You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan transportasi udara telah berkembang sedemikian pesatnya,
sesuai dengan arus globalisasi dan perkembangan zaman, peran transportasi
udara menjadi dominan karena penggunaannya yang dirasa cepat dan aman.
Saat ini, transportasi udara sudah digunakan dalam semua bidang kehidupan,
transportasi udara yang dimaksud adalah pesawat. Pesawat dianggap menjadi
satu-satunya alat transportasi yang paling aman dibandingkan transportasi
darat dan laut.
Menurut data dari Aviation Safety Network, selama 40 tahun, angka
kecelakaan pesawat terbang merosot tajam setiap dekadenya. Secara
statistik seperti yang dilansir dari National Highway Traffic Safety
Administration pada tahun 2008, kecelakaan di darat memakan korban
lebih banyak dibandingkan kecelakaan pesawat dengan rasio 1:1,2 juta.
(https://trivia.id/post/jangan-takut-naik-pesawat-cari-tahu-dulu-7-fakta-
tentang-perjalanan-dengan-pesawat diakses pada 13 Mei 2018 pukul
22.36 WIB)

Meskipun pesawat dianggap merupakan alat transportasi yang paling


aman, namun pesawat sangat rentan terkena sambaran petir karena
pengunaannya yang berada di ketinggian. Petir terjadi karena adanya
perbedaan muatan listrik di udara, akibat gesekan antara awan atau benda
dengan udara maka timbul muatan listrik statis pada benda tersebut. Secara
umum, listrik statis terjadi pada saat sebuah benda yang mempunyai beda
muatan listrik saling tersambung atau terhubung sehingga elektron bermuatan
negatif akan berpindah dari benda yang satu ke benda yang lainnya.
Ketidakseimbangan elektron ini akan menyebabkan benda yang kehilangan
elektron akan menjadi bermuatan positif dan yang menerimanya menjadi
bermuatan negatif. Terjadinya listrik statis ini sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dua benda yang terlibat dalam mengantarkan listrik. Logam
merupakan pengantar yang baik dan memungkinkan elektron mengalir dengan
bebas. Sama halnya dengan pesawat, saat bergerak di udara akan terbentuk
listrik statis di badan pesawat. Pesawat yang terbang lebih tinggi dengan

1
kelembaban udara yang lebih tinggi juga sangat memungkinkan terjadinya
sifat pengantar (conductivity) yang lebih baik, akibatnya potensi timbulnya
listrik statis pada saat terbang jelajah (cruise) dengan flight level lebih tinggi
dan cenderung menjadi lebih besar karena udara yang berfungsi sebagai
pemisah (insulator) akan mencegah kelebihan elektron kembali ke udara,
sehingga besar kemungkinan pesawat akan tersambar petir. Sambaran petir
biasanya mengenai ujung sayap, hidung pesawat, atau ekor pesawat, yang
sebagian besar terbuat dari logam yang nyata-nyata merupakan konduktor
listrik, sehingga untuk menghindari sambaran petir dan melepaskan muatan
listrik yang menempel pada badan pesawat, pesawat terbang membutuhkan
adanya komponen penangkal petir atau yang biasa disebut dengan Static
Discharge (SD).
Static discharge merupakan komponen yang akan mengontrol pelepasan
tegangan listrik ke atmosfer, mengisolasi suara dan mencegahnya dari
interferensi terhadap peralatan komunikasi sehingga bisa meminimalkan
terjadinya gangguan penerimaan radio pada saat adanya listrik statis yang
mengalir di pesawat. Komponen utama yang ada di dalam static discharger
terdiri dari 3 bagian utama, antara lain:
1. Discharger (pelepas) merupakan komponen yang berfungsi melepaskan
muatan elektrik statis yang ada di pesawat ke udara;
2. Discharger base (rumah pelepas) berfungsi sebagai tempat menempelnya
discharger;
3. Adapter plate (papan penyesuai) merupakan penyesuai (adapter) untuk
menempelkan discharger base ke bagian pesawat di mana static
discharger terpasang. Bahkan beberapa jenis static discharge
memungkinkan untuk dipasang langsung dengan menempelkan discharge
base langsung ke pesawat dan tanpa menggunakan adapter plate.

Static discharge pada pesawat berupa kawat atau lempengan plastik


berisi logam seperti ekor tikus yang ditempatkan di ujung-ujung sayap
atau ekor pesawat dan jumlahnya 12 (dua belas) atau 16 (enam belas) buah.
Bentuk static discharge seperti batang-batang kecil yang biasanya
ditempatkan pada ujung-ujung sayap pesawat dan ekor, serta menghadap ke
belakang. Static discharge dapat melepaskan muatan-muatan listrik statik

2
pada badan pesawat, tidak hanya muatan listrik akibat sambaran petir, tetapi
juga muatan listrik statik lainnya sebagai akibat gesekan badan pesawat
dengan udara.
Pada kasus sambaran petir, muatan listrik yang terjadi akibat petir akan
mengalir pada alumunium menuju permukaan yang lebih lancip yaitu di
ujung-ujung sayap maupun ekor pesawat. Pada ujung yang lebih lancip
tersebut, muatan listrik akan terlucut berupa percikan api, static discharge
akan otomatis melepaskan muatan listrik yang menempel badan pesawat dan
melepaskannya kembali ke udara, sehingga apabila pesawat tersambar petir
atau kelebihan muatan listrik, alat ini akan otomatis melepaskan muatan
listrik yang menempel badan pesawat dan melepaskannya kembali ke udara,
dengan begitu muatan listrik tidak akan masuk ke dalam pesawat, sehingga
orang yang berada di dalam pesawat akan aman dari sambaran petir.
Penggunaan static discharge membuat kemungkinan pesawat tersambar
menjadi sangat kecil, terutama pesawat-pesawat modern, namun jika sistem
static discharge tersebut rusak dan tidak dapat bekerja akan mengakibatkan
pesawat tersambar petir yang dampaknya akan mengganggu peralatan
komunikasi dan navigasi sampai pada dampak yang paling berbahaya yaitu
pesawat terbakar di udara, namun hal ini sangat jarang terjadi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari tugas akhir ini adalah:
1. Bagaimana ciri-ciri static discharge yang sudah rusak?
2. Bagaimana cara inspection pada static discharge?
3. Apa pengaruh ukuran resistansi pada bonding static discharge?
1.3 Batasan Masalah
Mengingat banyaknya perkembangan yang bisa ditemukan dalam
permasalahan ini, maka perlu adanya batasan-batasan masalah yang jelas
mengenai apa yang dibuat dan diselesaikan dalam tugas akhir ini. Adapun
batasan-batasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Membahas bagaimana cara inspection pada static discharge
2. Hanya membahas masalah yang terjadi pada static discharge
3. Hanya focus kepada kegiatan inspection pada static discharge

3
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana cara inspection pada static discharge
2. Mengetahui ciri-ciri static discharge yang sudah tidak layak pakai
3. Mengetahui ukuran resistansi yang sesuai untuk bonding pada static
discharge
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi mahasiswa, dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang
telah diperoleh pada masa kuliah dan sekalian menambah wawasan
dan pengalaman.
2. Bagi akademik, dapat menambah perbendaharaan referensi di
perpustakaan, yang beguna bagi mahasiswa lainnya sebagai sumber
ilmu pengetahuan, acuan dan wawasan.
3. Bagi instansi, dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk mengambil
kebijakan dalam rangka meningkatkan kinerja mutu pengerjaan
inspection static discharge di instansi terkait.
1.6 Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan dan komposisi bab yang terkandung dalam laporan
ini adalah sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan
Bab pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
sistematika penulisan laporan.
2. Bab II Landasan Teori
Bab ini menguraikan tentang teori dasar yang berkaitan secara
langsung dengan masalah yang diteliti. Usahakan mengambil referensi
dari buku-buku atau sumber lainnya yang masih baru. Pada bagian ini
juga bisa diuraikan penelitian-penelitian lain yang terkait dengan
penelitian anda.
3. Bab III Metodologi Penelitian

4
Bagian ini berisi penjelasan tentang tahapan dan metode
penelitian yang ditempuh untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Diagram alir (flow chart) harus dibuat untuk menjelaskan tahapan
tersebut.
4. Bab IV Hasil dan Pembahasan
Pada bab ini dibahas hasil-hasil dari tahapan penelitian, dari
tahap analisis, desain, implementasi desain, hasil pengujian dan
implementasinya, berupa penjelasan teoritik, baik secara kualitatif,
kuantitatif, atau secara statistik. Disamping itu, sebaiknya hasil
penelitian juga dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu yang
sejenis atau keadaan sebelumnya.
5. Bab V Penutup
Berisi kesimpulan dan saran.

You might also like