You are on page 1of 27

INTSALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH ( IPAL )

Laporan
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Rekayasa Lingkungan
yang diampu oleh Dr. Rina Marina M, MP

Oleh :
Eka Nur Fitriyana (1506373)
Fauzi Luqman N (1504768)
Yayan Haryadhi (1505669)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha pemberi
ilmu, yang dengan kekuasaan-Nya memberi rahmat serta izin kepada penulis untuk
dapat menyelesaikan tugas tentang “Observasi ke IPAL BojongSoang” ini
dengan baik.
Tugas ini dapat selesai karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah penulis
menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan artikel ini.
Dalam penyusunan artikel ini, penulis berharap agar pengelolaan air bersih dan
air kotor di Indonesia dapat terus berkembang. Dapat digunakan untuk kepentingan
khalayak banyak.

Bandung, 26 Mei 2017

Penulis
1.1 Latar Belakang

Limbah adalah salah satu hal yang tidak disukai oleh semua orang, akan
tetapi setiap hari orang-orang banyak yang mengeluarkan limbah secara tidak sadar.
Miris memang jika melihat semua ini. Terbukti dengan sungai-sungai yang ada
khususnya di daerah Bandung sangat tercemar baik limbah tercemar oleh limbah
organik maupun limbah anorganik. Limbah pabrik dan juga limbah domestik yang
berupa bahan organik akan mengakibatkan kerusakan pada struktur dan kualitas air
yang mengakibatkan bidang perikanan dan pertanian akan terganggu. Sehingga
dengan adanya air yang kurang sehat akibat tercemar oleh limbah maka banyak hal
yang terganggu baik manusia maupun hewan terutama ikan. Hal ini terjadi karena
ikan adalah salah satu organisme yang media hidupnya di dalam air. Maka dari itu
perlu adanya pengelolaan air untuk mengurangi dampak yang ada. Baik dengan
pengelolaan air yang merupakan sumber kehidupan maupun pengolahan dan
pendayagunaan air yang sudah tercemar oleh limbah. Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) adalah salah satu instalasi yang terdapat di daerah Bojongsoang
Jawa Barat, instalasi ini bergerak dalam pengolahan air limbah yang akan
menghasilkan air untuk digunakan kembali baik untuk perikanan maupun
pertanian. Dengan adanya IPAL ini diharapkan mengurangi dampak ataupun
kekurangan hasil dari perikanan maupun pertanian yang merupakan aset yang
terdapat di negara kita Indonesia
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bojongsoang merupakan instalasi
pengolahan air limbah yang terletak di kecamatan Bojongsoang kabupaten
Bandung. Sistem pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang terhitung
konvensional. Proses-prosesnya mengutamakan proses alami, tanpa bantuan
teknologi yang rumit dan tanpa bantuan bahan kimia aditif. IPAL seluas 85 hektar
ini mengolah air limbah melalui dua proses utama, yaitu proses fisik dan biologi.
Proses fisik bekerja dalam memisahkan air limbah dari sampah–sampah, pasir, dan
padatan lainnya sehingga proses pengolahan biologi tidak terganggu. Sedangkan
proses biologi mengolah air limbah sehingga parameter Biochemical Oxygen
Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Dissolved Oxygen (DO),
kandungan bakteri E. coli, kandungan logam berat, dan lain-lain memenuhi daya
dukung lingkungan badan air di mana air limbah yang sudah diolah ini akan
dibuang. Kolam pengolahan biologi terdiri dari 14 kolam yang terdiri dari dua
kompartemen utama, kompartemen A dan kompartemen B. Jadi, masing–masing
kompartemen terdiri dari tujuh kolam yaitu, tiga kolam anaerob, dua kolam
fakultatif, dan dua kolam maturasi.
IPAL Bojongsoang memiliki kapasitas pengolahan 80.000 meter kubik air
limbah perhari. Namun, pemanfaatannya masih jauh di bawah itu. Air limbah
eksisting yang diolah hanya 40.000 meter kubik. Penyambungan sistem perpipaan
air limbah Bandung Barat dan Bandung Utara ke sistem perpipaan menuju IPAL
Bojongsoang diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan IPAL Bojongsoang
sekaligus menurunkan beban pencemaran sungai Citepus yang hingga sekarang
terus-menerus menerima air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu dari
pemukiman masyarakat di kawasan Bandung Barat dan Bandung Utara. Salah satu
permasalahan yang dialami IPAL Bojongsoang, yaitu IPAL ini hanya didesain
untuk mengolah air limbah rumah tangga. Kenyataannya IPAL ini sering menerima
air limbah yang berasal dari industri kecil dan industri rumah tangga yang tidak
memiliki IPAL mandiri dan langsung membuang air limbahnya ke IPAL
Bojongsoang.

1.2 Maksud dan Tujan


Adapun maksud dari kunjungan kami ke Pengolahan air limbah di IPAL PDAM
Bojongsoang untuk memenuhi tugas Rekayasa Lingkungan mengenai pengolahan
air limbah.
1.3 Lokasi dan Waktu Kunjungan
Hari/Tanggal : Rabu, 24 Mei 2017
Waktu : Pk. 08.30 – 11.00 WIB
Tempat : Pengolahan Air Limbah Bojongsoang
Jalan Cikoneng Kec. Bojongsoang Kab. Bandung
4028
BAB II
HASIL KEGIATAN

2.1. Keadaan Umum IPAL Bojongsoang

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bojongsoang merupakan instalasi


pengolahan air limbah yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kota Bandung. Instalasi ini terletak di Bojongsoang, sekitar 12 Km dari Kota
Bandung, tepatnya pada koordinat 7o-7,28o LS dan 107,14o-107,16o BT. Instalasi
ini dibangun dengan tujuan untuk mengolah air buangan rumah tangga dari area
pelayanan Bandung Timur dan Bandung Tengah Selatan serta untuk menurunkan
tingkat pencemaran sungai-sungai di Kota Bandung.
Sebelum dibentuk Divisi Air Kotor Perusahaan Daerah Air Minum Kota
Bandung, pengolahan sarana air limbah dilaksanakan oeh Dinas Kebersihan dan
Keindahan Kota (DK3) Kota madya Dati II Bandung, di mana sarana yang dikelola
adalah saluran yang dibangun pada tahun 1916 dan tercampur yang selanjutnya
diolah pada bangunan inhoftank yang pada saat ini bangunan tersebut sudah tidak
berfungsi lagi. Melalui “Bandung Urban Development Project” (BUDP) Dewi
Sartika tahun I dan II memperoleh bantuan dari Asian Development Bank (ADB)
dan penyertaan modal pemerintah. Dari modal ini maka dibangunlah sarana air
limbah berupa pipa dan instalasi pengolahan air limbah yang mampu melayani
penduduk Bandung Timur, Bandung Tengah dan Bandung Tengah-Selatan.
Mengingat besarnya biaya yang digunakan untuk pembangunan sarana
tersebut dan sesuai dengan persayaratan pinjaman maka Pemerintah Kota Bandung
memutuskan agar air limbah dikelola oleh perusahaan. Pengelolaan oleh
perusahaan daerah ini diputuskan dengan harapan agar operasi dan pemeliharaan
dapat dilaksanakan dengan baik. Di samping itu ditetapkan pula biaya pelayanan
air kotor untuk biaya operasional dan pemeliharaan serta untuk pengembalian
pinjaman. Sebelumnya, pelayanan air limbah kotor sulit ditarik retribusinya secara
efisien sehingga untuk mengatasi hal tersebut sesuai dengan kebijaksanaan
Pemerintah Kota Bandung, maka penarikan biaya pelayanan sarana air limbah
dikaitkan dengan pemakaian air bersih yang dikelola oleh PDAM Kota Bandung.
Berdasarkan peraturan pemerintah Kota Bandung tanggal 1 Desember 1981
No. 23/PD/1981 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Air
Minum maka pengolahan air limbah disatukan dengan pengolahan air bersih yang
kemudian disahkan melalui SK.Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No.
1881.342/SK.113-HUK tanggal 1 Agustus 1983.
Sesuai Perda Kotamadya Bandung No 2077 tahun 1988, Divisi Air Limbah
dipimpin oleh seorang direktur yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama
PDAM Kota Bandung. Dalam melaksanakan tugasnya, direktur air limbah dibantu
oleh 4 orang kepala bagian yang membawahi beberapa seksi sebagai berikut :
1. Bagian Perencanaan Air Limbah

 Seksi Perencanaan Air Limbah

 Seksi Pengawasan Kontruksi

 Seksi Dokumentasi

2. Bagian Pengolahan Air Limbah Seksi Instalasi


 Seksi Pengendalian Kualitas

3. Bagian Operasional Air Limbah

 Seksi Operasional Wilayah Bandung Barat

 Seksi Operasional Wilayah Bandung Timur

 Seksi Operasional Wilayah Bandung Tengah/Selatan

 Seksi Operasional Wilayah Bandung Utara

 Seksi Pelayanan Umum

4. Bagian Pemeliharaan Alat Teknik Air Limbah

 Seksi Peralatan

 Seksi Pemeliharaan Alat-alat Teknik

Sesuai dengan Perda No 17-PD/1986 yang diperbaharui dengan Perda No.

194 tahun 2002 ditetapkan tarif pelayanan air limbah sebagai berikut :

1. Retribusi Pembuangan Air Limbah


 Pelanggan Air Minum

Untuk semua golongan (social, non komersial dan industri) sebesar 30 %


dari besarnya pemakaian air minum
 Non Pelanggan Air Minum

Tarif pelayanan pembuangan air limbah disesuaikan dengan golongan tarif


yang berlaku.
2. Tarif Pelayanan Safety Tank

 Setiap pelayanan penyedotan safety tank dikenakan biaya untuk


administrasi, transportasi dan biaya operasional
 Untuk setiap pembuatan safety tank dikenakan biaya sebesar 10 % dari
biaya konstruksi
3. Penyambungan Saluran Air Limbah

 Setiap penyambungan persil air limbah ke jaringan pelayanan air kotor


dikenakan biaya penyambungan sebesar 10 % dari total biaya pembuatan
saluran tersebut
 Untuk penyambungan lebih dari satu sambungan dikenakan biaya
penyambungan sebesar 15 % dari total biaya penyambungan persil tersebut

2.2. Instalasi Pengolahan Air Limbah

Instalasi Pengolahan Air Limbah adalah instalasi yang mengolah air buangan
rumah tangga dengan system pipa yang berasal dari wilayah Bandung Timur dan
Bandung Tengah-Selatan. Instalasi ini terletak di wilayah Bandung
Selatan yaitu di Desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung.
Luas areal instalasi ini adalah 85 hektar yang meliputi instalasi dan kolam stabilitas.
Sarana instalasi yang terdapat di IPAL Bojongsoang adalah sebagai berikut :
1. Inlet merupakan saluran pemasukan dari seluruh limbah yang ada di kota
bandung. Saluran ini merupakan pintu masuk air dan seluruh sampah baik
organic maupun anorganik. Saluran inlet memiliki kedalam 1.8 m, lebar ±3 m,
panjang ± 3 km dari kota Bandung menuju Bojongsoang.

2
2. Bar screen adalah merupakan saringan sampah secara fisik untuk menyaring
berbagai jenis sampah yang terbawa oleh aliran air dari inlet. Penyaringan
sampah ini dilakukan secara manual menggunakan tenaga manusia. Sampah
yang lebih besar akan tersaring dan akan terkumpul di luar bar screen.
3. Sump well adalah kolam penampungan dari inlet setelah melalui bar sceen. Di
dalam bak tersebut air akan dikumpulkan mencapai level tertentu untuk
dinaikkan dengan menggunakan pompa ulir (screw well). Didalam bak tersebut
air yang masuk tidak ada sampah yang besar hanya tinggal sampah halus dan
samapah organic (limbah) berupa partikel-partikel kecil.
4. Screw well merupakan alat berupa pompa ulir bertenaga listrik untuk
menaikkan air menuju ke mechanical bar screen (saringan halus).
5. Mechanicel bar screen merupakan proses penyaringan sampah halus dengan
menggunakan mesin secara otomatis. Kemudian sampah yang tersaring akan
dikirim menggunakan ban berjalan menuju ke screening press untuk
dipadatkan.
6. Grit chamber merupakan bak pengolahan untuk memisahkan partikel lumpur
dengan pasir. Bak yang digunakan berbentuk lingkaran dengan diameter ±4 m
dengan memisahkan partikel-partikel halus dengan cara memutar air dengan
cara memutar baling-baling yang terbuat dari plate besi yang bertujuan untuk
memisahkan butiran samping dari air ke samping bak untuk kemudian diangkat
dengan menggunakan alat tertentu (spesifik).
Kapasitas kolam pengolahan yang dimiliki oleh IPAL Bojongsoang
meliputi :
 Debit rata-rata/hari : 80.835 m3/hari

 Debit maksimum : 243.000 m3/hari

 BOD influent : 360 mg/L

 Fecal Coli : 108 FC/100 ml

 Temperatur : 22,5oC

Kolam pengolahan ini terdiri dari 3 kolam yaitu :

3
1. Kolam anaerob merupakan kelanjutan dari aliran air setelah penyaringan air
secara fisik. Kolam ini merupakan penampungan air limbah dengan luas ± 4 ha
yang terdiri dari 6 kolam. Kolam ini berfungsi untuk menurunkan bahan
organic secara anaerobic dengan bantuan mikroorganisme anaerob.
2. Kolam fakultatif merupakan kelanjutan dari kolam anaerob dengan ukuran
29,8 ha dengan kedalaman 1,5 m. fungsi dari kolam fakultatif adalah penurunan
bahan organic secara aerob dan anaerob. Kondisi air didalam kolam ini sudah
lebih baik dari kolam anaerob karena sebagian bahan organic sudah mengendap
pada kolam anaerob.
3. Kolam maturasi merupakan kelanjutan dari kolam fakultatif dengan luasan ±
32,5 ha yang berfungsi menyempurnakan kualitas air dengan kondisi yang layak
untuk di lepaskan ke perairan umum (sungai citarum).

Keterangan : An = Kolam Anaerob


F = Kolam Fakultatif
M = Kolam Maturasi

Gambar 1. Denah lokasi areal instalasi pengolahan air limbah Bojongsoang

Proses yang terjadi pada instalasi pengolahan air limbah Bojongsoang meliputi
proses fisik dan proses biologi. Proses fisik dilakukan secara mekanik sedangkan
proses biologi meliputi 3 tahap yaitu proses anaerobik, fakultatif dan maturasi.

4
2.3. Proses Pengolahan Air Limbah

Seperti yang telah dijelaskan di atas, proses pengolahan air limbah di IPAL
Bojongsoang meliputi proses fisik dan proses biologis. Berikut akan digambarkan
proses-proses tersebut.

2.3.1. Proses Pengolahan Fisik

Pengolahan fisik adalah pengolah atau pemisahan air kotor dari sampah
kasar, halus, lumpur dan pasir; tahap pertama air kotor dari saluran terbuka
sepanjang 3 km dilakukannya penyaringan terhadap sampah-sampah kasar (Bar
Screen), dimana pada tahap ini sampah kasar berukuran > 50 mm akan tersangkut
pada saringan berupa kawat kasar yang dipasang pada pintu pemasukan dan sampah
tersebut diangkat secara manual oleh petugas yang berada disana.
Setelah tersaring dari sampah kasar air kotor masuk pada bak penampungan,
selanjut air di pompa dengan pompa ulir (screw pump) untuk memompa air dari
bak penampungan ke grit chamber, saringan halus (mechanical bar screen) untuk
menyaring sampah berukuran kecil (20 mm-50 mm), Screening press untuk
memadatkan sampah yang dihasilkan dan oleh saringan halus. Setelah proses
pemisahan sampai dengan air pemisahan selanjutnya adalah pemisahan lumpur dan
pasir.
Air kotor yang masuk adalah limbah domestik, hotel dan rumah sakit
adalah air yang bukan tercemar oleh zat kimia yang beracun, utuk mendeteksi hal
ini dapat terlhat pada proses mechanical bar screen, dimana pada tahap ini
terpasang alat deteksi kualitas air berupa BOD, pH dan Oksigen terlarut. Apabila
tercatat air yang masuk BODnya berkisar antara 200-400 mg/l maka akan dilakukan
pngujian secara manual untuk data yang akurat. Apabila benar maka pintu air pada
inlet akan ditutup. Sehingga air kotor tersebut tidak akan dilakukan proses
selanjutnya dan air akan dikelurkan melalui saluran bypass. Selain karena adanya
limbah industri yang mngandung zat kimia penutupan pintu inlet dan dibukanya
saluran bypass juga dilakukan jika adanya perbaikan mesin pada screw pump.
Setelah air kotor dipisahkan dari sampah kasar, sampah halus, lumpur dan pasir
(pengolahan fisik). Tujuan pengolahan fisik ini adalah untuk memudahkan tahap

5
pengolahan selanjutnya yaitu pengolahan biologi sehingga pengolahan biologi
dapat berjalan dengan sempurna dan air kotor yang diproses atau diolah dapat
dimanfaatkan atau dibuang ke sungai.

2.3.2. Proses Pengolahan Biologi

Setelah proses penyaringan dilakukan secara fisik maka selanjutnya adalah


proses penyaringan dilakukan secara biologis menggunakan organisme akuatik
anaerob didalam kolam anaerob. Kolam ini memiliki luas area 4,04 ha, kedalaman
4 m, debit air 80.835 m3/hari, beban volumetric 275 g BOD/m3/hari, BOD influen
360 mg/l, total bahan organik 20.100 kg BOD/hari, waktu denaturasi 2 hari,
temperature 22.5oC. Pada proses ini terjadi 3 tahapan proses yaitu tahap hidrolisasi
yang (terdiri dari penguraian protein, penguraian polysacarida dan penguraian
lemak); tahap acidogenik yang merupakan proses pembentukan asam oleh bakteri
dengan proses kimia 4C8H2O2NS + 8H2O 4CH3COOH + 4CO2 + 4NH3 + 4H2S
+ 8H; tahap methanogenik yaitu merupakan proses pembentukan gas methan oleh
bakteri methanogenik adapun proses kimianya adalah sebagai berikut 4CH3COOH
+ 8H 5CH4 + 3CO2 + 2H2O.

6
INLET

Anaerob
AN 1 AN 2 AN 3

Facultatif
F1 F2

M1
Maturation

M2
Sungai Citarum

Gambar 2. Proses Biologi Pengolahan Air Limbah di IPAL Bojongsoang

Setelah dari kolam anaerobik air akan mengalir secara grafitasi air akan
bergerak menuju kolam fakultatif. Adapun proses yang terjadi adalah simbiosa
antara ganggang dan ganggang. Adapun proses yang terjadi adalah sebagai berikut
 Mikro Algae + CO2 --------- Fotosintesa --------- O2

 Bakteri + O2 -------- Sel Baru


Adapun zona yang terbentuk pada kolam fakultatif adalah zona anaerob (dasar),

Zona Fakultatif (central), Zona Aerob (permukaan). Proses Yang Terjadi

Pada Kolam Fakultatif

 Reduksi BOD sampai 80 %

 Peningkatan kadar Oksigen ( Dari Reaerasi dan Proses Fotosintesa)

 Penurunan Bakteri Pathogen

Pada kolam maturasi merupakan penyempurnakan kualitas air dengan kondisi yang
layak untuk di lepaskan ke perairan umum (sungai citarum). Proses yang terjadi

7
pada kolam maturasi (aerob) adalah Proses Nitrifikasi oleh bakteri Autotrof
antara lain :
 Tahap Nitritasi : (Oksidasi NH4 menjadi ion NO2)

Bakteri yang dihasilkan adalah Nitrosomonas

 Tahap Nitratasi : ( Oksidasi ion NO2 menjadi ion NO3) Bakteri yang
dihasilkan Nitrobacter.

Tabel 1. Hasil Pengukuran kualitas air pada kolam maturasi

PARAMETER UNIT INFLUENT EFFLUENT

pH - 7.36 9.07

Disolved Oxygent Mg/l 0.4 8.21

BOD Mg/l 250 40.00

COD Mg/l 280 50.00

E.coli MPN/100ml 9.108 15.103

Coliform MPN/1ooml 9.10 3.10

Dari hasil proses pada kolam maturasi diperoleh air yang sudah layak untuk dibuang
keperairan umum. Pengukuran kualitas kualitas air pada kolam maturasi dapat di
lihat pada Tabel 1.

8
BAB III
PEMBAHASAN

IPAL Bojongsoang ini adalah milik Perusahaan Daerah Air Minum Kota
Bandung. PDAM Bandung, sebagai PDAM yang cukup besar, memiliki tiga divisi;
divisi air bersih yang menangani air kotor, divisi umum, dan divisi air kotor yang
menangani limbah rumah tangga. Namun, IPAL yang berjarak 12 km dari kota
Bandung ini belum sepenuhnya menangani air limbah rumah tangga dari seluruh
Bandung. IPAL Bojongsoang baru bisa menangani air limbah dari wilayah
Bandung Timur dan Bandung Tengah bagian Selatan. Selain mengolah air limbah
yang masuk langsung dari saluran perpipaan, IPAL Bojongsoang juga menerima
air limbah dari tangki septik (septic tank) yang dikumpulkan oleh mobil–mobil
pengumpul tinja pelayanannya baru 58 persen dari kota Bandung., IPAL ini benar–
benar sesuai dengan fungsinya, yaitu mengurangi beban pencemaran sungai–sungai
di Bandung.
Pencemaran yang terjadi dapat disebabkan oleh limbah domestik (limbah
rumah tangga, hotel, restaurant dan rumah rakit), limbah pertanian, limbah
pertenakan dan limbah industry. Seperti yang dinyatakan oleh Effendi (2003),
bahwa bahan pencemar adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau
bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem
sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut. Polutan antropogenik adalah
polutan yang masuk ke badan air akibat aktivitas manusia misalnya kegiatan
domestik, kegiatan urban maupun kegiatan industri. Limbah ini akan masuk
keperairan dan akan mempengaruhi kondisi perairan yaitu menurunnya kualitas air,
terganggunya sumber air, terganggunya lingkungan perairan, rusaknya konservasi
air, debit air yang kurang yang pada akhirnya biaya semakin tinggi untuk
pengolahannya. Untuk menangani permasalah tersebut IPAL Bojongsoang
berusaha untuk memecahkannya dengan beberapa tahap kegiatan seperti yang
terlihat pada Gambar 3.
PENINGKATAN JUMLAH
PENDUDUK 2.5%
per tahun

MASALAH LINGKUNGAN

TINGKAT PENCEMARAN

SOLUSI

BUDP PEMANTAUAN LIMBAH


(DEWI SARTIKA ) PEMUKIMAN

SISTEM PERPIPAAN PENATAAN LINGKUNGAN

INSTALASI PENGOLAHAN PENURUNAN TINGKAT


PENCEMARAN

PEMANFAATAN

Gambar 3. Skema pengelolaan air limbah di IPAL Bojongsoang

Proses pengolahan limbah yang ada di IPAL Bojongsoang sudah sangat baik.
Proses tersebut dibagi dalam dua tahapan yakni proses fisik dan proses biologi.
Pada proses fisik yang dilakukan secara mekanik agar sampah-sampah dengan
ukuran lebih besar dapat tersaring terlebih dahulu. Selanjutnya, air limbah yang
telah disaring pada proses fisik diolah melalui proses biologi.
Pada proses pengolahan secara biologi, pengendapan zat padat ke dasar
kolam membentuk lapisan lumpur sehingga kadar padatan terlarut cukup tinggi.
Dalam proses pengendapan sebagaian bahan organic yang terbawa dalam aliran air
akan mengumpul dan membentuk endapan berupa lumpur. Endapan lumpur
berwarna hitam pekat dengan bau sangat menyengat. Proses anaerob akan berjalan
secara optimal apabila ketebalan endapan lumpur dalam kolam anaerob tidak

10
kurang dari 50 cm. jika ketabalan lumpur telah mencapai 50 cm maka harus
dikeluarkan sehingga dasar kolam akan bersih. Pengambilan endapan lumpur
dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia. Bahan organic
yang terdapat dalam endapan lumpur antara lain bahan limbah dari logan berat
seperti aluminium(Al), magnesium(M), sulfur (S), besi (Fe), Mg , Cu, Zn, Bo, Na,
K, P,. Dari proses yang terjadi dalam kolam anaerob tersebut diharapakan akan
terjadi penguraian zat organik yang akan menguraikan bahan-bahan organik terlarut
dalam air sehingga menjadi bahan yang tidak bersifat toksik (racun) dan layak
untuk digunakan dalam budidaya. Penurunan kadar BOD bisa mencapai 60%.
Dalam kolam anaerob akan terlihat banyak gelembung gas yang terdapat
dipermukaan air kolam yang bersifat toksik. Gas tersebut berupa gas dari H2S,
NH3, CO2, SO2 dan CH4. Reaksi yang terjadi pada pembentukan H2S

H+ + HS- H2S

Reaksi yang terjadi pada proses pembentukan NH3

NH4 + OH- NH3 + H2O

Semakin tinggi pH air senakin tinggi amoniak, karena sebagian besar berada dalam
bentuk NH3, secara biologis di alam dapat terjadi perombakan amoniak menjadi
nitrat (NO3), suatu bentuk yang tidak berbahaya, dalam proses nitrifikasi dengan
bantuan bakteri nitrifikasi , terutama Nitrosomonas dan Nitrobacter. Selain
memerlukan bakteri tersebut diperlukan oksigen yang cukup di dalam air. Dalam
proses nitrifikasi ini diperlukan karbon dan oksigen yang cukup sebagai sumber
energy, seperti terlihat pada reaksi berikut (Poernomo, 1989) :
29NH3 + 37O2 + 5CO2 Nitrosomonas C5H7O2N + 28NO2 + 57H + 26H2O

96NO2- + 43O2 + 5CO2 Nitrobacter C5H7O2N + H+ + 96NO3

Reaksi yang terjadi pada proses pembentukan CO2

CO2 + H2S H+ + HCO3-

Bakteri yang berperan pada proses anaerobik bakteri penghasil asam :

bakt.non methanogenik. bakteri methan : methanosarcina barkeri dan


methanospirillum hungaley .

11
Proses fakultatif pada prinsipnya merupakan pengolahan untuk menurunkan bahan
organic secara aerob dan anaerob. Pada tahapan ini diharapkan akan terjadi
penurunan tingkat kebutuhan oksigen secara biologis (BOD). BOD adalah jumlah
oksigen yang diperlukan oleh miroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan
organik secara biologis menjadi senyawa-senyawa yang lebih stabil. Oleh
karenanya, organisme yang dominant pada kolam ini adalah fitoplankton sebagai
berikut :
1. Kolam Fakultatif 1 :

 Cyanophyta : 7 Species

 Chlorophyta : 14 Species

 Chrysophyta : 7 Species

2. Kolam Fakultatif 2

 Cyanophyta : 8 Species

 Chlorophyta : 2 Species

 Chrysophyta : 3 Species

Berdasarkan hal tersebut di atas maka diharapkan BOD pada air tereduksi sampai
80 %. Selain itu juga diharapkan terjadinya peningkatan kadar oksigen melalui
reaerasi dan proses fotosintesis. Dengan sendirinya, bakteri-bakteri patogen juga
akan menurun.
Hal yang sama juga terjadi pada kolam maturasi. Pada kolam ini, mikroorganisme
yang dominan adalah fitoplankton sebagai berikut :
1. Kolam Maturasi 1
 Cyanophyta : 6 Species

 Euglenophyta : 1 Species

 Chlorophyta : 5 Species

 hrysophyta : 1 Species

2. Kolam Maturasi 2

 Cyanophyta : 6 Species

12
 Chlorophyta : 2 Species

Pada kolam maturasi ini, proses pengolahan air dilakukan untuk penyempurnaan
kualitas air. BOD air yang dihasikan turun hingga mencapai 40 mg/L dan Focal
Coli menjadi 5.000 mpn/100 ml. Untuk menyatakan apakah suatu perairan sudah
tercemar adalah dengan diperbandingkan dengan standar baku mutu air yang telah
ditentukan. Dalam hal ini sudah terdapat peraturan yang mengatur tentang mutu air
yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kriteria mutu air dalam peraturan
ini digolongkan menjadi 4 kelas yaitu kelas air untuk air baku air minum, rekreasi
air, budidaya ikan air tawar dan pengairan lahan pertanian. Batas maksimum kadar
BOD pada kelas 4 adalah sebesar 12 mg/l. Berdasarkan baku mutu tersebut maka
dapat dikatakan bahwa air hasil olahan dari kolam maturasi ini belum layak untuk
air minum, rekreasi air dan budidaya air tawar. Namun demikian nilai BOD yang
ada dalam kolam maturasi ini telah mengalami penurunan yang signifikan dari 144
mg/L pada kolam anaerob dan 50 mg/L pada kolam fakultatif.

Tabel 2. Penurunan Jumlah Bakteri Pada IPAL Bojongsoang


NO PARAMETER INLET OUTLET EFISIENSI (%)
(MPN/100ml)
1 E.Coli 9.108 15.103 99.99%
2 Coliform 9.108 3.103 99.99%
3 Salmonella 6,5.107 18.102 99.99%

Tabel 2 memperlihatkan penurunan jumlah bakteri pada IPAL Bojongsoang.


Terlihat bahwa terjadi penurunan jumlah bakteri E. Coli, Salmonella dan bakteri
Coliform. Penurunan ini mengakibatkan terjadinya efisiensi pada instalasi hingga
mencapai 99,99 %. Hal ini berarti bahwa proses pengolahan air limbah dapat
menurunkan jumlah bakteri dengan baik. Selanjutnya, pengolahan air limbah di
IPAL Bojongsoang juga dapat menurunkan kadar detergent pada air dari 5,1652
mg/L di inlet menjadi 0,4748 mg/L di outlet.

13
BAB IV
KESIMPULAN

Dari hasil praktek lapang yang dilakukan di IPAL Bojongsoang dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. IPAL Bojongsoang merupakan instalasi pengolahan air limbah terbesar di Asia
Tenggara dengan kapasitas :
• Debit rata-rata/hari : 80.835 m3/hari

• Debit maksimum : 243.000 m3/hari

• BOD influent : 360 mg/L

• Fecal Coli : 108 FC/100 ml

• Temperatur : 22,5oC

2. Proses pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang terdiri dari proses fisik dan
proses biologi. Pengolahan fisik dilakukan secara mekanis sedangkan proses
biologi dilakukan melalui proses anaerobic, fakultatif dan maturasi
3. Kualitas air yang dihasilkan setelah melalui proses maturasi memiliki BOD
sebesar 40 mg/L. Berdasarkan baku mutu yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, kualitas air yang dihasilkan ini belum layak
untuk digunakan sebagai air minum, rekreasi dan kegiatan budidaya ikan
VII. DISKUSI

Pada proses pengolahan secara fisik, ada dua screen yakni bar screen dan
mecanical screen. Hal ini dilakukan karena air limbah yang akan diolah oleh IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah) Bojongsoang mengandung berbagai macam
jenis sampah, seperti: organik maupun anorganik. Contoh sampah organik antara
lain: dedaunan, rerumputan dan lain-lain. Sedangkan sampah anorganik meliputi:
batu, pasir, kerikil, tanah, plastik dan lain-lain. Sehingga dibutuhkan beberapa
macam penyaringan untuk memisahkan sampah-sampah tersebut, antara lain
melalui:
- Saringan kasar (Bar screen), saringan ini dimaksudkan untuk menyaring
sampah dengan ukuran yang relatif besar yaitu lebih besar sama dengan 50mm
- Saringan halus (Mechanical screen), saringan ini dimaksudkan untuk
menyaring sampah dengan ukuran yang relatif besar yaitu lebih kecil daripada
50mm

Pompa yang digunakan pada IPAL Bojongsoang adalah screw pump. Hal ini
dilakukan karena dasar permukaan dari bak penampungan air limbah berada di
bawah dasar permukaan grit chamber, maka diperlukan screw pump untuk
memompa air dari bak penampungan ke grit chamber.
Selanjutnya pada proses pengolahan air limbah di tahap berikutnya digunakan
grift chamber karena air limbah yang masuk ke dalam grit chamber masih
mengandung lumpur dan partikel pasir, maka dibutuhkan penyaringan untuk
memisahkan lumpur dan pasir. Sehingga air yang dialirkan menuju bak pengolahan
secara anaerob diusahakan sebisa mungkin bebas dari pasir, untuk menghindari
terjadinya pendangkalan oleh pasir di kolam anaerob. Sedangkan lumpur di dalam
kolam anaerob berfungsi sebagai media perangkap bakteri penghasil asam (bakteri
non methanogenik) dan bakteri methan (Methanosarcina bakteri,
Methanospirillum hungaley).
Pada kolam anaerobik dilakukan pengerukan sediment. Di dalam pengolahan
air limbah khususnya untuk air limbah rumah tangga, kolam anaerobik termasuk ke
dalam tahap pengolahan limbah secara biologis. Kolam ini berfungsi untuk
menghilangkan koloid senyawa organik atau senyawa organik terlarut melalui
oksidasi biokimia dengan bantuan mikroorganisme.
Mikroorganisme yang digunakan umumnya terdiri dari 2 jenis bakteri, yaitu bakteri
penghasil asam (bakteri non methanogenik) dan bakteri methan (Methanosarcina
barkeri dan Methanospirillum hungaley). Bakteri akan menguraikan zat-zat
organik secara anaerobik menjadi hasil akhir CO2 dan CH4, dan sebagai hasil
samping akan terbentuk senyawa yang berbau, misalnya asam organik dan H2S.
Kedalaman kolam ini berkisar antara 2,5–4 meter, yang mana di dalamnya
terjadi tiga tahap proses, yaitu: 1) tahap hidrolisis, meliputi: penguraian protein,
penguraian poly sacharida dan penguraian lemak; 2) tahap acidogenik yang
merupakan proses pembentukan asam oleh bakteri melalui reaksi: 4C8H2O2NS +
8H2O 4CH3COOH + 4CO2 + 4NH3 + 4 H2S + 8H; dan 3) tahap methanogenik,
yaitu proses pembentukan gas methan oleh bakteri methanogenik melalui reaksi:
4CH3COOH + 8H 5CH4 + 3CO2 + 2H2O. Proses yang terjadi dimulai dengan,
pengendapan zat padat ke dasar kolam membentuk lapisan lumpur sehingga
kadar SS paling tinggi, kemudian penguraian zat organik (penurunan BOD
sampai 60%), dan terakhir pembentukan gas hasil proses (H2S, NH3, CO2,
SO2 dan CH4).

Jika ketinggian sedimentasi lumpur di dalam kolam anaerobik sudah


mencapai 50 cm maka perlu dilakukan pengerukkan, hal ini penting karena jika
sedimentasi lumpur terlalu tinggi maka proses anaerobik tidak berlangsung secara
efisien dalam menguraikan senyawa organik atau senyawa organik terlarut (bahan
organik).
Pada kolam fakultatif maupun maturasi, kandungan logam beratnya makin
rendah dibanding di kolam anaerobik. Pada kolam fakultatif kandungan logam
beratnya lebih rendah daripada kolam anaerobik karena sebagian logam beratnya
telah diendapkan di dalam kolam anaerobik, sedangkan pada kolam maturasi
kandungan logam beratnya lebih rendah daripada di kolam anaerobik karena
sebagian logam berat telah diendapkan di dalam kolam anaerobik dan di kolam
fakultatif.

20
Perbandingan hasil analisa kualitas air oleh IPAL Bojongsoang dan menurut Boyd
( 1988 ) dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Perbandingan kualitas air di IPAL dan menurut Boyd (1988)


BOYD, C.E
ANALISA IPAL
PARAMETER UNIT (1980)
INFLUENT EFLUENT
pH - 7.36 9.07 6,5 – 9
Disolved Oxygent Mg/l 0.4 8.21 5,6-9
BOD Mg/l 250 40 3-6
COD Mg/l 280 50 <20
E.coli * MPN/100ml 9.10 8 15.10 3 -
Coliform* MPN/1ooml 9.10 8 3.10 3 -
Iron Mg/l 5.75 0.74 <0,3
Chromium Mg/l 0.421 0.192 <0,02
Copper Mg/l Tt tt <0,1
Manganese Mg/l tt 0.016 <0,05
Zink Mg/l tt tt 0,03-2
Detergen Mg/l 5.1652 0.4748 <0,5

Berdasar perbandingan terhadap parameter kualitas air yang baik untuk kegiatan
budidaya menurut Boyd (1988) maka dapat disimpulkan bahwa air keluaran dari
IPAL Bojongsoang masih tidak layak untuk kegiatan budidaya ikan. Hal ini
ditunjukkan pada nilai beberapa parameter yang berada di luar kisaran batas
kelayakan bagi usaha budidaya ikan, antara lain: nilai BOD, COD, Iron, dan
Chromium. Nilai BOD yang sangat tinggi (40 mg/l) berarti bahwa jumlah O2 yang
dipakai oleh mikroorganisme baik plankton maupun bakteri sangat tinggi.
Demikian juga, COD yang sangat tinggi (50 mg/l) berarti bahwa banyak terdapat
bahan tercemar pada air keluaran dari IPAL. Sedangkan kadar Fe, Chromium yang
terkandung di air juga sangat tinggi hingga hampir 2-10 kali lipat. Logamlogam
tersebut merupakan jenis logam berat yang dikhawatirkan dapat terakumulasi pada
badan ikan dan akan berbahaya jika termakan oleh manusia. Sementara untuk
parameter pH, DO, mangan dan deterjen relatif masih berada dalam kisaran batas
kelayakan bagi kegiatan budidaya ikan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air

Boyd, CE. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing.
Auburn University Agricultur Experiment Station, Alabama, USA. 359 p.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta. 258 p

23
Gambar 1. Denah lokasi areal instalasi pengolahan air limbah Bojongsoang

Keterangan : An = Kolam Anaerob

24
F = Kolam Fakultatif
M = Kolam Maturasi Gambar 2. Proses
Biologi Pengolahan Air Limbah di IPAL
Bojongsoang

INLET

AN 1 AN 2 AN 3

Facultatif
F1 F2

M1
Maturation

M2
Sungai Citarum

25

You might also like