Professional Documents
Culture Documents
Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
“Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT adalah pejabat umum
yang diberi wewenang untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah, akta
tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah, bahwa
“Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT adalah pejabat umum
PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta
tanah tertentu”.
Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang kemudian diubah dengan
17
Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT adalah pejabat umum yang
hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun”. Keberadaan Jabatan PPAT dapat ditemukan di pasal 26 ayat (1) UUPA
dan Pasal 26 ayat (1) UUPA menyatakan bahwa jual beli, tukar menukar, dan
perbuatan perbuatan lain yang dimaksudkan untuk memindahkan hak milik serta
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia yang akan diatur dengan
memang tidak menyebut secara tegas tentang Jabatan PPAT, namun penyebutan
tentang adanya Pejabat yang akan bertindak untuk membuat akta terhadap
Pemerintah No. 10 tahun 1961, sebagai peraturan pelaksanaan UUPA. Dari semua
Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah sebagai pejabat umum. Namun dalam
dengan pejabat umum. Maksud “pejabat umum” itu adalah orang yang diangkat
oleh Instansi yang berwenang, dengan tugas melayani masyarakat umum di bidang
23
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, (Jakarta : Penerbit Djambatan, 2003), hal 486
ini ditetapkan oleh Kepala BPN RI berdasarkan usulan Kepala Kantor Pertanahan
tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah
Pejabat Tata Usaha Negara. Dengan demikian terhadap Pejabat Pembuat Akta
Usaha Negara. Namun akta yang dibuat Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
tersebut bukan termasuk Keputusan Tata Usaha Negara, yang dimaksudkan oleh
Pembuat Akta Tanah (PPAT) untuk menolak atau mengabulkan permohonan itulah
yang merupakan Keputusan Tata Usaha Negara, oleh karena itu keputusan tersebut
dapat dijadikan obyek gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara oleh pihak-pihak
sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah
dilakukannnya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik
24
Urip Santoso, Op.Cit, hal 334-338
25
Boedi Harsono, Op.Cit, hal 436
data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum. Perbuatan hukum
pakai atas tanah hak milik, pemberian hak tanggungan, dan pemberian kuasa
kewenangan membuat akta otentik mengenai semua perbuatan hukum tentang hak
atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang terletak di dalam daerah
daftar dari akta-akta yang dibuatnya dan menyimpan asli dari akta-akta yang
jabatannya tersebut tidak menimbulkan akibat yang memberi kesan bahwa pejabat
kota lain, sehingga menurut ketentuan ini yang bersangkutan berhenti sebagai
PPAT, sungguhpun kalau masih ada lowongan di kota yang bersangkutan diangkat
sebagai notaris, dapat saja diangkat kembali sebagai PPAT di tempat yang
26
A.P.Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, (Bandung : Peenrbit Mandar Maju,
1999), hal 180
27
Effendi Perangin. Hukum Agraria Di Indonesia. (Jakarta. : PT. Raja Grafindo Persada,
1994), hal 6-7
28
A.P.Parlindungan, Op.Cit, hal 187
sebagai PPAT dan kemudian sebagai notaris di kota lain tetap memegang kedua
jabatan tersebut dan tetap melakukan tugas-tugas PPAT dan notarisnya dan
notaris tidak dapat dikabulkan oleh Kepala BPN hanya disuruh berhenti saja
sebagai PPAT atau dia diangkat saja sebagai Notaris di tempat ditunjuk sebagai
PPAT.29
jabatan PPAT untuk melaksanakan tugasnya di daerah kerjanya yang baru. 30 Untuk
tidak dilakukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal
dibuatkan suatu Berita Acara Pelantikan dan Berita Acara Sumpah Jabatan yang
disaksikan paling kurang dua orang saksi. Setelah PPAT mengangkat sumpah
29
Ibid., hal 188
30
Ibid., hal 194-195
31
Adjie, Habib.Op.Cit, hal 81
Ketentuan hukum tentang PPAT yang diatur dalam UUPA yaitu Pasal 19
c). Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat
Agraria.
tersebut.
Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta
untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah, akta pembebanan hak atas
bahwa PPAT adalah pejabat umum dan berwenang membuat akta otentik.
“suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditetapkan
dalam Pasal 37 menegaskan bahwa peralihan hak atas tanah dan hak milik
jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang
hokum tertentu mengenai Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun”.
Segala hal yang menyangkut tugas dan wewenang PPAT ditegaskan dalam
pejabat umum yang diberi wewenang untuk membuat akta pemindahan hak atas
tanah, akta pembebanan hak atas tanah, dan akta pemberian kuasa membebankan
mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang akan
32
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, Pasal 1 angka 4
PPAT hanya berwenang membuat akta mengenai hak atas tanah atau Hak
Milik Atas Satuan Rumah Susun yang terletak di dalam daerah kerjanya. Akta
tukar menukar, akta pemasukan ke dalam perusahaan, dan akta pembagian hak
bersama mengenai beberapa hak atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun yang tidak semuanya terletak di dalam daerah kerja seorang PPAT dapat
dibuat oleh PPAT yang daerah kerjanya meliputi salah satu bidang tanah atau
satuan rumah susun yang haknya menjadi obyek perbuatan hukum dalam akta.34
PPAT dapat diberhentikan untuk sementara dari jabatannya sebagai PPAT karena
tahun atau lebih berat. Pemberhentian sementara berlaku sampai ada putusan
wajib menyampaikan alamat kantornya, contoh tanda tangan, contoh paraf, dan
nyata.36 PPAT harus berkantor di satu kantor dalam daerah kerjanya. PPAT wajib
33
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat
Akta Tanah, Pasal 2 ayat (2)
34
Ibid., Pasal 4 ayat (1) dan (2)
35
Ibid., Pasal 11 ayat (1) dan (2)
36
Ibid., Pasal 19
Akta PPAT dibuat dengan bentuk yang ditetapkan oleh Menteri. Semua
jenis akta PPAT diberi satu nomor urut yang berulang pada permulaan tahun
takwim. Akta PPAT dibuat dalam bentuk asli dalam 2 (dua) lembar, yaitu lembar
pertama sebanyak 1 (satu) rangkap disimpan oleh PPAT yang bersangkutan, dan
lembar kedua sebanyak 1 (satu) rangkap atau lebih menurut banyaknya hak atas
tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang menjadi obyek perbuatan
hukum dalam akta, yang disampaikan kepada Kantor Pertanahan untuk keperluan
dasar pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan, dan kepada pihak-pihak yang
seketika itu juga oleh para pihak, saksi-saksi dan PPAT.39 PPAT dilarang membuat
akta, apabila PPAT sendiri, suami atau istrinya, keluarganya sedarah atau
semenda, dalam garis lurus tanpa pembatasan derajat dan dalam garis ke samping
sampai derajat kedua, menjadi pihak dalam perbuatan hukum yang bersangkutan,
baik dengan cara bertindak sendiri maupun melalui kuasa, atau menjadi kuasa dari
pihak lain. Di daerah Kecamatan yang hanya terdapat seorang PPAT yaitu PPAT
Sementara dan di wilayah desa yang Kepala Desanya ditunjuk sebagai PPAT
37
Ibid., Pasal 20 ayat (1) dan (2)
38
Ibid., Pasal 21 ayat (1), (2) dan (3)
39
Ibid., Pasal 22
PPAT harus membuat satu buku daftar untuk semua akta yang dibuatnya.
Buku daftar akta PPAT diisi setiap hari kerja PPAT dan ditutup setiap akhir hari
kerja dengan garis tinta yang diparaf oleh PPAT yang bersangkutan. PPAT wajib
mengirim laporan bulanan mengenai akta yang dibuatnya, yang diambil dari buku
daftar akta PPAT kepada Kepala Kantor Pertanahan dan kantor-kantor lain sesuai
30 (tiga puluh) hari sejak PPAT meninggal dunia. Kepala Kantor Pertanahan
karena pengetahuan yang diperoleh dari sumber lain kepada Kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi disertai usul penunjukan PPAT yang
akan diserahi protokol PPAT yang meninggal dunia. Ahli waris, keluarga terdekat
atau pihak yang menguasai protokol PPAT yang meninggal dunia wajib
Nasional Propinsi untuk menerima protokol yang berhenti menjabat sebagai PPAT
40
Ibid., Pasal 23 ayat (1) dan (2)
41
Ibid., Pasal 26 ayat (1), (2) dan (3)
42
Ibid., Pasal 28 ayat (1), (2) dan (3)
dalam Berita Acara Serah Terima protokol PPAT yang diketahui/disaksikan oleh
meninggalkan kantornya lebih dari 6 (enam) hari kerja berturut-turut kecuali dalam
PPAT Pengganti diusulkan oleh PPAT yang bersangkutan dan diangkat oleh
persetujuan cuti yang bersangkutan serta diambil sumpahnya oleh Kepala Kantor
lulus program pendidikan strata satu jurusan hukum dan telah menjadi pegawai
perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan
bersangkutan, jumlah PPAT yang sudah ada pada setiap daerah kabupaten/kota
43
Ibid., Pasal 29 ayat (1) dan (2)
44
Ibid., Pasal 30 ayat (1)
45
Ibid., Pasal 31 ayat (1), (2) dan (3)
daerah kabupaten/kota tertentu yang hanya diperuntukan bagi PPAT yang pernah
diperuntukan bagi pengangkatan pertama kali dan/atau untuk PPAT yang pernah
diperuntukan bagi PPAT yang pernah menjabat sebagai PPAT ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Badan. Formasi PPAT yang telah ditetapkan, dapat ditinjau
pertimbangan.46
Di daerah kerja PPAT yang hanya diperuntukkan bagi PPAT yang pernah
jumlah PPAT yang telah ada berkurang dari jumlah formasi yang telah ditetapkan
faktor. Dalam hal di daerah kabupaten/kota yang telah ditetapkan oleh Kepala
Badan PPATnya telah terpenuhi, maka terhadap Camat yang baru dilantik tidak
lagi ditunjuk sebagai PPAT, kecuali jumlah PPAT yang telah ada berkurang dari
Formasi PPAT Sementara yang telah ditetapkan, dapat ditinjau kembali oleh
46
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Peraturan
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, Pasal 7 ayat (1), (2), (3) dan (4)
47
Ibid., Pasal 8 ayat (1)
48
Ibid., Pasal 9 ayat (1), (2) dan (3)
yang bersangkutan harus lulus ujian PPAT yang diselenggarakan oleh Badan
pada ayat (1) dimaksudkan untuk mendapatkan calon PPAT yang professional dan
melapor kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat paling lambat 3 (tiga) bulan.
Apabila calon PPAT tidak melapor dalam jangka waktu maka keputusan
49
Ibid., Pasal 11 ayat (1), (2) dan (3)
50
Ibid., Pasal 12 ayat (1) dan (2)
51
Ibid., Pasal 17 ayat (1), (2), (3), (4) dan (5)
Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan setempat paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dan
diberbagai sektor, maka Menteri Dalam negeri atas nama Pemerintah Pusat
melakukan pembinaan. Para pejabat yang dimaksud adalah Kepala Wilayah yang
pemerintah pusat dan bukan hasil pilihan rakyat melalui pemilu. Salah satu kepala
wilayah yang dimaksud disini dan tentunya merupakan pokok pembahasan tesis ini
52
Ibid., Pasal 36
53
Ibid., Pasal 45
Pembuat Akta Tanah (PPAT) dengan membuat akta PPAT di daerah yang belum
cukup terdapat Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Pejabat Pembuat Akta Tanah
oleh Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi atas nama
Rohaniawan. Jika tidak mengangkat sumpah, maka akta yang dibuat tidak sah.
Jika untuk kecamatan itu telah diangkat seorang PPAT, maka Camat yang
54
Poerwodharminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi kedua, Departemen
Pendidikan Nasional, (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), hal.181.
Sementara
daerah yang belum cukup terdapat PPAT.57 Untuk melayani masyarakat dalam
pembuatan akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT atau untuk
atau PPAT Khusus yaitu Camat atau Kepala Desa untuk melayani pembuatan akta
di daerah yang belum cukup terdapat PPAT, sebagai PPAT Sementara, Kepala
Kantor Pertanahan untuk melayani pembuatan akta PPAT yang diperlukan dalam
pembuatan akta PPAT tertentu bagi negara sahabat berdasarkan asas resiprositas
55
Effendi Perangin.Op.Cit, hal 5
56
A.P.Parlindungan, Op.Cit, hal 188
57
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah, Pasal 1 angka 2
Sementara dan PPAT Khusus berhenti melaksanakan tugas PPAT apabila tidak
dilakukan oleh dan atas prakarsa Kepala Kantor Pertanahan di Kantor Kepala Desa
penunjukann Kepala Desa sebagai PPAT Sementara.60 Sumpah jabatan PPAT dan
PPAT Sementara dituangkan dalam suatu berita acara yang ditandatangani oleh
hanya terdapat seorang PPAT yaitu PPAT Sementara dan di wilayah desa yang
Kepala Desanya ditunjuk sebagai PPAT Sementara, Wakil Camat atau Sekretaris
kepada PPAT Sementara yang menggantinya. 64 Uang jasa (honorarium) PPAT dan
PPAT Sementara, termasuk uang jasa (honorarium) saksi tidak boleh melebihi 1%
(satu persen) dari harga transaksi yang tercantum di dalam akta. PPAT dan PPAT
Sementara wajib memberikan jasa tanpa memungut biaya kepada seseorang yang
58
Ibid., Pasal 5 ayat (3)
59
Ibid., Pasal 8 ayat (2)
60
Ibid., Pasal 16 ayat (5)
61
Ibid., Pasal 17 ayat (1)
62
Ibid., Pasal 18 ayat (1)
63
Ibid., Pasal 23 ayat (2)
64
Ibid., Pasal 27 ayat (2)
hal tertentu Kepala Badan dapat menunjuk Camat dan/atau Kepala Desa karena
dan/atau Kepala Desa yang akan ditunjuk sebagai PPAT Sementara, apabila di
tugas jabatannya.67
penunjukan Camat sebagai PPAT Sementara ditetapkan oleh Kepala Badan yang
sebagai Camat melalui Kepala Kantor Wilayah. Dalam hal keputusan penunjukan
65
Ibid., Pasal 32 ayat (1), (2) dan (3)
66
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Peraturan
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, Pasal 5 ayat (2)
67
Ibid., Pasal 18 ayat (1), (2), (3) dan (4)
Kepala Desa sebagai PPAT Sementara dilakukan oleh Kepala Badan setelah
Bagi Camat dan/atau Kepala Desa yang telah ditunjuk sebagai PPAT
Kepala Desa yang bersangkutan wajib melapor kepada Kepala Kantor Pertanahan
setempat paling lambat 3 (tiga) bulan. Apabila Camat dan/atau Kepala Desa yang
telah ditunjuk sebagai PPAT Sementara tidak melapor dalam jangka waktu, maka
hukum.69
68
Ibid., Pasal 19 ayat (1), (2), (3), (4) dan (5)
69
Ibid., Pasal 20 ayat (1), (2), (3), (4) dan (5)
apabila tidak lagi memegang jabatan atau diberhentikan oleh pejabat di bidang
tersebut tidak ditunjuk lagi sebagai PPAT Sementara, kepada Kepala Kantor
Blanko akta PPAT dibuat dan diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia dan hanya boleh dibeli oleh PPAT, PPAT Pengganti, PPAT
dalam Pasal 5 ayat (3) PP No. 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan jabatan PPAT
melayani masyarakat dalam pembuatan akta PPAT di daerah yang belum cukup
pembuatan akta PPAT tertentu. Menteri dapat menunjuk pejabat pejabat di bawah
ini sebagai PPAT Sementara atau PPAT Khusus, Camat atau Kepala Desa untuk
melayani pembuatan akta di daerah yang belum cukup terdapat PPAT sebagai
PPAT Sementara”73
70
Ibid., Pasal 25 ayat (2)
71
Ibid., Pasal 27 ayat (4)
72
Ibid, Pasal 51
73
A.A Mahendra, Tugas dan Wewenang Jabatan PPAT Sementara, Pustaka Ilmu, Jakarta,
2001, hal 7
Peraturan Jabatan PPAT menyebutkan bahwa dalam hal tertentu Kepala Badan
C. Peran PPAT dan Camat Selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
untuk itu diperlukan status hukum, dan kepastian hukum dari tanah tersebut serta
(1), yaitu bahwa: “Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan
hukum bagi status tanah tersebut, pendaftaran tanah juga untuk melindungi para
pemegang hak atas tanah, agar kepemilikan haknya tidak terganggu oleh pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap tanahnya. Untuk itu ditegaskan dalam Pasal
19 Ayat (2) huruf c UUPA, menyatakan bahwa : “Pendaftaran tanah dalam pasal
ini meliputi pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
74
Achmad Chulaemi, Hukum Agraria, Perkembangan, Macam Hak Atas Tanah dan
Pemindahannya, (Semarang: FH Undip, 1993), hal 58
atau tidak dilakukan di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Begitu
sangat berartinya sertifikat hak atas tanah bagi pemiliknya, maka peran PPAT
tentang perubahan dalam Pasal 37 Tahun 1998, Pasal 5 Ayat (3) huruf a
seluruh wilayah negara, maka di wilayah yang belum cukup terdapat PPAT, Camat
beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga
yang telah dijanjikan. Berdasarkan pengertian dalam Pasal 1457 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, jual beli termasuk perjanjian. Adapun syarat sahnya
membuat suatu perikatan, adanya suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal.
Jika syarat mengenai kesepakatan dan kecakapan (syarat subyektif) tidak dipenuhi,
maka suatu perjanjian dapat dibatalkan, maksudnya perjanjian tetap ada sampai
adanya keputusan dari hakim. Sedangkan jika syarat mengenai suatu hal tertentu
75
Heriandi Admaja, Peranan Camat Sebagai PPAT (Sementara) di Wilayah Kecamatan
yang Dipimpinya, (Surabaya : Penerbit Aksara Jaya, 2006), hal 38
batal demi hukum maksudnya sejak awal dianggap tidak ada perjanjian.76
Jual beli tanah adalah suatu perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai
tanah, yang disebut “penjual”, berjanji dan mengikatkan diri untuk menyerahkan
haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain, yang disebut “pembeli”,
sedangkan pihak “pembeli” berjanji dan mengikatkan diri untuk membayar harga
yang telah disetujui.77 Menurut hukum Adat, jual beli tanah adalah suatu perbuatan
pemindahan hak atas tanah yang bersifat terang dan tunai. Terang berarti perbuatan
pemindahan hak tersebut harus dilakukan di hadapan Kepala Adat, yang berperan
hak tersebut sehingga perbuatan tersebut diketahui oleh umum. Tunai maksudnya,
serentak. Oleh karena itu, maka tunai mungkin berarti harga tanah dibayar secara
diterangkan secara jelas, akan tetapi dalam Pasal 5 UUPA disebutkan bahwa
Hukum Tanah Nasional kita adalah Hukum Adat. Jadi pengertian jual beli tanah
menurut UUPA adalah jual beli tanah menurut hukum adat yang telah
tulisan” yang dibuat untuk dipakai sebagai bukti suatu perbuatan hukum, yang
76
Ahmad Yani & Gunawan Widjaja. Seri Hukum Bisnis,Kepailitan. (Jakarta: Penerbit
Raja Grafindo Persada, 2002), hal 11
77
Boedi Harsono, Op.Cit, hal 27-28
78
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, (Jakarta : Penerbit Sinar
Grafika, 2007), hal 76
akta autentik yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah berkenaan dengan
Akta jual beli tanah sering disebut dengan akta PPAT, menurut Pasal 1
Pembuat Akta Tanah, bahwa akta PPAT adalah akta yang dibuat oleh Pejabat
hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau atas Hak Milik Atas Satuan Rumah
yang bersifat terang dan nyata (riil), yang merupakan syarat bagi sahnya perbuatan
hukum yang bersangkutan, hingga menurut hukum mengikat para pihak yang
melakukannya.
Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998
tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, akta yang dibuat oleh
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah akta otentik. Jual beli menurut Pasal
dibuat dengan akta PPAT, sedangkan jual beli tanah yang dilakukan tanpa
dihadapan PPAT tetap sah karena UUPA berlandaskan pada Hukum Adat yang
79
John Salindeho, Masalah Tanah Dalam Pembangunan. (Jakarta : Penerbit Sinar
Grafika,1993), hal 58
80
Bachtiar Efendi, Op.Cit, hal 85
fungsinya adalah sebagai bukti telah diadakan perbuatan hukum tertentu mengenai
hak atas tanah atau Hak Milik Satuan Rumah Susun, akta PPAT berfungsi sebagai
alat pembuktian mengenai benar sudah dilakukannya jual beli. Akta PPAT juga
dijadikan dasar bagi pendaftaran atau perubahan data pendaftaran tanah ke Kantor
dengan akta PPAT tidak akan dapat memperoleh sertipikat, biarpun jual belinya
tanah. Peran Camat selaku PPAT dalam jual beli tanah mempunyai Peran menjadi
Pejabat Sementara dalam pembuatan akta tanah dengan daerah jabatan Kecamatan
bahwa ditunjuknya Camat selaku PPAT, karena formasi PPAT di wilayah tersebut
sebagai PPAT. Selama penyesuaian wilayah jabatan ini belum dilakukan, Camat
selaku PPAT tersebut tetap berhak untuk membuat Akta PPAT untuk wilayah
jabatan PPAT, dan sebagai Camat selaku PPAT wajib menjaga agar pembuatan
81
Adrian Sutedi, Op.Cit, hal 79
di luar daerah kerjanya sebagai PPAT, berhenti dengan sendirinya sebagai PPAT
sejak 6 (enam) bulan saat berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016
jabatan Camat demi kepentingan masyarakat sebagai pemakai jasa Camat selaku
PPAT dan demi integritas jabatan sebagai suatu jabatan kepercayaan serta pada
Pada dasarnya Camat sebagai PPAT adalah pejabat umum yang diangkat
yaitu bagi Camat dan PPAT berlaku Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998
dan kewajiban yang sama dengan PPAT. Kekuatan hukum akta tanah yang dibuat
di hadapan Camat selaku PPAT mempunyai kekuatan hukum yang sama sebagai
akta otentik.83 Tidak semua Camat otomatis menjadi PPAT karena Camat yang
pindah tugas ke wilayah lain berhenti sebagai PPAT dan penggantinya tidak
otomatis menjadi PPAT dan kepada keduanya tidak ada wewenang untuk
membuat akta tanah. Camat selaku PPAT dalam proses pembuatan akta tanah
82
Heriandi Admaja, Op.Cit, hal 76
83
Boediono, Peranan PPAT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Sekarang ini
dan Kemungkinannya Dalam Sistem Publikasi Positif yang Akan Datang. Jurnal Hukum 1(1). 2008
umumnya dan dalam hal pembuatan akta tanah pada khususnya, yaitu :
1. Peran Camat selain menjabat sebagai PPAT, Camat juga menjadi kepala
permasalahan pertanahan dan status hak atas tanah yang ada di daerahnya, hal
2. Peran Camat selaku PPAT dalam pemindahan hak atas tanah, yaitu Camat
tanah yang belum bersertifikat dan tugas-tugas lain di bidang agraria yang
Peran Camat selaku PPAT dalam pendaftaran mengenai jual beli tanah
adalah dengan cara memberikan informasi yang benar serta menjelaskan arti
pemiliknya, yaitu pada saat para pihak (penjual dan pembeli/kuasa mereka masing-
masing) menghadap Camat selaku PPAT untuk meminta dibuatkan akta jual beli.
Jika hal demikian senantiasa dijalankan oleh pejabat pembuat akta tanah, niscaya
Pertanahan.84
Peran atau kewajiban seorang camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) Sementara adalah sama dan sejajar dengan peran atau kewajiban dari
84
Iga Gangga Santi Dewi, Peran Camat Selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
dalam Jual Beli Tanah, Pandecta Jurnal Volume 5. Nomor 2. Juli 2010
Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Oleh karena peran dan fungsinya
sama, maka dalam hal pengangkatan seorang camat sebagai Pejabat Pembuat Akta
yang berlaku dan harus sesuai pula dengan ketentuan yang dimaksud dalam
Pembuat Akta Tanah (PPAT) Sementara dapat dilakukan, apabila Formasi Pejabat
dasar diangkatnya seorang Camat Sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
Sementara. Hal ini berarti, apabila di suatu wilayah tertentu formasi Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) Notaris telah terpenuhi, maka camat tidak boleh lagi
Sementara dan apabila hal tersebut dilakukan, Menteri wajib dan akan menolak
permohonan tersebut.85
85
Achmad Chulaemi, Op.Cit, hal 84