You are on page 1of 8

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING


SISWA KELAS V SD NEGERI 5 KUTOSARI
Oleh:
Rizka Vitasari1, Joharman2, Kartika Chrysti Suryandari3
1 mahasiswa
2,3 dosen pembimbing
FKIP PGSD Universitas Sebelas Maret
e-mail: Rizka_newmore@yahoo.co.id

Abstract: The Improvement Activity and Learning Result Mathematics through Problem
Based Learning Model V Grade Students of State Elementary School 5 Kutosari. The purpose
of this research are: (1) describing the application of Problem Based Learning models, (2)
improving of activity, and (3) improving of learning result mathematics. This research is a
Collaborative Classroom Action Research. Subject of this research is a students in V grade
total 16 students. Procedure research are, action, observation, and reflection. There are in
two cycle, each cycle three meeting. The data collection technique is testing the results of
observation, interviews, questionnaires and tests. The validity of data using triangulation
source and triangulation techniques. Data analysis using quantitative analysis techniques and
qualitative analysis, including data reduction, presentation of data, and verification. The
results show that the application of Problem Based Learning models can be improve the
activity and learning result in mathematics elementary school fifth grade students.

Keyword: Problem Based Learning, activity, learning result, Mathematics

Abstrak: Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika melalui Model Problem
Based Learning Siswa Kelas V SD Negeri 5 Kutosari. Tujuan penelitian ini adalah (1)
mendeskripsikan langkah-langkah penerapan model Problem Based Learning, (2)
meningkatkan keaktifan, dan (3) meningkatkan hasil belajar matematika. Penelitian ini
menggunakan teknik Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas V berjumlah 16 siswa. Prosedur penelitian tindakan kelas berupa perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam dua siklus
masing-masing siklus tiga pertemuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi, wawancara, angket, dan tes. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber
dan triangulasi teknik. Analisis data menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif,
meliputi reduksi data, sajian data, dan verifikasi data. Hasilnya menunjukkan bahwa
penerapan model Problem Based Leaning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
matematika pada siswa kelas V Sekolah Dasar.

Kata Kunci: Problem Based Learning, keaktifan, hasil belajar, Matematika

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses guru dengan menciptakan pembelajaran
interaksi antara pendidik dan peserta didik yang efektif. Dalam kegiatan pembelajaran
yang mendorong terjadinya proses terjadi interaksi antara dengan siswa,
pembelajaran. Penguasaan pengetahuan interaksi guru dengan siswa, maupun
dan keterampilan hidup yang dibutuhkan interaksi siswa dengan sumber belajar.
dalam menghadapi kehiduan nyata Berdasarkan wawancara yang
merupakan tujuan pendidikan. Guru dilakukan di SDN 5 Kutosari khususnya
sebagai pendidik bertugas membuat siswa kelas V, peneliti melihat banyaknya
sumber daya manusia menjadi handal dan keluhan siswa bahwa pelajaran matematika
berkualitas. Hal tersebut dapat dilakukan sulit, membosankan, dan tidak menarik.
1
Pemahaman konsep matematika yang baik anak mulai menemukan diri sendiri yaitu
sangatlah penting karena untuk memahami secara tidak sadar mulai berpikir tentang
konsep yang baru diperlukan prasyarat diri pribadi (Sobur, 2003: 132).
pemahaman konsep sebelumnya. Guru Berdasarkan tahapan tersebut dapat
bertugas memahamkan konsep matematika disimpulkan, bahwa taraf berpikir siswa
dengan cara memilih model dan media kelas V Sekolah Dasar (usia 9-11 tahun)
yang tepat sesuai materi yang disampaikan. termasuk dalam taraf berpikir konkret-
Selama ini model pembelajaran operasional. Pada taraf ini anak sudah
yang digunakan masih konvensional, pada mengenal sesuatu berdasarkan gambaran
umumnya guru hanya menjelaskan materi nyata atau kenyataan yang dibuat dalam
secara teoretis dalam pembelajaran gambar.
khususnya pelajaran matematika materi Keaktifan berasal dari kata aktif
perkalian dan pembagian berbagai bentuk yang artinya giat bekerja, giat berusaha.
pecahan. Hal ini terbukti berdasarkan hasil Sedangkan arti kata keaktifan adalah
ujian akhir semester II tahun ajaran kesibukan atau kegiatan (Kamus Besar
2011/2012, hasil belajar matematika siswa Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2002).
ternyata menunjukan nilai rendah yaitu di Keaktifan belajar ditandai oleh adanya
bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (65). keterlibatan secara optimal, baik
Dari 24 siswa yang mengikuti ujian akhir intelektual, emosional, dan fisik jika
semester II, hasilnya dapat dideskripsikan dibutuhkan (Aunurrahman, 2012).
sebagai berikut: nilai terendah 31, nilai Dengan demikian, dapat
tertinggi 88 dan nilai rata-ratanya 59,38 disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam
siswa yang memperoleh nilai di atas KKM belajar adalah kegiatan yang dilakukan
(65) baru 10 siswa. siswa selama proses pembelajaran dengan
Berdasarkan masalah tersebut perlu mengaktifkan aspek jasmani maupun aspek
kiranya dikembangkan suatu tindakan yang rohaninya dan harus dipahami serta
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil dikembangkan oleh guru untuk mencapai
belajar matematika berupa penerapan tujuan pembelajaran dengan ditandai
model Problem Based Learning. Model keterlibatan pada aspek intelektual,
Problem Based Learning penting emosional, dan fisik. Keaktifan belajar
diterapkan dalam pembelajaran siswa tersebut akan mempengaruhi hasil
matematika, karena melalui model ini belajar yang akan dicapai.
siswa dapat melatih keterampilan Indikator keaktifan belajar dapat
berpikirnya untuk memecahkan diklasifikasikan sebagai berikut: a)
permasalahan yang diberikan oleh guru di merespon motivasi yang diberikan oleh
kelas. Model pembelajaran ini guru, b) membaca atau memahami masalah
menekankan pada masalah dan yang terdapat dalam lembar kerja siswa
pemecahannya. (LKS), c) menyelesaikan masalah atau
Siswa kelas V SD adalah anak-anak menemukan jawaban dan cara untuk
berusia 9-11 tahun, masuk ke dalam menjawab, d) mengemukakan pendapat, e)
kelompok masa-masa kelas tinggi sekolah berdiskusi atau bertanya antar peserta didik
dasar. Mengutip simpulan Buhler (1930) maupun guru, f) mempresentasikan hasil
bahwa anak usia 9-11 tahun pada kelas V kerja kelompok, g) merangkum materi
termasuk ke dalam fase keempat. Pada yang telah didiskusikan (Harahap, 2011).
periode ini anak mencapai objektivitas Selain itu indikator keaktifan siswa
tertinggi. Bisa pula disebut sebagai masa dapat dilihat dari: a) perhatian siswa
menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, terhadap penjelasan guru, b) kerjasamanya
yang distimulasi oleh dorongan-dorongan dalam kelompok, c) kemampuan siswa
menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar; mengemukakan pendapat dalam kelompok
masa pemusatan dan penimbunan tenaga ahli, d) kemampuan siswa mengemukakan
untuk berlatih, menjelajah, dan pendapat dalam kelompok asal, e)
bereksplorasi. Pada akhir fase keempat ini memberi kesempatan berpendapat kepada
2
temannya dalam kelompok, f) perubahan tingkah laku yang terjadi
mendengarkan dengan baik ketika teman sebagai hasil dari pengalaman melalui
berpendapat, g) memberi gagasan yang interaksi dengan lingkungannya.
cemerlang, h) membuat perencanaan dan Hasil belajar berupa perubahan
pembagian kerja yang matang, i) perilaku dan tingkah laku (W. S. Anitah,
keputusan berdasarkan pertimbangan dkk., 2008). Hasil belajar atau bukti bahwa
anggota yang lain, j) memanfaatkan seseorang telah belajar ialah terjadinya
potensi anggota kelompok, k) saling perubahan tingkah laku pada orang
membantu dan menyelesaikan masalah (S. tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi
Aries,2009). tahu, dan dari tidak mengerti menjadi
Dari pendapat di atas maka peneliti mengerti (Hamalik, 2011).
menentukan indikator keaktifan belajar Dengan demikian dapat
siswa sebagai berikut: a) perhatian siswa disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
terhadap penjelasan guru, b) memahami sesuatu yang diperoleh individu melalui
masalah yang diberikan oleh guru, c) proses belajar yang ditandai dengan
kemampuan siswa mengemukakan adanya perubahan perilaku berupa
pendapat, d) berdiskusi dengan kelompok, pengetahuan dan kemampuan dalam
e) mempresentasikan hasil diskusi. berbagai hal.
Hasil belajar matematika yang Abdurrahman (mengutip simpulan
dimaksud yakni tingkat keberhasilan siswa Johnson dan Myklebust, 1967) matematika
menguasai konsep dan bahan pelajaran adalah bahasa simbolis yang fungsi
matematika setelah memperoleh praktisnya untuk mengekspresikan
pengalaman belajar matematika dalam hubungan-hubungan kuantitatif dan
kurun waktu tertentu. Untuk dapat kekurangan sedangkan fungsi teoretisnya
menguasai konsep dan bahan pelajaran adalah untuk memudahkan berpikir (2003:
matematika pada tingkat kesukaran yang 252). Heruman (mengutip simpulan
lebih tinggi diperlukan penguasaan konsep Ruseffendi, 1991) matematika adalah
dan bahan pelajaran matematika tertentu bahasa symbol, ilmu deduktif yang tidak
sebagai pengetahuan prasyarat. menerima pembuktian secara induktif,
Menurut bahasa, hasil adalah ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur
sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, yang terorganisasi, mulai dari unsur yang
dan sebagainya) oleh usaha (Kamus Besar tidak didefinisikan, ke aksioma atau
Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2002). postulat, dan akhirnya ke dalil (2007: 1).
Berkaitan dengan pengertian Jadi matematika adalah bahasa
belajar, W. S. Anitah, dkk. memberikan simbol yang merupakan ilmu berdasarkan
batasan bahwa belajar adalah proses pada berpikir logis, kreatif, inovatif, dan
mental dan emosional atau proses berpikir konsisten memiliki objek tujuan abstrak,
dan merasakan (2008). Hal tersebut sesuai yaitu fakta, konsep, operasi, dan prinsip.
dengan pernyataan Aunurrahman Salah satu alternatif model
(mengutip simpulan Abdillah, 2002) yang pembelajaran yang memungkinkan
mengemukakan belajar adalah suatu usaha dikembangkannya keterampilan berpikir
sadar yang dilakukan oleh individu dalam kritis siswa dalam pemecahan masalah
perubahan tingkah laku baik melalui adalah model Problem Based Learning.
latihan dan pengalaman yang menyangkut Amir (mengutip rumusan Dutch,
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik 1994) yang menyatakan bahwa Problem
untuk memperoleh tujuan tertentu (2012: Based Learning merupakan metode
35). instruksional yang menantang mahasiswa
Dari beberapa pendapat tersebut di agar belajar untuk belajar, bekerjasama
atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam kelompok untuk mencari solusi bagi
belajar adalah proses usaha dalam berpikir masalah yang nyata (2009: 21). Problem
dan merasakan yang dilakukan individu Based Learning dapat diartikan sebagai
secara bertahap untuk memperoleh rangkaian aktivitas pembelajaran yang
3
menekankan kepada proses penyelesaian Selanjutnya mempersiapkan penyelidikan
masalah yang dihadapi secara ilmiah lebih lanjut terkait hasil pemecahan
(Sanjaya, 2006). masalah (Warsono dan Hariyanto, 2012).
Jadi, berdasarkan pendapat para Sesuai dengan tujuan model
ahli dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning adalah untuk
Problem Based Learning adalah model menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa
pembelajaran berlandaskan bentuk model Problem Based Learning
konstruktivisme yang menekankan yang dikemukakan para ahli, maka secara
keterampilan pada proses penyelesaian umum langkah-langkah model Problem
masalah dengan membangun mental siswa Based Learning sebagai berikut: 1)
untuk berpikir kritis dan memahami menyadari masalah, 2) merumuskan
masalah serta memecahkan masalah. masalah, 3) merumuskan hipotesis, 4)
Biasanya sintaks dalam model mengumpulkan data, 5) menguji hipotesis,
Problem Based Learning meliputi, 6) menentukan pilihan penyelesaian
pertama orientasi siswa kepada masalah. (Sanjaya, 2006).
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, Berdasarkan paparan di atas maka
menguraikan kebutuhan logistik (bahan peneliti menentukan langkah-langkah
dan alat) yang diperlukan bagi pemecahan dalam pembelajaran model Problem Based
masalah, memotivasi siswa untuk terlibat Learning sebagai berikut: 1) orientasi
dalam aktivitas pemecahan masalah yang masalah, 2) menjelaskan tujuan
telah dipilih siswa bersama guru, maupun pembelajaran, 3) klarifikasi istilah, 4)
yang dipilih sendiri oleh siswa. Kedua, pengorganisasian belajar siswa, 5)
mendefinisikan masalah dan penyelidikan dan diskusi, 6) melaporkan
mengorganisasikan siswa untuk belajar. hasil diskusi, 7) analisis proses pemecahan
Guru membantu siswa mendefinisikan dan masalah.
mengorganisasikan tugas-tugas siswa Berdasarkan latar belakang di
dalam belajar memecahkan masalah, atas, maka masalah yang dikaji dalam
menentukan tema, jadwal, tugas, dan lain- penelitian ini adalah: (1) bagaimana
lain. langkah-langkah penerapan model
Ketiga, memandu investigasi Problem Based Learning yang dapat
mandiri maupun investigasi kelompok. meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
Guru memotivasi siswa untuk membuat matematika siswa kelas V SD? (2) apakah
hipotesis, mengumpulkan informasi, data penerapan model Problem Based
yang relevan dengan tugas pemecahan Learning dapat meningkatkan keaktifan
masalah, melakukan eksperimen untuk siswa kelas V SD? (3) apakah penerapan
mendapatkan informasi dan pemecahan model Problem Based Learning dapat
masalah. Keempat, mengembangkan dan meningkatkan hasil belajar matematika
mempresentasikan karya. Guru membantu siswa kelas V SD?
siswa dalam merencanakan dan Tujuan penelitian ini adalah (1)
menyiapkan karya yang relevan misalnya mendeskripsikan langkah-langkah
membuat laporan, membantu berbagi tugas penerapan model Problem Based learning
dengan teman-teman di kelompoknya dan yang dapat meningkatkan keaktifan dan
lain-lain, kemudian siswa hasil belajar matematika siswa kelas V SD,
mempresentasikan karya sebagai bukti (2) meningkatkan keaktifan siswa kelas V
pemecahan masalah. Kelima, refleksi dan SD dengan menerapkan model Problem
penilaian. Guru memandu siswa untuk Based Learning, dan (3) meningkatkan
melakukan refleksi, memahami kekuatan hasil belajar matematika siswa kelas V SD
dan kelemahan laporan mereka, mencatat dengan menerapkan model Problem Based
dalam ingatan butir-butir atau konsep Learning.
penting terkait pemecahan masalah,
menganalisis dan menilai proses-proses
dan hasil akhir dari investigasi masalah.
4
METODE PENELITIAN penyelidikan dan diskusi, (6) melaporkan
Penelitian ini dilaksanakan di SD hasil diskusi, dan (7) analisis proses
Negeri 5 Kutosari, yang terletak di Desa pemecahan masalah.
Kutosari, Kecamatan Kebumen, Pada orientasi masalah kegiatan
Kabupaten Kebumen pada Tahun Ajaran guru adalah memberikan masalah diawal
2012/2013. Jumlah subyek penelitian 16 pembelajaran yang sesuai dengan
siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada kehidupan siswa, mengarahkan siswa
bulan Maret 2013 sampai dengan bulan untuk memaparkan jawaban sementara,
April 2013. menganalisis jawaban sementara.
Penelitian ini merupakan penelitian Menjelaskan tujuan pembelajaran, kegiatan
tindakan kelas kolaboratif, yaitu peneliti guru adalah menjelaskan tujuan
berkerjasama dengan guru kelas dalam pembelajaran dengan jelas, sesuai dengan
melaksanakan penelitian. Prosedur materi yang diajarkan, menyampaikan
penelitian tindakan kelas berupa harapan dan target yang akan dicapai.
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, Klarifikasi istilah yaitu guru
dan refleksi. Pelaksanaan tindakan mengklarifikasi istilah sesuai dengan
dilaksanakan dalam dua siklus, masing- pemahaman siswa, jelas, dan sederhana,
masing siklus tiga pertemuan. Pada serta menegaskan makna kepada siswa.
perencanaan menerapkan model Problem Pada langkah pengorganisasian belajar
Based Learning dengan menggunakan siswa, kegiatan guru antara lain guru
langkah orientasi masalah, menjelaskan membagi kelompok belajar siswa,
tujuan pembelajaran, klarifikasi istilah, mengatur tempat duduk siswa,
pengorganisasian belajar siswa, memberikan LKS, dan menjelaskan
melaksanakan penyelidikan dan diskusi, petunjuk pelaksanaan penyelidikan. Pada
melaporkan hasil diskusi, dan analisis langkah melaksanakan penyelidikan dan
pemecahan masalah, kemudian peneliti diskusi, kegiatan guru antara lain:
menyusun RPP, menyusun LKS, lembar mengarahkan siswa untuk mencari
evaluasi, lembar observasi, lembar informasi, mengawasi kegiatan
wawancara, lembar angket, dan penyelidikan dan diskusi, membimbing
menghubungi teman sejawat selaku siswa baik secara individu maupun
observer. kelompok, dan memotivasi siswa untuk
Pengumpulan data dilakukan aktif dalam kegiatan penyelidikan dan
dengan menggunakan instrumen penelitian diskusi. Melaporkan hasil diskusi, kegiatan
berupa lembar observasi aktivitas guru dan guru yaitu memberikan kesempatan kepada
siswa dengan menerapkan model Problem siswa untuk melaporkan hasil diskusi,
Based Learning, lembar wawancara memberikan penguatan kepada siswa,
aktivitas guru dan siswa dengan mengarahkan siswa untuk menanggapi
menerapkan model Problem Based hasil diskusi, dan membimbing siswa
Learning, lembar observasi dan lembar membahas hasil diskusi. Pada langkah
angket keaktifan siswa dan soal evaluasi. analisis proses pemecahan masalah
Validitas data menggunakan teknik kegiatan guru antara lain menganalisis
triangulasi sumber dan triangulasi teknik. proses pembelajaran secara keseluruhan,
Pengolahan data dan analisis data dalam membantu siswa membuat kesimpulan,
penelitian ini berupa data kuantitatif dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran, dan
data kualitatif. memberikan refleksi.
Penerapan model Problem Based
HASIL DAN PEMBAHASAN Learning pada pelajaran matematika kelas
Penerapan model Problem Based V SD Negeri 5 Kutosari Tahun Ajaran
Learning meliputi tujuh langkah, yaitu (1) 2012/2013 dilaksanakan dalam 2 siklus,
orientasi masalah, (2) menjelaskan tujuan masing-masing siklus terdiri dari 3 kali
pembelajaran, (3) klarifikasi istilah, (4) pertemuan. Pada setiap pembelajaran
pengorganisasian belajar siswa, (5) disesuaikan dengan skenario pembelajaran
5
yang sudah ditentukan, dengan melakukan guru, (2) memahami masalah yang
perbaikan-perbaikan langkah penerapan diberikan oleh guru, (c) kemampuan siswa
model Problem Based Learning pada mengemukakan pendapat, (d) berdiskusi
setiap pertemuan dan antar siklus dengan kelompok, (5) mempresentasikan
berdasarkan hasil refleksi dari pertemuan hasil diskusi.
sebelumnya. Berikut peningkatan keaktifan siswa
Berikut peningkatan penerapan dari siklus I sampai dengan siklus II.
model (Problem Based Learning) dari
siklus I sampai dengan siklus II. Tabel 2. Peningkatan Keaktifan Siswa
dalam Penerapan Problem
Tabel 1. Peningkatan Kegiatan Guru dan Based Learning
Siswa melalui Penerapan Model
Problem Based Learning Siklus I II
Persentase
61,2% 90,5%
Persentase Ketuntasan
Siklus
Guru Siswa
I 71,8% 62,5% Tabel 2 menunjukkan bahwa
II 94,3% 88,2% keaktifan siswa setiap siklus mengalami
peningkatan. Rata-rata siklus I sebesar
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata- 61,2%, dan siklus II sebesar 90,5%. Jadi,
rata hasil observasi langkah-langkah dari siklus I ke siklus II mengalami
penerapan model Problem Based Learning peningkatan sebesar 29,3%.
setiap siklus mengalami peningkatan.
Kemampuan guru dalam menerapkan Tabel 3. Perbandingan Nilai Hasil Belajar
model Problem Based Learning rata-rata Matematika Siklus I-II
siklus I sebesar 71,8% dan siklus II sebesar
94,3%. Jadi, dari siklus I ke siklus II Nilai Rata- Presentase
No Uraian
mengalami peningkatan sebesar 22,5%. rata Ketuntasan
Sedangkan kegiatan siswa dalam 1 Siklus I 62,8 54,2%
mengikuti pembelajaran dengan 2 Siklus II 88,1 85,4%
menerapkan model Problem Based
Learning rata-rata pada siklus I sebesar Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil
62,5% dan siklus II sebesar 88,5%. Jadi, belajar matematika siswa setiap siklus
dari siklus I ke siklus II mengalami mengalami peningkatan. Pada siklus I
peningkatan sebesar 26,0%. dengan nilai rata-rata sebesar 62,8 atau
Peningkatan langkah penerapan 54,2%, dan siklus II dengan nilai rata-rata
model Problem Based Learning yang sebesar 88,1 atau 85,4%. Jadi, dari siklus I
dilakukan oleh guru diikuti dengan ke siklus II mengalami peningkatan
meningkatnya keaktifan dan hasil belajar sebesar 25,3 atau 31,2%.
matematika siswa. Pada siklus I Pelaksanaan tindakan pada siklus I,
peningkatan keaktifan dan hasil belajar penerapan model Problem Based Learning
matematika siswa kurang maksimal karena belum berhasil karena pada kegiatan guru
ada beberapa kendala. Pada siklus II hanya mencapai 71,8%, sedangkan
kendala yang dialami pada saat siklus I kegiatan siswa hanya mencapai 62,5%.
sudah diperbaiki dan terbukti adanya Begitu juga dengan peningkatan keaktifan
peningkatan pada siklus II dan telah dan hasil belajar matematika siswa belum
mencapai indikator kinerja yang peneliti berhasil karena pada keaktifan siswa hanya
rencanakan. Peningkatan keaktifan siswa mencapai 61,2% dan pada hasil hanya
menggunakan lembar observasi sedangkan mencapai 54,2%.
hasil belajar matematika menggunakan tes. Ketidakberhasilan penerapan model
Ada lima indikator keaktifan siswa yaitu: Problem Based Learning karena beberapa
(1) Perhatian siswa terhadap penjelasan kedala diantaranya adalah: (1) antusias
6
siswa ketika guru menjelaskan tujuan tinggi karena banyak yang harus
pembelajaran dan klarifikasi istilah masih dipersiapkan oleh guru dalam menyajikan
kurang dan (2) keaktifan siswa didominasi kegiatan pembelajaran, (b) diperlukan
siswa yang pandai. biaya dan tenaga yang tidak sedikit untuk
Kendala diatas harus dicari solusi menerapkan model pembelajaran Problem
untuk memperbaiki penerapan model PBL Based Learning.
agar lebih baik lagi. Solusi tersebut antara
lain: (1) guru mmeberikan pertanyaan KESIMPULAN DAN SARAN
balikan kepada siswa dan (2) guru Berdasarkan hasil penelitian dan
memberikan motivasi belajar berupa pembahasan yang telah diuraikan tentang
reward kepada siswa. penerapan model Problem Based Learning
Pada siklus II, penerapan langkah dalam peningkatan keaktifan dan hasil
Problem Based Learning diperbaiki sesuai belajar matematika siswa kelas V SD
dengan solusi pada refleksi siklus I, Negeri 5 Kutosari yang dilaksanakan
sehingga penerapan model Problem Based dalam dua siklus maka dapat disimpulkan
Learning dapat berhasil optimal karena bahwa: (1) Langkah-langkah penerapan
pada kegiatan guru sudah mencapai model Problem Based Learning terdiri dari
persentase ketuntasan sebesar 94,3% dan tujuh langkah yaitu: (a) orientasi masalah,
pada kegiatan siswa sudah mencapai (b) menjelaskan tujuan pembelajaran, (c)
88,2%. Begitu juga dengan peningkatan klarifikasi istilah, (d) pengorganisasian
keaktifan siswa sudah berhasil optimal belajar siswa, (e) penyelidikan dan diskusi,
karena pada keaktifan siswa sudah (f) melaporkan hasil diskusi, dan (g)
mencapai persentase ketuntasan sebesar analisis proses pemecahan masalah. (2)
90,5% dan pada hasil hasil belajar Pembelajaran matematika dengan
matematika sudah mencapai 85,4%. menerapkan model Problem Based
Sehingga peneliti memutuskan untuk Learning dapat meningkatkan keaktifan
mengakhiri tindakan penelitian. matematika siswa kelas V SD Negeri 5
Pada siklus terakhir ini guru Kutosari, Kebumen. (3) Pembelajaran
melakukan koordinasi dengan observer matematika dengan menerapkan model
guna mencari kelebihan dan kekurangan Problem Based Learning dapat
yang terdapat pada tindakan siklus II. Dari meningkatkan hasil belajar matematika
keseluruhan pelaksanaan pembelajaran siswa kelas V SD Negeri 5 Kutosari,
matematika dengan menerapkan model Kebumen.
Problem Based Learning, peneliti Berdasarkan kesimpulan di atas
menemukan kelebihan dan kekurangan maka peneliti memberikan beberapa saran
dari model Problem Based Learning, yaitu: di antaranya: (1) Dalam melaksanakan
(1) Kelebihan model Problem Based pembelajaran matematika dengan model
Learning (a) Pembelajaran Problem Based Problem Based Learning hendaknya guru
Learning mengembangkan kemampuan memahami dan melaksanakan secara utuh
berpikir kritis siswa dalam memecahkan langkah-langkah penerapan model
suatu masalah, (b) menumbuhkan Problem Based Learning dan guru lebih
kreativitas guru dalam kegiatan kreatif dalam mempersiapkan kegiatan
pembelajaran, (c) membuat siswa terbiasa pembelajaran sehingga proses dan hasil
menghadapi masalah, dan (d) pembelajaran meningkat, (2) siswa
menumbuhkan motivasi, keberanian, rasa sebaiknya tidak perlu merasa takut mencari
percaya diri, dan semangat siswa dalam solusi masalah dan memaparkan jawaban
proses pembelajaran sehingga siswa dapat soal prediksi agar kemampuan berpikir
memahami materi dengan baik, (2) kritis siswa dalam memecahkan masalah
kekurangan model Problem Based semakin meningkat, (3) Lembaga
Learning (a) Pembelajaran menerapkan pendidikan diharapkan melengkapi sarana
model pembelajaran Problem Based dan prasarana yang menunjang proses
Learning memerlukan konsentrasi yang pembelajaran, sehingga dapat berlangsung
7
sesuai dengan pembelajaran yang aktif, Warsono & Hariyanto. (2012).
inovatif, kreatif dan menyenangkan. Pembelajaran Aktif: Teori dan
Asesmen. Bandung: PT Remaja
DAFTAR PUSTAKA Rosdakarya
Abdurrahman, M. (2002). Pendidikan Bagi W. S., Anitah, dkk. (2008). Strategi
Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Pembelajaran di SD. Jakarta:
PT Rineka Cipta Universitas Terbuka

Amir, M. T. (2009). Inovasi Pendidikan


Melalui Problem Based Learning:
Bagaimana Pendidik
Memberdayakan Pemelajar di Era
Pengetahuan. Jakarta: Prenada
Media Group

Aunurrahman. (2012). Belajar dan


Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Hamalik, O. (2011). Proses Belajar


Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Harahap, I. (2011). Keaktifan Belajar.


Diperoleh 8 Januari 2013, dari
http://irpan1990.wordpress.com/201
1/08/11/keaktifan-belajar/

Heruman. (2012). Model Pembelajaran


Matematika di Sekolah Dasar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan


Nasional. (2002). Kamus Besar
Bahasa Indonesi: Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka

S. Aries, E. F. (2009). Indikator Keaktifan


Siswa yang dapat dijadikan
penilaian dalam PTK. Diperoleh 8
Januari 2013, dari
http://ardhana12.wordpress.com/200
9/01/20/indikator-keaktifan-siswa-
yang-dapat-dijadikan-penilaian-
dalam-ptk-2/

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran


Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media

Sobur, A. (2009). Psikologi Umum.


Bandung: Pustaka Setia

You might also like