You are on page 1of 4

SURAT PERMOHONAN

Tulung agung, 28 Februari 2016

Nomor : 08/BANI/II/2016
Perihal : Pendaftaran Arbitrase

Kepada Yth.
Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) Surabaya
Di Surabaya

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan sengketa yang terjadi dalam pelaksanaan Perjanjian SURAT
PERJANJIAN HUTANG Tanggal 02-01-2011 (“Perjanjian”) antara Lorenci Chakti Pratama
dan Rieka Futri Tampubolon, dengan ini kami ajukan permohonan Pendaftaran Arbitrase
kepada Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) untuk menyelesaikan sengketa
tersebut. Adapun uraian singkat Para Pihak, Dasar Permohonan, Sengketa dan Tuntutan
adalah sebagai berikut :

1. PARA PIHAK

PEMOHON:
Lorenci Chakti Pratama, Tempat/Tanggal Lahir Curup, 01 Juli 1996, bertempat tinggal di
Jl. Ahmad Yani no 13 Tulungagung, Propinsi Jawa Timur,Pemegang Kartu Tanda
Penduduk (KTP) Nomor: 3505017137320001

TERMOHON:
Rieka Futri Tampubolon, Tempat/Tanggal Lahir Tulungagung, 22 Januari 1996,
bertempat tinggal di Jl. Diponegoro no 30 Tulungagung Propinsi Jawa Timur. Pemegang
Kartu Tanda Penduduk (KTP) Nomor: 3505017137850001

2. POSITA :
Adapun mengenai duduk persoalannya adalah sebagai berikut :
1. Bahwasanya pihak TERMOHON telah melanggar perjajian yang telah disepakati;
2. Oleh karena sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 4 ayat 3 tentang penyerahan dan
melihatkan sertifikat asli kepada PEMOHON sebagaimana syarat peralihan hak/
pembalikkan nama kepemilikan maka TERMOHON bersedia menerima tuntutan
PEMOHON yaitu tuntutan ke Badan Arbitrase jika syarat (Sertifikat Asli) yang
ditentukan tidak dipenuhi. sebagaimana yang disepakati bersama bahwa penyerahan
sertifikat dilakukan pada tanggal 5 Mei 2015
3. Bahwa ternyata sampai batas waktu yang telah ditentukan di atas, TERMOHON
belum menyerahkan dan melihatkan sertifikat asli kepada PEMOHON
4. Bahwa Tergugat telah melakukan ingkar janji (wanprestasi) yang merugikan
PEMOHON.
5. Bahwa atas kelalaian TERMOHON tersebut, oleh PEMOHON telah melakukan
teguran- teguran secara lisan, melalui telepon maupun menemui langsung
TERMOHON untuk segera menyerahkan dan melihatkan sertifikat asli terhadap
PEMOHON, akan tetapi TERMOHON tidak mengindahkan dan berusaha selalu
menghindar untuk bertemu dan beralasan akan segera menyerahkan dan melihatkan
sertifikat asli.
6. Bahwa atas kelalain tersebut, PEMOHON merasa dirugikan dan wajar Penggugat
meminta agar Tergugat membayar kerugian yang ditimbulkan akibat perkara ini dan
juga segera membayar sisa uang tanah yang belum menyerahkan sertifikat asli.
7. Bahwa Penggugat sangka yang beralasan terhadap iktikad buruk Tergugat untuk
mengalihkan, memindahkan atau menjual lagi tanah tersebut kepada pihak lain.
Mohon terlebih dahulu agar Pengadilan Negeri Makassar berkenan meletakkan sita
jaminan (conservatoir beslag ) terhadap tanah tersebut.

Maka berdasarkan segala apa yang terurai di atas, PEMOHON memohon dengan hormat
sudilah kiranya Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) memeriksa dan memutuskan :

3. PETITUM :
1. Mengabulkan keseluruhan permohonan PEMOHON;
2. Menyatakan bahwa surat PERJANJIAN HUTANG antara PEMOHON dan
TERMOHON yang dibuat tanggal 02 Januari 2011 sah dan harus dilaksanakan
sebagai undang-undang;
3. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan tersebut diatas;
4. Menyatakan TERMOHON telah ingkar janji ( Wanprestasi );
5. Menyatakan TERMOHON harus mengembalikan sertifikat asli surat perjanjian
hutang

Yang bertanda tangan dibawah ini menghendaki dengan sungguh- sungguh agar sengketa
tersebut diselesaikan dalam tingkat pertama dan terakhir oleh BANI menurut peraturan
Prosedur BANI.

PEMOHON

LORENCI CHAKTI PRATAMA


DIALOG NEGOSIASI
TERMOHON : sore pak Lorenci !
PEMOHON : Sore juga bu Rieka, silakan duduk bu !
TERMOHON : Terima kasih pak, sebelumnya saya mohon maaf karena saya
tidak dapat menyerahkan Sertifikat Asli Perjanjian Hutang
tepat waktu pak, dikarenakan kedua orang tua saya sedang
sakit, dan saya harus pulang ke kampung dan Sertifikat Asli
Perjanjian Hutang tersebut tinggal di kampung.

PEMOHON : Begini lo buk, sebenarnya saya tidak bisa menerima alasan


apapun, karena kitakan sudah membuat dan menandatangani
perjanjian yang kita sepakati bersama, dan bahkan kami dari
perusahaan masih berbaik hati hingga tanggal 18 april
kemarin lo pak, tapi kami bahkan tidak menerima kabar sama
sekali dari ibuk.

TERMOHON : Maaf sekali pak atas kelalaian saya itu pak, ini benar- benar
Diluar kendali saya, tolong pak, beri keringanan sekali lagi.

PIHAK KEDUA : Sampai sejauh mana kamu telah melakukan terjemahan buku
itu
PIHAK PERTAMA : Sudah 65 halaman dari 393 halaman pak
PEMOHON : Baiklah, tapi saya berikan keringanan ini, bukan berarti kamu
memperlambat waktu untuk menyerahkan Sertifikat Asli
Perjanjian Hutang, saya akan beri kamu waktu 7 hari untuk
menyerahkan surat sertifikat tersebut, bagaimana ?

TERMOHON : Apa konsekuensinya pak jika saya tidak dapat memberikan


surat tersebut sesuai dengan jangka waktu yang bapak
berikan!
PIHAK KEDUA :konsekuensinya, jika kamu gagal atau tidak mampu mencapai batas
minimal perharinya, kamu harus membayar denda Rp. 250.000.-
perhalaman.
PIHAK PERTAMA : Nampaknya itu sedikit memberatkan kami pak
PIHAK KEDUA : Ya mau bagaimana lagi, soalnya saya dan perusahaan
punya target
untuk buku ini.
PIHAK PERTAMA : Nampaknya pembicaraan ini membuat posisi saya dalam
keadaan
tertekan pak, saya tidak bisa melakukan hal ini, karena saya bisa
saja
mengerjakan 25 haalaman tapi tidak perlu pakai denda dong pak,
karena saya manusia juga butuh istirahat.
PIHAK KEDUA : Baiklah, tampaknya sulit untuk kita menemukan titik
temu hari ini,
ya sudahlah kita cukupi dulu pertemuannya, nanti saya akan piker
pikir dulu, karena bisa saja saya akan membawa ke ranah hokum
kasus ini
PIHAK PERTAMA : oke baiklah pak, Selamat sore pak
PIHAK KEDUA : sore

You might also like