Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pengampu:
Nur Rohmad Nuzil, S.Sos., M.AB
Disusun oleh:
Kelompok 8
Agustina Rizky Amalia (202169100151) 5C
Muhammad Syaifulloh Faqeh (202169100016) 5C
Danis Novitasari (202169100022) 5D
Wahyu Maulana Putra (202169100013) 5D
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala kemampuan rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Memahami
Perhitungan ROA” pada mata kuliah Laporan Analisa Keuangan.
Sholawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada kehadirat junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW, Sahabat, Serta para pengikut-pengikut beliau sampai akhir zaman.
Tujuan dalam pembuatan makalah ini anatara lain untyk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Laporan Analisa Keuangan ini. Selain itu juga menambahkan wawasan para
pembaca sekalian. Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini, Oleh karena itu saya sangat menghargai akan saran dan krirtik untuk
membangun makalah ini menjadi lebih baik lagi, Demikian yang dapat kami sampaikan ,
Semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfa’at bagi kita semua.
Kelmpok 8
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam analisis
laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan
perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan
manghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang
akan datang. Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang
diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi
aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2001:90), “Rasio laba bersih terhadap total aktiva
mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak”.
Menurut Horne dan Wachowicz (2005:235), “ROA mengukur efektivitas keseluruhan
dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk menghasilkan laba dari
modal yang diinvestasikan”.
Horne dan Wachowicz menghitung ROA dengan menggunakan rumus laba bersih
setelah pajak dibagi dengan total aktiva.
Bambang Riyanto (2001:336) menyebut istilah ROA dengan Net Earning Power
Ratio (Rate of Return on Investment / ROI) yaitu kemampuan dari modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Keuntungan neto yang
beliau maksud adalah keuntungan neto sesudah pajak.
Return On Asset (ROA) sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: Capital
Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan
Loan to Deposit Ratio (LDR). Ketiga rasio diatas merupakan rasio yang sangat penting untuk
mengetahui kondisi kinerja keuangan dari perbankan. Ketika perbankan memiliki Return On
Asset 2 dibawah batas minimum yang ditetepkan oleh Bank Indonesia, maka bank akan
mengalami kesulitan karena investor tidak akan berani menanamkan modal pada perbankan
serta masyarakat tidak mempercayakan uangnya untuk dikelola oleh bank. Hal tersebut akan
membuat perbankan mengalami kebangkrutan karena tidak ada lagi dana yang masuk
menjadi aset dan diputar untuk menerima keuntungan.
1.2 Rumusan Masalah
1
a. Bagaimana Perhitungan ROA?
b. Apa saja Komponen dari ROA?
c. Bagaimana Interprestasi dari perhitungan ROA?
1.3 Tujuan
1.4 Manfa’at
2
BAB II
PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN
3
Laba bersih suatu perusahaan kadang-kadang dipengaruhi oleh dua faktor luar biasa
yang tidak selalu muncul dalam kegiatan bisnis yang normal:
(1) Laba karena perubahan prinsip akuntansi
(2) Biaya restrukturisasi
Dalam kaitanya dengan perubahan prinsip akuntansi, ada argumentasi yang bisa
dikemukakan, yaitu laba karena perubahan akuntansi tidak sering muncul (nonrecurring) dan
realatif bukan bagian dari kegiatan bisnis yang normal. Karena itu laba perubahan akuntasi
seharusnya tidak diperhitungkan karena tidak mencerminkan kemampuan perusahaan yang
sebenarnya dalam mebghasilkan laba.
Dalam Kaitanya dengan biaya restrukturisasi perusahaan ada beberapa argumentasi
yang dikemukakan:
(1) Faktor tersebut muncul relatif tidak sering dan bisa dikatakan sebagai non-recurring
(2) Item tersebut bisa dikatakan merupakan bagian normal dari kegiatan bisnis
(3) Jumlah tersebut cukup material
Dengan beberapa alasan diatas, dalam buku ini diambil pendekatan untukmengeluarkan laba
karena perubahan prinsip akuntansi dan memasukkan biaya restrukturisasi. Perhatikan bahwa
kesimpulan semacam itu bisa berbeda dari satu dengan analisis lainnya. Tetapi apabila akan
melakukan perbandingan cross sectional, maka konsistensi perlakuan perlu di perhatikan.
ROA bisa diperoleh lagi ke dalam dua komponen yaitu: profit margin dan perputaran
total aktiva (aset). Pemecahan (disagregasi) ini bisa menghasilkan analisis yang lebih tajam
lagi.
4
Perputaran total aset mencerminkan kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan dari
total investasi tertentu. Rasio ini juga bisa diartikan sebagai kemampuan perusahaan
mengelola aktiva berdasarkan tingkat penjualan yang tertentu. Rasio ini mengukur aktivitas
penggunaan aktiva (aset) perusahaan.
Berikut ini Tabel ROA, Profit, Margin, dan Perputaran Aktiva perusahaan ABC dan XYZ
Perusahaan ABC
Tahun 3 Tahun 2 Tahun 1
Perusahaan XYZ
Dari data-data di atas nampak bahwa ABC mempunyai tingkat ROA yang lebih tinggi
dibandingkan dengan XYZ selama tiga tahun terakhir ini. Dengan pemecahan ROA ke dalam
profit margin dan perputaran aktiva, tampak bahwa profit margin ABC lebih tinggi
dibandingkan dengan profit margin XYZ. Keduanya mempunyai tingkat perputaran aktiva
yang sama.
Komponen yang termasuk pembentuk ROA adalah pendapatan, beban, keuntungan,
hingga kerugian. Berikut ini penjelasan secara detail mengenai unsur tersebut:
Keuntungan atau laba merupakan kenaikan ekuitas suatu perusahaan dari insidentil
yang berasal dari investasi atau pendapatan oleh pemilik bisnis.
5
Kerugian merupakan penurunan ekuitas perusahaan dari insidentil yang disebabkan
oleh beban atau distribusi terhadap pemilik bisnis.
Pendapatan merupakan arus masuk aktiva yang ada pada aktiva entitas dalam sebuah
periode yang disebabkan oleh produksi atau pengiriman barang, penyedia jasa, dan
kegiatan lainnya yang termasuk dalam operasi utama.
Beban dalam ROA adalah arus keluar dalam aktiva suatu entitas dalam sebuah
periode, yang disebabkan karena produksi atau pengiriman barang, penyedia jasa
perusahaan, dan kegiatan lainnya yang termasuk bagian dari operasi utama.
ROA bisa bervariasi antar perusahaan, tergantung pada industri di mana mereka
beroperasi. Misalnya, perusahaan teknologi akan menghasilkan rata-rata ROA yang berbeda
dengan mereka yang beroperasi di industri makanan.
6
Karena alasan semacam itu, kita perlu membandingkan ROA dengan perusahaan di
industri yang sama. Sehingga, kita tahu seberapa efisien perusahaan memanfaatkan asetnya
dibandingkan pesaing ketika mereka sama-sama menghadapi lingkungan bisnis yang sama.
Rasio yang lebih tinggi adalah lebih disukai karena menunjukkan kinerja yang lebih baik.
Apa itu: Pengembalian aset (return on asset atau ROA) adalah rasio profitabilitas untuk
mengukur seberapa baik perusahaan memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan keuntungan.
Rasio ini menjelaskan kita tentang pengembalian yang diperoleh perusahaan atas aset yang
dimiliki. Kita menghitungnya dengan membagi laba bersih dengan total aset, dinyatakan
sebagai persentase.
Rasio yang lebih tinggi adalah lebih baik, menunjukkan perusahaan memanfaatkan
asetnya secara lebih baik sehingga menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Rasio yang
rendah menunjukan sebaliknya.
Operating leverage menunjukkan sejauh mana pemakaian beban tetap dalam suatu
perusahaan. Perusahaan yang menggunakan beban tetap yang tinggi berarti mempunyai
Operating leverage yang tinggi. Beban tetap operasional datanganya dari beban depresiasi
peralatan/bangunan (Aktiva tetap). Perusahaan yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang
besar (yang berarti melakukan investasi besar pada aktiva tetap) akan mempunyai beban
depresiasi yang tinggi, yang berarti mempunyai beban operasional yang tinggi, dan berarti
mempunyai operating leverage yang tinggi.
7
Perusahaan atau industri dengan operating leverage yang tinggi akan mempunyai
fluktasi pendapatan yang tinggi pula. Itu berarti risiko perusahaan tersebut tinggi. Apabila
kondisi perekonomian membaik, penjualan meningkat, perusahaan dengan operating leverage
yang tinggi akan mengalami kenaikan keuntungan (pendapatan) yang tinggi, sebaliknya
apabila komdisi perekonomian menurun, penjualan menurun, perusahaan tersebut akan
mengalami penurunan keuntungan yang tajam pula. Perusahaan dengan operating leverage
yang rendah tidak akan mengalami fluktasi setajam perusahaan dengan operating leverage
yang tinggi.
Berikut ini data-data yang menunjukkan operating leverage industri –industri dengan
standart deviasi ROA yang merupakan pengukur fluktasi ROA(juga sebagai pengukur risiko
perusahaan)
Rasio Aset pabrik/Total aset digunakan sebagai pengukur operating leverage, Standar
deviasi dipakai sebagai pengukur fluktasi(variabilitas)ROA. Dari data di atas tampak bahwa
semakin tinggi operating leverage, semakin tinggi variablilitas ROA. Industri eksplorasi
minyak mempunyai operating leverage yang paling tinggi dan dengan demikian mempumyai
fluktasi ROA yang semakin tinggi pula. Industri ini senstitif terhadap siklus bisnis musiman,
perubahan-perubahan dalam perekonomian pada umumnya (seperti pengeluaran konsumen
dan pendapatan perkapita). Faktor-faktor tersebut juga memperngaruhi industri lainnya
8
seperti departemen store,toko grosir, tetapi karena operating leverage industri-industri ini
kecil, maka pengaruhnya tidak begitu terasa bagi industri-industri ini.
Gambar berikut menunjukkan dua perusahaan (A&B) yang mempunyai operating
leverage yang berlainan. Perusahaan B mempunyai biaya tetap yang lebih besar dibanding
dengan perusahaan A. Tetapi biaya variabel perusahaan B lebih kecil dibandingkan biaya
variabel perusahaan A karena itu slop (kemiringan) garis biaya total (Total Cost) perusahaan
A lebih tinggi (lebih miring) dibandingkan slope yang serupa untyk perusahaan B. Apabila
penjualan meningkat, total biaya B akan meningkat pula, tetapi dengan peningkatan yang
lebih kecil dibanding peningkatan total biaya yang dialami perusahaan A.
Sebaliknya perusahaan B mempunyai intercept yang tinggi dibandingkan perusahaan
A. Interpect dalam garis total biaya menunjukkan besarnya biaya tetap. Apabila penjualam
besarnya nol, maka kerugian yang dialami perusahaan B akan lebih besar dibandingkan
kerugian yang dialami perusahaan A. Titik impas(break even) kedua perusahaan juga akan
berlainan. Perusahaan B mempunyai titik impas yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan A.
Contoh Soal Perhitungan ROA
Rumus yang ada tentu akan semakin sulit dipelajari tanpa adanya contoh soal. Oleh
karena itu, jika ingin memahaminya maka bisa simak contoh soalnya berikut ini:
Terdapat dua perusahaan yang sejenis, yakni perusahaan X dan perusahaan Y. Total
aset dari perusahaan X mencapai 500 juta dengan laba bersih sekitar 50 juta
rupiah.Sementara itu, jumlah aset dari perusahaan Y hanya mencapai 300 juta dengan laba
bersih sekitar 40 juta. Lalu, perusahaan manakah yang lebih menguntungkan?
= 10%
9
= 40.000.000 : 300.000.000 x 100%
= 13,33%
Dari hasil perhitungan ROA tersebut, diketahui bahwa perusahaan Y jauh lebih
efisien dan produktif dari perusahaan X. Selain itu, perusahaan Y ternyata lebih
menguntungkan meskipun jumlah aset yang dimiliki lebih sedikit.
Jadi, tidak semua perusahaan dengan jumlah aset besar mampu meraup keuntungan
yang lebih banyak (dalam bentuk persentase).
10
BAB III
PENUTUP
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim Analisis Laporan Keuangan Yogyakarta: UPP STIM
YKPN 2016
https://cerdasco.com/return-on-asset-roa/
https://klikpajak.id/blog/return-on-
asset/#:~:text=Komponen%20yang%20termasuk%20pembentuk%20ROA,atau%20pe
ndapatan%20oleh%20pemilik%20bisnis
12