You are on page 1of 10

NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.5/NO.

2/DESEMBER/2016

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap Terhadap Perilaku Cuci


Tangan Pakai Sabun (CTPS) Pada SMPN 1 Surakarta dan SMPN 6
Surakarta

The Relationship of Knowledge and Attitude towards Handwashing


Behavior of Students of SMPN 1 Surakarta and SMPN 6 Surakarta

Abdullah M Azam, Sumardiyono, Bhisma Murti


Faculty of Medicine, Sebelas Maret University

ABSTRACT

Abdullah M Azam, G0009002, 2015, The Relationship of Knowledge and Attitude


towards Handwashing Habit in Students of SMPN 1 Surakarta and SMPN 6 Surakarta.
Mini Thesis. Medical Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta.

Background: Health status of the child at this time can not be said to be good because
of the high frequency of health problems, especially in school children. Problems often
arise at school-age children was the lack of concern for personal hygiene. One of them
is handwashing behavior before eating and drinking or activities. Therefore,
researchers wanted to analyze the relationship between the level of knowledge,
attitudes towards Handwashing Behavior with soap in junior high school students.

Methods: This study was an observational analytic research with cross sectional
approach. The research was conducted in SMPN 1 and SMPN 6 Surakarta. Subjects in
this study were drawn from the target population, then reduced to a junior high school
student population source (affordable) students of SMPN 1 and SMPN 6 Surakarta. The
samples in this study were the second-grade students of SMPN 1 and SMPN 6
contained in the population and meet the inclusion criteria. The number of samples
taken was 300 students from the source population of 480 students.

Results: The relationship between knowledge level and handwashing behavior with
soap (OR = 22.06; CI 95% 12.09 – 40.24, p=0.000). The relationship between attitude
and handwashing behavior with soap (OR = 3.66; CI 95% 2.21 – 6.06, p=0.000).

Conclusion: The students with a good level of knowledge have a greater possibility to
do handwashing with soap. The students with a good attitude have a greater possibility
to do handwashing with soap.

Keywords: Knowledge, Attitude, Handwashing Behavior

1
PENDAHULUAN Upaya pemerintah dalam mengatasi

Anak merupakan aset berharga masalah tentang kebersihan adalah dengan


dalam tercapainya kemajuan suatu negara, mengeluarkan Keputusan Menteri
karena anak merupakan generasi penerus Kesehatan Nomor
bangsa. Derajat kesehatan anak pada saat 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Visi
ini belum bisa dikatakan baik karena Promosi Kesehatan RI adalah “Perilaku
masih tingginya frekuensi masalah Hidup Bersih Sehat 2010” atau “PHBS
kesehatan khususnya pada anak sekolah. 2010”. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Anak usia sekolah merupakan kelompok atau PHBS terdiri dari beberapa indikator
usia yang kritis karena pada usia tersebut khususnya PHBS tatanan sekolah yaitu
anak sangat rentan terhadap penyakit mencuci tangan dengan air yg mengalir
(Gobel, 2009). dan memakai sabun (Depkes, 2010).
Permasalahan yang sering timbul Menurut Wisconsin Department of
pada anak usia sekolah adalah kurangnya Health (2012) cuci tangan pakai sabun
kepedulian mereka terhadap kebersihan apabila dilakukan dengan benar dapat
diri. Salah satunya adalah kebiasaan mencegah terjadinya penyakit seperti
mencuci tangan sebelum melakukan diare dan ISPA. Tingginya angka kejadian
kegiatan ataupun makan dan minum. tersebut dapat dikarenakan rendahnya
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pengetahuan masyarakat tentang tata cara
merupakan salah satu solusi yang murah mencuci tangan dan rendahnya kepedulian
dan efektif dalam pencegahan penyakit dalam berperilaku hidup dengan bersih
menular. Namun hingga saat ini dan sehat.
kebiasaaan tersebut sering kali dianggap Tujuan mencuci tangan adalah untuk
remeh. Banyak anak usia sekolah yang menghilangkan kotoran dan debu secara
menderita diare dikarenakan sebelum dan mekanis dari permukaan kulit dan
sesudah makan mereka tidak mencuci mengurangi jumlah mikroorganisme
tangan. Akibatnya kuman yang berada di (Tietjen, 2004). Cuci tangan pakai sabun
tangan ikut masuk ke dalam tubuh merupakan cara mudah dan murah untuk
bersama makanan yang dimakan dan membersihkan anggota tubuh terutama
menyebabkan infeksi saluran pencernaan tangan dari kuman infeksi. Masyarakat
seperti diare (Permata, 2010). sudah mengetahui hal tersebut, namun

masih banyak yang mencuci tangan tidak menggunakan sabun. Penggunaan sabun
untuk mencuci tangan lebih disebabkan Adapun kriteria inklusi dalam penelitian
karena alasan kotor saja. Kebanyakan ini adalah:
orang juga memandang sabun itu hanya 1. Siswa kelas 2 tahun ajaran 2013/2014
bermanfaat untuk menghilangkan kotoran 2. Bersedia dijadikan responden
dan bau saja, padahal sebenarnya sabun Sampel yang digunakan menurut
itu sendiri memiliki banyak manfaat, rumus Slovin sebanyak 300 siswa dari
diantaranya adalah untuk membunuh dan jumlah keseluruhan populasi sebesar 480
mengurangi bakteri atau kuman yang siswa (Sugiyono dan Wibowo, 2010).
kemungkinan akan masuk kedalam tubuh. Metode sampling yang digunakan peneliti
Berdasarkan uraian di atas, peneliti adalah simple random sampling (Murti,
tertarik untuk mengadakan penelitian 2006).
Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap Variabel bebas pada penelitian ini
Terhadap Perilaku CTPS (CTPS) Pada adalah tingkat pengetahuan dan sikap
SMPN 1 Surakarta dan SMPN 6 CTPS. Variabel terikat pada penelitian ini
Surakarta. adalah perilaku CTPS.

SUBJEK DAN METODE Pengetahuan adalah persentuhan


panca indera (proses melihat, mendengar,
Penelitian ini merupakan suatu penelitian
merasakan) seta berfikir terhadap
analitik observasional dengan pendekatan
informasi yang menjadi dasar bagi
potong lintang. Penelitian ini dilaksanakan
manusia untuk melakukan. Pengetahuan
di SMPN 1 Surakarta dan SMPN 6
cuci tangan pakai sabun akan diukur
Surakarta. Subjek pada penelitian ini
menggunakan “Kuesioner Pengetahuan
diambil dari populasi sasaran yaitu siswa
Siswa Dalam Cuci Tangan Pakai Sabun”
SMP kemudian diperkecil menjadi
(Azwar, 2010).
populasi sumber (terjangkau) yaitu siswa
Sikap adalah reaksi perasaan atau
SMPN 1 Surakarta dan SMPN 6
keyakinan seseorang mengenai informasi
Surakarta. Sampel dalam penelitian ini
dalam hal perasaan, pemikiran dan
adalah siswa kelas 2 SMPN 1 Surakarta
predisposisi tindakan seseorang yang
dan SMPN 6 Surakarta yang memenuhi
mana akan menjadikannya sebagai
kriteria inklusi.
kecenderungan untuk berespon baik
secara positif maupun negatif terhadap
metode CTPS tersebut. Sikap cuci tangan

pakai sabun akan diukur dengan (Azwar, 2010).


“Kuesioner Sikap Siswa Dalam CTPS” Variabel terikat pada penelitian ini
adalah perilaku cuci tangan pakai sabun. kuesioner. Berdasarkan data dari
Perilaku adalah suatu respon positif kuesioner yang telah ditabulasikan
seseorang terhadap mengenai informasi hasilnya adalah sebagai berikut.
sebagai upaya memelihara dan
Tabel 4.1 Distribusi subjek penelitian
meningkatkan status kesehatan serta Frekuensi
No Sampel
mencegah timbulnya penyakit. Perilaku N (%)

cuci tangan pakai sabun akan diukur 1 Jenis kelamin


Perempuan 152 50,7
menggunakan “Kuesioner Perilaku Siswa Laki-laki 148 49,3
Dalam CTPS” (Azwar, 2010). 2 Umur
13 tahun 64 21.3
Instrumen yang digunakan adalah
14 tahun 127 42.3
tiga kuesioner yaitu tingkat pengetahuan, 15 tahun 109 36.3
sikap, dan perilaku CTPS yang telah diuji 3 Pengetahuan
Tinggi 160 53,0
dengan uji validitas dan reliabilitas (Umar, Rendah 140 47,0
2002), ditujukan kepada para siswa 4 Sikap
Baik 201 67,0
sebagai responden.
Buruk 99 33,0
Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap 5 Perilaku
terhadap perilaku CTPS siswa dianalisis Pakai sabun 169 56,3
Tidak pakai sabun 131 43,7
dengan chi square.
Total 300 100
Perbedaan perilaku dan sikap pada
Tabel 4.1 menunjukkan jumlah responden
kelompok yang melakukan cuci tangan
sebanyak 300. Jenis kelamin responden
dan yang tidak melakukan cuci tangan
terbanyak adalah 152 siswi perempuan
ditunjukkan oleh Odds Ratio (OR).
dan sisanya adalah responden laki-laki
Kemaknaan statistik dari OR di uji dengan
dengan jumlah 148 siswa. Umur
Uji Wald, hitung ditunjukkan oleh nilai p.
responden berada di rentang umur 13-15
(Murti, 2006).
tahun dengan jumlah terbesar terdapat
HASIL pada kelompok umur 14 tahun lebih dari
Data mengenai pengetahuan, sikap dan setengahnya, sebanyak 160 siswa
perilaku diperoleh melalui penyebaran memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi.
Mayoritas responden melakukan CTPS
yang ditandai dengan tingginya angka
responden dengan sikap baik sebanyak
201 siswa. Pada perilaku didapatkan 169

siswa melakukan CTPS sedangkan 131 siswa


tidak melakukan CTPS.
Tabel 4.2 Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dan perilaku cuci tangan pakai sabun
Perilaku Cuci tangan pakai sabun
Pengetahuan OR CI 95% p
Ya (%) Tidak (%) Total (%)
Rendah 31 (22,1) 109 (77,9) 140 (100,0)
22,06 12,09 - 40,24 <0,001
Tinggi 138 (86,3) 22 (13,8) 160 (100,0)

Tabel 4.2 menunjukkan hubungan antara tinggi didapatkan 138 siswa melakukan
tingkat pengetahuan terhadap perilaku CTPS. Sedangkan untuk siswa yang
cuci tangan pakai sabun siswa. Tabel berpengetahuan rendah hanya 31 siswa
menunjukkan siswa dengan pengetahuan yang melakukan CTPS dari total 104
tinggi lebih banyak melakukan cuci siswa. Hal ini menunjukkan adanya
tangan pakai sabun daripada siswa dengan hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan yang rendah. pengetahuan terhadap perilaku CTPS

Dari 160 siswa yang berpengetahuan (OR= 22,056, CI 95% = 12,088 – 40,242,
p<0.001).

Tabel 4.3 Hasil analisis hubungan antara sikap dan perilaku mencuci tangan dengan sabun
Sikap Perilaku Cuci tangan pakai sabun
OR CI 95% p
Ya (%) Tidak (%) Total (%)
Buruk 35 (35,4) 64 (64,6) 99 (100,0) 3,66 2,21 – 6,06 <0,001
Baik 134 (66,7) 67 (33,3) 201 (100,0)

CTPS pada siswa. (OR= 3,657, CI 95% =


Tabel 4.3 menunjukkan hasil uji satatistik
2,205 – 6,064, p<0,001).
chi kuadrat tentang hubungan antara sikap
dengan perilaku CTPS pada siswa. Hasil PEMBAHASAN
analisis menunjukkan dari 201 siswa Berdasarkan hasil penelitian
dengan sikap yang baik, hanya 134 siswa hubungan tingkat pengetahuan siswa
melakukan CTPS. Sebaliknya, siswa terhadap perilaku cuci tangan dengan
dengan sikap yang buruk hanya 35 siswa sabun (p<0,001) terdapat hubungan yang
yang melakukan CTPS dari total 99 siswa. signifikan, dan diketahui bahwa siswa
Hal ini menunjukkan hubungan yang dengan pengetahuan tinggi memiliki
signifikan antara sikap dengan perilaku kemungkinan mencuci tangan dengan sabun
sebesar 22 (OR = 22,06) kali lebih besar

dibandingkan dengan siswa berpengetahuan tinggi memiliki kemungkinan untuk


rendah. mencuci tangan dengan sabun lebih besar

Siswa dengan pengetahuan yang yaitu 86.3% dibanding dengan pengetahuan


rendah tentang mencuci tangan pakai lain usia, latar belakang pendidikan, dan
sabun yaitu 22.1%. Hasil penelitian ini ketersediaannya fasilitas.
berbeda dengan penelitian Vivas, (2011) Menurut Notoatmodjo, (2003)
siswa yang memiliki pengetahuan baik pengetahuan merupakan hasil dari tahu
belum tentu akan berperilaku baik pula. dan ini terjadi setelah orang melakukan
Namun dengan edukasi yang baik maka penginderaan terhadap suatu objek
hasil yang akan didapatkan akan baik tertentu atau pengetahuan merupakan
pula. Seperti yang dikatakan Suchithra, factor yang sangat penting dalam
(2007) bahwa edukasi yang baik terbentuknya tindakan seseorang. Salah
mempengaruhi secara signifikan terhadap satu indikator tingginya pengetahuan
perilaku dan praktik dalam melakukan seseorang dapat dilihat dari tingkat
tindakan CTPS yang baik. pendidikannya. Pengetahuan diperoleh
Perbedaan hasil penelitian ini dari proses belajar, tetapi tidak selalu
kemungkinan disebabkan oleh perbedaan belajar dari pendidikan formal tapi dapat
pada latar belakang pendidikan sampel. dari proses kerjasama, berinteraksi dan
Penelitian yang dilakukan oleh Vivas berdiskusi, disamping memperoleh
digunakan sampel siswa SD sedangkan pengalaman dari orang lain juga dapat
penelitian Suchitra menggunakan sampel mengembangkan pemikiran dan daya
pekerja dewasa, dan penelitian ini sendiri kreasi individu.
mengambil sampel siswa SMP. Hal ini Perilaku manusia terbagi menjadi
sesuai dengan Notoatmodjo (2003) dan tiga yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor
Vivas (2011) bahwa kesadaran perilaku yang dalam perkembangannya
hidup sehat serta perilaku CTPS dimodifikasi untuk pengukuran hasil
dipengaruhi oleh beberapa factor, antara pendidikan kesehatan yakni pengetahuan,
sikap dan praktek atau tindakan.
Pengetahuan merupakan faktor yang
sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang. Setelah seseorang
mengalami stimulus atau objek kesehatan,
kemudian mengadakan penilaian atau
pendapat terhadap apa yang diketahui,
proses selanjutnya yang diharapkan

melaksanakan atau mempraktekkan apa dapat dikatakan bahwa seseorang yang


yang diketahui dan disikapinya, sehingga mempunyai pengetahuan tinggi akan
mempunyai perilaku yang lebih baik dari yang baik memiliki kemungkinan kejadian
pada orang yang mempunyai pengetahuan mencuci tangan dengan sabun sebesar 4
rendah (Notoatmodjo, 2003). kali (OR = 3,66) dibanding siswa dengan
Sehingga dapat disimpulkan sikap yang buruk, hal ini dapat dilihat
bahwa siswa dengan tingkat pengetahuan pada jumlah proporsi siswa yang
tinggi cenderung memiliki kemungkinan mempunyai sikap baik (66,7%) yang
yang lebih besar untuk melakukan cuci melakukan cuci tangan dengan sabun dan
tangan pakai sabun. hanya 35,4% pada siswa dengan sikap
Mencuci tangan sabun pakai sabun yang buruk. Sehingga dapat disimpulkan
merupakan salah satu upaya pencegahan bahwa siswa dengan sikap yang baik
penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan memiliki kemungkinan yang lebih besar
seringkali menjadi agen yang membawa untuk melakukan cuci tangan dengan
kuman dan menyebabkan patogen sabun. Namun Notoatmodjo (2003)
berpindah dari satu orang ke orang lain, mengatakan bahwa sikap positif terhadap
baik dengan kontak langsung ataupun nilai-nilai sehat tidak selalu terwujud
kontak tidak langsung. Tangan yang dalam suatu tindakan nyata.
bersentuhan langsung dengan kotoran Sikap (attitude) adalah suatu reaksi
manusia dan binatang, ataupun cairan atau respon seseorang yang masih tertutup
tubuh lain (seperti ingus, dan terhadap stimulus atau objek, sikap dapat
makanan/minuman yang terkontaminasi disimpulkan bahwa manifestasi sikap
saat tidak dicuci dengan sabun dapat tidak dapat langsung dilihat akan tetapi
memindahkan bakteri, virus dan parasit dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
pada orang lain yang tidak sadar bahwa perilaku yang tertutup (Notoatmodjo,
dirinya sedang ditularkan. 2003). Menurut Hilgard (2009) sikap
Hasil penelitian tentang sikap secara nyata menunjukkan konotasi
siswa mempunyai hubungan signifikan adanya kesesuaian reaksi terhadap
terhadap perilaku mencuci tangan pakai stimulus tertentu yang meliputi rasa suka
sabun (p<0,001), siswa dengan sikap yang dan tidak suka, mendekati atau
menghindari situasi, benda, orang,
kelompok serta aspek lingkungan yang
dapat dialami. Sehingga sikap dapat
dirumuskan sebagai kecenderungan untuk

merespon secara positif atau negatif Apabila dilihat dari hasil penelitian
terhadap objek. ini sikap dalam metode mencuci tangan
dengan menggunakan sabun maka reaksi pengetahuan, siswa dengan tingkat
perasaan atau keyakinan seseorang pengetahuan yang tinggi memiliki
mengenai informasi cuci tangan kemungkinan yang lebih besar untuk
menggunakan sabun dalam hal perasaan, melakukan cuci tangan dengan sabun.
pemikiran dan predisposisi tindakan (OR = 22,06; CI 95% 12,09 – 40,24)
seseorang yang mana akan menjadikannya 2. Terdapat hubungan perilaku cuci
sebagai kencerungan untuk merespon baik tangan berdasarkan sikap terhadap
atau mempunyai perilaku secara positif cuci tangan dengan sabun. Siswa
terhadap metode cuci tangan dengan sikap yang baik higiene
menggunakan sabun. Karena perilaku memiliki kemungkinan yang lebih
yang didasari dengan dengan sikap yang besar untuk melakukan cuci tangan
positif dan pengetahuan yang tinggi maka dengan sabun. (OR = 3,66; CI 95%
perilaku tersebut akan menjadi langgeng 2,21 – 6,06)
(long lasting) (Notoatmodjo, 2010).
SARAN
Penelitian memiliki kelemahan seperti
peneliti tidak memperhatikan secara 1. Instansi Terkait.

langsung tata cara cuci tangan pakai sabun Menjalin kerjasama dengan

para responden, dan dengan adanya pemerintahan dan organisasi non

faktor-faktor perancu yang sulit diatasi pemerintah untuk memberikan

oleh peneliti. Semoga penelitian ini dapat penyuluhan atau mengadakan

dikembangkan dikemudian hari. program yang tepat guna dalam


menyediakan informasi mengenai
SIMPULAN
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
Dari hasil penelitian dengan responden (CTPS)
sebesar 300 siswa SMPN 1 dan SMPN 6 2. Siswa.
Surakarta maka dapat diambil kesimpulan Menerapkan pengetahuan hidup
sebagai berikut: bersih dan sehat yang dimilikinya
1. Terdapat hubungan perilaku cuci dalam kehidupan sehari-hari serta
tangan berdasarkan tingkat mencari tahu tentang tata cara hidup
sehat.
3. Bagi peneliti selanjutnya.
Penelitian lebih lanjut diharapkan
lebih banyak menambahkan variabel

yang diteliti, terutama faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tentang


cuci tangan Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
UCAPAN TERIMA KASIH
Notoatmodjo S (2003). Pendidikan dan
Selesainya penyusunan naskah publikasi
perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka
ini tidak terlepas dari bantuan berbagai Cipta.
pihak. Untuk itu, perkenankan penulis
Notoatmodjo S (2003). Prinsip-prinsip
mengucapkan terima kasih kepada Vitri Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rineka Cipta.
Widyaningsih, dr., MS dan H. Endang
Ediningsih, dr., M. Kes yang telah Notoatmodjo S (2010). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta:
memberi saran dan kritik demi
Rineka Cipta.
kesempurnaan naskah publikasi ini.
Permata (2010). Hubungan kerentanan
DAFTAR PUSTAKA kondisi fisik, sanitasi dasar rumah
dan tingkat resiko lokasi
Azwar S (2010). Penyusunan Skala pemukiman penduduk dengan
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka riwayat penyakit berbasis
Pelajar. lingkungan di Keluarahan Bidara
Cina. Jakarta: Universitas Indonesia.
Departemen Kesehatan RI (2010).
Pedoman pelaksanaan promosi Rogers E (1993). Diffusion of
kesehatan di puskesmas. Jakarta: Innovations. The Free Press,
Departemen Kesehatan RI. London.

Gobel (2009). Masalah Kesehatan Anak Suchitra JB (2007). Impact of education


Usia Sekolah: Catatan Hari Anak on knowledge, attitudes and
Nasional 23 Juli, practices among various categories
http://yantigobel.wordpress.com/200 of health care workers on
9/ 0316/masalah-kesehatan-anak- nosocomial infections.
usia-sekolah-catatan-hari-anak- http://www.ijmm.org/article.asp?iss
nasional-23-juli/. diakses pada Juli n=0255-
2013. 0857;year=2007;volume=25;issue=3
;spage=181;epage=187;aulast=Suchi
Hilgard ER, Atkison RL, Atkinson RC tra. Diakses tanggal 12 Februari
(2009). Pengantar psikologi. Jakarta: 2015.
Erlangga.
Sugiyono (2007). Metode penelitian
Murti B (2006). Desain dan ukuran kuantitatif dan kualitatif. Bandung:
sampel untuk penelitian kuantitatif CV Alfabeta.
dan kualitatif di bidang kesehatan.
Suharsimi (2008). Prosedur penelitian
suatu pendekatan praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono, Wibowo E (2010). Statistika
penelitian. Bandung: Alfabeta.
Tietjen BM (2009). Pencegahan infeksi
untuk fasilitas pelayanan kesehatan
dengan sumber daya terbatas.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono.

Umar H (2002). Metode riset bisnis.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Vivas AP, Gelaye B, Aboset N, Kumie A,


Berhane Y, Wolliams MA (2010).
Knowledge, Attitudes, and Practices
(KAP) of Higiene among School
Children in Angolela, Ethiopia,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ar
ticles/Pmc3075961/.

Wisconsin Department of Health Services


(2012). Wisconsin Bureau of
Communicable Diseases and
Emergency Response
Communicable Diseases
Epidemiology Section

You might also like