You are on page 1of 24

MAKALAH BIOFARMASETIKA

PEMBERIAN SEDIAAN OBAT MELALUI ORAL

Dosen :
Yudistirawati Kusna S!Far"!#
A$t

Di susun o%e :
Ke%o"$o& : '
An((ota : )! Ri*&+ Nur Aida ,)-).-)'--'/
.! Mariana Desi Lestari ,)-).-)'-)'/
0! Se1i Dewi Pratini ,)-).-)'-0./
2! No1a% Ar+u*an A! ,)-).-)'-0'/
3! I&a O&ta1ia ,)-).-)'-04/
'! Ri*5i Fat"i+a ,)-).-)'-2./

PRODI S)6FARMASI
STIKES HARAPAN BAN7SA 8EMBER 
.-)4
KATA PEN7ANTAR 

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena
dengan rahmat dan karunia-Nya kita masih diberi kesempatan
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Biofarmasetika ini
Makalah ini membahas tentang biofarmasetika tekhnik pemberian obat secara
oral Makalah ini saya susun agar pembaca khususnya mahasis!a farmasi dapat
memperluas ilmu tentangbiofarmasetika, yang kami sajikan dengan berdasarkan
 pengamatan dari berbagai sumber, !alau sedikit ada rintangan namun dengan
 penuh kesabaran dan pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan
"emoga makalah kami dapat bermanfaat bagi para mahasis!a, khususnya
 pada kelompok yang membaca makalah kami ini, dan semoga dapat memberikan
!a!asan yang lebih luas kepada pembaca
#emi perbaikan makalah ini, kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat kami harapkan

$ember, %& "eptember %'()

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN UTAMA !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! i


KATA PEN7ANTAR !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ii
DAFTAR ISI !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! iii
BAB I : PENDAHULUAN
(( *atar Belakang 
( (% +umusan Masalah 
% ( Tujuan Penulisan 
%
BAB II : HASIL DAN PEMBAHASAN
.!) Biofarmasetika ral  .
.!. /natomi dan 0isiologi  1
.!0 +ute Perjalanan bat dalam Tubuh  )
.!2 Tahap 2tama Biofarmasetika ral  3
.!3 0isiko 4imia bat  ((
.!' $enis-$enis bat Per ral  (
.!9 4ontra 5ndikasi Pada Pemberian bat Per ral  (.
.!4 0aktor Yang Berperan #alam Penyerapan  (1
.! 4euntungan dan 4erugian Permberian bat Per ral  ()
BAB III : PENUTUP
( 4esimpulan   %'
% "aran  %'
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

)!) Latar Be%a&an(


Efekti6itas suatu senya!a obat pada pemakaian klinik berhubungan dengan
farmakokinetiknya 0armakokinetik suatu senya!a dari suatu bentuk
sediaan ditentukan oleh ketersediaan hayatinya 7bioa6ailabilitasnya8
Bioa6ailibilitas adalah persentase 9at aktif dalam suatu produk obat yang
tersedia dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh setelah pemberian obat
tersebut, diukur dari kadarnya dalam darah terhadap !aktu atau dari ekskresinya
dalam urin
"tudi biofarmasetika didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah dasar
dan metodologi eksperimental "tudi biofarmasetika menggunakan metode
in-6itro dan in-6i6o Metode in-6itro adalah prosedur yang
menggunakan alat dan
 peralatan uji tanpa melibatkan he!an laboratorium atau manusia Metode in-
6i6o adalah studi yang lebih kompleks yang melibatkan subyek manusia atau
he!an laboratorium Metode-metode ini harus dapat menilai dampak sifat fisik
dan kimia obat, stabilitas obat, dan produksi skala besar obat dan produk obat
pada kinerja
 biologis obat "elain itu, biofarmasetika mempertimbangkan sifat obat dan
bentuk sediaan dalam lingkungan fisiologis, penggunaan terapeutik yang
dimaksudkan obat, dan rute pemberian
Biofarmasi adalah cabang ilmu farmasi yang mempelajari hubungan antara
sifat-sifat fisiko kimia dari bahan baku obat dan bentuk sediaan dengan efek terapi
sesudah pemberian obat tersebut kepada pasien Perbedaan sifat fisiko kimia dari
sediaan ditentukan oleh bentuk sediaan, formula dan cara pembuatan, sedangkan
 perbedaan sifat fisiko kimia bahan baku obat dapat berasal dari bentuk bahan
baku 7ester, garam, kompleks atau polimorfisme8 dan ukuran partikel
"elanjutnya perkembangan ilmu biofarmasi, melihat bentuk sediaan
sebagai suatu :drug deli6ery system; yang menyangkut pelepasan obat
berkhasiat dari sediaannya, absorpsi dari obat berkhasiat yang sudah dilepaskan,
distribusi obat

1
yang sudah diabsorpsi oleh cairan tubuh, metabolisme obat dalam
tubuh serta eliminasi obat dari tubuh
"ebelum obat yang diberikan pada pasien sampai pada tujuannya
dalam tubuh, yaitu tempat kerjanya atau target site, obat harus mengalami
banyak proses #alam garis besar proses-proses ini dapat dibagi dalam tiga
tingkat, yaitu 0ase Biofarmasi, 0ase 0armakodinamik, 0ase 0armakokinetika
#apat digambarkan dengan skema berikut untuk obat dalam bentuk tablet
yaitu <
  Tablet dengan =at /ktif  , FASE BIOFARMASI /  Tablet pecah, granul
 pecah, 9at aktif lepas dan larut  bat tersedia untuk resorpsi 
/bsorpsi, Metabolisme, #istribusi, Ekskresi (FASE 
 FARMAKOKINETIKA)  bat tersedia untuk bekerja  5nteraksi dengan
reseptor di tempat kerja (FASE FARMAKODINAMIKA)  EFEK 

)!. Ru"usan Masa%a


/dapun rumusan masalah dari penyusunan makalah adalah sebagai berikut<
)! /pa yang dimaksud dengan Biofarmasetika ral>
.! Bagaimana proses anatomi dan fisiologi>
0! Bagaimana rute perjalanan obat dalam tubuh>
2! /pa saja tahap utama biofarmasetika oral>
3! Bagaimana fisiko kimia obat per oral>
'! /pa saja jenis-jenis obat per oral>
9! /pa kontra indikasi pada pemberian obat per oral>
4! 0aktor apa saja yang berperan dalam penyerapan>
! "ebutkan keuntungan dan kerugian pemberian obat per oral>
)!0 Tu;uan Penu%isan
/dapun tujuan dari penyusunan makalah adalah sebagai
berikut< ( #apat menjelaskan pengertian biofarmasetika
oral
% #apat menjelaskan proses anatomi dan fisiologi
 #apat menjelaskan rute perjalanan obat dalam tubuh
. #apat menjelaskan tahap utama dalam biofarmasetika oral
1 #apat menjelaskan fisiko kimia obat per
oral &#apat menyebutkan jenis-jenis obat per
oral
? #apat menjelaskan kontra indikasi pada pemberian obat per oral
) #apat menyebutkan dan menjelaskan factor yang berperan dalam
 penyerapan
3 #apat menyebutkan keuntungan dan kerugian pemberian obat per oral
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

.!) Bio<ar"aseti&a Ora%


Biofarmasetika adalah ilmu yang menguji keterkaitan antara sifat
fisikokimia obat ini, bentuk sediaan di mana obat diberikan, dan rute
pemberian
 pada tingkat dan tingkat penyerapan obat sistemik #engan demikian,
 biofarmasetika melibatkan faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu< 7(8 stabilitas
obat dalam produk obat, 7%8 pelepasan obat dari produk obat, 78 tingkat
 pembubaran @ pelepasan obat di tempat penyerapan, dan 7.8 penyerapan
sistemik obat
Pemberian obat peroral merupakan cara pemberian yang paling alamiah
untuk semua bahan yang akan diserap oleh organ tubuh 0ungsi alat cerna adalah
menyerap sebagian besar bahan-bahan yang diperlukan untuk hidup
Aara
 pemberian obat per oral paling banyak dipakai di luar lingkungan rumah sakit
terutama untuk pengobatan sendiri
Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan cara yang pa
 pasien Berbagai bentuk obat dapat di berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul ata
 per oral dapat di sertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain Beberapa jenis oba
menyebabkan muntah 7mislanya garam besi dan "alisilat8 2ntuk mencegah hal ini, obat di persiapkan
sekurang-kurangnya satu jam setelah minum obat
.!. Anato"i dan Fisio%o(i

)! Mu%ut
a! Anato"i

Mulut terbuka kearah belakang


menuju cavum pharyngis
Bagian atas dibatasi oleh
palatum  bagian
 ba!ah oleh dinding dasar mulut,
 bagian samping oleh pipi
=! Fisio%o(i
Mu&osa #asar mulut bertumpu pada ligamen
otot

Permukaan bagian dalam mulut lebih sempit, ditutupi oleh lapisan


mukosa yang sangat tipis, bening dan agak melekat < adanya ayaman
kapiler 7tight junction8 pada mukosa yang tipis tersebut memudahkan
 penyerapan "elanjutnya prinsip ini digunakan untuk pemberian
9at aktif per lingual
>! Pen(e%uaran air %iur ,sa%i1a/
/ir liur terutama mengandung en9im ptyalin yang merupakan suatu
amylase dengan p akti6itas optimum &,? Proses hidrolisa ptyalin
terhadap amilum akan berlanjut sekitar ' menit didalam lambung,
!alaupun p-nya menurun karena bercampur dengan caira n lambung
.! La"=un(
a!
Anato"i

*ambung merupakan sebuah kantong dengan panjang sekitar %1


cm dan (' cm saat kosong, 6olume ( C (,1 liter pada de!asa normal
=! Fisio%o(i
Pengeluaran cairan lambung terjadi karena tiga proses yaitu < proses
mekanik 7kontak makanan dengan dinding lambung8, proses
hormonal 7sekresi lambung8 dan persarafan
0! Usus a%us
a!
Anato"i

2sus halus merupakan lanjutan lambung yang terdiri atas  bagian


yaitu duodenum yang terfiksasi, jejunum dan ileum yang bebas
 bergerak #iameter usus halus tergantung pada letaknya 7%- cm8 dan
 panjang keseluruhan antara 1-3 cm
=! Fisio%o(i
2sus halus terdiri atas 1 lapisan melingkar, berupa jaringan otot
7musculus8 dan lapisan lender 7mukosa8 *apisan yang paling dalam
7lapisan mukosa8 sangat berperan pada proses penyerapan obat
2! Usus =esar ,Ko
%on/ a! Anato"i
5leum dipisahkan dari usus besar oleh valvula il!"ca!cal atau valvula
 BA#$%I serabut-serabut lipatan otot menonjol ke dalam
lubang saluran yang berfungsi mencegah aliran dari usus besar
menuju usus halus
Posisi usus besar seperti kerangka pigura Berukuran panjang (,.-(,)
meter dan diameternya kea rah distal semakin membesar 2sus
besar dibedakan atas <
 2sus besar menaik 7$"l"n asc!n&!ns8 dimulai dari
caecum, segmen yang membesar dengan bentukan 6ertikel
berupa appendiD@ usus buntu Aolon ascendens ini pendek
berukuran
sekitar (1 cm dan berdiameter cukup besar 7& cm8 dan terfiksasi
 2sus besar melintang 7Aolon transfersum8, mengambang dan
 berukuran panjang sekitar 1' cm dan berdiameter .-1 cm
muncul dari sudut hepatic 7fleDura hepatica8 menuju sudut
limpa 7lien8 dan sebagian besar menempel pada lengkungan
lambung
 2sus besar menurun 7Aolon descendens8, melekat dan
relatifpendek 7(% cm8, berdiameter kecil 7 cm8
 Aolon ileocaecal, dilanjutkan dengan Aolon pel6inal atau
signoida yang muaranya lebih lebar
=! Fisio%o(i
Bila usus halus merupakan organ penyerapan maka usus
besar merupakan agen penyerapan air, penampungan dan pengeluaran
 bahan-bahan feces
.!0 Rute Per;a%anan O=at Ora% Da%a" Tu=u
"uatu obat yang diminum per oral akan melalui tiga fase<
biofarmasetik 7disolusi8, farmakokinetik, dan farmakodinamik, agar kerja
obat dapat terjadi #alam fase farmasetik, obat berubah menjadi larutan
sehingga dapat menembus membrane biologis $ika obat diberikan melalui rute
subkutan, intramuscular, atau intra6ena, maka tidak terjadi fase farmaseutik 0ase
kedua, yaitu farmakokinetik, terdiri dari empat proses 7subfase8< absorpsi,
distribusi, metabolisme 7atau
 biotransformasi8, dan ekskresi #alam fase farmakodinamik, atau fase
ketiga, terjadi respons biologis atau fisiologis 
2ntuk menghasilkan efek farmakologi atau efek terapi, obat harus mencapai
tempat aksinya dalam kosentrasi yang cukup untuk menimbulkan
respon Tercapainya konsentrasi obat tergantung dari jumlah obat yang
diberikan, tergantung pada keadaan dan kecepatan obat diabsorbsi dari
tempat pemberian dan distribusinya oleh aliran darah ke bagian lain dari badan
"kema perjalanan obat dalam tubuh <

Fase =io<ar"asi atau =io<ar"aseti&a adalah fase yang meliputi !


aktu mulai penggunaan obat melalui mulut sampai pelepasan 9at
aktifnya kedalam cairan tubuh 0ase ini berhubungan dengan
ketersediaan farmasi dari 9at aktifnya dimana obat siap diabsorbsi
 Fase <ar"a&o&ineti&a adalah fase ini meliputi !aktu selama
obat diangkut ke organ yang ditentukan, setelah obat dilepas
dari bentuk 
sediaan bat harus di absorbsi ke dalam darah, yang akan
segera di distribusikan melalui tiap-tiap jaringan dalam tubuh #alam
darah obat dapat mengikat protein darah dan mengalami
metabolisme, terutama dalam melintasi hepar 7hati8 Meskipun obat
akan didistribusikan melalui badan, tetapi hanya sedikit yang tersedia
untuk diikat pada struktur yang telah ditentukan 0ase
farmakokinetika terdiri dari absorbsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresi
 Fase <ar"a&odina"i&a adalah fase dimana obat telah
berinteraksi dengan sisi reseptor dan siap memberikan efek 0ase
farmakodinamik sendiri yang dipelajari adalah efek obat dalam tubuh
atau mempelajari
 pengaruh obat terhadap fisiologis tubuh 4ebanyakan obat pada tubuh
 bekerja melalui salah satu dari proses interaksi obat dengan
reseptor, interaksi obat dengan en9im, dan kerja obat non
spesifik5nteraksi obat dengan reseptor terjadi ketika obat
berinteraksi dengan bagian dari sel, ribosom, atau tempat lain yang
sering disebut sebagai reseptor +eseptor sendiri bisa berupa protein, asam
nukleat, en9im, karbohidrat, atau lemak "emakin banyak reseptor yang
diduduki atau bereaksi, maka efeknya akan meningkat 5nteraksi obat
dengan en9im dapat terjadi jika obat atau 9at kimia berinteraksi dengan
en9im pada tubuh

.!2 Taa$ Uta"a Bio<ar"aseti&a Ora%


0ase biofarmasetika dapat diuraikan dalam tiga tahap utama, yaitu *#/
yang berarti *iberasi 7pelepasan8, #isolusi 7Pelarutan8, dan /bsorpsi 7penyerapan
"eperti halnya dengan sistem /#ME pada nasib 9at aktif in 6i6o, maka
ketiga tahap *#/ berbeda pada setiap jalur
.!2!) Li=erasi ,Pe%e$asan/
/pabila seorang penderita menerima obat berarti ia mendapatkan 9at
aktif yang diformula dalam bentuk sediaan dan dengan dosis tertentu bat
 pada mulanya merupakan depot 9at aktif yang jika mencapai tempat
 penyerapan akan segera diserap 7#rug deli6ery system dalam istilah
anglo- sakson8 Proses pelepasan 9at aktif dari bentuk sediaan cukup
rumit dan tergantung pada jalur pemberian dan bentuk sediaan, serta dapat
terjadi secara cepat dan lengkap Pelepasan 9at aktif dipengruhi oleh
keadaaan lingkungan
 biologis dan mekanis pada tempat pemasukan obat, misalnya gerak peristaltic
usus, dan hal ini penting untuk bentuk sediaan yang keras atau kenyal 7tablet,
suppositoria dll8
"ebagaimana diketahui, tahap pelepasan ini dapat dibagi dalam dua tahap
yaitu tahap pemecahan dan peluruhan misalnya untuk sebuah tablet #ari tahap
 pertama ini diperoleh suatu disperse halus padatan 9at aktif dalam
cairan di tempat obat masuk ke dalam tubuh
.!2!. Diso%usi ,Pe%arutan/
"etelah terjadi pelepasan yang bersifat setempat, maka tahap
kedua adalah pelarutan 9at aktif yang terjadi secara progresif, yaitu
pembentukan disperse molekuler dalam air Tahap kedua ini
merupakan keharusan agar selanjutnya terjadi penyerapan Tahap ini juga
diterapkan pada obat-obtan yang dibuat dalam bentuk larutan 9at aktif
dalam minyak, tetapi yang terjadi adalah
 proses ekstraksi 7penyarian8 "etelah pemberian sediaan larutan, secara in
situ dapat timbul endapan 9at aktif yang biasanya berbentuk amorf sebagai
akibat
 perubahan p dan endapan tersebut selanjutnya akan melarut lagi
*aju disolusi obat mungkin tergantung posisi, karena 6ariasi
dalam kedekatannya dengan kelenjar ludah utama dan kadar air
sali6a yang diproduksi +ute sublingual tidak cocok untuk produk yang
mempunyai profil konsentrasi plasma-!aktu diperpanjang, absorpsi selesai
cepat karena epitel di daerah ini sangat tipis 7sekitar ('' m8 /bsorpsi
cepat yang menghasilkan konsentrasi plasma puncak tinggi dapat diatasi
dengan menghantarkan obat ke mukosa bukal lebih tebal yang dapat
memperlambat absorpsi /kti6itas
metabolik dari mukosa oral dan populasi bakteri dapat mempengaruhi
atau mendegradasi obat
.!2!0 A=sor$si ,Pen+era$an/
Tahap ini merupakan bagian dari fase biofarmasetika dan a!al
fase farmakokinetik, jadi tahap ini benar-benar merupakan masuknya
9at aktif dalam tubuh yang aturan-aturannya ditengarai oleh pemahaman
ketersediaan hayati 7bioa6abilitas8
Penyerapan 9at aktif tergantung pada bagian parameter, terutama
sifat fisika-kimia molekul obat /bsorpsi ini tergantung juga pada tahap
sebelumnya yairu saat 9at aktifnya berada dalam fase biofarmasetika
/bsorpsi obat melalui saluran cerna pada umumnya terjadi secara difusi
 pasif, karena itu absorpsi mudah terjadi bila obat dalam bentuk
nonion dan mudah larut dalam lemak /bsorpsi obat di usus halus selalu
jauh lebih cepat dibandingkan di lambung karena permukaan epitel usus
halus jauh lebih luas dibandingkan dengan epitel lambung /bsorpsi secara
transport aktif terjadi terutama di usus halus untuk 9at-9at makanan <
glukosa dan gula lain, asam amino, basa purin dan pirimidin, mineral, dan
beberapa 6itamin

.!3 Fisi&o Ki"ia O=at


/spek biofarmasetika dari obat dan produk, yaitu <
)! Ke%arutan
4elarutan didefinisikan sebagai banyaknya materi 7obat8 yang
dapat terlarut dalam suatu sol6en 7pelarut8 pada kesetimbangan 4elarutan
berkaitan dengan disolusi 7pelarutan8 yaitu laju larutnya suatu 9at dalam
satuan !aktu 4elarutan merupakan parameter biofarmasetik untuk
pemberian oral, karena obat harus larut dalam cairan lambung sebelum
diabsorpsi
.! Hidro<i%isitas ? %i$o<i%isitas
4oefisien partisi atau distribusi dari suatu obat merupakan suatu ukuran
relati6e dari kecenderungan senya!a untuk berbagi antara sol6en
hidrofil dan lipofil, dan ini mengindikasikan sifat hidrofilik@lipofilik
material tersebut
*ipofilisitas penting dalam biofarmasetik karena sifat tersebut berefek terhadap
 partisi pada membran biologis dan karenanya mempengaruhi permeabilitas
melalui membran yaitu berikatan atau berdistribusi pada jaringan in 6i6o
0! Bentu& (ara" dan $o%i"or< 
"enya!a obat dapat berada dalam beragam bentuk, termasuk
garam, sol6at, hidrat, polimorf atau amorf Bentuk padatan akan
mempengaruhi sifat 9at padat tersebut antara lain kelarutan, laju disolusi,
stabilitas, higroskopisitas, dan juga memberi dampak pada proses manufaktur
dan kinerja klinis Bentuk garam dapat dipilih, yang mempunyai kelarutan
lebih besar, dan ini akan memperbaiki laju disolusi dari 9at aktif
2! Sta=i%itas
"tabilitas kimia dari obat amat penting untuk menghindarkan implikasi
akti6itas farmakologik dan@atau toksikologik Profil stabilitas p juga penting
dari perspektif fisiologik dengan pertimbangan rentang nilai p yang terjadi
in 6i6o, khususnya dalam saluran cerna "tabilitas fisik mengacu pada
perubahan senya!a obat padat yaitu termasuk transisi polimorfik,
sol6atasi@desol6atasi #itingkat produk stabilitas menyangkut integritas sifat
mekanis 7kekerasan, friabilitas, s!elling8 dan perubahan pada tampilan
produk
3! Si<at $arti&e% dan ser=u& 
"ifat ruah 7curah8 serbuk farmasetis termasuk ukuran partikel, kerapatan,
aliran, !ettability, dan luas permukaan Beberapa sifat tersebut penting dari
 pandangan proses pabrikasi 7manufaktur8, misalnya kerapatan dan aliran,
sedangkan sifat lainnya dapat berpengaruh kuat pada laju disolusi produk
obat 7ukuran partikel, !ettability, dan luas permukaan8
'! For"u%asi
Bahan tambahan 7eksipien8 ditambahkan dalam suatu produk dapat
mempengaruhi absorpsi obat

Menaikkan kelarutan obat, menaikkan laju absorpsi obat

 Menaikkan !aktu penahan obat dalam saluran cerna, hingga


dapat menaikkan jumlah obat yang terabsorpsi

Menaikkan difusi obat melintasi dinding usus

Memperlambat pelarutan 7disolusi8, menurunkan absorpsi obat


.!' 8enis68enis O=at Per Ora%
.!'!) Pi%
Yaitu satu atau lebih dari satu obat yang di campur dengan
bahan kohesif dalam bentuk lonjong, bulat atau lempengan Pil hendaknya
di telan secara utuh karena dapat mengandung obat - obatan yang rasanya
sangat tidak enak atau 9at besi yang bisa membuat gigi penderita ber!arna
hitam
.!'!. Ta=%et
Yaitu obat bubuk yang dipadatkan dalam bentuk lonjong
atau lempengan Tablet dapat di patahkan untuk mempermudah dalam
menelan
.!'!0 Bu=u&?Pu+er
Yaitu obat yang di tumbuk halus Bubuk ini tidak dapat larut dalam
air dan dapat di berikan kepada penderita dengan cara berikut <
 #ari kertas pembungkusnya di jatuhkan keatas lidah penderita
 4ita campur dalam air atau susu 7campuran tersebut harus terus kita
aduk karena bubuk itu tidak larut dalam cairan tersebut8
 #i persiapkan dalam pembungkus obat bubuk 
.!'!2 Drase
Yaitu obat - obatan yang di bungkus oleh selaput tipis gula arus di
telan secara utuh karena dapat mengandung obat - obatan yang mempunyai
kemampuan untuk mengiritasi selaput lendir lambung pasien
.!'!3 Ka$su%
Yaitu obat dalam bentuk cair, bubuk atau minyak dengan di bungkus
gelatin yang juga harus di telan secara utuh karena dapat menyebabkan
muntah akibat iritasi selaput lendir lambung pasien "uatu obat di persiapkan
dalam bentuk kapsul dengan harapan agar tetap utuh dalam suasana asam
lambung tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus #alam
 pemberian obat jenis kapsul, bungkus kapsul tidak boleh di buka, obat tidak 
 boleh dikunyah dan pasien diberitahu untuk tidak minum susu atau
antacid sekurang kurangnya satu jam setelah minum obat
.!'!' Siru$
#isini kita memakai sendok pengukur, gelas pengukur 7yang kecil8, atau botol tetesan 4adang -kadang
minum sirup, pasien dapat diberi minum, pencuci mulut atau kembang gula

.!9 Kontra Indi&asi Pada Pe"=erian O=at Per Ora%


a 4eadaan patofisiologik penderita < suatu sediaan antirematik tidak
dapat diberikan per oral tanpa resiko dimuntahkan sebelum obat bereaksi
 b Pada cairan lambung yang asam, 9at aktif tertentu dapat dirusak
oleh en9im pencernaan seperti lipase, penisilinase tertentu atau
terjadinya
 pengikisan mukosa 7natrium salisilat berubah menjadi asam salisilat8
c En9im proteolitik dalam saluran cerna dapat merusak 9at aktif polipeptida
 protein 7insulin ormone, polipeptida, serum8
d En9im flora usus dapat pula berpengaruh pada selulase dan selulosa,
 penisilinase dan penisilina
e 4adang-kadang terjadi interaksi antara 9at aktif dan bahan cairan
lambung dan selanjutnya membentuk senya!a kompleks yang
sukar diserap, misalnya musin dan streptomisina, garam empedu
dan ammonium kuartener
f Tujuan farmakokinetik tidak selalu dapat dicapai dengan
pemakaian sediaan oral
g Beberapa 9at aktif di metabolisme pada membrane usus dan
dengan demikian sebagian telah rusak saat memasuki aliran darah
h arus dipertimbangkan pula kemungkinan adanya :efek lintasan
pertama; 7Test pass effect8 dan adanya klirens hepatic yang
merupakan proses metabolisme yang mengubah 9at aktif menjadi
bentuk yang tidak aktif, sehingga dengan demikian obat tidak dapat
diberikan per oral 7misalnya lidokaina, progesterone, testosterone,
estradiol dan lain-lain8
.!4 Fa&tor Yan( Ber$eran Da%a" Pen+era$an
.!4!) Fa&tor Fisio%o(i
)! Per"u&aan Pen+era$
*ambung tidak mempunyai permukaan penyerap yang
berarti dibandingkan dengan usus halus *ambung lebih
merupakan organ
 penggetahan dibandingkan dengan organ penyerap Namun mukosa
lambung dapat menyerap obat yang diberikan peroral, dan tergantung pada
keadaan, lama kontak menentukan terjadinya penyerapan pasif dan 9at aktif
lipofil dan
 bentuk tak terionkan pada p lambung yg asam 7asam lemah seperti
asam salisilat, barbiturat8
2sus halus mempunyai luas permukaan penyerap .'-1' m% Penyerapan
ini dapat terjadi secara kuat pada daerah tertentu tanpa mengabaikan keasaman
 p yang akan mengionisasi 9at aktif atau menyebabkan pengendapan sehingga
 penyerapan hanya terjadi pada daerah tertentu "uatu alkaloida yang kuat dan
terionkan dalam cairan lambung, secara teori kurang sediserap Bila
p menjadi netral atau alkali, bentuk basanya akan mengendap pada p
Bentuk 
 basa tersebut kadang-kadang sangat tidak larut untuk dapat diserap dalam
 jumlah yang cukup *eh sebab itu harus dirancang suatu bentuk sediaan dengan
 perlepasan dan pelarutan 9at aktif yang cepat
.! U"ur
Terjadinya keadaan dosis-lebih disebabkan oleh adanya penyerapan
tak terkontrolPada bayi dan anak-anak, sebagian seistem en9imnya
belum
 berfungsi sempurna sehingga dapat terjadi dosis lebih pada 9at aktif
tertentu yang disebabkan tidak sempurnanya proses detoksifikasi
metabolik, atau karena penyerapan yang tidak sempurna dan karena
gangguan saluran cerna sebagai akibat adanya bahan tambahan tertentu yang
tidak dapat diterimaleh sebab itu pengaturan dosis obat pada bayi tidak
dapat dihitung dengan rumus yang sederhana seperti pada orang de!asa,
tetapi harus menggunakan fungsi
 berat badan
Pada penderita tua, terlihat fenomena penurunan penyerapan
dan kecendurungan menurunnya Al lambung sehingga mengurangi
penyerapan asam lemah
Posologi pada penderita tua tampaknya sangat dipengaruhi oleh
faktor indi6idu "ecara sederhana pemberian obat pada keadaan
tersebut harus dilaksanakan dengan sangat hati-hati
0! Si<at Me"=ran Bio%o(i& 
"ifat membran biologik sel-sel penyerap pada mukosa pencernaan akan
mempengaruhi proses penyerapan "ifat utama lipida
memungkinkan terjadinya difusi pasif 9at aktif dengan sifat lipofil tertentu dari
bentuk yang tak terionkan dilambung dan terutama diusus besar "emua jenis
transpor 9at aktif diusus halus yang meliputi<
 Transpor dengan pembentukan pasangan ion
 Transpor sederhana
 Transpor aktif 
 Pinositosis
/danya berbagai mekanisme tersebut menyebabkan pelipat
ganda kemampuan penyerapan usus halus dibandingkan dengan kemampuan
usus
 besar
2! La;u Per%ewatan
*aju transit dan !aktu tinggal dilambung merupakan salah satu
faktor yang sangat penting, yang mempengaruhi intensitas penyerapan "uatu
9at aktif yang sukar diserap lambung seharusnya tidak tinggal lama
dilambung leh sebab itulah !aktu pengosongan lambung sebaiknya
diusahakan terjadi lebih cepat "ebaliknya bila transit diusus
berjalan lambat, hal tersebut menguntungkan
bagi 9at aktif yang hanya diserap pada bagian tertentu saluran cerna, terutama
dalam hal transpor aktif Aontoh yang klasik adalah ribofla6in yang diserap
pada bagian atas usus halus Bila obat dalam keadaan terlarut mele!ati
daerah penyerapan terlalu cepat maka penyerapannya menjadi sangat sedikit
0enomena yang sama juga terjadi pada tetrasiklina, fenisilina, seoful6in dan
garam-garam besi 7fe8
4ecepatan transit dilambung tak dapat dikontrol selama !aktu makan dan
gumpalan makanan meninggalkan lambung bertahap dalam !aktu yang lama
ataupun singkat
.!4!. Fa&tor Pato%o(i
)! 7an((uan Fun(si Pen(etaan
Psikis merupakan satu faktor yang dapat meningkatkan atau menghambat
 proses pengeluaran getah Pada orang pemarah akan terjadi peningkatan
 pengeluaran getah dan sebaliknya akan terjadi hambatan pengeluaran getah
 pada seseorang yang depresif
Pengeluaran getah lambung meningkat pada keadaan tukak
duedenum yang mana berlebihan asam dapat merusak akti6itas
en9im pankreatik "ebaliknya pengeluaran getah lambung berkurang
pada keadaan p yang meningkat akibat tukak lambung, gastritis
kronis, penyakit '!im!r dan diabetes
Tidak cukupnya pengeluaran getah empedu yang disebabkan oleh
 pembuntuan 7obstruksi8 saluran empedu akan menghambat penyerapan
lemak dan 6itamin yang larut dalam lemak
.! 7an((uan Transit
Faktu tinggal dalam lambung pada umumnya akan meningkat
pada keadaan<
 Penyempitan pilorus 7 st!n"s! pyl"rus8
 Tukak lambung 7ulus v!ntriculi8 pada bagian juDta pylorus
 4elainan pembuluh darah tertentu
 "prue
 MyDcodemia 7salah satu bentuk peradangan kelenjar8
Gerakan usus halus tergantung pada sistem simpatik dan semua hal yang
 berpengaruhi gerakan tersebut juga akan mempengaruhi !aktu transit
Tukak duedenal menyebabkan gerakan duodenum yang berlebihan
sedangkan sprue dan colitis ulcerosa 7keradangan usus besar yang
bersifat seperti tukak8 umumnya menghambat gerakan usus
0! 7an((uan Pen+era$an
a Pengurangan luas permukaan penyerap
 Pembedahan< astr!ct"mi!  7berpengaruh pada luas permukaan penyerap,
 pemotongan usus 7pengaruhnya tergantung pada panjang dan letak 
 pemotongan8
 /nomali atau cacat pada mukosa permukaan, baik karena ba!
aan atau karena perolehan <entropati pada gluten, intoleransi
selektif pada karbohidrat dan pertumbuhan mikroba
 b Perubahan Media 2sus
 Penambahan senya!a anti mikroba atau anti parasit dapat memutuskan
ikatan konjugasi garam empedu 7akibat terjadi kesalahan
penyerapan lemak dan 6itamin yang larut lemak8, dan merusak
9at aktif sebelum diserap 76itamin B(%8
 /danya bahan obat antimikroba berspektrum luas dapat
mengganggu keseimbangan flora usus, misalnya neomisina dapat
merintangi kerja
*ipase pankreatik dan garam empedu

.! Keuntun(an dan Keru(ian Pe"=erian O=at Per Ora%


)! Keuntun(an
4euntungan dari pemberian obat per oral adalah <
- arga relati6e lebih murah
- Bisa di kerjakan sendiri boleh pasien
- Tidak menimbulkan rasa nyeri
- Bila terjadi keracunan, obat masih bias di keluarkan dari tubuh dengan cara
+eflek muntah dari faring dan 4umbah *ambung asalkan obat di minum
 belum melebihi . jam artinya obat masih di dalam gaster 
- Tetapi bilamana lebih dari . jam tapi belum melebihi & jam racun di
dalam intestinum atau belum mengalami absorbsi
.! Keru(ian
4erugian dari pemberian obat per oral adalah <
a Pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat di pakai
pada keadaan ga!at
 b bat yang di berikan per oral biasanya membutuhkan !aktu ' sampai
dengan .1 menit sebelum di absorbsi dan efek puncaknya di capai setelah (
sampai dengan ( H jam
c +asa dan bau obat yang tida enak sering mengganggu pasien
d Aara per oral tidak dapat di pakai pada pasien yang mengalami mual-mual,
muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pangisapan cairan lambung
serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan
BAB III
PENUTUP

0!) Kesi"$u%an
Biofarmasetika adalah ilmu yang menguji keterkaitan antara
sifat fisikokimia obat ini, bentuk sediaan di mana obat diberikan, dan rute
pemberian
 pada tingkat dan tingkat penyerapan obat sistemik
Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak
dipakai karena ini merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan
nyaman bagi
 pasien Berbagai bentuk obat dapat di berikan secara oral baik dalam
bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer
0ase biofarmasetika dapat diuraikan dalam tiga tahap utama, yaitu *#/
yang berarti *iberasi 7pelepasan8, #isolusi 7Pelarutan8, dan /bsorpsi 7penyerapan
"eperti halnya dengan sistem /#ME pada nasib 9at aktif in 6i6o, maka
ketiga tahap *#/ berbeda pada setiap jalur

0!. Saran
Bagi mahasis!a dan mahasis!i diharapkan untuk menambah !a!
asan dengan banyak membaca buku dan terus
mencari informasi
tentang
 biofarmasetika sediaan obat melalui oral
DAFTAR PUSTAKA

/nsel, A (3)3 *!ngantar B!ntu S!&iaan Farmasi E&isi Empat  $akarta<


25 Press
5rianto, 4 %'(. Anat"mi &an Fisi"l"gi Bandung< Penerbit /lfabeta
Ganis!ara, "G (311 Farma"l"gi &an T!rapi Edisi 4eempat $akarta< Bagian
0armakologi 0akultas 4edokteran 25
"hargel, *eon, "usanna, Fu-Pong dan /ndre!, BA %''1  Appli!& 
 Bi"pharmac!utics an& *harmac"in!tics Edisi 4elima "urabaya<
Pusat Penerbitan dan Percetakan 2ni6ersitas /irlangga
Tjay, T dan +ahardja, 4 %''? O'at+O'at *!nting  $akarta< PT Gramedia

You might also like