You are on page 1of 32

BAB I

SISTEM

1.1 Definisi

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang mempunyai

pengertian suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian (“whole

compounded of several parts” – Shrode and Voich, 1974 : 115), dan hubungan

yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen secara teratur (“an

organized, functioning relationship among units of components” – Awad, 1979 :

4). Jadi, dengan kata lain istilah “systema” itu mengandung arti sehimpunan

bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan

satu keseluruhan (a whole).

Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan

yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh

umum misalnya seperti Negara, partai politik, badan-badan dunia dsb. Negara

misalnya, merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti

provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang

berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.

Kata “sistem” banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam

forum diskusi maupun temu ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan

juga pada banyak bidang, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam

pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang

memiliki hubungan di antara mereka. Sistem sebagai suatu organisasi atau

kumpula objek-objek yang terangkai dalam interaksi dan saling bergantung dan

teratur.

1
Pengertian sistem menurut beberapa tokoh ahli :

1. Campbell (1979 : 3)

“we might define a system as any group of interrelated components or parts which

function together to achive goal”

sistem merupakan himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang

bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.

2. Ludwig Von Bertanlanfy (1940)

“system is an entity that maintains its existence through the mutual interaction of

its parts to achieve”.

Sistem adalah suatu entitas yang berusaha menjaga keberadaannya dengan

melakukan hubungan yang mengunyungkan dengan elemen-elemennya untuk

mencapai tujuan.

3. Raymond McLeod Jr. (1995)

“Sebuah sistem adalah elemen-elemen yang saling terintegrasi dengan tujuan

yang sama untuk mencapai sebuah hasil”.

4. William A. Shrode dan Dan Von Voich Jr. (1947)

Sebuah sistem adalah suatu set bagian-bagian yang saling berhubungan, bekerja

dengan cara kerja masing-masing, untuk mencapai tujuan yang sama secara

keseluruham dalam lingkungan yang kompleks.

5. Johnson, Kast, dan Rosenzwig (alih Bahasa Pemudji, 1980 : 4)

Suatu sistem adalah “suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau

terorganisir ; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang

membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh”

2
1.2 Ruang Lingkup

1.2.1 Ciri-ciri

Menurut William A. Shrode serta Dan Voich, Jr. Menyebutkan terdapat

enam ciri pokok sistem, antara lain:

1. Mempunyai Tujuan

Setiap sistem mempunyai suatu tujuan sehingga seluruh kegiatannya selalu

mengarah pada tujuan. Secara umum tujuan dari sebuah sistem adalah

menciptakan sesuatu yang berharga dan mempunyai nilai.

2. Suatu keseluruhan yang bulat dan utuh

Keseluruhan yang bulat dan utuh itu bukan hanya kumpulan unsur maupun bagian

yang membentuk satu kesatuan, tetapi juga di dalamnya mempunyai sebuah

makna tersendiri.

3. Bersifat Terbuka

Suatu sistem berinteraksi dengan sistem yang lebih luas yang biasa dinamakan

lingkungan sistem. Oleh karena itu, sebuah sistem harus terbuka terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan.

4. Melakukan Kegiatan Transformasi

Kegiatan mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang lainnya. Sistem akan

mentransformasikan sumber-sumber masuk atau input menjadi keluaran untuk

mencapai tujuan.

5. Saling Berkaitan

3
Dalam sebuah sistem terdapat interaksi diantara bagian-bagian, yang saling

memiliki ketergantungan satu dengan yang lainnya serta terdapat interaksi antara

sistem dengan lingkungannya.

6. Mekanisme Kontrol

Terakhir, sebuah sistem memiliki suatu kekuatan pemersatu, sehingga sistem itu

padu yang terikat menjadi satu. Dengan adanya mekanisme kontrol yang

memanfaatkan umpan balik, maka sistem dapat mengatur dirinya sendiri serta

mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara otomatis.

Sedangkan menurut Dr. Yaseen Hayajneh Sebagian besar sistem memiliki

karakteristik secara umum yakni sebagai berikut:

1. Semua sistem memiliki elemen yang sama. Antara lain yaitu input,

throughput atau proses, output, umpan balik, kontrol, lingkungan, dan

tujuan.

2. Sistem memiliki berbagai tingkat kerumitan.

3. Komponen terorganisir dari suatu sistem terdiri dari seluruh kesatuan

yang utuh dan lebih besar dari jumlah komponennya.

4. Agar dapat berjalan dan berhasil, suatu sistem itu harus diarahkan pada

tujuan, dan mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan, teknologi

ataupun keadaan, serta diatur oleh umpan balik juga harus menghargai

penyatuan maupun pengembangan berkelanjutan, kreativitas dan inovasi.

Untuk bertahan, suatu sistem harus menghemat sebagian dari output atau

hasilnya untuk mempertahankan sistem tersebut.

5. Struktur sistem ditentukan oleh komponen (bagian) dan prosesnya.

4
6. Berbagai komponen sistem memiliki hubungan fungsional dan struktural

antara satu sama lain dan diorganisasikan dengan cara tertentu untuk

mencapai fungsi yang spesifik maupun fungsi-fungsi tertentu lainnya.

7. Sistem sering bertukar materi, informasi, dan / atau energi di luar

batasnya dengan sistem lain, melalui proses input dan output.

8. Untuk menjadi bagian dari sistem, setiap elemen harus memiliki hubungan

dengan setidaknya satu elemen dari sistem. Elemen apa pun yang tidak

memiliki hubungan dengan elemen lain dari sistem tidak dapat menjadi

bagian dari sistem itu.

1.2.2 Klasifikasi

Gordon B. Davis (1974) mengklasifikasikan sistem dari beberapa sudut

pandang, diantaranya sebagai berikut ini :

1. Sistem Abstrak (Abstract System) dan Sistem Fisik (Physical System).

Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak

tampak secara fisik. Misalnya sistem teologia, yaitu sistem yang berupa

pemikiran-pemikiran hubungan antara manusia dengan Tuhan. Sistem fisik

merupakan sistem yang ada secara fisik. Misalnya sistem komputer, sistem

akuntansi, sistem produksi dan lain sebagainya.

2. Sistem Alamiah (Natural System) dan Sistem Buatan Manusia (Human

Made System).

Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat

manusia. Misalnya sistem perputaran bumi. Sistem buatan manusia adalah sistem

yang dirancang oleh manusia. Sistem buatan manusia yang melibatkan interaksi

5
antara manusia dengan mesin disebut dengan human-machine system atau ada

yang menyebut dengan man-machine system. Sistem informasi merupakan contoh

man-machine system, karena menyangkut penggunaan komputer yang berinteraksi

dengan manusia. Sistem

3. Sistem Tertentu (Deterministic System) dan Sistem Tak Tentu

(Probabilistic System).

Sistem deterministik adalah sistem yang dalam operasinya dapat menentukan

hasilnya secara pasti. Sistem deterministik bekerja dalam pola yang bisa

diperkirakan atau dapat dipredikasi. Saling hubungan di antara bagian-bagiannya

diketahui secara pasti. Jika keadaan sistem di sesuatu saat beserta pola kerjanya

sudah diketahui, maka keadaan sistem berikutnya bisa ditetapkan secara tepat,

tanpa kekeliruan. Contohnya : program komputer yang melakukan kegiatan

(proses) tepat sesuai dengan intruksi. Sistem probabilistik adalah sistem yang

dalam operasinya tidak dapat diduga hasilnya secara pasti karena mengandung

probabilitas. Contoh : sebuah korporasi.

4. Sistem Tertutup (Closed System) dan Sistem Terbuka (Open System).

Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh

dengan lingkungan luarnya. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa adanya turut

campur tangan dari pihak diluarnya.

Secara teoritis sistem tertutup ini ada, tetapi kenyataannya tidak ada sistem yang

benar-benar tertutup, yang ada hanyalah relatively closed system (secara relatif

tertutup, tidak benar-benar tertutup). Sistem terbuka adalah sistem yang

berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini menerima

masukan dan menghasilkan keluaran untuk lingkungan luar atau subsistem yang

6
lainnya. Karena sistem sifatnya terbuka dan terpengaruh oleh lingkungan luarnya,

maka suatu sistem harus mempunyai suatu sistem pengendalian yang baik. Sistem

yang baik harus dirancang sedemikian rupa, sehingga secara relatif tertutup

karena sistem tertutup akan bekerja secara otomatis dan terbuka hanya untuk

pengaruh yang baik saja.

Suatu sistem yang dihubungkan dengan lingkungannya melalui arus sumber daya

disebut sistem terbuka. Sebuah sistem pemanas atau pendingin ruangan,

contohnya, mendapatkan input-nya dari perusahaan listrik, dan menyediakan

panas/dinginnya bagi ruangan yang ditempatinya. Dengan menggunakan logika

yang sama, suatu sistem yang tidak dihubungkan dengan lingkungannya adalah

sistem tertutup. Sebagai contohnya, sistem tertutup hanya terdapat pada situasi

laboratorium yang dikontrol ketat.

1.3 Tujuan

Menurut Stuart Burge semua sistem berusaha untuk mencapai suatu

tujuan. Dalam mebuat sistem yang baru atau mengubah sistem yang sudah ada,

dilakukan agar sistem yang dihasilkan dapat "berguna". Alasan yang berguna

dalam tanda kutip adalah bahwa "kegunaan" suatu sistem tergantung pada sudut

pandang masing-masing sistem tersebut. Tujuan suatu sistem adalah milik

keseluruhan dan tidak hanya ada di salah satu komponen. Ada hubungan erat

antara munculnya sistem dan tujuan.

Menurut Shrode dan Voich (1974 : 125) menyebutkan ada empat tolok

ukur atau kriteria untuk memilih penting tidaknya suatu tujuan, yaitu : mutu atau

kualitasnya, banyaknya atau kuantitasnya, waktu dan biaya. Jadi kriteria mana

7
yang dipegang oleh seseorang atau sesuatu lembaga tergantung pada beberapa hal:

kebutuhan pribadinya, sistem yang dianutnya, dan juga kemampuan keuangannya.

Satu sistem bisa mempunyai tujuan yang banyak sekali, dan bisa juga satu

tujuan yang sama merupakan tujuan banyak sistem. Ciri inti sistem adalah ia

berorientasi pada tujuan dan perilakunya atau segala kegiatannya bertujuan.

Secara umum tujuan sistem itu adalah menciptakan atau mencapai sesuatu yang

berharga, sesuatu yang mempunyai nilai, entah apa wujudnya, dan apa ukuran

bernilai atau berharganya itu. Dengan kata lain sistem itu mempunyai tujuan

ganda (multiple puposes). Dari sekian banyak tujuan sistem tersebut mungkin

salah satunya merupakan tujuan yang terpenting, tujuan yang paling mendasar,

atau yang mendapatkan prioritas untuk dicapai terlebih dahulu.

1.4 Prinsip

Menurut Patrick T. Hester dan Kevin MacG. Adams dalam bukunya yang

berjudul Systemic Thinking ada beberapa prinsip dalam System, diantaranya:

1. Prinsip Emergence and Hierarchy

Prinsip emergence menyatakan bahwa seluruh bagian dari sistem pada

dasarnya merupakan penjumlahan dari subsistem-subsistem yang ada di

bawahnya. Suatu subsistem memiliki arti bagi sistem jika ikut berkontribusi

dalam sistem, bukan hanya bagian dari sistem saja. Penerapan prinsip ini telah

digunakan pada sistem fenomena alam (pola cuaca, bola salju, bukit pasir), hingga

masalah-masalah sistem sosial (bahasa, sistem lalu lintas, aplikasi/software, dan

sebagainya).

8
Sistem

Subsistem Subsistem Subsistem


1 2 3

Gambar 1.4.1 Prinsip Emergence

Sistem = Subsistem 1 + Subsistem 2 + Subsistem 3

Prinsip hierarchy menyatakan bahwa keseluruhan sistem dibentuk dari

subsistem. Subsistem terbentuk dari sub subsistem, dan seterusnya.

Level 1 Sistem

Level 2 Subsistem
1
Subsistem
2

Level 3 Subsistem
1.1
Subsistem
1.2
Subsistem
2.1

Gambar 1.4.2 Prinsip Hierarchy

Berdasarkan prinsip ini maka terdapat dua implikasi:

a. Dalam merancang suatu sistem, sebaiknya perancangan dimulai dari sistem

yang 
tertinggi hirarkinya; dan 


b. Dalam menganalisis sistem, sebaiknya sistem dipecah-pecah menjadi subsistem

9

yang kecil, kemudian subsistem tersebut dipahami, dan akhirnya

membentuk 
sistem kembali. 


2. Prinsip Communication and Control

Prinsip ini menyatakan bahwa Komunikasi dan Kontrol mempengaruhi

kinerja operasional suatu sistem. Komunikasi berfungsi sarana penyampaian dan

pelaporan kinerja sistem, sedangkan Kontrol berfungsi untuk menjaga sistem agar

tetap beradaptasi dengan lingkungan dan tetap dapat beroperasi.

Sistem pemantauan pelanggaran lalu lintas dengan CCTV merupakan

salah satu contoh sistem dengan Komunikasi dan Kontrol. Fungsi kontrol

dijalankan oleh CCTV yang memantau perilaku pengendara agar sistem lalu lintas

tetap teratur dan tertib. Sedangkan fungsi Komunikasi dijalankan oleh Speaker

yang menyampaikan informasi agar pengendara mematuhi aturan lalu lintas.

3. Prinsip Dynamic Equillibrium

Prinsip ini menyatakan bahwa jika sistem berinteraksi dengan lingkungan

dari luar maka akan terjadi reaksi dari sistem tersebut kemudian secara berangsur

akan mengalami keseimbangan (kembali ke titik awal).

Misalnya sebuah sistem pelayanan radiologi di RS yang mengalami

gangguan pada alat pembaca hasil exposure secara digital akan mengalami

ketidakstabilan (dalam bentuk pelayanan menjadi lama). Lamanya pelayanan akan

terjadi selama alat tersebut diperbaiki atau menggunakan backup alat lain. Setelah

alat diperbaiki, maka sistem pelayanan kembali ke titik semula (waktu pelayanan

menjadi normal).

10
4. Prinsip Relaxation Time

Prinsip ini menyatakan bahwa sistem akan memiliki waktu memperbaiki

diri (relaxation time) jika waktu yang dibutuhkan untuk kembali menjadi stabil

lebih pendek dibandingkan rata-rata waktu datangnya gangguan terhadap sistem.

5. Prinsip Basins of Stability

Prinsip ini menyatakan bahwa setiap sistem memiliki sarana/wadah untuk

menampung kondisi stabilitas, yakni sistem akan melakukan evaluasi untuk

mengantisipasi timbulnya gangguan. Salah satu cara untuk menghindari

ketidakstabilan misalnya dengan menjaga agar proses terjadi secara berurutan.

Misalnya pada antrian pasien pendaftaran terjadi komplain terhadap

lamanya waktu tunggu pelayanan. Saat sistem pendaftaran sedang stabil (tidak

ada pasien yang mengantri) manajer pelayanan akan mengevaluasi permasalahan

waktu tunggu yang lama. Ternyata diperoleh akar masalahnya adalah antrian yang

tidak sesuai nomor urut sehingga pasien yang seharusnya dilayani sesuai nomor

uurutnya diambil alih antrian pelayanannya oleh pasien lain. Berdasarkan hal

tersebut manajer pelayanan memutuskan untuk menjaga agar antrian pelayanan

sesuai dengan urutan yang datang pertama atau First Serve First Order (FSFO).

6. Prinsip Self – Organization

Prinsip ini menyatakan bahwa setiap sistem mampu mengorganisasikan

dirinya 
(yaitu menentukan struktur dan performanya sendiri). Atas dasar hal

tersebut, seringkali terjadi praktisi sistem (orang yang mendesain sistem atau

orang yang bekerja dengan sistem) mengalami kesulitan untuk memodifikasi

sistem karena ada “kekuatan” self-organization. 


11
Misalnya pemerintah dan BPJS Kesehatan ingin agar sistem pembayaran

iuran Jaminan Kesehatan Nasional oleh peserta mandiri berjalan dengan lancar,

sehingga berbagai intervensi dan metode digunakan agar mereka mau membayar

tepat waktu. Namun upaya ini ternyata sulit, karena sistem sosial yang ada pada

masyarakat telah terbentuk dengan kuat, misalnya kebiasaan masyarakat yang

tidak peduli dengan risiko sakit yang dihadapinya atau keyakinan bahwa sakit ada

di tangan Yang Maha Kuasa sehingga pasrah saja dan tidak perlu membayar iuran

BPJS Kesehatan. 


7. Prinsip Homeostatis and Homeorhesis

Sebagaimana dijelaskan di awal bahwa setiap sistem akan menjaga

stabilitasnya 
jika mengalami gangguan. Prinsip ini menyatakan bahwa sistem

akan membentuk sistem pertahanan di dalam yang tidak terlihat secara kasat mata

oleh manusia. Sistem pertahanan tersebut ada dua bentuk yaitu hoemostatis (yang

sifatnya tidak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar) dan homeorhesis (yang

sifatnya dipengaruhi oleh lingkungan sekitar). 


Prinsip homeostatis terjadi di dalam sistem dan tidak berhubungan dengan

lingkungan sehingga prinsip ini menjelaskan kepada kita kenapa suatu sistem

terlihat stabil atau tidak mengalami perubahan, padahal di dalamnya sedang

terjadi perubahan.

Misalnya sebuah sistem kelistrikan gedung yang berpotensi menimbulkan

kebakaran. Sepintas terlihat sistem ini aman, namun pekerja yang bertanggung

jawab terhadap keselamatan gedung sering tidak menyadari bahwa arus listrik

yang mengalir pada instalasi bisa melebihi kemampuannya. Sistem kelistrikan

12
akan menyesuaikan kondisi ini dengan memutus aliran listrik secara otomatis

melalui sekring listrik. Namun jika sistem pengaman tidak mampu, maka potensi

kebakaran bisa terjadi. Aplikasi prinsip homeostatis juga bisa diterapkan pada

manusia yang terlihat sehat-sehat saja, padahal sistem dalam tubunya sedang

menyesuaikan diri dengan gaya hidupnya yang tidak sehat, seperti sistem tubuh

manusia sedang “mati-matian” menahan serangan asap rokok yang mengandung

zat nikotin dan racun lainnya. 


Prinsip homeorhesis berbeda dengan homeostatis karena pengaruh faktor-

faktor di luar lingkungan sehingga perubahan yang terjadi pada sistem bersifat

dinamis. Misalnya pada sistem pelayanan promosi kesehatan PHBS kepada

masyarakat akan berjalan dinamis mengikuti kultur dan karakteristik masyarakat

yang akan dilayani. Prinsip homeorhesis pada manusia akan tampak nyata pada

sistem perilaku seseorang sesuai dengan teori Stimulus Respon (S-R). Perilaku

seseorang merupakan stimulus terhadap respon yang timbul di sekitarnya,

sehingga misalnya Anda akan ikut melakukan pemeriksaan dini kanker serviks

jika teman atau orangtua Anda juga memeriksakan dirinya.

8. Prinsip Suboptimization

Prinsip ini menerangkan bahwa sistem tidak akan mencapai hasil yang

optimal 
meskipun susbsistem yang ada di bawahnya telah mencapai titik

optimal. Misalnya pada sistem pelayanan rawat inap di rumah sakit masih sering

terjadi keluhan pasien, meskipun kepala pelayanan sudah meyakini bahwa SDM

telah terlatih, sarana sudah memadai, anggaran cukup, standar prosedur telah

lengkap, dan proses berjalan lancar. 


13
9. Prinsip Redudancy

Setiap sistem membutuhkan sumberdaya untuk mencapai tujuannya.

Prinsip ini 
menerangkan bahwa sistem yang memiliki duplikasi (redundancy)

sumberdaya atau “energi cadangan” agar bisa berjalan dengan baik. Misalnya

sebuah program kesehatan yang baik harus dibuat dengan beberapa opsi misalnya

Plan A, Plan B, bahkan Plan C. Diharapkan dengan adanya redundancy, program

tetap berjalan ketika rencana yang sudah disiapkan gagal. 


14
BAB II

PENDEKATAN SISTEM

2.1 Definisi

Pendekatan sistem dikembangkan oleh Howard Polisky sebagai Meta

Theory yang berarti menteorikan teori. sebagai meta teori, teori atau pendekatan

ini dapat diaplikasikan pada setiap pola interaksi yang dinamis, dari Sub Atomic

Particles samapai pada sistem Biosphere, dimana setiap makshluk hidup berada.

Pendekatan sistem adalah cara berpikir dengan menggunakan konsep

sistem. Pendekatan sistem merupakan alat bantu bagi para pengambil keputusan

dengan cara mempertimbangkan semua permasalahan yang berkaitan dengan

keputusan yang akan diambil. Sedangkan pendekatan sistem sebagai kerangka

konseptual bertujuan untuk mencari berbagai persamaan dan berbagai

kecenderungan fenomena yang ada dengan menggunakan analisis multidisiplin.

Profesi-profesi yang membutuhkan pendekatan sistem ini antara lain

adalah selain pekerja sosial, juga profesi di bidang keperawatan, psikologi,

pendidikan, komunikasi, kesehatan masyarakat dan dokter. Bagi ahli kesehatan

masyarakat, pendekatan ini sangat bermanfaat untuk mengevaluasi status

kesehatan individu dan masyarakat secraa keseluruhan. Bagi mahasiswa

kesehatan masyarakat, pendekatan ini berguna untuk mengembangkan berbagai

konsep hubungan antar kesehatan dan penyakit, perilaku kesehatan serta

perubahan sosial dan dampaknya bagi perubahan sistem dan status kesehatan

masyarakat.

Pengertian pendekatan sistem menurut beberapa tokoh yaitu : 


15
1. Simon Ramo, Ph.D and Robin K. St.Clair, Ph.D (1998)

“The systems approach is the application of logic and common sense resting on a

sound foundation. It is quantitative and objective. It makes possible the

consideration of all needed data, requirements, and (often conflicting) factors that

usually constitute the heart of a complex, real -life problem

“Pendekatan sistem adalah penerapan logika dan akal sehat bertumpu pada

landasan yang kuat. Ini bersifat kuantitatif dan obyektif. Hal ini memungkinkan

pertimbangan semua data yang diperlukan, persyaratan, dan (seringkali

bertentangan) faktor-faktor yang biasanya merupakan inti dari masalah kompleks

kehidupan nyata.

2. Menurut Robin K. St.Clair, Ph.D (1998)

“This approach entails analysis of problems and synthesis solutions. In the

analysis phase, a given situation is examined to identify the forces affecting it. The

situation is viewed as a system composed of interconnected parts and related to

other systems.”

“Pendekatan ini memerlukan analisis masalah dan solusi sintesis. Pada tahap

analisis, situasi tertentu diperiksa untuk mengidentifikasi kekuatan yang

mempengaruhinya. Situasinya dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari

bagian-bagian yang saling terkait dan terkait dengan sistem lain. ”

3. Johnson, Kast, dan Rosenzweig (1973)

Mengemukakan bahwa pendekatan sistem adalah cara berpikir untuk mengatur

16
tugas, melalui suatu kerangka yang melukiskan faktor-faktor lingkungan internal

dan eksternal sehingga merupakan suatu keseluruhan secara terpadu.

4. Van Gigch (1974)

Mengemukakan, bahwa pendekatan sistem merupakan desain metodologi,

kerangka kerja konseptual, metode ilmiah baru, teori keorganisasian, sistem

manajemen, metode rekayasa riset operasi, dan metode untuk meningkatkan

efisiensi biaya serta metode untuk menerapkan teori umum sistem.

5. Hearns (1969)

“... the general systems approach is best upon teh assumption that matter, in all

its forms, living and non living, can be regarded as systems and that systems as

systems, has certain discrete properties that are capable of being studied.

Individuals, small groups, including families and organization and other complex

Human organizations such as neighborhoods and communities in short, the

entities with which social work, nurse, etc. Usualy involved can be regarded as

systems with certain common properties. If nothing else, this sould provides those

professions educations with a mean of organizing the human behavior and social

environment aspects of the curriculum. But beyond this, if the general system

approach could be used to order knowledge about the entities with which we

work, perhaps it could also be used as the means of developping a fundamental

conception...”

“... pendekatan sistem umum adalah yang terbaik pada asumsi bahwa materi,

dalam segala bentuknya, hidup dan tidak hidup, dapat dianggap sebagai sistem

dan bahwa sistem sebagai sistem, memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat

17
dipelajari. Individu, kelompok kecil, termasuk keluarga dan organisasi dan

organisasi manusia yang kompleks lainnya seperti lingkungan dan komunitas

secara singkat, entitas yang bekerja sosial, perawat, dll. Biasanya yang terlibat

dapat dianggap sebagai sistem dengan properti umum tertentu. Jika tidak ada yang

lain, ini bisa memberikan pendidikan profesi dengan maksud mengatur perilaku

manusia dan aspek lingkungan sosial dari kurikulum. Tetapi di luar ini, jika

pendekatan sistem umum dapat digunakan untuk memesan pengetahuan tentang

entitas tempat kita bekerja, mungkin itu juga dapat digunakan sebagai sarana

mengembangkan konsep dasar ... ”

2.2 Ruang Lingkup

2.2.1 Komponen

Teori sistem umum terutama menekankan perlunya memeriksa seluruh

bagian sistem. Sering sekali seorang analis terlalu memusatkan perhatian hanya

pada satu komponen sistem, yang berarti dia telah mengambil tindakan yang

mungkin tidak efektif, karena beberapa komponen yang penting diabaikan. Suatu

sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling

berhubugan,berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk

menyelesaikan suatu sasaran tertentu (Jerry Fitzgerald : 1960 : 5)

Terdapat Empat komponen dari pendekatan sistem menurut scribd.com, antara

lain:

1. Spesialisasi

Suatu sistem yang dibagi menjadi beberapa komponen yang lebih kecil yang

memungkinkan konsentrasi lebih khusus pada setiap bagian

komponennya.Pembagian tersebut bertujuan untuk memaksimalkan kinerja

18
komponen tersebut dengan tercapainya tujuan yang maksimal. Misalnya dalam

suatu perusahaan ada pembagian komponen masing-masing seperti adanya bagian

marketing yang tugasnya memasarkan produk, bagian keuangan mengatur

keuangan perusahaan.

2. Pengelompokan

Pengelompokan ini bertujuan agar tidak terjadi kompleksitas dan agar tercipta

suatu kedisiplinan kelompok data sub disiplin. Hal tersebut mempengaruhi

terjadinya suatu relasi yang baik dalam suatu sistem yang berlaku sehingga dalam

suatu kelompok tersebut bisa memaksimalkan tugas dan mencapai hasil yang

maksimal.

3. Koordinasi

Dalam suatu kelompok terdapat komponen dan sub komponen yang

memaksimalkan koordinasi interaksi antarkelompok. Komponentersebut sangat

berperan untuk memaksimalkan kerjasama antar kelompok dan tujuan kelompok

masing-masing.

4. Perlengkapan darurat

Dalam suatu sistem terdapat subsistem yang terbagi atas beberapa komponen

untuk memahami pengakuan dan memahami sifat yang muncul dari sebuah

sistem. Mengakui sistem secara keseluruhan lebih besar daripada jumlah pada

setiap bagiannya. Subsistem tersebut menjelaskan bahwa setiap komponen

merupakan penjelasan kompleks dari sebuah sistem yang merupakan struktur dan

ruang pada sistem yang menjadikan sebuah ciri khas dari sebuah sistem tersebut.

19
2.2.2 Istilah Penting

Menurut Harold Kezner, 2003 terdapat beberapa istilah penting dalam pendekatan

sistem diantaranya:

1. Tujuan (objective)

Dalam sebuah pendekatan sistem dibutuhkan tujuan yang hendak dicapai dan

strategi yang digunakan untuk mencapainya. Tujuan tersebut mengacu pada

penyelesaian masalah sesuai dengan tujuan dari pendekatan sistem tersebut.

Tujuan merupakan hal yang sangat mendasar dalam pendekatan sistem.

2. Persyaratan (requirement)

Beberapa hal mungkin dibutuhkan dalam sebuah pendekatan sistem untuk

memenuhi tujuan penyelesaian masalah, hal ini yang kemudian disebut

persyaratan. Persyaratan bisa berupa unsur-unsur penting yang berkaitan dengan

pemecahan masalah.

3. Alternatif (alternative)

Dari beberapa persyaratan kemudian dapat diketahui beberapa alternatif atau

metode atau cara dalam penyelesaian masalah yang dimiliki dan telah mencakup

persyaratan.

4. Kriteria seleksi (selection criteria)

Kriteria seleksi bisa juga dikatakan sebagai standar yang digunakan untuk

mengevaluasi dan atau menilai beberapa alternatif atau dapat dikatakan juga

membandingkan semua alternatif yang mungkin, sehingga kemudian dapat dipilih

atau ditetapkan alternatif terbaik yang akan digunakan untuk menyelesaikan

masalah.

20
5. Pembatasan (constraint)

Faktor mutlak yang menggambarkan kondisi bahwa alternatif harus dilaksanakan.

2.3 Fungsi

Pendekatan sistem dapat didefinisikan sebagai proses pemecahan masalah

yang logis dan disiplin. Menurut Harold Kezner, 2003 pendekatan sistem

memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Peninjauan hubungan berbagai subsistem (forces review of the

relationship of the various subsystems)

2. Merupakan proses dinamis yang mengintegrasikan semua aktivitas ke

dalam sistem total yang bermakna ( dynamis process that integrates all

activities into a meaningful total system)

3. Merakit dan mencocokkan bagian-bagian dari sistem menjadi satu-

kesatuan yang utuh secara sistematis (Systematically assembles and

matches the parts of the system into a unified whole)

4. Mencari solusi atau strategi optimal dalam menyelesaikan suatu masalah

(Seeks an optimal solution or strategy in solving a problem)

Menurut Simatupang (1995); Eriyatno (1999) dan Hadiguna (2009) ada

beberapa alasan mengapa perlu melakukan pendekatan sistem dalam mengkaji

suatu permasalahan, yaitu: memastikan bahwa pandangan yang menyeluruh telah

dilakukan, mencegah analis menyajikan secara dini definisi masalah yang

spesifik, mencegah analis menerapkan secara dini model tertentu, agar lingkungan

masalah didefinisikan secara luas sehingga berbagai kebutuhan yang relevan

dapat dikenali. Pendekatan sistem berguna untuk memiliki arah dan tujuan yang

21
tepat dan dapat direncanakan dengan jelas dan berpikir secara sistematis, sehingga

melalui langkah-langkah yang jelas dan pasti memungkinkan hasil yang diperoleh

akan maksimal.

2.4 Prinsip

Terdapat tiga prinsip untuk dapat melakukan pendekatan sistem, yaitu : (Mas’ud

Effendi)

A. Prinsip Holistik

1. Menentukan faktor-faktor pendukung sistem secara keseluruhan.

2. Mengharuskan peninjauan selengkap mungkin elemen sistem, atribut

elemen, dan atribut relasi secara rasional dan empiris.

 Rasional yaitu memecahkan masalah bersandar pada akal dan pikiran.

 Empiris yaitu memecahkan masalah berdasarkan pengalaman

(temuan, percobaan, pengamatan)

3. Pendekatan ini cocok untuk studi makro (pendidikan, ekonomi,

sosiologi, politik)

B. Prinsip Teleologik

1. Teleologis (Yunani), teleos: tujuan, logos: kata/pikiran. Jadi teleologik

adalah pendekatan sistem yang berdasarkan pada tujuan dan akibat

2. Pendekatan sistem berorientasi tujuan

3. Sistem harus mengetahui dimana dia berada dan ke arah mana dia

akan bergerak untuk mencapai tujuan

4. Prinsip teleologis bekerja pada konteks masalah.

22
5. Sistem bisa memiliki elemen yang tetap, tetapi bila tujuan berbeda,

atribut yg ditinjau berbeda.

6. Masalah sederhana harus dipandang secara sederhana.

7. Tahap kritis dalam pendekatan sistem dengan prinsip teleologik adalah

pendefinisian masalah.

C. Prinsisp Dialektika

1. Menyangkut pergerakan atau kecendrungan perkembanagn sistem

2. Menuntut adanya pengembangan asumsi tentang sistem pada masa

mendatang yang cendrung terspesialisasi, tersentralisai dan

membentuk hirarki.

3. Konsep perkembangan sistem (Martin Lundau, 1972), bahwa sistem

pada saat berkembang cenderung terspesialisasi, yakni bagian-

bagiannya memperoleh struktur dan fungsi yang tegas. Tersentralisasi,

yakni struktur dan fungsi yang terspesialisasi dikendalikan terpusat.

Membentuk hirarki.

4. Sistem bergerak dari yang sederhana ke yang kompleks.

5. Proses perubahan atau pertumbuhan ditandai dengan: struktur yang

terdiferensiasi dan fungsi yang terspesialisasi, masalah integrasi

menyebabkan proses pengendalian terpusat, bentuk tatanan sistem

cenderung hirarki.

BAB III

BERPIKIR SISTEM

3.1 Definisi

23
Menurut kamus Meriam-Webster, sebuah sistem merupakan sekelompok

item yang saling berinteraksi atau saling bergantung yang membentuk kesatuan

secara menyeluruh (a regularly interacting or independent group of items

forminga unified whole) dan prinsip dasar dari sebuah sistem adalah sesuatu

yang lebih dari sekadar kumpulan komponennya. Oleh karena itu, secara

logika berpikir sistem juga termasuk debuah sistem. Secara harfiah berpikir

sistem adalah sebuah sistem dari berpikir tentang sistem (a system of thinking

about system).

Seperti sistem pada umumnya, berpikir sistem juga memiliki komponen.

Ada tiga komponen dalam berpikir sistem, yaitu :

1. Elements, dalam hal ini merupakan karakteristik.

2. Interconnection, menggambarkan cara komponen – komponen dari

berpikir system dapat saling mendukung dan terhubung satu sama

lain.

3. Purpose, menggambarkan tujuan dari berpikir system agar dapat

dipahami dengan jelas. Elemen ini adalah yang paling krusial.

Berdasarkan ketiga komponen yang dimiliki oleh berpikir sistem,

definisi yang tepat tentang berpikir sistem berarti harus mengandung ketiga

elemen tersebut. Oleh karena itu diciptakanlah System Test untuk menguji

apakah suatudefinisi mengenai berpikir sistem telah memenuhi ketiga

komponen tersebut. Pernyataan bahwa berpikir sistem merupakan sebuah

sistem sendiri bukan merupakan definisi yang sepenuhnya benar. Namun,

System Test tetap perlu dipertimbangkan, walaupun bukan sebagai jaminan

bahwa definisi tersebut merupakan sebuah definisi yang baik dan lengkap.

24
Berikut ini merupakan pendapat beberapa ahli mengenai definisi berpikir

sistem beserta hasilnya jika dikaitkan dengan System Test:

1. Peter Senge, 1990

Peter Senge mendefinisikan berpikir sistem sebagai disiplin ilmu untuk melihat

secara keseluruhan dan kerangkanya dengan ditekankan kepada hubungan

timbal baliknya daripada benda-benda atau bagian-bagiannya sendiri, dan lebih

melihat kepada pola perubahannya daripada gambaran yang statis (Senge,

1990). Definisi Senge, meski menarik, tetapi masih samar. Definisi ini

menggambarkan beberapa elemen sistem pemikiran yang sangat penting,

namun tidak memberikan tujuan berpikir sistem.

2.Barry Richmond, 1994

Barry Richmond, pencetus istilah berpikir sistem, mendefinisikan berpikir

sistem sebagai seni dansains untuk membuat kesimpulan yang andal tentang

perilaku dengan mengembangkan pemahaman yang semakin dalam tentang

struktur yang mendasarinya) (Richmond, 1994). Dia menekankan bahwa

orang-orang yang menekankanberpikir sistem akan memosisikan diri mereka

sedemikian rupa sehingga mereka dapat melihat hutan dan pepohonan; satu

mata pada masing-masing bagian (Richmond, 1994).

3.Weeney and Sterman, 2000

Linda Sweeney dan John Sterman, penulis dan peneliti di bidang pemikiran

sistem, menemukan bahwa banyak dari seniberpikir sistem melibatkan

kemampuan untuk mewakili dan menilai kompleksitas dinamis (misalnya,

perilaku yang timbul dari interaksi agen sistem dari waktu ke waktu ),

keduanya secara tekstual dan grafis (Sweeney & Sterman, 2000). Mereka

25
mencantumkan kemampuan berpikir sistem yang spesifik termasuk

kemampuan untuk:

a. Memahami bagaimana perilaku suatu sistem muncul dari interaksi

agennya dari waktu ke waktu (yaitu kompleksitas dinamis);

b. Menemukan dan mewakili proses umpan balik (baik positif

maupun negatif) yang dihipotesiskan untuk mendasari pola

perilaku sistem yang teramati;

c. Mengidentifikasi hubungan saham dan arus;

d. Mengenali penundaan dan memahami dampaknya;

e. Identifikasi nonlinearitis;

f. Mengenali dan menantang batasan model mental (dan formal).

Definisi Sweeney dan Sterman dapat disederhanakan menjadi: seni dari

berpikir sistem melibatkan kemampuan untuk mewakili dan menilai

kompleksitas dinamis. Ide ini kemudian diikuti oleh enam kemampuan berpikir

sistem spesifik mereka. Secara keseluruhan, definisi ini sangat berguna karena

menyebutkan beberapa skills yang diperlukan dalam berpikir sistem. Namun,

definisi ini masih gagal dalam System Test karena tidak memuat tujuan dan

hubungan antarkomponen.

D. Kopainsky, Alessi, dan Davidsen, 2011

Berdasarkan definisi dari Hopper dan Stave, Birgit Kopainsky, Stephen

M. Alessi, dan Pål I. Davidsen, menyatakan bahwa definisi pemikiran sistem

harus mencakup apresiasi untuk perencanaan jangka panjang, feedback loop,

hubungan non-linier antara variabel, dan perencanaan kolaboratif di seluruh

area organisasi (Kopainsky, Alessi, & Davidsen, 2011).

26
Definisi ini menambahkan beberapa karakteristik baru pada definisi

milik Hopper dan Stave. Namun, ia memiliki masalah yang sama, yaitu tidak

mendefinisikan berpikir sistem sebagai sebuah sistem, hanya serangkaian

karakteristik. Unsur-unsurnya telah didefinisikan, tapi bukan tujuan atau

interkoneksi.

Berbagai definisi dari berpikir sistem telah dikemukakan oleh beberapa

ahli, namun definisi tersebut sebagian besar hanya menjelaskan mengenai

komponennya. Oleh karena itu, diususlkan kembali sebuah definisi yang baru

untuk mendefinisikan berpikir sistem sebagai sebuah sistem. Yaitu, system

thinking is a set of synergistic analytic skills used to improved the capability of

identifying and understanding system, predicting their behavior, and devising

modification to them in order to produce desired effects. These skills work

together as a system (berpikir sistem adalah seperangkat kemampuan analisis

sinergis yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan untuk

mengidentifikasi dan memahami sistem, memprediksi perilaku mereka, dan

merancang modifikasi pada mereka untuk menghasilkan efek yang diinginkan.

Keterampilan ini bekerja sama sebagai sebuah sistem. Dalam definisi ini telah

dijelaskan elemen/komponen, keterkaitan beserta tujuannya.

3.2 Ruang Lingkup

3.2.1 Ciri – ciri

27
Berfikir sistem bukanlah metode yang harus dijalani secara runut

dan baku, namun merupakan sebuah karakter atau perilaku yang

mencerminkan pemecahan masalah secara menyeluruh. Menurut Battle-

Fisher (2015) dalam bukunya yang berjudul Application of System

Thinking to Health Policy and Public Health Ethics menyatakan ada

delapan karakteristik berfikir sistem yaitu:

a. Memandang masalah secara keseluruhan;

b. Cenderung mendorong pada kemajuan;

c. Selalu melihat adanya ketergantungan antar elemen;

d. Lebih memperhatikan jangka panjang;

e. Fokus pada struktur masalah, bukan saling menyalahkan;

f. Membuat pemetaan dan simulasi untuk memperlihatkan sistem;

g. Menempatkan dirinya sebagai bagian dari sistem

h. Sebelum membuat keputusan, terkadang membutuhkan/

mempetimbangkan sesuatu yang paradoks(tidak biasa).

3.3 Tujuan

Berpikir sistem bertujuan untuk : (iseesystems.com)

1. Memahami bagaimana organisasi dan sistem kompleks benar-benar

berfungsi

2. Merubah cara berpikir untuk mencocokkan cara menjalankan sistem

3. Merubah perilaku sehingga dapat bekerja untuk mencapai tujuan

4. Mengembangkan Apresiasi yang lebih baik untuk dampak dari strategi

dalam sistem untuk orang lain

28
5. Berhati-hati dengan dampak dari keterlambatan dan membutuhkan untuk

menyeimbangkan secara objektif dan strategis baik dengan jangka panjang

maupun jangka pendek

6. Mengantisipasi konsekuensi yang tidak diinginkan dari strategi yang baik

3.4 Prinsip

Menurut Aderson and Johnson terdapat prinsip dalam berpikir sistem, antara lain :

1. Thinking of the ‘big picture”

Masalah apapun yang sedang dihadapi melekat pada sistem yang lebih besar.

Untuk menemukan sumber masalah haruslah lebih fokus, dan dari prespektif

tersebut dapat ditemukannya solusi.

2. Balancing short-term and long-term perspectives –

Keseimbangan antara pemikiran jangka panjang dan pemikiran jangka pendek

dapat membuat pengambilan keputusan itu dapat di tinjau kembali

3. Taking into account measurable and non-measurable factors –

Ada banyak data yang nyata di suatu organisasi. Dan hal tersebut harus

dipertanggung jawabkan sehingga berguna untuk mempengaruhi berbagai

pemahaman

4. Recognizing the dynamic, complex, and interdependent nature of

systems –

29
Sekilas stuktur organisasi akan memperlihatkan sistem dalam banyak sistem lain.

Untuk memahami hal yang kompleks seperti itu, biasanya cenderung terlalu

menyederhanakan dan mengambil keputusan berdasarkan penyerderhanaan

tersebut. Maka dari itu dengan berpikir sistem dapat mengingatkan bahwa

mempertimbangkan semua hal sebelum mengambil keputusan dalam melakukan

apapun merupakan hal yang penting.

30
CONCLUSION

The system is a component that is interconnected regularly and is a whole.

The purpose of a system is entirely owned and not only in one component. The

system approach is a way of thinking using system concepts and can be defined as

a logical problem-solving process. This system approach is also important for

social workers, nursing professions, psychology, education, communication, and

public health. Thinking system is a set of analytical skills used to improve the

ability to identify and understand the system

31
DAFTAR PUSTAKA

Arnold, D. Ross., and John P. Wade. 2015. A Definition of Systems Thinking: A

Systems Approach. Hoboken: Stevens Institute.

Awad, Elias M. 1979.System Analysis and Design. Richard D. Irwin. Homewood.

Illinois.

Battle & Fisher. 2015. Application of System Thinking to Health Policy and

Public Health Ethics. Switzerland: Springer International Publishing.

Campbell, Bonita J., 1974. Understanding Information Systems, Foundations for

Control. Pretince Hall of India. New Delhi.

Davis, Gordon B. 1974 Management Information Systems : Conceptual

Foundations. Structure and Development.McGraw-Hill International Book

Co. Auckland.

Hayajneh, Yaseen. 2007. Systems & Systems Theory

Kerzner, Harold. 2003. Project management : a systems approach to planning,

scheduling, and controlling. Published by John Wiley & Sons, Inc.,

Hoboken, New Jersey.Published simultaneously in Canada. Eight edition.

Ramo, Simon and St. Clair, Robin K. The System Approach. KNI, Incorporated.

USA.1998

Shrode, William A and Dan Voich Jr. 1974.Organization and Management :

Basic Systems Concepts. Irwin Book Co. Malaysia.

Walsh, Burge Hughes. 2015. System Thinking: Characteristics and Properties

32

You might also like