You are on page 1of 22

REVITALISASI SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF

MEMBANGUN INDUSTRIALISASI PERTANIAN PERDESAAN

Agricultural Extension System Revitalization in The Perspective of Rural


Agriculture Industrialization Development

Kurnia Suci Indraningsih, Tri Pranadji, dan Sunarsih

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian


Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161
E-mail: kurniasuci@yahoo.com

Tanggal naskah diterima : 5 Juni 2013 Tanggal naskah disetujui terbit : 4 September 2013

ABSTRACT

Extension is an integral part of agricultural development in rural areas. Rural farming system is the basis of
economic activity for improving rural community life. On the other hand, the existing agricultural system does not
support the competitive rural economy. Rural agriculture industrialization considers agricultural system as an
integrated unity of agricultural industry business with high-value added outputs. This paper describes the factors
as prerequisites for agricultural extension system revitalization. There are three prerequisites for the revitalization,
namely: (i) extension institution and organization, (ii) extension implementation, and (ii) extension workers. In the
Extension System Revitalization program implemented by the government is not aimed to support agricultural
industry in rural areas. This program is focused on improving extension internal institution and not specifically
aimed to enhance extension material disseminated to the farmers. Transformation towards rural agricultural
industry is not achieved through the improvement of internal extension institution only, but also through innovation
topics specifically designed for extension. It is necessary to improve agricultural extension institution aiming at
establishing rural agriculture industry.

Keywords: extension, agriculture, industrialization, rural

ABSTRAK

Penyuluhan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan pembangunan pertanian di
perdesaan. Sistem pertanian perdesaan diposisikan sebagai basis kegiatan ekonomi untuk peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat perdesaan. Sistem pertanian yang sedang berjalan belum menjamin terbangunnya
perekonomian perdesaan yang berdaya saing tinggi. Industrialisasi pertanian perdesaan, melihat sistem
pertanian di perdesaan sebagai satu kesatuan utuh dari sistem yang mencerminkan usaha industri pertanian,
dengan keluaran (output) berupa produk akhir yang bernilai tambah tinggi, diharapkan dapat memperbaiki kondisi
tersebut. Tulisan ini memaparkan faktor-faktor yang menjadi prasyarat agar revitalisasi sistem penyuluhan
pertanian mampu membangun industrialisasi pertanian perdesaan. Terdapat tiga prasyarat agar revitalisasi
sistem penyuluhan pertanian mampu membangun industrialisasi pertanian perdesaan: (1) Kelembagaan dan
organisasi penyuluhan, (2) Penyelenggaraan penyuluhan, dan (3) Ketenagaan penyuluh. Dalam program
Revitalisasi Sistem Penyuluhan yang dilaksanakan penyuluhan pertanian pemerintah belum secara tegas
diarahkan untuk mendukung industri pertanian di perdesaan. Program ini masih menekankan pada perbaikan
kelembagaan internal penyuluhan, dan belum secara khusus difokuskan untuk memperbaiki materi penyuluhan
untuk petani. Transformasi ke arah industri pertanian perdesaan tidak semata-mata dapat ditempuh hanya
melalui perbaikan kelembagaan internal penyuluhan, melainkan juga materi inovasi (teknologi dan kelembagaan)
yang seharusnya dirancang secara khusus. Untuk itu perlu perbaikan kelembagaan penyuluhan pertanian yang
berorientasi pada terwujudnya sistem industri pertanian di perdesaan.

Kata kunci: penyuluhan, pertanian, industrialisasi, perdesaan

REVITALISASI SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF MEMBANGUN INDUSTRIALISASI PERTANIAN PERDESAAN
Kurnia Suci Indraningsih, Tri Pranadji, dan Sunarsih

89
PENDAHULUAN mendukung dan sejalan dengan upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat di
perdesaan. Perlu dikemukakan bahwa
Kegiatan penyuluhan pertanian meru- pelaksanaan RSP berjalan secara bersamaan
pakan instrumen penting dalam pembangunan dengan program pemerintah lainnya, baik
pertanian di perdesaan. Jika sistem dalam kaitannya fokus (menurut sektor)
penyuluhan pertanian dapat dirumuskan maupun fokus (menurut wilayah atau daerah)
dengan baik dan dijalankan dengan sungguh- kegiatan pembangunan. Oleh sebab itu,
sungguh, diperkirakan dalam waktu yang tidak keberhasilan pelaksanaan RSP memerlukan
lama kesejahteraan masyarakat petani di dukungan dari berbagai pihak, baik dari
perdesaan dapat meningkat secara signifikan. kalangan pemerintah (pusat dan daerah),
Dengan diberlakukan Undang-Undang Nomor masyarakat pelaku usaha, masyarakat petani
16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan dan elemen civil society lainnya.
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (UU Dalam UU 16/2006 disebutkan bahwa
16/2006), kegiatan penyuluhan mempunyai kelembagaan penyuluhan pertanian peme-
kekuatan hukum lebih besar dalam memberi- rintah dari tingkat pusat sampai dengan tingkat
kan dukungan bagi keberhasilan pemba- kecamatan perlu dilakukan penataan kembali,
ngunan pertanian di perdesaan. yang pembiayaannya ditanggung bersama
Merespon peran penting pertanian antara pemerintah pusat dan pemerintah
dalam meningkatkan dan mempertahankan daerah. Penyelenggaraan kegiatan penyu-
kesejahteraan masyarakat petani, memasuki luhan juga perlu dilakukan secara bersama
periode pemerintahan 2005-2009, pemerintah antara pemerintah pusat dan daerah, dengan
tetap menganggap bahwa pembangunan memperhatikan asas desentralisasi dan
pertanian perlu mendapat perhatian yang lebih sinergitas. Undang-undang tersebut dapat
besar. Hal ini ditandai dengan dicanangkannya dipandang sebagai langkah awal dalam
Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan pemberdayaan petani melalui peningkatan
Kehutanan (RPPK) oleh Presiden RI pada sumberdaya manusia dan kelembagaan
tanggal 11 Juni 2005. Mengingat secara penyuluhan pertanian pemerintah, swadaya,
fungsional dan historis kegiatan penyuluhan dan swasta.
mempunyai peran strategis dalam keber- Sejak tahun 2007 program RSP
hasilan pembangunan pertanian, sejalan difokuskan untuk mengimplementasikan
dengan RPPK, kegiatan yang terkait dengan beberapa subprogram, yaitu: (1) penataan
penyuluhan pertanian seharusnya juga kelembagaan penyuluhan pertanian; (2)
dilakukan pembenahan. peningkatan kuantitas dan kualitas penyuluh
Sangat disadari bahwa peluang pertanian; (3) peningkatan sistem penyeleng-
keberhasilan RPPK akan lebih besar jika garaan penyuluhan pertanian; (4) peningkatan
didukung oleh sistem penyuluhan pertanian kepemimpinan, manajemen kelembagaan dan
yang lebih baik. Pemberlakuan UU 16/2006 keorganisasian petani; dan (5) pengembangan
dapat dijadikan dasar dan sekaligus legitimasi jejaring kerjasama penyuluhan dan sistem
bagi pembaharuan sistem penyuluhan atau industri pertanian di perdesaan. Program ini
dikenal sebagai revitalisasi sistem penyuluhan dapat dipandang sebagai upaya untuk
(RSP). Gagasan tentang RSP sudah memperbaiki sistem dan kinerja penyeleng-
dicanangkan oleh Menteri Pertanian pada garaan penyuluhan pertanian yang semenjak
tanggal 3 Desember 2005 di Banyuasin, akhir 1990-an telah mengalami penurunan
Sumatera Selatan. Oleh sebab itu, secara kinerja yang sangat besar.
kronologis dan teknokratis, RSP dapat Berbagai upaya yang telah dilakukan
dipandang sebagai bagian dan sekaligus selama ini dinilai Slamet (2008) belum mampu
kelanjutan dari RPPK. memantapkan sistem penyuluhan. Penyuluhan
Semangat dari pencanangan RSP pertanian di Indonesia pasca-Program Padi
dapat diartikan sebagai suatu upaya Menteri Sentra dinilai belum mempunyai landasan
Pertanian dalam mendudukkan, memerankan, yang kokoh, terutama dilihat secara ideologis,
dan memfungsikan serta menata kembali sosiologis, dan teknokratik (walaupun dari
sistem penyuluhan pertanian. Tujuannya agar aspek yuridis, sejak tahun 2006 telah dibentuk
kegiatan penyuluhan pertanian dapat lebih UU No. 16/2006). Kebijakan yang berkaitan

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 31 No. 2, Desember 2013 : 89 - 110

90
dengan penyuluhan pertanian selain masih KONSEP REVITALISASI SISTEM
terlalu sering berubah secara tidak sistematis, PENYULUHAN PERTANIAN
juga jarang dilandaskan pada hasil kajian
akademik yang dapat dipertanggung-
jawabkan. Kelemahan sistem penyuluhan Secara historis, keberhasilan pemba-
dapat ditelusuri antara lain dari aspek struktur ngunan pertanian sangat dipengaruhi oleh
kelembagaan, materi dan program penyu- program penyuluhannya (Subejo, 2009).
Revitalisasi sistem penyuluhan dapat
luhan, sistem penunjang, hingga kualifikasi
dipandang sebagai upaya menempatkan
dan penyebaran SDM penyuluh. Keinginan
kembali sistem penyuluhan pada posisi yang
(yang bersifat terbatas) untuk meningkatkan
”terhormat” dalam keseluruhan pembangunan
produktivitas pertanian dalam jangka pendek
pertanian di perdesaan. Makna dari istilah
sering menjadi penyebab utama dilakukannya
”terhormat” adalah bahwa penyuluhan
berbagai perubahan yang dimaksud.
seharusnya dapat ditempatkan sebagai
Dalam rangka melakukan perbaikan kegiatan yang mempunyai peran penting
(“perubahan kebijakan”) selain seringkali dalam meningkatkan kinerja sistem pertanian
dilakukan berdasar gagasan sesaat, juga di perdesaan. Dalam hal ini sistem pertanian
kurang didasarkan pada data dan perdesaan diposisikan sebagai basis kegiatan
penganalisaan yang dipertanggungjawabkan. ekonomi untuk peningkatan kualitas kehidupan
Perubahan untuk perbaikan, terlebih lagi masyarakat perdesaan (Pranadji, 2004).
dalam rangka revitalisasi secara menyeluruh, Berkaitan dengan gagasan ini, ada dua hal
seyogyanya tidak dilakukan secara trial and yang harus dicermati, yaitu: pertama, rancang
error. Perubahan yang dimaksud dapat bangun sistem pertanian sebagai basis
berhasil baik jika didasarkan pada kajian kritis kegiatan ekonomi untuk peningkatan kualitas
dan dari hasil penelitian yang mendalam. kehidupan masyarakat perdesaan. Kedua,
Untuk mencapai tujuan penyuluhan pertanian, sistem penyuluhan pertanian yang mendukung
yakni mengembangkan sumberdaya manusia rancang bangun sistem pertanian yang
yang maju dan sejahtera, diperlukan kerja dimaksud.
keras dan komitmen yang tinggi dari seluruh Dari beberapa kajian (Murtiani dan
elemen (pemerintah, masyarakat, dan swasta) Budiman, 2006; Indraningsih et al., 2011)
yang terlibat. Tulisan ini memaparkan faktor- diperoleh gambaran bahwa sistem pertanian
faktor yang menjadi prasyarat agar revitalisasi yang sedang berjalan belum menjamin
sistem penyuluhan pertanian mampu memba- terbangunnya perekonomian perdesaan yang
ngun industrialisasi pertanian perdesaan (IPP). berdaya saing tinggi. Pola pertanian
Langkah strategis untuk pengemba- perdesaan yang mengandalkan dihasilkannya
ngan usaha pertanian yang memiliki daya produksi bahan mentah, bernilai tambah
saing dalam IPP adalah membangun jaringan rendah, musiman, dan dikelola dengan
integrasi usaha secara vertikal dan horisontal permodalan (prasarana publik, energi,
di tingkat desa. Dalam perspektif RSP, ada manusia, sosio-budaya, dan finansial) yang
relatif lemah sepertinya ”menutup pintu” bagi
tiga hal yang akan dicermati dalam tulisan ini.
diwujudkannya perekonomian perdesaan yang
Pertama, kelembagaan dan organisasi penyu-
berdaya saing tinggi. Sistem pertanian yang
luhan dapat sebagai pendorong terbentuknya
dinilai lebih sesuai untuk peningkatan kualitas
sistem IPP secara utuh di perdesaan. Kondisi
kehidupan masyarakat perdesaan adalah
tersebut diharapkan mampu meningkatkan
industri pertanian perdesaan (IPP). Dalam
kompetensi dan sikap SDM petani untuk
perekayasaan proses adopsi teknologi
menggerakkan IPP. Kedua, penyelenggaraan
usahatani yang baik akan menciptakan IPP
penyuluhan perlu memperhatikan materi dan bila didukung iklim usaha yang baik seperti
program penyuluhan, infrastruktur pendukung, ketersediaan input, ketersediaan fasilitas
faktor insentif dan disinsentif penyuluh, keuangan, dan ketersediaan sarana (Mosher,
keterlibatan masyarakat sasaran terutama 1966; Indraningsih, 2010).
dalam menerapkan inovasi pada pelaku IPP di
perdesaan. Ketiga, dari aspek ketenagaan Penyuluhan merupakan bagian yang
perlu ada koordinasi antara penyuluh peme- tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan
rintah (PNS), penyuluh swadaya, dan penyuluh pembangunan pertanian di perdesaan. Dapat
swasta. dikatakan bahwa sistem penyuluhan
merupakan ”alat” bagi penyelenggaraan

REVITALISASI SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF MEMBANGUN INDUSTRIALISASI PERTANIAN PERDESAAN
Kurnia Suci Indraningsih, Tri Pranadji, dan Sunarsih

91
pembangunan pertanian di perdesaan. Perlu Murtiani dan Budiman (2006) telah
dibuat rancangan agar terwujud kompatibilitas mensarikan dari berbagai rujukan, bahwa
antara sistem IPP dibangun dengan pola dalam revitalisasi penyuluhan pertanian
penyuluhan yang dijalankan. Jika IPP tercakup upaya untuk: (1) Mewujudkan
mensyaratkan harus tersedia sumberdaya kelembagaan (organisasi dan tatalaksana)
manusia perdesaan yang kompeten dalam penyuluhan pertanian yang mantap mulai
mengelola kegiatan pengolahan dan tingkat provinsi, kabupaten/kota, sampai
pemasaran produk akhir, maka perlu tingkat kecamatan; (2) Optimalisasi kinerja
dirancang pola penyuluhan yang mampu tenaga fungsional penyuluh pertanian di setiap
membangun sumberdaya manusia perdesaan tingkatan mulai dari provinsi, kabupaten/kota
dalam kedua kegiatan tersebut. dan kecamatan; (3) Berkembangnya dinamika
Pola penyuluhan yang selama ini proses belajar mengajar (adopsi-difusi
hanya mengandalkan peningkatan inovasi), berusahatani, dan bermitra usaha
sumberdaya manusia perdesaan pada segmen petani dalam wadah kelembagaan ekonomi
kegiatan usahatani (”hulu” IPP), hal ini akan petani (kelompok tani, gabungan kelompok
sulit untuk mewujudkan IPP yang berdaya tani, koperasi tani, asosiasi komoditas); serta
saing tinggi. Anggapan bahwa dengan pola (4) Berkembangnya keberdayaan kelemba-
penyuluhan (yang menekankan peningkatan gaan ekonomi petani sebagai pelaku agribisnis
sumberdaya manusia perdesaan pada segmen yang efektif dan efisien, sehingga mampu
kegiatan usahatani) akan (secara otomatis)
menghasilkan produk yang bernilai tambah
dapat diwujudkan bangunan IPP yang berdaya
dan berdaya saing guna meningkatkan
saing tinggi, hal ini benar-benar mendekati
produktivitas dan kesejahteraan petani dan
pemikiran yang sangat ”ilusionis”. Hal yang
banyak dijumpai di perdesaan, bahwa gagasan anggota keluarganya.
untuk mewujudkan IPP telah dijadikan slogan
pemerintahan dan politik, sementara itu sistem KONSEP INDUSTRIALISASI PERTANIAN
penyuluhan tetap ”jalan di tempat” (dengan PERDESAAN
pola lama). Sampai saat ini penyuluhan
pertanian masih bertujuan untuk
pengembangan sistem usaha pertanian dan Pengertian umum yang populer
terkesan masih sangat partikularistik, dalam tentang industrialisasi pertanian merupakan
arti terfokus pada usahatani di lahan petani. suatu proses yang dicirikan oleh penggunaan
Visi pengembangan IPP hampir belum nampak alat-alat mekanis dalam sektor pertanian
sama sekali. (mekanisasi pertanian) yang semakin intensif
Revitalisasi penyuluhan pertanian dan industri pengolahan hasil-hasil pertanian
bersifat sistemik, diawali dengan visi dan yang semakin berkembang (Breimyer, 1962;
kerangka pembangunan pertanian perdesaan. Moore dan Dean, 1972 yang diacu oleh
Dalam hal ini sistem penyuluhan secara Simatupang, 1995). Konsep lain yang digagas
kelembagaan harus diarahkan untuk Simatupang (1995) menyatakan bahwa
membangun IPP dan sekaligus menyiapkan industrialisasi pertanian adalah suatu proses
tenaga operator yang menangani IPP, baik konsolidasi usahatani dan disertai dengan
secara perorangan maupun organisasi. Oleh koordinasi vertikal di antara seluruh tahapan
sebab itu, baik dilihat dari program, vertikal agribisnis dalam satu alur produk
kompetensi penyuluh, pranata atau melalui mekanisme nonpasar, sehingga
kelembagaan penyuluhan, infrastruktur, dan
karakteristik produk akhir yang dipasarkan
sistem penunjang penyuluhan harus diformat
dapat dijamin dan disesuaikan dengan
ulang untuk disesuaikan dengan
preferensi konsumen akhir. Mengutip pendapat
pembangunan pertanian dengan pendekatan
IPP. Dengan penjelasan ini dapat Rahardjo (1990), bahwa transformasi ke arah
dikemukakan bahwa antara revitalisasi industrialisasi merupakan tujuan pemba-
pertanian dan revitalisasi penyuluhan ngunan nasional jangka panjang yang bersifat
merupakan satu kesatuan, dimana revitalisasi strategis. Sebagai negara berbasis sumber-
penyuluhan merupakan salah satu faktor daya agraris, transformasi yang dimaksud
pendukung keberhasilan revitalisasi pertanian. dapat ditempuh melalui industrialisasi
pertanian perdesaan (Pranadji, 2004).
Industrialisasi perdesaan seringkali mempu-

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 31 No. 2, Desember 2013 : 89 - 110

92
Tabel 1. Berbagai Tujuan Penting dari Industrialisasi Perdesaan

Tujuan Utama Tujuan Penting Tujuan Biasa

Memperbaiki struktur ekonomi Meningkatkan produksi industri Pemanfaatan sumber-sumber


daerah perdesaan perdesaan dan pendapatan lokal
yang diperoleh

Desentralisasi industri Menciptakan kesempatan kerja Mengembangkan


kewirausahaan
(entrepreneurship)

Memperbaiki pola distribusi Meningkatkan kualitas tenaga


pendapatan antar regional kerja

Mensuplai pasar lokal

Menghambat migrasi desa-kota


Sumber: Michel dan Ochel, 1978 dalam Jakti, 1990

nyai dua pengertian yang secara konseptual 1982 dalam Jakti, 1990). Upaya industrialisasi
berbeda (Moehtadi dikutip Waluyo 2009). perdesaan ditujukan untuk sekaligus
Pertama, industri di perdesaan, yaitu meningkatkan produksi dan pendapatan,
pembangunan pabrik-pabrik yang mengambil selain kesempatan kerja, di daerah perdesaan
lokasi di kawasan perdesaan. Jika pengertian (Michel dan Ochel, 1978 dalam Jakti, 1990),
ini diambil, perdesaan hanyalah merupakan secara rinci tujuan penting dari industrialisasi
wahana untuk memproduksi barang dan jasa perdesaan ditampilkan pada Tabel 1. Hal ini
dengan investor pihak lain yang dapat saja dihubungkan dengan adanya perbedaan yang
berasal dari luar perdesaan tersebut. Kedua, mendasar di antara kegiatan produksi
industri yang mengandalkan kekuatan utama pertanian dan kegiatan produksi non pertanian
berupa sumberdaya yang ada di perdesaan, (Rietveld, 1984 dalam Jakti, 1990). Dalam
baik sumberdaya alam maupun sumberdaya tulisan ini, konsep IPP yang digunakan
manusia. menggabungkan antara konsep industrialisasi
Menurut Jakti (1990) konsep tentang pertanian dan industrialisasi perdesaan
industrialisasi perdesaan digambarkan sebagai sebagaimana tersebut di atas.
proses industrialisasi yang didesentralisasikan Revitalisasi sistem penyuluhan dapat
menjangkau wilayah ekonomi yang lebih luas. dipandang sebagai instrumen penting untuk
Konsep yang lebih populer adalah mendukung peningkatan daya saing industri
mengalihkan secepat mungkin kegiatan perdesaan secara berkelanjutan. Untuk itu
ekonomi dari yang bersifat inward-looking ke RSP perlu diarahkan sebagai faktor pendu-
yang outward-looking, yakni yang cukup cepat kung terwujudnya IPP secara berkelanjutan
mulai melakukan kegiatan ekonomi yang (Pranadji, 2003). Dalam hal ini pelaksanaan
mengarah ke ekspor, bukan lagi sekedar RSP adalah dalam rangka mendukung
memenuhi kebutuhan domestik. Secara ideal penyelenggaraan pembangunan dengan
dikemukakan oleh banyak pakar ekonomi pendekatan IPP. Pada tataran operasional
bahwa proses pembangunan ekonomi hendaknya perlu terdapat kesesuaian antara
hendaknya menghindari munculnya berbagai RSP dan IPP, RSP bermuatan materi dan
gejala dualisme di antara daerah kota dan program yang mendukung pengembangan
desa, sektor modern dan tradisional, kegiatan IPP.
industri dan pertanian, serta kegiatan ekonomi
Dengan perspektif IPP sistem per-
berskala besar, menengah, dan kecil (Braun,
tanian di perdesaan dilihat sebagai satu

REVITALISASI SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF MEMBANGUN INDUSTRIALISASI PERTANIAN PERDESAAN
Kurnia Suci Indraningsih, Tri Pranadji, dan Sunarsih

93
kesatuan utuh dari sistem yang mencerminkan pusat adalah berbentuk badan yang
usaha industri pertanian, dengan keluaran menangani penyuluhan, pada tingkat provinsi
(output) berupa produk akhir yang bernilai berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan,
tambah ekonomi maksimal. Produk akhir pada tingkat kabupaten berbentuk Badan
tersebut merupakan hasil dari penerapan Pelaksana Penyuluhan, dan pada tingkat
sistem perencanaan pengembangan pertanian kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan
yang bersifat visioner di perdesaan, yang (tertera pada Tabel 2). Kelembagaan
dalam hal ini disebut sistem industrialisasi Penyuluhan di tingkat pusat bertanggung
pertanian perdesaan (Pranadji, 2009). Melalui jawab kepada menteri. Untuk melaksanakan
sistem ini, proses peningkatan nilai tambah koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan optima-
dilakukan secara sistematik, yaitu dengan lisasi kinerja penyuluhan pada tingkat pusat,
memanfaatkan teknologi mutakhir yang tepat diperlukan wadah koordinasi penyuluhan
guna, tenaga kerja terlatih yang bersifat nasional nonstruktural yang pembentukannya
fungsional, modal finansial, energi, manajemen diatur lebih lanjut dengan peraturan
industrial, dan keorganisasian ekonomi presiden.
perdesaan berbadan hukum. Secara umum di tingkat provinsi,
Sebagai satu kesatuan sistem IPP, koordinasi dengan instansi yang lain belum
kegiatan pertanian dilihat mulai dari usahatani, ada. Belum ada mekanisme formal yang
pascapanen, pengolahan pertanian dan mengaturnya, namun ada kegiatan-kegiatan
pemasaran tidak dilihat sebagai kegiatan yang tertentu yang dalam pelaksanaannya
masing-masing secara terpisah. Jika masing- melibatkan petugas dari instansi lain yang
masing kegiatan dari hulu (usahatani untuk terkait. Sebagai contoh terdapat penyuluh
menghasilkan bahan mentah bernilai tambah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
relatif rendah), tengah (pascapanen) dan hilir yang dilibatkan oleh Bakorluh dalam
(industri pengolahan dan pemasaran) dilihat penyusunan program. Penugasan tersebut
secara terpisah-pisah, maka kegiatan dikukuhkan dalam bentuk surat keputusan
pertanian tersebut selain tidak terintegratif, (SK) dari Bakorluh. Keterlibatan lembaga lain
juga tidak mempunyai daya saing yang tinggi dalam kegiatan/program yang dilakukan BPTP
dan mampu menghasilkan nilai tambah tinggi. di lapangan tergantung pada kebutuhan.
Dengan cara pandang pengembangan Beberapa provinsi telah ada mekanisme
pertanian seperti ini, di perdesaan sangat koordinasi dimana Gubernur sebagai
dimungkinkan dibangun sistem kegiatan penanggung jawab, Kepala Dinas Pertanian
ekonomi yang terorganisir dan berdaya saing sebagai ketua, dan Kepala Bakorluh sebagai
tinggi. Melalui sistem kegiatan ekonomi sekretaris.
tersebut dapat dihasilkan produk pertanian Di tingkat kabupaten, kelembagaan
yang bernilai tambah tinggi, diciptakan penyuluhan yakni Badan Pelaksana Penyu-
lapangan kerja secara luas, dihasilkan peluang luhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan
bagi upaya peningkatan pendapatan (BP4K) atau Bapeluh bekerja sama dengan
masyarakat perdesaan yang relatif besar, dan aparat dinas teknis seperti Dinas Pertanian
pada akhirnya peningkatan kesejahteraan dan Hortikultura, Perkebunan, Koperindag
petani secara lebih adil dan merata. sesuai dengan program/kegiatan yang
dilaksanakan. Di tingkat kecamatan, penyuluh
KELEMBAGAAN DAN ORGANISASI Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
PENYULUHAN Kehutanan (BP3K) dilibatkan pada awal
program atau kegiatan oleh dinas teknis,
seperti dalam hal penentuan petani dan lokasi
Salah satu upaya yang dilakukan (calon petani calon lokasi, CP/CL). Setelah
dalam revitalisasi penyuluhan pertanian adalah program berjalan, penyuluh BP3K atau Balai
penataan kembali kelembagaan penyuluhan Penyuluhan Pertanian (BPP) mendampingi
pertanian, dari mulai tingkat pusat sampai petani di lapangan dengan Mantri Tani
dengan tingkat desa. Berdasarkan UU No. 16 ataupun Kepala Cabang Dinas (KCD) dari
tahun 2006, kelembagaan penyuluhan tingkat dinas teknis.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 31 No. 2, Desember 2013 : 89 - 110

94
REVITALISASI SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF MEMBANGUN INDUSTRIALISASI PERTANIAN PERDESAAN
Kurnia Suci Indraningsih, Tri Pranadji, dan Sunarsih

95
Penyuluhan Pertanian yang Masih Serba kosong yang besar akibat melemahnya peran
Lemah penyuluh dan kelembagaan penyuluhan
pertanian menjadi sulit dihindari.
Kegiatan penyuluhan terutama pada
era otonomi daerah belum memberikan Terbentuknya ruang kosong, khusus-
gambaran dampak yang meyakinkan, namun nya antara masyarakat petani dan kelemba-
tidak dapat dikatakan ”telah mati”. Penyuluhan gaan pemerintahan, diperkirakan berdampak
pertanian memang masih ada dan berjalan, negatif terhadap kinerja pembangunan
namun semakin hari perannya semakin kurang pertanian. ”Ruang kosong” tersebut mempu-
diperhitungkan. Penyuluh pertanian dalam dua nyai andil dalam menumbuhkan sikap
dekade terakhir bukan saja seperti ”anak ayam ketidakpercayaan masyarakat petani di
kehilangan induk” melainkan juga seperti perdesaan terhadap penyuluh pertanian dan
berjalannya ”kapal tanpa peta navigasi” yang pemerintah. Setidak-tidaknya masyarakat
jelas. Secara formal penyuluh pertanian masih petani menjadi semakin ragu terhadap
ada dan tersebar di pusat dan daerah. Hanya keseriusan pemerintah dalam membantu
saja, lembaga apa, baik pusat maupun daerah masyarakat petani di perdesaan dalam
yang mendapat tugas atau diberi kewenangan mewujudkan sistem pertanian perdesaan yang
untuk mengelola sumberdaya penyuluh berdaya saing tinggi. Keraguan ini merupakan
pertanian hingga kini tidak jelas. Dalam indikasi melemahnya kegiatan penyuluhan
ketidakjelasan pengelolaan penyuluhan di pertanian di perdesaan. Sedikit banyak hal ini
daerah, banyak digunakan istilah ”koordinasi” juga berpotensi menimbulkan sikap semakin
dan ”koordinator”. tidak percaya dari masyarakat petani di
perdesaan terhadap pemerintah.
Organisasi penyuluhan dapat dikata-
kan nyaris antara ada dan tiada (Borneo
Tribune, 20 Januari 2009; Subejo, 2009). Dari Kelembagaan Penyuluhan Swasta dan
berbagai informasi penelitian dan observasi di Penyuluhan Swadaya
lapangan dapat dikatakan bahwa istilah Kelembagaan penyuluh swasta telah
”koordinasi” dan ”koordinator” tidak mulai diidentifikasi dan didata, namun kriteria
mempunyai kekuatan yang memadai untuk mengenai penyuluh swasta memerlukan
pengelolaan sumberdaya penyuluh pertanian. verifikasi. Selain disebabkan untuk memenuhi
Kelembagaan ”koordinasi” penyuluhan di kriteria yang diinginkan, verifikasi juga
daerah tidak mempunyai kekuatan yang diperlukan agar kriteria mengenai penyuluh
memadai, terutama dilihat dari fasilitasi swasta tidak memasukkan salesman. Apabila
pembiayaan, penyediaan sarana dan tidak cermat, salesman akan teridentifikasi
pengendalian kerja penyuluhan pertanian di sebagai penyuluh, padahal bantuan
lapangan. Dalam situasi demikian sangat penjelasan kepada para petani merupakan
mungkin peran penyuluh untuk mendukung salah satu bagian dari cara pemasaran.
keberhasilan pembangunan kurang dapat Dalam Undang-Undang Republik Indonesia
diandalkan. (UU RI) Nomor 16 Tahun 2006 Pasal 1 ayat
Hingga kini pemerintah masih belum (2), yang dimaksud dengan penyuluhan
menemukan cara yang efektif untuk adalah:
memerankan penyuluhan, sebagai kekuatan ”proses pembelajaran bagi pelaku
lunak (soft power), untuk mendukung utama serta pelaku usaha agar mereka
penyelenggaraan pembangunan pertanian mau dan mampu menolong serta
yang mampu meningkatkan kesejahteraan mengorganisasikan dirinya dalam
petani di perdesaan secara signifikan. Jika mengakses informasi pasar, teknologi,
penyuluhan pertanian dibiarkan terus lemah permodalan, dan sumberdaya lainnya,
dan melemah, maka hal ini dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan
sebagai penyia-nyiaan ”modal sosial” produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan
(penyuluh dan kelembagaan penyuluhan) yang dan kesejahteraannya, serta meningkatkan
telah lama dibangun pemerintah selama kesadaran dalam pelestarian fungsi
puluhan tahun dengan biaya yang besar. lingkungan hidup.”
Relasi sosial yang selama ini terbangun,
khususnya antara penyuluh dan petani di Untuk itu perlu ada aturan yang jelas kualifikasi
perdesaan, telah mengalami defungsionalisasi penyuluh swasta, yang tentunya berpihak
yang sangat besar. Terbentuknya ruang kepada kepentingan mensejahterakan petani,

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 31 No. 2, Desember 2013 : 89 - 110

96
bukan sekedar menjual produk sarana beroperasi kalau tidak ada pembinaan.
produksi (benih, pupuk, ataupun pestisida). Dengan demikian fungsi koperasi untuk
Secara empiris penyuluh swasta di lapangan mensejahterakan anggotanya tidak berjalan
banyak dijumpai pada industri peternakan baik. Kelima, Keberadaan lembaga-lembaga
unggas komersial yang dibayar oleh tradisi di perdesaan seperti lumbung desa,
perusahaan inti untuk memberikan pelayanan gotong royong dan organisasi pengairan belum
teknis budidaya ternak unggas dan majemen sepenuhnya dimanfaatkan secara optimum.
usaha ternak secara baik dan benar. Beberapa usulan yang terkait dengan
Kelembagaan pertanian baik formal pelaksanaan revitalisasi penyuluhan
maupun informal terutama di wilayah (Indraningsih et al., 2011): pertama,
perdesaan seharusnya memegang peranan Operasional penyuluhan seharusnya dipegang
penting dalam meningkatkan kualitas oleh pusat, termasuk kebijakan penyuluhan
sumberdaya manusia, peningkatan produksi pertanian sehingga kepala daerah tidak salah
dan pendapatan serta kesejahteraan petani. dalam menafsirkan suatu kebijakan. Kedua,
Namun fakta di lapangan organisasi petani Kebijakan Menteri Pertanian, Kehutanan, dan
seperti kelompok tani dan gabungan kelompok Perikanan terkadang menyulitkan pelaksana di
tani (Gapoktan) belum seluruhnya mampu tingkat bawah, misal penyuluh bersifat
mengakses terhadap pelayanan lembaga- polivalen, namun Kementerian Perikanan
lembaga yang ada termasuk akses pemasaran menghendaki monovalen. Kinerja penyuluh
dan perbankan. Peran penyuluh pertanian harus ada aturan yang tegas, termasuk teknis
sebagai fasilitator tampak belum optimal. pelaksanaan sistem Latihan dan Kunjungan
Kondisi ini sebagai salah satu penyebab (LAKU) dengan adanya otonomi daerah,
produktivitas pertanian dan pendapatan petani jumlah kelompok tani yang harus dibina
relatif masih rendah, di samping masalah lain melebihi kemampuan penyuluh. Ketiga, Ada
seperti kepemilikan lahan petani yang komitmen masing-masing dinas lingkup
tergolong relatif sempit (Indraningsih, 2010). Kementerian Pertanian bahwa pelaksanaan
Keadaan ini, menurut Mangkuprawira (2008) program yang berada di dinas dapat
disebabkan oleh berbagai faktor berikut: dikoordinasikan secara baik dengan BP4K
pertama, Peran antar lembaga pendidikan dan dimana tenaga penyuluh pertanian menginduk
pelatihan, balai penelitian, dan penyuluhan pada lembaga tersebut. Keempat, Biaya
belum terkoordinasi dengan baik. Kualitas operasional BP3K sejak tahun 1999 tidak ada
sumberdaya manusia pelaku lembaga dan lagi dana dari pusat, sejak lembaga tersebut
fasilitas masih rendah. Penyediaan paket menginduk pada pemerintah daerah.
teknologi dari hasil penelitian belum merata Semestinya pusat masih memberikan biaya
diterima para petani. Kedua, Fungsi dan tersebut, minimal untuk pembayaran listrik.
keberadaan lembaga penyuluhan cenderung Mengingat beberapa BP3K di daerah, para
terabaikan. Jumlah dan tenaga penyuluh yang penyuluh iuran untuk membayar listrik.
berkualitas sesuai dengan perkembangan Dengan adanya otonomi daerah
IPTEK relatif rendah. Akibatnya kualitas keberpihakan Bupati terhadap penyuluhan
penyuluhan dalam pelaksanaan program sangat diperlukan, walaupun penyuluhan tidak
intensifikasi relatif terbatas. Partisipasi petani secara langsung meningkatkan pendapatan
juga semakin rendah. Hal itu menyebabkan asli daerah (PAD): pertama, Penyuluhan
produktivitas pertanian khususnya di sektor bagian dari satuan kerja, harus mempunyai
tanaman pangan juga rendah. Ketiga, unit kerja tersendiri berupa organisasi, di
Koordinasi dan kinerja lembaga-lembaga tingkat kabupaten berupa Badan Pelaksana
keuangan perbankan perdesaan masih Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
rendah. Hal ini ditunjukkan oleh daya serap Kehutanan (BP4K), sedangkan di tingkat
plafon Kredit Usahatani (KUT) termasuk untuk kecamatan berupa Balai Penyuluhan
produksi pangan masih rendah. Selain itu Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K).
tunggakan pembayaran masih tinggi. Kedua, Pertanian merupakan sektor yang
Keempat, Koperasi perdesaan khususnya perlu diperhatikan, karena menjadi tumpuan
yang bergerak di sektor pertanian masih belum pelaku usaha di desa. Ketiga, Produk
berjalan optimum. Bahkan jumlah yang masih pertanian mempunyai kontribusi sebagai
aktif relatif sedikit atau diperkirakan hanya penghasil devisa bagi negara. Namun petani
sekitar 15 persen saja. Selebihnya berada sebagai penghasil produk pertanian dan
pada posisi pasif dan cenderung akan berhenti sebagian besar tinggal di wilayah perdesaan

REVITALISASI SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF MEMBANGUN INDUSTRIALISASI PERTANIAN PERDESAAN
Kurnia Suci Indraningsih, Tri Pranadji, dan Sunarsih

97
tergolong dalam kelompok masyarakat miskin pendamping (ing ngarso sung tulodo, ing
serta rentan terhadap kemiskinan. Untuk itu madyo mbangun karso, tut wuri handayani).
perlu dipikirkan bagaimana mengangkat
masyarakat desa, terutama petani yang
mengandalkan sektor pertanian sebagai PENYELENGGARAAN PENYULUHAN
sumber pendapatan utama, menjadi tidak PERTANIAN
miskin. Konsep IPP dimaksudkan untuk
meningkatkan kesejahteraan petani, karena Sampai saat ini penyuluhan pertanian
selama ini sektor pertanian dinilai belum masih secara sepihak sering dipersepsikan
mampu mengungkit pendapatan petani. Peran sebagai “alat” untuk mencapai target produksi
penyuluh pertanian perlu dioptimalkan, agar yang telah ditetapkan pemerintah. Dapat
mampu mendorong petani untuk menghasilkan dikatakan bahwa penyuluhan pertanian belum
produk olahan pertanian, bukan produk primer. diarahkan langsung untuk peningkatan daya
Keempat, Lembaga seperti BP4K relatif baru saing dan kesejahteraan petani. Kegiatan
dibentuk, belum semua penyuluh telah pindah penyuluhan pertanian seharusnya diarahkan
ke BP4K, tetapi sebagian masih terikat di sebagai pendekatan agar petani mau
dinas-dinas sub sektor. Penyuluh yang masih menerapkan inovasi (teknologi dan
berada di dinas-dinas teknis disebabkan kelembagaan) agar penyelenggaraan usaha
penyuluh masih memiliki pekerjaan yang pertanian di perdesaan berjalan lebih baik.
belum diselesaikan. Selain itu secara Dengan usaha pertanian yang lebih baik
psikologis, dinas-dinas masih memerlukan diharapkan akan lebih menjamin terjadinya
tenaga penyuluh untuk tetap berada di peningkatan kesejahteraan petani di
lembaganya. Kelima, Permasalahannya, perdesaan. Menurut Sumardjo (2008)
pemisahan penyuluh ke lembaga baru penyuluhan pertanian seharusnya dipandang
berimplikasi pada pemisahan anggaran, yang sebagai upaya pemberdayaan masyarakat
sebelumnya dikelola dinas, maka sekarang melalui pengembangan kapasitas pelaku
harus diserahkan pada BP4K. Adanya utama (petani dan pelaku ekonomi di
kepentingan tersebut menyebabkan BP4K perdesaan) sebagai subyek pembangunan,
sebagai lembaga yang baru dibentuk tidak tidak hanya sekedar kegiatan transfer inovasi
memiliki anggaran yang cukup untuk teknologi.
melakukan fungsi penyuluhan. Padahal
tuntutan terhadap pelaksanaan penyuluhan Dalam penyelenggaraan penyuluhan
terus mengalir, khususnya dari bawah (petani). pertanian, ada dua hal yang perlu diubah, yaitu
Seperti dikeluhkan oleh Bakorluh, keluhan materi dan metode penyuluhan pertanian.
BP4K juga muncul dengan mempertanyakan Kalau kegiatan pertanian hanya bergerak
pengelolaan anggaran BP4K yang masih dengan materi yang lama hanya menghasilkan
diserahkan kepada dinas-dinas teknis terkait. produk primer yang bernilai tambah ekonomi
Keenam, BP4K menginginkan bahwa relatif rendah, pertanian di perdesaan akan
anggaran yang diperuntukan BP4K secara sulit untuk diandalkan menjadi penggerak
langsung disalurkan untuk dikelola lembaga ekonomi masyarakat perdesaan ke arah yang
ini. Pengelolaan dana oleh dinas seringkali lebih maju. Oleh sebab itu, secara konsep
menimbulkan permasalahan, karena akan sangat diperlukan adanya perubahan terhadap
tergantung pada kebijakan Kepala Dinas. sistem penyuluhan pertanian. Jika sistem
penyuluhan pertanian tidak dibingkai dalam
Dampak adanya Revitalisasi Sistem transformasi pertanian, maka akan sangat sulit
Penyuluhan terhadap kegiatan penyuluhan: (1) diharapkan kegiatan penyuluhan dapat
Kejelasan adanya kelembagaan/organisasi diandalkan menjadi instrumen perubahan
yang mengelola penyuluhan di tingkat usaha pertanian di perdesaan secara
kabupaten/kecamatan; (2) Penataan mendasar, ke arah yang bernilai tambah lebih
kelembagaan petani terdapat satu kesatuan tinggi dan berkeadilan. Bila kegiatan pertanian
persepsi, dulu kelompok tani dibina hanya bergerak pada penyediaan bahan baku,
berdasarkan komoditas, sekarang berdasarkan maka proporsi nilai total ekonomi yang diterima
domisili; (3) Pelaksanaan penyuluhan, dahulu petani dan masyarakat perdesaan relatif
pelaksanaan sistem LAKU sempat vakum, rendah. Selain itu, posisi tawar petani lemah
sekarang mulai aktif kembali; dan (4) Dulu dalam menghadapi pelaku usaha lain, baik di
peran penyuluh sebagai pembimbing (ing pasar input maupun di pasar output
ngarso sung tulodo), sekarang sebagai (Indraningsih et al., 2011).

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 31 No. 2, Desember 2013 : 89 - 110

98
Dalam tataran empiris inovasi dapat prasarana (physical capital), dan sumberdaya
berpengaruh terhadap kemajuan suatu manusia secara kuantitas (Coleman dalam
masyarakat dan dapat sebagai penggerak Susanto, 2003).
utama perekonomian masyarakat. Selain Budaya non-material mencakup aspek
inovasi di bidang teknologi, kemajuan suatu kompetensi SDM, kelembagaan dan
masyarakat ditentukan juga oleh inovasi di keorganisasian masyarakat. Dengan
bidang kelembagaan atau sosio-budayanya. menggunakan kerangka pemikiran Etzioni
Salah satu ciri inovasi yang dikembangkan (1964) tentang kelembagaan dan
oleh Rogers (2003) adalah kesesuaian keorganisasian dalam sistem masyarakat
terhadap nilai-nilai sosial budaya, ide-ide yang kompleks, maka kelembagaan penyuluhan
telah diperkenalkan sebelumnya, dan/atau dapat dikatagorikan sebagai soft power (atau
kebutuhan masyarakat terhadap inovasi. bagian dari modal sosial). Dari sudut pandang
Dengan kata lain, kemajuan dalam adopsi ekonomi, kegiatan penyuluhan pertanian dapat
inovasi dalam suatu masyarakat ditentukan diarahkan untuk membangun modal sosial
juga oleh sikap keterbukaan masyarakat masyarakat pertanian di perdesaan. Kegiatan
terhadap suatu perubahan baik yang sifatnya difusi inovasi teknologi dan kelembagaan (dari
sektoral, maupun tata nilai dalam masyarakat. lembaga penelitian dan pengkajian ke
Dalam Rencana Strategis Kementerian masyarakat petani di perdesaan) merupakan
Pertanian 2010-2014 dinyatakan bahwa 80 wilayah kerja penyuluhan pertanian di
persen produk pertanian diperdagangkan perdesaan.
dalam bentuk bahan mentah, sedangkan 20 Jika visi kegiatan penyuluhan
persen dalam bentuk olahan sehingga nilai pertanian diarahkan secara khusus untuk
tambah yang diperoleh relatif kecil. mendukung daya saing industri pertanian di
Peningkatan nilai tambah difokuskan pada perdesaan, maka kegiatan penyuluhan dapat
peningkatan jumlah dan mutu produk olahan disebut sebagai ”modal” pembangunan
pertanian untuk mendukung peningkatan daya pertanian yang sangat penting. Dari kegiatan
saing dan ekspor. Peningkatan mutu produk penyuluhan yang demikian akan dapat
pertanian (segar dan olahan) diukur dari dikembangkan modal sosial di perdesaan,
peningkatan jumlah produk pertanian yang yang menurut Huntington (2000) modal sosial
mendapatkan sertifikasi jaminan mutu. Faktor ini sangat menentukan kemajuan masyarakat
yang mempengaruhi daya saing produk (perdesaan). terbuka peluang diwujudkan
berupa keunggulan sumberdaya alam, kesejahteraan petani di perdesaan. Hanya
sumberdaya manusia, teknologi, karakteristik saja, sejauh mana kesejahteran petani
produk dan infrastruktur. Pada aspek tersebut diwujudkan hal itu tergantung pada
sumberdaya manusia, terutama petani sering kapasitas, kompetensi dan penyebaran tenaga
diabaikan. Kalaupun diperhatikan hanya penyuluh pertanian, kelembagaan penyuluhan,
sebatas kemampuan teknis, kurang dalam program dan materi, serta sistem penunjang
peningkatan kapabilitas manajerialnya. Petani kegiatan penyuluhan. Ketiga hal yang disebut
belum dipandang sebagai subyek terakhir saat ini masih menjadi titik lemah
pembangunan pertanian, tetapi masih sebagai kegiatan penyuluhan pertanian di perdesaan.
obyek dalam pembangunan pertanian.

Pola Penyuluhan Pertanian


Penyuluhan sebagai ”Modal” Membangun
Industrialisasi Pertanian Perdesaan Selama kehidupan masyarakat masih
berlangsung, pembangunan pertanian secara
Dilihat dari perspektif budaya alamiah tidak akan pernah berhenti. Sejak
(Sorokin, 1964), kekuatan atau ”modal” budaya lama Mosher (1966) telah mengingatkan
dapat dibagi dalam dua katagori, yaitu budaya bahwa dalam pembangunan pertanian
material (material culture) dan budaya non- diperlukan perbaikan teknologi yang terus-
material (non-material culture). Pembangunan menerus. Dalam era global yang dihadapkan
pertanian selama ini terlalu mengutamakan pada persaingan pasar dunia, industri
budaya material, sehingga kemandirian pertanian di perdesaan memerlukan perbaikan
masyarakat petani di perdesaan tidak segera teknologi yang bersifat terus-menerus. Hal ini
terwujud. Dalam perspektif ekonomi, budaya dimaksudkan agar pertanian di perdesaan
material ini dapat dirinci dalam tiga aspek, dapat meningkatkan daya saing secara
yaitu: modal alam (natural capital), modal terbuka, sehingga tetap eksis dan dapat

REVITALISASI SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF MEMBANGUN INDUSTRIALISASI PERTANIAN PERDESAAN
Kurnia Suci Indraningsih, Tri Pranadji, dan Sunarsih

99
meningkatkan taraf hidup petani. Inovasi yang Kendati demikian, industri pertanian di
diperlukan untuk meningkatkan produksi Indonesia saat ini telah mengalami banyak
pertanian mencakup berbagai aspek, yang perubahan baik dari aspek penguasaan lahan,
secara garis besar meliputi 2 (dua) hal, yaitu: sumber informasi, biaya, orientasi kebijakan,
inovasi perangkat keras (teknologi) dan pengaruh global, dan faktor-faktor lainnya.
perangkat lunak (kelembagaan). Oleh karena itu, menanggapi perubahan yang
Dalam rangka mendukung upaya di terjadi, Novak (2007) menyarankan agar
atas, agar peningkatan daya saing industri program penyuluhan mempertimbangkan sisi
pertanian terus berjalan, maka transfer inovasi filosofi, basis klien, teknologi, biaya,
pun memerlukan teknologi dan kelembagaan spesialisasi/keahlian, interaksi antar daerah,
yang lebih maju. Dengan kata lain, baik masalah spesifik lokasi, dan faktor global.
teknologi maupun kelembagaan, harus Secara operasional dalam konteks
mengalami pembaruan. Pengertian membangun IPP perlu mencermati kondisi
pembaruan yang dimaksud adalah bahwa hasil global yang dinamis dengan didukung
inovasi harus tersedia dapat dengan cepat kebijakan pemerintah baik pusat maupun
diterima petani. Kecepatan transfer inovasi daerah yang berpihak pada kepentingan dan
merupakan salah satu faktor yang dapat kesejahteraan petani.
meningkatkan produksi, pendapatan, dan
kesejahteraan petani. Program dan Materi Penyuluhan Pertanian
Selain dari manfaat inovasi yang harus Program penyuluhan pertanian harus
dapat dirasakan, upaya peningkatan manfaat berdasarkan kebutuhan masyarakat petani.
dari aspek kelembagaan juga perlu mendapat Namun sampai saat ini materi penyuluhan
perhatian. Tujuannya agar hal ini lebih belum mengarah ke terbentuknya IPP. Untuk
menjamin industri pertanian di perdesaan peningkatan keterampilan penyuluh perlu
dapat dikembangkan dan dipertahankan dilakukan berbagai pelatihan. Program
dalam jangka panjang. Salah satu bentuk peningkatan nilai tambah dan daya saing
upaya, agar inovasi dapat memberikan produk yang berorientasi pada pasar belum
manfaat kepada petani dan pelaku usaha berjalan seperti yang diharapkan. Selama ini
ekonomi di perdesaan, adalah menjaga agar orientasi pemerintah masih pada peningkatan
kegiatan yang berkaitan dengan industri produksi. Pengembangan di tingkat hilir harus
pertanian dapat dinikmati oleh petani dan direncanakan secara keseluruhan, termasuk
masyarakat perdesaan. Dengan penempatan kelompok tani yang dibina, komoditas yang
lokasi industri pertanian, baik hulu maupun dikembangkan, serta tujuan dan segmen
hilir, di daerah perdesaan hal ini memberi pasarnya. Program penyuluhan Bakorluh
peluang lebih besar bagi petani untuk didasarkan pada masalah yang dihadapi di
mendapatkan manfaat dari keberadaan tingkat kabupaten, yang memerlukan
industri tersebut. pemecahan, misal: pada ternak, masalah yang
Dalam kaitannya dengan revitalisasi dihadapi untuk melakukan inseminasi buatan
sistem penyuluhan pertanian yang sedang (IB) adalah pada peralatan dan ketersediaan
dilakukan, program penyuluhan pertanian perlu semen beku. Masalah lain seperti permodalan,
dirancang pada upaya pemanfaatan sehingga perlu ada kemitraan, untuk itu
keterkaitan industri hulu dan hilir, sesuai dibutuhkan mediator yang dapat menjamin
dengan kapasitasnya. Kapasitas kegiatan atau merekomendasikan terjalinnya kemitraan
penyuluhan pertanian, dalam upaya tersebut.
memanfaatkan keterkaitan industri hulu dan Dalam kegiatan penyuluhan saat ini
hilir, antara lain dilakukan melalui inisiasi orientasi pada bisnis belum menjadi program
pengembangan industri hulu dan hilir skala pemerintah. Program masih berorientasi pada
kecil. Dengan skala kecil diharapkan dapat peningkatan produksi. Kepala daerah/bupati
dilakukan oleh komunitas petani, dan secara orientasinya pada PAD dan pembayaran
evolutif dapat berkembang menjadi lebih pajak, kurang memperhatikan sektor pertanian.
besar. Penyuluhan pertanian yang juga Untuk itu perlu ada pembenahan ke depan
merupakan penghubung antara kepentingan seperti adanya informasi tentang komoditas
petani dengan pengambil keputusan, dapat yang diminta pasar (terutama yang terkait
melakukan advokasi terhadap pengembangan dengan jenis komoditas, mutu, dan jumlah).
industri hulu dan hilir di perdesaan. Kebijakan pemerintah harus berpihak kepada

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 31 No. 2, Desember 2013 : 89 - 110

100
petani. Dilihat dari aspek manajemen, program usaha yang diarahkan kepada
peningkatan produksi harus berorientasi pada gabungan kelompok tani (Gapoktan). Program
bisnis dan harus memenuhi tiga kaidah: secara pusat, provinsi dan kabupaten perlu
teknis dapat dilakukan, secara ekonomi terintegrasi lintas sektoral yang mengarah
menguntungkan, dan secara sosial dapat pada diversifikasi usaha, seperti sistem
diterima. integrasi tanaman-ternak, pengelolaan
Dinas Koperasi, Perindustrian, dan sumberdaya pertanian terpadu (PTT), dan
Perdagangan (Koperindag) di daerah pengembangan kawasan agribisnis terpadu,
sebenarnya mampu mendukung industri serta akses terhadap permodalan dan
pertanian perdesaan jika materi penyuluhan pemasaran . Kendala yang dihadapi dengan
yang diberikan dinas tersebut tidak hanya masuknya program-program pemerintah,
dalam tataran konsep, namun diterapkan di semua program harus ditangani di daerah
lapangan (sampai di tingkat petani). Materi (kabupaten). Dana Dekonsentrasi dan Tugas
yang ditangani Dinas Koperindag Provinsi Pembantuan masih soliter belum terintegrasi.
mencakup tiga aspek besar sesuai dengan tiga Sarana dan prasarana pertanian berada di
kementerian di tingkat pusat, yaitu: (1) industri Direktorat Sarana dan Prasarana Pertanian.
berupa teknik pengolahan, (2) perdagangan Program pemerintah seperti bantuan langsung
berupa teknik pemasaran, (3) koperasi berupa benih unggul dan bantuan langsung pupuk,
usaha kecil menengah, terutama menyangkut Sekolah Lapang-Pengelolaan Tanaman
masalah permodalan, fasilitasi akses modal Terpadu (SL-PTT) semestinya dapat disatukan
(misalnya untuk usaha skala kecil diarahkan berupa program pemberdayaan SL-PTT.
untuk memperoleh fasilitasi permodalan Materi penyuluhan yang terkait dengan
dengan cara pengajukan proposal ke IPP perlu dirancang dengan baik yang
perbankan untuk memanfaatkan dana yang berbasis industri rumah tangga atau industri
besarnya berkisar antara Rp 5-50 juta dari besar, dengan memperhatikan pascapanen,
dana bergulir yang bersumber dari APBD I, komoditas untuk konsumsi, atau komoditas
dengan jumlah keseluruhan Rp 3 bahan baku industri. Selama ini materi
milyar/tahun). penyuluhan pertanian hampir didominasi (70
Program bimbingan dan penyuluhan persen) pada aspek teknis budidaya
yang diberikan Dinas Koperindag Provinsi (Indraningsih et al., 2011). Untuk mendukung
mencakup pendampingan, fasilitasi, dan terwujudnya IPP, maka materi penyuluhan
aksesibilitas terhadap pasar. Materi yang perlu diprioritaskan pada aspek pengolahan
diberikan dalam program bimbingan dan produk pertanian, agar memberikan nilai
penyuluhan, menurut skala usahanya tambah pada petani dibanding menjual bahan
dibedakan menjadi materi untuk Usaha Kecil mentah produk pertanian. Kendala yang
(tingkat desa) dan materi untuk Usaha dihadapi adalah bagaimana menggerakkan
Menengah–Besar. Sasaran penyuluhan petani agar mau dan mampu melakukan
adalah usaha kecil, yaitu usaha yang sudah pengolahan, terutama kelompok tani wanita
berjalan dan usaha kecil yang sengaja (KWT) yang selama ini melakukan kegiatan
diciptakan karena adanya pengangguran tetapi pengolahan. Untuk itu perlu mendorong KWT
berminat untuk wiraswata (misalnya usaha untuk menjalankan usaha industri rumah
ukiran Lampung). Materi yang diberikan tangga, tentunya harus disertai dengan
meliputi : kewirausahaan, Achievement membangun kemitraan dengan pedagang
Motivation Training (AMT), kemasan/ pengolah hasil pertanian, yang mampu
packaging, HAKI, Merk, Patent, Good menjamin pemasaran produk.
Manufacturing Practise (GMP = cara Programa dibuat satu kali setiap tahun
pengolahan industi makanan). Sasaran yang mencakup aspek sosial, ekonomi dan
usaha menengah-besar adalah industri teknis. Rencana Kerja Kementerian/Lembaga
menengah-besar yang sudah baik teknik (RKKL) dinilai bersifat top down, sering tidak
produksi sampai dengan pengemasannya, cocok dengan kebutuhan petani. Jika terjadi
belum eksport tetapi punya potensi untuk hal yang demikian penyuluh menyusun
eksport. Materi yang diberikan meliputi: GMP, program tersendiri yang dibiayai dari APBD,
prosedur eksport import, dan teori pemasaran. berupa rencana kerja penyuluh (RKP).
Dalam kaitannya dengan program, Penyuluh di tingkat provinsi mensinergikan
baik dari dinas maupun penyuluhan perlu program dan kegiatan di tingkat provinsi,
kegiatan yang bersifat teknis lintas sektor,

REVITALISASI SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF MEMBANGUN INDUSTRIALISASI PERTANIAN PERDESAAN
Kurnia Suci Indraningsih, Tri Pranadji, dan Sunarsih

101
seperti pascapanen, organisme penggangu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tanaman (OPT), lomba, supervisi/pendam- tentang Pemerintahan Daerah (UU 32/2004)
pingan penyuluh, maka penyuluh perlu dapat dikatakan bahwa kewenangan dalam
kunjungan ke lapangan. Masalah yang terkait penyelenggaraan kegiatan penyuluhan
dengan RSP adalah ego sektoral, anggaran pertanian diserahkan sepenuhnya pada
untuk peningkatan kapasitas petani adanya di pemerintah daerah, baik pemerintah provinsi
dinas teknis. Satu penyuluh pertanian maupun pemerintah kabupaten/kota. Dapat
membina 1-3 desa dan selama satu tahun 120 dipahami jika dalam penyelenggaraan kegiatan
petani dikunjungi penyuluh pertanian, melalui penyuluhan pada setiap daerah tidak sama.
kegiatan latihan dan kunjungan (LAKU). Selain faktor setiap daerah mempunyai
Implementasi dalam perubahan kewenangan dalam mengatur ”rumah tangga”-
kebijakan, yang mengatur operasionalisasi nya sendiri, kekhasan setiap daerah dalam
penyelenggaraan penyuluhan pertanian, menyelenggarakan kegiatan penyuluhan
belum sepenuhnya sejalan dengan UU pertanian dapat dipandang sebagai kreativitas
16/2006. Hal ini diperkirakan menjadi masing-masing daerah dalam menyiasati
penyebab utama “mengapa kinerja berbagai aspek yang terkait dengan
penyelenggaraan sistem penyuluhan penyelenggaraan pembangunan pertaniannya.
pertanian mengalami penurunan”. Faktor yang Kebijakan tentang penyuluhan
menjadi penyebab signifikan terjadinya pertanian dari berbagai pemerintah daerah
penurunan kinerja kegiatan penyuluhan dapat berbeda satu sama lain. Hal ini
pertanian antara lain yang berkaitan dengan mengindikasikan adanya perbedaan persepsi
faktor koordinasi antara dinas teknis lingkup terkait pelaksanaan kegiatan penyuluhan
kabupaten (seperti Dinas Pertanian, Dinas pertanian di setiap daerah. Perbedaan ini
Peternakan, ataupun Dinas Perkebunan) seringkali juga dijumpai dalam bentuk masih
sebagai pemegang kegiatan atau program banyaknya hal yang tidak sejalan antara
teknis dengan Bapeluh atau BP4K di tingkat inovasi teknologi yang dihasilkan oleh lembaga
kabupaten dan BP3K di tingkat kecamatan penelitian dengan kebutuhan teknologi pada
sebagai lembaga tempat para penyuluh kegiatan aktual petani di lapangan. Masalah
menginduk. Koordinasi antara dinas teknis yang krusial di lapangan adalah “kesenjangan”
dengan Bapeluh tidak berjalan dengan baik, antara kompetensi petani yang dimiliki saat ini
karena anggaran dan penyuluh sebagai SDM (kondisi aktual) dengan kondisi ideal (yang
pelaksana kegiatan di lapangan berada di diharapkan) dalam mengelola usaha
lembaga yang berbeda. Mantri tani yang pertanian. Hal ini terjadi karena kegiatan
merupakan aparat Dinas berkoordinasi dengan penyuluhan umumnya masih berorientasi pada
para penyuluh BP3K untuk melaksanakan peningkatan produksi secara fisik melalui
program Dinas di lapangan. Koordinasi itupun inovasi teknologi. Dengan kata lain, kegiatan
masih terlihat lemah, mengingat peran penyuluhan belum berorientasi langsung pada
penyuluh hanya sebagai pelaksana di pemecahan masalah dan pemenuhan
lapangan. Karena itu, dari kegiatan kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha,
penyuluhan kurang memberikan dampak yang khususnya peningkatan kesejahteraan.
signifikan terhadap dihasilkannya berbagai Melalui upaya peningkatan kemampuan/
produk pertanian yang berdaya saing tinggi, kompetensi petani dan pelaku usaha di
ramah lingkungan, berkeadilan, serta kurang perdesaan pada aspek teknis dan manajerial,
berdasarkan pada kekuatan dan kearifan lokal. diharapkan petani dan pelaku usaha di
Permasalahan di lapangan, RSP yang perdesaan akan mencari sendiri inovasi yang
telah dilaksanakan oleh Badan Penyuluhan dibutuhkan.
dan Pengembangan SDM Pertanian belum
mendukung daya saing industri perdesaan. Infrastuktur Penyuluhan Pertanian
Pertanyaan spesifik yang perlu dianalisis
adalah: “Apakah sistem penyuluhan pertanian Untuk meningkatkan kapasitas
telah mampu membangun SDM (petani) dan kelembagaan penyuluhan dan kinerja
kolektivitas kerja dalam rangka mengem- penyuluh, diperlukan infrastruktur (sarana dan
bangkan usaha industri pertanian di perdesaan prasarana) yang memadai agar penyuluhan
yang berdaya saing tinggi?”. Daya saing yang dapat diselenggarakan dengan efektif dan
dimaksud dilihat dalam lingkup regional, efisien, termasuk pembiayaan. PP No.
nasional maupun global. Dengan berlakunya 43/2009 tentang pembiayaan, pembinaan, dan

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 31 No. 2, Desember 2013 : 89 - 110

102
pengawasan penyuluhan pertanian, perikanan, penyuluh tidak jelas, karena program berada di
dan kehutanan. Dahulu (sebelum 1990-an), dinas teknis dan pelaksanaan menjadi
pekerjaan penyuluh pertanian didukung tanggung jawab penyuluh, sehingga terlihat
fasilitas dan sarana yang relatif memadai. tidak sejalan kedua hal tersebut. Untuk itu
Banyak prasarana kerja penyuluhan pertanian, perlu ada pemahaman yang sama antar kedua
yang telah disiapkan oleh pemerintah institusi tersebut terutama dalam alokasi
(khususnya mendukung Program Bimas), anggaran untuk pelaksanaan pembangunan
banyak terbengkalai. Bangunan gedung pertanian.
(tempat kantor dan kerja), sarana trasportasi, Infrastruktur untuk mendukung
peralatan kerja kantor, jaringan listrik dan air, kegiatan penyuluhan relatif masih lemah. Alat
dan alat peraga tidak terawat dengan baik. bantu dalam penyelenggaraan penyuluhan
Kurangnya prasarana kerja sangat untuk petani adalah leaflet, buku, dan tabloid,
mengganggu kinerja penyuluhan pertanian di sedangkan website diperuntukkan bagi
lapangan. Dapat dikatakan bahwa secara penyuluh. Metode penyuluhan untuk petani
umum perkembangan dukungan fasilitas dan adalah dengan percontohan. Materi
prasarana kerja untuk penyuluhan pertanian penyuluhan dibuat atas permintaan dari
mengalami penurunan kualitas dan kuantitas penyuluh BP3K atau BPP. Sampai saat ini
yang sangat signifikan. penyuluh masih banyak menggunakan leaflet.
Tuntutan bahwa kemajuan pertanian Meskipun perangkat keras sudah tersedia,
tidak boleh berhenti diurus pemerintah bukan misalnya multi media (informasi berbasis
hal yang mengada-ada. Terlebih lagi, saat ini teknologi; IT) namun seringkali tidak bisa
NKRI telah mengimpor produk pertanian diakses penyuluh. Sebenarnya kelembagaan
strategis (misalnya: beras, jagung, kedelai, penyuluhan, seperti Bakorluh sangat
terigu, daging, buah-buahan, dan gula) dari memerlukan penyuluh yang memiliki
luar negeri. Masa depan kemajuan pertanian kompetensi di bidang teknologi informasi. Misi
Indonesia adalah bayangan masa depan Bakorluh belum mendapat dukungan
penyuluh pertanian Indonesia. Masa depan sepenuhnya dari pemerintah. Penyuluhan
pertanian Indonesia ditentukan oleh kemajuan masih dinilai sebagai kebutuhan kelas dua,
pertanian di Luar Jawa. Mewakili situasi dan belum ditempatkan dalam urutan yang
wilayah sasaran penyuluhan pertanian di Luar menjadi prioritas. Meskipun dilihat dari segi
Jawa, prasarana dan fasilitas penyuluhan anggaran telah mengalami kenaikan, namun
pertanian tergolong relatif kurang. Sebagai masih jauh dari cukup untuk berjalannya
gambaran, dengan tidak adanya dukungan sistem penyuluhan pertanian yang efektif.
kendaraan roda 2 (beserta bahan bakar dan
biaya pemeliharaan) akan sulit bagi penyuluh
pertanian di lapangan menjalankan tugasnya Insentif dan Disinsentif Penyuluh Pertanian
dengan baik. Sebagai pekerjaan yang jelas Dalam sistem keorganisasian modern,
akuntabilitas kinerjanya, maka dukungan faktor insentif dan disinsentif merupakan hal
prasarana dan fasilitas kerja menjadi hal yang penting. Dapat dikatakan bahwa suatu sistem
penting. organisasi yang tidak membangun sistem
Penyuluh dulu pada saat kelompok insentif, dan juga disinsentif dalam
tani mempunyai prestasi ada rasa bangga, penyelenggaraan keorganisasiannya, maka
antara penyuluh dengan kelompok tani seperti sistem organisasi tersebut dinilai tidak
“menjadi satu”. Dulu penyuluh memakai motor menganut asas tata kelola yang baik (good
bangga, sekarang motor penyuluh pertanian governance) (Pranadji, 2007). Dinamika dalam
sudah “butut” yang menimbulkan kesan seperti sistem organisasi ke arah yang lebih matang
tidak ada penghargaan terhadap penyuluh. dan berintegritas tinggi akan terbangun
Sepeda motor yang menjadi sarana dengan sendirinya apabila secara internal
transportasi penyuluh, sebagian besar adalah diterapkan asas good governance. Salah satu
pengadaan beberapa tahun yang lalu, eleman yang ikut menentukan kematangan
sehingga diperlukan pengadaan sepeda motor dan modernitas suatu sistem organisasi,
yang baru karena kondisinya yang sudah “tua”. termasuk organisasi sistem penyuluhan
Di samping itu belum semua penyuluh pertanian, adalah pemberian insentif dan
mendapat jatah sepeda motor. Saat ini disinsentif bagi individu kelompok kerja yang
pengadaan baru sarana transportasi bagi mempunyai prestasi atau kontribusi terhadap
penyuluh pertanian mulai dilakukan. “Ruang” kinerja organisasi secara signifikan. Beberapa

REVITALISASI SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF MEMBANGUN INDUSTRIALISASI PERTANIAN PERDESAAN
Kurnia Suci Indraningsih, Tri Pranadji, dan Sunarsih

103
faktor insentif dan disinsentif yang dimaksud dikembangkannya program Bimas (di bawah
adalah: kebijakan politik, keterlibatan dalam naungan kebijakan politik masa Orde Baru)
perencanaan program (“partisipatif”), struktur yang tekanannya pada peningkatan produksi
kewenangan dan pendanaan, kenaikan (swasembada) beras masih menggunakan
khusus dalam jabatan, apresiasi sosial, pendekatan politik sentralisasi.
pendidikan dan pelatihan, serta ketersediaan Pada era pasca reformasi (1998),
fasilitas dan prasarana kerja. sistem penyuluhan ikut terbawa arus semangat
Pada masa sebelum berakhirnya otonomi daerah. Dengan diberlakukannya UU
1980-an, sistem penyuluhan pertanian 32/2004, hampir semua kegiatan ada di bawah
pemerintah mendapatkan insentif kebijakan kendali pemerintah daerah. Berdasar PP
alokasi anggaran yang relatif besar dari 38/2007, tentang Pembagian Urusan Pemerin-
kebijakan politik pemerintah. Bukan saja tahan antara Pemerintah, Pemerintahan
keorganisasian ini sudah menjadi bagian dari Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
sistem penyelenggaraan pemerintahan, Kabupaten/Kota, kegiatan penyuluhan per-
melainkan juga telah menjadi bagian dari tanian pemerintah sepenuhnya di bawah
dinamika dan perkembangan ekonomi kewenangan pemerintah daerah setempat. Hal
masyarakat perdesaan pertanian berbasis yang terjadi dalam sistem penyuluhan
peningkatan produksi pangan rakyat. Dalam pertanian di daerah sepenuhnya berada pada
struktur pemerintahan, pejabat tertinggi di kebijakan politik pemerintahan daerah.
daerah (gubernur dan bupati) merupakan Pemerintah pusat tidak mempunyai instrumen
penanggungjawab keberhasilan program kewenangan yang bersifat khusus untuk
Bimas. Dalam sistem kerja Bimas, karena mengendalikan atau mengatur sistem
urgensinya, sistem penyuluhan pertanian penyuluhan pertanian di daerah. UU 32/2004
mendapat tempat yang “terhormat”. dan PP 38/2007 merupakan pisau bermata
Akuntabilitas penyuluh pertanian di bawah ganda, di satu sisi mampu digunakan untuk
kendali pemerintah yang dijalankan oleh memberikan insentif kinerja sistem penyuluhan
Kantor Wilayah Departemen Pertanian. pertanian di daerah, namun di sisi lain dapat
Kegagalan program Bimas merupakan mereduksi kinerja sistem penyuluhan di daerah
kegagalan pemerintahan di daerah; secara signifikan.
keberhasilan program Bimas merupakan Keikutsertaan penyuluh pertanian
indikator keberhasilan pemerintahan daerah. pemerintah dalam penyusunan dokumen
Politik sentralisasi pertanian merupakan perencanaan penyuluhan pertanian sudah
insentif bagi penyelenggaraan penyuluhan merupakan kelaziman. PP 38/2007 memberi-
pertanian pemerintah. kan arahan bahwa setiap kegiatan pemba-
Keorganisasian penyuluhan pertanian ngunan di daerah harus dilandaskan pada
yang digerakkan dalam sistem pemerintahan dokumen perencanaan yang disahkan melalui
(pusat dan daerah) dapat dipandang sebagai Perda. Hampir setiap penyuluh pertanian
sistem organisasi yang relatif modern atau pemerintah diberikan kewenangan untuk
progresif. Sistem penyuluhan yang dibangun menyusun programa penyuluhan pertanian,
dalam tubuh pemerintahan NKRI usianya baik secara kelompok maupun individu.
sudah hampir lebih dari 60 tahun. Sejak Secara teknokratik, atas dasar dokumen
dikembangkan program padi sentra (1959), tersebut alokasi anggaran pemerintah (APBN
sistem penyuluhan (“pendidikan”) pertanian dan APBD) disusun.
(Balai Pendidikan Masyarakat Desa) telah Acuan hukum pengalokasian ang-
dibangun hampir bersamaan dengan garan (APBD) untuk penyuluhan pertanian
dibentuknya Badan Perusahaan Bahan adalah Perda tahun bersangkutan. Perda
Makanan dan Pembukaan Tanah (BPBMPT). dimaksud merupakan hasil kesepakatan politik
Padi sentra dan Mekatani merupakan 2 (dua) antara DPRD dan kepala daerah. Semua
perusahaan negara untuk mendukung kineja alokasi anggaran APBD didukung dokumen
BPBMPT. Program ini memperoleh perencanaan daerah yang disahkan dengan
penyempurnaan demi penyempurnaan, seperti Perda, setelah dilakukan verifikasi oleh
halnya pada masa Bimas (Bimbingan Gubenur untuk kabupaten/kota atau oleh
Masyarakat), Badan Usaha Unit Desa (BUUD), Menteri Dalam Negeri untuk provinsi.
dan Koperasi Unit Desa (KUD). Menurut Sosialisasi tentang pentingnya dokumen
Suradisastra (2006) dan Pranadji (1995) perencanaan umumnya sudah dilakukan oleh
setelah pergantian rezim pemerintahan,

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 31 No. 2, Desember 2013 : 89 - 110

104
aparat pemerintah pusat, khususnya dari Selain relatif kecilnya ketersediaan dana
Kementerian Dalam Negeri. Hanya saja, untuk mendukung penyuluhan pertanian relatif
apakah hasil sosialisasi tersebut menjadi kecil, faktor lemahnya koordinasi antar
bagian dari disiplin kerja dalam penyusunan kelembagaan di daerah menjadi faktor
dokumen perencanaan program penyuluhan disinsentif kegiatan penyuluhan pertanian.
pertanian, hal itu masih belum dapat dijadikan Lemahnya pemahaman kepemimpinan di
pegangan pasti. Berdasar informasi daerah, yang juga sering mengalami
kedisiplinan pemerintah daerah untuk pergantian karena alasan politik, terhadap
mematuhi pedoman penyusunan perencanaan pentingnya penyuluhan pertanian juga menjadi
pembangunan daerah tampaknya masih belum faktor disinsentif penyuluhan pertanian. Hal ini
memadai. Informasi dari Direktorat Perencana- berimplikasi pada prioritas program dan
an Pembangunan Daerah Kementerian Dalam ketersediaan dana untuk penyuluhan
Negeri bahwa kedisiplinan di tingkat provinsi pertanian. Efek domino dari hal ini lebih
dalam menggunakan pedoman penyusunan membuat penyuluhan pertanian mengalami
perencanaan pembangunan daerah relatif marjinalisasi secara sistematik.
masih kurang. Faktor insentif dan disinsentif secara
Dokumen perencanaan penyuluhan lebih lengkap dapat diikuti pada Tabel 3.
pertanian merupakan dokumen pendukung Tampak bahwa faktor remunerasi menjadi
untuk revitalisasi pembangunan pertanian. salah satu faktor insentif yang serius. Hanya
Dalam nomenklatur PP 38/2007 tidak saja, kebijakan remunerasi dalam penyuluhan
tercantum urusan yang terkait dengan pertanian masih tertinggal dibandingkan
penyuluhan pertanian. Kegiatan penyuluhan dengan guru dan dosen. Faktor lambatnya
pertanian merupakan bagian dari pengurusan kepangkatan, relatif sulitnya
pembangunan pertanian daerah. Dalam jabatan fungsional penyuluh, dan kesempatan
penyusunan rencana program penyuluhan pendidikan dan latihan menjadi faktor
pertanian telah melibatkan penyuluh dan disinsentif yang serius. Revitalisasi penyuluhan
Bakorluh, namun dalam pengendalian terkendala dengan masalah dana, besaran
penggunaan anggaran daerah tidak otomatis dana relatif kecil dibandingkan dengan Dinas
diserahkan kepada penyuluh atau Bakorluh. Pertanian Tanaman Pangan. Dana
Dalam pelaksanaan di lapangan pengendali dialokasikan untuk: perencanaan program,
penggunaan anggaran penyuluhan pertanian sistem LAKU, monitoring, dan membuat BPP
adalah Dinas Pertanian, karena program model. Bakorluh melakukan koordinasi
berada di Dinas Pertanian. Walaupun Bakorluh dengan berbagai instansi agar dapat
telah ditetapkan sebagai salah satu SKPD, melaksanakan revitalisasi penyuluhan.
namun dalam pengendalian anggaran Pergantian pejabat eselon tiga (kepala bidang)
penyuluhan Bakorluh tidak diberi kewenangan seringkali dilakukan, dan penempatan tenaga
khusus. kurang memperhatikan bidang keahlian.
Ketersediaan anggaran untuk RSP Jarang sekali ditemukan ada penyuluh yang
adalah cerminan dari sejauh mana penekanan diberikan insentif (oleh pemerintah) karena
IPP menjadi prioritas program pembangunan prestasi dalam menjalankan pekerjaannya.
daerah dan pusat. Perlu dipahami bahwa Penyuluh yang menjalankan pekerja-
penekanan program pendidikan (20% dari annya dengan baik merupakan bagian dari
APBN) tidak mencakup program penyuluhan kewajiban penyuluh pertanian di lapangan.
pertanian. Kegiatan penyuluhan tidak masuk Hingga saat ini belum ditemukan adanya
dalam rumpun “pendidikan” nasional. Dari segi sistem pemberian insentif bagi penyuluh
prioritas program pembangunan, kegiatan berprestasi dalam bentuk kenaikan jabatan
penyuluhan mengalami defisiensi perhatian, atau pangkat. Kenaikan pangkat atau jabatan
dan hal ini adalah disinsentif serius bagi fungsional pada jenjang penyuluhan pertanian
penyuluhan pertanian. Masalah disinsentif ditentukan dengan angka kredit yang diperoleh
juga ditemukan dalam alokasi anggaran penyuluh pertanian bersangkutan. Penetapan
penyuluhan pertanian yang pengelolaannya angka kredit dilakukan oleh pemerintah pusat,
oleh SKPD setempat di luar urusan didasarkan usulan dari penyuluh bersang-
penyuluhan. Sebagai gambaran, pengelolaan kutan. Tidak ada penghargaan khusus, dalam
dana untuk penyuluhan pertanian dilakukan bentuk kenaikan jabatan, bagi penyuluh yang
oleh Dinas Pertanian, sehingga hal itu mendapat penilaian baik oleh masyarakat
tergantung pada kebijakan Kepala Dinas. sasaran. Tidak adanya penghargaan khusus

REVITALISASI SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF MEMBANGUN INDUSTRIALISASI PERTANIAN PERDESAAN
Kurnia Suci Indraningsih, Tri Pranadji, dan Sunarsih

105
Tabel 3. Insentif dan Disinsentif yang Diterima Penyuluh

Uraian Insentif Disinsentif


Pemerintah Remuneratif: - Kenaikan pangkat tertunda,
- Gaji karena angka kredit penyuluhan
- Biaya Operasional Penyuluh kecil, banyak tugas administratif
- Kenaikan pangkat/jabatan - Kesempatan diklat terbatas
fungsional
Pengembangan SDM:
- Diklat
- Promosi jabatan publik
(Wagub Lampung: mantan
penyuluh)
Masyarakat Sosial Budaya - Petani menolak inovasi
Petani - Gengsi di masyarakat tinggi teknologi yang diperkenalkan
(sebagai PNS) - Petani tidak mau mengikuti
- Pendapatnya didengar petani pertemuan ketika penyuluh
- Diberi produk hasil panen petani datang
- Dikenal masyarakat yang dibina

Swasta - Diminta mempromosikan Dianggap sebagai pesaing sales


produk (sebagai sales) perusahaan sarana produksi
- Sebagai mediator antara petani (benih, pupuk, dan pestisida)
dengan pihak pengolah
Sumber: Indraningsih et al., 2011

bagi penyuluh pertanian dimaksud menjadikan manfaatnya di perdesaan. Bagi figur penyuluh
penyuluh pertanian mengalami disinsentif pertanian yang telah mempunyai tempat di hati
dalam menjalankan kegiatan penyuluhan masyarakat, hal ini menjadikan sosok
pertanian di lapangan. penyuluh adalah layaknya diposisikan sebagai
Penyuluh pertanian pemerintah bukan “guru” (orang yang dihormati) di masyarakat
saja terbiasa dekat dengan masyarakat di perdesaan. Karena posisinya tersebut, tidak
perdesaan, melainkan juga tempat dimana jarang hal ini dimanfaatkan oleh “kalangan
masyarakat perdesaan mendapatkan informasi politisi” untuk penggalangan massa atau
terkini dan menanyakan sesuatu masalah. pemenangan dalam Pilkada. Sebagai
Secara umum masyarakat perdesaan gambaran, terpilihnya Wakil Gubernur Provinsi
mempunyai kepercayaan relatif tinggi terhadap Lampung ada kaitannya dengan penyuluhan
penyuluh pertanian. Di banyak tempat, pertanian (yang bersangkutan adalah mantan
terutama pada masyarakat perdesaan yang penyuluh pertanian). Hal ini menunjukkan
secara sosio-budaya “relatif jauh” dengan bahwa figur penyuluh pertanian secara umum
masyarakat perkotaan, penyuluh pertanian dikenal oleh masyarakat perdesaan dan
tidak semata-mata tempat bertanya tentang penyuluhan pertanian mempunyai jaringan
pertanian, melainkan juga tentang hal-hal lain kerja yang relatif luas.
yang terkait dengan kehidupan masyarakat
perdesaan. KETENAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN
Dapat dikatakan bahwa penyuluhan
pertanian di lapangan merupakan “pintu
gerbang” masuknya informasi dari dan ke Ketenagaan penyuluh merupakan
masyarakat perdesaan, khususnya terkait salah satu aspek yang dibenahi dalam RSP.
dengan pertanian. Walaupun kelembagaan Selama 15 tahun terakhir, penyuluh dianggap
formal penyuluhan pertanian pemerintah “tidur”. Penyuluhan jika dikaitkan dengan
dalam 2-3 dekade ini mengalami distorsi otonomi daerah memberikan beberapa
struktural, namun hasil investasi sosial (melalui gambaran sebagai berikut: pertama, Penyuluh
program penyuluhan pertanian oleh yang ada telah berusia tua dan belum ada
pemerintah selama ini) masih sangat terasa peremajaan/penyegaran. Pelatihan untuk

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 31 No. 2, Desember 2013 : 89 - 110

106
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan usaha, membangun jaringan
penyuluh dipandang pemerintah pusat dapat pemasaran, dan akses terhadap permodalan.
dilakukan di daerah. Kedua, Dengan Bila kemampuan manajerial tersebut diajarkan
terbentuknya satuan kerja antara dinas dan penyuluh kepada petani, dan diterapkan
penyuluhan, seperti terlihat sudah bernuansa petani, maka diharapkan terjadi peningkatan
terkotak-kotak. Dinas terkait dalam hal pendapatan petani.
mendukung program, sedangkan penyuluhan
berperan membangun SDM petani (terkait
dengan dinamika kelompok dan manajemen). Kompetensi Penyuluh Pertanian
Integrasi antara dinas dan penyuluhan Kompetensi penyuluh saat ini belum
seharusnya dalam hal perencanaan dan terpadu, tidak semua bidang dikuasai,
implementasi program. BP4K terkait dengan penguasaan substansi masih dominan di
administrasi dan wilayah binaan. Untuk itu bidang tanaman pangan (hulu sampai hilir).
perlu ada penyamaan persepsi dalam hal Pada komoditas hortikultura dengan dinamika
implementasi program di lapangan antara pasar yang relatif fluktuatif dan kebutuhan
dinas teknis dengan BP4K. Pimpinan Dinas inovasi teknologi yang semakin meningkat,
ataupun BP4K sebagai manajer, harus ada penyuluh seringkali ketinggalan dari petani
basis pengetahuan teknis. dalam hal penguasaan informasi dan
Di sisi lain, kemajuan pertanian (usaha teknologi. Fakta tersebut menunjukkan bahwa
ekonomi berbasis pertanian) di perdesaan pemerintah perlu mengupayakan peningkatan
tidak sepenuhnya sebagai hasil dari kegiatan kompetensi SDM penyuluh, agar penyuluh
penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh tidak ditinggalkan petani. Penyuluh
pemerintah (PNS dan THL-TBPP). Penyuluh semestinya lebih pintar dari petani, selalu
swadaya dari masyarakat secara partisipatif mengikuti perkembangan teknologi yang
dan sukarela (Renstra Kementerian Pertanian mengarah pada terwujudnya IPP. Balai
2010-2014) mempunyai peran yang cukup Latihan Pegawai Pertanian (BLPP) dalam
signifikan bagi kemajuan pertanian di menyelenggarakan pelatihan minta masukan
perdesaan. Dapat dikatakan bahwa jika pada dari Bakorluh tentang materi yang akan
suatu tempat terdapat kegiatan pertanian, disampaikan (50% dari usulan Bakorluh dan
maka di tempat tersebut hampir dapat 50% program Pusat). Materi penyuluhan yang
dipastikan terdapat kegiatan penyuluhan. dirancang penyuluh seharusnya memuat
Permasalahan yang perlu digali adalah sistem aspek IPP, tidak sekedar teknik budidaya
penyuluhan pertanian seperti apakah yang komoditas pertanian.
dapat diterima masyarakat perdesaan dan Rekruitmen dan penempatan penyuluh
efektif mendorong kemajuan pertanian di yang ditentukan oleh Badan Kepegawaian
perdesaan? Daerah (BKD) seringkali tidak tepat. Misalnya
Di tengah persaingan pasar yang penyuluh yang diterima ditempatkan sebagai
semakin ketat, masyarakat petani sebagai tenaga struktural. Selain itu juga terdapat
pelaku utama dan pelaku usaha membutuhkan penyuluh yang ditempatkan di dinas-dinas
pendampingan penyuluh pertanian yang dapat teknis, yang tidak sesuai dengan
melakukan pembinaan baik dari aspek teknis kompetensinya. Selain itu, terjadi
maupun manajerial secara partisipatif, intensif kecenderungan bahwa tenaga penyuluh
dan berkelanjutan. Hal ini menuntut kapasitas semakin berkurang, karena beberapa
penyuluh pertanian yang memiliki kemampuan penyuluh telah purnabakti atau pun terdapat
teknis, sehingga dapat melakukan bimbingan beberapa tenaga penyuluh yang
teknologi secara spesifik (komoditas) sesuai diperbantukan di struktural.
dengan kebutuhan petani serta mampu Pembinaan kepada penyuluh juga
berperan sebagai fasilitator terhadap sumber seringkali mengalami hambatan, karena
pembiayaan dan pasar. Selama ini terkait dengan jumlah dana yang dialokasikan
kemampuan penyuluh hanya ditekankan pada untuk pelatihan relatif terbatas. Pada pasal 21
“kemampuan teknis”. Seharusnya penyuluh UU No. 16/2006, peningkatan kompetensi
pertanian selain memiliki kemampuan teknis penyuluh pemerintah/PNS, swadaya, dan
yang tepat sesuai dengan keadaan swasta berpedoman pada standar akreditasi,
masyarakat dan lingkungannya, baik serta pola pendidikan dan pelatihan penyuluh
lingkungan biofisik maupun sosial budaya, juga yang diatur dengan Peraturan Menteri. Secara
memiliki kemampuan manajerial dalam hal keseluruhan jumlah penyuluh pemerintah

REVITALISASI SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF MEMBANGUN INDUSTRIALISASI PERTANIAN PERDESAAN
Kurnia Suci Indraningsih, Tri Pranadji, dan Sunarsih

107
Tabel 4. Jumlah Penyuluh Pemerintah dan Penyuluh Swadaya di Indonesia Tahun 2012

Uraian Wilayah Jawa Wilayah Luar Jawa Indonesia


Penyuluh Pemerintah
- Penyuluh PNS 7.839 20.655 28.494
- Penyuluh THL-TBPP 7.710 13.539 21.249
Penyuluh Swadaya 5.612 2.768 8.380
Sumber: Pusat Penyuluhan Pertanian, 2013

(PNS dan THL-TBPP) dan swadaya di di perdesaan. Program ini masih menekankan
Indonesia, tertera pada Tabel 4. pada perbaikan kelembagaan internal
Kehadiran penyuluh swasta yang penyuluhan, dan belum secara khusus
merupakan salesman dan formulator difokuskan untuk memperbaiki materi
perusahaan benih, pestisida maupun pupuk penyuluhan untuk petani. Transformasi ke arah
hendaknya dipandang sebagai mitra penyuluh industri pertanian perdesaan tidak semata-
pemerintah. Sisi positif dari penyuluh swasta mata dapat ditempuh hanya melalui perbaikan
adalah teknologi yang diperkenalkan kelembagaan internal penyuluhan, melainkan
terkadang selangkah lebih maju dibanding juga materi inovasi (teknologi dan
yang diperkenalkan penyuluh pemerintah. kelembagaan) yang seharusnya secara
Bahkan fakta di lapangan terdapat penyuluh khusus dirancang untuk transformasi ke arah
pemerintah yang memanfaatkan waktu di luar industri pertanian di perdesaan. Secara
jam kerja sebagai penyuluh swasta kualitatif dapat dikatakan bahwa faktor
(salesman). Sepanjang tujuan akhirnya dominan yang mempengaruhi kegagalan
berupa kesejahteraan petani, tidak menjadi penyuluhan pertanian dalam proses
masalah bila penyuluh pemerintah merangkap transformasi ke arah industri pertanian
sebagai penyuluh swasta. Persoalan akan perdesaan adalah materi penyuluhan. Faktor
timbul ketika tujuan utamanya pada perolehan lain yang tidak dapat diabaikan dan
keuntungan, tentu etika keberpihakan kepada mempengaruhi kegiatan penyuluhan pertanian
petani menjadi terabaikan. Untuk itu perlu ada adalah kualitas sumberdaya manusia; baik
aturan tertulis yang tegas untuk mencegah sebagai sumber (sources, penyuluh) maupun
atau mengantisipasi peran “rangkap” penyuluh sebagai penerima (receiver, petani), terutama
pemerintah yang justru menimbulkan kerugian terkait dengan kompetensi teknis dan
pada petani. manajerial. Faktor insentif bagi kegairahan
penyuluh dalam menjalankan pekerjaannya di
lapangan masih banyak diabaikan.
PENUTUP Untuk itu perlu perbaikan
kelembagaan penyuluhan pertanian yang
Penyuluh pemerintah masih berorientasi pada terwujudnya sistem industri
mempunyai peran cukup signifikan, khususnya pertanian di perdesaan. Selain itu juga perlu
dalam transfer inovasi teknologi pada ada penguatan kelembagaan ekonomi petani
subsistem penyedia bahan baku untuk industri yang berbadan hukum koperasi. Kedua
berbasis komoditas pangan. Peran penyuluhan lembaga ini perlu disertai dengan regulasi baik
pertanian pemerintah dalam subsistem tengah dari pusat maupun daerah yang lebih
(prosesing) dan hilir (pemasaran) tidak terlihat menjamin bagi terwujudnya daya saing
dominan, bahkan relatif lebih kecil pertanian perdesaan, pembagian yang lebih
dibandingkan dengan peran pelaku yang lain, adil, dan partisipasi masyarakat perdesaan
khususnya penyuluhan swasta. Peran yang dalam penentuan setiap program
cukup dominan hanya ditunjukkan pada pengembangan pertanian di perdesaan. Untuk
industri olahan primer berbasis tanaman meningkatkan kinerja sistem penyuluhan
pangan. Dalam program Revitalisasi Sistem adalah dengan meningkatkan jumlah penyuluh
Penyuluhan yang dilaksanakan penyuluhan yang berasal dari swadaya dan swasta.
pertanian pemerintah belum secara tegas Diperlukan juga penerapan prinsip-prinsip
diarahkan untuk mendukung industri pertanian efisiensi fungsi-fungsi manajemen adminis-

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 31 No. 2, Desember 2013 : 89 - 110

108
trasi, manajemen produksi dan distribusi, Penelitian dan Pengembangan
manajemen pelayanan, manajemen kontrol, Peternakan. Bogor.
manajemen supervisi, manajemen sumber- Novak, J. 2007. Mega Trends Driving Change
daya manusia dan manajemen informasi within CES and Implications for Extension
kelembagaan, agar setiap lembaga mampu Economists. A Paper Prepared for the
melayani para petani dengan relatif mudah dan American Agricultural Economics
lancar secara berkesinambungan. Association Annual Meeting Portland
Oregon July 29-August 1, 2007.
Pranadji, T. 1995. Intensifikasi Padi Sawah: Antara
DAFTAR PUSTAKA Modernisasi dan Pembangunan. dalam
Kinerja Penelitian Tanaman Pangan Buku
3. Prosiding Simposium Penelitian
Borneo, T. 20 Januari 2009. Bangkitkan Penyuluhan Tanaman Pangan III, Jakarta/Bogor 23-25
Pertanian. http://www.borneotribune.com/ Agustus 1993 (penyunting: Mahyuddin
kubu-raya/bangkitkan-penyuluhan- Syam, Hermanto, Arif Musaddad, dan
pertanian.html. (9 Maret 2009) Sunihardi. Pusat Penelitian dan
Etzioni A. 1964. A Comparative Analysis of Pengembangan Tanaman Pangan, Badan
Complex Organization on Power, Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Involvement, and Their Correlates. The Bogor.
Free Press of Glencoe, Inc. New York. Pranadji, T. 2003. Diagnosa Kerapuhan
Huntington, S.P. 2000. Cultures Count. in Cultures Kelembagaan Perekonomian Perdesaan.
Matters: How Values Shape Human Forum Penelitian Agro Ekonomi,
Progress (Edited by L.E. Harrison and S.P. 21(2):128-1425, Desember 2003. Pusat
Huntington). Basic Books. New York. Penelitian dan Pengembangan Sosial
Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan
Indraningsih, K.S. 2010. Penyuluhan pada Petani Pengembangan Pertanian. Bogor.
Lahan Marjinal: Kasus Adopsi Inovasi
Usahatani Terpadu Lahan Kering di Pranadji, T. 2004. Kerangka Kebijakan Sosio-
Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Garut Budaya Menuju Pertanian 2025: Ke Arah
Provinsi Jawa Barat (Disertasi). Sekolah Pertanian Perdesaan Berdaya Saing
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tinggi, Berkeadilan dan Berkelanjutan.
Bogor. Forum Agro Ekonomi, 22(1):1-21, Juli
2004. Pusat Penelitian dan
Indraningsih, K.S., T. Pranadji, G.S. Budhi, Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.
Sunarsih, E.L. Hastuti, K. Suradisastra, Bogor.
R.N. Suhaeti. 2011. Revitalisasi Sistem
Penyuluhan untuk Mendukung Daya Saing Pranadji, T. 2007. Good Governance dalam
Industri Pertanian Perdesaan. Pusat Manajemen Penelitian dan Pengembangan
Sosial Ekomoni dan Kebijakan Pertanian. Teknologi Pertanian. dalam Membangun
Bogor. Kemampuan Penelitian dan Pengem-
bangan Pertanian. Badan Penelitian dan
Jakti, D. K. 1990. Konsep dan Berbagai Pengembangan Pertanian, Departemen
Pengalaman Nyata Upaya Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Industri Perdesaan dalam Industrialisasi
Perdesaan. Editor: Sayogyo dan M. Pranadji, T. 2009. Reformasi Kelembagaan dan
Tambunan. Kerjasama antara Pusat Studi Kemandirian Perekonomian Perdesaan:
Pembangunan, Lembaga Penelitian Institut Kajian pada Kasus Agribisnis Padi Sawah.
Pertanian Bogor dan Ikatan Sarjana Kelembagaan DAS. (Makalah disampaikan
Ekonomi Indonesia Cabang Jakarta. PT. pada Seminar Nasional: ”Peluang
Sekindo Eka Jaya. Jakarta. Indonesia untuk Mencukupi Sendiri
Kebutuhan Beras Nasionalnya”,
Mangkuprawira, S. 2008. SDM dan Revitalisasi diselenggarakan oleh Badan Penelitian
Kelembagaan Pertanian. http://ronawajah. dan Pengembangan Departemen
wordpress.com/2008/04/02/ (2 Agustus Pertanian, 2 Oktober 2003, di Bogor.
2013). http://kelembagaandas.wordpress.com/refo
Mosher, A.T. 1966. Getting Agriculture Moving. rmasi-kelembagaan/tri-pranadji/ [24/12/09]
Agricultural Development Council, New (07 Februari 2010).
York. Pusat Penyuluhan Pertanian. 2013. Rekapitulasi
Murtiani, S., Budiman. 2006. Revitalisasi Jumlah Penyuluh (Januari 2013).
Penyuluhan Pertanian sebagai Upaya http://cybex.deptan.go.id/files/Rekap.Peny
Membangun Ekonomi Perdesaan di Jawa uluh.Pertanian.Swadaya.Jan2013.pdf (22
Barat. Temu Teknis Nasional Tenaga Agustus 2013)
Fungsional Pertanian 2006. Pusat

REVITALISASI SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF MEMBANGUN INDUSTRIALISASI PERTANIAN PERDESAAN
Kurnia Suci Indraningsih, Tri Pranadji, dan Sunarsih

109
Rahardjo, M.D. 1990. Transformasi Pertanian, artikel/revolusi-hijau-dan-penyuluhan-
Industrialisasi dan Kesempatan Kerja. pertanian.html (19 Februari 2010).
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Sumardjo. 2008. Penyuluhan Pembangunan Pilar
Rogers, E.M. 2003. Diffusion of Innovations. Fifth Pendukung Kemajuan dan Kemandirian
Edition. The Free Press. New York. Masyarakat. dalam: Pemberdayaan
Simatupang, P. 1995. Industrialisasi Pertanian Manusia Pembangunan yang Bermartabat.
sebagai Strategi Agribisnis dan Disunting oleh Ida Yustina, Adjat
Pembangunan Pertanian dalam Era Sudradjat. Pustaka Bangsa Press.
Globalisasi (Orasi Pengukuhan Ahli Medan.
Peneliti Utama). Pusat Penelitian Sosial Suradisastra, K. 2006. Revitalisasi Kelembagaan
Ekonomi Pertanian. Bogor. untuk Percepatan Pembangunan Pertanian
Slamet, M. 2008. “Menuju Pembangunan dalam Otonomi Daerah. Analisis Kebijakan
Berkelanjutan Melalui Implementasi UU Pertanian, 4(4):281-314. Pusat Analisis
No. 16/2006 tentang Sistem Penyuluhan Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.” Bogor.
dalam: Pemberdayaan Manusia Susanto, D. 2003. “Modal Sosial: Syarat
Pembangunan yang Bermartabat. Pembangunan Masyarakat Madani”.
Disunting oleh Ida Yustina dan Adjat dalam: Membentuk Pola Perilaku Manusia
Sudradjat. Sydex Plus. Bogor. Pembangunan. Disunting oleh Ida Yustina
Sorokin, P. 1964. Contemporary Sociological dan Adjat Sudradjat. IPB Press. Bogor.
Theories: The First Quarter of Twentieth Waluyo. 2009. Kajian Lokasi Kawasan Industri
Century. Harper and Row Publishers. New Besar dan Persebarannya di Kota Salatiga.
York. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Subejo. 2009. Revolusi Hijau dan Penyuluhan Surakata. http://etd.eprints.ums.ac.id/
Pertanian. Indonesia Agricultural Sciences 5326/2/E100050077.pdf (21 Agustus
Association. http://www.iasa-pusat.org/ 2013).

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 31 No. 2, Desember 2013 : 89 - 110

110

You might also like