Professional Documents
Culture Documents
(Eky)
Abstrak. Fatty acids are among the important characteristics of cocoa in the industry. The composition
of fatty acids in cocoa butter contributes to the hardness of cocoa butter. This research aims to know the
characteristics of cocoa bean obtained from 12 regions in South Sulawesi. Fatty acids were analyzed
usingg as chromatography. The results showed that the dominant fatty acids in cocoa bean were stearic
acid, oleic acid, and palmitic acid, whereas highest fatty acids contents were found in cocoa beans from
Sinjai Region and the lowest one were found in cocoa beans from Soppeng Region.
Keywords: Fatty acids, Cocoa Beans, Composition, Gas Chromatography, SouthSulawesi
Abstrak. Asam lemak merupakan salah satu karakteristik kakao yang penting dalam industri.
Komposisi asam lemak dalam lemak kakao akan mempengaruhi kekerasan dari lemak kakao tersebut.
Selain itu, komposisi asam lemak pada lemak kakao juga berkontribusi pada manfaatnya terhadap
kesehatan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik asam lemak di biji kakao dari 12
daerah di Sulawesi Selatan. Analisis-analisis asam lemak dilakukan dengan metode kromatografi gas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar asam lemak yang dominan pada biji kakao adalah asam
stearat, asam oleat dan asam palmitat, dengan kadar asam lemak tertinggi dimiliki oleh biji kakao dari
Kabupaten Sinjai dan kadar asam lemak terendah dimiliki biji kakao dari Kabupaten Soppeng.
Kata Kunci: Asam Lemak, Biji Kakao, Komposisi, Kromatografi Gas Sulawesi Selatan
METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah biji kakao yang diambil
dari 12 kabupaten di Sulawesi Selatan yaitu
Pinrang (PNR), Luwu (LW), Palopo (PLP),
Luwu Utara (LUT), Luwu Timur (LTM), Bone
(BON), Soppeng (SOP), Bantaeng (BTG),
Bulukumba (BKU), Sinjai (SJI), Enrekang
(ENK), dan Tana Toraja (TOR).
(BSN, 2009)
Sebanyak 1μL pelarut diinjeksikan pada biji kakao dari 12 Kabupaten di Sulawesi
kedalam kolom. Bila aliran gas pembawa Selatan ditampilkan pada Tabel 1.
dan sistem pemanasan sempurna, puncak Dari Gambar 1, diketahui bahwa
pelarut akan nampak dalam waktu kurang kandungan lemak yang tertinggi dimiliki oleh
dari 6 menit. Waktu retensi dan puncak biji kakao dari daerah Pinrang, yaitu sebesar
masing-masing komponen diukur dan 38,21%, disusul oleh Palopo, yaitu sebesar
dibandingkan dengan standar. Jumlah 35,17%. Kadar lemak dari daerah lainnya
kandungan komponen dalam contoh dihitung hanya berada pada kisaran 20-27%.Secara
sebagai berikut: umum, kandungan lemak pada biji kakao
dapat mencapai 40-50% (Afoakwa, et al.,
Ax/Astd x Cstd x Vcontoh/100 x 100%
2013)
–––––––––––––––––––––––––––––––
gram contoh
Dimana:
Vcontoh = Volume contoh
CStd = Konsentrasi standar
Ax = Luas puncak komponen x
Astd = Luas puncak standar
Tabel 1. Komposisi Asam Lemak Biji Kakao dari 12 Daerah di Sulawesi Selatan
6 Asam stearat (C18:0) 31,13 25,31 29,30 27,73 30,09 27,45 25,81 26,77 26,00 24,51 30,76 28,46
Asam oleat
7 26,94 24,21 25,27 25,09 25,52 25,67 25,11 22,93 23,27 22,31 26,05 24,91
(C18:1n9c)
Asam linolenat
8 2,11 1,50 2,04 1,70 2,33 2,02 2,43 2,12 1,68 1,95 1,92 2,16
(C18:2n6c)
Asam arakhidat
9 1,08 1,14 0,97 0,97 0,99 0,92 0,70 0,88 0,96 0,80 1,07 0,82
(C20:0)
Asam Cis-11-
10 0,03 0,04 0,03 0,03 0,04 0,04 0,05 0,03 0,03 0,03 0,03 0,04
Eikosanoat (C20:1)
Asam
11 0,16 0,15 0,15 0,15 0,15 0,16 0,14 0,14 0,14 0,14 0,15 0,14
linolenat(C18:3n3)
Asam Cis-11,14-
12 Eikosedien-oat 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05 0,04 0,03 0,04 0,04 0,04
(C20:1)
Asam Behenat
13 0,17 0,21 0,17 0,17 0,18 0,16 0,14 0,16 0,17 0,15 0,18 0,14
(C22:0)
Asam Trikosanoat
14 0,02 0,02 0,01 0,01 0,02 Nd Nd Nd 0,01 Nd 0,02 Nd
(C23:0)
Asam Lignoserat
15 0,10 0,16 0,10 0,10 0,10 0,10 0,06 0,09 0,10 0,14 0,11 0,08
(C24:0)
Total 85,35 75,81 79,35 78,75 80,51 79,65 73,47 72,17 72,96 68,51 82,31 76,85
Bantaeng
Sinjai Enrekang
Soppeng
Bone
Palopo Tana Toraja Luwu Utara
Bulukumba
Pinrang Luwu Timur
Luwu
Gambar 2. Kromatogram asam lemak biji kakao dari 12 daerah di Sulawesi Selatan
Kadar lemak maupun kadar asam yang lebih baik bagi pencegahan penyakit
lemak pada biji kakao dari 12 daerah di kardiovaskular (Fernandez-Murga et al.,
Sulawesi Selatan yang diambil sebagai 2011).
sampel, lebih rendah jika dibandingkan Perbedaan komposisi kimia dari
dengan hasil yang diperoleh pada studi lemak kakao menyebabkan perbedaan-
lainnya. Hal ini disebabkan karena buah perbedaan dalam kinetika kristalisasi.Rasio
kakao dipanen dalam kondisi yang belum jenuh asam lemak tak jenuh dan tak jenuh
masak sempurna (buah terlalu muda) serta tunggal untuk trigliserida tak jenuh ganda,
fermentasi yang tidak seragam, sehingga memiliki pengaruh yang paling penting pada
berakibat pada rendahnya kandungan lemak semua parameter kristalisasi kecuali pada
dan asam lemak penyusunnya. konstantaK (Foubert, 2004).
Kadar lemak yang tinggi tidak
berbanding lurus dengan kadar komponen SIMPULAN
asam lemaknya. Kadar lemak yang tinggi
Dari hasil penelitian yang telah
berpengaruh terhadap jumlah lemak yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
dihasilkan pada proses pengempaan lemak
komponen asam lemak yang dominan
(yield), sedangkan kadar komponen asam
pada biji kakao dari 12 daerah di Sulawesi
lemak akan berpengaruh pada manfaat
Selatan secara berturut-turut adalah asam
kesehatan dari lemak kakao, dimana lemak
stearat, asam oleat dan asam palmitat, yang
kakao dengan kandungan asam stearat
ditunjukkan dengan 3 (tiga) puncak serapan
lebih tingggi dapat memberikan manfaat
yang khas pada kromatogramnya. Kadar
asam lemak tertinggi dimiliki oleh biji kakao Extraction and determination of fat from
dari Kabupaten Pinrang. Kadar lemak yang cocoa powder and cocoa nibs. Journal of
tinggi tidak berbanding lurus dengan kadar Food Engineering 79 (2007) 1110–1114.
komponen asam lemaknya, dimana pada 10. Fernández-Murga, L., Tarín, J. J., García-
penelitian ini, kadar asam lemak tertinggi Perez, M. A., & Cano, A. (2011). The
dimiliki oleh biji kakao dari Kabupaten Sinjai impact of chocolate on cardiovascular
dan kadar asam lemak terendah dimiliki oleh health. Maturitas, 69(4), 312-321.
biji kakao dari Kabupaten Soppeng 11. Foubert, I., Vanrolleghem, P. A., Thas,
O., & Dewettinck, K. (2004). Influence of
DAFTAR PUSTAKA chemical composition on the isothermal
cocoa butter crystallization. Journal of
1. Afoakwa, E.O., (2010). Chocolate
food science, 69(9), E478-E487.
Science and Technology (1st ed). Wiley-
12. Guehi, S.T, et al., (2008). Impact on
Blackwell, WestSussex, UK.
cocoa processing technologies in free
2. Afoakwa, E.O., Quao, J., Takrama, J.,
fatty acids formation in stored raw cocoa
Budu, A. S., and Saalia, F. K, (2013).
beans. African J. of Agric. Res. Vol. 3(3)
Chemical Composition and Physical
pp.174-179
Quality Characteristics of Ghanian
13. Gunstone, F. D., Harwood, J. L., &
Cocoa Beans as Affected by Pulp Pre-
Dijkstra, A. J. (2007). The lipid handbook
conditioning and Fermentation, J.
with CD-ROM. CRC press.
Food Sci. Technol. 50 (6): 1097-1105.
14. Kanematsu, H., Maruyama, T., Niiya, I.,
doi:10.1007/s13197-011-0446-5
Imamura, M., & Matsumoto, T. (1978).
3. AOAC, (2005). AOAC Official Method
Studies on the hard butter. I. On the
969.33: Fatty Acids in Oils and Fats.
components of cocoa butter. Journal of
AOAC International
the Japanese Oil Chemists’ Society, 27,
4. Bilang, M., Langkong, J., Bastian,
385-389.
F. dan Suprapti. (2013). Profil Asam
15. Katz, D. L., Doughty, K., & Ali, A.
Lemak Biji Kakao dari Tanaman Kakao
(2011). Cocoa and chocolate in human
yang Diremajakan Berasal dari Tiga
health and disease. Antioxidants &
Kabupaten di Sulawesi Selatan. Dalam
Redox Signaling, 15(10), 2779–811.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi
doi:10.1089/ars.2010.3697
Industri kakao dan Hasil Perkebunan
16. Langkong, J., Ishak, E., Bilang, M., dan
Lainnya. Makassar.
Muhidong, J.(2011). Pemetaan Lemak
5. BSN. (2009). SNI 3748:2009 Syarat
Dari Biji Kakao (Theobroma Cocoa L) di
Mutu Biji Kakao. BSN. Jakarta
Sulawesi Selatan.
6. Bertazzo, A., Comai, S., Mangiarini, F.
17. Lipp, E. M., & Anklam, E. (1998). Review
dan Chen, Su. (2013). Composition of
of cocoa butter and alternative fats for
Cacao Beans. Di dalam: R.R. Watson
use in chocolate—part A. Compositional
et al. (eds.), Chocolate in Health and
data. Food Chemistry, 62(1), 73-97.
Nutrition, Nutrition and Health 7. Humana
18. Lipp, M., Simoneau, C., Ulberth, F.,
Press. New York
Anklam, E., Crews, C., Brereton, P., ...
7. De Clercq, N. (2011). Changing the
& Wiedmaier, C. (2001). Composition of
functionality of cocoa butter. PhD Thesis,
genuine cocoa butter and cocoa butter
Ghent University, Belgium, 220 p.
equivalents. Journal of food composition
8. De Clercq, N., et al., (2012). Influence
and analysis, 14(4), 399-408.
of cocoa butter refining on the quality of
19. Timms, R.E., Stewart, I.M., (1999).
milk chocolate. J. of Food Engineering.
Cocoa butter, a unique vegetable fat.
doi:10.1016/j.jfoodeng.2012.01.033
Lipid Technology Newsletter 5, 101-107
9. Elkhori, S., Jocelyn Pare´ J.R.,.
in De Clercq, N. (2011). Changing the
Be´langer, M.R. J., dan Pe´rez, E. 2007.
functionality of cocoa butter. PhD Thesis,
Microwave-assisted process (MAPTM1):
Ghent University, Belgium, 220 p.
20. Timms, R. E. (2003). Confectionery fats Expression of cocoa butter from cocoa
handbook: properties, production and nibs. Separation and Purification
application. The oily press. Technology 55(2), 256-264
21. Venter, M.J., Schouten, N., Hink, R.,
Kuipers, N., de Haan, A.B., (2007).