You are on page 1of 6

Analisis Penerapan PSAK No. 16 dan PSAK No.

69 Pada Laporan Keuangan


PT. Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG)

Disusun Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Analisa Laporan
Keuangan dan Penilaian Aset

Dosen Pengampu: Putu Prima Wulandari, SE., M.SA., Ak.

Disusun Oleh:

Safira Adi Nur Firdausi (155020307111048)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017
Profil Dharma Satya Nusantara

PT. Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) bergerak pada bidang perkebunan kelapa
sawit dan pengolahan kayu. DSNG fokus pada tiga jenis usaha terintegrasi yakni: produk
kayu, hutan tanaman industry (HTI), dan perkebunan kelapa sawit. DSNG tercatat pada
Bursa Efek Indonesia di tahun 2013 pada Papan Utama. DSNG didirikan pada tahun 1980
dan berpusat di Jakarta, Indonesia.PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSN) mengawali
kegiatan operasinya sebagai perusahaan pengolahan kayu pada 29 September 1980. Pada
awal 1990-an, kami melakukan diversifikasi usaha dengan memulai pengakuisisian lahan
pada operasi minyak sawit, pembudidayaan kelapa sawit pada 1997, dan pengomersialan
produksi dari CPO dan PKO pada 2002. Hingga saat ini, kami dikenal sebagai perusahaan
yang bergerak dalam industri kelapa sawit, dan industri produk kayu. Dalam pengolahan
kayu, kami menggunakan kayu sengon sebagai bahan baku produk.

Dengan karakteristik yang ringan, cepat tumbuh, dan memiliki masa panen 5-7
tahun sejak penanaman, kayu sengon merupakan kayu hasil hutan tanaman terbarukan
(renewable) yang dibudidayakan oleh masyarakat sekitar. Dengan menggunakan kayu hasil
budidaya tersebut, kami berkontribusi secara langsung terhadap peningkatan ekonomi
rakyat. Tidak hanya itu, kerja sama kami dengan masyarakat meliputi berbagai bidang
antara lain transportasi, konstruksi, dan lainnya. Kami juga menerapkan standar
internasional bagi usaha yang dijalankan untuk meningkatkan mutu produk.
PSAK 16

PT Dharma Satya Nusantara Tbk dalam melaporkan aset tetap perusahaan


mematuhi peraturan yang berlaku di Indonesia Contohnya PSAK No. 1, PSAK No.3, PSAK
No.24, PSAK No.58 dan PSAK No.60, tetapi belum dilakukan untuk PSAK No. 16 tetapi PSAK
No. 16 ini akan berlaku di dalam perubahan kebijakan akuntansinya yang di 1 Januari
2018 mendatang yang di sesuaikan dengan PSAK 16, yang memuat tentang aset tetap pada
perusahaan tersebut. Pada saat penerbitan laporan keuangan konsolidasian pada tahun
berikutnya perusahaan akan menyesuaikan dampak yang mungkin timbul terhadap
penerapan standar baru tersebut dan revisi serta pengaruhnya terhadap laporan keuangan
konsolidasian PT Dharma Satya Nusantara.

Sekarang ini Pada perusahaan yang bergerak pada bidang perkebunan. Aset tetap
PT Dharma Satya Nusantara Tbk yaitu Tanah yang diperoleh dengan status Hak Guna
Bangunan (“HGB”) dan Hak Guna Usaha (“HGU”) disajikan sebesar biaya perolehan
(termasuk biaya legal dan administrasi untuk memperoleh tanah) dan tidak diamortisasi.
Aset tetap lainnya diukur dengan model biaya, dimana pada pengakuan awalnya diukur
sebesar biaya perolehan (jika ada-termasuk biaya pinjaman yang dikapitalisasi) dan
selanjutnya dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai.

Penyusutan dihitung sejak bulan aset yang bersangkutan siap untuk digunakan dengan
menggunakan metode garis lurus selama taksiran masa manfaat dari aset sebagai berikut:

Bangunan 5 – 20 tahun/years

Infrastruktur 5 – 20 tahun/years

Mesin dan peralatan 3 – 16 tahun/years

Perabot dan peralatan


pabrik/kantor 4 – 8 tahun/years

Kendaraan bermotor 4 – 5 tahun/years


Aset dalam penyelesaian merupakan akumulasi dari biaya-biaya bahan, peralatan
serta biaya lainnya yang berkaitan langsung dengan penyelesaian aset tetap, termasuk biaya
pinjaman. Akumulasi biaya tersebut akan direklasifikasi ke dalam akun aset tetap yang
bersangkutan pada saat pekerjaan selesai dan aset tersebut siap untuk digunakan sesuai
dengan tujuannya.

Beban pemeliharaan normal dibebankan ke laba rugi pada saat terjadinya,


sedangkan penambahan, pemugaran, perluasan, dan lain-lain yang menambah masa
manfaat atau kapasitas aset tetap dikapitalisasi. Biaya pinjaman yang berhubungan
langsung dengan perolehan atau konstruksi aset tetap yang memenuhi syarat dikapitalisasi
sebagai bagian dari biaya perolehan aset tersebut. Kapitalisasi biaya pinjaman dihentikan
ketika aset tersebut telah selesai dan siap untuk digunakan.

Aset tetap juga termasuk aset dimana Perseroan dan entitas anak memiliki manfaat
kepemilikan dalam perjanjian sewa pembiayaan. Sewa dimana Perseroan dan entitas anak
memiliki secara substansial seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan
aset diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan. Pada awal pengakuan, aset sewaan diukur
sebesar jumlah yang lebih rendah antara nilai wajar aset sewaan dan nilai kini dari
pembayaran sewa minimum. Saldo dari nilai kini atas pembayaran sewa minimum yang
belum dibayar, disajikan sebagai utang sewa pembiayaan. Pembayaran sewa minimum
dipisahkan antara bagian yang merupakan beban keuangan dan bagian yang merupakan
pelunasan kewajiban. Beban keuangan dialokasikan ke setiap periode selama masa sewa
sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu tingkat suku bunga periodik yang konstan
atas saldo kewajiban. Setelah pengakuan awal, aset sewaan dicatat berdasarkan kebijakan
akuntansi yang sesuai dengan aset tersebut. Aset tetap yang diperoleh dengan sewa
pembiayaan akan disusutkan selama periode yang lebih pendek antara masa sewa dan masa
manfaatnya.

Jika mengacu pada PSAK No. 16 maka perusahaan sudah melaporkan aset tetap
sesuai dengan ketentuan ketentuan dari komponen PSAK No. 16 yaitu pengakuan aset tetap
adalah menggunakan biaya peroleh sampai aset tersebut dapat digunakan, yang kedua
beban depresiasi baru dapat dibebankan ketika aset tersebut siap untuk digunakan sesuai
maksud penggunaannya dan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus.

PSAK 69

PT Dharma Satya Nusantara Tbk dalam melaporkan aset tetap perusahaan


mematuhi peraturan yang berlaku di Indonesia Contohnya PSAK No. 1, PSAK No.3, PSAK
No.24, PSAK No.58 dan PSAK No.60, tetapi belum dilakukan untuk PSAK No. 69 tetapi PSAK
No. 69 ini akan berlaku di dalam perubahan kebijakan akuntansinya yang ada di 1 Januari
2018 mendatang dengan PSAK 69, yang memuat tentang Agikultur pada perusahaan
tersebut. Pada saat penerbitan laporan keuangan konsolidasian pada tahun berikutnya
perusahaan akan menyesuaikan dampak yang mungkin timbul terhadap penerapan standar
baru tersebut dan revisi serta pengaruhnya terhadap laporan keuangan konsolidasian PT
Dharma Satya Nusantara. Jika membahasa tentang Agrikultur berarti mengarah pada
Tanaman yang di hasilkan PT Dharma Satya Nusantara.
Untuk perhitungan sekarang ini, Tanaman perkebunan proyek inti PT Dharma Satya
Nusantara dapat diklasifikasikan menjadi tanaman belum menghasilkan dan tanaman
menghasilkan. Tanaman belum menghasilkan disajikan sebesar harga perolehan, dan tidak
diamortisasi, yangmeliputi biaya persiapan lahan, penanaman, bibit, pemupukan dan
pemeliharaan, kapitalisasi Abiaya pinjaman atas pinjaman yang digunakan untuk
pengembangan tanaman belum menghasilkan, serta biaya tidak langsung lainnya yang
dialokasikan berdasarkan luas hektar tertanam. Pada saat tanaman sudah menghasilkan,
akumulasi harga perolehan tersebut akan direklasifikasi ke tanaman menghasilkan.

Pada umumnya, tanaman belum menghasilkan memerlukan waktu 3 tahun untuk


menjadi tanaman menghasilkan. Pada saat menentukan usia tanaman perkebunan, Entitas
anak menggunakan perhitungan tengah tahun yaitu tanaman yang ditanam pada semester
pertama mulai diperhitungkan umurnya di tahun bersangkutan dan yang ditanam pada
semester kedua mulai diperhitungkan umurnya di tahun berikutnya.

Sebelum tahun 2016, Perusahaan menyajikan biaya pinjaman yang dikapitalisasi


sesuai dengan PSAK 26 (yaitu beban bunga menjadi bagian dari biaya perolehan tanaman
belum menghasilkan dan aset tetap) sebagai bagian dari arus kas dari aktivitas operasi (yang
diperbolehkan oleh PSAK 2 paragraf 33). Mulai tahun 2016, Perusahaan merubah kebijakan
akuntansi untuk penyajian ini. Beban bunga yang menjadi bagian dari biaya perolehan
tanaman belum menghasilkan dan aset tetap disajikan sebagai bagian dari arus kas dari
aktivitas investasi, karena manajemen berkeyakinan bahwa penyajian ini akan memberikan
informasi yang lebih relevan mengingat bunga yang dikapitalisasi sebenarnya adalah bagian
dari biaya perolehan.

You might also like