You are on page 1of 10

Jati diri manusia merupakan kunci kebahagiaan hidupnya

Pada bab-bah terdahulu telah dibahas manusia sebagai individu, dalam


konteks sosial, budaya, dan lingkungan hidup. Sebagai makhluk hidup ciptaan Al
Khalik, memiliki perbedaan yang hakiki dengan makhluk hidup lainnya. Sifat
hakiki inilah yang membawa perkembangan, pertumbuhan, dan kemajuan
manusia berbeda dengan makhluk hidup lain yang sama-sama ciptaan Tuhan
yang mahakuasa. Namun demikian sifat hakiki tadi selain bermakna positif bagi
kehidupan dan lingkungannya, juga dapat menjadi sumber masalah bagi dirinya
sendiri. Hal inilah yang wajib di sadari oleh tiap individu yang disebut manusia
dalam “menciptakan” suasana hidup yang selaras, serasi, dan seimbang bagi
kehidupan diri sendiri, terutama bagi umat manusia pada umumnya.
1. Perenungan sebagai upaya menemukan jati diri
Merenung atau berpikir mendalam, khususnya merenung tentang
hakikat manusia, merupakan suatu proses yang mendasar mengetahui apa
dan siapa sebenarnya diri kita masing-masing. Merenung ini berarti
mengajukan pertanyaan atau diskusi dengan diri sendiri tentang hakikat
pribadinya. Proses ini bukan merupakan hal dan perjalanan yang
sederhana. Namun demikian, kita wajib memberanikan diri agar kita
mengetahui dan menyadari kekuatan serta kelemahan masing-masing
selaku manusia. Merenung atau berpikir mendalam ke dalam diri masing-
masing, pada prosesnya tidak dapat melepaskan diri dari refleksinya dari
dunia luar diri sendiri yang menjadi cerminan diri masing-masing. Oleh
karena itu, tiap makhluk di alam, baik itu makhluk hidup (tumbuh-
tumbuhan, hewan) maupun makhluk tak hidup (batuan, air, udara, gas)
menjadi kenyataan yang wajib kita telaah untuk mencari cerminan diri kita
masing-masing.
Hakikat dasar manusia mempunyai dua sisi, yaitu manusia selaku
makhluk hidup seperti makhluk lainnya sebagai bagian alam yang tunduk
pada hukum alam (sunatullah) yang mengalami kelahiran, pertumbuhan,
perkembangbiakan, dan akhirnya mati. Manusia tidak dapat
menghindarkan dari hukum tersebut seperti halnya tumbuh-tumbuhan dan
binatang. Di sisi lain, hakikat manusia itu di pengaruhi oleh perkembangan
dan pengembangan akal pikirannya yang terungkap dalam kebudayaan.
Kebudayaan inilah yang besar pengaruhnya terhadap kelangsungan hidup
manusia di tengah-tengah manusia lain dan masyarakatnya. Melalui
kemampuan budaya, manusia tidak menerima pengaruh alam begitu saja,
tidak mengkonsumsi sumber daya alam (SDA) seperti apa adanya,
melainkan merekayasa sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang makin
berkembang, hakikat manusia kedua inilah yang membawa perkembangan
dan perubahan tata ruang di permukaan bumi dari waktu ke waktu seperti
kita saksikan dan alami dewasa ini.
Secara psikologis, sejak dini, manusia yang normal memiliki
kesadaran akan dirinya, “kesadaran diri”. Bahkan pada usia itu lebih
menunjukkan sifat ”egosentrik”, segala sesuatu dipusatkan pada dirinya.
Secara langsung ataupun tidak langsung dengan berkembang kesadaran
akan dirinya akan kelakuannya, berarti pula sadar akan adanya pihak diluar
dirinya, paling tidak pihak ibu-ayah dalam keluarga. Secara bertahap dan
berkesinambungan , dari kesadaran “aku” menyadari pula adanya pihak
ketiga “ia” atau “dia”. Pada perkembangan psikologis selanjutnya ,
selanjutnya, sesuai dengan perkembangan usia, kesadaran aku itu secara
kolektif menjadi “kita”, kesadaran kolektif pihak kedua tetap “kamu”,
sedangkan kesadaran terhadap pihak ketiga menjadi “mereka”.

“nilai budaya”. Mengenai nilai budaya atau sebagai suatu kesatuan


menyeluruh disebut “sistem nilai budaya”. Secara universal Clyde
Kluckhohn (Koentjaraningrat. 1990: 27-31) mengembangkan suatu
kerangka yang dikenal sebagai “Kerangka Kluckhohn . menurut
kerangka ini , dalam alam pikiran manusia sebagai sistem nilai pada
kehidupan bermasyarakat dimanapun tercatat lima hal yang meliputi (1)
hakikat hidup manusia; (2) hakikat karya manusia; (3) hakikat kedudukan
dan (5) hakikat hubungan manusia dan sesamanya. Menurut Kluckhohn.
Meskipun cara mengkonsepsikan lima hal yang universal ini berbeda-beda
untuk tiap masyarakat dan kebudayaan, namun dalam tiap lingkungan
masyarakat dan kebudayaan tersebut lima hal tadi selalu ada. Dengan kata
lain, lima hal itu merupakan “jati diri” manusia dalam kehidupannya.
Menurut ukuran bangsa Indonesia, ada hakikat dan kesadaran
(hakikat kesadaran) yang nomor enam yaitu “hakikat dan kesadaran
terhadap Tuhan Yang Mahaesa”. Suatu hal yang paling pokok, kelahiran
manusia, kelahiran tiap individu manusia, ada diluar kekuatan dirinya.
Kelahiran diri kita masing-masing sebagai laki-laki atau perempuan, dari
keluarga mana, ada diluar kehendak serta kekuasaan diri kita. Kelahiran
kita merupakan rahasia dan kekuatan Al Khalik Maha Pencipta.
2. Sila Ketuhanan Sebagai Landasan Jati Diri
Alenia keempat dari pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tadi,
memuat konsep dan nilai yang sangat padat serta tinggi sekali makanya,
terutama bagi seluruh rakyat bangsa Indonesia. Meskipun pada rumusan
tersebut kata-kata yang terakhir itu belum disebut sebagai pancasila,
namun sesungguhnya sudah berjiwakan nilai-nilai dan sila-sila dari
Pancasila. Nilai-nilai tersebut menjadi landasan hidup dan kehidupan
individu yang menyatakan dirinya sebagai bangsa Indonesia, tidak
terkecuali. Oleh karena itu, mereka yang telah menyatakan diri sebagai
warga negara Indonesia, namun perilaku, perbuatan, dan tindakannya
bertentangan dengan nilai-nilai atau salah satu nilai dari butir tadi, berarti
menghianati serta menyimpang dari ketentuan selaku bangsa Indonesia.
Hal ini wajib menjadi kesadaran masing-masing sebagai warga negara
Indonesia.
Dengan persatuan ini, segala masalah, ancaman, tantangan,
hambatan, dan ganguan (ATHG) yang kita hadapi dalam hidup serta
kehidupan sehari-hari, dapat kita atasi. Dengan persatuan ini, masalah dan
ATHG itu dapat kita tanggulangi. Bahwa persatuan sebagai nikmat dari
Allah Yang Mahaperkasa itu, mampu memecahkan ATHG, telah terbukti
dalam perjuangan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan dari kaum
penjajah. Tanpa persatuan, kita tidak mungkin memenangkan perang
kemerdekaan melawan kaum penjajah yang perlengkapan dan
kelengkapan senjatanya jauh lebih baik daripada apa yang kita miliki saat
itu.
Dalam musyawarah ini kita wajib menonjolkan persamaan satu
pihak yang lain dengan tetap berupaya memperkecil “perbedaan”.
Musyawarah itu hakikatnya adalah menghargai orang lain atau pihak lain
dalam tingkat yang setara atau dalam kedudukan yang “sama”. Perbedaan
dan pembedaan orang atau manusia yang satu terhadap lainya, semata-
mata karena faktor budaya, tingkatan yang dibuat manusia tadi.
Kita bangsa Indonesia ingin menciptakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila yang sila pertamanya
“Sila Ketuhanan Yang Mahaesa”, tidak ada jalan lain untuk secara ajek
menjalankannya. Bertitik tolak dari tekad tiap individu warga negara
Indonesia, tidak terkecuali siapa pun serta apa pun jabatan dan
kedudukannya, untuk melaksanakan dengan ajek keadilan itu, kita selaku
bangsa Indonesia berkeyakinan bahwa “masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila” akan terwujud. Namun demikian pada
kenyataannya dewasa ini, masih jauh dari harapan. Kesenjangan dan
ketidakadilan justru mewarnai kehidupan bangsa Indonesia di nusantara
tercinta. Jati diri, individu, masyarakat, dan bangsa sesuai dengan
Pancasila, masih belum tampak jelas di permukaan. Hak asasi manusia
sesuai dengan Pancasila masih masih harus dihayati dan diperjuangkan
oleh semua individu yang menyatakan diri sebagai warga negara
Indonesia.

3. Manusia Sebagai Realita Ciptaan Al Khalik


Sebagai makhluk ciptaan Al Khalik Mahakuasa, manusia sama saja
dengan makhluk hidup yang lain, baik itu tumbuh-tumbuhan maupun
hewan. Dalam hal ini manusia terkait oleh hukum alam, mengalami
kelahiran, pertumbuhan, perkembangbiakan, dan akhirnya mati seperti
yang di alami tumbuh-tumbuhan serta hewan. Kelahiran dan kematian, ada
di luar jangkauan manusia sendiri, merupakan rahasia yang mahakuasa.
Namun demikian, disisi lain, manusia sebagai ciptaan-Nya, dibedakan
dengan makhluk hidup seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan, yaitu di
karuniai akal-pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan.
Ilmu dan teknologi (IPTEK), telah membawa kehidupan manusia
berbeda sekali dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Bahkan
tumbuh-tumbuhan dan hewan itu telah menjadi sumberdaya yang
menjamin kehidupan manusia. Manusia dengan kemampuan budaya yang
tercermin dalam perkembangan dan kemajuan IPTEK-nya, telah dikaruniai
kemampuan mengelola dan memanfaatkan alam lingkungan sebagai
sumberdaya yang menjamin kehidupan serta yang mendorong kemajuan
lebih lanjut.
Penguasaan IPTEK yang terungkap dalam semboyan “knowledge is
a power” atau “technology is a power”, hal itu juga suatu bentuk
pernyataan kekuasaan yang “seolah-olah” mendewakan IPTEK. Bila
pernyataan dan pengalaman ini tidak dilandasi oleh nilai-moral agama,
akan sangat membahayakan, meskipun “science and technology – value
free”. Namun dalam pengalaman atau penerapannya, mau tidak mau harus
berpihak kepada “kesejahteraan dan ketentraman” umat manusia sesuai
dengan kaidah-akidah agama sebagai ibadah-amal soleh. Degradasi
lingkungan hidup dalam berbagai bentuk pencemaran, erosi, kekeringan,
banjir, kelaparan, gempa bumi, dan lain-lain, bukan semata-mata proses
serta bencana alam, melainkan erat hubungannya dengan perilaku manusia
yang tidak menghiraukan hukum alam (sunnatullah). Dalam hal ini, kita
sepakat dengan pernyataan Cole et al (1978: 177).
Tatanan alamiah yang diatur oleh hukum alam, “didobrak” dengan
menerapkan konsep “robber industry or robber economy” yang
mengorbankan sumberdaya lingkungan demi mengeruk keuntungan
sebesar-besarnya dalam waktu singkat, tanpa mengindahkan hukum
keserasian, keseimbangan, serta kelestarian.
Kedekatan diri manusia dengan Tuhan, dalam pengertian tetap
beriman dan bertakwa kepada-Nya, serta menyadari bahwa Tuhan itu
mahakuasa dan Maha Mengetahui, dalam tindakan, perbuatan, dan
perilaku kita selalu dilandasi oleh niat ibadah, kita tidak akan keluar dari
batas-batas kewajaran serta kesederhanaan memasuki lingkup kekuasaan
dan keserakahan yang membawa dampak kesengsaraan umum serta
kerusakan lingkungan. Jati diri yang dilandasi IMTAK akan tetap ada
dalam kawasan hikmah (kognitif terbaik), adalah iffah dan syaja’ah. jati
diri kita selalu tampil rasional, waspada, wajar, berketahanan diri, dan
terhindar dari sifat-sifat sok berkuasa, serta serakah. Kita selalu sadar
bahwa selaku ciptaan-Nya kita mendapat tugas sebagai khalifah yang
bertanggung Jawab.
SUMBER DAYA MANUSIA MODAL PEMBANGNUNAN
Setelah kita membahas manusia selaku individu, sebagai makhluk sosial
dan budaya serta dalam konteks lingkungannya, marilah melihat kedudukan dan
peranan manusia itu dalam pemanfaatannya bagi diri individu sendiri serta bagi
bangas dan negara pada umumnya. Dalam hal ini kita akan melihat manusia
selaku penduduk di muka bumi dan selaku sumberdaya (sumberdaya manusia,
SDM).
Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN, 1993), telah ditetapkan
bahwa salah satu modal dasar pembangunan nasional, yaitu “penduduk yang
besar jumlahnya sebagai sumberdaya manusia yang potensial dan produktif bagi
pembangunan nasional”. Pada GBHN yang sama, telah digariskan pula bahwa
“kependudukan dan sosial budaya, termasuk pergeseran nilai dan perkembangan
aspirasi rakyat yang dinamis, serta kualitas manusia Indonesia dan masyarakat
Indonesia dan penguasanya terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi”, menjadi
faktor dominan.
1. PETA KEPENDUDUKAN
Sebelum lebih jauh membahas manusia Indonesia sebagai SDM,
marilah kita lihat peta kependudukan di permukaan bumi ini. Peninjauan
peta tersebut hanya dipilih dari negara-negara tertentu untuk melihat
dimana kedudukan Indonesia berdasarkan kondisi kependudukannya.
Menurut data yang tercantum pada buku Philip’s Geographical
Digest 1994-95 (1994: 23-30), urutan peringkat negara berdasarkan jumlah
penduduknya sebagai berikut :
Tabel 1
URUTAN NEGARA DI DUNIA BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK TAHUN
1993
Negara Jumlah/ribu Kepadatan/Km2 Pertumbuhan/Th.
1. China 1.185.000 119 1,41
2. India 903.000 259 2,01
3. USA 257.000 27 0,94
4. Indonesia 188.000 97 2,20
5. Brazil 159.000 18 1,94
6. Rusia 150.000 9 0,46
7. Jepang 124.000 327 0,41
8. Pakistan 122.400 154 4,49
9. Bangladesh 122.280 903 3,03
Dunia 5.500.000 39 1,83
USSR 294.590 13 0,68

Tabel 2
PERSENTASE LUAS WILAYAH DAN PENDUDUK SERTA KEPADATAN
PENDUDUK Indonesia 1990
Wilayah/Propinsi %Luas Wilayah %Penduduk Kepadatan
1. DI Aceh 2,88 1,81 62
2. Sumatera Utara 3,69 5,74 145
3. Sumatera Barat 2,59 2,25 80
4. Riau 4,93 1,55 35
5. Jambi 2,34 1,06 45
6. Sumatera Selatan 5,40 3,27 61
7. Bengkulu 1,10 0,57 56
8. Lampung 1,74 3,60 180
SUMATERA 24,67 19,85 81
9. DKI Jakarta 0,03 4,81 13.936
10. Jawa Barat 2,41 18,79 764
11. Jawa Tengah 1,78 16,43 834
12. DI Yogyakarta 0,17 1,79 919
13. Jawa Timur 2,50 19,06 678
JAWA 6,89 60,88 804
14. Bali 0,29 1,62 499
15. Nusa Tenggara Barat 1,05 1,83 167
16. Nusa Tenggara 2,49 1,87 68
Timur
17. Timor Timur 0,78 0,38 50
NUSA TENGGARA 4,61 5,70 72
18. Kalimantan Barat 7,65 1,72 22
19. Kalimantan Tengah 7,95 0,68 9
20. Kalimantan Selatan 1,96 1,39 69
21. Kalimantan Timur 10,55 0,92 9
KALIMANTAN 28,11 4,71 19
22. Sulawesi Utara 0,99 1,41 130
23. Sulawesi Tengah 3,63 0,92 24
24. Sulawesi Selatan 3,79 4,03 96
25. Sulawesi Tenggara 1,44 0,68 49
SULAWESI 9,85 7,04 72
26. Maluku 3,88 0,98 25
27. Irian Jaya 21,99 0,94 4
MALUKU-IRJA 25,87 1,82 8
Indonesia 100,00 100,00 93
Sumber BPS Sensus Penduduk 1990
Indikator Kesejahteraan Rakyat 1992
Penduduk sebagai SDM merupakan modal dasar dalam pembangunan Wilayah-
wilayah di luar Jawa yang potensial, baik dari luar wilayah maupun sumberdaya alamnya,
menjadi faktor dominan bagi pembangunan wilayah bersangkutan dan secara nasional bagi
Negara Republik Indonesia. Namun karena keterbatasan dan kelangsungan SDM setempat,
pembangunan itu sukar untuk terealisasikan secara wajar, Persebaran yang tidak merata ini
merupakan salah satu ciri kependudukan di Indonesia yang juga menjadi faktor dominan bagi
pembangunan.
2. Kualitas Sumberdaya Manusia
Seperti telah diketengahkan terdahulu, dari segi jumlah, Indonesia menempati
peringkat keempat dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Menurut hasil
Sensus Penduduk 1990, penduduk Indonesia berjumlah 179.321.641 jiwa dengan
tingkat pertumbuhan (r) 1,98. Secara kuantitatif potensi SDM Indonesia bagi
pembangunan meyakinkan.
Untuk melihat perkembangan masa yang akan datang, kita dapat menerapkan
rumus pergandaan penduduk yang secara empirik telah dibuktikan oleh Nathan
Keyfits. Rumus itu sebagai berikut :
Jangka waktu
𝟕𝟎
Pergandaan waktu : X tahun
𝒓

Namun demikian, marilah kita hitung kapan penduduk Indonesia itu diperkirakan
menjadi dua kali lipat.
Jangka waktu
𝟕𝟎
Pergandaan waktu : 𝟏,𝟗𝟖 X tahun = 33,35 tahun

Atau dibulatkan 35 tahun. Hal ini berarti, pada tahun 1990 + 35. 2045. Penduduk Indonesia
ini akan menjadi 2 X 179.321.641 jiwa = 356.643.282 jiwa. Suatu jumlah yang sangat besar.
Jika jumlah penduduk yang demikian besarnya itu tidak ditunjang oleh pertumbuhan
pertumbuhan yang seimbang berbagai kebutuhannya, akan menimbulkan masalah yang
sangat gawat. Pada jumlah yang ada sekarang ini saja, persoalan kehidupan itu menuntut
upaya pemecahan yang tidak main-main.
3. Kualitas Sumberdaya Manusia
Kualitas penduduk yang menjadi landasan utama SDM, meliputi tingkat
pendidikan, kesehatan, dan mentalitasnya. Tiga aspek kualitatif ini, menjadi landasan
meyakinkan bagi tiap individu yang bertanggung jawab atas pembangunan bangsa
dan negara sebagai warga negara yang baik sesuai dengan undang-undang yang
berlaku.
Untuk melihat perkembangan kualitas penduduk berdasarkan tingkat
pendidikannya, ikutilah data berikut ini.

Tabel 3
PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MENURUT TINGKAT
PENDIDIKAN 1971, 1980, DAN 1990
Pendidikan yang ditamatkan 1971 1980 1990
1. Tidak sekolah 40,40 27,50 --
2. Belum tamat SD 33,30 41,00 37,60
3. Sekolah Dasar 19,60 20,60 36,20
4. SMTP 4,40 6,00 36,20
5. SMTA 2,00 4,40 11,90
6. Akademi -- 0,40 0,60
7. Perguruan Tinggi 0,30 0,50 0,90
Sumber : BPS, Indikator Kesejahteraan Rakyat 1986, 1992.
Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990.
Tabel 3 menunjukkan data bahwa secara kuantitatif, tingkat pendidikan penduduk
selama dua dasawarsa menunjukkan peningkatan.
Tabel 4
PENYEDIAAN KALORI PER ORANG PER HARI UNTUK KONSUMSI ASAL
BAHAN MAKANAN 1974, 1979, 1984, 1989, DAN 1991
Kelompok Bahan Makanan 1974 1979 1984 1989 1991
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Padi-padian 1.501 1.556 1.664 1.695 1.765
(68,6) (64,1) (66,1) (64,2) (64,1)
2. Makanan berpati 265 232 234 192 183
(11,8) (9,5) (9,3) (7,3) (6,7)
3. Gula 130 138 111 164 155
(5,8) (5,7) (4,4) (6,2) (5,6)
4. Buah/biji berminyak 118 291 217 253 281
(5,2) (11,9) (8,6) (9,6) (10,2)
5. Buah-buahan 55 29 35 36 42
(2,4) (1,2) (1,4) (1,4) (1,5)
6. Sayur-sayuran 11 11 14 23 23
(0,5) (0,5) (0,6) (0,9) (0,9)
7. Daging 18 22 19 26 28
(0,8) (0,9) (0,8) (1,0) (1,0)
8. Telur 2 5 8 10 11
(0,1) (0,2) (0,3) (0,4) (0,4)
9. Susu 4 7 7 6 6
(0,2) (0,3) (0,3) (0,2) (0,2)
10. Ikan 22 18 20 22 24
(1,0) (0,7) (0,8) (0,8) (0,9)
11. Minyak dan lemak 122 124 187 213 234
(5,4) (5,1) (7,4) (8,1) (8,5)
Jumlah 2.248 2.443 2.156 2.640 2.752
(100,0) (100,0) (100,0) (100,0) (100,0)
Sumber : BPS, Indikator Kesejahteraan Rakyat, 1986, 1992.
Tabel 5
PENANGKAPAN IKAN OLEH BEBERAPA NEGARA TAHUN 1970, 1980, 1984,
DAN 1990 DIHITUNG RIBUAN TON
Negara 1970 1980 1990 RANK %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Brazil 517 818 800 - -
2. Cina 6.868 4.235 12.095 1 12,4
3. India 1.756 2.442 3.791 7 3,9
4. Indonesia 1.229 1.842 3.081 8 3,2
5. Korea Selatan 934 2.091 2.750 9 2,8
6. Philipina 992 1.557 2.209 - -
7. Jepang 9.366 10.434 10.354 3 10,6
8. Norwegia 2.980 2.409 1.747
9. Thailand 1.448 1.798 2.650 10 2,7
10. USA 2.777 3.635 5.856 5 6,0
11. Cili 1.181 2.817 5.159 6 5,3
12. Peru 12.613 3.735 6.875 4 7,1
13. USSR 7.252 9.476 10.389 2 10,7
Dunia 70.000 72.042 97.246
Sumber : Philip’s Geographical Diggest, 1994: 69-70.
Berdasarkan data pada table 5, dalam penangkapan ikan, Indonesia menempati
peringkat 8 dengan persentase tangkapan 3,2 dibawah India. Dalam hal penangkapan ikan ini
pada tahun 1990, bila dibandingkan dengan peru (peringkat 4) yang penduduknya hanya
22.330 jiwa, dan Cili (peringkat 6) dengan jumlah penduduk 13.137 jiwa, Indonesia
(peringkat 8 ), dapat dikatakan jauh sekali ketinggalannya.
Berdasarkan tabel tersebut, dalam hal konsumsi kalori per kapita per hari, Indonesia
menduduki peringkat 7 dengan konsumsi 2.605 (1990), sedangkan menurut Indikator
Kesejahteraan Rakyat(1992), pada Tahun 1991 telah mencapai 2,752 kalori, peringkatnya
sudah lebih baik dari kedudukan Malaysia dan Cina.
Tabel 6
KONSUMSI KALORI PER KAPITA PER HARI DI BEBERAPA NEGARA TAHUN
1960, 1970, 1980, DAN 1990
Negara 1960 1970 1980 1990
1. USA 3.120 3.497 3.529 3.642
2. USSR 3.205 3.348 3.362 3.380
3. Singapura 1.700 2.682 2.691 3.121
4. Jepang 2.330 2.758 2.833 2.921
5. Malaysia 2.307 2.417 2.595 2.671
6. Cina 1.870 2.092 2.328 2.641
7. Indonesia 1.796 1.872 2.441 2.603
8. Cili 2.480 2.697 2.637 2.484
9. India 2.020 1.992 2.117 2.229
10. Peru 2.260 2.251 2.166 2.037
Dunia 2.488 2.600 2.697
Sumber : Philip’s Geographical Digest 1994: 49.

4. Wanita Sebagai Sumberdaya Manusia


Dalam GBHN 1993 telah digariskan tentang peranan wanita dalam
pembangunan bangsa sebagai berikut:
Wanita baik sebagai warga negara maupun sebagai sumber daya insani
pembangunan, mempunyai hak kewajiban serta kesempatan yang sama dengan pria
dalam pembangunan di segala bidang. Pembinaan peran wanita sebagai mitra sejajar
pria di tunjukan untuk meningkatkan peran aktif dalam kegiatan pembangunan,
termasuk upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera, dan bahagia, serta
pengembangan anak, remaja, dan pemuda, dalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya.

Ditinjau dari sudut pandang sumberdaya manusia, wanita dengan kualitas


pribadinya yang melekat, memiliki kedudukan, fungsi, dan peranan dalam bidang
tenaga kerja (man power), tenaga ahli (expertice), serta tenaga kepemimpinan
(leadership). Berdasarkan peraturan dan undang-undang yang berlaku, antara wanita
dengan pria memiliki kesetaraan dalam menempati posisi formal serta informal di
masyarakat. Jika terjadi diskriminasi, bukan karena peraturan dan undang-undangnya,
melainkan karena adanya perbedaan selera atau interest, dan atau pertimbangan lain
dari oknum dan atau unsur kekuasaan tertentu.

You might also like