhu udara luar.

16. Kembali mencuci tangan setelah selesai melakukan tindakan.

F. Pendokumentasian.

Nilai normal Gas Darah Arteri


Ph 7,35 – 7, 45
PO2 80 – 100 mmHg
Saturasi O2 ≥ 95%
PC O2 35 – 45 mmHg
HCO3- 22 – 36 mEq/L
BE (kelebihan Asam) -2 - +2

G. Komplikasi/Bahaya yang Mungkin Terjadi.

Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan ini, yaitu (McCann, 2004):

1. Adanya risiko jarum mengenai periosteum tulang yang kemudian menyebabkan


pasien mengalami kesakitan. Hal ini akibat dari terlalu menekan dalam memberikan
injeksi.

2. Adanya risiko jarum melewati dinding arteri yang berlainan.

3. Adanya kemungkinan arterial spasme sehingga darah tidak mau mengalir masuk
ke syringe.

Daftar Pustaka.
Gallo dan Hudak. 2010. Keperawatan Kritis, Edisi 6 Vol.1. EGC : Jakarta

McCann, J. A. S. (2004).Nursing Procedures.4th Ed. Philadelphia: Lippincott


Williams & Wilkins.

Chaira. 2011. Analisa Gas Darah [online]


tersediahttp://www.scribd.com/doc/75288842/Analisa-Gas-Darah-Agd di akses
tanggal 8 Juli 2012 Jam 14.00.

Citha. 2011. http://www.scribd.com/doc/52259213/agd-ekg-cvp-umbah-lambung-bls-


suction di akses tanggal 8 Juli 2012 Jam 14.30.

Zahra. 2011. Pengambilan AGD [online]. Tersedia : http://zahra-


youtube.blogspot.com/2011/03/pengambilan-agd.html di akses tanggal 8 Juli 2012
Jam 15.00.

You might also like