You are on page 1of 12

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 11, No.

2 Juni 2015

PERILAKU MENCUCI TANGAN DAN KEJADIAN


KECACINGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI
KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

Siti Muthoharoh1, Djauhar Ismail2, Muhammad Hakimi3


1, STIkes Muhammadiyah Gombong
2, Pediatric Department, Medical Faculty,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta


3, Obstetrics and Gynecology Department, Medical Faculty,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRACT
Children are the nation’s investment. The future quality of a
nation is determined in the children’s current quality. The prevalence of
worm infestation in Indonesia is quite high between 60-80% and
especially attacks on elementary school children. A long term worm
infestation can reduce health that impairs the ability to learn. Risk
factors of worm disease include poor environmental sanitation, education
level, socio-economic conditions, and health habits such as bowel
movement in any places, lack of awareness in hand washing, no footwear
as well as geographical conditions.
Objective: To know the relationship of hand washing behavior with the
incidence of worm on elementary school students in Petanahan Sub-
District Kebumen District.
The research was observational analytic with a cross sectional
design. Sampling was done with a two-level clustering method. The
sample size was 213 elementary school students in Grades 3, 4, and 5
that met the inclusion and exclusion criteria. The data was collected
using a questionnaire and the results of laboratory tests. Hypothesis
testing used chi-square with p <0.05 and 95% Confidence Interval. Data
analysis used univariable, bivariable, and multivariable.
There was a relationship between worm infestation and hand
washing behavior seen from the results that the students who did not
wash their hands and were positive with worm infestation were 66
students or 59.46%, while the students that performed hand washing
and were negative with worm infestation were 72 students or 70.59%.
Statistical test result was significant seen from the p value of 0.0001 and
the prevalence ratio of 2.02 (95% CI 1.44 to 2.83).
Hand washing behavior on elementary school students of
Petanahan District, Kebumen, showed that 52.11% of the students did
not wash their hands. There was a relationship between hand washing
and worm infestation on elementary school students of Petanahan Sub-
District, Kebumen District.

Keywords: hand washing behavior, the incidence of worm infestation

PENDAHULUAN dengan gejala kemunduran


Kecacingan merupakan anak, mengganggu pertumbuhan
kondisi yang lepas dari perhatian anak dan kemunduran prestasi

51
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 11, No. 2 Juni 2015

belajar(1). Prevalensi kecacingan METODE PENELITIAN


di Indonesia masih cukup tinggi Jenis penelitian ini adalah
antara 60-80% dan terutama observasional analitik dengan
anak sekolah dasar, karena pada pendekatan potong lintang atau
usia tersebut lebih banyak cross sectional(6). Populasi
bergerak dan berinteraksi penelitian seluruh siswa SD
langsung dengan lingkungan. kelas III, IV, dan V di Kecamatan
Sedangkan orang dewasa sudah Petanahan Kabupaten Kebumen
lebih memahami perilaku hidup 2.591 siswa. Pengambilan
bersih(2). Faktor risiko terbukti sampel dengan metode klaster
berhubungan dengan dua tingkat(7). Tahap pertama
kecacingan: umur, perilaku memilih 10 sekolah dari 31
anak, dan penghasilan perkapita sekolah sebagai klaster terpilih.
keluarga(3). Hasil penelitian di Tahap kedua memilih sampel
Kecamatan Prembun, Kebumen unit elementer secara sistemik
tahun 2002 menunjukkan kluster (subjek sebagai sampel).
adanya hubungan signifikan Besar sampel penelitian ini
antara pengetahuan dan sikap adalah 213 orang. Dalam
dengan perilaku bermain pasir penelitian ini, kriteria sampel
tanpa memakai sepatu, perilaku meliputi kriteria inklusi dan
buang air besar sembarangan, eksklusi(8). Kriteria inklusi: siswa
bermain pasir di sekolah tanpa SD/MI di Kecamatan Petanahan
sepatu dan tidak pernah Kabupaten Kebumen dan
membasuh tangan sebelum kondisi sehat. Kriteria eksklusi
makan dengan kejadian infeksi yaitu siswa yang tidak hadir saat
cacing usus(4). penelitian dilaksanakan.
Cakupan penggunaan Variabel penelitian ini
jamban keluarga sehat di meliputi: variabel bebas:
Kecamatan Petanahan baru 67% perilaku cuci tangan. Variabel
dan Kabupaten Kebumen terikat: kejadian kecacingan.
73,27% (5). Hasil studi Variabel luar: Ketersediaan
pendahuluan pada siswa SD di sarana jamban keluarga sehat,
Kecamatan Petanahan terhadap perilaku BAB, perilaku bermain
30 siswa didapat 11 siswa di luar rumah tanpa alas kaki,
(36,7%) menderita kecacingan, 4 perilaku jajan sembarangan,
siswa (36,4%) terinfeksi Ascaris perilaku menggigit jari/
Lumbricoides, dan 5 siswa memasukan jari ke mulut. Data
(63,6%) Trichuris trichuria. Dari penelitian ini terdiri dari data
hasil wawancara 4 siswa (36,4%) primer (pemeriksaan
kecacingan karena kebiasaan laboratorium sampel tinja dan
tidak cuci tangan dengan benar. hasil wawancara) dan data
Tujuan penelitian ini untuk sekunder: jumlah siswa dan
mengetahui hubungan perilaku karakteristik masing-masing
cuci tangan dengan kejadian sekolah terpilih sebagai lokasi
penyakit kecacingan pada siswa penelitian. Instrumen
sekolah dasar di Kecamatan pengambilan data adalah:
Petanahan Kabupaten Kebumen. peralatan pengambilan sampel
tinja, pemeriksaan di
laboratorium puskesmas, dan

52
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 11, No. 2 Juni 2015

kuesioner penelitian. Analisis kemaknaan p < 0,05 dan


data menggunakan software Confidence Interval (CI) 95%.
program STATA Versi 11.0),
meliputi: analisis univariat HASIL DAN BAHASAN
(deskriptif), bivariabel dengan Karakteristik Subjek Penelitian
Chi-square, dan analisis Data jenis kelamin dan usia
multivariabel uji statistik regresi responden di Kecamatan
logistik dengan tingkat Petanahan pada tabel berikut
ini:
Tabel 1. Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Responden di Kecamatan Petanahan Tahun 2012
Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
n % n %
Usia
9 tahun 11 10,4 19 17,8
10 tahun 30 28,3 39 36,4
11 tahun 40 37,7 36 33,6
12 tahun 21 19,8 12 11,3
13 tahun 4 3,8 1 0,9
Total 106 100 107 100
Sumber: Data primer terolah, tahun 2012
Berdasarkan tabel tersebut kelamin laki-laki pada kelompok
di atas, berdasarkan jenis usia 11 tahun 37,7%, dan
kelamin dan usia responden perempuan pada kelompok usia
diperoleh sebagian besar jenis 10 tahun sebesar 36,4%.
60
52.1
50 46.9
44.6
39.9
40 35.2

30

20
11.3
10

0
tidak cuci Tidak ada Perilaku BAB Perilaku Perilaku Perilaku Jajan
tangan sarana jamban sembarangan Bermain Tanpa Menggigit Jari Sembarangan
keluarga Alas Kaki

Sumber: Data primer terolah, tahun 2012


Gambar 1. Perilaku respoden berisiko terhadap kecacingan
Berdasarkan Gambar 1 alas kaki sebesar 35,2% saat
menunjukkan sebesar 39,9% bermain di luar rumah.
perilaku responden tidak cuci Sedangkan perilaku jajan
tangan, perilaku bermain tanpa sembarangan sebesar 46,9%.

53
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 11, No. 2 Juni 2015

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kecacingan siswa Sekolah Dasar di


Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen tahun 2012
Frekuensi
Hasil Pemeriksaan %
(n = 213)
Kecacingan
Positif 96 45,1
Negatif 117 54,9
Jenis cacing
Trichuris Trichiura 16 17,3
Ascaris Lumbricoides 69 71,2
Ascaris Lumbricoides dan tricuhuris 11 11,5
Trichiura
Sumber: Data primer terolah , tahun 2012
Berdasarkan tabel 45,1%. Untuk jenis cacing yang
tersebut, diketahui bahwa hasil menginfeksi siswa SD di
pemeriksaan labororium Kecamatan Petanahan sebagian
kecacingan siswa SD di besar (71,2%) adalah jenis
Kecamatan Petanahan Ascaris Lumbricoides.
Kabupaten Kebumen hasil positif
kecacingan adalah sebesar

Hubungan antara perilaku cuci tangan dengan kejadian kecacingan


Tabel 3. Hubungan antara perilaku cuci tangan dengan kejadian
kecacingan
Perilaku cuci Kecacingan
x² p RP CI 95%
tangan Positif % Negatif %
Tidak cuci 66 59,6 45 40,5 19,4 0,0001 2,0 1,44-
tangan 2,83
Cuci tangan 30 29,4 72 70,5

Berdasarkan hasil uji nilai p sebesar 0,0001 dan rasio


statistik Tabel 3 menunjukkan prevalensi 2,0 (95% CI 1,44-
bahwa pada perilaku tidak cuci 2,83), sehingga secara statistik
tangan berhubungan dengan bermakna.
kejadian kecacingan dilihat dari

51
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 11, No. 2 Juni 2015

Hubungan hasil pemeriksaan kecacingan dengan ketersediaan


sarana jamban keluarga sehat, perilaku BAB, perilaku bermain di
luar rumah tanpa alas kaki, perilaku jajan sembarangan, perilaku
menggigit jari/memasukan jari ke mulut

Tabel 4. Hubungan hasil pemeriksaan kecacingan dan ketersediaan


sarana jamban keluarga sehat, perilaku BAB, perilaku
bermain di luar rumah tanpa alas kaki, perilaku jajan
sembarangan, perilaku menggigit jari/ memasukan
jari ke mulut
Hasil Pemeriksaan
CI
Variabel luar Kecacingan x² p RP
Positif % Negatif % 95%
Ketersediaan
jamban
Tidak 41 48, 44 51,7 0,83-
2 0,57 0,449 1,1
1,51
Ya 55 42, 73 57,0
9
Perilaku BAB
sembarangan
Ya 46 48, 49 51,6 0,85-
4 0,78 0,378 1,1
1,53
Tidak 50 42, 68 57,6
4
Perilaku Bermain
Tanpa Alas Kaki
Ya 46 61, 29 38,7 1,27-
3 12,37 0,0001 1,7
2,25
Tidak 50 36, 88 63,7
2
Perilaku
Menggigit Jari
Ya 13 54, 11 45,8 0,82-
2 0,90 0,342 1,2
1,84
Tidak 83 43, 106 56,1
9
Perilaku Jajan
sembarangan
Ya 56 56, 44 44,0 9,09 0,003 1,6 1,17-
0 2,14
Tidak 40 35, 73 64,6
4

Berdasarkan hasil analisis juga pada variabel perilaku jajan


Tabel 4 pada variabel perilaku sembarangan yang ditunjukkan
bermain tanpa alas kaki diluar dari nilai p sebesar 0,003, maka
rumah bermakna dengan perilaku tersebut juga
kejadian kecacingan. Hal ini berhubungan dengan kejadian
dilihat dari nilai p 0,0001. Begitu kecacingan.

52
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 11, No. 2 Juni 2015

Hubungan perilaku cuci tangan dan ketersediaan sarana jamban


keluarga sehat, perilaku BAB, perilaku bermain di luar rumah tanpa
alas kaki, perilaku jajan sembarangan, perilaku menggigit
jari/memasukan jari ke mulut

Tabel 5. Hubungan perilaku cuci tangan dan ketersediaan sarana


jamban keluarga sehat, perilaku BAB, perilaku bermain di
luar rumah tanpa alas kaki, perilaku jajan sembarangan,
perilaku menggigit jari/memasukan jari ke mulut
Perilaku cuci tangan
Tdk
Cuci
Variabel Cuci x² p
% tanga %
tanga
n
n
Ketersediaan jamban 3,11 0,078
Tidak 38 44,7 47 55,3
Ya 73 57,1 55 42,9
Perilaku BAB 2,31 0,129
sembarangan
Ya 44 46,3 51 53,7
Tidak 67 56,8 51 43,2
Perilaku Bermain Tanpa 0,70 0,402
Alas Kaki
Ya,tdk pakai alas kaki 42 56,0 33 44,0
Tidak, pakai alas kaki 69 50,0 69 50,0
Perilaku Menggigit Jari 2,31 0,128
Ya 9 37,5 15 62,5
Tidak 102 53,9 87 46,1
Perilaku Jajan 1,80 0,179
sembarangan
Ya 57 57,0 43 43,0
Tidak 54 47,8 59 52,2

Tabel 5 menunjukkan variabel luar dengan variabel


bahwa perilaku cuci tangan terikat, yang diperoleh nilai p <
tidak berhubungan dengan 0,25 maka dilanjutkan ke uji
Ketersediaan sarana jamban regresi logistik. Hasil analisis
keluarga sehat, perilaku BAB, bivariabel yang telah dilakukan
perilaku bermain di luar rumah dan mempunyai nilai p < 0,25
tanpa alas kaki, perilaku jajan adalah variabel perilaku cuci
sembarangan, perilaku menggigit tangan, perilaku bermain tanpa
jari/memasukan jari ke mulut. alas kaki, dan perilaku jajan
dengan kecacingan dilakukan uji
Analisis Multivariabel secara bersama-sama. Hasil
Berdasarkan hasil analisa analisis multivariat dengan uji
bivariabel antara variabel bebas statistik regresi logistik diperoleh
dengan variabel terikat, variabel hasil sebagai berikut:
luar dengan variabel bebas dan

53
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 11, No. 2 Juni 2015

Tabel 1. Hasil Analisis Multivariabel


Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Model 4
OR (95%CI) OR(95% CI) OR (95% CI) OR (95% CI)
Perilaku Cuci Tangan
Tidak 3,52* 3,58* 3,4* 3,49*
(1,99-6,22) (1,98-6,45) (1,91-6,12) (1,92-6,32)
Ya 1 1 1 1
Bermain tanpa alas
kaki
Ya, tidak pakai alas 2,86* 2,57*
kaki (1,55-5,26) (1,38-4,80)
Tidak, pakai alas
1 1
kaki
Perilaku jajan
sembarangan
Ya 2,23* 1,93*
(1,25-3,97) (1,06-3,50)
Tidak 1 1
N 213 213 213 213
Deviance 273,46 261,69 265,91 256,95
Pseudo R² 0,07 0,11 0,09 0,12

Berdasarkan hasil adalah hak asasi, menjadi


permodelan di atas, maka dapat kewajiban semua pihak untuk
disimpulkan bahwa model 4 menjamin kesehatan
lebih efektif dan efisien dalam masyarakat, khususnya anak-
memberikan kontribusi terhadap anak Indonesia(2).
kecacingan. Siswa yang tidak Berdasarkan hasil
melakukan cuci tangan sebesar penelitian seperti yang terlihat
3,49 kali lebih tinggi untuk pada Tabel 1 diketahui bahwa
mengalami kecacingan, sehingga proporsi responden (siswa
perlu dipertimbangan dalam sekolah dasar) berdasarkan jenis
intervensi secara menyeluruh kelamin dan usia sebesar 37,7%
dengan berperilaku hidup bersih usia 11 tahun berjenis kelamin
dan sehat dengan membiasakan laki-laki dan perempuan 36,4%
cuci tangan yang higienis pada berusia 10 tahun. Hasil
siswa. Variabel cuci tangan pada pemeriksaan laboratorium siswa
model 4 diperoleh kecacingan SD di Kecamatan Petanahan
sebesar 12%, sisanya 98% dapat bahwa pemeriksaan kecacingan
dipengaruhi faktor lain. positif sebesar 45,1%. Angka
Kecacingan merupakan kecacingan tersebut cukup tinggi
salah satu penyakit infeksi yang jika dibandingkan hasil survei
merupakan masalah kesehatan yang dilakukan pada Sekolah
di Indonesia. Kecacingan ini Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
menyerang segala usia dan di Kecamatan Sadang Kabupaten
paling banyak menyerang usia Kebumen tahun 2009 di mana
anak-anak yaitu pada usia hasil survei tersebut angka
sekolah dasar. Anak merupakan kecacingan 32,2% (9).
investasi banyak karena mereka Berdasarkan jenis cacing yang
generasi penerus bangsa. menginfeksi, sebagian besar
Kualitas bangsa di masa depan (71,2%) adalah jenis cacing
ditentukan kualitas anak-anak Ascaris Lumbricoides (Tabel 2).
saat ini. Oleh karena kesehatan

54
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 11, No. 2 Juni 2015

Sanitasi yang kurang penderita kecacingan (hospes


mendukung seperti tidak definitif) apabila buang air besar
tersedianya jamban keluarga sembarangan tidak pada jamban
sehat, penyediaan air bersih yang sehat memungkinkan telur
yang tidak tersedia, membuang cacing keluar bersama tinja dan
sampah bukan tempat sampah, berada di tanah, dan telur dapat
dapat meningkatkan kejadian mencemari tanah. Siswa sekolah
kecacingan. Perilaku seseorang dasar di Kecamatan Petanahan
juga berperan dalam kejadian sebagian kecil (39,9%) tidak
kecacingan. Perilaku sehat yang memiliki jamban keluarga
diharapkan antara lain cuci seperti terlihat pada Gambar 1.
tangan sebelum dan sesudah Secara biologis keberadaan
makan serta setalah buang air jamban berhubungan dengan
besar dengan sabun, kejadian kecacingan.
menggunakan alas kaki, jajan Ketersediaan jamban keluarga
tidak sembarangan, kebiasaan berhubungan dengan
tidak menggigit jari, mencuci kejadiankecacingan pada anak
dan memasak makanan dan kelas V Sekolah Dasar di
minuman sebelum dimakan, Kecamatan Periukan Kabupaten
mandi sehari dua kali, Seluma Propinsi Bengkulu(10).
memotong dan membersihkan Pada penelitian ini, hasil
kuku, menggunakan sarung pemeriksaan laboratorium
tangan apabila melakukan diperoleh hasil bahwa jenis
pekerjaan yang berhubungan cacing sebagian besar (71,2%)
dengan tanah, menutup adalah Ascaris Lumbricoides,
makanan dan minuman dengan sebagian kecil (17,2%) jenis
tutup saji, dan memasak air Trichuris Trichiura dan sebagian
sebelum dikonsumsi. terinfeksi kedua jenis cacing
Dewasa ini cara penularan tersebut (11,5%). Hal tersebut
cacing perut yang paling banyak yang memungkinkan jenis
adalah penularan melalui media cacing ini menginfeksi manusia
tanah (soil transmitted melalui perantaraan makanan
helminths). Jenis cacing tersebut minuman yang tercemar tinja.
antara lain cacing gelang Ketersediaan jamban tidak
(Ascaris Lumbricoides), cacing berhubungan dengan kejadian
tambang (ancylostoma kecacingan pada murid SD/MI di
Duodenale dan necator antaranya dimungkinkan
Americanus) dan cacing cambuk berperilaku sehat yaitu tetap
(Trichuris Trichiura). Pada buang air besar pada jamban
umumnya telur cacing tersebut yang sehat di jamban milik
bertahan pada tanah lembab, tetangganya. Kondisi ini
tumbuh menjadi telur infektif menyebabkan siswa SD/MI
dan siap untuk masuk ke tubuh tersebut tidak terlalu kontak
manusia yang merupakan dengan tanah yang tercemar
hospes definitifnya(1). tinja. Hal tersebut terlihat pada
Ketersediaan jamban Gambar 2, berdasarkan perilaku
keluarga sehat merupakan salah BAB sebagian besar (44,6%)
satu faktor penting dalam siswa sekolah dasar di
pencegahan kecacingan. Pada

55
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 11, No. 2 Juni 2015

Kecamatan Petanahan BAB di jari sebesar 11,3%. Hasil analisis


jamban yang sehat. bivariat antara kebiasaan
Telur cacing yang sudah menggigit jari dengan kecacingan
infektif di dalam tanah, bisa diperoleh nilai p 0,342 lebih
masuk ke dalam tubuh manusia besar dari 0,05. Sehingga dapat
melalui pori-pori kaki (tidak disimpulkan bahwa secara
memakai alas kaki), statistik tidak signifikan tidak
tangan/kuku kotor, maupun ada hubungan antara kebiasaan
kebiasaan menggigit jari. Pada menggigit jari dengan
Gambar 1 dapat diketahui kecacingan. Hasil tersebut
bahwa siswa sekolah dasar di berbeda dengan penelitian
Kecamatan Petanahan 35,2% bahwa kebiasaan memotong
tidak memakai alas kaki. kuku mempunyai hubungan
Berdasarkan perilaku cuci dengan kejadian kecacingan
tangan, sebanyak 52,1% tidak pada siswa SD Negeri Rowosari
melakukan cuci tangan. Pada Kecamatan Tembalang Kota
Tabel 3 hubungan antara Semarang(11). Pada hasil
perilaku cuci tangan dengan penelitian ini dimungkinkan
kejadian kecacingan diperoleh karena sebagian besar (88,7%)
nilai p 0,0001 lebih kecil dari siswa tidak mempunyai
0,05. Sehingga secara statistik kebiasaan menggigit jari.
bermakna, ada hubungan antara Kebersihan perorangan penting
perilaku cuci tangan dengan untuk pencegahan. Jari yang
kejadian kecacingan. Nilai RP bersih dan kuku yang dipotong
sebesar 2,0 yang berarti siswa pendek bertujuan untuk
yang tidak berperilaku cuci menghindari penularan cacing
tangan 2,0 kali lebih besar dari tangan ke mulut. Kuku dan
mengalami kecacingan jari diharapkan selalu dalam
dibandingkan siswa yang keadaan bersih. Kuku dan jari
berperilaku cuci tangan. tangan yang kotor dan
Penelitian ini sejalan dengan terkontaminasi tanah yang
pendapat kebiasaan cuci tangan mengandung telur infektif
mempunyai hubungan dengan merupakan media dalam
kejadian kecacingan pada siswa penularan penyakit kecacingan.
SD Negeri Rowosari Kecamatan Jenis cacing yang ditemukan
Tembalang Kota Semarang(11). dan menginfeksi siswa SD di
Di samping itu penularan Kecamatan Petanahan, sebagian
kecacingan dapat juga melalui besar cacing Ascaris
jari/kuku tangan yang kotor. Lumbricoides (71,2%), dan
Seorang anak yang mempunyai sebagian kecil Trichuris Trichiura
kebiasaan menggigit jari dan (17,3%) dan sebagian terinfeksi
apabila jari itu kotor dan kedua jenis cacing tersebut
mengandung telur cacing, maka (11,5%). Kuku tangan siswa
telur cacing tersebut yang ada sekolah dasar di Jakarta
pada jari akan tertelan masuk ke ditemukan telur cacing Ascaris
mulut anak. Hasil penelitian Lumbricoides dan Trichuris
didapat hasil bahwa pada anak Trichiura(12).
yang mempunyai Kecacingan dapat juga
kebiasaan/perilaku menggigit disebabkan karena perilaku

56
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 11, No. 2 Juni 2015

makan atau minum pada diperoleh nilai p sebesar 0,003


makanan/minuman yang kotor lebih kecil dari 0,05 (Tabel 4).
atau tercemar telur cacing. Hal ini berarti secara statistik
Makanan atau minuman yang signifikan, ada hubungan antara
disimpan dengan tidak tertutup, perilaku jajan sembarangan
dimungkinkan dihinggapi oleh dengan kecacingan. Nilai RP
lalat atau tercemar debu di sebesar 1,58 berarti siswa yang
mana di dalam debu tersebut berperilaku jajan sembarangan
ada telur cacing. Kebiasaan berisiko 1,58 kali lebih besar
siswa dengan jajan sembarangan mengalami kecacingan
di sekolah dapat pula dibandingkan dengan siswa yang
mendukung kejadian tidak berperilaku jajan
kecacingan. Hasil penelitian ini sembarangan.
menyatakan bahwa perilaku Telur cacing dapat juga
jajan sembarangan pada siswa masuk ke dalam tubuh manusia
sebesar 46,9%. Nilai tersebut melalui pori-pori kaki. Aktifitas
jika dibandingkan dengan bermain pada siswa di luar
perilaku jajan tidak rumah dengan tidak
sembarangan tidak terlalu menggunakan alas kaki (sandal
signifikan, di mana perilaku atau sepatu) memungkinkan
jajan tidak sembarangan telur cacing masuk melalui pori-
diperoleh hasil sebesar 53,1%. pori kaki. Kebiasaan memakai
Hal ini berarti proporsi alas kaki merupakan salah satu
siswa yang mempunyai faktor risiko pada kejadian
kebiasaan jajan sembarangan kecacingan di antara siswa
dan tidak jajan sembarangan sekolah dasar. Anak-anak usia
tidak terlalu besar nilainya. sekolah dasar sangat rentan
Makanan jajanan yang ada di karena mereka sering
sekolah yang setiap hari berhubungan dengan tanah.
dikonsumsi oleh siswa didapat Tabel 4 menunjukkan
dari penjual/pedagang keliling bahwa nilai p sebesar 0,0001
yang berjualan di sekitar lebih kecil dari 0,05. Hal
sekolah. Sebagian besar tersebut berarti statistik
makanan yang dijual tersebut signifikan, ada hubungan antara
kurang memenuhi syarat dari perilaku menggunakan alas kaki
segi kebersihan seperti dibiarkan dengan kejadian kecacingan.
terbuka tidak diberi tutup, Nilai RP sebesar 1,7 (CI 95%
sehingga memungkinkan lalat, 1,27-2,25), berarti siswa yang
debu menempel/masuk ke tidak menggunakan alas kaki
dalam makanan atau minuman pada waktu bermain di luar
tersebut. Makanan atau rumah 1,7 kali terinfeksi cacing
minuman yang tercemar telur dibandingkan siswa yang
cacing tersebut akan masuk ke menggunakan alas kaki pada
dalam tubuh seseorang. Telur waktu bermain di luar rumah.
cacing di dalam usus halus akan Hasil penelitian ini sejalan
menjadi dewasa dan berkembang dengan pendapat bahwa
biak. Hasil analisis bivariat kebiasaan memakai alas kaki
antara variabel perilaku jajan berhubungan dengan kejadian
sembarangan dengan kecacingan kecacingan pada anak kelas V

57
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 11, No. 2 Juni 2015

SD di Kecamatan Periukan WHO adalah 6 bulan. Hal inilah


Kabupaten Seluma Propinsi yang dimungkinkan
Bengkulu(10). Pada analisis mempengaruhi intensitas infeksi
multivariable bahwa siswa yang kecacingan pada murid SD/MI di
tidak melakukan cuci tangan Kecamatan Petanahan
diperoleh sebesar 3,49 kali lebih Kabupaten Kebumen.
tinggi untuk mengalami
kecacingan, sehingga perlu
dipertimbangan dalam intervensi SIMPULAN
secara menyeluruh dengan Kejadian kecacingan pada
berperilaku hidup bersih dan siswa Sekolah Dasar Kecamatan
sehat dengan membiasakan cuci Petanahan Kabupaten Kebumen
tangan yang higienis pada siswa. sebesar 45,07%. Jenis cacing
Variabel cuci tangan model 4 yang menginfeksi siswa Sekolah
dapat memprediksi kecacingan Dasar Kecamatan Petanahan
sebesar 12%, sisanya 98% dapat Kabupaten Kebumen sebagian
dipengaruhi faktor lain. besar adalah jenis Ascaris
Kebiasaan cuci tangan dengan Lumbricoides (71,2%). Perilaku
sabun sebelum makan dan cuci tangan pada siswa Sekolah
setelah makan dan setelah Dasar Kecamatan Petanahan
buang air besar dapat Kabupaten Kebumen sebagian
memutuskan mata rantai besar (52,11%) tidak cuci
penularan infestasi cacing ke tangan. Ada hubungan antara
dalam tubuh manusia. Anak- perilaku cuci tangan dengan
anak di pedasaan termasuk juga kecacingan pada siswa Sekolah
diKecamatan Petanahan, pada Dasar Kecamatan Petanahan
umumnya lebih suka dan Kabupaten Kebumen (p 0,0001).
nyaman bermain dengan
bertelanjang kaki, tidak DAFTAR PUSTAKA
menggunakan alas kaki baik 1. Depkes RI. Pedoman Umum
sandal maupun sepatu apabila Program Nasional
bermain di luar rumah. Pemberantasan Cacingan di
Selain itu adanya kegiatan Era Desentralisasi. Jakarta:
pemberian obat cacing secara Depkes RI; 2004.
massal pada siswa sekolah dasar 2. Munandar I, Susanto A.
Anak-anak Rentan Cacingan.
di seluruh Kecamatan Petanahan
2004 [cited 2011 12
bahkan Kabupaten Kebumen Desember]; Available from:
secara rutin 6 bulan sekali Http://cybermed.cbn.net.id/
memungkinkan tidak terjadinya det.
infeksi kecacingan. Depkes 3. Iqbal MA. Faktor Risiko
menyebutkan bahwa Terjadinya Infeksi
mebendazole sebagai obat cacing Kecacingan (Ascaris
yang dibagikan pada anak-anak Lumbricoides Dan Trichuris
mempunyai spektrum yang luas. Trichiura) Pada Anak
Obat ini mampuu membunuh Sekolah Dasar Di Kelurahan
cacing Ascaris Lumbricoides dan Pannampu Kec. Tallo
Trichuris Trichiura pada semua Kotamadya Makassar
stadium. Kemampuan reinfeksi Surabaya: Universitas Negeri
Airlangga; 2004.
setelah minum obat ini menurut

58
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 11, No. 2 Juni 2015

4. Wachidanijah. Pengetahuan, Kebumen: Dinkes Kab.


Sikap dan Perilaku Anak Kebumen; 2011.
serta Lingkungan Rumah 10. Gazali M. Hubungan higiene
dan Sekolah Dengan perseorangan anak Sekolah
Kejadian Infeksi Kecacingan dasar dan kondisi kesehatan
Anak Sekolah Dasar: Studi lingkungan rumah dengan
di Kecamatan Prembun kejadian penyakit
Kabupaten Kebumen. kecacingan di Kecamatan Air
Yogyakarta: Universitas Periukan Kabupaten Seluma
Gadjah Mada; 2002. Provinsi Bengkulu.
5. Dinkes Kab. Kebumen. Profil Yogyakarta: Program
Kesehatan Kabupaten Pascasarjana Program Studi
Kebumen Tahun 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Kebumen: Dinkes Kab. Fakultas Kedokteran,
Kebumen, 2010. Universitas Gadjah Mada;
6. Gordis L. Epidemiology. 2008.
Philadelphia: W.B. Saunders; 11. Yulianto E. Hubungan
2004. Higiene Sanitasi Denga
7. Lemeshow S, Hosmer DW, Kejadian Penyakit Cacingan
Klar J, Lwanga SK, editors. Pada Siswa Sekolah Dasar
Besar Sampel Dalam Negeri Rowosari 01
Penelitian Kesehatan. Kecamatan Tembalang Kota
Yogyakarta: Gadjah Mada Semarang Tahun Ajaran
University Press; 1997. 2006/2007. Semarang:
8. Hidayat A. Riset Universitas Negeri Semarang;
Keperawatan dan Tekhnik 2007.
Penulisan Ilmiah. Surabaya: 12. Tjitra E. Penelitian soil
Salemba Medika; 2007. transminted helminth di
9. Dinkes Kab. Kebumen. Profil Indonesia. Cermin Dunia
Kesehatan Kabupaten Kedokteran. 1991;72::5-11.
Kebumen Tahun 2010.

59

You might also like