You are on page 1of 4

Hipertensi Superimposed Preeklampsia

Preeklampsia pada hipertensi kronik (preeclampsia superimposed upon chronic

hypertension) adalah hipertensi kronik disertai tanda- tanda preeklampsi atau hipertensi kronik

disertai proteinuria (NHBPEP, 2000).

Pada sebagian wanita, hipertensi kronik yang sudah ada sebelumnya semakin memburuk

setelah usia gestasi 24 minggu. Apabila disertai proteinuria, diagnosisnya adalah superimpose

preeklampsi pada hipertensi kronik (superimposed preeclampsia). Preeklampsia pada hipertensi

kronik biasanya muncul pada usia kehamilan lebih dini daripada preeklampsi murni, serta

cenderung cukup parah dan pada banyak kasus disertai dengan hambatan pertumbuhan janin

(Manuaba, 2007).
Hipertensi kronik superimpose preeklampsia berat merupakan hipertensi kronik yang
disertai tanda-tanda pre-eklampsia berat, di mana hipertensi kronik sendiri mempunyai arti:
a. Hipertensi yang terjadi sebelum usia 20 minggu kehamilan, atau
b. Hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah usia kehamilan 20 minggu dan
kondisi hipertensi tersebut menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.
c. Klasifikasi
Ringan: tekanan sistolik 140-159 mmHg, tekanan diastolik 90-109 mmHg
Berat: tekanan sistolik ≥160 mmHg, tekanan diastolik: ≥110 mmHg
(Betsy Nobmann, 2011)
Tanda-tanda preeclampsia berat yang menyertai berupa:
a. Proteinuria, gejala-gejala neurologic, nyeri kepala hebat, gangguan visus, edema
patologik yang menyeluruh (anasarka), oligouria, edema paru
b. Kelainan laboratorium: kenaikan serum kreatinin, trombositopenia, kenaikan
serum transaminase hepar
(Muh. Dikman Angsar, 2008)
Hipertensi kronis adalah kelainan yang relatif umum terjadi pada kira-kira 1-5% wanita
hamil. Karena bertambahnya usia ibu, obesitas, dan diabetes tipe 2 di seluruh dunia, diharapkan
prevalensi hipertensi kronis pada kehamilan akan terus meningkat. Survei-survei SPSS di
Perancis antara tahun 2006 dan 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi kronis sebesar 4,1%
pada wanita antara 18 dan 34 tahun dan 8,3% antara 35 dan 44 tahun. Hipertensi diketahui pasien
pada 22,3% kasus antara 18 dan 34 tahun dan pada 55,5% kasus antara 35 dan 44 tahun.
Kehamilan yang diperparah oleh hipertensi kronis pada peningkatan risiko superimposed
preeklamsia, abruptio plasenta, fetal growth restriction, persalinan prematur, dan kematian
perinatal.
Pada wanita dengan hipertensi kronis, risiko preeklamsia ditumpangkan meningkat pada
etnis berkulit hitam, indeks massa tubuh (BMI), merokok, tekanan darah sistolik 130 sampai 139
mmHg, dan tekanan darah diastolik 80 sampai 89 mm Hg, dan pada wanita dengan hipertensi
kronis ≥ 4 tahun. Hasil yang saling bertentangan telah dipublikasikan mengenai hubungan antara
riwayat preeklamsia dan tingkat preeklamsia pada kehamilan berikutnya. Perbedaan ini mungkin
terkait dengan masuknya populasi wanita heterogen dengan hipertensi. Dalam beberapa
penelitian wanita hanya memiliki hipertensi esensial sedangkan pada wanita lain memiliki semua
bentuk hipertensi. Selain itu, sebagian besar penelitian termasuk wanita yang didiagnosis
menderita hipertensi kronis berdasarkan hipertensi sebelum kehamilan atau selama kehamilan 20
minggu pertama. Selain itu, tidak satu pun studi yang dilaporkan sampai saat ini hanya
mencakup wanita yang menerima pengobatan antihipertensi sebelum konsepsi (Lecarpentier,
Edourd, 2013).
Daftar Pustaka

Angsar, M D. 2008. Hipertensi dalam Kehamilan. Surabaya: Universitas Airlangga


Lecarpentier, Edourd. 2013. Risk Factors of Superimposed Preeclampsia in Women with
Essential chronic Hypertension Treated Before Pregnancy. PLOS ONE. Volume 8, Issue
5. www.plosone.org
NHBPEP. 2000. Report of The National High Blood Pressure Education Program Working
Group on High Blood Pressure in Pregnancy. American Journal of Obstetrics and
Gynecology, 183, 1 – 22
Nobmann B. 2006. ANMC Guidelines for Management of Hypertensive Disorder in Pregnancy.
Alaska:NJM
Prawirohardjo, S. 2006. Hipertensi dalam Kehamilan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta

You might also like