Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Evelyn S 6103013014
Michellia R 6103013028
Melvin M.S 6103013038
Edward 6103013059
Kelompok : B- 5
Kopi merupakan salah satu dari tiga minuman non-alkoholik (kopi, teh, coklat)
yang tersebar luas. Secara komersial kopi dibagi menjadi 2 jenis yaitu kopi arabika dan
kopi robusta. Kopi ini termasuk ke dalam famili rubriceae, subfamili lxoroidae, dan
suku coffeae. Selain itu kopi termasuk kelopok tanaman semak belukar dengan genus
coffea.
Terdapat dua senyawa utama yang membuat kopi memiliki citarasa dan aroma
yang disukai masyarakat. Dua senyawa tersebut adalah kafein yang berpengaruh
terhadap rangsangan metabolisme tubuh, dan kafeol yang menghasilkan aroma yang
khas dari kopi. (Almada, 2009).
Dalam biji kopi terdapat kandungan kafein yang bercampur dengan asam
klorogenat. Kadar kafein dalam kopi arabica 0,9-1,2% sedangkan kopi robusta 1,6-2,4%
(Panggabean, Edy. 2011). Kafein yang terkandung di dalam kopi adalah zat kimia yang
berasal dari tanaman yang dapat menstimulasi otak dan sistem syaraf. Kafein ini
tergolong dalam jenis alkaloid yang juga dikenal sebagai trimetilsantin.
Biji kopi merupakan bagian yang dimanfaatkan dalam penggunanya, biji kopi
didapatkan dari buah kopi yang terdiri atas tiga bagian yaitu lapisan kulit luar (exocarp),
lapisan daging (mesocarp), lapisan kulit tanduk (endoscarp). Biji kopi yang didapatkan
bari buah kopi yang telah dilakukan pengupasan dari kulit tanduknya dan kulit buahnya.
Sebelum dilakukan roasting/ penyangraian terlebih dahulu melewati tahap pengeringan
yang bertujuan untuk mengurangi kadar air dari kopi kadar air biji kopi yang semula 55
% turun menjadi 12 % selama 40 jam (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,
2013). Setelah tahap pengeringan diakukan tahap penyangraian, proses penyangraian
terdiri dari beberapa tahapan yakni persiapan biji, proses penyangraian, pendinginan,
penyimpanan sementara dan pengemasan. Tahap penyangraian dilakukan dengan
mengunakan mesin roaster, pada proses penyangraian ini dapat meningkatkan aroma
serta cita rasa dari kopi karena terjadi reaksi antara komponen-komponen dalam kopi
dengan adanya panas. Komponen dalam kopi terdapat karbohidrat yang dapat larut
dalam air atau tidak larut. Jenis karbohidrat tersebut di antaranya arabinosa, fruktosa,
mnnosa, galaktosa, dan glukosa. Dinding sel biji kopi tersusun dari selulosa dan
heniselulosa. Perbedaan kadar karbohidrat, tebal dinding sel, dan tingkat kematangan
setiap jenis kopi sangat memperngaruhi karakter dan citarasa biji kopi. Karbohidrat
sangat berpengaruh terhadap warna coklat pada kopi yang sudah disarngrai serta
berperan dalam pembentukan senyawa volatil. Selama penyangraian, karbohidrat
berubah menjadi polisakarida larut air, oligosakarida, monomer, melanoidin, karamel
dan senyawa volatil. (Panggabean, Edy. 2011)
.
Rasa pahit dalam kopi disebabkan oleh adanya asam klorogenat, rasa sepat pada kopi
robusta disebabkan oleh feruloylquinic acid dan dicafeoylquinic acid. Selama
penyangraian, asam klorogenat terdekomposisi menjadi senyawa volatil dan
melanoidin. Sisa asam klorogenat menyebabkan kopi berasa sepat (astrigent).
Biji coklat diperoleh dari buah tanaman coklat. Buah coklat biasanya
mengandung 30-40 biji yang tertutup pulp yang berlendir, berwarna putih susu, dan
lunak. Pulp ini sebenarnya adalah bagian dinding buah yang melekat pada epidermis
kulit biji, dan berfungsi sebagai sumber fermentasi coklat.
KRATINGDAENG
Kratingdaeng adalah nama dagang sebuah minuman energi dari Austria atau
Thailand. Minuman ini biasa dikenal di berbagai negara sebagai Red Bull. Berikut
adalah komposisi kratingdaeng per botol 150 ml.
V. CARA KERJA
A. Pengamatan Sifat Fisik Kopi dan Coklat
Biji Kopi, Buah Coklat, Teh
Penyaringan
Filtrat
A
A
Penambahan 5 mL KOH 1%
Penambahan 10 mL Klorofom
B
B
Pendinginan
Penyaringan Filtrat
Bubuk coklat
Kratingdaeng Teh
Arabica Robusta
Bubuk coklat
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum yan dilakukan menggunakan bahan penyegar diantaranya adalah
kopi arabica, kopi robusta, cokelat, dan kratingdaeng. Pengamatan fisik yang
dilakukan melakukan pengamatan terhadap biji kopi arabica,robusta, buah coklat, biji
coklat, dan teh hijau. Pada analisa kafein mengguanakan 5 bahan yaitu kafein murni,
kopi, coklat, teh dan kratingdaeng . Sedangkan pada pengujian kadar sari mengunakan
bahan bubuk coklat vanhouten, kopi arabica dan kopi robusta.
Bentuk
Berdasarkan bentuknya, biji kopi berbentuk oblong dimana diameter
vertikalnya memiliki ukuran yang lebih besar dari diameter hotisontalnya. Pada biji
kopi arabica dan robusta memiliki perbedaan, untuk biji kopi arabica memiliki
diameter vertikal yang lebih panjang dibanding diameter vertikal dari kopi robusta.
Jadi meskipun sama-sama merupakan dalam biji kopi, perbedaan jenis dapat
mempengaruhi perbedaan besar ukuran dari biji kopi.
Dari data hasil pengukuran biji coklat memiliki berbentuk oblong (ukuran
diameter vertikal > diameter horisontal).
Aroma
Berdasarkan praktikum kali ini didapatkan hasil dimana aroma setiap bahan yang
dipakai dalam praktikum kali ini berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena kandungan
yang berbeda-beda dari setiap bahan yang dipakai. Dalam praktikum kali ini kami
menggunakan biji kopi robusta, biji kopi arabika, daun teh hijau dan biji coklat.
Dari hasil percobaan didapatkan hasil dimana kopi memiliki aroma khas kopi.
Namun dari setiap jenis kopi memiliki tingkat aroma yang berbeda dimana aroma kopi
robusta (4+) lebih kuat dibandingkan aroma kopi arabika (2+). Begitu juga teh hijau
memliki bau aroma segar teh yang khas sedangkan pada biji coklat bau yang
dihasilkan adalah bau asam (+2).
Aroma khas kopi ini dihasilkan biji kopi yang telah mengalami proses
penyangraian. Pada saat proses penyangraian ini, kandungan karbohidrat pada kopi
mengalami menyebabkan terjadinya reaksi karamelisasi berwarna coklat kehitaman.
Aroma khas kopi ini dihasilkan oleh senyawa-senyawa yang berada dalam biji kopi
seperti trigonelline, asam alifatis, oligosakarida, dan lain-lain. Perbedaan aroma dan
pada kopi arabika dan robusta disebabkan karena perbedaan perbandingan komposisi
senyawa kedua bahan tersebut.
Teh memiliki aroma yang khas, yaitu khas teh. Secara pengelompokan,
komposisi kimia daun teh terdiri dari bahan-bahan organik, ikatan-ikatan nitrogen,
karbohidrat, dan turunannya, polifenol, pigmen, enzim, dan vitamin. Pada teh terdapat
senyawa kafein dan fenol (tannin) yang menentukan warna, rasa, dan aroma teh.
Dimana fenol ini akan mengalami oksidasi enzimatis menghasilkan theaflavin dan
thearubigin. Degradasi pigmen β karoten menjadi β ionone yang memberi aroma pada
teh.
Coklat memiliki aroma coklat. Aroma dari khas coklat ini disebabkan karena
adanya kandungan tannin didalam biji coklat segar yang tertutup pulp. Namun dalam
percobaan ini tecium bau dari biji coklat ialah bau asam (+2) . Hal ini bisa terjadi
karena coklat mengalami proses fermentasi pulp. Dimana selama fermentasi akan
membentuk asam-asam dari pulp yang mempengaruhi aroma yang dihasilkan dari
coklat. Senyawa yang berperan dalam pembentukan aroma kakao yang penting adalah
senyawa aldehid, komponen heterosiklik dan terpen seperti 2-methyl propanal yang
membawa flavor malt dan chocolate serta Linalol yang membawa flavor flowery dan
sweet.
Warna
Berdasarkan hasil praktikum kali ini didapatkan hasil bahwa warna kopi baik jenis
arabika maupun robusta adalah coklat kehitaman namun intensitasnya berbeda dimana
biji kopi robusta (+5) lebih tinggi intensitasnya dibandingkan dengan biji kopi arabika
(+2). Warna coklat kehitaman ini terbentuk karena terjadi karena kandungan
karbohidrat yang ada pada biji kopi mengalami reaksi maillard sehingga membentuk
warna coklat kehitaman melanoidin. Perbedaan intensitas warna yang dihasilkan
disebabkan karena perbedaan variestas pada kopi, dimana jika kandungan karbohidrat
dalam biji kopi lebih tinggi akan empengaruhi intensitas dari warna yang dihasilkan.
Daun teh hijau yang dipakai dalam praktikum kali ini berwarna hijau tua. Hal ini
disebabkan karena adanya kandungan pigmen klorofil. Teh juga mengandung pigmen
antoxianin yang termasuk dalam pigmen flavonoid yang berwarna kuning dan larut
dalam air. Selain itu dalam teh terdapat pula pigmen catechin dan leukoanthocyanin
yang merupakan senyawa tidak berwarna tetapi selama proses akan membentuk warna
coklat atau hitam. Untuk pembuatannya sendiri, teh hijau dibuat dengan cara
menginaktifasi enzim oksidase atau fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar,
dengan cara pemanasan atau penguapan menggunakan uap panas, sehingga oksidasi
enzimatik terhadap katekin dapat dicegah.
Sedangkan untuk biji coklat warnanya adalah coklat muda. Warna coklat yang
ada bisa disebabkan oleh adanya kandungan pigmen catechin dan leukoanthocyanin,
serta efek dari proses fermentasi yang akan memberikan warna coklat muda pada biji
coklat tersebut.
Kadar sari (water extract) atau kadar seduhan adalah jumlah bahan yang larut
apabila bahan tersebut diekstrak dengan air panas. (Muchtadi dan Sugiyono, 1992)
Kadar sari digunakan untuk menentukan mutu organoleptik seduhan yang meliputi
cita rasa, warna, aroma dan kesegaran. Kadar sari dapat dihitung dengan melihat
banyaknya zat terlarut saat pemanasan berlangsung. Semakin banyak komponen-
komponen yang terlarut dalam air, maka akan semakin besar kadar sarinya. Penentuan
kadar sari suatu bahan dipengaruhi oleh suhu pemanasan, komposisi bahan, dan
ukuran partikel bahan.
Suhu : semakin tinggi suhu dan semakin lama pemanasan maka jumlah zat yang
terlarut akan semakin banyak
Komposisi bahan : semakin banyak kandungan komponen-komponen yang terlarut
dalam air berarti kadar sarinya juga semakin besar.
Ukuran partikel : semakin kecil ukuran partikel maka semakin mudah komponen-
komponen yang dapat terlarut sehingga kadar sari semakin besar.
(Panggabean, Edy. 2011)
Penentuan kadar sari dalam percobaan menggunakan menggunakan bahan-
bahan penyegar seperti coklat dan kopi. Kopi yang digunakan ada dua jenis yaitu kopi
Arabica dan kopi Robusta. Kopi mengandung kafein yang berfungsi sebagai
perangsang. Kafein ini dapat larut dalam kloroform dan air. Peningkatan suhu air
hingga 1000C akan meningkatkan kelarutan kafein pada air sedangkan pada suhu lain,
kelarutan dalam air tidak maksimal (Widagdyo, 2013). Sehingga pada praktikum ini
dilakukan perlakuan pemanasan selama 1 jam dengan tujuan agar kelarutan kopi dapat
maksimal. Pada praktikum juga dilakukan penyaringan menggunakan kain saring.
Awalnya digunakan kertas seduh teh tapi ketika dipanaskan suhu yang tinggi kertas
tersebut pecah dan isinya keluar sehingga perlu dilakukan penyaringan.
Pada praktikum didapatkan hasil perolehan kadar sari untuk kopi arabika yaitu
28,16% sedangkan kopi robusta 28,484%. Perbedaan hasil kadar sari ini dapat
disebabkan adanya perbedaan suhu saat pemanasan. Lama waktu pemanasan memang
seragam tetapi suhu tidak bisa disamakan karena menggunakan bunsen yang berbeda
dan besarnya api yang digunakan untuk pemanasan tidak bisa sama. Sehingga saat
melakukan analisa kadar sari terdapat perbedaan. Kopi arabika mengandung kafein
0.94-1.59% sedangkan kopi robusta 2,0%. Kafein dapat larut dalam air sehingga kopi
robusta yang lebih banyak mengandung kafein dapat menghasilkan kadar sari yang
lebih tinggi. Selain itu kandungan komponen karbohidrat pada kopi robusta seperti
polisakarida dan glukosa memiliki persen berat yang lebih besar dibanding kopi
arabica yaitu dapat dilihat pada tabel 10 diatas. Kadar mineral terlarut yang dimiliki
oleh kopi robusta juga lebih tinggi daripada kopi arabica, kadar mineral pada kopi
arabica 3,6%-4,5% sedangkan kopi robusta 3,6-4,8% (Panggabean, Edy. 2011).
Semakin tinggi kadar mineral terlarut maka semakin tinggi pula kadar sari dari bahan.
Perbedaan intensitas pengadukan selama pengekstrakan juga dapat mempengaruhi
jumlah sari yang terekstrak dari bahan, karena ekstraksi dilakukan pada suhu tinggi
dalam waktu yang cukup lama, kurangnya pengadukan dapat mengakibatkan
kurangnya gaya mekanis yang diberikan pada bahan.
Pada coklat, didapatkan kadar sari yang lebih kecil yaitu 19,88%. Hal ini
disebabkan karena pada saat penyaringan larutan dilakukan berulang-ulang
menggunakan kertas saring karena banyak partikel halus yang menemel dan
menghambat jalanya filtrat sehingga untuk mendapatkan filtat perlu dilakukan
pengantian kertas saring. Dimungkinkan pada saat penyaringan yang dilakukan
membuat sari coklat bubuk pada kertas saring lebih banyak tertingal. Kadar sari coklat
yang diperoleh juga dipengaruhi oleh adanya kandungan lemak dari coklat, karena
kandungan lemak dapat membantu mempertahankan ekstrak dari coklat.
4. Kesimpulan
Warna bahan penyegar dipengaruhi oleh pigmen yang terkandung dalam bahan
tersebut.
Tiap varietas bahan yang berbeda akan memilki ukuran dan bentuk yang berbeda
Pembentukkan aroma dan warna pada setiap bahan ditentukan oleh komponen yang
terkandung dalam setiap bahan
Biji kopi memiliki aroma khas kopi, daun teh memiliki aroma khas teh
Aroma pada biji coklat adalah asam, hal ini dipengaruhi oleh proses fermentasi yang
dilakukan terhadap biji coklat tersebut.
Warna coklat pada biji coklat dipengaruhi oleh dari proses fermentasi.
Kadar sari dipengaruhi oleh ukuran partikel, suhu dan komposisi bahan.
Kadar sari terendah pada coklat yaitu 19,88%
Ekstraksi kafein menggunakan ekstraksi bertahap, yaitu ekstraksi dengan pelarut air
panas dan dilanjutkan ektraksi cair-cair dengan pelarut kloroform.
Kadar kafein diurutkan dari kadar kafein terbesar adalah kopi 6,57%, kafein murni
5,05%, coklat 2,09% , kratingdaeng 1,92% , dan teh hijau 1,39%.
Kadar kafein dalam bahan dapat berbeda-beda dipengaruhi oleh proses pengolahan
bahan tersebut.
5. DAFTAR PUSTAKA
Almada, Deva P. 2009. Pengaruh Peubah Proses Dekafeinasi Kopi dalam Reaktor
Kolom Tunggal terhadap Mutu Kopi. Tesis. Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Ciptadi, W dan M. Z. Nasution. 1985. Pengolahan Kopi. Bogor: Fakultas Teknologi
Institut Pertanian Bogor.
Syahfitri, N. 2008. Pengaruh Berat dan Waktu Penyeduhan terhadap Kadar Kafein dari
Bubuk Teh. Dapat diakses di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13968/ 1/09E00992.pdf (1 Mei
2014).
Susanto, F.X. 1994. Tanaman Kakao : Budu Daya dan Pengolahan Hasil. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius.