Professional Documents
Culture Documents
Date Signature
BUNUH BAYI
OLEH:
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Afriani Early
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Jerny Dase, M.Kes, SH, Sp.F
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
DISCLAIMER ............................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
SKDI PERSPECTIVE ................................................................................... v
KERANGKA KONSEP ................................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
BAB II. PEMBAHASAN .............................................................................. 3
I. Definisi .............................................................................................. 3
II. Epidemiologi .................................................................................... 4
III. Faktor Resiko ................................................................................. 5
IV. Pemeriksaan Forensik..................................................................... 6
V. Dasar Hukum ................................................................................... 26
BAB III. PENUTUP ...................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 30
iv
SKDI PERSPECTIV
v
KERANGKA KONSEP
Lahir
hidup/mati
Cukup bulan
(viable)
Pre morgue
Tanda
Perawatan
Tanda
Perlukaan
Bayi Pemeriksaan
makroskopis
Morgue
Tes Apung
paru
Pemeriksaan
Bunuh Bayi Pemeriksaan
Forensik
Post morgue mikroskopis
(histopatologi)
Pre morgue,
Tanda Partus
Morgue
Ibu
Pemeriksaan
Post morgue Mikroskopis
(gol. darah)
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Bunuh bayi yang biasa juga diistilahkan dengan Pembunuhan Anak Sendiri
(infanticide) selanjutnya disebut PAS adalah suatu bentuk kejahatan terhadap
nyawa dimana kejahatan ini bersifat unik. Keunikan tersebut dikarenakan pelaku
pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri dan alasan atau motivasi untuk
melakukan kejahatan tersebut adalah karena ibu kandungnya takut ketahuan
bahwa dia telah melahirkan anak, salah satunya karena anak tersebut adalah hasil
hubungan gelap. Selain itu, keunikan lainnya yaitu saat dilakukan tindakan
menghilangkan nyawa anaknya yaitu saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian. Patokannya yaitu dapat dilihat apakah sudah ada atau belum tanda-
tanda perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusat atau diberikan pakaian.1
Kasus pembunuhan terhadap bayi yang baru lahir telah dikenal sejak dahulu
dan terjadi dimana saja. Fir’aun di zamannya telah memerintahkan membunuh
setiap bayi laki-laki yang lahir, karena takut munculnya seorang raja baru. Pada
zaman dahulu juga terjadi di tanah arab dimana lazimnya terjadi setiap bayi
perempuan yang dianggap membawa sial bagi keluarganya juga dibunuh. Masih
banyak lagi alasan lain yang mendorong seseorang sampai hati merampas nyawa
seorang bayi yang baru dilahirkan.2
Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSU Dr. Soetomo
Surabaya sejak tahun 2000 – 2009 menerima 112 kasus jenazah bayi yang dikirim
dengan dugaan pembunuhan, pembunuhan anak, penelantaran dan beberapa
dengan SPVR (Surat Permintaan Visum et Repertum) yang tidak mencantumkan
dugaan penyidik.Dari 112 bayi tersebut, 92 (82,14%) bayi dengan dugaan
pembunuhan anak, 14 (12,50%) bayi dengan dugaan hasil abortus, 6 (5,35%)
kasus dengan dugaan penelantaran atau pembunuhan biasa. Dalam 10 tahun
terakhir ada 92 ibu kandung yang diduga tega menghabisi nyawa anak
kandungnya sendiri bukanlah hal yang bisa dimaklumi.3
Masing-masing negara, memiliki perundang-undangan tersendiri untuk
mengatasi pembunuhan anak. Akan tetapi, banyak negara yang menganut bahwa
pembunuhan bayi bukanlah tindakan kriminal tetapi merupakan tindakan akibat
1
tuntutan sosial ekonomi. Di Inggris dan Wales sejak 1922, tidak memasukan
infanticide ke dalam undang-undang kriminalitas. Di Indonesia, infanticide juga
memiliki kekhususan dalam penanganan hukum, dimana pembunuhan ini tidak
dikategorikan dalam aturan pembunuhan yang bersifat umum (pasal 338 dan 340
KUHP). Pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya ini didasarkan atas motif takut
ketahuan melahirkan anak baik itu dilakukan tanpa rencana sebelumnya ataupun
telah direncanakan sebelumnya. Motif ini dikaitkan dengan kultur dalam
masyarakat Indonesia yang masih menganggap hal tabu dan merupakan aib besar
jika melahirkan tanpa suami.4
Penyebab kematian yang terbanyak dijumpai untuk dalam tindakan
pembunuhan bayi adalah cara atau metode yang menimbulkan keadaan mati
lemas (asfiksia), seperti penjeratan, pencekikan dan pembekapan serta
membenamkan ke dalam air. Adapun cara atau metode lain seperti menusuk atau
memotong serta melakukan kekerasan dengan benda tumpul. Namun untuk
menentukan secara pasti penyebab kematian bayi maka kita harus melakukan
pemeriksaan forensik bukan hanya terhadap bayi yang menjadi korban namun
juga terhadap perempuan yang dicurigai sebagai ibunya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
I. Definisi
3
Gambar ini Definisi Filicide, Infanticide, &Neonatacide7.
Di Indonesia, Infanticide dikhususkan dalam dua bagian yaitu kinderdoodslag
dan kindermoord yang didasarkan atas motif takut ketahuan melahirkan anaknya.
Kinderdoodslag adalah dilakukan tanpa rencana sedangkan kinderdoodmoord
dilakukan atas rencana.8
II. Epidemiologi
Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa pada tahun 1983 terdapat lebih dari
600 kasus pembunuhan anak dan dalam kurun waktu 1982-1987 kasus
pembunuhan anak yang terjadi adalah 1,1% dari seluruh kasus pembunuhan yang
dilaporkan.9Berdasarkan laporan retrospektif di German didapatkan 48 kasus
pembunuhan anak dari tahun 1980-2007, dimana dari hasil pemeriksaan
karakteristik klinis dan forensik ditemukan 25 kasus merupakan infanticide.
Sebenarnya, kasus infanticide di negara barat cukup rendah mencapai 2,1 per
100.000 kelahiran hidup per tahun.10
Di Afrika Selatan dari total 454 anak berusia kurang dari 5 tahun yang
dibunuh pada tahun 2009, lebih dari setengahnya yaitu 53,2 % adalah neonatus
dan 74,4% adalah infant. Dimana insidens neonaticede 19,6 per 100.000 kelahiran
hidup dan infanticide mencapai 28,4 per 100.000 kelahiran hidup. Di Malaysia
dari tahun 1999 sampai 2011 didapatkan 1.069 kasus pembunuhan bayi dengan
insidens infanticide berflutuaktif antara 4,82 dan 9,11 per 100.000 kelahiran
hidup.10 Di Indonesia sendiri terdapat 92 (0,83%) kasus dugaan pembunuhan anak
4
dari 10.986 kasus forensik yang diteliti di Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal RSU Dr. Soetomo Surabaya sejak tahun 2000-2009.9
Cara yang paling sering digunakan dalam kasus pembunuhan anak sendiri
adalah membuat keadaanasfiksia mekanik yaitu pembekapan, pencekikan,
penjeratan dan penyumbatan. DiJakarta dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar 30-
40 kasus PAS per tahun dilakukandengan cara asfiksia mekanik. Bentuk
kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul dikepala (5-10%) dan kekerasan tajam
pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7 tahun).9
5
wanita yang melakukan pembunuhan bayi termasuk menyembunyikan kehamilan
mereka.11
Selain itu, kehamilan yang tidak diinginkan juga menjadi salah satu faktor
yang mendukung ibu untuk melakukan pembunuhan bayi. Pada beberapa kasus
ditemukan wanita yang membunuh bayi memiliki karakteristik primipara, usia
muda rata-rata dibawah 20 tahun, belum menikah dan masih tinggal dengan orang
tua.10 Di Indonesia sendiri ini menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan
ibu membunuh bayinya. Motif ini dikaitkan dengan kultur dalam masyarakat
Indonesia yang masih menganggap hal tabu dan merupakan aib besar jika
melahirkan tanpa suami.4
a. Pre Morgue:
Pada kasus pembunuhan dapat ditentukan adalah bayi tersebut pernah
menangis atau pernah ada pergerakan otot tetapi hanya dapat didapat dari
6
pernyataan saksi. Selain itu, pemeriksaan lain yang bisa dilakukan pada bayi
adalah menentukan panjang tubuh bayi tersebut sekaligus menentukan umur bayi,
berat badan, keadaan kulit dan keadaan lain pada bayi, keadaan tali pusat dan
tanda-tanda perawatan.12
Adakah bayi pernah menangis dan pernah adanya pergerakan otot?
Bayi yang bernapas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi bayi yang
menangis pasti akan bernapas. Pada pergerakan otot susah untuk ditentukan
bahwa bayi pernah bergerak atau tidak tetapi hanya bisa ditentukan jika
adanya saksi yang pernah melihat pergerakan otot bayi. Hal ini karena,
pergerakan otot tidak bisa dibuktikan pada post mortem karena adanya kaku
mayat yang terjadi setelah mati.12
Pemeriksaan antropometri (panjang badan, berat badan, dan lingkar kepala)
Penentuan antropometri pada bayi penting untuk menentukan
apakah bayi tersebut cukup bulan atau belum cukup bulan (prematur)
ataukah non-viable, karena pada keadaan prematur dan nonviable
kemungkinan bayi untuk bertahan hidup di luar kandungan sangat kecil.
Bayi yang viable adalah keaadan bayi yang dapat hidup di luar kandungan
lepas dari ibunya.
Seorang bayi dikatakan viabel jika bayi tersebut dapat hidup
di luar kandungan tanpa mendapat perawatan dari peralatan khusus. Syarat
bayi viabel ialah:
Usia dalam kandungan lebih dari 28 minggu.
Panjang badan diukur dari puncak kepala hingga tumit lebih dari 35 cm.
Berat badan lebih dari 1500 gr.
Lingkaran kepala, sircumferensia frontooksipitalis lebih dari 32 cm.
Tidak didapatkan kelainan bawaan yang berat.
Pemeriksaan antropometri untuk penentuan umur bayi dapat ditentukan
dengan menentukan panjang badan bayi dengan menggunakan rumus Haase.
Menurut rumus Haase, pada lima bulan pertama kehamilan, panjang badan
menjadi dasar penentuan perkiraan usia janin dalam bulan. Karena itu, janin
yang berumur dibawah 5 bulan, umur janin sama dengan akar pangkat dua dari
panjang badan. Jadi apabila dalam pemeriksaan luar, didapatkan panjang badan
7
janin 20 cm, maka kemungkinan usia janin saat ini adalah 4 sampai 5 bulan
dalam kandungan. Untuk janin yang berumur diatas 5 bulan, umur janin dalam
kandungan sama dengan panjang badan (dalam cm) dibagi dengan 5. Jadi pada
pemeriksaan didapatkan panjang badan janin 45 cm, maka kemungkinan usia
janin saat ini adalah 9 bulan dalam kandungan. Berikut merupakan perkiraan
umur bayi yang dapat ditentukan berdasarkan rumus Haase:4
Umur Panjang badan (kepala-tumit)
1 bulan 1 x 1= 1cm
2 bulan 2 x 2= 4cm
3 bulan 3 x 3 = 9cm
4 bulan 4 x 4 = 16cm
5 bulan 5 x 5 = 25cm
6 bulan 6 x 5 = 30cm
7 bulan 7 x 5 = 35cm
8 bulan 8 x 5 = 40cm
9 bulan 9 x 5 = 45cm
8
putih) atau merah kebiru-biruan (pada kulit berwarna), setelah 1-2 minggu
akan berubah menjadi lebih pucat atau coklat kehitaman. Lemak bawah
kulit cukup merata sehingga kulit tidak berkeriput (kulit pada bayi prematur
berkeriput).
Selain itu, penemuan rambut kepala yang relatif kasar, masing-masing
helai terpisah satu sama lain dan tampak mengkilat. Batas rambut pada dahi
jelas. Pada bayi yang prematur rambut kepala halus seperti wol atau kapas,
masing-masing helai sulit dibedakan satu sama lain dan batas rambut pada
dahi tidak jelas. Skin opacity. Pada bayi matur, jaringan lemak bawah kulit
cukup tebal sehingga pembuluh darah yang agak besar pada dinding perut
tidak tampak atau tampak samar-samar. Pada bayi prematur pembuluh-
pembuluh tersebut tampak jelas. Processus xiphoideus. Pada bayi yang
matur processus xiphoideus membengkok ke dorsal, sedangkan pada yang
prematur bagian itu belum terdapat. Pada alis mata pada bayi yang matur
sudah lengkap yakni bagian lateralnya sudah terdapat sedangkan pada yang
prematur bagian itu belum terdapat.
Tanda-tanda perawatan pada bayi
Penentuan ada tidaknya tanda-tanda perawatan sangat penting artinya
dalam kasus pembunuhan bayi. Tanda-tanda bayi belum dirawat adalah
sebagai berikut :
a) Tubuh masih berlumuran darah
b) Plasenta masih melekat dengan tali pusat dan masih berhubungan dengan
pusat.
c) Pada tali pusat yang telah terpotong dengan gunting atau pisau lebih kurang
5cm dari pusat bayi dan diberikan obat antiseptik, bila tali pusat dimasukkan
ke dalam air, akan terlihat ujungnya terpotong rata. Kadang-kadang ibu
menyangkal melakukan pembunuhan dengan mengatakan telah terjadi
partus presipitus (keberojolan). Pada keadaan ini, tali pusat akan terputus
dekat pelekatanya pada uri yang tidak sesuai dengan partus presipitatus
adalah terdapatnya kaput suksedaneum, molase hebat dan fraktur tulang
tengkorak serta ibu yang primipara.
9
d) Selain itu, tanda verniks kaseosa yaitu lemak bayi telah dibersihkan juga
merupakan tanda bahwa bayi pernah menerima perawatan sebelumnya.
Pada bayi yang dibuang ke dalam air, verniks tidak akan hilang seluruhnya
dan masih dapat ditemukan di daerah lipatan kulit seperti ketiak, belakang
telinga, lipat paha dan lipat leher.Pada bayi yang dirawat, verniks
caseosa (lemak bayi) akan sudah dibersihkan, demikian pula bekas bekas
darah. Khusus untuk verniks caseosa adalah khas bahwa tidak akan
hilang jika tidak dengan sengaja dibersihkan, karena sifat lemaknya yang
lengket. Sedemikian hingga pada bayi yang dibuang di airpun verniks
caseosa akan tetap dapat ditemui di lipatan-lipatan kulit bayi seperti
pada lipat paha, lipat leher dan daerah kulit kepala pada belakang telinga.3,5
Gambar. Bayi lengkap dengan placenta dan tali pusat yang masih menempel
(tidak ada tanda-tanda perawatan)3
Antara tanda lain bahwa bayi telah menerima perawatan sebelumnya
adalah pada bayi telah diberi pakaian atau penutup pada bayi.
Pada seorang anak yang telah mendapat perawatan akan memberikan
gambaran dimana :5,11
a) tubuhnya sudah dibersihkan
b) tali pusat telah dipotong dan diikat
c) daerah-daerah lipatan kulit telah dibersihkan dari verniks kaseosa
d) anak telah diberi pakaian atau pembungkus agar tubuhnya menjadi
hangat.
10
b. Morgue
Pada pemeriksaan morgue pada bayi dapat dilakukan beberapa tes sewaktu
melakukan autopsi yaitu menilaiapakahbayi tersebut pernah bernapas atau
tidak,menilaiisi lambung dan usus bayi.
a. Menentukan bayi pernah bernapas atau tidak dengan pemeriksan paru
Pada pemeriksan paru-paru yang bisa ditemukan sewaktu melakukan
autopsi adalah apakah paru-paru sudah mengembang atau tidak. Hal ini dapat
menjelakan bahwa paru-paru bayi yang pernah bernapas akan terlihat
mengembang karena terisi udara pernapasan. Ciri-ciri lain yang didapatkan
pada saat autopsi adalah;
Paru-paru memenuhi rongga dada sehingga menutupi bagian jantung
Paru-paru berwarna merah keunguan
Memberi gambaran mozaik karena adanya berbagai tingkatan aerasi
atau pengisian udara
Tepi paru-paru tumpul
Pada perabaan teraba derik udara (krepitasi), bila dilakukandalam air
akan tampak gelembung-gelembung udara.
Paru-paru yang telahbernapasketikaditimbang memiliki berat sekitar
satu per tigapuluh limadari berat badan, yang berarti lebih berat jika
dibandingkan dengan berat paru-paru yang belum bernapas, yaitu
sekitar satu per tujuh puluhdari berat badan.
11
Bila dilakukan tes apung (docimacia pulmonum hidrostatica), akan
memberikan hasil yang positif. Uji apung paru ini harus dilakukan
dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique), paru-paru tidak
disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada
sediaan histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan.
Prosedur uji apung paru yaitu lidah dikeluarkan, ujung lidah dijepit
dengan pinset atau klem kemudian ditarik ke arah ventrokaudal
sehingga tampak palatum molle. Dengan skalpel yang tajam, palatum
molle disayat sepanjang perbatasannya dengan palatum durum. Faring,
laring, esofagus, serta trakea dilepaskan dari tulang belakang. Esofagus
bersama dengan trakeadiikat di bawah kartilago krikoid dengan benang.
Pengikatan ini dimaksudkan agar pada manipulasi berikutnya cairan
ketuban, mekonium atau benda asing lain tidak mengalir ke luar melalui
trakea; bukan untuk mencegah masuknya udara ke dalamparu.
Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forcep atau
pinset bedah dan skalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan.
Kemudian esofagus diikat di atas diafragma dan dipotong di atas ikatan.
Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak masuk ke dalam lambung
dan uji apung lambung-usus (uji Breslau) tidak memberikan hasil yang
meragukan.
Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu
dimasukkan ke dalam air dan dilihat apakah mengapung atau
tenggelam. Kemudian paru-paru kiri dan kanan dilepaskan dan
dimasukkan kembali ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau
tenggelam. Setelah itu tiap lobus dipisahkan dan dimasukkan ke dalam
air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. 5 potong kecil dari
bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke dalam air, dan diperhatikan
apakah mengapung atau tenggelam. Hingga tahap ini, paru bayi baru
lahir mati masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan adanya
gas pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan diantara
2 karton dan ditekan (dengan arah tekan yang tegak lurus, jangan
bergeser) untuk mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada
12
jaringan interstitial paru, lalu masukkan kembali ke dalam air dan
diamati apakah masih terapung atau tenggelam. Bila masih mengapung
berarti paru tersebut berisi udara residu yang tidak akan keluar.
Hasil negatif pada uji apung paru belum berarti pasti lahir mati
karena adanya kemungkinan bayi dilahirkan hidup tapi kemudian
berhenti bernapas meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara
dalam alveoli direabsorbsi. Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan
histopatologik paru harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati
atau lahir hidup. Hasil uji apung paru positif berarti pasti lahir hidup.14
13
beberapa bayi yang lahir hidup hanya mengambil beberapa napas dan
tidak memungkinkan paru-paru cukup untuk mengapung.Oleh karena
itu, dokter menggunakan pemeriksaanmikroskopik paru-paru.
Jikaalveoli kolaps, maka diduga bayi tidak bernafas. Jika alveoli
lengkap dan distensi (mungkin oleh udara), maka bayi itu jelas sudah
bernafas. Sayangnya, pemeriksaan mikroskopik bahkan lebih tidak
akurat dibanding uji hidrostatik. Jika telah dilakukan resusitasi,
mungkin ada distensi dari saluran udara danalveoli melalui udara dan
tidak mungkin menentukan apakah bayi ituhidup atau mati.
14
teraerasi, karena kematian intrauterin, ditunjukkan dengan hasilradiologi
sebelum diautopsi. Tapi paru-paru yang teraerasi tidak berarti dalam setiap
kasus bahwa bayi masih hidup saat lahir. Pada bayi yang lahir mati paru-
paru mungkin tampak teraerasi (misalnya pemberian napas bantu mulut-
ke-mulut, pijat jantung luar, pemberian oksigen). Evaluasi makroskopis
dari paru-paru dapat berkontribusi pada perbedaan antara bayi yang lahir
mati dan bayi lahir hidup, namun mati tak lama setelah kelahiran karena
tidak adanya upaya resusitasi dan pembusukan. Pemeriksaan histologis
maupun pemeriksaan makroskopik paru-paru diperlukan untuk mengatasi
masalah tersebut.14
15
b. Menentukan adanya udara di dalam lambung dan saluran cerna
Udara dalam duodenum atau saluran yang lebih distal menunjukkan lahir
hidup dan telah hidup 6-12 jam. Bila dalam usus besar berarti telah hidup 12-
16
24 jam, tetapi harus diingat kemungkinan adanya napas buatan atau gas
pembusukan.
Adanya udara di dalam liang telinga bagian tengah hanya dapat terjadi bila
anak menelan udara dan udara tersebut melalui tuba eustachii masuk kedalam
liang bagian tengah. Untuk dapat mengetahui keadaan tersebut, pembukaan
liang telinga bagian tengah harus dilakukan di dalam air. Tentunya baru
dilakukan pada mayat yang masih segar.5
c. Post Morgue
Pada kasus pembunuhan bayi, bisa dilakukan beberapa tes untuk
mendapatkan hasil yang lebih tepat dalam menentukan apakahbayi tersebut lahir
hidup dan terdapat juga tes yang dilakukanuntuk mendapatkan informasi
mengenai identitas bayi tersebut.
17
GambarHistologiParu yang telahbernapas; Perbesaran 100 X5
Salah satu tanda khas untuk melihat paru bayi belum bernapas adalah
adanya tonjolan (projection), yang berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang
kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga tampak
seperti gada (club-like). Pada permukaan ujung bebas projection tampak
kapiler yang berisi banyak darah. Pada paru bayi belum bernapas yang juga
membusuk, dengan pewarnaan Gomori atau Ladewig, tampak serabut-serabut
retikulin pada permukaan dinding alveoli berkelok-kelok seperti rambut yang
keriting, sedangkan pada projection berjalan di bawah kapiler sejajar dengan
permukaan projection dan membentuk gelung-gelung terbuka (open loops).
18
ii. Penemuan yang didapatkan pada tes darah4
Pemeriksaan golongan darah ibu dan anakmerupakan hal yang sulit karena
tidak adanya golongan darah ayah. Eksklusi hanya dapat ditegakkan bila 2
faktor dominan terdapat bersama-sama pada satu individu sedangkan individu
lain tidak mempunyai sama sekali. Contohnya adalah bila ibu golongan darah
AB sedangkan si anak golongan darah O atau sebaliknya. Penggunaan banyak
jenis golongan darah akan lebih memungkinkan mencapai tujuan, tetapi oleh
karena kendala biaya maka cara ini tidak menjadi prosedur rutin.
19
Pusat penulangan Umur (bulan)
Klavikular 1,5
Tulang Panjang (diafisis) 2
Iskium 3
Pubis 4
Kalkaneus 5-6
Manubrium Sterni 6
Talus Akhir 7
Sternum Bawah Akhir 8
Distal Femur Akhir 9/setelah lahir
Proksimal Tibia Akhir 9/setelah lahir
Akhir 9/setelah lahir
Kuboid
*bayi wanita lebih cepat
Pada tulang kalkaneus dan kuboid, kaki dilakukan dorsofleksi dan buat
insisimulai dari antara jari kaki ke 3 dan ke 4 ke arah tengah tumit. Pada
tulang distal femur dan proksimal tibia, akan dilakukan fleksi tungkai bawah
pada sendi lutut dan buat insisi melintang pada lutut.
Pada bayi cukup bulan (matur), hampir selalu terdapat pusat penulangan
pada distal femur sedangkan pada proksimal tibia kadang-kadang terdapat
atau baru ada sesudah lahir, juga pada tulang kuboid. Pada bayi perempuan,
pusat penulangan timbul lebih cepat.
Penyebab kematian
20
Penyebab kematian yang terbanyak dijumpai untuk dalam tindakan
pembunuhan bayi adalah cara atau metode yang menimbulkan keadaan mati
lemas (asfiksia), seperti penjeratan, pencekikan dan pembekapan serta
membenamkan ke dalam air. Adapun cara atau metode lain seperti menusuk atau
memotong serta melakukan kekerasan dengan benda tumpul. Dengan demikian
pada kasus yang diduga kasus pembunuhan bayi, yang harus diperhatikan
adalah:5,8,15
Adanya tanda-tanda mati lemas : sianosis pada bibir dan ujung jari, bintik-
bintik perdarahan pada selaput biji mata dan selaput kelopak mata serta
jaringan loggar lainnya, lebam mayat yang lebih gelap dan luas, busa halus
berwarna putih atau putih kemerahan yang keluar dari lubang hidung dan
atau mulut serta tanda-tanda bendungan pada alat-alat dalam.
Keadaan mulut dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan di bibir atau
sekitarnya yang tidak jarang berbentuk bulan sabit, memar pada bibir bagian
dalam yang berhadapan dengan gusi , serta adanya benda-benda asing
seperti gumpalan kertas koran atau kain yang mengisi rongga mulut.
Keadaan di daerah leher dan sekitarnya : adanya luka lecet tekan yang
melingkari sebagian atau seluruh bagian leher yang merupakan jejas jerat
sebagai akibat tekanan yang ditimbulkan oleh arat pnjerat yang digunakan,
adanya luka lecet kecil-kecil yang sering kali berbentuk bulan sabit yang
diakibatkan oleh tekanan dari ujung kuku pencekik, adanya luka-luka lecet
dan memar yang tidak beraturan yang dapat terjadi akibat tekanan yang
ditimbulkan oleh ujung-ujung jari pencekik.
Adanya luka-luka tusuk atau luka sayat pada daerah leher, mulut atau
bagian tubuh lainnya dimana menurut literatur ada satu metode yang dapat
dikatakan khas yaitu tusukan benda tajam pada langit-langit sampai
menembus ke rongga tengkorak yang dikenal dengan nama “tusukan
bidadari”.
Adanya tanda-tanda terendam seperti tubuh yang basah dan berlumpur,
telapak tangan dan telapak kaki yang pucat dan keribut (washer woman’s
hand), kulit yang berbintil-bintil (kutis anserina), seperti kulit angsa serta
21
adanya benda-benda asing terutama di dalam saluran pernapasan (trakea)
yang dapat berbentuk pasir, lumpur, tumbuhan air atau binatang air.
Bila sudah ditemukan tanda-tanda bayi lahir hidup (sudah bernapas), maka
harus ditentukan penyebab kematiannya. Bila terbukti bayi lahir mati (belum
bernapas) maka ditentukan sebab lahir mati atau sebab mati antenatal atau sebab
mati janin (fetal death).
22
Gambar Bayi yang dibuang di toilet16
Kekerasan tajam: Kematian pada bayi yang baru lahir yang dilakukan
dengan melukai bayi dengan senjata tajam seperti gunting atau pisau dan
23
mengakibatkan luka yang fatal hingga menembus organ dalam seperti hati,
jantung dan otak.
Pembakaran: Infantisida dengan membakar jarang terjadi meskipun,
seperti penenggelaman, pembakaran sering merupakan cara untuk
membuang korban infantisida atau bayi lahir mati. Radtke (1933)
menemukan bahwa bahwa tes yang biasa pada kematian akibat
pembakaran tidak dapat diterapkan seluruhnya, tapi ia menekankan
pentingnya ditemukan benda asing, sesuatu yang lebih dari partikel
karbon, di paru-paru bayi yang terbakar. Mungkin demonstrasi saturasi
karbonmonoksida yang tinggi adalah bukti kematian karena pembakaran
pada kasus ini. Sisa-sisa kalsifikasi dapat ditemukan di tempat pembakaran
tapi hal tersebut jelas tidak mungkin membuktikan infantisida; tuduhan
penyembunyian kelahiran mungkin dapat diberikan.
Keracunan: Jarang dilakukan, tetapi pernah terjadi dimana ditemukan sisa
opium pada puting susu ibu, yang kemudian menyusui bayinya dan
menyebabkan bayi tersebut mati.
Pelaku pembunuhan dapat dilakukan oleh ibu kandung sendiri maupun oleh
orang lain. Berikut beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan bila dicurigai
pelakunya adalah ibunya sendiri:
Tanda baru melahirkan anak: Pada ibu didapatkan robekan baru pada alat
kelamin, ostium uteri dapat dilewati ujung jari, keluar darah dari rahim,
ukuran rahim postpartum setinggi pusat dan 6 hingga 7 hari pos partum
setinggi tulang kemaluan, payudara mengeluarkan air susu,
hiperpigmentasi aerola mammae, dan striae gravidarum dari warna merah
menjadi putih.
Tanda berapa lama telah melahirkan: ukuran rahim 2 hingga 3 minggu
kembali ke ukuran pulih. Getah nifas 1 hingga 3 hari post partum berwarna
24
merah, 4 hingga 9 hari post partum berwarna putih dan 10 hingga 14 hari
post partum getah nifas habis. Robekan alat kelamin akan sembuh dalam 8
hingga 10 hari.
Mencari tanda-tanda partus precipitates: robekan alat kelamin, inversio
uteri (rahim terbalik) yaitu bagian dalam rahim menjadi keluar, lebih-lebih
bila tali pusat pendek, robekan tali pusat anak yang biasanya terdapat anak
atau pada tempat lekat tali pusat. Robekan ini harus tumpul dibuktikan
dengan pemeriksaan histopatologis. Luka pada kepala bayi menyebabkan
perdarahan di bawah kulit kepala dan perdarahan di dalam tengkorak.
Mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak: Si ibu diperiksa,
apakah memang baru melahirkan (tinggi fundus uteri, lochia, kolostrum,
dan sebagainya). Sedangkan saat lahir si anak terlihat dari usia pasca lahir
ditambah lama kematian.
b. Post Morgue
Memeriksa golongan darah ibu dan anak: Hal ini juga sulit karena tidak
adanya golongan darah ayah. Eksklusi hanya dapat ditegakkan bila 2
faktor dominan terdapat bersama-sama pada satu individu sedangkan
individu lain tidak mempunyai sama sekali. Contohnya adalah bila ibu
golongan darah AB sedangkan si anak golongan darah O atau sebaliknya.
Penggunaan banyak jenis golongan darah akan lebih memungkinkan
mencapai tujuan, tetapi oleh karena kendala biaya maka cara ini tidak
merupakan prosedur rutin.
Pemeriksaan histopatologis yaitu sisa plasenta yaitu vili korialis dalam
darah dan jaringan yang berasal dari rahim.
25
Gambar chorionic villi dengan pewarnaan HE7
V. Dasar Hukum
26
Pasal 338.
Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun
Pasal 340.
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas
nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana dengan
pidana mati atau pidana rencana seumur hidup atau selama waktu tertentu
paling lama dua puluh tahun
Pasal 304.
Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan orang dalam
kesengsaraan, sedang ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau
pemeliharaan pada orang itu karena hukum yang berlaku atasnya atau karena
menurut perjanjian, dihukum penjara selama-lamanya dua tahun delapan
bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-
Pasal 305.
Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk
ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud melepaskan diri
darpadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan
Pasal 306
1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu mengakibatkan
luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama 7
tahun 6 bulan
2) Jika mengakibatkan kematian. Pidana penjara paling lama 9 tahun
27
BAB III
PENUTUP
28
kematian dari ibu. Kematian bayi yang disebabkan oleh pembunuhan pula bisa
terjadi dengan pembekapan, penjeratan, penenggelaman, kekerasan tumpul pada
kepala, kekerasan tajam, pembakaran atau keracunan.
Pada ibu, harus dilakukan juga pemeriksaan bagi dicocokkan dengan identitas
bayi. Pada pemeriksaan terhadap ibu harus ditentukan jika terdapat tanda baru
melahirkan anak, tanda berapa lama telah melahirkan anak, mencari tanda-tanda
jika terjadi partus precipitates atau mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu
lahir anak. Selain itu, pemeriksaan darah ibu bisa dilakukan bagi mencocokkan
dengan golongan darah anak dan pemeriksaan histopatologis bisa dilakukan
dengan menggunakan sisa plasenta yaitu vili korialis dalam darah dan jaringan
yang berasal dari rahim.
Bagi kasus pembunuhan bayi ini bisa dikenakan hukuman pidana berdasarkan
pasal-pasal uang telah ditetapkan oleh KUHP. Antara pasal yang bisa digunakan
adalah seperti Pasal 338, Pasal 341, Pasal 342, Pasal 304, Pasal 305 atau Pasal
306. Penentuan hukuman pidana yang akan dikenakan adalah tergantung daripada
kejahatan atau kasus yang dilakukan.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
13. Padure A, AnatoliiBondarev. Guideline Infanticide, Neonaticide, Medico-legal
Examination of Newborn Cadavers. CEP Medicine, Chisinau. 2015.
14. Turan N, Pakis I, Yilmaz R,Gunce E (2012) Validity of Pathologic Comment with
Macroscopic and Microscopic Findings of Infant Lung Regarding Live or Still
Birth. J Forensic Res S2:008. doi:10.4172/2157-7145.S2-008
15. Kitab Undang Undang Hukum Pidana Buku Kesatu-Aturan Umum
16. Dolinak D, Evan M. Child Abuse. Dalam : Forensic Pathology . China: Elsevier
Academic ress Publication. 2005. p. 369-409
17. Roger W. Neonaticide Dalam: Sudde Death in Infancy Childhood and
Adolescene. Cambrige University . Press, New York. 2004. p. 125-48
31