You are on page 1of 36

Bab 3 Analisa Pembandingan Laporan Keuangan

Tujuan Analisa

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi
sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarati bagi pihak-pihak yang
berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan
dianalisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan
yang akan diambil.

Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau kemajuan-
kemajuan perusahaan, faktor yang paling utama untuk mendapatkan perhatian oleh
penganalisa adalah :

a. Likuiditas, adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi


kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu
memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut
dalam keadaan “likuid”, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban
keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat
pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya atau
hutang jangka pendek. Sebaliknya kalau perusahaan tidak dapat segera memenuhi
kewajiban keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan
“illikuid”.
Kewajiban keuangan suatu perusahaan pada dasarnya dapat digolongkan menjadi
dua:
1) Kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan
(kreditur), dan
2) Kewajiban keuangan yang berhubungan dengan proses produksi (intern
perusahaan).

Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang berhubungan


dengan pihak luar perusahaan ataunkreditur dinamakan “likuiditas badan usaha”, sedangkan
yangberhubungann dengan pihak intern atau proses produksi dinamakan “likuiditas
perusahaan”.
b. Solvabilitas, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikwidasikan, baik kewajiban
keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva
atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, sebaliknya
apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya, berarti
perusahaan tersebut dalam keadaan insolvabel.
Baik perusahaan yang insolvabel maupun yang illikwid menunjukkan keadaan
keuangan yang kurang baik, karena kedua-duanya pada suatu waktu akan
menghadapi kesulitan keuangan. Perusahaan yang illikwid akan segera mengalami
kesulitan keuangan walaupun perusahaan tersebut dalam keadaan solvabel,
sebaliknya kalau perusahaan dalam keadaan insolvabel tetapi likwid tidak akan
segera mengalami kesulitan keuangan,dan kesulitan keuangan baru timbul kalau
perusahaan itu dibubarkan.
Dalam hubungannya antara likwiditas dan solvabilitas ada empat kemungkinan
keadaan yang dapat dialami oleh perusahaan:
1) Perusahaan yang likwid dan solvabel
2) Perusahaan yang likwid tetapi insolvabel
3) Perusahaan yang illikwid dan insolvabel
4) Perusahaan yang likwid tetapi insolvabel

Bagi para kreditur jangka panjang atau pemegang saham selain berminat atau menaruh
perhatian pada kondisi keuangan jangka pendek, justru terutama berminat pada kondisi
keuangan jangka panjang , karena betapapun baiknya kondisi keuangan jangka pendek tidak
menjamin bahwa dalam jangka panjang akan tetap baik.

c. Rentabilitas atau profitability, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk


menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan
kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produkti, dengan
demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara
laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan
tersebut.
Modal perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari pemilik perusahaan (modal sendiri) dan
dari para kreditur (modal asing). Sehubungan dengan adanya dua sumber modal tersebut,
maka rentabilitas suatu perusahaan dapat dihitung dengan dua cara ; yaitu (1) perbandingan
antara laba usaha dengan seluruh modal yang digunakan (modal sendiri dan modal asing)
yang disebut dengan rentabilitas ekonomis dan (2) perbandingan antara laba yang tersedia
untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal sendiri yang dimasukkan oleh pemilik
perusahaan tersebut, yang disebut rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha.

Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau
trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat penting yang
perlu mendapat perhatian penganalisa di dalam menilai profitability atau profitabilitas
suatu perusahaan. Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi
penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba
dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar
tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut rendabel.
Oleh karena itu bagi manajemen atau pihak-pihak lain, rentabilitas yang tinggi lebih
penting daripada keuntungan yangbesar.

d. Stabilitas usaha, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan


usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan
perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya dan akhirnya
membayar kembali hutang-hutang tersebut tepat pada waktunya, serta kemampuan
perusahaan untuk membayar devidend secara teratur kepada para pemegang saham
tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.
Dari faktor-faktor tersebut maka bagi para kreditur yang terpenting adalah
faktor rentabilitas, karena rentabilitas ini merupakan jaminan yang utama bagi para
kreditur tersebut dengan tanpa mengabaikan faktor-faktor lainnya. Betapapun
besarnya likwiditas atau solvabilitas suatu perusahaan, kalau perusahaan tersebut
tidak mampu menggunakan modalnya secara effisien atau tidak mampu memperoleh
laba yang besar, maka perusahaan tersebut pada akhirnya akan mengalami kesulitan
keuangan dalam mengembalikan hutang-hutangnya. Suatu perusahaan yang rendabel,
maka perusahaan tersebut pada umumnya akan dapat beroperasi secara stabil pula.
Faktor-faktor tersebut di atas (likwiditas, solvabilitas, rentabilitas serta
stabilitas usaha) akan dapat diketahui dengan cara menganalisa dan
menginterpretasikan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan dengan
menggunakan metode atau teknik analisa yang tepat atau sesuai dengan tujuan
analisa. Dengan kata lain laporan keuangan suatu perusahaan perlu dianalisa karena
dengan analisa tersebut akan diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan
masalah posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan.

Prosedur Analisa
Sebelum mengadakan analisa terhadap suatu laporan keuangan, penganalisa
harus benar-benar memahami laporan keuangan tersebut. Penganalisa harus dapat
menggambarkan aktivitas-aktivitas perusahaan yang tercermin dalam laporan
keuangan tersebut. Dengan kata lain bahwa agar dapat menganalisa laporan keuangan
dengan hasil yang memuaskan maka perlu mengetahui latar belakang dari data
keuangan tersebut.
Penganalisa juga harus mempunyai kemampuan atau kebijaksanaan yang
cukup di dalam mengambil suatu kesimpulan, di samping harus memperhatikan dan
mempertimbangkan perubahan-perubahan kondisi perusahaan juga harus
mempertimbangkan perubahan tingkat harga-harga yang terjadi.
Dalam bab II dikatakan bahwa bentuk dan isi laporan keuangan tidak atau
belum ada keseragaman di antara perusahaan-perusahaan industri maupun
perdagangan, sehingga klasifikasi dari pos-pos yang ada dalam laporan keuangan
suatu perusahaan akan berbeda-beda dengan perusahaan yang lain. Perbedaan-
perbedaan ini mungkin disebabkan karena:
1. Laporan tersebut disesuaikan dengan tekanan atau tujuan manajemen atau
maksud penggunaan laporan tersebut. Misalnya untuk tujuan intern atau untuk
tujuan perencanaan dan pengawasan intern akan berbeda dengan laporan yang
ditujukan untuk ketentuan penentuan pajak (kemungkinan adanya laba yang
disembunyikan), juga akan berbeda dengan laporan yang ditujukan untuk para
kreditor atau calon kreditor dimana untuk tujuan kredit ini akan ditonjolkan
tingkat likwiditas, solvabilitas, dan rentabilitas perusahaan.
2. Perbedaan pendapat di antara mereka yang menyusun laporan tersebut. Misalnya
perbedaan pendapat tentang besarnya suatu pengeluaran untuk reparasi atau
perbaikan mesin yang harus dikapitalisir, taksiran umur dari suatu aktiva tetap
dan lain-lain.
3. Perbedaan pengetahuan serta pengalaman daripada akuntan yang menyusun
laporan. Misalnya akuntan yang memperoleh pendidikan atau pengetahuan sistem
akuntansi secara continental (rekening stelsel) dengan akuntan yang memperoleh
pengetahuan akuntansinya secra anglo saxon (accounting), maka bentuk atau
susunan laporannya akan berbeda.
4. Adanya kegagalan untuk mengetrapkan sebutan-sebutan (terminology) ataupun
klasifikasi yang terbaru yang telah diterima umum atau lazim digunakan.

Oleh karena itu sebelum mengadakan perhitungan-perhitungan, analisa dan


interpretasi penganalisa harus mempelajari atau review secara menyeluruh dan
kalau dianggap perlu diadakan penyusunan kembali (renconstruction) dari data-
data sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku dan tujuan analisa. Maksud dari
perlunya mempelajari data secara menyeluruh ini adalah untuk meyakinkan pada
penganalisa bahwa laporan itu sudah cukup jelas menggambarkan semua data
keuangan yang relevan dan telah diterapkannya prosedur akuntansi maupun
metode penilaian yang tepat, sehingga penganalisa akan betul-betul mendapatkan
laporan keuangan yang dapat diperbandingkan (comparable).
Setelah kita mempelajari ataupun menyusun kembali laporan keuangan
tersebut, kemudian mengadakan perhitungan-perhitungan, analisa dan interpretasi
dengan menggunakan metode dan teknik analisa yang tepat sesuai dengan tujuan
analisa.

Metode dan Teknik Analisa


Analisa-analisa laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari
daripada huungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk
menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan
yang bersangkutan.
Metode dan teknik analisa (alat-alat analisa) digynkan untuk menentukan dan
mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat
diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila
diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk suatu perusahaan
tertentu, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya, misalnya
diperbandingkan dengan laporan keuangan yang dibudgetkan atau dengan laporan
keuangan perusahaan lainnya.
Tujuan dari setiap metode dan teknik analisa adalah untuk menyederhanakan
data sehingga dapat lebih dimengerti. Pertama-tama penganalisa harus
mengorganisir atau mengumpulkan data yang diperlukan, mengukur dan
kemudian menganalisa dan menginterpretasikan sehingga data ini menjadi lebih
berarti.
Ada dua metode analisa yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan
keuangan, yaitu analisa horizontal dan analisa vertikal. Analisa horizontal adalah
analisa dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa
periode atau bebrapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. Metode
horizontal ini disebut disebut pula sebagai metode analisa dinamis. Analisa
vertikal yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu
periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu
dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan
diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Analisa vertikal
ini disebut juga sebagai metode analisa yang statis karena kesimpulan yang dapat
diperoleh hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya.
Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
1. Analisa Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik
analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua
periode atau lebih, dengan menunjukkan :
a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah
b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah
c. Kenaikan atau penurunan dalam presentase
d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio
e. Presentase dari total
Analisa dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahan-
perubahan yang terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan penelitian
lebih lanjut.
2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam presentase (trend percentage analysis), adalah suatu
metode atu teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada keadaan
keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan
turun.
3. Laporan dengan presentase per komponen atau common size statement,
adalah suatu metode analisa untuk mengetahui presentase investasi pada
masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui
struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi
dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
4. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisa untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5. Analisa Sumber dan Penggunaan Kas (Cash flow statement analysis),
adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah
uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang
kas selama periode tertentu.
6. Analisa Ratio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan
dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu
atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
7. Analisa Perubahan Laba Kotor (gross proit analysis), adalah suatu analisa
untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan
dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode
dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
8. Analisa Break-Even, adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan
tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga memperoleh keuntungan.
Dengan analisa break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat
keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.

Metode dan teknik analisa maupun yang digunakan, kesemuanya itu adalah
merupakan permulaan dari proses analisa yang diperlukan untuk menganalisa
laporan keuangan, dan setiap metode analisa mempunyai tujuan yang sama
yaitu untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
Analisa Pembandingan Laporan Keuangan
Neraca menunjukkan aktiva, hutang dan modal perusahaan pada suatu saat
tertentu, dengan demikian neraca yang diperbandingkan (comparative balance sheet)
menunjukkan aktiva, hutang serta modal perusahaan pada dua tanggal atau lebihuntuk
satu perusahaan, atau pada tanggal tertentu untuk dua perusahaan yang berbeda.
Dengan memperbandingkan neraca untuk dua tanggal atau lebih akan dapat diketahui
perubahan-perubahan yang terjadi.
Perubahan-perubahan ini penting untuk diketahui sebab akan menunjukkan
sampai seberapa jauh perkembangan keadaan keuangan perusahaan, dimana
perubahan-perubahan di dalam neraca dalam suatu periode mungkin disebabkan
karena :
a. Laba atau rugi yang bersifat operasionil naupun yang insidentil
b. Diperolehnya aktiva baru maupun adanya perubahan bentuk aktiva
c. Timbulnya atau lunasnya hutang maupun adanya perubahan bentuk hutang
yang satu ke bentuk hutang yang lain.
d. Pengeluaran atau pembayaran atau penarikan kembali modal saham,
(adanya penambahan atau pengurangan modal).

Laporan laba rugi menunjukkan penghasilan-penghasilan yang diperoleh


perusahaan, biaya-biaya yang terjadi serta laba atau rugi netto sebagai hasil dari
operasi perusahaanselama periode tertentu, sehingga laporan rugi laba yang
diperbandingkan menunjukkan penghasilkan, biaya, laba atau rugi netto dari hasil
operasi perusahaan dalam dua periode ata lebih.
Apabila laporan keuangan dianalisa dengan mengadakan pembandingan dari
laporan-laporan selama beberapa periode, maka analisa yang demikian dinamakan
analisa horizontal atau analisa dinamis. Sedang apabila laporan keuangan yang
dianalisa hanya meliputi satu periode saja (hanya memperbandingkan antara pos yang
satu dengan pos lainnya dalam satu laporan keuangan), analisa yang demikian itu
disebut analisa vertikal atau analisa statis.
Dengan mengadakan atau menggunakan analisa yang dinamis akan diperoleh
hasil analisa yang lebih memuaskan, karena dengan laporan keuangan yang
diperbandingkan untuk bebarapa periode akan diketaui sifat dan tendensi perubahan
yang terjadi dalam perusahaa tersebut. Dalam metode analisa pembandingan ini dapat
ditunjukkan dalam :
a. Data absolut atau jumlah dalam rupiah

b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah

c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase

d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio

e. Dinyatakan dalam persentase dari total

Keuntungan utama dapat diketahui pertambahan atau pengurangannya inilah adalah perubahan
besar yang akan dilihat dengan jelas, dan dapat segera diadakan penyelidikan atau analisa lebih
lanjut dan untuk menunjukkan seberapa jauh perkembangan keadaan keuangan perusahaan dan
hasil yang dicapai.

Bentuk atau kolom dalam laporan keuangan yang perbandingkan tersebut dapat diambarkan
sebagai berikut:
Kolom (C) menunjukkan perubahan yang terjadi dalam absolutnya, sedangkan (D) menunjukkan
pertambahan atau pengurangan yang dinyatakan dalam persentase. Persentase ini dihitung dengan
membagi jumlah pertambahan atau pengurangan dari setiap pos dalam jumlah yang terdapat dalam
laporan tahun sebelumnya, atau tahun yang dijadikan pembandingnya. Apabila data tahun
sebelumnya atau pembandingnya nol atau negatif maka perubahan dalam persentase tidak dapat
ditentukan, begitu pula kalau data yang diperbandingkan negatif maka persentase perubahannya tak
dapat ditentukan, tapi kalau data pembandingnya ada nilai sedang data yang dibandingkan nol maka
perubahannya dalam persentase masih dapat ditentukan.

Kolom(E) atau kolom ratio dihitung dengan membagi jumlah rupiah tiap pos dari tahun yang
diperbandingkan dengan tahun pembanding atau tahun dasar. Kolom(F) atau persentase dari total
dihitung dengan cara membagi masing masing pos aktiva dengan jumlah aktivanya dan masing-
masing pos pasiva dibagi dengan jumlah pasiva, sedangkan pos biaya dibadi dengan jumlah
penjualan bersih.

Dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan yang menunjukkan data absolut maka kita
akan mengalami kesulitan, karena sulit untuk mengetahui adanya hubungan ataupun perubahan
yang penting diantara data absolut, oleh karena itu di dalam perbandingan tersebut ditunjukkan juga
kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.

Besarnya perubahan dalam jumlah rupiah dari tahun ke tahun sebaiknya juga diikuti dengan
menentukan perubahan relatifnya yang dinyatakan dalam persentase, sehingga kita mengetahui
proporsi perubahan yang terjadi.

Untuk kolom ratioyang lebih dari 1 berarti bahwa jumlah dalam tahun yang dibandingkan lebih
besar dari pada jumlah dalam tahun pembanding atau menunjukkan adanya kenaikan, sebaiknya
kalau ratio lebih rendah daripada 1 berarti adanya penurunan. Dengan diketahuinya persentase dari
total untuk masing pos tersebut akan diketahui perubahan proporsi masing pos ke periode
berikutnya.
Tahun pembanding
Apabila laporan keuangan yang dibandingan terdiri dari 2 neraca atau laporan laba rugi dalam 2
periode, atau anatara neraca dan laporan laba rugi yang direncanakan dengan realitasnya maka
penentuan data pembandingnya tidak akan ditemukan kesulitan, yaitu bahwa data tahun
sebelumnya atau data menurut budget yang digunakan sebagai pembanding. Tapi kalau data yang
dibandingkan lebih dari 2 tahun, maka yang digunakan sebagai tahun pembanding dengan cara
berikut:

1. Tahun yang paling awal digunakan sebagai tahun pembanding, sehingga kolom laporan
nampak seperti ini:
2. Perbandingan dapat dilakukan dengan data keuangan dari tahun sebelumnya:
3. Dasar pembandingnya adalah rata-rata jumlah kumulatif seluruhperiode bersangkutan:

Setelah diadakan perhiungan terhadap data yang diperoleh, maka langkah berikutnya dilakukan
analisa terhadap perubahan yang terjadi. Langkah dalam analisa ini dimulai dari analisa terhadap
perubahan jumlah totalnya,kemudian analisa terhadap perubahan sub total, dan kemudian diadakan
analisa terhadap perubahn yang terjadi dalam masing-masing pos, dengan memperbandingkan atau
menghubungkan antara perubahan yang satu dengan perubahan lainnya sehingga akhirnya akan
dapat ditarik berbagai kesimpulan dari hasil analisa tersebut.

Trend dalam Prosentase


Dengan teknik analisa dengan membangdingkan laporan keuangan seperti diterangkan dimuka
akan diketahui perubahan masing pos dan dapat diketahui perubahan mana yang cukup penting
untuk dianalisa lebih lanjut. Teknik analisa ini disebut juga analisa naik-turun, karena dengan analisa
tersebut dapt diketahui kenaikan atau penurunan masing-masing pos. Teknik ini akan prakti bila
digunakan untuk menganalisa 2 atau 3 periode laporan keuangan, karena jika laporan keuangannya
lebih dari tiga akan ditemui kesulitan.

Cara terbaik untuk menganalisa laporan keuangan yang lebih dari tiga tahun adalah dengan
menggunakan angka indeks, dan semua data keuangn yang dianalisa dihubungkan dengan angika
indeks tersebut dinyatakan dalam porsentase. Dengan menganalisa laporan keuangan untuk jangka
waktu lebih dari tiga tahun akan diketahui kecenderungan dari posisi keuangan ataupun hasil yang
telah diperoleh oleh perusahaan.

Untuk dapat menghitung trend yang dinyatakan dalam prosentase diperlukan dasar pengukuran
tahun dasar. Biasanta data atau laporan keuangan dari tahun yang paling awal dalam deret laporan
keuangan yang dianalisa tersebut dianggap sebagai tahun dasar. Pemilihan tahun yang paling awal
sebagai tahun dasar ini bukan merupakan keharusan, karena tahun yang paling awal tersebut belum
tentu merupakan keadaan yang normal. Sedapat mungkin periode atau laporan keuangna yang
digunakan sebagai tahun dasar adalah tahun yang paling normal diantara tahun-tahun yang
dianalisa.
Tiap pos yang terdapat dalam laporan keuangn yang dipilih seagai tahu dasar diberikan indeks
100, sedangkan pos-pos yang sama dari periode yang danalisa dihubungkan dengan pos yang sama
dalam laporan keuangan tahun dasar dengan cara membagi jumlah rupiah tiap pos kedalam periode
yang dianalisa dengan jumlah rupiah dari pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar. Jadi
trend yang dimaksud adalah menunjukkan hubungan antara masing pos suatu tahun dengan tahun
dasarnya.

Contoh laporan keuangan PT SARI INDAH yang terdiri dari neraca dan laporan laba/rugi dari
tahun 1974 sampai 1978 :

PT SARI INDAH
NERACA PERBANDINGAN
31 Desember 1974-1978
trend prosentase
31-Des 1974 = 100%
pos-pos
1974 1975 1976 1977 1978 1975 1976 1977 1978
aktiva lancar
kas 100 120 130 90 140 120 130 90 140
piutang 860 880 790 860 840 102 92 100 98
persediaan 620 760 900 1000 1060 123 145 161 171
aktiva lancar lainnya 20 30 10 10 20
jumlah aktiva lancar 1600 1790 1830 1960 2010 112 114 123 129

aktiva tidak lancar 2780 2780 2830 2890 2910 100 102 104 105
jumlah aktiva 4380 4570 4660 4850 4970 104 106 111 113

hutang jangka pendek 460 480 500 520 510 104 109 113 111
hutang jangka panjang 250 250 250 250 250 100 100 100 100
jumlah hutang 710 730 750 770 760 103 106 108 107

modal saham 2800 3000 3000 3000 3000 107 107 107 107
laba ditahan 870 840 910 1080 1210 99 105 124 139
jumlah modal 3670 3840 3910 4080 4210 105 107 111 115

jumlah hutang dan modal 4380 4570 4660 4850 4970 104 106 111 113

Dari laporan keangan tersebut diketahui bahwa kas tahun 1974 yang digunakan sebagai tahun
dasar adalah Rp 100.000,- dengan angka indeks 100, sedangkan saldo kas tahun 1975 sebesar Rp
120.000,- indeksnya adalah:

(120.000/100.000) x 100% = 120 % ini berarti bahwa:

1. Uang kas yang tersedia pada 31 Des 1975 adalah 120% dari yang tersedia dalam akhir tahun
1974.
2. Uang kas dalam akhir tahun 1975 naik 20% dari uang kas akhir tahun 1974.
3. Uang kas akhir tahun 1975 20% lebih besar dari uang kas akhir tahun 1974.

PT SARI INDAH
Laporan Laba/Rugi
Tahun 1974-1978

Trend Prosentase 1974


POS-POS TAHUN (Dalam Rp 000) =100%
1974 1975 1976 1977 1978 1975 1976 1977 1978

Penjualan 2800 2860 3310 3740 4260 102 118 134 152
Harga Pokok Penjualan 1940 1970 2200 2550 2830 102 113 131 146
laba penjualan 860 890 1110 1190 1430 103 129 138 166

Biaya penjualan 430 430 460 500 550 100 107 116 128
biaya administrasi 190 200 230 250 260 105 121 132 137

Biaya operasi 620 630 690 750 810 101 111 121 131

laba operasi 240 260 420 440 620 108 175 183 258
Pendapatan lainnya 50 60 70 100 70

Pendapatan Netto 290 320 490 540 690 110 169 186 238

Data lain dalam neraca menunjukkan piutang akhir tahun 1974 Rp 860.00, sedangkan pada akhir
tahun 976 Rp 790.000, maka indeksnya adalah:

(790.000/860.000) x 100% = 92 % maka:

1. Piutang 31 Des 1976 adalah 92% dari pitang 31 Des 1974


2. Piutang 31 Des 1976 mengalami penurunan sebesar 8% dibanding piuatan 31 Des 1974
3. Piutang 31 Des 1976 8 % lebih kecil dibanding dengan piutang 31 Des 1974

Perhitungan angka indeks untuk data yang terdapat dalam laporan laba rugi prinsipnya sama,
misalnya untuk penjualan:

a. (penjualan(1975) Rp 2.860.000/penjualan (1974) Rp 2.800.000) x 100 % = 102 % berarti:


Kesimpulan :
1. Total Aset meningkat sebesar 9,76 % pada tahun
2012.
Rp833.249.395.686,00
Jumlah aset tahun 2012

Rp759.136.918.500,00
Jumlah aset tahun 2011

Rp74.112.477.186,00
Kenaikan total aset pada tahun 2012

2. Total Liabilitas meningkat sebesar 19, 59% pada tahun 2012


Rp254.353.348.144,00
Total Liabilitas 2012

Rp212.695.735.714,00
Total Liabilitas 2011

Rp41.657.612.430,00
Kenaikan total liabilitas pada 2012

3. Total Ekuitas meningkat sebesar 5,94% pada


tahun 2012
Rp578.896.047.543,00
Total Ekuitas 2012

Rp546.441.182.786,00
Total Ekuitas 2011
Rp32.454.864.757,00
Kenaikan Ekuitas tahun 2012

LAPORAN LABA RUGI

Kesimpulan :
Total Laba Kompherensif Tahun Berjalan meningkat
sebesar 19,98%
32.454.864.758
Total Laba Kompherensif Tahun Berjalan 2011

27.051.180.957
Total Laba Kompherensif Tahun Berjalan 2012

5.403.683.801
Kenaikan total laba tahun 2012

Berikut adalah laporan neraca perbandingan dan laporan rugi-laba perbandingan PT. JASJUS MANIA tahun 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016.

PT JASJUS MANIA
Neraca Perbandingan
31 Desember 2012 - 2016
PT JASJUS MANIA
Laporan Rugi Laba Perbandingan
Untuk Tahun 2012 - 2016
Berdasarkan laporan neraca dan laporan rugi laba PT. JASJUS MANIA diatas tentukanlah :
a. Trend dalam prosentase tahun 2013 sampai 2016 dengan tahun dasar 2012
b. Berilah analisa mengenai trend dalam prosentase yang telah dihitung pada poin a

Jawaban no 1

a. Trend dalam prosentase tahun 2013 sampai 2016 dengan tahun dasar 2012 :

PT JASJUS MANIA
Neraca Perbandingan
31 Desember 2012 - 2016

PT JASJUS MANIA
Laporan Laba Rugi Perbandingan
Untuk Tahun 2012 -2016

b.

Berilah analisa mengenai trend dalam prosentase yang telah dihitung pada poin a :
Dari laporang keuangan PT. JASJUS MANIA yang terdiri dari Neraca dan Laporan Rugi-Laba tahun 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016 dengan
menggunakan tahun dasar 2012 dapat diketahui bahwa telah terjadi perubahan – perubahan atau kecenderungan – kecenderungan baik
yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan bagi perusahaan, hal ini terbukti bahwa :
a. Posisi keuangan jangka pendek menunjukkan perkembangan yang menguntungkan walaupun hutang jangka pendek naik, namun
kenaikan itu telah diimbangi dengan kenaikan aktiva lancar dengan tingkat yang lebih besar. Aktiva lancar naik dari Rp. 1.910.000 menjadi
Rp. 2.370.000 (24%) sedangkan hutang lancar naik dari Rp. 570.000 menjadi Rp. 610.000 (7%). Kenaikan penjualan dari Rp. 4.000.000
menjadi Rp. 5.260.000 (32%) diimbangi dengan penurunan piutang sebesar 2%. Hal ini menunjukan bahwa bagian penagihan bekerja lebih
efektif atau adanya syarat – syarat penjualan yang mendorong para langganan membeli dengan tunai atau membayar hutangnya dalam
jangka pendek.
b. Kenaikan persediaan barang dagangan dari Rp. 720.000 menjadi Rp. 1.160.000 (61%) menunjukan perkembangan yang kurang
menguntungkan, karena kenaikan penjualan tersebut hanya diimbangi dengan kenaikan penjualan sebesar 32%. Hal ini menunjukan ada
investasi yang terlalu besar dalam persediaan (kebijaksanaan dalam persediaan yang kurang tepat).
c. Dalam jangka waktu 5 tahun perusahaan tidak melakukkan pengeluaran investasi, hal ini terbukti adanya pertambahan aktiva tetap yang
sangat kecil selama 5 tahun tersebut, yaitu dari Rp. 3.780.000 menjadi Rp. 3.910.000 (naik 3%). Kenaikan aktiva tetap yang kecil ini justru
penjualan naik 32% apakah kenaikan penjualan ini disebabkan oleh bertambahnya volume penjualan atau adanya kenaikan harga – harga
pada umumnya.
d. Dari faktor solvabilitas dapat ditunjau dari penurunan hutang dari Rp. 920.000 menjadi Rp. 860.000 (7%) diimbangi dengan kenaikan
modal sendiri (owner’s equity) dari Rp. 4.770.000 menjadi Rp. 5.420.000 (14%).
e. Ditinjau dari faktor rentabilitas menunjukkan bahwa perusahaan semakin rendabel, karena kenaikan laba operasi dari Rp. 330.000 menjadi
Rp. 600.000 (naik 82%) sedangkan aktiva tetap hanya naik 3%.
f. Ditinjau dari segi effisiensi menunjukkan bahwa perusahaan semakin effisien, hal ini terbukti dengan adanya kenaikan penjualan 32%
diimbangi kenaikan harga pokok dengan tingkat yang lebih rendah 31% dan kenaikan biaya penjualan 2%. Dengan kata lain management
semakin mampu untuk mengadakan pengawasan biaya dan ongkos – ongkos dalam rangka menaikkan penjualan.

2. Berikut adalah data PT. DA SQUAD dari tahun 2000, 2001, 2002 dan 2003
Dari data diatas hitunglah Common Size (%) untuk tahun 2000, 2001, 2002 dan 2003!

Jawaban no 2
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang
telah dicapai oleh perusahaan. Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau kemajuan-kemajuan perusahaan, factor
yang paling utama untuk mendapatkan perhatian oleh penganalisa yaitu :
1. Likwiditas, adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih
Kewajiban keuangan suatu perusahaan pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua:
a. Kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan (kreditur)
b. Kewajiban keuangan yang berhubungan dengan proses produksi (intern perusahaan)
2. Solvabilitas, adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikwidasikan
baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang
Dalam hubungannya antara likwiditas dan solvabilitas ada empat kemungkinan keadaan yang dapat dialami oleh perusahaan :
a. Perusahaan yang likwid dan solvable
b. Perusahaan yang likwid tetapi insolvable
c. Perusahaan yang likwid dan insolvable
d. Perusahaan yang likwid tetapi solvable
3. Rentabilitas atau profitability, adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu
4. Stabilitas usaha, adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahannya dengan stabilitas, yang diukur dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya dan akhirnya membayar kembali hutang-
hutang tersebut tepat pada waktunnya.
Prosedur Analisa
Sebelum mengadakan analisa terhadap suatu laporan keuangan, penganalisa harus benar-benar memahami laporan keuangan tersebut.
Penganalisa juga harus mempunyai kemampuan atau kebijaksanaan yang cukup didalam mengambil suatu kesimpulan, disamping
harus memperhatikan dan mempertimbangkan perubahan-perubahan kondisi perusahaan juga harus mempertimbangkan perubahan tingkat
harga-harga yang terjadi.
Dalam bab II dikatakan bahwa bentuk dan isi laporan keuangan tidak atau belum ada keseragaman diantara perusahaan-perusahaan industry
maupun perdagangan, sehingga klasifikasi dari pos-pos yang ada dalam laporan keuangan suatu perusahaan akan berbeda-beda dengan
perusahaan yang lain perbedaan-perbedaan ini mungkin disebabkan karena :
1. Laporan tersebut disesuaikan dengan tekanan atau tujuan management atau maksud pengguna laporan tertentu. Misalnya untuk tujuan intern
atau untuk tujuan perencanaan pengawasan intern akan berbeda dengan laporan yang ditujukan untuk ketentuan penentuan pajak (kemungkinan
adannya laba yang disembunyikan), juga akan berbeda dengan laporan yang ditujukan untuk para kreditor atau calon kreditor dimana untuk
tujuan kredit ini akan ditonjolkan tingkat likwiditas, solvabilitas dan rentabilitas
2. Perbedaan pendapat diantara mereka yang menyusun laporan tersebut. Misalnya perbedaan pendapat tentang besarnya suatu pengeluaran untuk
reparasi atau perbaikan mesin yang harus dikapitalisir,taksiran umur dari suatu aktiva tetap dan lain-lain
3. Perbedaan pengetahuan serta pengalaman daripada akuntan yang menyusun laporan, misalnya akuntan yang memperoleh pendidikan atau
pengetahuan sistem akuntansi secara continentral (rekening stelse) dengan akuntan yang memperoleh pengetahuan akuntansinnya secara anglo
saxon (accounting), maka bentuk atau susunan laporannya kan berbeda.
4. Adannya kegagalan untuk mengetrapkan sebutan-sebutan (terminology) ataupun klasifikasi yang terbaru yang telah diterima umum atau lazim
digunakan.
Oleh karena itu sebelum mengadakan perhitungan-perhitungan, analisa dan interpretasi penganalisa harus mempelajari atau mereview secara
menyeluruh dan kalau dianggap perlu diadakan penyusunan kembali (recondtruction) dari data-data sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku
dan tujuan analisa. Maksud dari perlunnya mempelajari data secara menyeluruh ini adalah untuk meyakinkan pada penganalisa bahwa laporan
itu sudah cukup jelas menggambarkan semua data keuangan yang relevant dan telah diterapkannya prosedur akuntansi maupun metode penilaian
yang tepat, sehingga penganalisa akan betul-betul mendapatkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan ( comparable). Setelah kita
mempelajari ataupun menyusun kembali laporan keuangan tersebut, kemudian mengadakan perhitungan-perhitungan, analisa dan interprestasi
dengan menggunakan metode dan teknik analisa yang tepat sesuai dengan tujuan analisa.
Metode Dan Teknik Analisa
Analisa-analisa laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari dripada hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan
(trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Metode dan teknik analisa (
alat-alat analisa) digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui
perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perinnya,
misalnya diperusahaan tertentu, atau diperbandingkan atau alat-alat pembanding lainnya, misalnya diperbandingkan dengan laporan keangan
yang di budgetkan atau dengan laporan keuangan perusahaan lainnya.Tujuan dari setiap metode dan teknik analisa adalah untuk
menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti. Pertama-tama penganalisa harus mengorganisir atau mengumpulkan data yang
diperlukan, mengukur dan kemudian menganalisa dan menginterprestasikan sehingga data ini menjadi lebih berarti.
Ada dua metode analisa yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan keuangan, yaitu analisa horisontal dan analisa vertical. Analisa
horizontal adalah analisa dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan
diketahui perkembangannya. Metode horizontal ini disebut pula sebagai metode analisa dinamis. Analisa vertical yaitu apabila laporan keuangan
yag dinamis hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos satu dengan pos yang lainnya dalam
laporan keuangan tersebut., sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Analisa vertical ini disebut
juga sebagai metode analisa yang statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk periode saja tanpa mengetahui perkembangannya.
Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1. Analisa Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua
periode atau lebih, dengan menunjuka a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah b.
Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah c. Kenaikan atau penurunan dalam
prosentase d. Perbandingan yang dinyatakan dengan
ratio e. prosentase dari
total Analisa dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui
perubahan-perubahan yang terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis), adalah suatu
meted atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukan tendensi tetap, naik atau bahkan turun
3. Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui bprosentase investasi
pada masing-masing aktiva terhadap total aktivannya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi
dihubungkan dengan jumlah penjualnnya.
4. Analisa sumber dan penggunan Modal kerja, adalah suatu analisa untuk mengetahui sumber-sember serta penggunaan modal kerja atau untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu
5. Analisa sumber dan penggunaan kas (kas flow atatement analysis), adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang
kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.
6. Analisa ratio adalah , suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu
atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
7. Analisa perubahan laba kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu
perusahaaan dari period eke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
8. Analisa Break-Event, adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan
tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belom memperoleh keuntungan. Dengan analisa break-event ini juga akan diketahui berbagai
tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.
Metode dan teknik analisa manapun yang diunakan kesemuannya itu adalah, merupakan permulaan dari proses analisa yang diperlukan untuk
menganalisa laporan keuangan, dan sertiap metode analisa mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat data agar lebih dimengerti
sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Analisa pembanding Laporan Keuangan
Neraca menunjukan aktiva, hutang dan modal perusahaan pada saat tertentu, dengan demikian neraca yang diperbandingkan (comparative
balane sheet) menunjukan aktiva, hutang serta modal perubahan pada dua tanggal atau lebih untuk suatu perusahaan, atau pada tanggal tertentu
untuk dua perusahaan yang berbeda. Dengan memperbandingkan neraca untuk dua tanggal atau lebih akan dapat diketahui perubahan-perubahan
yang terjadi.
Perubahan-perubahan ini penting untuk diketahui sebab akan menunjukan sampai seberapa jauh menunjukan sampai seberapa jauh
perkembangan keadaan keuangan perusahaan, dimana perubahan-perubahan di dalam neraca dalam suatu periode mungkin disebabkan karena :
1. Laba atau rugi bersifat operasional maupun yang incidental
2. Diperoleh aktiva baru maupun adannya perubahan modal aktiva
3. Timbulnya atau lunasnya hutang maupun adannya perubahan bentuk hutang yang satu ke bentuk hutang yang lainnya.
4. Pengeluaran atau pembayaran atau penarikan kembali modal sahan (adanya penambahan atau pengurangan modal)
Laporan rugi laba menunjukan penghasilan-penghasilan yang diperoleh perusahaan, biaya-biaya yang terjadi serta laba atau rugi netto
sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu, sehingga laporan rugi laba yang diperbandingkan menunjukan penghasilan, biaya,
laba, atau rugi netto dari hasil operasi perusahaan dalam dua periode atau lebih. Apabila laporan keuangan dianalisa dengan mengadakan
pembandingan dari laporan-laporan selama beberapa period, maka analisa yang demikian dinmakan analisa horizontal atau analisa dinamis,
sedangkan apabila laporan keuangan yang dinamis hanya meliputi satu periode saja (hanya memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos
yang lainnya dalam satu laporan keuangan), analisa yang demikian itu desebut analisa vertical atau analisa statis.
Dengan mengadakan atau menggunakan analisa yang dinamis akan diperoleh hasil analisa yang lebih memuaskan, karena dengan laporan
keuangan yang diperbandingkan untuk beberapa periode akan diketahui sifat dan tendensi perubahan yang terjadi dalam perusahaan tersebut.
Dalam metode analisa pembandingan ini dapat ditunjukan dalam :
a. Data absolute atau jumlah-jumlah dalam rupiah
b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah
c. Kenaikan atau penurunan dalam prosentase
d. Perbandingan yang dinyatakan dalam ratio
e. Dinyatakan dalam prosentase dari total.
Keuntungan utama dapat diketahuinya pertambahan atau pengurangan ini adalah bahwa perubahan yang besar akan terlihat dengan jelas , dan
dapat segera diadakan penyelidikan atau analisa lebih lanjut. Bentuk atau kolom-kolom yang diperbandingkan ntersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :
1977 1978 Naik atau turun
Rp. 1.000.000 Rp. 1.500.000 Rp. 500.000 50
%
Rp. 1.000.000 Rp. 500.000 Rp. 500.000 50
%
Rugi/laba Rp. 1.000.000 Rp
1.000.000 100%
- Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000
- Rp. 500.000 Rp. 500.000
Rp. 1.000.000 Rp. 1.500.000 Rp. 500.000
Rp. 1.000.000 Rp. 500.000 Rp. 1.500.000
Tahun Pembanding
Apabila laporan keuangan yang diperbandingkan terdiri dari dua neraca atau laporan rugi laba dari dua periode, atau laporan rugi laba dari
dua periode, atau antara neraca dan laporan rugi laba yang direncanakan (budget) dengan realisasinnya maka penentuan data pembandingnya
tidak akan ditemukan kesulitan, yaitu bahwa data tahun sebelumnya atau data menurut budget yang digunakan sebagai pembanding. Tetapi kalau
data/laporan keuangan yang diperbandingkan lebih dari dua periode atau tahun, maka yang digunakan sebagai tahun pembanding (tahun dasar).

http://rossanilawati.blogspot.co.id/2013/10/analisa-perbandingan-laporan-keuangan.html

Analisis Common-Size (Persentase Per-Komponen)

Analisis common-size ialah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan laba-rugi dan neraca menjadi
proporsi dari total penjualan (untuk laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).
Laporan keuangan dalam persentase per-komponen (Common-size statement) menyatakan masing-masing posnya dalam satuan persen
atas dasar total kelompoknya, cara penyusunan laporan keuangan ini disebut teknik analisis common-size dan termasuk metode analisis
vertikal.

Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size statement) dapat memberikan informasi sebagai berikut:

1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak
lancar.
2. Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai posisi relatif utang perusahaan terhadap modal
sendiri.

Apabila Neraca dalam persentase per-komponen disusun secara komparatif (misalnya dua tahun berturut-turut), dapat memberikan
informasi mengenai perubahan komposisi, baik komposisi investasi maupun struktur modal.

Laporan laba-rugi yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size percentage) dapatmenggambarkan distribusi/alokasi
setiap Rp 1,00 penjualan kepada masing-masing elemen biaya dan laba. Apabila disusun secara komparatif, dapat menggambarkan
perubahan distribusi tersebut.

Contoh Analisis Common-Size:


PT. BAGAS PERKASA JAYA

Neraca Komparatif dalam Persentase Per-Komponen

Per 31 Desember 2009 dan 2010

(Dalam Ribuan Rupiah)

31 Desember Common-Size (%)


NERACA
2009 2010 2009 2010

AKTIVA

Aktiva Lancar

Kas Rp 1.300 Rp 1.200 9,29 7,50

Piutang Dagang Rp 1.200 Rp 1.000 8,57 6,25

Persediaan Rp 2.200 Rp 2.600 15,71 16,25

Total Aktiva Lancar Rp 4.700 Rp 4.800 33,57 30,00

Aktiva Tetap
Tanah Rp 2.300 Rp 3.700 16,43 23,13

Gedung Rp 4.000 Rp 4.000 28,57 25,00

Mesin Rp 4.000 Rp 5.000 28,57 31,25

Akumulasi Depresiasi Rp(1.000) Rp(1.500) (7,14) (9,38)

Total Aktiva Tetap Rp 9.300 Rp11.200 66,43 70,00

Total Aktiva Rp14.000 Rp16.000 100% 100%

PASIVA (UTANG & MODAL)

Utang Lancar Rp 2.500 Rp 2.200 17,86 13,75

Utang Jangka Panjang Rp 4.500 Rp 6.000 32,14 37,50

Modal Rp 7.000 Rp 7.800 50,00 48,75

Total Utang & Modal Rp14.000 Rp16.000 100% 100%

Cara perhitungan persentase per-komponen adalah: Pos-pos di dalam neraca dikategorikan menjadi dua, yaitu aktiva dan pasiva. Masing-
masing kategori ini (total aktiva dan total pasiva) dinyatakan sebesar 100%, sedangkan masing-masing pos yang termasuk pada masing-
masing kategori dinyatakan dalam persentase atas dasar total aktiva atau pasiva (kategori).

% Kas = (Saldo Kas/Total Aktiva) x 100% = (Rp 1.300/Rp 14.000) x 100% = 9,92%

⇒ Yang lainnya dihitung dengan cara yang sama.

Dari neraca yang disusun dalam persentase per-komponen tersebut, tampak bahwa selama dua tahun, telah terjadi perubahan pada
komposisi, baik aktiva (misalnya kas, persediaan) maupun pasiva (misalnya utang jangka panjang).

PT. BAGAS PERKASA JAYA

Laporan Laba-Rugi Komparatif dalam Persentase Per-Komponen

Per 31 Desember 2009 dan 2010

(Dalam Ribuan Rupiah)

Tahun Common-Size (%)


LABA-RUGI
2009 2010 2009 2010

Penghasilan Rp 150.000 Rp 200.000 100% 100%

Harga Pokok Penjualan Rp (50.000) Rp (60.000) (33,33) (30,00)


Laba Kotor Rp 100.000 Rp 140.000 66,67 70,00

Biaya Pemasaran Rp (25.000) Rp (34.000) (16,67) (17,00)

Biaya Administrasi Rp (20.000) Rp (28.000) (13,33) (14,00)

Biaya Bunga Rp (10.000) Rp (14.000) (6,67) (7,00)

Laba Sebelum Pajak Rp 45.000 Rp 64.000 30,00 32,00

Pajak (15%) Rp (6.750) Rp (9.600) (4,50) (4,80)

Laba Bersih Rp 38.250 Rp 54.400 25,50 27,20

Cara perhitungan persentase per-komponen adalah: Pos-pos dalam perhitungan laba-rugi yang dinyatakan dalam persentase per-
komponen atas dasar total penghasilan (total penghasilan dinyatakan sebesar 100%).

% Harga Pokok Penjualan = (Saldo Harga Pokok Penjualan/Total Penghasilan) x 100%

= Rp 60.000/Rp 200.000 x 100%

= 30%
⇒ Yang lainnya dihitung dengan cara yang sama.

Dari perhitungan laba-rugi, tampak bahwa distribusi setiap Rp 1,00 penjualan kepada harga pokok penjualan misalnya mengalami
penurunan, meskipun distribusi untuk biaya lainnya (pemasaran, administrasi, dan bunga), secara total mengalami kenaikan.

Referensi:

Darminto, Dwi P. 2011. Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

You might also like