You are on page 1of 20

MAKALAH

MATERI PENDIDIKAN
( Dalam Q.S. Luqman Ayat 12-19)

Dosen pengampu :
Raihanah, M.Ag

Oleh:

Aulia Rahmah : 1501251579


Halimah : 1501250577

UNIVERSITAS NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2017/2018BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaiakan oleh
Jibril kepada Nabi Muhammmad saw. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang
dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui uapaya
para pemeluknya denagan cara ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an
itu terdiri darai dua prinsip besar, yaitu dengan masalah yang berhubungan dengan
keiamanan yang disebut akidah, dan dengan yang berhubungan dengan amal yaitu
syari’ah.
Ajaran-ajaran yang berkenaan dengan iman, dibicarakan di dalam Al-
Qur’an tidak sebanyak ajaran yang berkenaan dengan amal perbuatan. Hal ini
menunjukkan bahwa amal itulah yang paling banyak dilaksanakan. Sebab semua
amal perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya
sendiri, dengan manusia sesamanya, dengan alam dan lingkungannya, dengan
makhluk lainnya, termasuk dalam ruang lingkup amal shaleh (Syari’ah).
Oleh karena pendidikan merupakan suatu upaya membentuk manusia
seutuhnya/memanusikan manusia, maka pendidikan tergolong kegiatan
mu’amalah. Pendidikan sangat penting karena ia ikut menentukan corak dan
bentuk amal dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyrrakat.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai tinjauan Al-qur’an terhadap
pendidikan yakni materi pendidikan menurut Al-Qur’an, dan makalah ini diberi
judul “Materi Pendidikan”. Dan dalam pembahasannya mengangkat Al-Qur’an
Surah Luqman ayat 12-19
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Materi Pendidikan ?
2.
Apa Bunyi Al-Qur’an Surah Luqman ayat 12-19 ?
3.
Apa Arti Al-Qur’an Surah Luqman ayat 12-19 ?
4.
Apa Tafsir Dari Al-Qur’an Surah Luqman ayat 12-19 ?
5.
Apa Hadits yang Berhubungan Dengan Materi Pendidikan ?
6.
Hubungan Surah Luqman Dengan Materi Pendidikan ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan yang dimaksud dengan Materi Pendidikan.
2. Menyebutkan Al-Qur’an Surah Luqman ayat 12-19.

1
3. Menyebutkan Arti Al-Qur’an Surah Luqman ayat 12-19.
4. Menjelaskan Tafsir Dari Al-Qur’an Surah Luqman ayat 12-19.
5. Menyebutkan Hadits yang Berhubungan Dengan Materi Pendidikan.
6. Menjelaskan Hubungan Surah Luqman Dengan Materi Pendidikan.

2
‫‪BAB II‬‬
‫‪PEMBAHASAN‬‬
‫‪A.‬‬ ‫‪Pengertian Materi Pendidikan‬‬
‫‪Istilah “Materi” Pendidikan berarti mengorganisir‬‬ ‫‪bidang‬‬ ‫‪ilmu‬‬
‫‪pengetahuan yang membentuk basis aktivitas lembaga pendidikan, bidang-bidang‬‬
‫‪ilmu pengetahuan ini satu dengan yang lainnya dipisah-pisah namun merupakan‬‬
‫‪suatu kesatuan yang utuh dan terpadu. Materi pendidikan harus mengacu kepada‬‬
‫‪tujuan, bukan sebaliknya tujuan mengarah kepada suatu materi, oleh karenanya‬‬
‫‪materi pendidikan tidak boleh berdiri sendiri terlepas dari kontrol tujuannya.‬‬
‫‪Materi atau isi pelajaran yang disusun sebelumnya harus ditentukan dahulu tujuan‬‬
‫‪yang hendak dicapai dengan mempertimbangkan skil-skil atau keterampilan-‬‬
‫‪keterampilan, para pelajar itu akan gagal manakala pemikiran kritis dan imaginatif‬‬
‫‪hanya mampu mencapai taraf yang rendah. Oleh karena itu, sulit kiranya untuk‬‬
‫‪menerima pandangan , bahwa materi atau isi pendidikan itu akan mencapai tujuan‬‬
‫‪maksimal hanya dengan mempertimbangkan materi pelajaran yang lain.1‬‬

‫‪B.‬‬ ‫‪Ayat Tentang Materi Pendidikan‬‬


‫‪1.‬‬ ‫‪Teks Al-Qur’an Surah Luqman Ayat 12-19‬‬
‫ن نن‬ ‫نن‬ ‫ن‬ ‫ن‬
‫نن‬‫غولغغقند َآتغننيَننِغاَمَّ َلرنقغماَمَّغن َانلنكغمغة َأغن َانشركنر َلله َغوغمن َيغنشركنر َفغنإلننغاَمَّ َيغنشنركرر َلنِغننفسنه َغوغمننن َغكغفنغر َفغنإلن َاللنغه َغغ ن ن‬
‫نن َغل َترنشننرنك َبنناَمَّللنه َإنلن َالششننرغك َلغظرنلندم َغعنظيَندم َ﴿‬ ‫ن‬ ‫ن نن‬
‫غحيَدد َ﴿‪َ ﴾١٢‬غوإننذ َقغاَمَّغل َلرنقغماَمَّرن َلبننِه َغورهغو َيغعظنرره َيغاَمَّ َبنر غل‬
‫ن‬
‫ي َأغنن َانشن نركنر َنلن ن‬ ‫ن‬ ‫ن ن‬
‫صن ننيَننِغاَمَّ َاننلنِإْغسن ناَمَّغن َبنغوالن نغدينه َغحغلغنتن نره َأرمن نره َغونهنِن نااَمَّ َغعلغننىَ َغونهن ننن َغوف غ‬
‫صن ناَمَّلرره َنفنن َغعن ناَمَّغم ن ن‬ ‫‪َ ﴾١٣‬غوغو ل‬
‫ك َبنن ننه َنعنلن ندم َفغغل‬ ‫ن ن‬ ‫ن‬ ‫ك َإن غل ن‬ ‫نن‬
‫س َلغن ن غ‬‫ل نن َالنغمصن نري َ﴿‪َ ﴾١٤‬غوإنن َغجاَمَّغهن نغداغك َغعلن نغىَ َغأن َترنشن نرغك َب نن َغمن ناَمَّ َلغنيَن ن غ‬ ‫غولغوالن نغدين غ‬
‫لنن َغمنرنجعرركننم َفغنأرنِإْنغبشئرركم َنبنغاَمَّ‬ ‫لنن َرثنلن َإن غل‬‫ب َإن غل‬ ‫ترنطعهمناَمَّ َو ن‬
‫حبنرهغماَمَّ َنفنن َالنمدنِإْننيَغاَمَّ َغمنعرروفنااَمَّ َغواتلبنننع َغسنبنيَغل َغمننن َأغنِإْغناَمَّ غ‬
‫صناَمَّ ن‬ ‫نرغ غ غ‬
‫صن ننخغرنة َأغنو َنفن ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ركنِتنر نم َتغنعملرننوغن َ﴿‪َ ﴾١٥‬ين ناَمَّ َبنننن َإننِإْنلهن ناَمَّ َنإن َتنغن ر ن‬
‫ك َمثِننغقن ناَمَّغل َغحبنل نة َشمن ننن َغخن ننرغدل َفغنتغركننن َنفنن َ غ‬ ‫غ ر غل غ‬ ‫ن نغ‬
‫صنغلغة َغوأنرمننر‬ ‫ننن َأغقنننم َال ل‬ ‫ف َغخبنيدنن َ﴿‪َ ﴾١٦‬يغناَمَّ َبنر غل‬
‫ت َأغو َنفنن َانلغر ن ن ن‬
‫ض َيغنأنت َبغناَمَّ َاللنره َإنلن َاللنغه َلغنطيَن د‬ ‫ن‬
‫ن‬
‫اللسنغماَمَّغوا ن‬
‫ف َوانِإْه َعنن َالنمنِغكنر َواصنب َعغلىَ َماَمَّ َأغصاَمَّبك َإنلن َذلن ن ن‬ ‫ن‬
‫صنشعنر‬ ‫ك َمنن َغعننزم َانلررمننونر َ﴿‪َ ﴾١٧‬غوغل َتر غ‬ ‫بناَمَّلنغمنعررو غ ن غ غ ر غ ن ن غ غ غ غ غ غ غ‬
‫ص نند َنف ن‬ ‫ب َرك نلل َرمنتغناَمَّنل َفغخننونر َ﴿‪َ ﴾١٨‬واقن ن‬
‫غ‬ ‫ر‬ ‫ض َغمغرح نااَمَّ َإنلن َاللنغه َغل َ رني ن م‬ ‫ش َنفنن َانلغنر ن‬ ‫لللناَمَّنس َغوغل َغتنن ن‬ ‫غخ نلدغك َن نِ‬
‫ك َإنلن َأغنِإْغكر َانلغ ن‬
‫ت َانلغنمني َ﴿‪﴾١٩‬‬ ‫صنو ر‬ ‫صغوات َلغ غ‬ ‫غ ن‬ ‫صنوتن غ‬ ‫ض َمنن َ غ‬
‫منشنيَك َوانغض ن‬
‫غ ر ن‬ ‫غ‬

‫‪1 Abdullah, Abdurrahman saleh. Teori-Teori Pendidikan berdasarkan Al-Qur’an. ( Jakarta :‬‬
‫‪RINEKA CIPTA, 1994), hlm.159‬‬

‫‪3‬‬
2. Terjemah Al-Quran Surah Luqman Ayat 12-19
(12) Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu, “Bersyukurlah
kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia
bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji.” (13) Dan (ingatlah) ketika Lukman
berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku!
Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (14) Dan Kami perintahkan kepada manusia
(agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
(15) Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang
engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya,
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (16) (Lukman berkata), “Wahai anakku!
Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di
langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah
Maha Halus, Maha Teliti. (17) Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah
(manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk
perkara yang penting. (18) Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia
(karena sombong) dan janganlahberjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. (19) dan
sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-
buruk suara ialah suara keledai.”2

2 Kementrian Agama RI. Alquran dan Tafsirnya. ( Jakarta : Lentera Abadi, 2010), hlm. 545

4
3. Penjelasan Ayat
a. Ayat 12
Ayat ini menerangkan bahwa Allah menganugerahkan kepada Lukman
hikmah, yaitu perasaan halus, akal pikiran, dan kearifan yang dapat
menyampaikannya kepada pengetahuan yang hakiki dan jalan yang benar menuju
kebahagiaan abadi. Oleh karena itu, ia bersyukur kepada Allah yang telah
memberinya nikmat itu. Hal itu menunjukkan bahwa pengetahuan dan ajaran-
ajaran yang disampaikan Lukman itu bukanlah berasal dari wahyu yang
diturunkan Allah kepadanya, tetapi semata-mata berdasarkan ilmu dan hikmah
yang telah dianugerahkan Allah kepadanya.3
Selain itu, dalam buku lain dijelaskan pula bahwa dalam ayat ini Allah
telah memberikan hikmah kepada Lukman, yaitu ia selalu bersyukur dan memuji
kepada-Nya atas apa yang telah diberikan kepadanya dari karunia-Nya, karena
seungguhnya hanya Dia-lah yang patut untuk mendapat puji dan syukut itu. Di
samping itu, Lukman selalu mencintai kebaikan untuk manusia serta
mengarahkan semua anggota tubuhnya sesuai dengan bakat yang diciptakan
untuknnya.4
Para ulama Salaf berpendapat tentang Lukman, apakah dia seorang Nabi
atau seorang hamba yang shalih yang bukan Nabi? Dalam hal ini terdapat dua
pendapat dan mayoritas berpendapat dengan pendapat kedua. Ibnu Jarir berkata
bahwa Ibnu Khalid ar-Rab’i berkata: “Lukman adalah seorang hamba (budak)
dari Habsyi (Ethiopia) dan tukang kayu.5 Terlepas dari semua pendapat diatas,
apakah Lukmn itu seorang Nabi atau bukan, apakah dia seorang Sudan atau
keturunan Bani israil, maka yang jelas dan diyakini ialah Lukman adalah seoarng
hamba Allah yang telah dianugerahi hikmah, mempunyai aqidah yang besar,
memahami dasar-dasar agama Allah, dan mengetahui akhlak yang mulia.

3 Ibid . hlm 548


4 Mustafa Al Maragi, Ahmad. Tafsir Al Maragi. ( Semarang : CV. Toha Putra Semarang, 1989),
hlm. 147
5 Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7. (Jakarta : Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2008),
hlm. 251

5
Namanya disebut dalam Al-qur’an sebagai salah seorang yang selalu
menghambakan diri kepada-Nya.
Menurut riwayat dari Ibnu ‘Umar bahwa ia pernah mendengar Rasulullah
bersabda, “Lukman bukanlah seorang Nabi, tetapi ia adalah seorang hamba yang
banyak melakukan tafakur, ia mencintai Allah maka Allah mencintainya pula.6
Hikmah yang diberikan Allah kepadanya adalah pemahaman, akal dan
ketepatan berbicara. Ada juga yang menafsirkan hikmah disini sebagai kenabian,
yaitu orang yang menganggap Lukman sebagai Nabi.7
Sayyid Quthub menulis bahwa: “Hikmah, kandungan, dan
konsekuensinya adalah syukur kepada Allah.” Bahwa hikmah adalah syukur,
karena dengan bersyukur seperti yang dikemukakan diatas, seseorang mengenal
Allah dan mengenal anugerah-Nya. Dengan mengenal Allah seseorang akan
kagum dan patuh kepada-Nya, dan dengan mengenal dan mengetahui fungsi
anugerah-Nya, seseorang akan mengetahui pengetahuan yang benar, lalu atas
dorongan kesyukuran itu, ia akan melakukan amal yang sesuai dengan
pengetahuannya sehingga amal yang lahir adalah amal yang tepat pula. 8
Kemudian dijelaskan pula dalam buku lain, barang siapa yang bersyukur kepada
Allah maka sesungguhnya manfaat dan syukurnya itu kembali kepada dirinya
sendiri. Karena sesungguhnya Allah akan melimpahkan kepadanya pahala yang
berlimpah sebagai balasan dari-Nya, atas rasa syukurnya dan Dia kelak akan
menyelamatkannya dari azab.9
Orang-orang yang mengingkari nikmat Allah dan tidak bersyukur
kepada-Nya berarti ia telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri, karena allah
tidak akan memberinya pahala bahkan menyiksanya dengan siksaan yang pedih.
Allah sendiri tidak memerlukan syukur hamba-Nya karena syukur hamba-Nya itu

6 Kementrian Agama RI. Alquran dan Tafsirnya. ( Jakarta : Lentera Abadi, 2010), hlm. 548
7 Asy-Syaukani, Al Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad. Tafsir Fathul Qadir. (Jakarta :
Pustaka Azzam, 2011), hlm 745
8 Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Mishab. (Jakarta : Lentera Hati, 2009), hlm. 293
9 Mustafa Al Maragi, Ahmad. Tafsir Al Maragi. ( Semarang : CV. Toha Putra Semarang, 1989),
hlm. 147

6
tidak akan memberinya keuntungan kepada-Nya sedikitpun. Dan tidak pula
memberikan kemuliaan kepada-Nya. Dia Maha Kuasa lagi Maha terpuji.10
b. Ayat 13
Allah berfirman mengabarkan tentang wasiat Lukman kepada puteranya.
Yaitu Lukman bin ‘Anqa’ bin Sadun, sedangkan nama puteranya adalan Tsaran,
menurut satu pendapat yang diceritakan oleh as-Suhaili. Allah swt. telah
menyebutkannya dengan sebaik-baik sebutan dan diberikannya dia hikmah.
Lukman memberikan wasiat kepada puteranya yang merupakan orang yang paling
dikasihi dan dicintainya, dan ini hakikat dianugerahkannya ia dengan sesuatu yang
paling utama.11
Dalam firman-Nya tersebut, Allah juga mengingatkan kepada Rasulullah
nasihat yang pernah diberikan Lukman kepada putranya ketika ia memberi
pelajaran kepadanya. Nasihat itu ialah, “Wahai anakku, janganlah engkau
mempersekutukan sesuatu dengan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah
itu adalah kezaliman yang besar.” 12
Lukman memulai nasihatnya dengan menekankan perlunya menghindari
syirik/ mempersekutukan Allah. Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran
tentang wujud dan keesaan Tuhan. Bahwa redaksi pesannya berbentuk larangan
jangan mempersekutukan Allah untuk menekan perlunya meninggalkan sesuatu
yang buruk sebelum melaksanakan yang baik. Memang, “At-takhliyah
muqaddamun ‘ala at-tahliyah” (menyingkirkan keburukan lebih utama daripada
menyandang perhiasan).13 Lukman menjelaskan kepada anaknya, bahwa
perbuatan syirik itu merupakan kezaliman yang besar. Syirik dinamakan
perbuatan yang zalim karena perbuatan syirik itu berarti meletakkan sesuatu
bukan pada tempatnya. Dan ia dikatakan dosa besar, karena perbuatan itu berarti
menyamakan kedudukan Tuhan, yang hanya dari Dia-lah segala nikmat, yaitu

10 Kementrian Agama RI. Alquran dan Tafsirnya. ( Jakarta : Lentera Abadi, 2010), hlm. 549
11 Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7. (Jakarta : Pustaka Imam Asy-Syafi’i,
2008), hlm. 254
12 Kementrian Agama RI. Alquran dan Tafsirnya. ( Jakarta : Lentera Abadi, 2010), hlm. 549
13 Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Mishab. (Jakarta : Lentera Hati, 2009), hlm. 298

7
Allah swt. dengan sesuatu yang tidak memiliki nikmat apapun, yaitu berhala-
berhala.14
Anak adalah generasi pengurus dari orang tuanya. Cita-cita yang belum
dicapai orang tua selama hidup didunia diharapkan dapat tercapai oleh anaknya.
Demikian pula kepercayaan yang dianut oleh orang tuanya, disamping budi
pekerti yang luhur, anak-anak diharapkan mewarisi dan memiliki semua nilai-nilai
yang diikuti ayahnya itu dikemudian hari. Lukman telah melakukan tugas yang
sangat penting kepada anaknya, dengan menyampaikan agama yang benar dan
budi pekerti yang luhur. Cara lukman menyampaikan pesan itu wajib dicontoh
oleh setiap orang tua yang mengaku dirinya muslim.15
c. Ayat 14
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada manusia agar berbakti
kepada kedua orang tuanya dengan berusaha melaksanakan perintah-perintahnya
dan mewujudkan keinginannya.16
Dalam ayat ini yang disebutkan hanya alasan mengapa seorang anak
harus taat dan berbuat baik kepada ibunya, tidak disebutkan apa sebabnya
seorang anak harus taat dan berbuat baik kepada bapaknya. Hal ini menunjukkan
bahwa kesukaran dan penderitaan ibu dalam mengandung, memelihara dan
mendidik anaknya jauh lebih berat bila dibandingkan dengan penderitaan yang
dialami bapak dalam memelihara anaknya. Penderitaan itu tidak hanya berupa
pengorbanan sebagian dari waktu hidupnya untuk memelihara anaknya, tetapi
juga penderitaan jasmani dan rohani. Seorang ibu juga menyediakan zat-zat
penting dalam tubuhnya untuk makanan anaknya selama anaknya masih berupa
janin dalam kandungan.17
Ibu telah mengandungnya, sedang ia dalam keadaan lemah yang kian
bertambah disebabkan makin membesarnya kandungan sehingga ia melahirkan,

14 Mustafa Al Maragi, Ahmad. Tafsir Al Maragi. ( Semarang : CV. Toha Putra Semarang, 1989),
hlm. 147
15 Kementrian Agama RI. Alquran dan Tafsirnya. ( Jakarta : Lentera Abadi, 2010), hlm. 550
16 Ibid hlm. 550
17 Ibid hlm. 551

8
kemudian sampai dengan selesai dari masa nifasnya. Kemudian Allah
menyebutkan lagi jasa ibu yang lain, yaitu bhwa ibu telah memperlakukannya
dengan penuh kasih sayang dan telah merawatnya dengan sebaik-baiknya
sewaktu ia tidak mampu berbuat sesuatu pun bagi dirinya. Dan menyapihnya dari
persusuan sesudah ia dilahirkan dalam jangka waktu dua tahun. Selama masa itu
ibu mengalami berbagai masa kerepotan dan kesulitan dalam rangka mengurus
keperluan bayinya. Hal ini tiada yang dapat menghargai pengorbanannya selain
hanya Yang Maha Mengetahui kedaan ibu, yaitu Tuhan yang tiada sesuatu pun
samar bagi-Nya baik di langit maupun di bumi.
Allah telah memerintahkan supaya berbuat baik kepada kepada kedua
orang tua, akan tetapi Dia menyebutkan penyebab dari pihak ibu saja. Karena
kesulitan yang dialaminya lebih besar, ibu telah mengandung anaknya dengan
susah payah, kemudian melahirkannya dan merawatnya di malam dan siang hari.
Oleh karena itu, Rasulallah saw. ketika ada seseorang bertanya tentang
siapa yang paling berhak ia berbakti kepadanya, maka beliau menjawab, ibumu,
kemudian ibumu, kemudian ibumu. Sesudah itu Rasulullah baru mengatakan,
kemudian ayahmu.18
Disamping apa yang disebutkan diatas, masih ada hal yang
mengharuskan anak menghormati dan berbuat baik kepada ibu bapak, antara lain:
1. Ibu dan bapak telah mencurahkan kasih sayangnya kepada anak-anaknya.
Cinta dan kasih sayang itu telah terwujud dalam berbagai bentuk, diantaranya
ialah membesarkan, mendidik, menjaga dan memenuhi keinginan-keinginan
anaknya. Usaha-usaha yang tidak mengikat itu dilakukan tanpa
mengharapkan balasan apa pun dari anak-anaknya, kecuali agar mereka
dikemudian hari menjadi anak yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa.
2. Anak adalah buah hati dan jantung dari ibu bapaknya, seperti yang
disebutkan dalam suatu riwayat bahwa Rasulullah bersabda, “Fatimah adalah
buah hatiku.”

18 Mustafa Al Maragi, Ahmad. Tafsir Al Maragi. ( Semarang : CV. Toha Putra Semarang, 1989),
hlm. 154

9
3. Sejak dalam kandungan, lalu dilahirkan kedunia hingga dewasa,
kebutuhan makan, minum, pakaian, dan keperluan lain anak-anak ditungguh
oleh ibu bapaknya.
Dengan perkataan lain dapat diungkapkan bahwa nikmat yang paling
besar yang diterima oleh seorang manusia adalah nikmat dari Allah, kemudian
nikmat yang diterima dari bapak ibunya. Itulah sebabnya, allah meletakkan
kewajiban berbuat baik kepada kedua ibu bapak, sesudah kewajiban beribadah
kepada-Nya.
Pada akhir ayat ini, Allah memperingatkan bahwa manusia akan kemabli
kepada-Nya, bukan kepada orang lain. Pada saat itu, Dia akan memberikan
pembalasan yang adil kepada hamba-hamba-Nya. Perbuatan baik akan dibalas
pahala yang berlibat ganda berupa surga, sedangkan perbuatan jahat akan dibalas
dengan azab neraka.19
d. Ayat 15
Menurut suatu riwayat disebutkan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan
dengan Sa’ad ibnu Abi Waqas. Sehubungan dengan hal ini sahabat Sa’ad ibnu
Abi Waqas telah menceritakan, ketika aku masuk Islam, ibuku bersumpah, bahwa
ia tidak mau makan dan tidak mau minum. Lalu pada hari pertama aku
membujuknya supaya mau makan dan minum, akan tetapi ia menolak dan tetap
pada pendiriannya. Dan pada hari yang kedua, aku mebujuknya pula supaya mau
makan dan minum, tetapi masih tetap menolak. Sehingga hari ketiga aku
membujuknya lagi, dan ia masih juga menolak, maka aku berkata, “Demi Allah
seandainya engkau mempunyai seratus nyawa niscaya semua itu akan keluar dan
aku tidak akan meninggalkan agamaku ini.” Dan ketika ibuku melihat
bahwasanya diriku benar-benar tidak mau mengikuti kehendaknya, akhirnya ia
mau makan.20
Dari sebab turun ayat ini dapat diambil pengertian bahwa Sa’ad tidak
berdosa karena tidak mengikuti kehendak ibunya untuk kembali kepada agama

19 Kementrian Agama RI. Alquran dan Tafsirnya. ( Jakarta : Lentera Abadi, 2010), hlm. 553
20 Mustafa Al Maragi, Ahmad. Tafsir Al Maragi. ( Semarang : CV. Toha Putra Semarang, 1989),
hlm. 156

10
syirik. Hukum ini berlaku pula untuk seluruh umat Nabi Muhammad yang tidak
boleh taat kepada orang tuanya mengikuti agama syirik dan perbuatan dosa yang
lain.
Ayat ini menerangkan bahwa dalam hal tertentu, seorang anak dilarang
menaati ibu bapaknya jika mereka memerintahkannya untuk menyekutukan
Allah, yang dia sendiri memang tidak mengetahui bahwa Allah mempunya
sekutu, karena memang tidak ada sekutu bagi-Nya. Sepanjang pengetahuan
manusia, Allah tidak mempunyai sekutu. Karena menurut naluri, manusia harus
mengesakan Tuhan.
Selanjutnya Allah memerintahkan agar seorang anak tetap bersikap baik
kepada kedua ibu bapaknya dalam urusan dunia, seperti menghormati,
menyenangkan hati, serta memberi pakaian dan tempat tinggal yang layak
baginya, walaupun mereka memaksanya mempersekutukan Tuhan atau
melakukan dosa yang lain.
Pada akhir ayat ini kaum Muslimini diperintahkan agar mengikuti jalan
orang yang menuju kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, dan tidak mengikuti
jalan orang yang menyekutukan-Nya dengan makhluk. Kemudian ayat ini ditutup
dengan peringatan dari Allah bahwa hanya kepada-Nya manusia kembali, dan Ia
akan memberitahukan apa-apa yang telah mereka kerjakan selama hidup di
dunia.21
e. Ayat 16
Lukman berwasiat kepada anaknya agar beramal dengan baik karena apa
yang dilakukan oleh manusia, dari yang besar sampai yang sekecil-kecilnya, yang
tampak dan tidak tampak, yang terlihat dan yang tersembunyi, baik di langit
22
maupun di bumi, pasti diketahui Allah. Perbuatan baik dan perbuatan buruk itu
sekalipun beratnya hanya sebiji sawi, lalu ia berada ditempat yang paling
tersembunyi dan paling tidak kelihatan, seperti di dalam batu besar atau di tempat
yang paling tinggi seperti di langit, atau tempat yang paling bawah seperti di
dalam bumi, niscaya hal itu akan dikemukakan oleh Allah swt. kelak di hari

21 Kementrian Agama RI. Alquran dan Tafsirnya. ( Jakarta : Lentera Abadi, 2010), hlm. 554
22 Ibid hlm. 554

11
kiamat. Yaitu pada hari ketika Allah meletakkan timbangan amal perbuatan yang
tepat, lalu pelakunya akan menerima pembalasan amal perbuatannya, apabila
amalnya itu baik, maka balasannya pun baik pula. 23 Perbuatan baik akan dibalas
dengan surga, sedang perbuatan jahat dan dosa akan dibalas dengan neraka.
Pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu dan tidak ada yang luput sedikit pun
dari pengetahuan-Nya.
Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa kalau ayat yang lalu berbicara
tentang keesaan Allah dan larangan mempersekutukan-Nya, ayat ini
menggambarkan Kuasa Allah melakukan perhitungan atas amal-amal perbuatan
manusia di akhirat nanti. Demikian, melalui keduanya tergabung uraian tentang
keesan Allah dan keniscayaan Hari Kiamat. Dua prinsip dasar akidah Islam yang
sering kali mewakili akidahnya.24
f. Ayat 17
Lukman melanjutkan nasihatnya kepada anaknya nasihat yang dapat
menjamin kesinambungan ‫ َل‬Tauhid serta kehadiran Ilahi dalam kalbu sang anak.

Beliau berkata sambil tetap memamnggilnya dengan panggilan mesra: wahai


anakku sayang, laksanakanlah shalat dengan sempurna syarat, rukun, dan
sunnah-sunnahnya.25 Jika shalat yang dikerjakan itu diridhai Allah, perbuatan keji
dan perbuatan mungkar dapat dicegah, jiwa menjadi bersih, tidak ada
kekhawatiran terhadap diri orang itu, dan mereka tidak akan bersedih hati jika
ditimpa cobaan, dan merasa dirinya semakin dekat dengan Tuhannya.
Pada ayat ini, Lukman juga mewasiatan kepada anaknya agar berusaha
mengajak manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang diridhai Allah,
berusaha membersihkan jiwa dan mencapai keberuntungan, serta mencegah
mereka agar tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa.
Wasiat lainnya yaitu agar anaknya selalu bersabar dan tabah terhadap
segala macam cobaan yang menimpa, akibat dari mengajak menusia berbuat baik

23 Mustafa Al Maragi, Ahmad. Tafsir Al Maragi. ( Semarang : CV. Toha Putra Semarang, 1989),
hlm. 158
24 Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Mishab. (Jakarta : Lentera Hati, 2009), hlm. 308
25 Ibid hlm. 308

12
dan meninggalkan yang mungkar, baik cobaan itu dalam bentuk kesenangan dan
kemegahan, maupun dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan.
Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa Allah memerintahkan tiga hal
tersebut diatas karena merupakan pekerjaan yang amat besar faedahnya bagi yang
mengerjakannya dan memberi manfaat dan di dunia dan di akhirat.26
g. Ayat 18 dan Ayat 19
Nasihat lukman kali ini berkaitan dengan akhlak dan sopan santun
berinteraksi dengan sesama manusia. Materi pelajaran akidah, beliau selingi
dengan materi pelajaran akhlak, bukan saja agar peserta didik dengan satu materi,
tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa ajaran akidah dan akhlak merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.27
Ayat ini menerangkan lajutan wasiat Lukman kepada anaknya, yaitu agar
anaknya berbudi pekerti yang baik, dengan cara:
1. Jangan sekali-sekali bersifat angkuh dan sombong, dan membanggakan
diri dan memandang rendah orang lain. Tanda-tanda orang yang bersifat
angkuh dan sombong itu ialah:
 Bila berjalan dan bertemu dengan orang lain, ia memalingkan
mukanya, tidak mau menegur atau memperlihatkan sikap ramah.
 Berjalan dengan sikap angkuh, seakan-akan ia yang paling
berkuasa dan yang paling terhormat.
2. Hendaklah berjalan secara wajar, tidak di buat-buat dan kelihatan angkuh
atau sombong,28 karena sesungguhnya hal itu adalah cara orang-orang yang
angkara murka dan sombong, yaitu orang yang gemar melakukan kekejaman
di muka bumi dan suka berbuat zalim terhadap orang lain. Akan tetapi
berjalanlah dengan sikap sederhana karena sesunguhnya cara jalan yang
demikian mencerminkan rasa rendah diri, sehingga pelakunya akan sampai
kepada semua kebaikan.
Yahya Ibnu Jabir At-Tai’y telah meriwayatkan sebuah asar memalui Gudaif
ibnul Haris yang telah menceritakan, “Pada suatu hari aku duduk di majlis

26 Kementrian Agama RI. Alquran dan Tafsirnya. ( Jakarta : Lentera Abadi, 2010), hlm. 555
27 Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Mishab. (Jakarta : Lentera Hati, 2009), hlm. 311
28 Kementrian Agama RI. Alquran dan Tafsirnya. ( Jakarta : Lentera Abadi, 2010), hlm. 555

13
Abdullah ibnu Amr ibnu Ash, kemudian aku mendengar ia mengatakan,
‘Sesungguhnya kuburan itu berkata kepada seorang hamba apabila ia dikubur
didalamnya, ‘Hai anak Adam, apakah gerangan yang membuatmu lalai
kepadaku? Tidakkah kamu mengetahui bahwa aku adalah rumah terasing?
Dan tidakkah kamu mengetahui bahwa aku adalah rumah yang haq (pasti)?
Hai anak Adam, apakah gerangan yang membuat kamu lalai kepadaku?
Sesunguhnya kamu dahulu berjalan disekitarku dengan sikap yang angkuh
dan sombong!”29
3. Dan berjalanlah dengan langkah yang sederhana, yakni tidak terlalu
lambat dan juga tidak terlalu cepat, akan tetapi berjalanlah secara wajar dan
tidak dibuat-buat dan juga tanpa pamer menonjolkan sikap sikap rendah diri
atau tawadhu’.
4. Kurangilah tingkat kekerasan suaramu, dan perpendeklah cara
berbicaramu, dan janganlah kamu mengangkat suaramu bilamana tidak
diperlukan sekali. Karena sesungguhnya sikap yang demikian itulebih
berwibawa bagi yang melakukannya, dan lebih mudah diterima oleh jiwa
pendengarannya serta lebih gampang untuk dimengerti.30 Dan lemah lembut
dalam berbicara, sehingga orang yang melihat dan mendengarnya merasa
senang dan tentram hatinya. Berbicara dengan sikap keras, angkuh, dan
sombong dilarang Allah karena gaya bicara yang semacam itu tidak enak di
dengar, menyakitkan hati dan telinga. Hal itu diibaratkan Allah dengan suara
keledai yang tidak enka di dengar.
C. Hadits Yang Berkenaan Tentang Materi Pendidikan
a. Pendidikan Akidah

‫ص نللىَ َاللننه َغعلغنيَ ننه َغوغس نلغم َاغذلغن َنفنن َأرذرنن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن ن‬
‫غع ننن َرعبغننيَ ندالله َبنننن َأغن نبنن َغراف ننع َغع ننن َاغبننيَ نه َقغناَمَّغل َغراغينن ر‬
‫ت َغررس ننوغل َاللنه َ غ‬
(َ ‫صلغنةزِ) َروه َابو َداود‬ ‫ي َغولغغدتنره َفغاَمَّنطغمرة َبناَمَّ َل ل‬ ‫ن ن‬
‫انلغغسنن َبننن َغعلشىَ َح ن غ‬
Artinya: “Abdullah bin abi Rafi’ berkata : Aku melihat rosulullah adzan
ditelinganya hasan bin ali seperti adzan ketika sholat ketika fatimah
melahirkannya.” (HR. Abu Daud) (hadis ini lemah).
29 Mustafa Al Maragi, Ahmad. Tafsir Al Maragi. ( Semarang : CV. Toha Putra Semarang, 1989),
hlm. 161
30 Ibid hlm. 162

14
Ibn Qayyim berkata bahwa hikmah azan dan iqamah di telinga bayi
yang baru lahir adalah agar suara pertama yang didegar adalah seruan yang
mengandung makna keagungan Allah serta syahadat.

b. Pendidikan Ibadah

‫صللىَ َاللنه َغعلغنيَنه َغوغسلغم َرمنررنوا َأغنولغغدركننم‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬


‫ب َغعنن َاغبننيَه َغعنن َغجشده َقغاَمَّغل َقغاَمَّغل َغررسنورل َالله َ غ‬ ‫غعنن َغعنمنرو َبنن َرشغعنيَ ن‬
‫ر‬
‫ن‬ ‫صلغنة َغورهنم َغأبنننِغاَمَّءر َغسننبغع َسنِغن‬
‫ن‬ ‫بناَمَّل ل‬
‫ضناَمَّجنع َ) َروه‬ ‫ضننربنررهنم َغعلغنيَنغهناَمَّ َغورهننم َغأبنننِغاَمَّءرغعنشننر َغوفغنشرقرنوابغننيَننِغنرهنم َن نفن َال غ‬
‫ي َغوا ن‬
‫غ‬ ‫ن‬
‫غ‬
(َ ‫ابو َداود‬
Artinya: Dari Umar bin syu’aib berkata, Rasulullah Saw bersabda :
“Perintahkanlah kepada anak-anak kalian untuk sholat ketika berumur 7 tahun,
dan pukullah mereka ketika mereka berumur 10 tahun bila mereka enggan
menunaikannya, dan pisahkanlah mereka dari ranjang-ranjangnya ”. (HR. Abu
Daud)
Dari hadist diatas sudah jelas tentang perinth salat atau pendidikan
ibadah diberikan sejak dini sehingga ketika usia baligh maka mereka dapat
mengamalkannya.
Pendidikan ibadah yang dimaksud di sini adalah proses pengajaran,
pelatihan dan bimbingan dalam pengamalan ibadah khusus.
c. Pendidikan Baca Tulis, Renang, Memanah, dan Ekonomi
‫ت َيغاَمَّ َغررسنوغل َاللنه َأللولدعليَنِاَمَّ َحق َكحقنِاَمَّ َعليَهم َقاَمَّل َنِإْعنم َحق َالوالنند َعلني َالوالند َأن َيعلمنه‬ ‫ن‬
‫غعنن َأغن نب َغرافنع َقغاَمَّغل َقرننل ر‬
‫الكتاَمَّبه َوالسباَمَّحة َوالرمىَ َوان َيورثه َطيَباَمَّ َ)هذا َحديث َضعيَف َعيَسنىَ َبنن َابرهيَنم َالاَمَّشني َهنذا َمنن َشنيَوخ َبقيَنة‬
(‫منِكر َالديث َضعفه َيي َبن َمعي َوالبخاَمَّري َوغيهراَمَّ) َرواه َبيَهقي‬
Atinya: Abi Rafi’ berkata, Rosulullah Saw bersabda ; Apakah Orang
tua mempunyai hak seperti hak kita kepada mereka? , Rosul menjawab: Ya,
hak orang tua terhadap anaknya yaitu mengajarkan anaknya menulis,
berenang dan memanah , dan mewariskannya kebaikan. (HR. Baihaqi) Ini
adalah hadist dhoif.
Baca tulis merupakan hal penting untuk diajarkan karena dengan
begitu anak akan memahami sebuah hal. Hadits di atas menggambarkan
betapa Rasulullah saw sangat menganjurkan agar seorang muslim peduli
dengan persiapan untuk berjihad di jalan Allah. Memanah dan berkuda
merupakan dua kegiatan yang terkait dengan hal itu. Dan seorang muslim
perlu memiliki semangat untuk berjihad di jalan Allah. Mengapa? Karena

15
Nabi saw memperingatkan bahwa raibnya semangat berjihad
mengindikasikan hadirnya kemunafikan dalam diri.
D. Hubungan Surah Luqman Dengan Materi Pendidikan
Dari uraian tafsir surah Lukman sebelumnya sudah terlihat jelas
hubungan antara surah Lukman dengan Materi Pendidikan. Didalam ayat 12,
Allah menjelaskan bahwa Lukman adalah hamba Allah yang diberi anugerah
Al-Hikmah dari-Nya. Dengan Al-Hikmah tersebut Lukman mendidik anaknya
menjadi hamba Allah yang senantiasa bersyukur.
Kemudian di ayat-ayat selanjutnya, Lukman memberikan berbagai
nasihat yang mencakup pokok-pokok tuntutan agama. Nasihat petama yang
diberikan dia kepada anaknya adalaha agar anaknya mengesakan Allah dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan yang lain, kemudian dilanjutkan dengan
menasihatinya agar berbakti kepada orang tua sepanjang keduanya tidak
menyuruh berbuat maksiatkepada Allah. Di antara hal yang menarik dari pesan-
pesan ayat ini dan ayat sebelumnya bahwa masing-masing pesan ini disertai
dengan argumennya: “jangan mempersektukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan-Nya adalah penganiyaan yang besar.” Sedang ketika
mewasiati anak menyangkut orang tuanya ditekankannya nahwa “Ibunya telah
mengandungnya dalam keadan kelemahan dan penyapihannya didalam dua
tahun.” Demikianlah seharusnya materi petunjuk atau materi pendidikan yang
disajikan. Materi pendidikan yang dapat dibuktikan kebenarannya dengan
argumen yang dipaparkan atau yang dapat dibuktikan oleh manusia melalui
penalaran akalnya. Metode ini bertujuan agar manusia merasa bahwa ia ikut
berperan dalam menemukan kebenaran, dan dengan demikian, ia merasa
memilikinya serta bertanggung jawab dalam mempertahannkannya. Dari ayat 13
surah Lukman ini dapat kita ambil juga hubungan nya dengan materi pendidikan,
yaitu hendaknya materi pendidikan yang disajikan mengandung unsur Akidah.
Pada ayat selanjutnya Lukman memberikan nasihat lagi kepada anaknya
agar dia beramal saleh, selalu mendirikan shalat dan mengajak manusia untuk
berbuat makruf dan mecegah dari perbuatan mungkar. Hal ini dapat terlihat bahwa
Lukman menginginkan anaknya tidak hanya diberikan bekal ilmu Akidah, dia

16
juga mengharapkan anaknya dapat menjalankan syariatnya sebagai makhluk
Allah. Hal tersebut menunjukkan bahwa didalam surah Lukman ini juga
terhadapat hubungan dengan materi pendidikan bahwa hendaknya di dalam materi
pendidikan ini tidak hanya terdapat materi tentang akidah, melaikan juga
hendaknya terdapat materi tentang syariat.
Kemudian nasihat lukman yang terakhir berkaitan dengan akhlak dan
sopan santun berinteraksi dengan sesama manusia. Materi pelajaran akidah,
syariat, beliau selingi dengan materi pelajaran akhlak, bukan saja agar peserta
didik tidak jenuh dengan satu materi, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa
ajaran akidah dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Demikian Lukman al-Hakim mengakhiri nasihat yang mencakup pokok-pokok
tuntutan agama. Disana ada aqidah, syariat dan akhlak, tiga unsur ajaran Al-
Qur’an. Disana ada akhlak terhadap Allah, terhadap pihak lain, dan terhadap diri
sendiri. Ada juga perintah moderasi yang merupakan ciri dari segala macam
kebijakan serta perintah bersabar, yang merupakan syarat mutlak meraih sukses,
duniawi dan ukhrawi. Demikian Lukman Al-Hakim mendidik anaknya bahkan
memberi tuntutan kepada siapapun yang ingin menelususri jalan kebajikan.

17
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Materi pendidikan yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat Lukman yang
telah disampaikan oleh Lukman al-Hakim kepada anaknya, dapat
dikategorisasikan sebagai berikut:
a. Akidah (‘aqaaid ), yang menyangkut masalah keimanan kepada
Allah, hal ini sudah tercakup iman kepada malaikat, kitab-kitab_Nya, para
nabi, hari kiamat, dan qadha dan qadar. Materi ini terdapat pada ayat
12,13, dan 16
b. syari’at, yakni satu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan
manusia denagn tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan
hubungan manusia dengan alam. Kaidah syari’ah ini terbagi menjadi dua:
pertama, ibadah, seperti shalat, thaharah, zakat, puasa dan haji. Kedua,
mu’amalah yakni tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia, dan hubungan manusia dengan harta benda. Aspek
syari’ah ini termaktub pada ayat 14,15, dan 17
c. Akhlaq. Secara etimologis, akhlaq adalah perbuatan yang
mempunyai sangkut paut dengan khaliq (pencipta). Akhlaq ini mencakup
akhlaq manusia terhadap khaliqnya, dan akhlaq manusia terhadap
makhluk. Aspek ini terdapat pada ayat 14,15, 18, dan 19. Baik ibadah,
muamalah, dan akhlak pada hakikatnya bertitik tolak dari akidah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman saleh.1994. Teori-Teori Pendidikan berdasarkan


Al-Qur’an. ( Jakarta : RINEKA CIPTA)
Abdullah bin Muhammad. 2008. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7. (Jakarta : Pustaka Imam
Asy-Syafi’i)
Asy-Syaukani, Al Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad. 2011. Tafsir Fathul
Qadir. (Jakarta : Pustaka Azzam)
Kementrian Agama RI. 2010. Alquran dan Tafsirnya. ( Jakarta : Lentera Abadi)
Mustafa Al Maragi, Ahmad. 1989. Tafsir Al Maragi. ( Semarang : CV. Toha Putra
Semarang)
Shihab, M. Quraish. 2009. Tafsir Al Mishab. (Jakarta : Lentera Hati)

You might also like