You are on page 1of 5

 PENYEBAB sistem filosofi bangsa Indonesia menjadi rapuh.

Ada dua faktor :


1. FAKTOR EKSTERNAL, berupa pengaruh globalisasi yang di semangati liberalisme
mendorong lahirnya sistem kapitalisme di bidang ekonomi dan demokrasi liberal di bidang
politik.Dalam praktiknya sistem kapitalisme dan demokrasi liberal yang disponsori oleh
negara-negara maju seperti Amerika, mampu menggeser tatanan dunia lama yang lokal
regional menjadi tatanan dunia baru yang bersifat global mondial. Bahkan mampu
menyusup dan mempengaruhi tatanan nilai kehidupan internal setiap bangsa di dunia.
Tarik ulur yang memicu ketegangan saat ini sedang terjadi dalam internal setiap bangsa,
antara keinginan untuk mempertahankan sistem nilai sendiri yang menjadi identitas
bangsa, dengan adanya kekuatan nilai-nilai asing yang telah dikemas melalui
teknologinya (Iriyanto Widisuseno, 2004: 4). Sejauh mana kekuatan setiap bangsa
termasuk bangsa Indonesia untuk mengadaptasi nilai-nilai asing tersebut. Bagi negara-
negara yang sedang berkembang seperti Indonesia sangat rentan terkooptasi nilai-nilai
asing yang cenderung berorientasi praktis dan pragmatis dapat menggeser nilai-nilai
dasar kehidupan. Kecenderungan munculnya situasi semacam ini sudah mulai
menggejala di kalangan masyarakat dan bangsa Indonesia saat ini. Seperti nampak pada
sebagian masyarakat dan bahkan para elit yang sudah semakin melupakan peran nilai-
nilai dasar yang wujud kristalisasinya berupa Pancasila dalam perbincangan lingkup
ketatanegaraan atau bahkan kehidupan sehari-hari.Pancasila sudah semakin tergeser
dari perannya dalam praktik ketatanegaraan dan produk kebijakan-kebijakan
pembangunan. Praktik penyelenggaraan ketatanegaraan dan pembangunan sudah
menjauh dan terlepas dari konsep filosofis yang seutuhnya. Eksistensi Pancasila nampak
hanya dalam status formalnya yaitu sebagai dasar negara, tetapi sebagai sistem filosofi
bangsa sudah tidak memiliki daya spirit bagi kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan
bernegara. Sistem filosofi Pancasila sudah rapuh. Masyarakat dan bangsa Indonesia
kehilangan dasar, pegangan dan arah pembangunan.
2. FAKTOR INTERNAL, KESALAHAN PEMAHAMAN TENTANG PANCASILA,
DISORIENTASI NILAI DAN DISTORSI NASIONALISME, Hilangnya rasa saling percaya
(trust) antar sesama baik horizontal maupun vertikal. Fenomena yang kini berkembang
adalah rasa saling curiga, dan menjatuhkan sesama.Banyak kalangan masyarakat
memandang Pancasila tidak dapat mengatasi masalah krisis. Sebagian lagi masyarakat
menganggap bahwa Pancasila merupakan alat legitimasi kekuasaan Orde Baru. Segala
titik kelemahan pada Orde Baru linier dengan Pancasila. Akibat yang timbul dari
kesalahan pemahaman tentang Pancasila ini sebagian masyarakat menyalahkan
Pancasila, bahkan anti Pancasila. Kenyataan semacam ini sekarang sedang menggejala
pada sebagian masyarakat Indonesia. Kesalahan pemahaman (epistemologis) ini
menjadikan masyarakat telah kehilangan sumber dan sarana orientasi nilai.Dalam masa
transformasi, terjadi pergeseran tata nilai kehidupan sebagian masyarakat Indonesia
sebagai dampak dari proses transisi, misal beralihnya dari kebiasaan cara pandang
masyarakat yang mengapresiasi nilai-nilai tradisional ke arah nilai-nilai modern yang
cenderung rasional dan pragmatis, dari kebiasaan hidup dalam tata pergaulan masyarakat
yang konformistik bergeser ke arah tata pergaulan masyarakat yang dilandasi cara
pandang individualistik.Distorsi nasionalisme, suatu fenomena sosial pada sebagian
masyarakat Indeonesia yang menggambarkan semakin pudar rasa kesediaan mereka
untuk hidup eksis bersama, menipisnya rasa dan kesadaran akan adanya jiwa dan prinsip
spiritual yang berakar pada kepahlawanan masa silam yang tumbuh karena kesamaan
penderitaan dan kemuliaan di masa lalu. Hilangnya rasa saling percaya (trust) antar
sesama baik horizontal maupun vertikal. Fenomena yang kini berkembang adalah rasa
saling curiga, dan menjatuhkan sesama. Inilah tanda-tanda melemahnya kohesivitas
sosial kemasyarakatan di antara kita sekarang ini.
 “Pembangunan bangsa dan pembangunan karakter (nation and character
building) merupakan dua hal utama yang perlu dilakukan bangsa Indonesia agar
dapat mempertahankan eksistensinya. Keduanya ibarat dua sisi mata uang yang tidak
bisa dipisahkan satu sama lain. Pembangunan bangsa harus berbarengan dengan
pembangunan karakter demikian pula sebaliknya. Hal ini tersirat dalam syair lagu
kebangsaan kita “bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia
Raya”.Membangun jiwa adalah membangun karakter manusia dan bangsa. Inti
karakter adalah kebajikan(goodness) dalam arti berfikir baik (thinking good),
berperasaan baik (feeling good), dan berperilaku baik (behaving good). Dengan
demikian karakter itu akan tampak pada kesatuan pikiran, perasaan, dan perbuatan
yang baik dari bangsa Indonesia.”Sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, bahwa perlunya pendidikan karakter sangat diperlukan
untuk mendidik anak bangsa menjadi warga Negara yang baik.Hal ini tentunya sangat
didambakan bagi seluruh masyarakat agar generasi penerus bangsa ini dapat
menjadi warga Negara yang baik sekaligus dapat berpartisipasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.Oleh karena itu diperlukan suatu mata pelajaran yang
bersubstansi sebagai pendidikan karakter tersebut.Salah satunya yaitu melalui
Pendidikan kewarganegaraan.“Pendidikan Kewarganegaraan merupakan proses
pendewasaan bagi warga Negara dengan usaha sadar dan terencana melalui
pengajaran dan dan pelatihan sehingga terjadi perubahan pada warga Negara
tersebut dalam hal pengetahuan, sikap dan perilaku yang bersifat kritis dan
emansipatoris.”( Gatara 2013:2 ). Dari pernnyataan tersebut terlihat bahwa PKn
bersubstansi sebagai pendidikan nasional yang mencakup nilai-nilai
kebangsaan.Masyarakat seharusnya menyadari pentingya Pendidikan
Kewarganegaraan untuk mempertahankan dan membangun karakter generasi
bangsa sesuai dengan nilai-nilai dalam sila pancasila.Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan hendaknya dapat mempersiapkan para peserta didik untuk
menjadi warga negara yang baik, berkarakter, berakhlak mulia, cerdas, partisipatif,
dan bertanggung jawab. Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan dalam Upaya
Membagun Karakter Bangsa Indonesia akan menentukan perilaku secara
keseluruhan bangsa Indonesia yang tercermin dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara berdasarkan nilai-nilai dalam sila pancasila.
 Bangsa dan negara memiliki kaitan yang sangat erat satu sama lain. Menurut Ernest
Renan,bangsa adalah suatu kesatuan solidaritas, kesatuan yang terdiri dari orang-orang
yang saling merasa setia kawan dengan satu sama lain. Negara adalah suatu jiwa, suatu
asas spiritual.Ia adalah suatu kesatuan solidaritas yang besar, tercipta oleh perasaan
pengorbanan yang telah dibuat di masa lampau dan oleh orang-orang yang bersangkutan
bersedia dibuat di masa depan. Nation mempunyai masa lampau, tetapi ia melanjutkan
dirinya pada masa kini melalui suatu kenyataan yang jelas: yaitu kesepakatan, keinginan
yang dikemukakan dengan nyata untuk terus hidup bersama. Oleh sebab itu suatu nasion
tidak tergantung pada kesamaan asal ras, suku bangsa, agama, bahasa, geografi, atau
hal-hal lain yang sejenis. Akan tetapi kehadiran suatu nasion adalah seolah-olah suatu
kesepakatan bersama yang terjadi setiap har.Sehingga negara adalah organisasi
masyarakat yang memiliki wilayah tertentu dan berada di bawah pemerintahan yang
berdaulat yang mengatur kehidupan masyarakat tersebut. Negara merupakan konstruksi
yang diciptakan oleh manusia untuk mengatur pola hubungan antar manusia dalam
kehidupan masyarakat.

 Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indonesia
tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.
a. (pasal 27 ayat 2) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
b. (pasal 28A) Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang
berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”.
c. (pasal 28B ayat 1) Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah.
d. (pasal 29 ayat 2) Bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama yang
dipercayai.
e. (pasal 30 ayat 1)Wajib berperan serta dalam membela, mempertahankan kedaulatan
negara indonesia dari serangan musuh.
Sebagai seorang warga negara , kita memiliki hak dan juga kewajiban kita
sebagai penduduk negara. Secara formal, hak dan kewajiban penduduk Indonesia telah
ditetapkandalam UUD. Hak-hak itu meliputi hak umum, hak negatif dan positif, serta hak
individualdan sosial. Disamping warga negara menuntut hak-haknya atas negaranya ,
mereka jugamemiliki kewajiban terhadap negaranya.Setiap warga negara memiliki hak
yang dapat digolongkan ke dalam tiga kategoriyaitu kesetaraan, keamanan, dan
kemerdekaan. Dalam kategori kesetaraan Seluruh warganegara tanpa memandang suku,
agama, budaya, aliran politik, profesi dan status sosial-ekonomi diperlakukan setara.
Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di matahukum dan dalam
pemerintahan, setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran,
setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, Setiapwarga
negara berhak mendapatkan perlindungan hukum
Contoh kasus : Mentaati hukum lalu lintas, membayar pajak,perlindungan hukum
 Negara mengontrol warga negara atau warga negara mengontrol negara.Negara ialah
sebuah bentuk organisasi dalam. Salah satu unsur terbentuknya suatu Negara yakni
mempunyai penduduk atau warga negara. Warga Negara ialah sekolompok manusia
yang menetap pada sebuah wilayah negara. Fungsi negara adalah menertibkan
kekacauan atau chaos dalam masyarakat. Walaupun negara adalah bentukan
masyarakat, namun kedudukan negara adalah penyelenggara ketertiban dalam
masyarakat agar tidak terjadi konflik, pencurian dan lain-lain. Oleh karena itu antara
negara dan warga negara tidak dapat dipisahkan karena warga negara berkewajiban
untuk tunduk pada aturan negara tersebut.Hal yang mendasar mengenai hubungan
antara negara dan warga negara adalah hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban
tersebut saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Hubungan antaranegara dan warga
negara layaknya dua sisi mata uang Karena tidak mungkin ada negara tanpa warga
negara dan tidak ada negara tanpa warga negara. Pernyataan Kaum pluralis yakni
negara itu bagaikan sebuah arena tempat berbagai golongan dalam masyarakat
berlaga. Masyarakat berfungsi memberi arah pada kebijakan yang diambil negara.
Pandangan pluralis persis sebagaimana dikatakan Hobbes dan John Locke bahwa
masyarakat itu mendahului negara. Mayarakat yang menciptakan Negara dan bukan
sebaliknya, sehingga secara normatif negara harus tunduk kepada masyarakat.
Menurut kaum marxis, negara adalah kepanjangan tangan dari kaum borjuis untuk
melaksanakan kekuasaannya. Teori marxis beranggapan bahwa dominasi kekuasaan
berada pada negara. Seorang tokoh Marxis dari Italia, Antonio Gramsci, yang
memperkenalkan istilah ‘hegemoni’ untuk menjelaskan bagaimana negara
menjalankan penindasan tetapi tanpa menyebabkan perasaan tertindas, bahkan
negara dapat melakukan kontrol kepada masyarakat.Dalam teori sintetis menyatukan
kedua teori tersebutr yakni teori marxis dan teori pluralis dan melahirkan teori baru
yang bernama strukturasi yang dikemukakan oleh Anthony Giddens.Kunci untuk dua
teori di atas yaitu struktur untuk teori Marxis dan agensiuntuk Pluralis. Giddens
berhasil mempertemukan dua kata kunci tersebut.Anthony Giddens berpendapat
bahwa antara struktur dan agensi harus dipandangsebagai dualitas (duality) yang
selalu berdialektik, saling mempengaruhidan berlangsung terus menerus. Jadi negara
mempengaruhi warga negara untuk memampukan (enabling) dan menghambat
(constraining).Oleh karena itu dalam teori strukturasi yang menjadi pusatperhatian
bukan struktur, bukan pula agensi, melainkan social practice.Berdasarkan UUD 1945
tidak secara gamblang menyebutkan haknegara, namun secara implisit terdapat
dalam pasal-pasal tentangkewajiban warga negara. Negara memiliki hak untuk ditaati
peraturannya dan hal itu terlihat dalam social practice-nya. Negara dan warga Negara
masing-masing memiliki hak dan kewajiban sesuai porsinya. Negara memiliki
kewenangan untuk mengatur warga negaranya, namun warga negara juga memiliki
fungsi control atau pengawasan terhadap negara.
 1. Pementukkan komnas HAM pada tahun 1993, hal ini merupakan wujud pemerintah
berupa menciptakan lembaga Khusus untuk Hak Asasi Manusia dalam
menyelesaikan segala permasalahan HAM,Dimasukannya materi HAM dalam
kurikulum sekolah, sebagai wujud pembekalan pengetahuan kepada generasi muda
bangsa terhadapt Hak Asasi Manusia,Diratifikasikannya beberapa instrument hukum
HAM sedunia, pemerintah menyetujui mengenai penegakan HAM yang berlaku
secara Internasional,Pengesahan UU. No. 39/1999, tentang HAM,Penambahan
pasal-pasal khusus mengenai HAM dalam amandemen UUD 1945/2000, sebagai
penyempurna dan pembaharuan mengenai aturan yang relevan tentang HAM. Contoh
kasus Peristiwa Pembunuhan Munir Delapan tahun silam, tepatnya pada 2004,
Indonesia dikejutkan oleh meninggalnya seorang aktivis HAM, Munir Saib Thalib.
Kematianya menimbulkan kegaduhan politik yang menyeret Badan Intelijen Negara
(BIN) dan instituti militer negeri ini. Berdasarkan hasil autopsi, diketahui bahwa
penyebab kematian sang aktivis yang terkesan mendadak adalah karena adanya
kandungan arsenik yang berlebihan di dalam tubuhnya. Munir meninggal ketika
melakukan perjalanan menuju Belanda. Ia berencana melanjutkan studi S2 Hukum di
Universitas Utrecht, Belanda, pada 7 September 2004. .HAK YANG DI LANGGAR
Hak yang di langgar dalam kasus munir yaitu karena telah menghilangkan nyawa
dengan sengaja atau sudah melanggar hak untuk hidup. Banyak orang yang terlibat
dalam kejadian itu. Orang pertama yang menjadi tersangka pertama pembunuhan
Munir (dan akhirnya terpidana) adalah Pollycarpus Budihari Priyanto. Selama
persidangan, terungkap bahwa pada 7 September 2004, seharusnya Pollycarpus
sedang cuti. Lalu ia membuat surat tugas palsu dan mengikuti penerbangan Munir ke
Amsterdam. Aksi pembunuhan Munir semakin terkuat tatkala Pollycarpus ‘meminta’
Munir agar berpindah tempat duduk dengannya. Sebelum pembunuhan Munir,
Pollycarpus menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar
oleh agen intelijen senior. Dan pada akhirnya, 20 Desember 2005 Pollycarpus BP
dijatuhi vonis 20 tahun hukuman penjara. Meskipun sampai saat ini, Pollycarpus tidak
mengakui dirinya sebagai pembunuh Munir, berbagai alat bukti dan skenario
pemalsuan surat tugas dan hal-hal yang janggal.PENYELESAIAN Kasus Munir
merupakan contoh lemahnya penegakan HAM di Indonesia. Kasus Munir juga
merupakan hasil dari sisa-sisa pemerintahan orde baru yang saat itu lebih bersifat
otoriter. Seharusnya kasus Munir ini dijadikan suatu pelajaran untuk bangsa ini agar
meninggalkan cara-cara yang bersifat otoriter k arena setiap manusia atau warga
Negara memiliki hak untuk memperoleh kebenaran, hak hidup, hak memperoleh
keadilan, dan hak atas rasa aman. Sedangkan bangsa Indonesia saat ini memiliki
sistem pemerintahan demokrasi yang seharusnya menjunjung tinggi HAM seluruh
masyarakat Indonesia.
 Kebebasan/persamaan (freedom/equality) .Kebebasan dan persamaan adalah
fondasi demokrasi. Kebebasan dianggap sebagai sarana mencapai kemajuan dengan
memberikan hasil maksimal dari usaha orang tanpa adanya pembatasan dari
penguasa. Jadi bagian tak terpisahkan dari ide kebebasan adalah pembatasan
kekuasaan kekuasaan penguasa politik.Demokrasi adalah sistem politik yang
melindungi kebebasan warganya sekaligus memberi tugas pemerintah untuk
menjamin kebebasan tersebut. Demokrasi pada dasarnya merupakan pelembagaan
dari kebebasan.Persamaan merupakan sarana penting untuk kemajuan setiap orang.
Dengan prinsip persamaan, setiap orang dianggap sama, tanpa dibeda-bedakan dan
memperoleh akses dan kesempatan sama untuk mengembangkan diri sesuai dengan
potensinya. Demokrasi berasumsi bahwa semua orang sama derajat dan hak-haknya
sehingga harus diperlakukan sama pula dalam pemerintahan. Kedaulatan rakyat
(people’s sovereignty) .Konsep kedaulatan rakyat pada hakekatnya kebijakan yang
dibuat adalah kehendak rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Mekanisme semacam
ini akan mencapai dua hal. Pertama, kecil kemungkinan terjadi penyalahgunaan
kekuasaan dan kedua, terjaminnya kepentingan rakyat dalam tugas tugas
pemerintahan. Perwujudan lain konsep kedaulatan adalah pengawasan oleh rakyat.
Pengawasan dilakukan karena demokrasi tidak mempercayai kebaikan hati
penguasa. Betapapun niat baik penguasa, jika mereka menafikan kontrol/kendali
rakyat maka ada dua kemungkinan buruk pertama, kebijakan mereka tidak sesuai
dengan kebutuhan rakyat dan, kedua, yang lebih buruk kebijakan itu korup dan hanya
melayani kepentingan penguasa. Contoh pemilihan umum, Persamaan kedudukan di
depan hukum. Perlakuan yang sama ini penting agar tidak terjadi suatu tindakan
diskriminasi dan ketidakadilan. Siapapun warga negara yang melanggar hukum harus
mendapat sanksi hukum sesuai ketentuan hukum yang berlaku,Pengawasan atau
kontrol dari rakyat terhadap pemerintah,Pengakuan terhadap hak hak politik seperti
berkumpul,bebasa berserikat,dan mengeluarkan pendapat.
 Pelaksanaan Demokrasi Di Indonesia1) Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia dibagi
menjadi beberapa periodesasi: 1) Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 –
1950 ).
Tahun 1945 – 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin kembali
ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik. Hal itu
disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat
sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbnyi
sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh
Presiden denan dibantu oleh KNIP. 2) Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama
a) Masa demokrasi Liberal 1950 – 1959
Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau berkedudukan
sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan
parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :
• Dominannya partai politik
• Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
• Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950
• Bubarkan konstituante
• Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
• Pembentukan MPRS dan DPAS .b) Masa demokrasi Terpimpin 1959 – 1966
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong c) Pelaksanaan
demokrasi Orde Baru 1966 – 1998.Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan
keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru bertekad akan melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Awal Orde baru memberi harapan
baru pada rakyat pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada
masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982,
1987, 1992, dan 1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal sebab:
1. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
2. Rekrutmen politik yang tertutup
3. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
4. Pengakuan HAM yang terbatas
5. Tumbuhnya KKN yang merajalela .d) Pelaksanaan demokrasi Orde Reformasi 1998 –
sekarang.Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya adalah
demokrasi dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, dengan
penyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan peraturan-peraturan yang tidak
demokratis, dengan meningkatkan peran lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara
dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang mengacu pada
prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga-lembaga
eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR – MPR hasil
Pemilu 1999 yang telah memilih presiden dan wakil presiden serta terbentuknya
lembaga-lembaga tinggi yang lain.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:
1. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi
2. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum
3. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN
4. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden
5. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV.Pada Masa Reformasi
berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua kali yaitu tahun 1999 dan tahun
2004

You might also like