You are on page 1of 23

MAKALAH KIMIA KLINIK

HbA1c

DISUSUN OLEH:
Athiah Rinni P07234016003
Selfi Ayu Aprilia P07234016033
Sofyan Hadi Chandra P07234016035
Tirsa Mentoe P07234016036
Wiwin Hariyani P07234016038

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN 2018
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala curahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kimia klinik
II mengenai pemeriksaan HbA1c ini. Adapun makalah kimia klinik II tentang
pemeriksaan HbA1c ini telah penulis usahakan dengan semaksimal mungkin. Penulis
sangat berterima kasih kepada berbagai pihak atas bantuannya, sebab penulis dapat
dengan lancar dalam membuat makalah ini.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui cara pemeriksaan HbA1c


dengan baik dan benar. Adanya makalah ini sangat diharapkan dapat menambah serta
memperkaya ilmu pengetahuan tentang pemeriksaan HbA1c bagi pembaca.

Namun tidak lepas dari semua itu, penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa
penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Banyak kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga
penulis dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap
semoga dari makalah ini, pembaca dapat mengambil hikmah dan manfaatnya
sehingga dapat memberikan informasi dan inspirasi terhadap pembaca. Aamiin.
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolismekronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai dengangangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.Insufisiensi fungsi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin olehsel-sel beta
Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-
seltubuh terhadap insulin (WHO, 1999). Angka kejadian Diabetes Mellitus (DM)
terus menunjukkan peningkatan, menurut konsensus para ahli endokrin Indonesia
tahun 2002 diperkirakan terdapat kira-kira 7 juta penduduk Indonesia menderita
DM pada tahun 2020.

Untuk mencegah peningkatan angka kejadian penyakit DM, maka tenaga


kesehatan terutama dokter harus dapat mendiagnosis lebih dini terhadap kelompok
populasi dengan faktor resiko yang tinggi dan mencegah komplikasi yang terjadi
jika seseorang telah mengalami penyakit DM.Selain pemberian pengobatan yang
adekuat dan menjaga pola makan dengan baik, penderita perlu melakukan
pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti
rontgen atau funduskopi dan elektrokardiogram (rekam jantung) secara berkala.
Pemeriksaan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui lebih dini komplikasi
yang terjadi pada penderita DM sehingga dapat dicegah dan diobati lebih dini.
Salah satu pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk mengetahui
komplikasi lebihdini dan mengontrol kepatuhan berobat penderita DM adalah
pemeriksaan kadar HbA1c. HbA1cyang lebih dikenal dengan hemoglobin glikat
adalah salah satu fraksi hemoglobin yang terbentuk dari reaksi non-enzimatik
antara glukosa dengan N terminal Valin rantai b hemoglobin A dengan ikatan
Almidin. Produk yang dihasilkan ini diubah melalui proses Amadori menjadi
ketoamin yang stabil dan irreversibel (Widijanti dan Ratulangi, 2011). HbA1c
yang terbentuk dalam tubuhakan disimpan dalam sel darah merah dan akan terurai
secara bertahap bersama dengan berakhirnya masa hidup sel darah merah (rata-rata
umur sel darah merah adalah 120 hari). Jumlah HbA1c yang terbentuk sesuai
dengan konsentrasi glukosa darah (Prodia, 2008). Kadar HbA1c yang terukur
sekarang mencerminkan kadar glukosa pada waktu 3 bulan yang lalusehingga hal
ini dapat memberikan informasi seberapa tinggi kadar glukosa pada waktu
tersebut. Dengan melakukan pemeriksaan ini kita juga dapat mengetahui seberapa
besar kepatuhan dalam berobat pada penderita DM. Sebagai contoh seorang
penderita telah didiagnosis DM kira-kira 3tahun dan telah diberikan pengobatan
yang sesuai, namun seberapa patuh atau teraturnya pasientersebut minum obat
tidak dapat diketahui dengan pasti. Setiap datang kontrol ke dokter selalu
membawa hasil pemeriksaan laboratorium untuk glukosa darah dalam keadaan
normal atau sedikit lebih tinggi, hal ini bisa terjadi jika pasien minum obat-obatan
3 hari sebelum kontrol kedokter dengan dosis yang teratur, akan tetapi setelah
diukur kadar HbA1c ternyata menunjukkanhasil yang tinggi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana etiologi HbA1c ?

2. Apa yang dimaksud dengan HbA1c ?

3. Bagaimana pemeriksaan HbA1c ?

4. Apa saja faktor yang mempengaruhi kadar HbA1c ?

5. Apa saja kelebihan dan kekurangan pemeriksaan HbA1c ?


C. Tujuan

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan HbA1c dan bagaimana


pemeriksaannya.
BAB II
ISI

A. Etiologi HbA1c
Hemoglobin A1c pertama kali ditemukan pada tahun 1960-an melalui
suatu proses elektroforesis hemoglobin. Huisman dan Dozy pada tahun 1962
melaporkan peningkatan salah satu fraksi minor hemoglobin pada 4 pasien
diabetes.Lima tahun kemudian, Rahbar kembali menemukan fraksi tersebut
pada 2 orang penderita diabetes yang menjalani skrining karena hemoglobin
yang abnormal. Tahun 1968 dilaporkan adanya suatu komponen hemoglobin
diabetes pada pasien diabetes tidak terkontrol, komponen diabetes tersebut
memiliki karakteristik kromatografik yang sama dengan HbA1c, yaitu suatu
komponen hemoglobin minor yang digambarkan oleh Schnek dan Schroeder
pada tahun 1961.

Penggunaan HA1c untuk pemantauan derajat kontrol metabolisme


glukosa pasien diabetes pertama kali diajukan pada tahun 1976, dan diadopsi
kedalam praktek klinik pada tahun 1990-an oleh Diabetes Control and
Complication Trial (DCCT)dan the United Kingdom Prospective Diabetes
Study (UKPDS) sebagai alat monitoring derajat/ kontrol DM. Komite ahli
darithe American Diabetes Association (ADA) dan the European Association
for the Study of Diabetes (EASD) kemudian merekomendasikan penggunaan
HbA1c untuk diagnosis DM, dan pada tahun 2010 ADA memasukkan HbA1c
ke dalam kriteria diagnosis diabetes.

Glycated hemoglobin (HbA1c) pada awalnya diidentifikasi sebagai


hemoglobin "tidak biasa" pada pasien dengan diabetes lebih dari 40 tahun
yang lalu. Setelah penemuan itu, banyak penelitian kecil dilakukan
menghubungkannya dengan pengukuran glukosa menghasilkan gagasan
bahwa HbA1c dapat digunakan sebagai ukuran objektif dari kontrol glikemik.
Studi A1C-Derived Average Glucose (ADAG) mencakup 643 peserta yang
mewakili berbagai tingkat A1C. Ini menetapkan hubungan divalidasi antara
A1C dan rata-rata glukosa di berbagai jenis diabetes dan populasi pasien.
HbA1c diperkenalkan ke dalam penggunaan klinis pada tahun 1980 dan
kemudian telah menjadi landasan praktik klinis.

HbA1c mencerminkan glukosa plasma rata-rata selama delapan hingga


12 minggu sebelumnya. Ini dapat dilakukan kapan saja sepanjang hari dan
tidak memerlukan persiapan khusus seperti puasa. Sifat-sifat ini telah
menjadikannya tes yang lebih disukai untuk menilai kontrol glikemik pada
penderita diabetes. Baru-baru ini, ada minat substansial dalam
menggunakannya sebagai tes diagnostik untuk diabetes dan sebagai tes
skrining untuk orang yang berisiko tinggi diabetes.1

B. HbA1c (hemoglobin terglikasi / glikohemoglobin /hemoglobin


terglikosilasi/ Hb glikat/GHb)
1. Bikokimiawi
Hemoglobin pada manusia terdiri dari HbA 1, HbA2, HbF( fetus).
Hemoglobin A (HbA) terdiri atas 91 sampai 95 % dari jumlah hemoglobin
total. Molekul glukosa berikatan dengan HbA1 yang merupakan bagian
dari hemoglobin A. HbA1 adalah serangkaian varian terglikasi yang
dihasilkan dari pelekatan berbagai karbidrat untuk valine terminal N dari
Hb Proses pengikatan ini disebut glikosilasi atau hemoglollbin
terglikosilasi atau hemoglobin A. Hemoglobin A1c atau HbA1c adalah
komponen minor dari hemoglobin yang berikatan dengan glukosa. HbA1c
terbentuk dari reaksi HbA dengan glukosa maupun dengan turunannya
1
jtptunimus-gdl-riyantinin-7118-3-babii.pdf
yang membentuk hemoglobin terglikosilasi (HbA1). Terdapat 3 subfraksi
HbA1c yaitu HbA1a (HbA + fruktosa 1,6-difosfat atau HbA + glukosa-6-
fosfat), HbA1b (HbA + tidak diketahui) dan HbA1c (HbA + glukosa).
HbA1c merupakan fraksi yang paling penting dan kira-kira mencapai 70%
dari total HbA1. Pada orang normal HbA terglikosilasi 3-6% sedangkan
pada penderita DM mencapai 2 sampai 3 kali lipat bergantung derajat
hiperglikemia. HbA1c disebut sebagai glikosilasi atau hemoglobin
glikosilasi atau glycohemoglobin.

Komponen utama hemoglobin adalah hemoglobin A (Adulf/dewasa),


yaitu sekitar 90% dari total komponen hemoglobin. Komponen minor
hemoglobin adalah hemoglobin A2 / HbA2 dan HbF, yang merupakan
hasil rantai gen hemoglobin yang berbeda δ dan Υ. Komponen minor
lainnya adalah modikasi post-translasional hemoglobin A yaitu A1a, A1b
dan A1c . Hemoglobin A1c merupakan komponen minor paling besar dari
sel darah manusia, normalnya 4% dari total hemoglobin A.

HbA1c adalah istilah secara internasional untuk


glycosylatedhemoglobin /glycated hemoglobinum yang direkomendasikan
oleh ADA. HbA1 (Hemoglobin Adulf 1c) merupakan derivat adulf
hemoglobin (HbA), dengan penambahan monosakarida (fruktosa atau
glukosa).yang merupakan subtipe utama dan fraksi terpenting yaitu sekitar
4-5% dari total hemoglobin yang banyak diteliti di antara tiga jenis
HbA1(HbA1a, b dan c). Hemoglobin A1c merupakan ikatan antara
hemoglobin dengan glukosa sedangkan fraksi-fraksi lain merupakan
ikatan antara hemoglobin dan heksosa lain.. Tujuannya ialah untuk
memantau status kontrol glikemik jangka lama, menjadi sasaran
keberhasilan pengobatan untuk mencegah timbulnya penyulit dan menjadi
bagian integral pengelolaan pasien diabetes mellitus.
Pembentukan HbA1c terjadi dengan lambat yaitu selama 120 hari,
yang merupakan rentang hidup sel darah merah.HbA1 terdiri atas tiga
molekul, HbA1a, HbA1b dan HbA1c sebesar 70%, HbA1c dalam bentuk
70% terglikosilasi (mengabsorbsi glukosa). Jumlah hemoglobin yang
terglikolisasi bergantung pada jumlah glukosa yang tersedia. Jika kadar
glukosa darah meningkat selama waktu yang lama, sel darah merah akan
tersaturasi dengan glukosa menghasilkan glikohemoglobin.2

2. Struktur

Struktur molekuler HbA1c adalah N-(1-doxy)-fructosyl-hemoglobin


atau N-(1- deoxyfructose-1-yl) hemoglobin beta chain. Hemoglobin A1c
adalah glukosa stabil yang terikat pada gugus N-terminal pada rantai
HbA0, membentuk suatu modifikasi post translasi sehingga glukosa
bersatu dengan kelompok amino bebas pada residu valin N-terminal rantai
β hemoglobin. Schiff base yang dihasilkan bersifat tidak stabil, kemudian
melalui suatu penyusunan ulang yang ireversibel membentuk suatu
ketoamin yang stabil. Glikasi dapat terjadi pada residu lisin tertentu dari
hemoglobin rantai α dan β, glikohemoglobin total atau total hemoglobin
terglikasi yang dapat diukur, dikenal dengan HbA1c. Glikasi hemoglobin
tidak dikatalisis oleh enzim, tetapi melalui reaksi kimia akibat paparan
glukosa yang beredar dalam darah pada sel eritrosit. Laju sintesis HbA1c
merupakan fungsi konsentrasi glukosa yang terikat pada eritrosit, selama
pemaparan. Konsentrasi HbA1c tergantung pada konsentrasi glukosa darah
dan usia eritrosit.

Ketika glukosa darah masuk ke dalam eritrosit menyebabkan


glikosilasi gugus amino residu lisin dan terminal amino hemoglobin.
Fraksi hemoglobin terglikosislasi yang dalam keadaan normal berjumlah

2
jtptunimus-gdl-riyantinin-7118-3-babii.pdf
5% setara dengan kosentrasi glukosa dalam darah. Karena waktu paruh
eritosit hanya 120 hari, maka kadar hemoglobin terglikosilasi (HbA1c)
mencerminkan rata rata kadar glukosa darah dalam jangka waktu 2-3
bulan sebelum pemeriksaan. Pada orang normal hemoglobin mengalami
glikosilasi sekitar 4-6 % sedangkan pada hiperglikemia yang
berkepanjangan, kadar HbA1c dapat meningkat hingga 18-20%.
Glikosilasi tidak mengganggu kemampuan hemoglobin mengangkut
oksigen tetapi kadar HbA1c yang tinggi mencerminkan kurangnya
pengendalian diabetes. Setelah kadar normoglikemik menjadi stabil, kadar
HbA1c kembali normal dalam 3 minggu3

Gambar 2.1 Struktur HbA1c

3
PemeriksaanHemoglobinPengelolaanDiabetesMelitus.pdf
Gambar 2.2 Struktur stabil HbA1c

3. Hubungan HbA1c dengan Kadar Glukosa Darah


Konsentrasi HbA1c tergantung pada konsentrasi glukosa darah
dan usia eritrosit. Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya
hubungan matematika yang erat antara konsentrasi HbA 1c dan rata-rata
kadar glukosa darah. Kadar HbA1c normal adalah 3,5%-5%. Kadar
rata-rata glukosa darah 30 hari sebelumnya merupakan kontributor
utama HbA1c.14 Kontribusi bulanan rata-rata glukosa darah terhadap
HbA1c adalah: 50% dari 30 hari terakhir, 25% dari 30-60 hari
sebelumnya dan 15% dari 60-120 hari sebelumnya. 14 Hubungan
langsung antara HbA1c dan rata-rata glukosa darah terjadi karena
eritrosit terus menerus terglikasi selama 120 hari masa hidupnya dan
laju pembentukan glikohemoglobin setara dengan konsentrasi glukosa
darah. Pengukuran HbA1c penting untuk kontrol jangka panjang status
glikemi pada pasien diabetes.
Hubungan antara A1c dan glukosa plasma adalah kompleks.
Kadar HbA1c lebih tinggi didapatkan pada individu yang memiliki
kadar glukosa darah tinggi sejak lama, seperti pada diabetes mellitus.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa A1c adalah indeks rata-rata
kadar glukosa selama beberapa minggu sampai bulan sebelumnya.
Pada suatu penelitian kohort di Australia, HbA 1c median untuk tiap
kelompok me-ningkat seiring dengan perburukan kadar glikemi.
Penelitian International A1c-Derived Avarage Glucose (ADAG), yang
disponsori oleh the American Diabetes Association (ADA), the
European Association for the Study of Diabetes (EASD) dan
International Diabetes Federation (IDF), yang melibatkan 600
partisipan di sebelas negara melalui monitoring glukosa 24 jam dan
pengukuran HbA1c lebih sering, menunjukkan hubungan erat glukosa
darah dan HbA1c. Data ini kemudian digunakan untuk menentukan
perkiraan kadar glukosa rata-rata (eAG) dari pengukuran HbA1c
dengan rumus seperti berikut :

eAG (mg/dl) = 28,7 x A1c – 46,7

eAG (mmol/L) = 1,59 x A1c – 2,59

Hemoglobin A1c merupakan baku emas untuk penilaian homeostasis


glukosa, adalah integrasi variasi glukosa puasa dan postprandial
selama periode 3 bulan. Secara matematika, teori tersebut dapat
diformulasikan menjadi:

[A1c]0-3 bulan = 0∫3 bulan FPG (t) dt + 0∫3 bulan PPG (t) dt

FPG (t) dan PPG (t) adalah waktu pengambilan glukosa puasa dan
postprandial. Berikut kolerasi antara A1c dengan kadar glukosa
darah :

A1c mg/dL mmol/L


(%)
5 97 (76-120) 5,4 (4,2-6,7)
6 126 (100-152) 7,0 (5,5-8,5)
7 154 (123-185) 8,6 (6,8-10,3)
8 183 (147-217) 10,2 (8,1-12,1)
9 212 (170-249) 11,8 (9,4-13,9)
10 240 (193-282) 13,4 (10,7-15,7)
11 269 (217-314) 14,9 (12,0-17,5)
12 298 (240-347) 16,5 (13,3-19,3)
Setiap peningkatan kadar HbA1c 1% sama dengan peningkatan kadar
glukosa rata-rata 29 mg/dL.4

4. HbA1c dalam Manajemen Diabetes Melitus

Hemoglobin A1c telah digunakan secara luas sebagai indikator


kontrol glikemik, karena mencerminkan konsentrasi glukosa darah 2-3
bulan sebelum pemeriksaan dan tidak dipengaruhi oleh diet sebelum
pengambilan sampel darah. Hemoglobin A1c merupakan alat
pemantauan yang penting dalam penatalaksanaan pasien dengan
diabetes mellitus Kontrol glikemik pada pasien diabetes tipe 2 secara
skematik dapat digambarkan sebagai ‘triad glukosa’, dengan
komponen A1C, kadar glukosa puasa, dan kadar glukosa postprandial.

Kadar A1C memberikan informasi yang berguna pada kontribusi


postprandial hiperglikemi dan basal hiperglikemi pada pasien diabetes
tipe 2. Karena glukosa postprandial adalah kontributor utama pada
pasien dengan kadar A1C 6,5%-7,5%, maka logis untuk menurunkan
glukosa postprandial mencapai kadar A1C di bawah 6,5%. Sebaliknya,
pada pasien dengan kadar A1C di atas 7,5%, hiperglikemi basal menjadi
yang utama, sehingga terapi perbaikan kontrol glikemik sebaiknya
dimulai dengan obat yang bekerja menurunkan hiperglikemia basal
dan interprandial.

Semakin tinggi nilai HbA1c maka semakin tinggi penderita


beresiko terkena komplikasi. Setiap penurunan 1% kadar HbA1c dapat
menurunkan resiko gangguan pembuluh darah mikrovaskuler
sebanyak 35%, menurunkan komplikasi lain 21% serta menurunkan
resiko kematian 21%. Kenormalan HbA1c dapat diupayakan dengan
mempertahankan kadar gula darah tetap normal sepanjang waktu.

Oleh karena ini dengan menormalkan kadar glukosa darah pada


penderita diabetes melitus, maka nilai HbA1c secara perlahan-lahan
akan mendekati normal.

C. Pemeriksaan HbA1c
4
PemeriksaanHemoglobinPengelolaanDiabetesMelitus.pdf
Hasil pemeriksaan hemoglobin A1c merupakan pemeriksaan
tunggal yang sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang
dan berguna pada semua tipe penyandang DM. Pemeriksaan ini
bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan kendali glikemik. Pemeriksaan
HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien diabetes
mellitus. Pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik pada
tahap awal penanganan, pemeriksaan selanjutnya merupakan pemantauan
terhadap keberhasilan pengendalian. Nilai HbA1c tunggal yang diperiksa
setiap 3-4 bulan sekali atau minimal satu tahun dua kali memberikan
indeks kontrol glukosa darah terintegrasi selama bulan-bulan tersebut dan
para klinisi dapat melihat secara obyektif kualitas pengendalian penderita
diabetes mellitus.

Tujuan pemeriksaan HbA1c adalah sebagai tes skrining resiko


diabetes, menegakkan diagnose diabetes mellitus, sebagai
manajemen/pengontrol diabetes, memantau pengobatan glikemik,
memantau efektivitas terapi diabetik, menentukan panduan terapi diabetes
mellitus, mengetahui faktor resiko diabetes mellitus, menentukan
kepatuhan klien terhadap terapi diabetic.5
Metode pemeriksaan HbA1c dapat dibagi menjadi 4 kategori
berdasarkan cara pemisahan komponen hemoglobin glikosilasi dan non
glikosilasi, yaitu :
1. Metode pemeriksaan berdasarkan perbedaan muatan.
a) Cation exchange chromatography (disposablemicrocolumns, high
Performanceliquid chromatography/ HPLC)
b) Electrophoresis (agar gel, isoelectricfocusing)

2. Metode pemeriksaan berdasarkan reaktivitas kimia


a) Hydroxymethylfurfural/thiobarbituricacid
colorimetry
3. Metode pemeriksaan berdasarkan perbedaan structural
a) Affinitchromatography
4. Immunoassay

5
Kee, Joyce Lefever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta :EGC
Metode cation-exchange chromatography didasarkan pada
perbedaan beban antara fase bergerak dan fase statis. Komponen
hemoglobin memberikan beban positif pada pH netral, komponen yang
kecil (HbA1c) kurang dibanding HbA sehingga komponen yang kecil
tersebut dapat melalui kolom lebih cepat dibanding HbA. Metode ini
paling sering digunakan dan merupakan metode standar jika
dibandingkan metode yang lain. Kelemahan metode ini adalah
memerlukan banyak waktu, alat yang besar dan mahal, sangat sensitif
terhadap perubahan pH dan suhu.
Metoda HPLC mampu mendeteksi hemoglobin abnormal dan
memiliki reprodusibilitas yang baik dengan CV < 1%, namun kelemahan
metoda ini adalah memerlukan alat yang khusus, tenaga yang ahli dan
waktu yang lama sehingga tidak bisa digunakan di rumah sakit dengan
sampel pemeriksaan HbA1c yang banyak.
Metode immunoassay yang tersedia di pasaran umumnya adalah
EIA (enzyme immunoassay) dan latex inhibition immunoassay. Metode
enzyme immunoassay menggunakan poliklonal atau monoklonal antibodi
yang spesifik terhadap N-terminal valin pada rantai beta HbA1c.
Antibodi HbA1c ini terikat pada enzim, kemudian ditambahkan substrat
sehingga reaksi enzim ini dapat diukur. Alat ukur yang ada pada
umumnya berdasarkan micro titer plates. Metoda immunoassay ini dapat
digunakan pada instrument otomatik, tidak memerlukan tenaga ahli serta
hemat waktu, kelemahannya pengukuran glikohemoglobin dan
hemoglobin total harus terpisah dan reprodusibilitas tidak sebaik metode
HPLC dengan CV sekitar 3-5%. Selain itu kurva kalibrasi tidak stabil
untuk 24 jam sehingga perlu dikalibrasi lagi.6
a. Metode Ion Exchabge (HPLC)
1) Pra Analitik
 Alat
Bio Rad D10TM
 Bahan

1. Sampel darah EDTA (penyimpanan : 15-30⁰C 3 hari , 2-8⁰C


7 hari )

6
Repository.unimus.ac.id
2. Elution buffer 1 : Bis-Tris/Phospate (pH 6,0)

3. Elution buffer 2 : Bis-Tris/Phospate (pH 6,7)


4. Deionized water

 Persiapan pasien

Tidak ada persiapan khusus

 Persiapan alat

1. Kalibrasi

a. Calibrator HbA1c

b. Calibrator diluent

 Quality Control
1. Analisis 2 level kontrol HbA1c :
a. Low (HbA1c 4,6-6,0%)
b. High (HbA1c 9,0-11,0%)
2. Bahan
a. Bio-Rad Liquichek Diabetes Control
2) Analitik
Cara kerja :
1. Masukkan 1,5 mL diluent solution ke dalam tabung sampel
2. Tambahkan 5µL darah EDTA
3. Homogenkan
4. Letakkan dalam rak analisis
5. Masukkan ke dalam alat HPLC

3) Pasca analitik
 Interpretasi hasil :

Kadar A1c Hasil


4-6 % Non Diabetik
<7% Diabetic control baik
7-10 % Diabetic control
sedang
> 10% Diabetic control buruk

 Hasil
- Dalam bentuk gelombang kurva
- Gelombang HbA1c berwarna hitam
- Nilai dalam persentase (%) dan mmol/mol

D. Faktor yang Mempengaruhi Hasil HbA1c


Pada beberapa keadaan, HbA1c tidak dapat mencerminkan kontrol
glukosa darah. Hal ini penting diketahui karena dapat menyebab-kan
under- atau over treatment. Yang dapat meningkatkan kadar HbA1c dari
nilai sebenarnya adalah : usia, polisitemia rubra vera, kehamilan trimester
kedua, , HbF atau HbG, hipertrigliseridemia berat, hiperbilirubinemia,
konsumsi alkohol berlebihan, splenektomi, anemia aplastik, penggunaan
salisilat dosis tinggi dalam jangka panjang, aspirin.

Yang dapat menurunkan kadar HbA1c dari nilai sebenarnya adalah :


setelah transfusi darah, setelah vena seksi, kehilangan darah, sickle cell
disease, haemolytic anemia, post transplant anemia, thalassemia, penyakit
ginjal, hemolisis dan perdarahan gastrointestinal, penyakit hati, obat-obat
yang dapat menyebabkan anemia berat atau yang mempengaruhi
pergantian sel darah merah, misalnya eritropoetin, beberapa obat antivirus,
penggunaan opioid jangka panjang, dan penggunaan antioksidan (vitamin
C,E), HbC, HbS, Dapson, kehamilan trimester ketiga, infeksi HIV, anemia
defisiensi besi, kadar ureum darah yang tinggi

E. Kelebihan dan Kekurangan Pemeriksaan HbA1c


Kelebihan pemeriksaan HbA1c dibandingkan pemeriksaan glukosa darah
lainny adalah :

1. Tidak perlu puasa dan dapat diperiksa kapan saja

2. Memperkirakan keadaan glukosa darah dalam jangka waktu lebih


lama (2-3 bulan) atau tidak dipengaruhi perubahan gaya hidup jangka

pendek.

3. Metode telah terstandarisasi sesuai DCCT/UKPDS dengan baik dan


keakuratannya dapat dipercaya

4. Variabilitas biologisnya dan instabilitas preanalitiknya lebih rendah

dibanding glukosa plasma puasa (<2% dari hari ke hari untuk HbA 1c
dibandingkan dengan glukosa puasa yang memiliki variabilitas 12-
15%)

5. Kesalahan yang disebabkan oleh faktor nonglikemik yang dapat

mempengaruhi nilai HbA1C sangat jarang ditemukan dan dapat

diminimalisasi dengan melakukan pemeriksaan konfirmasi diagnosis

dengan glukosa plasma.


6. Pengambilan sampel lebih mudah dan pasien merasa lebih nyaman.

7. Lebih stabil dalam suhu kamar dibanding glukosa plasma puasa.

8. Memiliki keterulangan pemeriksaan yang jauh lebih baik dibanding

glukosa puasa

9. Lebih direkomendasikan untuk pemantauan pengendalian glukosa

10. Level HbA1C berkorelasi dengan komplikasi diabetes sehingga lebih

baik dalam memprediksi komplikasi mikro dan makrokardiovaskular.

11. Relatif tidak terpengaruh oleh keadaan akut (misalnya stress atau
penyakit yang terkait)

Sedangkan, kekurangan pemeriksaan HbA1c dibandingkan pemeriksaan


glukosa lainnya adalah :

1. Saat interpretasi HbA1C bermasalah, maka pemeriksaan glukosa puasa

dan postprandial dianjurkan untuk tetap digunakan.

2. Meningkat seiring bertambahnya usia, akan tetapi seberapa besar

perubahan dan pengaruh usia terhadap peningkatan HbA1C belum

dapat dipastikan.

3. Harganya lebih mahal dibandingkan pemeriksaan glukosa.

4. Etnis yang berbeda memiliki sensitivitas dan spesifisitas HbA1C yang

berbeda, diduga mungkin berkaitan dengan: perbedaan genetik dalam

konsentrasi hemoglobin (Hb), tingkat kecepatan glikasi (perbedaan

tingkat kecepatan glukosa masuk dalam eritrosit, kecepatan

penambahan atau lepasnya glukosa dari hemoglobin) dan masa

hidup/daya tahan serta jumlah sel darah merah.7

7
20140723004517.Summit_Diagnostic_Update_Vol_9.pdf
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
HbA1c adalah istilah secara internasional untuk glycosylatedhemoglobin
/glycated hemoglobinum yang direkomendasikan oleh ADA. HbA1c
(Hemoglobin Adulf 1c) merupakan derivat adulf hemoglobin (HbA), dengan
penambahan monosakarida (fruktosa atau glukosa). Pemeriksaannya
meliputi :

1. Metode pemeriksaan berdasarkan perbedaan muatan.


a) Cation exchange chromatography (disposablemicrocolumns, high
Performanceliquid chromatography/ HPLC)
b) Electrophoresis (agar gel, isoelectricfocusing)

2. Metode pemeriksaan berdasarkan reaktivitas kimia


b) Hydroxymethylfurfural/thiobarbituricacid
colorimetry
3. Metode pemeriksaan berdasarkan perbedaan structural
b) Affinitchromatography
4. Immunoassay

B. Saran
Dengan makalah ini disarankan untuk pembaca agar dapat menjaga kesehatan
diri terutama dari pola hidup agar tehindar dari penyakit Diabetes Mellitus.

DAFTAR PUSTAKA

Kee, Joyce Lefever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium &


Diagnostik. Jakarta :EGC
http ://Repository.unimus.ac.id
jtptunimus-gdl-riyantinin-7118-3-babii.pdf
PemeriksaanHemoglobinPengelolaanDiabetesMelitus.pdf
20140723004517.Summit_Diagnostic_Update_Vol_9.pdf

You might also like