You are on page 1of 24

Buku

Ajar: Teknologi Bahan Alam

i

Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

BUKU AJAR

TEKNOLOGI BAHAN ALAM


Agung Nugroho


Diterbitkan oleh:
Lambung Mangkurat University Press, 2017
d.a. Perpustakaan Pusat Universitas Lambung Mangkurat
Jl. H. Hasan Basry, Kayu Tangi, Banjarmasin 70123
Telp/Faks. 0511-3305195

Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang.
Dilarang Memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, dalam bentuk dan
cara apa pun, baik secara mekanik maupun elektronik, termasuk fotokopi,
rekaman, dan lain-lain tanpa izin tertulis dari penerbit.


xiv-155 h 18,2 x 25 cm
Cetakan pertama, Februari 2017

Lay out : Agung Nugroho

ISBN 978-602-6483-12-6

9 786026 483126

ii

Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

PRAKATA

Buku Ajar Teknologi Bahan Alam ini disusun sebagai bahan pengajaran
pada mata kuliah Teknologi Minyak Atsiri, Rempah, dan Fitofarmaka bagi
mahasiswa Teknologi Industri Pertanian. Buku ini juga dapat dijadikan sebagai
bahan bantu bagi mahasiswa Farmasi dan Kimia untuk memahami tentang kimia
bahan alam, teknologi sediaan bahan alam, dan farmakognosi.

Bahan alam sendiri dapat didefinisikan sebagai substansi kimia golongan


metabolit sekunder yang dapat berupa senyawa tunggal maupun campuran
beberapa senyawa dalam bentuk ekstrak atau sediaan kering, yang berasal dari
bagian tertentu atau keseluruhan tubuh suatu agen hayati (tumbuhan,
mikroorganisme, ataupun hewan) yang dimanfaatkan karena efek
farmakologisnya. Bahan alam memiliki potensi yang luar biasa untuk
dikembangkan menjadi produk yang bernilai tinggi baik sebagai produk
farmasetik, nutrasetik, makanan fungsional, maupun kosmetik. Pengelolaan
bahan alam melalui kegiatan industri membutuhkan landasan pengetahuan yang
kuat mengenai karakteristik bahan yang menjadi material utamanya.

Untuk itu buku ini disusun guna membekali mahasiswa dengan


pengetahuan mengenai karakteristik bahan alam beserta teknologi ekstraksi dan
proses lanjutannya. Buku ini terdiri dari delapan bab yang dimulai dari
pengetahuan tentang bahan alam dan metabolit sekunder, pengetahuan
mengenai kelompok-kelompok metabolit sekunder, pengetahuan tentang ragam
produk dan pemanfaatan bahan alam, dilanjutkan dengan teknik seleksi dan
penyiapan bahan, teknik ekstraksi, teknik fraksinasi dan isolasi, kemudian secara

iii

Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

lebih khusus disampaikan mengenai teknik-teknik ekstraksi minyak atsiri beserta


pengelompokkan dan sifat-sifatnya.

Dengan memahami delapan bab tersebut, diharapkan mahasiswa memiliki


landasan yang cukup tentang pengetahuan bahan alam beserta cara
penanganannya dalam rangka mengembangkan potensi bahan alam Indonesia
menjadi produk-produk yang bernilai tinggi yang bermanfaat baik secara
fungsional maupun ekonomi bagi masyarakat luas. Terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan dalam mewujudkan buku ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Semoga buku ini bermanfaat dan berkontribusi bagi
perkembangan dan kemajuan dalam pengelolaan bahan alam di Indonesia.



Banjarbaru, Januari 2017.

Penulis

iv

Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

DAFTAR ISI

PRAKATA iii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
1. BAHAN ALAM DAN METABOLIT SEKUNDER 1
1.1. Deskripsi Singkat 1
1.2. Relevansi 2
1.3. Kompetensi 2
1.4. Pengantar 3
1.5. Pengertian Bahan Alam (Natural Products) 3
1.6. Metabolit Sekunder dan Fitokimia 6
1.7. Agroindustri Bahan Alam 8
1.8. Rangkuman 10
1.9. Latihan 11
1.10. Bacaan Lanjutan yang Dianjurkan 11
2. KELOMPOK SENYAWA METABOLIT SEKUNDER 13
2.1. Deskripsi Singkat 13
2.2. Relevansi 13
2.3. Kompetensi 14
2.4. Pengantar 14
2.4.1. Terpenoid 14
2.4.1.1. Monoterpene 16
2.4.1.2. Sesquiterpene 17
2.4.1.3. Diterpene 18
2.4.1.4. Triterpene 19
2.4.1.5. Tetraterpene 20
2.4.1.6. Saponin 21
2.4.2. Alkaloid 22
2.4.3. Fenolik 24
2.4.3.1. Flavonoid 25
2.4.3.2. Non-flavonoid 32
2.5. Rangkuman 38
2.6. Latihan 38
2.7. Bacaan Lanjutan yang Dianjurkan 39

3. RAGAM PRODUK BAHAN ALAM 40

v

Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

3.1. Deskripsi Singkat 40


3.2. Relevansi 40
3.3. Kompetensi 41
3.4. Pengantar 41
3.5. Minyak Atsiri (Essential Oils) 41
3.5.1. Pengertian dan Karakteristik Minyak Atsiri 41
3.5.2. Sumber Minyak Atsiri 42
3.5.3. Pemanfaatan Minyak Atsiri 44
3.6. Produk Farmasetik (Pharmaceuticals) 45
3.7. Produk Kosmetik (Cosmetics) 48
3.8. Produk Nutrasetik (Nutraceuticals) 50
3.9. Produk Herbal di Indonesia 51
3.9.1. Jamu 52
3.9.2. Obat Herbal Terstandar (OHT) 53
3.9.3. Obat Fitofarmaka 54
3.10. Rangkuman 55
3.11. Latihan 57
3.12. Bahan Bacaan yang Dianjurkan 57

4. PEMILIHAN DAN PENYIAPAN BAHAN 58


4.1. Deskripsi Singkat 58
4.2. Relevansi 59
4.3. Kompetensi 59
4.4. Pengantar 59
4.5. Pemilihan Bahan 60
4.5.1. Seleksi 60
4.5.2. Identifikasi 61
4.6. Penyiapan Bahan 61
4.6.1. Pemanenan (Koleksi) Bahan 61
4.6.2. Pengeringan 63
4.6.3. Pengecilan Ukuran 66
4.7. Rangkuman 67
4.8. Latihan 68
4.9. Bahan Bacaan yang Dianjurkan 69

5. TEKNIK EKSTRAKSI BAHAN ALAM 70


5.1. Deskripsi Singkat 70
5.2. Relevansi 71
5.3. Kompetensi 71
5.4. Pengantar 72
5.5. Prinsip Ekstraksi 72
5.5.1. Maserasi 74
5.5.2. Perkolasi 76

vi

Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

5.5.3. Ekstraksi dengan Reflux 78


5.5.4. Ekstraksi dengan Soxhlet 79
5.5.5. Ekstraksi dengan Ultrasonikasi 81
5.5.6. Ekstraksi dengan Pelarut Bertekanan (Pressurized Solvent
Extraction) 83
5.6. Menentukan Teknik Ekstraksi dan Pelarut yang Tepat 86
5.7. Rangkuman 87
5.8. Latihan 88
5.9. Bahan Bacaan yang Dianjurkan 89

6. TEKNIK FRAKSINASI DAN ISOLASI BAHAN ALAM 90


6.1. Deskripsi Singkat 90
6.2. Relevansi 90
6.3. Kompetensi 91
6.4. Pengantar 91
6.5. Fraksinasi Ekstrak Bahan Alam 92
6.5.1. Fraksinasi dengan liquid-iquid extraction. 93
6.5.2. Fraksinasi dengan kolom kromatografi 95
6.6. Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder 96
6.6.1. Prinsip Kromatografi 100
6.6.2. Tipe Kromatografi 103
6.6.3. Kromatografi Kolom 105
6.6.4. Kromatografi Lapis Tipis 110
6.7. Rangkuman 115
6.8. Latihan 116
6.9. Bahan Bacaan yang Dianjurkan 116

7. TEKNIK EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI 117


7.1. Deskripsi Singkat 117
7.2. Relevansi 118
7.3. Kompetensi 118
7.4. Pengantar 118
7.5. Ekstraksi dengan Destilasi 119
7.5.1. Destilasi dengan air (water destillation) 119
7.5.2. Destilasi dengan air dan uap (water and steam destillation) 121
7.5.3. Destilasi dengan uap (steam destillation) 123
7.6. Ekstraksi dengan Teknik Pengepresan 124
7.7. Ekstraksi dengan Pelarut Organik 125
7.8. Enfleurasi (Ekstraksi dengan lemak dingin) 126
7.9. Ekstraksi dengan metode maserasi (lemak panas) 129
7.10. Rangkuman 130
7.11. Latihan 131
7.12. Bahan Bacaan yang Dianjurkan 132

vii

Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

8. KELOMPOK DAN SIFAT FISIKOKIMIA MINYAK ATSIRI 133


8.1. Deskripsi Singkat 133
8.2. Relevansi 134
8.3. Kompetensi 134
8.4. Pengantar 134
8.5. Pengelompokkan Minyak Atsiri 135
8.5.1. Terpene 135
8.5.2. Ester 136
8.5.3. Aldehida 136
8.5.4. Ketone 137
8.5.5. Alkohol 137
8.5.6. Fenol 137
8.6. Sifat Fisik Minyak Atsiri 138
8.6.1. Aroma yang khas. 138
8.6.2. Berat Jenis 139
8.6.3. Indeks Bias 139
8.6.4. Putaran Optik 140
8.6.5. Kelarutan dalam Alkohol 141
8.6.6. Warna 142
8.7. Sifat Kimia Minyak Atsiri 143
8.7.1. Bilangan Asam 143
8.7.2. Bilangan Ester 143
8.8. Reaksi yang Mempengaruhi Sifat Kimia Minyak Atsiri 144
8.8.1. Reaksi Oksidasi 144
8.8.2. Reaksi Hidrolisis 144
8.8.3. Reaksi Resinifikasi 144
8.9. Proses yang Mempengaruhi Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Minyak
Atsiri 145
8.9.1. Penyimpanan Bahan 145
8.9.2. Proses Ekstraksi 145
8.10. Rangkuman 145
8.11. Latihan 146
8.12. Bahan Bacaan yang Dianjurkan 146

DAFTAR PUSTAKA 147


GLOSARIUM 149
INDEX 152
PROFIL PENULIS 155

viii

Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Sejumlah senyawa aktif metabolit sekunder beserta


sumber tanaman dan efek farmakologisnya 46
Tabel 3.2. Contoh bahan alam yang dimanfaatkan sebagai produk
perawatan kulit. 49
Tabel 3.3. Contoh bahan alam yang dimanfaatkan sebagai produk
perawatan rambut. 49
Tabel 5.1. Sifat fisik dan kimia beberapa pelarut organik yang
digunakan pada ekstraksi bahan alam 87
Tabel 8.1. Standar mutu fisik dan kimia minyak nilam berdasarkan
SNI 06-2385-2006. 143

ix

Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Akar kuning dan bentuk ekstraknya. 5


Gambar 1.2. Jalur biosintesis metabolit sekunder pada tumbuhan. 7
Gambar 1.3. Pemanfaatan bahan alam dalam industri. 9
Gambar 2.1. Stuktur senyawa terpenoid myrcene yang tersusun atas
dua sturktur isoprene. 15
Gambar 2.2. Struktur kimia geranyl pyrophosphate. 16
Gambar 2.3. Struktur kimia limonen. 17
Gambar 2.4. Rimpang jaher dan struktur kimia zingiberene. 18
Gambar 2.5. Retinol, sebuah contoh diterpen. 19
Gambar 2.6. Ginseng dan ginsenoside. 20
Gambar 2.7. Beta-karoten, sebuah tetraterpen yang penting. 21
Gambar 2.8. Saponin dan busa saponin pada teh. 22
Gambar 2.9. Kafein dalam biji kopi. 23
Gambar 2.10. Struktur umum flavonoid. 25
Gambar 2.11. Flavonol (kiri) dan flavone (kanan). 26
Gambar 2.12. Quercetin (kiri) dan kaempferol (kanan). 27
Gambar 2.13. Hyperoside, glukosida dari quercetin. 28
Gambar 2.14. Flavone (kiri) dan isoflavone (kanan). 29
Gambar 2.15. Struktur umum isoflavone serta hesperidin (isoflavone
pada buah jeruk). 30
Gambar 2.16. Struktur kimia catechin. 31
Gambar 2.17. Struktur umum anthocyanidin (aglicone dari
anthocyanin). 32
Gambar 2.18. Tiga kemungkinan posisi hidroksil pada
hydroxybenzoic acid. 33
Gambar 2.19. Gallic acid (trihydroxybenzoic acid). 34
Gambar 2.20. Hydroxycinnamic acid (kiri) dan cinnamic acid (kanan).
35
x

Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

Gambar 2.21. Caffeic acid (kanan) dan coumaric acid (kiri). 35


Gambar 2.22. Salah satu contoh tanin (tannic acid). 37
Gambar 3.1. Beberapa pemanfaatan minyak atsiri sebagai produk
kesehatan. 44
Gambar 3.2. Perbedaan produk farmasetik dan nutrasetik. 50
Gambar 3.3. Logo jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. 52
Gambar 3.4. Logo jamu. 53
Gambar 3.5. Logo obat herbal terstandar. 54
Gambar 3.6. Logo obat fitofarmaka. 55
Gambar 4.1. Pemanenan (koleksi) bahan tanaman untuk ekstraksi. 62
Gambar 4.2. Proses pengeringan bahan alam dalam ruangan. 63
Gambar 4.3. Pengeringan bahan di dalam oven. 64
Gambar 4.4. Pengeringan menggunakan sebuah freeze dryer. 65
Gambar 4.5. Pengecilan ukuran dengan mortar. 66
Gambar 5.1. Proses maserasi skala kecil. 74
Gambar 5.2. Proses perkolasi menggunakan beberapa perkolator. 76
Gambar 5.3. Ekstraksi skala kecil dengan reflux. 78
Gambar 5.4. Esktraksi dengan soxhlet. 80
Gambar 5.5. Contoh ekstraksi maserasi dengan bantuan alat
ultrasonikasi (Power Sonic 420). 82
Gambar 5.6. Mekanisme ekstraksi dengan bantuan ultrasonikasi. 83
Gambar 5.7. Bagian-bagian alat ekstraksi dengan pelarut bertekanan. 84
Gambar 6.1. Proses fraksinasi pada sebuah labu pemisah dan
terbentuknya dua fase yang terpisah. 94
Gambar 6.2. Proses evaporasi dengan rotary vacuum evaporator. 95
Gambar 6.3. Contoh proses isolasi beberapa senyawa flavonoid dari
ekstrak metanol daun pepaya (Carica papaya). 99
Gambar 6.4. Struktur kimia dan nama senyawa flavonoid hasil isolasi
dari ekstrak daun pepaya. 100
Gambar 6.5. Prinsip kromatografi dalam pemisahan senyawa. 101
Gambar 6.6. Contoh kromatografi kolom dengan tekanan medium
(MPLC). 104
Gambar 6.7. Proses packing kromatografi kolom. 106
xi

Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

Gambar 6.8. Kolom kromatografi dengan sampel yang siap dielusi. 107
Gambar 6.9. Koleksi fraksi dari hasil elusi kromatografi kolom. 109
Gambar 6.10. Pengerjaan (spotting) TLC. 110
Gambar 6.11. Contoh TLC diamati di bawah sinar UV. 111
Gambar 6.12. Perbedaan prinsip normal phase dan reversed phase
pada kromatografi lapis tipis. 112
Gambar 7.1. Metode ekstraksi melalui destilasi dengan air. 120
Gambar 7.2. Metode ekstraksi melalui destilasi dengan air dan uap. 121
Gambar 7.3. Penyulingan minyak atsiri dengan teknik destilasi air
dan uap. 122
Gambar 7.4. Metode ekstraksi melalui destilasi dengan uap. 123
Gambar 7.5. Metode ekstraksi melalui pengepresan. 124
Gambar 7.6. Metode ekstraksi dengan pelarut organik. 125
Gambar 7.7. Metode ekstraksi dengan enfleurasi. 128
Gambar 7.8. Metode ekstraksi dengan maserasi lemak panas. 130

xii

Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

1. BAHAN ALAM DAN


METABOLIT SEKUNDER

1.1. Deskripsi Singkat

Bahan alam secara khusus diartikan sebagai segala material organik yang
dihasilkan oleh alam yang telah dipelajari dan dibuktikan baik secara empiris
maupun secara tradisional melalui pengalaman penggunaan turun temurun
memiliki khasiat tertentu untuk kesehatan baik dalam bentuk segar, sediaan
kering, ekstrak, maupun senyawa tunggal hasil pemurnian. Pada era modern ini
ada kecenderungan pola hidup yang mengarah pada penggunaan bahan-bahan
alami sebagai zat berkhasiat baik untuk pengobatan, perawatan kesehatan dan
kebugaran, kosmetika, makanan fungsional, maupun untuk produk perawatan
tubuh sehari-hari. Fenomena ini semakin meningkatkan pamor bahan alam
sebagai pilihan karena dinilai lebih aman atau memiliki efek negatif yang lebih
rendah. Nilai ekonomis beberapa bahan alam pun semakin meningkat yang diikuti
dengan semakin berkembangnya berbagai penelitian untuk mengembangkan
produk-produk yang berbasis pada bahan alam. Saat ini, bidang penelitian dan
industri bahan alam menjadi salah satu bidang yang prospektif dan memiliki masa
depan yang baik karena kebutuhan akan bahan ini semakin meningkat.

Untuk itu, pengenalan mengenai teknologi, metode-metode atau teknik-


teknik dasar penelitian dan pemanfaatan bahan alam menjadi produk yang lebih

1
Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

bernilai tinggi menjadi sangat perlu untuk mahasiswa teknologi industri pertanian.
Sudah barang tentu, pengenalan dasar-dasar bahan alam ini perlu diberikan
sebagai landasan dalam mempelajari proses lanjut dari pemanfaatan bahan alam.
Pada bab ini dijelaskan mengenai pengertian dasar bahan alam dan juga
metabolit sekunder atau fitokimia yang merupakan komponen utama dari bahan
alam. Selain itu juga dijelaskan mengenai agroindustri pengolahan bahan alam
beserta contoh dan prospeknya.

1.2. Relevansi

Bab tentang pengetahuan dasar bahan alam dan metabolit sekunder ini
penting disajikan sebagai landasan untuk memahami metabolit sekunder sebagai
komponen utama bahan alam serta bagaimana mekanisme kerja metabolit
sekunder sehingga dapat memberikan manfaat bagi manusia.

1.3. Kompetensi

Setelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa akan mampu memahami dan


menjelaskan kembali beberapa hal sebagai berikut:

1. Pengertian bahan alam


2. Pengertian metabolit sekunder
3. Prinsip kerja metabolit sekunder sebagai komponen utama bahan alam
4. Jenis-jenis bahan alam
5. Contoh-contoh pemanfaatan bahan alam
6. Agroindustri bahan alam dan manfaatnya dalam peningkatan nilai
tambah.

2
Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

1.4. Pengantar

Bahan alam memiliki spektrum yang sangat luas. Mentimun yang kita
santap sebagai lalapan yang kita tujukan sebagai bahan serat yang akan
memperlancar pencernaan dan juga untuk menjaga tekanan darah dari potensi
darah tinggi adalah sebuah contoh pemanfaatan bahan alam, yaitu mentimun.
Senyawa menthol yang diformulasikan menjadi sebuah produk balsam yang
digunakan untuk melegakan dan menyegarkan dada dan tenggorokan juga
merupakan pemanfaatan bahan alam. Untuk itu pada bab ini dijelaskan mengenai
pengertian bahan alam, komponen utamanya, bagaimana komponen utama
tersebut bekerja dan apa saja efek-efeknya, serta bagaimana pemanfaatan bahan
alam sebagai komoditas agroindustri untuk dikembangkan menjadi produk
dengan nilai tambah lebih tinggi.

1.5. Pengertian Bahan Alam (Natural Products)

Secara harfiah bahan alam dapat diartikan sebagai bahan-bahan yang


bersumber dari alam (natural resources), seperti hasil budidaya pertanian, hasil
perikanan darat dan laut, hasil hutan, ataupun hasil tambang atau bahan mineral.
Tetapi dalam bidang-bidang ilmu terkait kimia organik, farmasi, dan ilmu pangan,
bahan alam (natural products) pada umumnya mengacu pada metabolit-
metabolit sekunder baik dalam bentuk sediaan kering, ekstrak, ataupun senyawa
tunggal yang bersumber dari makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan (terutama
hewan laut), maupun mikroorganisme. Di Indonesia, istilah ‘bahan alam’ lebih
umum digunakan daripada ‘produk alam’ atau ‘produk alami’ sebagai padanan
untuk natural products.

Samuelsson (1999) mendefinisikan natural products sebagai produk yang


dihasilkan oleh alam yang meliputi: (1) seluruh organisme (tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme) yang telah diproses secara sederhana dengan tujuan untuk

3
Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

pengawetan, seperti pengeringan, (2) bagian dari organisme, seperti daun, bunga,
atau organ tertentu dari hewan, (3) ekstrak dari organisme atau bagian organisme,
serta (4) komponen tunggal (alkaloids, coumarins, flavonoids, lignans, glycosides,
terpenoids, steroids, dll.). Dalam praktiknya, istilah natural products lebih banyak
didefinisikan sebagai senyawa metabolit sekunder, dengan bobot molekul (BM)
rendah yang dihasilkan oleh organisme tertentu yang tidak diperuntukkan sebagai
nutrisi pokok dalam proses pertumbuhannya, tetapi lebih bersifat sebagai
komponen penunjang, seperti sebagai alat perlindungan atau sebaliknya sebagai
media penarik perhatian terhadap organisme lain (Cannell, 1998).

Dengan demikian, bahan alam dapat didefinisikan sebagai komponen atau


substansi kimia yang merupakan metabolit sekunder (secondary metabolites)
yang dapat berupa komponen tunggal/murni hasil isolasi maupun yang masih
berupa campuran komponen dalam bentuk ekstrak, sediaan kering dari bagian
tertentu atau keseluruhan dari suatu organisme baik tumbuhan, mikroba,
ataupun hewan yang dieksplorasi dan dimanfaatkan karena efek farmakologis
(pharmacological effect), efek terapi (therapeutic effect), antioksidan
(antioxidative effect), antibakteri (antibacterial), atau kemampuannya sebagai
bahan pewarna (coloring agent), penyedap (flavoring agent), pengharum
(parfuming agent), pengikat (fixative agent), serta karena aktivitas biologis
(biological activity) lainnya seperti kemampuan sebagai pestisida alami (natural
pesticide).

Sebagai contoh yang mudah adalah bahan pewarna alami, yaitu produk
pewarna yang dihasilkan dari proses isolasi, ekstraksi, ataupun pengeringan
bagian tertentu dari suatu bagian tumbuhan. Contoh pewarna alami dalam
bentuk senyawa tunggal adalah berberine, sumber warna kuning yang dapat
diisolasi dari beberapa tanaman, seperti akar kuning (Arcangelisia flava, Gambar
1.1) atau berberry (Berberis vulgaris). Selain memberikan efek warna kuning,

4
Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

berberine juga memiliki kemampuan memberikan berbagai efek farmakologi dan


terapi (Imanshahidi and Hosseinzadeh, 2008).

Gambar 1.1. Akar kuning dan bentuk ekstraknya.

Ekstrak kunyit yang mengandung curcuminoids juga dapat digunakan


sebagai pewarna kuning dalam bentuk ekstrak selain juga memberikan efek
farmakologi (Anand et al., 2007). Selain itu serbuk cabe kering juga merupakan
contoh pewarna merah dalam bentuk sediaan kering yang mengandung capsaicin
sebagai bahan aktifnya yang juga memiliki efek farmakologi. Bahan alam tidak
terbatas pada sumber-sumber organisme di darat saja tapi juga dari organisme
yang hidup di air, sebagai contohnya beberapa senyawa terpenoids, flavonoids,
dan saponins juga telah diisolasi dari timun laut (Stichopus japonicus) serta
memiliki berbagai macam efek farmakologi (Husni, 2011).

Dalam pemanfaatannya, komponen atau substansi-substansi kimia bahan


alam diproses menjadi produk lanjutan baik sebagai bahan baku untuk produk
lanjutannya atau produk jadi dengan standarisasi, keamanan, serta kepraktisan
dalam penggunaan dan cara konsumsinya untuk meningkatkan nilai ekonominya.

5
Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

Obat, bahan obat, neutraceuticals, functional foods, nutritional supplements,


produk herbal, aroma terapi, pewarna alami, bumbu alami, parfum serta berbagai
produk lokal dengan istilah tertentu seperti jamu di Indonesia, merupakan contoh
pemanfaatan bahan alam dengan memberikan sentuhan teknologi untuk
meningkatkan guna (function) dan nilainya (value).

Dari segi pemanfaatannya bahan alam berbeda dengan bahan alam lainnya,
seperti bahan pangan (food atau nutritional food), di mana ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pokok (karbohidrat, lemak, protein, asam amino),
atau produk perikanan, produk kerajinan, bahan tambang, produk minyak dan gas,
dan lain sebagainya, di mana sama-sama menggunakan bahan yang dihasilkan
oleh alam. Inilah yang membedakan bahan alam dengan bahan dari alam (natural
sources) lainnya.

1.6. Metabolit Sekunder dan Fitokimia

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa komponen utama dari bahan


alam adalah metabolit sekunder, maka metabolit sekunder sendiri dapat
didefinisikan sebagai senyawa dengan berat molekul rendah yang ditemukan
dalam jumlah minor pada organisme yang memproduksinya karena tidak
berfungsi sebagai komponen esensial dalam metabolisme atau penopang pokok
dari kelangsungan hidup dari organisme tersebut, melainkan lebih berfungsi
sebagai penunjang seperti agen pertahanan diri, perlawanan terhadap penyakit
atau kondisi kritis, ataupun berperan sebagai hormon.

Sementara itu, ada istilah lain yaitu fitokimia (phytochemicals). Dari asal
usul katanya, maka terdiri dari phyto dan chemicals. Fito (phyto) dalam bahasa
latin berarti tumbuhan, sedangkan chemicals berarti bahan-bahan kimia. Secara
harfiah dapat dikatakan fitokimia adalah bahan-bahan atau senyawa-senyawa
kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan. Dalam penggunaannya terutama dalam
bidang kimia bahan alam, fitokimia diartikan sebagai metabolit sekunder yang

6
Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

khusus dihasilkan oleh tumbuhan. Dengan demikian dapat didefinisikan bahwa


fitokimia adalah senyawa kimia non nutrisi yang memiliki fungsi-fungsi proteksi
atau pertahanan yang diproduksi di dalam sel tumbuhan. Gambar 1.2
memperlihatkan kelompok-kelompok metabolit sekunder yang dihasilkan oleh
tumbuhan melalui beberapa jalur biosintesis yang bersumber atau berawal dari
metabolit primer hasil proses fotosintesis.


(http://science.marshall.edu/)

Gambar 1.2. Jalur biosintesis metabolit sekunder pada tumbuhan.

Sementara itu, metabolit primer adalah molekul dengan BM tinggi serta


memiliki struktur yang relatif sama di setiap organisme, seperti karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, dan asam nukleat. Meskipun metabolit primer juga
merupakan bahan yang diproduksi oleh alam, tetapi secara umum tidak disebut
sebagai bahan alam, namun lebih dekat sebagai nutrisi atau bahan pangan (foods).

7
Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

Metabolit sekunder dipelajari dalam bidang ilmu Kimia Bahan Alam atau Kimia
Organik Bahan Alam, sedangkan metabolit primer dipelajari pada bidang ilmu
Biokimia. Metabolit primer menjadi bahan dasar dalam biosintesis beberapa
kelompok metabolit sekunder, seperti terlihat pada Gambar 1.2.

1.7. Agroindustri Bahan Alam

Seorang petani yang menanam jahe, kemudian memanen dan


membersihkannya, lalu menjualnya, sudah dapat dikatakan melakukan kegiatan
industri (industri primer). Seorang ibu yang membeli jahe di pasar, kemudian
mengolahnya menjadi ekstrak jahe instan lalu menjualnya dalam kemasan yang
sederhana tentunya juga merupakan kegiatan industri, dan dapat diklasifikasikan
dalam industri sekunder. Sebuah pabrik jamu yang mendatangkan jahe dalam
skala besar kemudian mengolahnya menjadi minuman jahe instan dengan
kemasan modern yang menarik juga termasuk dalam industri sekunder.

Sebuah laboratorium yang menyediakan jasa analisis kualitas produk


(kandungan nutrisi atau metabolit) kepada perusahaan pengolahan jahe tadi juga
dikategorikan sebagai sebuah industri (industri jasa/industri tersier). Lebih jauh
lagi, sebuah laboratorium yang melakukan riset mendalam untuk meneliti
mengenai senyawa metabolit sekunder dari jahe, aktivitas biologis atau efek
farmakologisnya, kemudian menciptakan sebuah formula produk yang terstandar
dan kemudian menjualnya kepada perusahan lain untuk diproduksi dalam skala
besar maka laboratorium tadi telah melakukan kegiatan industri kuarter
(quaternary industry).

Dari ilustrasi dan penjelasan di atas, dapat ditarik sebuah benang merah
bahwa industri merupakan sebuah kegiatan untuk memperoleh pendapatan
(income) baik dengan menjual produk maupun jasa, termasuk di dalamnya lisensi
atau disain produk. Industri sekunder dicirikan dengan adanya usaha pengolahan
(processing) untuk menciptakan nilai tambah (added value) dari bahan bakunya.

8
Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

Sedangkan industri primer tidak melakukannya, kalaupun ada nilai tambah yang
diciptakan, persentasenya sangat kecil. Industri tersier memberikan pelayanan
jasa (service), sedangkan industri kuarter menghasilkan dan menjual lisensi atau
disain produk.
Dengan demikian, agroindustri atau industri agro atau industri pertanian
dalam lingkup khusus pemanfaatan bahan alam ini dapat didifinisikan sebagai
kegiatan industri yang ditujukan untuk menghasilkan pendapatan dengan cara
menciptakan nilai tambah dari suatu bahan alam, baik yang diperoleh melalui
proses budidaya/pertanian ataupun dengan cara mengambil secara langsung dari
alam (ekstraktif). Dengan demikian produk bahan alam adalah salah satu output
atau produk dari kegiatan agroindustri.


(http://www.nutraceuticalsworld.com/)

Gambar 1.3. Pemanfaatan bahan alam dalam industri.

Di sisi lain, produk bahan alam juga dapat berperan sebagai input atau
material agroindustri, jika produk tersebut diproses lanjut menjadi produk dengan
nilai tambah yang lebih tinggi. Dengan demikian, berdasarkan bahan bakunya,
maka agroindustri dapat mencakup area yang sangat luas, yaitu produk kimia non

9
Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

pangan (karet, lipid, fiber beserta turunan-turuanannya), produk pangan, produk


bioindustri (enzim), produk perikanan dan peternakan, produk hasil hutan, dan
juga produk bahan alam atau natural product (pharmaceuticals, herbal medicine,
neutraceuticals, functional foods, nutritional supplements serta berbagai produk
bahan dasar). Gambar 1.3 memperlihatkan tiga kelompok utama produk
pemanfaatan bahan alam yang menghasilkan tiga kombinasi kelompok produk
turunan lainnya.
Kegiatan industri memiliki lingkup yang sangat luas, yaitu mencakup
material, teknologi pengolahan, mesin dan peralatan, sumber daya manusia,
modal, manajemen, perencanaan, sampai pemasaran. Teknologi industri
ditujukan untuk menciptakan sistem produksi, baik dari sisi manajemen maupun
teknologi prosesnya, yang efektif dan efisien atau dengan kata lain memiliki
produktivitas tinggi dalam kegiatan menghasilkan nilai tambah dari bahan yang
diprosesnya. Untuk mencapai tujuan itu, maka pemahaman mengenai segala
aspek yang berkaitan dengan sistem produksi itu harus dikuasai, mulai dari sifat
dan jenis material, teknologi proses, mesin dan peralatan, pengendalian mutu,
riset dan pengembangan, sampai dengan spesifikasi sumber daya manusia yang
dibutuhkan.

1.8. Rangkuman

1. Bahan alam adalah substansi kimia yang merupakan metabolit sekunder


yang dapat berupa komponen tunggal/murni hasil isolasi maupun yang
masih berupa campuran komponen dalam bentuk ekstrak, sediaan
kering dari bagian tertentu atau keseluruhan dari suatu organisme baik
tumbuhan, mikroba, ataupun hewan yang dimanfaatkan karena efek
farmakologisnya.
2. Pemanfaatan bahan alam antara lain: sebagai obat, bahan obat,
neutraceuticals, functional foods, nutritional supplements, produk herbal,

10
Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

aroma terapi, pewarna alami, bumbu alami, parfum serta berbagai


produk lokal dengan istilah tertentu seperti jamu di Indonesia.
3. Metabolit sekunder adalah senyawa dengan berat molekul rendah yang
ditemukan dalam jumlah minor pada suatu organisme yang tidak
berfungsi sebagai komponen esensial dalam metabolisme tersebut,
melainkan sebagai komponen penunjang seperti agen pertahanan diri,
perlawanan terhadap penyakit atau kondisi kritis, dll.
4. Bahan alam dapat berperan sebagai input atau material agroindustri
untuk diproses lebih lanjut menjadi produk dengan nilai tambah yang
lebih tinggi.
5. Pemahaman mengenai sifat bahan/material merupakan faktor penting
dalam merekayasa produk maupun proses dalam suatu kegiatan industri.

1.9. Latihan

1. Jelaskan secara mendalam mengenai bahan alam, bagaimana


karakteristik dan penyusunnya!
2. Sebut dan jelaskan contoh-contoh pemanfaatan bahan alam baik secara
tradisional maupun modern!
3. Jelaskan yang dimaksud dengan senyawa metabolit sekunder dan
senyawa fitokimia!
4. Sebut dan jelakan beberapa kelompok produk yang memanfaatkan
senyawa metabolit sekunder atau fitokimia!
5. Jelaskan pentingnya pemahaman dan pengetahun mengenai bahan
alam dalam pengembangan agroindustri!

1.10. Bacaan Lanjutan yang Dianjurkan

Untuk memahami lebih dalam dan untuk mengembangkan pengetahuan


maka beberapa bahan bacaan berikut sangat dianjurkan untuk dibaca.

11
Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam

Agoes, G., 2007. Teknologi Bahan Alam. ITB, Bandung.


Agusta, A., 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropis Indonesia. ITB, Bandung.
Anand, P., Kunnumakkara, A.B., Newman, R.A., dan Aggarwal, B.B., 2007.
Bioavailability of Curcumin: Problems and Promises. Molecular
Pharmaceutics, 4: 807-818.
Ardiansyah., 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trubus Agriwidya, Jakarta.
Cannell, R.J.P., 1998. Natural Product Isolation. Humana Press, New Jersey.
Dias, D.A., Urban, S., dan Roessner, U., 2012. A Historical Overview of Natural
Products in Drug Discovery. Metabolites, 2: 303-336.
Hariana, A., 2005. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Harris, R., 1987. Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya, Jakarta.
Husni, A., 2011. Tyrosinase Inhibition by Water and Ethanol Extracts of A Far
Eastern Sea Cucumber Stichopus japonicus. Journal of The Science of
Food and Agriculture, 9: 1541-1547.
Imanshahidi, M. dan Hosseinzadeh, H., 2008. Pharmacological and Therapeutic
Effects of Berberis vulgaris and Its Active Constituent, Berberine.
Phytotherapy Research, 22: 999-1012.
Kabera, J.N., Semana, E., Mussa, A.R., dan He., X., 2014. Plant Secondary
Metabolites: Biosynthesis, Classification, Function and Pharmacological
Properties. Journal of Pharmacy and Pharmacology, 2:377-392.
Kapoor, V.P., 2005. Herbal Cosmetics for Skin and Hair Care. Natural Product
Radiance, 4: 306-314.
Lahlou, M., 2013. The Success of Natural Products in Drug Discovery.
Pharmacology and Pharmacy, 4: 17-31.
Pandey, N., dkk., 2011. Medicinal Plants Derived Nutraceuticals: A Re-emerging
Health Aid. International Journal of Pharma and Bio Sciences. 4: 419-
441.
Rusli S, Nurdjanah, N., Soediarto, Sitepu, D., Ardi, dan Sitorus. D.T., 1985.
Penelitian dan Pengembangan Minyak Atsiri Indonesia. Bogor: Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Samuelsson, G., 1999. Drug of Natural Origin: A Textbook of Pharmacognosy.
Swedish Pharmaceutical Press, Stockholm, Sweden.
Sarker, S.D., Latif, Z., dan Gray, A.I., 2006. Natural Product Isolation 2nd edition.
Humana Press, New Jersey, USA.

12

You might also like