Professional Documents
Culture Documents
Diajukan oleh:
MIR’ATUN SYARIFAH
1607047015
Kepada:
i
HALAMAN PENGESAHAN
Secara in Vivo.
I. Nomor hp : 085239628321
Mir’atun Syarifah
NIM : 1607047015
Menyetujui : :
Dr. Nining Sugihartini, M.Si., Apt Dr. Laela Hayu Nurani, M.Si.Apt
NIP/NIY: 0528067501 NIP/NIY : 60990195
ii
DAFTAR ISI
iii
INTISARI
Jerawat atau Acne vulgaris merupakan penyakit kulit kronis yang
disebabkan oleh aktivitas bakteri seperti Propionibacterium acne,
Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus aureus. Pengatasan jerawat
bisa dilakukan dengan hasil sintesis dengan senyawa antibiotik, pemberian
antibiotik contohnya ampisilin, kotrimoksasol, eritromisin, klindamisin atau
tetrasiklin, namun penggunaan, antibiotik jangka panjang dapat menyebabkan
bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik. Oleh sebab itu digunakan bahan alam
yang tidak akan menimbulkan resisten. Senyawa yang dapat digunakan sebagai
antijerawat yaitu senyawa acubin, antrakuinon dan flavonoid. Senyawa tersebut
banyak terdapat pada buah mengkudu. Selain itu buah mengkudu mengandung
senyawa polifenol seperti golongan kumarin, asam fenolat, dan iridoid yang
memiliki kemampuan menghambat produksi nitrit oksida (NO) dan
aktivitas enzim siklooksigenase, sehingga menghambat produksi
prostaglandin seperti mekanisme kerja OAIN (Widasari, et al 2014). Dengan
demikian, buah mengkudu memiliki efek analgesik dan antiinflamasi.Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak etanol buah
mengkudu (Morinda oleifera L.) dalam sediaan sediaan masker peel off terhadap
aktivitas antibakteri pada bakteri Staphaylococcus epidermidis dan
Propionibacterium acne, ekspresi COX-2, daya iritasi, dan sifat fisik sediaan
masker peel off.
Dilakukan formulasi sediaan masker peel off menggunakan ekstrak buah
mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan penambahan polimer (PVA) dan bahan
tambahan lainnya kemudian masker peel off selanjutnya diuji aktivitas
antibakterinya dengan mengukur diameter zona hambat, uji daya antiinflamasi
dengan parameter jumlah ekspresi COX-2, jumlah sel radang dan tebal epidermis
menggunakan hewan uji mencit dan crotton oil sebagai agen inflamasi, kemudian
selain itu juga dilakukan uji iritasi dengan menggunakan hewan uji kelinci dan
dievaluasi sifat fisik sediaan (uji daya sebar, daya lekat, viskositas, pH).
Kata Kunci: Jerawat, buah mengkudu, antibakteri, COX-2, masker peel off.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pada saat kelenjar minyak pada kulit terlalu aktif (Kumar, 2008).Acne bukan
penyakit gawat darurat tetapi penyakit ini dapat menimbulkan krisis percaya diri
digunakan bahan alam yang tidak akan menimbulkan resisten (Utami et al, 2012).
(Puspitasari, et al 2010).
1
2
pada polaritas yang tinggi dan dapat menguraikan berbagai senyawa dari material
tumbuhan.Selain etanol etil astetat, metanol, dan heksana juga dapat digunakan
sebagai pelarut dalam ekstraksi antibakteri dari buah mengkudu, namun etanol
memiliki kepolaran yang tinggi sehingga dapat menguraikan senyawa polar dan
non polar (Suner et al, 2011).Metanol sebenarnya lebih polar daripada etanol
namun karena metanol memiliki sifat toksik yang lebih tinggi sehingga jarang
flavonoid, flavonoid glikosida, rutin (Ying et al, 2002). Selain itu buah mengkudu
ini menghambat enzim COX (Ammar, 2005; Siswandono dan Soekarjo, 1995)
2004) yang ekspresinya dapat diinduksi oleh stimulus elektrik dan berbagai
macam zat kimia seperti faktor pertumbuhan dan sitokin (Zhang et al.,
mengatasi jerawat, masalah satunya dengan cara menjaga kebersihan kulit wajah
dengan tujuan untuk menghilangkan sel-sel kulit mati dan minyak berlebih,
keringat, kotoran dan sisa kosmetik serta bisa mengurangi obstruksi duktus
kosmetik pembersih wajah yang dapat digunakan untuk mengatasi Acne vulgaris
adalah sediaan masker peel off. Masker peel off cocok digunakan oleh mereka
Sediaan masker peel off dibuat dengan cara penambahan basis. Basis yang
digunakan dalam sediaan masker peel off adalah polivinil alkohol. Polivinil
alkohol merupakan salah satu filming agent yang banyak digunakan dalam
masker (Rowe dkk., 2009). Kualitas fisik masker gel dipengaruhi oleh komposisi
digunakan HPMC sebagai agen peningkat viskositas. HPMC akan membentuk gel
yang bening, jernih, bersifat netral dan mempunyai viskositas yang stabil dalam
antijerawat, bisa mengatasi inflamasi akibat jerawat yang timbul pada wajah.
Diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif pengobatan
jerawat yang bersumber dari bahan alam dan dapat memberikan informasi tentang
B. Rumusan Masalah
citrifolia L.) dalam sediaan masker peel off terhadap aktivitas antibakteri pada
citrifolia L.) dalam sediaan masker peel off terhadap ekspresi COX-2 secara
citrifoliaL.) dalam sediaan masker peel off terhadap daya iritasi pada mencit?
citrifolia L.) dalam sediaan masker peel off terhadap sifat fisik sediaan
C. Tujuan Penelitian
citrifolia L.) dalam sediaan masker peel off terhadap aktivitas antibakteri pada
citrifolia L.) dalam sediaan masker peel off terhadap ekspresi COX-2 secara
citrifolia L.) dalam sediaan masker peel off terhadap daya iritasi pada mencit.
citrifolia L.) dalam sediaan masker peel off terhadap sifat fisik sediaan
D. Manfaat Penelitian
bermanfaat dan dapat diformulasikan menjadi sediaan masker peel off yang
2. Menambah nilai guna dan jual dari buah mengkudu serta dapat dibuat sediaan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Bangsa : Rubiales
Suku : Rubiaceae
Marga : Morinda
Morfologi buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dapat dilihat pada gambar
1.
6
7
(Wang et al., 2002; Usha et al., 2010), antikanker, antioksidan, antiinflamasi, dan
Senyawa antrakuinon, alizarin dan acubin yang terdapat dalam buah mengkudu
merupakan golongan dari terpenoid dan turunan dari senyawa fenol. Senyawa
fenol yang terdapat pada buah mengkudu berkisar antara 5,94 –36,52g/ 100g
lebih besar terhadap bakteri gram positif antara lain adalah bakteri Methicillin
yang bersifat polar daripada lapisan lipid yang nonpolar, sehingga menyebabkan
aktivitas penghambatan pada bakteri gram positif lebih besar daripada bakteri
bakteri gram positif menyebabkan terganggunya fungsi dinding sel yang akan
al, 2002).Secara in vitro ekstrak metanol akar, daun dan buah mengkudu telah
Senyawa scolopetin sangat efektif sebagai unsur anti peradangan dan anti-
alergi, zat anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu paling
efektif melawan sel-sel abnormal (Will, 2002). Selain itu buah mengkudu
dalam meredam efek radikal bebas yang berkaitan erat dengan penghambatan
dari berbagai jenis pelarut tergantung pada polaritas yang tinggi dan dapat
metanol, dan heksana juga dapat digunakan sebagai pelarut dalam ekstraksi
antibakteri dari buah mengkudu, namun etanol merupakan pelarut terbaik dalam
sehingga dapat menguraikan senyawa polar dan non polar (Suner et al,
memiliki sifat toksik yang lebih tinggi sehingga jarang digunakan untuk
konsentrasi 30% dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) pada konsentrasi 35%
Staphylococcus aureus.
masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh
Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu metode
difusi, dilusi dan bioautografi. Metode difusi dan bioautografi merupakan teknik
secara kualitatif karena metode ini hanya akan menunjukkan ada dan tidaknya
et al, 2007). Pada metode difusi termasuk didalamnya metode disk difussion (tes
termasuk didalamnya metode dilusi cair dan dilusi padat (Pratiwi, 2008).
a. Metode difusi, media yang dipakai adalah media Mueller Hinton. Terdapat
aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada
media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media
2008). Keunggulan uji difusi cakram agar mencakup fleksibilitas yang lebih besar
2) Cara sumuran
Metode ini Pada cara ini dibuat suatu sumuran atau lubang pada media
agar dan zat antibakteri yang akan diujikan dimasukkan ke dalam sumuran
tersebut.
Pada cara ini bakteri disuspensikan dengan media agar sampai homogen,
b. Metode Dilusi
12
Ada dua metode pada yaitu dilusi cair atau dilusi padat:
Metode ini mengukur KHM (Kadar Hambat Minimum) dan KBM (Kadar
Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media
yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji (Pratiwi,
2008).Pada dilusi cair, suspensi bakteri dalam media ditambahkan pada masing-
masing seri konsentrasi, sedangkan pada dilusi padat media agar dicampurkan
dengan zat antibakteri kemudian bakteri ditanamkan pada media tersebut. Pada
metode dilusi ini didapatkan kadar hambat minimum (KHM) (Jawetz et al., 2005).
a. Jerawat
saluran folikel rambut dan pori-pori kulit.Jerawat dapat timbul dipermukaan kulit
wajah, pada bagian dada dan bagian lengan. Ada 3 tipe jenis jerawat yang sering
pori yang membesar dan menghitam. Berwarna hitam sebenarnya bukan kotoran
tapi penyumbat pori yang berubah warna karena teroksidasi dengan udara.
Komedo yang tertutup atau whitehead, biasanya memiliki kulit yang tumbuh
diatas pori-pori yang tersumbat maka terlihat seperti tonjolan putih kecil-kecil
dibawah kulit.Jerawat ini disebabkan oleh sel-sel kulit matidan kelenjar minyak
Jenis jerawat klasik ini mudah dikenal yaitu tonjolan kecil berwarna pink
atau kemerahan. Hal ini terjadi dipermukaan kulit,kuas make up, dan jari tangan.
3) Tipe yang ketiga adalah Cystic Acne (Jerawat Batu atau Jerawat Jagung)
ini dikarenakan faktor genetik yang memiliki banyak kelenjar minyak sehingga
yang anaerob yaitu saat pori-pori kulit tersumbat akibat adanya produksi kelenjar
minyak yang berlebih.Bakteri ini juga dapat mensintesis enzim lipase yang dapat
mengubah triagliserol pada kelenjar minyak menjadi asam lemak bebas yang
memacu terjadinya infeksi pada kulit infeksi ini membuat jerawat makin
wajah adalah tindakan membersihkan kulit wajah dari sebum dan kotoran,
a) Propionibacterium acne
Kingdom : Bacteria
Phylum : Actinobacteria
Class : Actinobacteridae
Order : Actinomycetales
Family : Propionibacteriaceae
Genus : Propionibacterium
15
acne
Propionibacterium acne termasuk dalam kelompok bakteri
asam lemak bebas dari lipid kulit.Asam lemak ini dapat mengakibatkan inflamasi
jaringan ketika berhubungan dengan sistem imun dan mendukung terjadinya akne
menghasilkan lipase, yang memecahkan asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam
lemak ini dapat menimbulkan radang jaringan dan ikut menyebabkan jerawat
adalah berbentuk batang tak teratur yang terlihat pada pewarnaan gram
(Pramasanti, 2008).
yang merusak stratum corneum dan stratum germinat dengan cara mensekresikan
inflamasi. Asam lemak dan minyak pada kulit tersumbat dan mengeras. Jika
jerawat disentuh maka inflamasi meluas sehingga padatan asam lemak dan
Kingdom : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacili
Ordo : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
terjadinya kelenjar minyak berlebih misalnya minuman keras, pedas, dan rokok.
(Wasitaatmadja, 2007).
dalam menjaga kebersihan kulit wajah adalah untuk menghilangkan sel-sel kulit
mati dan minyak berlebih, keringat, kotoran dan sisa kosmetik (Grimes,
2009).Pada saat melakukan tindakan membersihkan kulit wajah dari sebum dan
kotoran harus agar tetap mempertahankan kelembaban yang adekuat dan menjaga
Cara dan kebiasaan menjaga kebersihan wajah yaitu mandi dan mencuci
wajah dapat mengangkat kelebihan minyak pada kulit dan meluruhkan sel-sel
kulit mati.Namun mencuci wajah juga tidak boleh terlalu sering dilakukan, karena
jika terlalu sering mandi atau mencuci wajah menggunakan sabun dapat
telapak tangan secara sirkuler selama 10 detik dan bilas dengan air hingga bersih
(Kern, 2010). Dengan demikian minyak yang berlebih akan berkurang dan sel
kulit mati akan terangkat. Pengaplikasian sabun wajah atau pembersih yaitu pada
wajah dan leher dengan gerakan mengusap dan melingkar (effleurage danrotatie)
dengan menggunakan ujung jari secara halus, cara membersihkan bagian leher
19
dengan gerakan dari tengah ke samping kemudian sdari atas ke bawah. Arah
pemakaian sabun atau pembersih wajah yaitu dengan gerakan ke atas, dengan
maksud agar kulit tidak tertarik ke bawah yang dapat menyebabkan kulit wajah
mengendur dan untuk membuka pori-pori kulit agar kotoran mudah dibersihkan
yang menderita Acne vulgaris dengan frekuensi wajah berhubungan linier dimana
semakin sering membersihkan wajah maka semakin rendah angka kejadian Acne
vulgaris dan yang membersihkan wajah lebih dari 3 kali perhari angka kejadian
pastinya kurang bersih serta terasa kotoran masih melekat karena air tidak bisa
pembersih wajah untuk membersihkan wajah dari kotoran yang melekat serta
berfungsi mengangkat sel-sel kulit mati. Adapun jenis bahan pembersih yang
digunakan yaitu:
3. Bahan dasar air dan alkohol: face tonic, penyegar (Draelos, 2006).
yaitu masker. Sediaan masker juga sangat banyak dipasaran, dalam penelitian ini
Masker gel termasuk salah satu masker yang praktis, karena setelah kering
masker tersebut bisa langsung diangkat tanpa perlu dibilas.Masker ini biasa
dikenal dengan masker peel off.Manfaat masker gel peel off antara lain dapat
mengangkat kotoran dan sel kulit mati agar kulit bersih dan segar. Masker ini juga
teratur dapat mengurangi kerutan halus pada kulit wajah. Cara kerja masker peel
off ini berbeda dengan masker jenis lain. Ketika dilepaskan, biasanya kotoran
Masker peel off biasanya dalam bentuk gel atau pasta, yang dioleskan ke
yang tipis dan transparan pada kulit wajah. Setelah berkontak selama 15-30 menit,
lapisan tersebut diangkat dari permukaan kulit dengan cara dikupas (Slavtcheff,
Bahkan dengan pemakaian yang teratur, masker gel peel off dapat
mengurangi kerutan halus yang ada pada kulit wajah.Cara kerja masker gel peeloff
ini berbeda dengan masker jenislain. Ketika dilepaskan, biasanya kotoran serta
suhu kulit wajah meningkat sehingga peredaran darah menjadi lebih lancar dan
muka terlihat lebih segar. Karena terjadinya peningkatan suhu dan peredaran
darah yang lebih lancar, maka fungsi kelenjar kulit meningkat, kotoran dan sisa
masker yang mengering.Cairan yang berasal dari keringat dan sebagian cairan
tetap kenyal, bahkan sifat ini menjadi lebih baik setelah masker diangkat, terlihat
keriput kulit berkurang.Sehingga kulit muka tidak saja halus tetapi juga kencang.
Setelah masker diangkat, bagian cairan yang telah diserap oleh lapisan tanduk
akan menguap akibatnya terjadi penurunan suhu kulit sehingga menyegarkan kulit
(Ginting, 2015).
5. Antiiflamasi
kerusakan jaringan atau infeksi. Inflamasi juga berfungsi untuk melawan zat-zat
asing yang masuk ke dalam tubuh (mikroorganisme atau zat asing lain). Proses
inflamasi juga berperan untuk mengeleminasi sel-sel inang yang telah rusak atau
ini menghambat enzim COX (Ammar, 2005; Siswandono dan Soekarjo, 1995)
2004) yang ekspresinya dapat diinduksi oleh stimulus elektrik dan berbagai
macam zat kimia seperti faktor pertumbuhan dan sitokin (Zhang et al.,
B. Kerangka teori
abnormalitas produksi sebum pada kelenjar sebasea yang muncul pada saat
kelenjar minyak pada kulit terlalu aktif (Kumar, 2008).Acne dapat menimbulkan
krisis percaya diri pada remaja dan dewasa muda (Hendarta, et al 2003).
digunakan bahan alam yang tidak akan menimbulkan resisten (Utami et al, 2012).
golongan kumarin, flavonoid dan asam fenolat, dan iridoid yang memiliki
masker peel off merupakan masker yang praktis yang dapat digunakan untuk
semua jenis kulit dengan kelebihannya tidak dibilas, ketika masker peel off dilepas,
kotoran, debu, minyak, sisa make up diwajah serta sel-sel kulit mati akan ikut
terangkat. Penggunaan masker peel off juga dapat mempermudah sirkulasi darah
dipermukaan kulit wajah, sehingga kulit akan terasa lembab, lembut, bersih dan
24
segar (O’Neil et al, 2006). Masker peel off cocok digunakan oleh mereka dengan
jerawat yang menimbulkan bopeng atau lubang (Kinkin, 2007). Dengan adanya
golongan kosmetik pembersih wajah seperti masker peel offini dapat bermanfaat
masker peel off adalah polivinil alkohol (PVA). PVA dapat menghasilkan gel
yang cepat mengering dan membentuk lapisan film yang transparan, kuat, plastis
C. Hipotesis
sediaan sediaan masker peel off mempengaruhi aktivitas antibakteri pada bakteri
METODE PENELITIAN
sediaan masker peel off dan dilakukan evaluasi sediaan meliputi: pemeriksaan
fisik sediaan, uji iritasi pada kulit kelinci, dan uji daya antiinflamasi pada mencit.
B. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara memetik buah dari pohonnya. Buah
yang diambil adalah buah yang berwarna putih kekuningan dan daging buah
masih keras.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
25
26
bebas dalam penelitian ini yaitu formula masker peel off ektsrak etanol buah
penelitian ini adalah diameter zona hambat, daya antiinflamasi (jumlah ekspresi
COX-2, jumlah sel radang, tebal epidermis), iritasi (eritema dan udema yang
ditimbulkan), dan sifat fisik sediaan (viskositas, daya sebar, daya lekat, pH).
1. Alat
autoklaf, batang pengaduk, baskem, beaker glass, blender, bunsen, cawan petri,
hotplate, incubator, jarum ose, kapas steril, bekas, kaca arloji, kertas saring, koran,
lampu, oven, penjepit, pH meter, pinset, pipet tetes, pisau, rota vaporator, tabung
2. Bahan
Aquadest, asam asetat, bahan pengecatan, crotton oil, ekstrak etanol buah
Propionibacterium Etanol 96%, HPMC, kelinciNew Zaeland dengan berat 2,5 kg,
larutan dapar phospat pH 7,4, metil paraben, mencit galur BALB/c dengan berat
20-30 g, n-butanol, propilenglikol, PVA, propil paraben, TEA, acne, nutrient agar.
27
E. Prosedur Kerja
Prosedur kerja formulasi dan uji aktivitas antibakteri masker peel off
ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) sebagai antijerawat dapat dilihat
pada gambar 5. Prosedur kerja formulasi dan uji aktivitas antibakteri masker peel
off ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) sebagai antijerawat dapat
Buah Mengkudu
Maserat
Maserasi dengan etanol
96%
Residu Filtrat
Pengujian
Kadar air
Buah mengkudu yang telah matang dicuci dengan air mengalir, ditiriskan
kemudian dipotong tipis-tipis (kurang lebih 3 mm) dan dioven dengan suhu
dimaserasi dengan pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1:7 (setiap 1 gram
aduk. Hasil yang didapatkan disaring dengan kain kasa sehingga diperoleh hasil
maserasi cair dan ampas.Hasil maserasi cair diuapkan di atas waterbath selama 3
hari atau sampai terbentuk gel dan etanol benar benar menguap. Ekstrak buah
2. Ekstraksi Sampel
dengan pelarut etanol 96% hingga terendam semua bagian sampel lalu ditutup
rapat wadahnya. Dibiarkan selama 3x24 jam ditempat yang terlindung dari
rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak etanol kental yang siap digunakan
25
29
3. Karakterisasi Ekstrak
dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 105⁰C. Kurs yang sudah
bobot tetap. Sampel yang sudah didapat bobot tetapnya yaitu sampai
desikator hingga suhu kamar, kemudian dicatat bobot tetap yang diperoleh untuk
asetat:air (4:1:5 v/v, lapisan atas). Plat KLT selulosa dioven pada suhu
kuersetin dan fraksi Kloroform KBNM ditotolkan pada plat KLT selulosa
plat KLT selulosa dilakukan dibawah sinar tampak, UV 254 nm dan 366 nm
2011).
Pembuatan masker peel off dimulai dari menimbang bahan yang tertera
pada tabel 1. Kemudian PVA dikembangkan pada aquadestilata panas pada suhu
sempurna (wadah b). Larutkan metil paraben dan propil paraben dengan air
hingga 100 ml dan kembali aduk hingga homogen (Rahayu tria, et al, 2015).
Formula sediaan masker peel off buah mengkudu (Morinda citrifolia L.)
pemeriksaan pH, uji daya sebar, uji kecepatan mengering, uji iritasi pada kulit
mencit, uji daya inflamasi dan pemeriksaan stabilitas fisik sediaan terhadap suhu
a. Pemeriksaan organoleptis
bentuk, warna, dan bau dari sediaan masker peel off (Septiani, 2011). Pengujian
b. Pemeriksaan homogenitas
c. Pemeriksaan PH
masker peel off yang telah homogen kemudian dilarutkan terlebih dahulu dengan
pemberat diatasnya hingga bobot mencapai 125 g dan diukur diameternya (Garg
et al, 2002).
peel off melekat pada kulit.Secara umum, sediaan gel yang baik memiliki daya
lekat yang tinggi. Semakin tinggi daya lekat maka masker gel peel off akan
Caranya denganmengoleskan sebanyak 0,7 gram masker peel off dan disebar di
atas permukaan kacadengan area seluas 5,0 x 2,5 cm hingga membentuk lapisan tipis
seragam dengan tebalkira-kira 1 mm, ini meniru pengaplikasian masker pada wajah.
Kaca yang telah diolesi masker dimasukkan kedalam oven (Binder) pada suhu 36,5 ±
g. Pengujian Viskositas
Brookfield, kemudian diatur spindle dan kecepatan yang akan digunakan, dan
diturunkan spindel hingga batas tercelup ke dalam cairan sampel yang akan
tombol yang ada di viskometer. Dibiarkan spindel berputar dan dilihat jarum
pada skala sesuai rotor yang kita gunakan.Dibaca angka yang ditujukan oleh
sebagai sampel.
a. Sterilisasi Alat
berada dalam keadaan steril, sehingga pada peralatan tidak ditemukan mikroba
gelas (tabung reaksi, gelas beker, erlenmeyer) ditutup mulutnya dengan kapas
steril yang dibalut dengan kain kasa steril, kemudian dibungkus dengan kertas
perkamen, disterilkan dalam oven pada suhu 150⁰C, selama 2 jam. Kasa, kapas
gelas ukur, pipet tetes dan kaca objek di bungkus dengan kertas perkamen dan
disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121⁰C dengan tekanan 1 atm selama 15
menit. Sedangkan untuk alat seperti ose dan pinset disterilkan dengan
dipijarkan dengan api bunsen. Alat yang terbuat dari karet seperti karet pipet,
diteteskan suspensi mikroba sebanyak 2 tetes ke dalam tabung reaksi yang berisi
petri yang berisi 10 ml media nutrien agar yang telah memadat lalu ratakan.
Cawan petri tersebut digoyangkan beberapa kali secara horizontal agar suspensi
bakteri ini merata pada seluruh permukaan agar.Kemudian dibiarkan pada suhu
kamar selama 15 menit. Setelah media padat, buat lubang menggunakan pipet
tetes, kemudian lubang diisi dengan 50 mg sediaan masker peel off, kontrol
positif dan kontrol negatif. Inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam kemudian
dilakukan 3 kali untuk setiap formula kemudian dihitung nilai rata-rata efek
8. Uji iritasi
Uji iritasi sediaan masker peel off dilakukan terhadap hewan uji kelinci.
Penelitian ini mengacu pada Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo
berbentuk bujur sangkar dengan luas masing masing 2x3 cm dan jarak per area
sekitar 2 cm, untuk kemudian diberi perlakuan sediaan masker peel off dengan
variasi konstrasi ekstrakFI, FII, FIII, kontrol sakit, kontrol sehat, dan kontrol
masker. Setelah 24 jam lalu diamati perubahan yang terjadi pada punggung
dapat dilihat pada tabel berikut dan yang harus dievaluasi adalah terhadap
seluruh observasi pengujian dinyatakan dalam skor indeks iritasi primer, yang
𝐴−𝐵
Indeks iritasi primer = 𝐶
Keterangan:
A : Jumlah skor eritema dan udema seluruh titik pengamatan sampel pada jam
ke 24, 48 dan 72 dibagi jumlah pengamatan.
B : Jumlah skor eritema dan udema seluruh titik pengamatan kontrol pada jam
ke 24,48 dan 72 dibagijumlah pengamatan.
C : Jumlah hewan
SKOR
PEMBENTUKAN ERITEMA
Tidak ada eritema 0
Eritema yang terjadi sangat kecil (hampir tidak dapat dibedakan) 1
Eritema terlihat jelas 2
Eritema sedang sampai parah 3
Eritema parah (merah daging) hingga terjadi pembentukan eschar 4
yang menghambat penilaian eritema
Indeks iritasi dihitung dengan cara menjumlahkan nilai dari setiap kelinci
Pada kelompok ini mencit mendapatkan induksi agen inflamasi (croton oil)
maupun perlakuan terhadap sampel formula I, II atau III. Kelompok ini juga
Pada kelompok ini mencit mendapatkan induksi agen inflamasi (croton oil)
kemudian diberikan masker peel off pada formula I, II, dan III. Prosedur induksi
dengan 0,1 ml croton oil konsentrasi 4%. Setelah 30 menit dari penetasan croton
38
oil, diolesi formula I, formula II, dan formula III masing-masing 100 mg pada
punggung mencit. Hari berikutnya juga diberi perlakuan yang sama. Perlakuan
Setelah semua sediaan baik kontol positif, kontrol negatif, kontrol sehat,
dan fomula I, II, dan III diberikan dan diamati.Mencit kemudian dikorbankan
Area pengambilan kulit disekitar daerah perlakuan dengan ukuran 1x1 cm.
Hasil pemotongan jaringan kulit diletakkan di container yang telah berisi larutan
formalin 10% hingga potongan kulit terendam sempurna yang kemudian dibawa
sel radang dan jumlah ekspresi COX-2 (Sugihartini, 2013). Tebal epidermis
epidermis yaitu dalam satuan pixel. Selanjutnya luas epidermis dikonversi dari
39
2015). Jumlah sel radang dilakukan dengan menghitung jumlah sel neutrofil
yang bermigrasi dan sel yang mengekspresikan COX-2 pada daerah subkutan
E. Analisis Data
software SPSS for windows Hasil data antar bets berupa uji viskositas dan uji
Anonim, 2014, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Pedoman Uji Toksisitas
Non-Klinik Secara In-Vivo, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, Jakarta.
Arikumalasari, J, 2013, Optimasi HPMC Sebagai Gelling agent dalam
Formula Gel Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana
L.). Skripsi, Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Udayana, Bali
Bangun, A.P., B. Sarwono, 2002, Khasiat dan Manfaat Mengkudu Berdasarkan
Hasil Riset. Dalam: Bangun AP, Sarwono B, Khasiat dan Manfaat
Mengkudu, Agro Media Pustaka, Jakarta.
Basuki, K. S, 2003, Tampil Cantik dengan Perawatan Sendiri, Gramedia Pustaka
Utrama. Hal. 28-32, Jakarta.
Blanco, Y.C.; Vaillant, Fabrice; Perez, A.M.; Reynes, Max; Brillouet, J.M.; Brat,
Pierre, 2006, The Noni Fruit (Morinda citrifolia): A Review of Agricultural
Research, Nutritional, and Therapeutic Properties JFCA, 19. pp. 645-54
Butler, H, 2000, Poacher’s, Cosmetics and Soap 10th Edition, Kluwer Academic
Publishers, Hal: 697-713, London.
Brook, G.F., Butel,J.S., dan Morse, S.A, 2005, Mikrobiologi Kedokteran.
Salemba Medika, Jakarta.
Corwin, E.J., 2008, Handbook of Pathophysiology 3th edition, Lippincort
Williams & Wilkin. Philadelphi.
Dewi,S.A, 2009, Cara Ampuh mengobati Jerawat, Buana Pustaka, Jakarta
Djauhariya, E, 2003, Mengkudu (Morinda citrifoliaL.) tanaman obat potensial.
Dalam Perkembangan Penelitian Tanaman ObatPotensial. Perkembangan
Teknologi Tanaman Rempah dan ObatXV(1): 28−40.
Djajadisastra, Joshita, et al., 2009, Formulasi Gel topikal dari Ekstrak Nerii
Folium Dalam Sediaan Anti Jerawat. Jurnal Farmasi Indonesia. Vol.4 Juli
2009: 210-216, Universitas Indonesia, Fakultas MIPA.
Dorland, W.A. Newman, 2002, Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Fajar, 2010, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda
Citrifolia, Linnaeus) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar, Skripsi
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Garg, A., A. Deepika, S. Garg, and A. K. Sigla, 2002, Spreading ofsemisolid
formulation, Pharmaceutical Tecnology.Pp.84-104, USA.
Ginting, P.C, 2015, Formulasi sediaan masker gel dari ekstrak etanolik daun
pepaya, Skripsi, Univeristas sumatera utama, Medan
Gomes, A., Fernandes, E., Lima, J.L.F.C., Mira, L., Corvo, M.L., 2008, Molecular
mechanisms of antiinflammatory activity mediated by flavonoids. Current
Medical Chemistry., 15, 1586-1605.
Grimes, P.E., 2009.Efficacious and Safe Cosmetic Procedures in Skin of Color.
Cos Derm ; 22: 253-59.
Jawetz et al., 2005, Mikrobiologi Untuk Profesi kesehatan Edisi 4. Diterjemahkan
40
41
Universitas Brawijaya
Sacher, Ronald A. dan Richard A. McPherson, 2004, Tinjauan klinis hasil
pemeriksaan laboratorium edisi 11. Alih bahasa : Brahm U. Pendit
dan Dewi Wulandari. EGC, Jakarta.
Sari, M.F., Yuliani, S.H., 2015, Pembuatan dan Uji Aktivitas Sediaan Unguenta
Scarless Wound dengan Ekstrak Binahong dan Zat Aktif Aspirin, Jurnal
Farmasi Sains dan Komunitas, 12 (2) : 81-87.
Septiani, S., N. Wathoni dan S. R. Mita, 2011, Formulasi Sediaan Masker Gel
Antioksidan Dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetun GNEMON
Linn.).Universitas Padjadjaran, Bandung
Sjabana D, 2002, Bahalwan RR. Seri referensi herbal pesona tradisional dan
ilmiah mengkudu (Morinda Citrifolia L.), Salemba mustika, Jakarta.
Soepardiman L, 1982, Klasifikasi akne vulgaris. Dalam : Simposium akne
vulgaris FK UI, Jakarta Nelson SC. Morinda citrifolia L. Species
Profiles for Pasific Island Agroforestry, 2006. Diunduh dari
http://www.nutraceutical.com/educate/pdf/hawaiian_noni.pdf.(Diakses
pada 5 juni 2017).
Stevenson, D.E.; Hurst, R.D., 2007, Polyphenolic phytochemicals-just
antioxidants or much more.A review.Cell. Mol. Life Sci., 64, 2900-2916
Sugihartini, N., 2013, Optimasi Komposisi Enhancer dan Emulgator pada
Formulasi Krim Fraksi Etil Asestat Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis, L)
sebagai Sediaan Topikal Anti Inflamasi, Disertasi, Program Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sugita, T.; Miyamoto, M.; Tsuboi R.; Takatori, K.; Ikeda, R. & Nishikawa, A,
2010, In Vitro Activities of Azole Antifungal Agents againts
Propionibacterium acnes Isolated from Patients with Acne Vulgaris.Biol
Pharm Bull.
Sugiyono, 2010, Statistik Untuk Penelitian,Pg. 63, Alfabeta, Bandung
Tanko, et al 2012, Antinociceptive and Anti-Inflammatory Activities of Ethanol
Extract of Bryophyllum Pinnatum Laboratory Animals, IOSR Journal of
Dental and Medical Sciences (JDMS).
Tiwari P.Kumar, B.Kaur, M.Kaur, H, 2011, Phytochemical Screening and
Extraction: A Review. Internationale Pharmaceutical Sciecia.vol.1 Issue.1
Tranggono, Retno Iswari, Latifah, Fatmah, 2007, Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Utami, S. A., 2016, Uji Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Milk Thistle pada
Jumlah Neutrofil dan Ekspresi COX-2 Mencit Betina Terinduksi Karagenin.
Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Vieira, Rafael Pinto, et al, 2009, Physical and Physicochemical Stability
Evaluation of Cosmetic Formulations Containing Soybean Extract
Fermented by Bifidobacterium animalis. Brazilian Journal of
Pharmaceutical Sciences vol. 45 (3): 515-525.
Wang, M.Y., B.J. Brest, C.J. Jensen, D. Nowicki,C. Su, A.K. Palu, and G.
Andersen, 2002, Morinda citrifolia L. (noni): A literature review and recent
advances in noni research. Acta Pharmacol.Sin. 23(12):1.127−1.141.
Widasari, F., Bakhriansyah, M., & Istiana, 2014, Studi Interaksi Farmakodinamik
43