Professional Documents
Culture Documents
HbA1c
DISUSUN OLEH:
Athiah Rinni P07234016003
Selfi Ayu Aprilia P07234016033
Sofyan Hadi Chandra P07234016035
Tirsa Mentoe P07234016036
Wiwin Hariyani P07234016038
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala curahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kimia klinik
II mengenai pemeriksaan HbA1c ini. Adapun makalah kimia klinik II tentang
pemeriksaan HbA1c ini telah penulis usahakan dengan semaksimal mungkin. Penulis
sangat berterima kasih kepada berbagai pihak atas bantuannya, sebab penulis dapat
dengan lancar dalam membuat makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa
penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Banyak kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga
penulis dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap
semoga dari makalah ini, pembaca dapat mengambil hikmah dan manfaatnya
sehingga dapat memberikan informasi dan inspirasi terhadap pembaca. Aamiin.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolismekronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai dengangangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.Insufisiensi fungsi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin olehsel-sel beta
Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-
seltubuh terhadap insulin (WHO, 1999). Angka kejadian Diabetes Mellitus (DM)
terus menunjukkan peningkatan, menurut konsensus para ahli endokrin Indonesia
tahun 2002 diperkirakan terdapat kira-kira 7 juta penduduk Indonesia menderita
DM pada tahun 2020.
B. Rumusan Masalah
A. Etiologi HbA1c
Hemoglobin A1c pertama kali ditemukan pada tahun 1960-an melalui
suatu proses elektroforesis hemoglobin. Huisman dan Dozy pada tahun 1962
melaporkan peningkatan salah satu fraksi minor hemoglobin pada 4 pasien
diabetes.Lima tahun kemudian, Rahbar kembali menemukan fraksi tersebut
pada 2 orang penderita diabetes yang menjalani skrining karena hemoglobin
yang abnormal. Tahun 1968 dilaporkan adanya suatu komponen hemoglobin
diabetes pada pasien diabetes tidak terkontrol, komponen diabetes tersebut
memiliki karakteristik kromatografik yang sama dengan HbA1c, yaitu suatu
komponen hemoglobin minor yang digambarkan oleh Schnek dan Schroeder
pada tahun 1961.
2. Struktur
2
jtptunimus-gdl-riyantinin-7118-3-babii.pdf
5% setara dengan kosentrasi glukosa dalam darah. Karena waktu paruh
eritosit hanya 120 hari, maka kadar hemoglobin terglikosilasi (HbA1c)
mencerminkan rata rata kadar glukosa darah dalam jangka waktu 2-3
bulan sebelum pemeriksaan. Pada orang normal hemoglobin mengalami
glikosilasi sekitar 4-6 % sedangkan pada hiperglikemia yang
berkepanjangan, kadar HbA1c dapat meningkat hingga 18-20%.
Glikosilasi tidak mengganggu kemampuan hemoglobin mengangkut
oksigen tetapi kadar HbA1c yang tinggi mencerminkan kurangnya
pengendalian diabetes. Setelah kadar normoglikemik menjadi stabil, kadar
HbA1c kembali normal dalam 3 minggu3
3
PemeriksaanHemoglobinPengelolaanDiabetesMelitus.pdf
Gambar 2.2 Struktur stabil HbA1c
[A1c]0-3 bulan = 0∫3 bulan FPG (t) dt + 0∫3 bulan PPG (t) dt
FPG (t) dan PPG (t) adalah waktu pengambilan glukosa puasa dan
postprandial. Berikut kolerasi antara A1c dengan kadar glukosa
darah :
C. Pemeriksaan HbA1c
4
PemeriksaanHemoglobinPengelolaanDiabetesMelitus.pdf
Hasil pemeriksaan hemoglobin A1c merupakan pemeriksaan
tunggal yang sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang
dan berguna pada semua tipe penyandang DM. Pemeriksaan ini
bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan kendali glikemik. Pemeriksaan
HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien diabetes
mellitus. Pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik pada
tahap awal penanganan, pemeriksaan selanjutnya merupakan pemantauan
terhadap keberhasilan pengendalian. Nilai HbA1c tunggal yang diperiksa
setiap 3-4 bulan sekali atau minimal satu tahun dua kali memberikan
indeks kontrol glukosa darah terintegrasi selama bulan-bulan tersebut dan
para klinisi dapat melihat secara obyektif kualitas pengendalian penderita
diabetes mellitus.
5
Kee, Joyce Lefever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta :EGC
Metode cation-exchange chromatography didasarkan pada
perbedaan beban antara fase bergerak dan fase statis. Komponen
hemoglobin memberikan beban positif pada pH netral, komponen yang
kecil (HbA1c) kurang dibanding HbA sehingga komponen yang kecil
tersebut dapat melalui kolom lebih cepat dibanding HbA. Metode ini
paling sering digunakan dan merupakan metode standar jika
dibandingkan metode yang lain. Kelemahan metode ini adalah
memerlukan banyak waktu, alat yang besar dan mahal, sangat sensitif
terhadap perubahan pH dan suhu.
Metoda HPLC mampu mendeteksi hemoglobin abnormal dan
memiliki reprodusibilitas yang baik dengan CV < 1%, namun kelemahan
metoda ini adalah memerlukan alat yang khusus, tenaga yang ahli dan
waktu yang lama sehingga tidak bisa digunakan di rumah sakit dengan
sampel pemeriksaan HbA1c yang banyak.
Metode immunoassay yang tersedia di pasaran umumnya adalah
EIA (enzyme immunoassay) dan latex inhibition immunoassay. Metode
enzyme immunoassay menggunakan poliklonal atau monoklonal antibodi
yang spesifik terhadap N-terminal valin pada rantai beta HbA1c.
Antibodi HbA1c ini terikat pada enzim, kemudian ditambahkan substrat
sehingga reaksi enzim ini dapat diukur. Alat ukur yang ada pada
umumnya berdasarkan micro titer plates. Metoda immunoassay ini dapat
digunakan pada instrument otomatik, tidak memerlukan tenaga ahli serta
hemat waktu, kelemahannya pengukuran glikohemoglobin dan
hemoglobin total harus terpisah dan reprodusibilitas tidak sebaik metode
HPLC dengan CV sekitar 3-5%. Selain itu kurva kalibrasi tidak stabil
untuk 24 jam sehingga perlu dikalibrasi lagi.6
a. Metode Ion Exchabge (HPLC)
1) Pra Analitik
Alat
Bio Rad D10TM
Bahan
6
Repository.unimus.ac.id
2. Elution buffer 1 : Bis-Tris/Phospate (pH 6,0)
Persiapan pasien
Persiapan alat
1. Kalibrasi
a. Calibrator HbA1c
b. Calibrator diluent
Quality Control
1. Analisis 2 level kontrol HbA1c :
a. Low (HbA1c 4,6-6,0%)
b. High (HbA1c 9,0-11,0%)
2. Bahan
a. Bio-Rad Liquichek Diabetes Control
2) Analitik
Cara kerja :
1. Masukkan 1,5 mL diluent solution ke dalam tabung sampel
2. Tambahkan 5µL darah EDTA
3. Homogenkan
4. Letakkan dalam rak analisis
5. Masukkan ke dalam alat HPLC
3) Pasca analitik
Interpretasi hasil :
Hasil
- Dalam bentuk gelombang kurva
- Gelombang HbA1c berwarna hitam
- Nilai dalam persentase (%) dan mmol/mol
pendek.
dibanding glukosa plasma puasa (<2% dari hari ke hari untuk HbA 1c
dibandingkan dengan glukosa puasa yang memiliki variabilitas 12-
15%)
glukosa puasa
11. Relatif tidak terpengaruh oleh keadaan akut (misalnya stress atau
penyakit yang terkait)
dapat dipastikan.
7
20140723004517.Summit_Diagnostic_Update_Vol_9.pdf
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
HbA1c adalah istilah secara internasional untuk glycosylatedhemoglobin
/glycated hemoglobinum yang direkomendasikan oleh ADA. HbA1c
(Hemoglobin Adulf 1c) merupakan derivat adulf hemoglobin (HbA), dengan
penambahan monosakarida (fruktosa atau glukosa). Pemeriksaannya
meliputi :
B. Saran
Dengan makalah ini disarankan untuk pembaca agar dapat menjaga kesehatan
diri terutama dari pola hidup agar tehindar dari penyakit Diabetes Mellitus.
DAFTAR PUSTAKA