You are on page 1of 47

PROPOSAL TESIS

FORMULASI MASKER PEEL OFF EKSTRAK ETANOL


BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEBAGAI ANTI
JERAWAT DAN EKSPRESI COX-2 SECARA IN VIVO

Diajukan oleh:
MIR’ATUN SYARIFAH
1607047015

Kepada:

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
AGUSTUS 2017

i
HALAMAN PENGESAHAN

E. Judul Usulan Tesis : Formulasi Masker Peel Off Ekstrak Etanol

Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Sebagai Antijerawat dan Ekspresi COX-2

Secara in Vivo.

F. Nama Pengusu : Mir’atun Syarifah

G. NIM Pengusul : 1607047015

H. Alamat rumah (domisili) : Jl. Gajah Mada Rabadompu Barat Kec.

Raba Bima NTB

I. Nomor hp : 085239628321

J. Alamat email : miratunsyarifah@gmail.com

K. Nama Pembimbing Utama : Dr. Nining Sugihartini, M.Si., Apt

L. Nama Pembimbing Pendamping : Dr. Laela Hayu Nuraini, M.Si.,Apt.

Yogyakarta, Agustus 2017


Pengusul

Mir’atun Syarifah
NIM : 1607047015

Menyetujui : :

Pembimbing Utama : Pembimbing Pendamping:

Dr. Nining Sugihartini, M.Si., Apt Dr. Laela Hayu Nurani, M.Si.Apt
NIP/NIY: 0528067501 NIP/NIY : 60990195

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii


INTISARI............................................................................................................... iv
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 6
A. Kajian Teori ................................................................................................. 6
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 25
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................. 25
B. Sampel Penelitian ....................................................................................... 25
C. Variabel Penelitian ..................................................................................... 25
D. Alat dan Bahan ........................................................................................... 26
E. Prosedur Kerja ............................................................................................... 27
1. Penyiapan dan Pengolahan Sampel Buah Mengkudu .................................. 28
2. Ekstraksi Sampel .......................................................................................... 28
3. Karakterisasi Ekstrak .................................................................................. 29
4. Pembuatan Masker Gel Peel Off Ekstrak Buah Mengkudu ......................... 30
5. Formulasi Sediaan Masker Peel Off Buah Mengkudu .................................. 30
8. Uji iritasi ........................................................................................................ 35
9. Uji daya antiinflamasi ................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40

iii
INTISARI
Jerawat atau Acne vulgaris merupakan penyakit kulit kronis yang
disebabkan oleh aktivitas bakteri seperti Propionibacterium acne,
Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus aureus. Pengatasan jerawat
bisa dilakukan dengan hasil sintesis dengan senyawa antibiotik, pemberian
antibiotik contohnya ampisilin, kotrimoksasol, eritromisin, klindamisin atau
tetrasiklin, namun penggunaan, antibiotik jangka panjang dapat menyebabkan
bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik. Oleh sebab itu digunakan bahan alam
yang tidak akan menimbulkan resisten. Senyawa yang dapat digunakan sebagai
antijerawat yaitu senyawa acubin, antrakuinon dan flavonoid. Senyawa tersebut
banyak terdapat pada buah mengkudu. Selain itu buah mengkudu mengandung
senyawa polifenol seperti golongan kumarin, asam fenolat, dan iridoid yang
memiliki kemampuan menghambat produksi nitrit oksida (NO) dan
aktivitas enzim siklooksigenase, sehingga menghambat produksi
prostaglandin seperti mekanisme kerja OAIN (Widasari, et al 2014). Dengan
demikian, buah mengkudu memiliki efek analgesik dan antiinflamasi.Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak etanol buah
mengkudu (Morinda oleifera L.) dalam sediaan sediaan masker peel off terhadap
aktivitas antibakteri pada bakteri Staphaylococcus epidermidis dan
Propionibacterium acne, ekspresi COX-2, daya iritasi, dan sifat fisik sediaan
masker peel off.
Dilakukan formulasi sediaan masker peel off menggunakan ekstrak buah
mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan penambahan polimer (PVA) dan bahan
tambahan lainnya kemudian masker peel off selanjutnya diuji aktivitas
antibakterinya dengan mengukur diameter zona hambat, uji daya antiinflamasi
dengan parameter jumlah ekspresi COX-2, jumlah sel radang dan tebal epidermis
menggunakan hewan uji mencit dan crotton oil sebagai agen inflamasi, kemudian
selain itu juga dilakukan uji iritasi dengan menggunakan hewan uji kelinci dan
dievaluasi sifat fisik sediaan (uji daya sebar, daya lekat, viskositas, pH).

Kata Kunci: Jerawat, buah mengkudu, antibakteri, COX-2, masker peel off.

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jerawat atau Acne vulgaris merupakan penyakit kulit kronis yang

disebabkan oleh aktivitas bakteri seperti Propionibacterium acne,

Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus aureus. Bakteri tersebut

menyebabkan abnormalitas produksi sebum pada kelenjar sebasea yang muncul

pada saat kelenjar minyak pada kulit terlalu aktif (Kumar, 2008).Acne bukan

penyakit gawat darurat tetapi penyakit ini dapat menimbulkan krisis percaya diri

pada remaja dan dewasa muda (Hendarta et al, 2003).

Pengatasan jerawat bisa dilakukan dengan hasil sintesis dengan senyawa

antibiotik, pemberian antibiotik contohnya ampisilin, kotrimoksasol, eritromisin,

klindamisin atau tetrasiklin, namun penggunaan, antibiotik jangka panjang dapat

menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik. Oleh sebab itu

digunakan bahan alam yang tidak akan menimbulkan resisten (Utami et al, 2012).

Senyawa yang dapat digunakan sebagai antijerawat yaitu senyawa acubin,

antrakuinon dan flavonoid (Purwantiningsih, et al2014). Senyawa tersebut

banyak terdapat pada buah mengkudu.Khasiat yang terkandung dalam buah

mengkudu dimanfaatkan sebagai antiinflamasi, antibakteri dalam mengatasi

jerawat, analgesik dan antikanker (Chan-Blanco et al., 2006).Flavonoid dalam

buah mengkudu mempunyai aktivitas penghambatan lebih besar terhadap bakteri

gram positif seperti bakteri Staphylococcus epidermidis, Propionibacterium acne

(Puspitasari, et al 2010).

1
2

Aktivitas antibakteri yang bervariasi dari berbagai jenis pelarut tergantung

pada polaritas yang tinggi dan dapat menguraikan berbagai senyawa dari material

tumbuhan.Selain etanol etil astetat, metanol, dan heksana juga dapat digunakan

sebagai pelarut dalam ekstraksi antibakteri dari buah mengkudu, namun etanol

merupakan pelarut terbaik dalam melakukan ekstraksi buah mengkudu karena

memiliki kepolaran yang tinggi sehingga dapat menguraikan senyawa polar dan

non polar (Suner et al, 2011).Metanol sebenarnya lebih polar daripada etanol

namun karena metanol memiliki sifat toksik yang lebih tinggi sehingga jarang

digunakan untuk mengestrak bahan alam (Tiwari et al, 2011).

Mengkudu juga mengandung sejumlah senyawa sebagai antioksidan

seperti beta-caroten, asam askorbat, terpenoid, alkaloid, polifenol seperti

flavonoid, flavonoid glikosida, rutin (Ying et al, 2002). Selain itu buah mengkudu

mengandung senyawa polifenol seperti golongan kumarin, flavonoid dan asam

fenolat, dan iridoid yang memiliki kemampuan menghambat produksi nitrit

oksida (NO) dan aktivitas enzim siklooksigenase, sehingga menghambat

produksi prostaglandin seperti mekanisme kerja OAIN (Widasari, et al 2014).

Dengan demikian, buah mengkudu memiliki efek analgesik dan antiinflamasi.

Mekanisme kerja AINS menghambat sistesis prostaglandin periferal di

jaringan radang (Koppert et al., 2004).Sintesis prostaglandin dari asam

arakhidonat dikatalisis oleh enzim siklooksigenase (COX).Golongan obat AINS

ini menghambat enzim COX (Ammar, 2005; Siswandono dan Soekarjo, 1995)

sehingga konversi asam arakhidonat menjadi PGG2 terganggu, meningkatkan

perbaikan jaringan kolagen dan mencegah pengeluaran enzim-enzim lisosom


3

melalui stabilisasi membran yang terkena radang (Ammar, 2005).COX-2

merupakan enzim yang terlibat dalam biosintesis prostaglandin (Koppert et al.,

2004) yang ekspresinya dapat diinduksi oleh stimulus elektrik dan berbagai

macam zat kimia seperti faktor pertumbuhan dan sitokin (Zhang et al.,

2001).Kandungan skopoletin pada buah mengkudu dapat menghambat aktivitas

siklooksigenase (COX) dan 5 lipooksigenase terhadap asam arakidonat sehingga

jumlah prostaglandin menurun. Kandungan flavonoid di buah mengkudu,

memiliki efek analgesik dengan cara menghambat katalis enzim siklooksigenase

dan pengikatan oksigen yakni substrat siklooksigenase dalam pembentukan

prostaglandin (Tanko, et al 2012).

Banyak cara pencegahan Acne vulgaris yang dapat dilakukan untuk

mengatasi jerawat, masalah satunya dengan cara menjaga kebersihan kulit wajah

dengan tujuan untuk menghilangkan sel-sel kulit mati dan minyak berlebih,

keringat, kotoran dan sisa kosmetik serta bisa mengurangi obstruksi duktus

pilosebaseus, mencegah bakteri masuk ke dalam folikel sebaseus dan

mengusahakan berkurangnya peradangan (Grimes, 2009). Salah satu sediaan

kosmetik pembersih wajah yang dapat digunakan untuk mengatasi Acne vulgaris

adalah sediaan masker peel off. Masker peel off cocok digunakan oleh mereka

dengan jerawat yang menimbulkan bopeng atau lubang (Kinkin, 2007).

Sediaan masker peel off dibuat dengan cara penambahan basis. Basis yang

digunakan dalam sediaan masker peel off adalah polivinil alkohol. Polivinil

alkohol merupakan salah satu filming agent yang banyak digunakan dalam

sediaan topikal karena bersifat biocompatible (Ogur, 2005). Penggunaan polivinil


4

alkohol memberikan kemampuan filming pada sediaan sehingga sangat

mempengaruhi penerimaan konsumen terkait dengan lama pengeringan gel

masker (Rowe dkk., 2009). Kualitas fisik masker gel dipengaruhi oleh komposisi

bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam formulasi.Pada penelitian ini juga

digunakan HPMC sebagai agen peningkat viskositas. HPMC akan membentuk gel

yang bening, jernih, bersifat netral dan mempunyai viskositas yang stabil dalam

penyimpanan jangka panjang (Rowe et al.,2009).

Penelitian ini memformulasikan sediaan masker peel off menggunakan

ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) yang berkhasiat sebagai

antijerawat, bisa mengatasi inflamasi akibat jerawat yang timbul pada wajah.

Diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif pengobatan

jerawat yang bersumber dari bahan alam dan dapat memberikan informasi tentang

pemanfaatan buah mengkudu dalam bentuk sediaan masker peel off.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh konsentrasi ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda

citrifolia L.) dalam sediaan masker peel off terhadap aktivitas antibakteri pada

bakteri Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acne?

2. Bagaimana pengaruh konsentrasi ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda

citrifolia L.) dalam sediaan masker peel off terhadap ekspresi COX-2 secara

in vivo pada kelinci?

3. Bagaimana pengaruh konsentrasi ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda

citrifoliaL.) dalam sediaan masker peel off terhadap daya iritasi pada mencit?

4. Bagaimana pengaruh konsentrasi ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda


5

citrifolia L.) dalam sediaan masker peel off terhadap sifat fisik sediaan

masker peel off?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda

citrifolia L.) dalam sediaan masker peel off terhadap aktivitas antibakteri pada

bakteri Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acne.

2. Mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda

citrifolia L.) dalam sediaan masker peel off terhadap ekspresi COX-2 secara

in vivo pada kelinci.

3. Mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda

citrifolia L.) dalam sediaan masker peel off terhadap daya iritasi pada mencit.

4. Mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda

citrifolia L.) dalam sediaan masker peel off terhadap sifat fisik sediaan

masker peel off.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi pada masyarakat bahwa buah mengkudu sangat

bermanfaat dan dapat diformulasikan menjadi sediaan masker peel off yang

bisa digunakan untuk menyembuhkan jerawat dengan penggunaan yang

sangat praktis serta mudah diaplikasikan.

2. Menambah nilai guna dan jual dari buah mengkudu serta dapat dibuat sediaan

maskerpeel offdalam skala besar yang dapat dipasarkan di masyarakat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

a. Klasifikasi Buah Mengkudu (Sjabana dan Bahalwan, 2002)

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Anak kelas : Sympetalae

Bangsa : Rubiales

Suku : Rubiaceae

Marga : Morinda

Jenis : Morinda citrifolia L.

Morfologi buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dapat dilihat pada gambar

1.

Gambar 1.Buah Mengkudu Nelson SC Morinda citrifolia L. Species Profiles for


Pasific Island Agroforestry 2006

6
7

b. Kandungan Kimia Buah Mengkudu

Mengkudu merupakan salah satu tanaman yang berkhasiat obat yang

telah dimanfaatkan sejak zaman dulu.Buah mengkudu mempunyai aktivitas

antibakteri, antivirus, antituberkulosis, antitumor, analgesik, hiptensif, imunologi

(Wang et al., 2002; Usha et al., 2010), antikanker, antioksidan, antiinflamasi, dan

aktivitas kardiovaskular (Chan-Blanco et al., 2006).

Daya antibakteri dari perasan buah mengkudu matang terjadi karena

mengkudu mengandung zat antibakteri yaitu senyawa flavonoid, terpenoid,

antraquinon, alizarin dan acubin yang dapat melawan bakteri Stahpylococcus

aureus, Bacillus subtilis, Protens morganii, Pseudomonas, Escherichia coli.

Senyawa antrakuinon, alizarin dan acubin yang terdapat dalam buah mengkudu

merupakan golongan dari terpenoid dan turunan dari senyawa fenol. Senyawa

fenol yang terdapat pada buah mengkudu berkisar antara 5,94 –36,52g/ 100g

material kering (Rohman et al, 2002).

Flavonoid dalam buah mengkudu mempunyai aktivitas penghambatan

lebih besar terhadap bakteri gram positif antara lain adalah bakteri Methicillin

Resistan Staphylococcus aureus (MRSA). Hal ini dikarenakan senyawa flavonoid

mempunyai sifat polar sehingga lebih mudah menembus lapisan peptidoglikan

yang bersifat polar daripada lapisan lipid yang nonpolar, sehingga menyebabkan

aktivitas penghambatan pada bakteri gram positif lebih besar daripada bakteri

gram negatif. Aktivitas penghambatan dari kandungan buah mengkudu pada

bakteri gram positif menyebabkan terganggunya fungsi dinding sel yang akan

menyebabkan lisis pada sel (Puspitasari, et al 2010).Senyawa fenol dan


8

antraquinon dari buah mengkudu menekan pertumbuhan bakteri gram positif

karena kemampuan penetrasi senyawa ini dalam dinding sel bakteri.Senyawa

fenol dan antraquinon termasuk senyawa yang larut lemak.Golongan fenol

mampu merusak membran sel, menginaktifkan enzim dan mendenaturasi protein

sehingga dinding sel mengalami kerusakan karena penurunan

permeabilitas.Perubahan permeabilitas membran sitoplasma memungkinkan

terganggunya transportasi ion-ion organik yang penting ke dalam sel sehingga

berakibat terhambatnya pertumbuhan bahkan hingga kematian sel (Damayanti dan

Suparjana, 2007).Dalam konsentrasi tinggi, kandungan fenol menembus dan

mengganggu dinding sel bakteri dan mempresipitasi protein dalam sel

bakteri.Dalam konsentrasi yang lebih rendah, fenol menginaktifkan sistem enzim

penting dalam sel bakteri (Oliver et al., 2001).

Selain bermanfaaat sebagai antibakteri mengkudu juga mempunyai

senyawa yang bermanfaat sebagai antioksidan seperti beta-caroten, asam askorbat,

terpenoid, alkaloid, polifenol seperti flavonoid, flavonoid glikosida, rutin (Ying et

al, 2002).Secara in vitro ekstrak metanol akar, daun dan buah mengkudu telah

diteliti mempunyai khasiat antioxidan (Zin et al, 2001).

Senyawa scolopetin sangat efektif sebagai unsur anti peradangan dan anti-

alergi, zat anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu paling

efektif melawan sel-sel abnormal (Will, 2002). Selain itu buah mengkudu

mengandung senyawa polifenol seperti golongan kumarin, flavonoid dan asam

fenolat, dan iridoid yang memiliki kemampuan menghambat produksi nitrit

oksida (NO) dan aktivitas enzim siklooksigenase, sehingga menghambat


9

produksi prostaglandin seperti mekanisme kerja OAIN (Widasari, et al 2014).

Dengan demikian, buah mengkudu memiliki efek analgesik dan antiinflamasi.

Duenas et al, (2009) menyatakan bahwa senyawa ksanton serta turunan

flavonoid (kuersetin dan katekin) yang dihasilkan oleh tumbuhan memiliki

kemampuan menghambat kerja radikal bebas. Peranan antioksidan sangat penting

dalam meredam efek radikal bebas yang berkaitan erat dengan penghambatan

terjadinya penyakit degeneratif.

Aktivitas antibakteri ekstrak buah mengkudu bergantung pada jenis pelarut

yang digunakan ketika melakukan ekstraksi.Aktivitas antibakteri yang bervariasi

dari berbagai jenis pelarut tergantung pada polaritas yang tinggi dan dapat

menguraikan berbagai senyawa dari material tumbuhan.Selain etanol etil astetat,

metanol, dan heksana juga dapat digunakan sebagai pelarut dalam ekstraksi

antibakteri dari buah mengkudu, namun etanol merupakan pelarut terbaik dalam

melakukan ekstraksi buah mengkudu karena memiliki kepolaran yang tinggi

sehingga dapat menguraikan senyawa polar dan non polar (Suner et al,

2011).Metanol sebenarnya lebih polar daripada etanol namun karena metanol

memiliki sifat toksik yang lebih tinggi sehingga jarang digunakan untuk

mengestrak bahan alam (Tiwari et al, 2011).

Penelitian yang dilakukan Puspitasari, et al (2010) dengan metode dilusi

tabung dengan media NB mendapatkan hasil bahwa perasan buah mengkudu

(Morinda citrifolia) matang memiliki Kadar Hambat Minimal (KHM) pada

konsentrasi 30% dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) pada konsentrasi 35%

terhadap Methicillin Resistan Staphylococcus aureus (MRSA) M.2036.T. Hasil


10

penelitian tersebut menunjukkan bahwa perasan buah mengkudu (Morinda

citrifolia) memiliki efektivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri

Staphylococcus aureus.

Struktur kimia flavanoid dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2.Struktur umum flavonoid (Grotewold, 2006).


2. Uji Aktivitas Antibakteri acne
Antibakteri adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh suatu

mikroorganisme dan dalam konsentrasi kecil mampu menghambat bahkan

membunuh proses kehidupan suatu mikroorganisme. Berdasarkan sifat toksisitas

selektif ada antibakteri yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri yang

dikenal dengan istilah bakteriostatik dan antibakteri yang bersifat membunuh

pertumbuhan bakteri yang dikenal dengan bakterisid.Kadar minimal yang

diperlukan untuk menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri masing-

masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimal (KBM) (Jawetz et al., 2001).

Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu metode

difusi, dilusi dan bioautografi. Metode difusi dan bioautografi merupakan teknik

secara kualitatif karena metode ini hanya akan menunjukkan ada dan tidaknya

senyawa aktivitas antimikroba. Disisi lain metode dilusi digunakan untuk


11

kuantitatif yang akan menentukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) (Jawet

et al, 2007). Pada metode difusi termasuk didalamnya metode disk difussion (tes

Kirby & Baur), E-test, ditch-plate technique.Sedangkan pada metode dilusi

termasuk didalamnya metode dilusi cair dan dilusi padat (Pratiwi, 2008).

a. Metode difusi, media yang dipakai adalah media Mueller Hinton. Terdapat

beberapa cara dalam metode ini :

1) Cara Kirby Bauer

Metode difusi disk (tes Kirby Bauer) dilakukan untuk menentukan

aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada

media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media

agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar (Pratiwi,

2008). Keunggulan uji difusi cakram agar mencakup fleksibilitas yang lebih besar

dalam memilih obat yang akan diperiksa (Sacher et al, 2004).

2) Cara sumuran

Metode ini Pada cara ini dibuat suatu sumuran atau lubang pada media

agar dan zat antibakteri yang akan diujikan dimasukkan ke dalam sumuran

tersebut.

3) Cara Pour Plate

Pada cara ini bakteri disuspensikan dengan media agar sampai homogen,

ditunggu sebentar sampai media agar tersebut membeku, kemudian diletakkan

disk yang berisi zat antibakteri di atas media agar tersebut.

b. Metode Dilusi
12

Ada dua metode pada yaitu dilusi cair atau dilusi padat:

1) Metode dilusi cair

Metode ini mengukur KHM (Kadar Hambat Minimum) dan KBM (Kadar

Bakterisidal Minimum).Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri

pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan

mikroba uji (Pratiwi, 2008).

2) Metode dilusi padat

Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media

padat (solid).Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba

yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji (Pratiwi,

2008).Pada dilusi cair, suspensi bakteri dalam media ditambahkan pada masing-

masing seri konsentrasi, sedangkan pada dilusi padat media agar dicampurkan

dengan zat antibakteri kemudian bakteri ditanamkan pada media tersebut. Pada

metode dilusi ini didapatkan kadar hambat minimum (KHM) (Jawetz et al., 2005).

3. Jerawat dan Bakteri Penyebab Jerawat

a. Jerawat

Jerawat adalah kondisi abnormal kulit akibat gangguan berlebihan

produksi kelenjar minyak (sebaceous gland) yang menyebabkan penyumbatan

saluran folikel rambut dan pori-pori kulit.Jerawat dapat timbul dipermukaan kulit

wajah, pada bagian dada dan bagian lengan. Ada 3 tipe jenis jerawat yang sering

dijumpai, yaitu (Dewi, 2009):

1) Tipe pertama adalah komedo

Komedo adalah pori-pori yang tersumbat, bisa terbuka atau


13

tertutup.Komedo yang terbuka disebut sebagai blackhead, terlihat seperti pori-

pori yang membesar dan menghitam. Berwarna hitam sebenarnya bukan kotoran

tapi penyumbat pori yang berubah warna karena teroksidasi dengan udara.

Komedo yang tertutup atau whitehead, biasanya memiliki kulit yang tumbuh

diatas pori-pori yang tersumbat maka terlihat seperti tonjolan putih kecil-kecil

dibawah kulit.Jerawat ini disebabkan oleh sel-sel kulit matidan kelenjar minyak

yang berlebihan pada kulit (Dewi, 2009).

2) Tipe yang kedua adalah jerawat biasa atau klasik

Jenis jerawat klasik ini mudah dikenal yaitu tonjolan kecil berwarna pink

atau kemerahan. Hal ini terjadi dipermukaan kulit,kuas make up, dan jari tangan.

Stress, hormon, danudara yang lembab dapat memperbesar kemungkinan infeksi

jerawat karena menyebabkan kulit memproduksi minyakyang merupakan tempat

berkembangbiakannya bakteri.Pengobatan pada tipe ini dapat diatasi dengan

menghambat tumbuhan bakteri penyebab jerawat dengan zat antibakteri misalnya

benzoil peroksida, tetrasiklin dan lain-lain (Dewi, 2009).

3) Tipe yang ketiga adalah Cystic Acne (Jerawat Batu atau Jerawat Jagung)

Biasanya jerawat batu memiliki bentuk yang kasar dengan tonjolan-

tonjolan yang meradang hebat dan berkumpul diseluruh wajah.Penderita jerawat

ini dikarenakan faktor genetik yang memiliki banyak kelenjar minyak sehingga

pertumbuhan sel-sel kulit tidak normal (Dewi, 2009).

Jerawat dapat disebabkan oleh aktivitas bakteri seperti Propionibacterium

acne, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus (Loveckova dan

Havlikova, 2002).Staphylococcus epidermidis tumbuh cepat pada kondisi kulit


14

yang anaerob yaitu saat pori-pori kulit tersumbat akibat adanya produksi kelenjar

minyak yang berlebih.Bakteri ini juga dapat mensintesis enzim lipase yang dapat

mengubah triagliserol pada kelenjar minyak menjadi asam lemak bebas yang

memacu terjadinya infeksi pada kulit infeksi ini membuat jerawat makin

bertambah parah dan berwarna kemerahan (Oakley, 2009).

Kulit yang berjerawat harus dilakukan perawatan kulit. Perawatan kulit

wajah adalah tindakan membersihkan kulit wajah dari sebum dan kotoran,

namun harus tetap dapat mempertahankan kelembaban yang adekuat dan

menjaga integritas stratum korneum kulit. Adapun tujuan perawatan kulit

wajah pada pasien akne adalah

1) Mengurangi produksi sebum

2) Mengurangi obstruksi duktus pilosebaseus

3) Mencegah bakteri masuk ke dalam folikel sebaseus

4) Mengusahakan berkurangnya peradangan (Soepardiman , 1982)

b. Bakteri Penyebab Jerawat dan Cara Pencegahan Jerawat

1) Bakteri Penyebab Jerawat

a) Propionibacterium acne

Kingdom : Bacteria

Phylum : Actinobacteria

Class : Actinobacteridae

Order : Actinomycetales

Family : Propionibacteriaceae

Genus : Propionibacterium
15

Spesises : Propionibacterium acne (Pramasanti, 2008)

Morfologi bakteri Propionibacterium acne dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3.Bakteri Propionibacterium acnes (Pramasanti, 2008)

acne
Propionibacterium acne termasuk dalam kelompok bakteri

Corynebacteria, bakteri ini termasuk flora normal kulit.Propionibacterium acne

berperan pada patogenesis jerawat dengan menghasilkan lipase yang memecah

asam lemak bebas dari lipid kulit.Asam lemak ini dapat mengakibatkan inflamasi

jaringan ketika berhubungan dengan sistem imun dan mendukung terjadinya akne

(Brook, 2005).Jerawat timbul karena asam lemak dan minyak kulit

tersumbat.Propionibacterium acne berperan pada patogenesis jerawat dengan

menghasilkan lipase, yang memecahkan asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam

lemak ini dapat menimbulkan radang jaringan dan ikut menyebabkan jerawat

(Jawetz, et al.,2005). Propionibacterium acne termasuk bakteri yang tumbuh

relatif lambat.Propionibacterium acne merupakan tipikal bakteri anaerob gram

positif yang toleran terhadap udara.Ciri-ciri penting dari Propionibacterium acne

adalah berbentuk batang tak teratur yang terlihat pada pewarnaan gram

positif.Bakteri ini dapat tumbuh di udara dan tidak menghasilkan


16

endospora.Bakteri ini dapat berbentuk filamen bercabang atau campuran antara

bentuk batang/filamen dengan bentuk kokoid.Propionibacterium acne

memerlukan oksigen mulai dari aerob atau anaerob fakultatif sampai ke

mikroerofilik atau anaerob.Beberapa bersifat patogen untuk hewan dan tanaman

(Pramasanti, 2008).

Mekanisme terjadinya jerawat adalah bakteri Propionibacterium acne

yang merusak stratum corneum dan stratum germinat dengan cara mensekresikan

bahan kimia yang menghancurkan dinding pori yang dapat menyebabkan

inflamasi. Asam lemak dan minyak pada kulit tersumbat dan mengeras. Jika

jerawat disentuh maka inflamasi meluas sehingga padatan asam lemak dan

minyak kulit yang mengeras akan membesar (Sugita, 2010).

b) Staphylococcus epidermidis (Garrity, et al 2004)

Kingdom : Bacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacili

Ordo : Bacillales

Family : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus epidermidis


17

Morfologi bakteri Staphylococcus epidermidisdapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4.Staphylococcus epidermidis (Anonim, 2000)

Genus Staphylococcusterdapat tiga macam spesies yaitu: Staphylococcus

aureus, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus saprophyticus(Jawetz,

2001).Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal pada kulit manusia,

saluran respirasi, dan gastrointestinal.Staphylococcus epidermidis tidak bersifat

invasif menghasilkan koagulase negatif dan cenderung menjadi nonhemolitik

(Jawetz et al., 2005). Staphylococcus epidermidis umumnya dapat menimbulkan

penyakit pembengkakan (abses) seperti jerawat, infeksi kulit, infeksi saluran

kemih, dan infeksi ginjal (Radji, 2011).

2) Cara Pencegahan Jerawat

Pencegahan Acne vulgaris pencegahan yang dapat dilakukan untuk

menghindari jerawat adalah sebagai berikut:

a) Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dengan cara diet

rendah lemak dan karbohidrat serta melakukan perawatan kulit untuk

membersihkan permukaan kulit dari kotoran.


18

b) Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya pola hidup sehat, olahraga

teratur, hindari stres, penggunaan kosmetika secukupnya,menghindari memicu

terjadinya kelenjar minyak berlebih misalnya minuman keras, pedas, dan rokok.

c) Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab

penyakit, pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya serta prognosisnya

(Wasitaatmadja, 2007).

Menjaga kebersihan wajah juga menjadi pencegahan Acne vulgaris.Tujuan

dalam menjaga kebersihan kulit wajah adalah untuk menghilangkan sel-sel kulit

mati dan minyak berlebih, keringat, kotoran dan sisa kosmetik (Grimes,

2009).Pada saat melakukan tindakan membersihkan kulit wajah dari sebum dan

kotoran harus agar tetap mempertahankan kelembaban yang adekuat dan menjaga

integritas stratum korneum kulit (Handa, 2012).

Cara dan kebiasaan menjaga kebersihan wajah yaitu mandi dan mencuci

wajah dapat mengangkat kelebihan minyak pada kulit dan meluruhkan sel-sel

kulit mati.Namun mencuci wajah juga tidak boleh terlalu sering dilakukan, karena

jika terlalu sering mandi atau mencuci wajah menggunakan sabun dapat

mengiritasi kulit dan membuat kulit menjadi kering (Alsop, 2008).

Kebiasaan membersihkan wajah dapat dilakukan dengan cara kedua

telapak tangan secara sirkuler selama 10 detik dan bilas dengan air hingga bersih

(Kern, 2010). Dengan demikian minyak yang berlebih akan berkurang dan sel

kulit mati akan terangkat. Pengaplikasian sabun wajah atau pembersih yaitu pada

wajah dan leher dengan gerakan mengusap dan melingkar (effleurage danrotatie)

dengan menggunakan ujung jari secara halus, cara membersihkan bagian leher
19

dengan gerakan dari tengah ke samping kemudian sdari atas ke bawah. Arah

pemakaian sabun atau pembersih wajah yaitu dengan gerakan ke atas, dengan

maksud agar kulit tidak tertarik ke bawah yang dapat menyebabkan kulit wajah

mengendur dan untuk membuka pori-pori kulit agar kotoran mudah dibersihkan

(Kraft & Freiman, 2011)

Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian Fulton, didapatkan responden

yang menderita Acne vulgaris dengan frekuensi wajah berhubungan linier dimana

semakin sering membersihkan wajah maka semakin rendah angka kejadian Acne

vulgaris dan yang membersihkan wajah lebih dari 3 kali perhari angka kejadian

acne hanya 2% (Fulton & Jame, 2010).

Membersihkan wajah hanya menggunakan air tanpa menggunakan sabun

pastinya kurang bersih serta terasa kotoran masih melekat karena air tidak bisa

membersihkan minyak dan kotoran.Sehingga dibutuhkan beberapa jenis

pembersih wajah untuk membersihkan wajah dari kotoran yang melekat serta

berfungsi mengangkat sel-sel kulit mati. Adapun jenis bahan pembersih yang

digunakan yaitu:

1. Bahan dasar padat: masker

2. Bahan dasar minyak: krim pembersih, susu pembersih

3. Bahan dasar air dan alkohol: face tonic, penyegar (Draelos, 2006).

Dalam penelitian ini menggunakan pembersih wajah berbahan dasar padat

yaitu masker. Sediaan masker juga sangat banyak dipasaran, dalam penelitian ini

mengatasi jerawat dengan menggunakan sediaan masker peel off.


20

4. Masker Peel Off

Masker gel termasuk salah satu masker yang praktis, karena setelah kering

masker tersebut bisa langsung diangkat tanpa perlu dibilas.Masker ini biasa

dikenal dengan masker peel off.Manfaat masker gel peel off antara lain dapat

mengangkat kotoran dan sel kulit mati agar kulit bersih dan segar. Masker ini juga

dapat mengembalikan kesegaran dan kelembutan kulit bahkan dengan pemakaian

teratur dapat mengurangi kerutan halus pada kulit wajah. Cara kerja masker peel

off ini berbeda dengan masker jenis lain. Ketika dilepaskan, biasanya kotoran

serta sel-sel kulit mati akan ikut terangkat (Basuki, 2003).

Masker peel off biasanya dalam bentuk gel atau pasta, yang dioleskan ke

kulit muka.Setelah alkohol yang terkandung menguap, terbentuklah lapisan film

yang tipis dan transparan pada kulit wajah. Setelah berkontak selama 15-30 menit,

lapisan tersebut diangkat dari permukaan kulit dengan cara dikupas (Slavtcheff,

2000). Masker peel off memiliki beberapa manfaat diantaranya mampu

merilekskan otot-otot wajah, membersihkan, menyegarkan, melembabkan,

melembutkan wajah (Vieira, 2009).

Bahkan dengan pemakaian yang teratur, masker gel peel off dapat

mengurangi kerutan halus yang ada pada kulit wajah.Cara kerja masker gel peeloff

ini berbeda dengan masker jenislain. Ketika dilepaskan, biasanya kotoran serta

kulit ari yang telahmati akan ikut terangkat (Septiani, 2011).

Mekanisme kerja masker yang diaplikasikan pada wajah menyebabkan

suhu kulit wajah meningkat sehingga peredaran darah menjadi lebih lancar dan

pengantaran zat-zat gizi ke lapisan permukaan kulit dipercepat, sehingga kulit


21

muka terlihat lebih segar. Karena terjadinya peningkatan suhu dan peredaran

darah yang lebih lancar, maka fungsi kelenjar kulit meningkat, kotoran dan sisa

metabolisme dikeluarkan ke permukaan kulit untuk kemudian diserap oleh lapisan

masker yang mengering.Cairan yang berasal dari keringat dan sebagian cairan

masker diserap oleh lapisan tanduk.Meskipun masker mengering, lapisan tanduk

tetap kenyal, bahkan sifat ini menjadi lebih baik setelah masker diangkat, terlihat

keriput kulit berkurang.Sehingga kulit muka tidak saja halus tetapi juga kencang.

Setelah masker diangkat, bagian cairan yang telah diserap oleh lapisan tanduk

akan menguap akibatnya terjadi penurunan suhu kulit sehingga menyegarkan kulit

(Ginting, 2015).

5. Antiiflamasi

Inflamasi merupakan respon perlindungan yang normal saat terjadi

kerusakan jaringan atau infeksi. Inflamasi juga berfungsi untuk melawan zat-zat

asing yang masuk ke dalam tubuh (mikroorganisme atau zat asing lain). Proses

inflamasi juga berperan untuk mengeleminasi sel-sel inang yang telah rusak atau

mati (Stevenson dan Hurst, 2007).

Dalam buah mengkudu senyawa iridoid yang memiliki kemampuan

menghambat produksi nitrit oksida (NO) dan aktivitas enzim

siklooksigenase, sehingga menghambat produksi prostaglandin seperti

mekanisme kerja OAIN (Widasari, et al 2014). Dengan demikian, buah

mengkudu memiliki efek analgesik dan antiinflamasi.

Mekanisme kerja AINS menghambat sistesis prostaglandin periferal di

jaringan radang (Koppert et al., 2004).Sintesis prostaglandin dari asam


22

arakhidonat dikatalisis oleh enzim siklooksigenase (COX).Golongan obat AINS

ini menghambat enzim COX (Ammar, 2005; Siswandono dan Soekarjo, 1995)

sehingga konversi asam arakhidonat menjadi PGG2 terganggu, meningkatkan

perbaikan jaringan kolagen dan mencegah pengeluaran enzim-enzim lisosom

melalui stabilisasi membran yang terkena radang (Ammar, 2005).COX-2

merupakan enzim yang terlibat dalam biosintesis prostaglandin (Koppert et al.,

2004) yang ekspresinya dapat diinduksi oleh stimulus elektrik dan berbagai

macam zat kimia seperti faktor pertumbuhan dan sitokin (Zhang et al.,

2001).Kandungan skopoletin pada buah mengkudu dapat menghambat aktivitas

siklooksigenase (COX) dan 5 lipooksigenase terhadap asam arakidonat sehingga

jumlah prostaglandin menurun. Kandungan flavonoid di buah mengkudu,

memiliki efek analgesik dengan cara menghambat katalis enzim siklooksigenase

dan pengikatan oksigen yakni substrat siklooksigenase dalam pembentukan

prostaglandin (Tanko, et al 2012).

B. Kerangka teori

Jerawat atau Acne vulgaris merupakan penyakit kulit kronis akibat

abnormalitas produksi sebum pada kelenjar sebasea yang muncul pada saat

kelenjar minyak pada kulit terlalu aktif (Kumar, 2008).Acne dapat menimbulkan

krisis percaya diri pada remaja dan dewasa muda (Hendarta, et al 2003).

Pengatasan jerawat bisa dilakukan dengan hasil sintesis dengan senyawa

antibiotik, pemberian antibiotik contohnya ampisilin, kotrimoksasol, eritromisin,

klindamisin atau tetrasiklin, namun penggunaan, antibiotik jangka panjang dapat

menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik. Oleh sebab itu


23

digunakan bahan alam yang tidak akan menimbulkan resisten (Utami et al, 2012).

Senyawa yang dapat digunakan sebagai antijerawat yaitu senyawa acubin,

antrakuinon dan flavonoid (Purwantiningsih dkk., 2014). Senyawa tersebut

banyak terdapat pada buah mengkudu.Zat antibakteri yang terkandung adalah

acubin, asperuloside, alizarin dan beberapa zat antraquinon.Zat-zat yang terdapat

di dalam buah mengkudu telah terbukti menunjukkan kekuatan melawan

golongan bakteri gram positif seperti Staphaylococcus epidermidis dan

Propionibacterium acne. Kandungan buah mengkudu yang berpotensi sebagai

antibakteri adalah antrakuinon dan flavonoid (Purwantiningsih et al., 2014).

Selain itu buah mengkudu mengandung senyawa polifenol seperti

golongan kumarin, flavonoid dan asam fenolat, dan iridoid yang memiliki

kemampuan menghambat produksi nitrit oksida (NO) dan aktivitas enzim

siklooksigenase, sehingga menghambat produksi prostaglandin seperti

mekanisme kerja OAIN (Widasari et al, 2014). Dengan demikian, buah

mengkudu memiliki efek analgesik dan inflamasi.

Penggunaan secara empiris adalah dengan cara dihaluskan dan digunakan

sebagai masker (Anonim, 2014). Efektivitas penggunaan buah mengkudu dapat

ditingkatkan dengan memformulasikan menjadi sediaan masker peel off. Sediaan

masker peel off merupakan masker yang praktis yang dapat digunakan untuk

semua jenis kulit dengan kelebihannya tidak dibilas, ketika masker peel off dilepas,

kotoran, debu, minyak, sisa make up diwajah serta sel-sel kulit mati akan ikut

terangkat. Penggunaan masker peel off juga dapat mempermudah sirkulasi darah

dipermukaan kulit wajah, sehingga kulit akan terasa lembab, lembut, bersih dan
24

segar (O’Neil et al, 2006). Masker peel off cocok digunakan oleh mereka dengan

jerawat yang menimbulkan bopeng atau lubang (Kinkin, 2007). Dengan adanya

golongan kosmetik pembersih wajah seperti masker peel offini dapat bermanfaat

untuk mengatasi jerwat dengan cara mengurangi produksi sebum, mengurangi

obstruksi duktus pilosebaseus, mencegah bakteri masuk ke dalam folikel sebaseus

dan mengusahakan berkurangnya peradangan (Soepardiman, 1982).

Untuk meningkatkan kemampuan suatu sediaan masker maka perlu di

tambahkan polimer.Polimer yang dapat digunakan sebagai basis dalam sediaan

masker peel off adalah polivinil alkohol (PVA). PVA dapat menghasilkan gel

yang cepat mengering dan membentuk lapisan film yang transparan, kuat, plastis

dan melekat baik pada kulit.

C. Hipotesis

Konsentrasi ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dalam

sediaan sediaan masker peel off mempengaruhi aktivitas antibakteri pada bakteri

Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acne, ekspresi COX-2, daya

iritasi, dan sifat fisik sediaan masker peel off.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan membandingkan

beberapa konsentrasi ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dalam

sediaan masker peel off dan dilakukan evaluasi sediaan meliputi: pemeriksaan

organoleptis, pemeriksaan homogenitas, pemeriksaan pH, uji daya sebar, uji

kecepatan mengering, pengujian viskositas, uji aktivitas antibakteri, uji stabilitas

fisik sediaan, uji iritasi pada kulit kelinci, dan uji daya antiinflamasi pada mencit.

B. Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah mengkudu

(Morinda citrifolia L.) yang diperoleh dari daerah Babadan, Yogyakarta.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara memetik buah dari pohonnya. Buah

yang diambil adalah buah yang berwarna putih kekuningan dan daging buah

masih keras.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Variabel dalam

penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012).Variabel

25
26

bebas dalam penelitian ini yaitu formula masker peel off ektsrak etanol buah

mengkudu (Morinda citrifolia L.).

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012).Variabel terikat pada

penelitian ini adalah diameter zona hambat, daya antiinflamasi (jumlah ekspresi

COX-2, jumlah sel radang, tebal epidermis), iritasi (eritema dan udema yang

ditimbulkan), dan sifat fisik sediaan (viskositas, daya sebar, daya lekat, pH).

D. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alumunium foil,

autoklaf, batang pengaduk, baskem, beaker glass, blender, bunsen, cawan petri,

corong, erlenmeyer, gelas kimia (pyrex), gelas ukur (pyrex), homogenizer,

hotplate, incubator, jarum ose, kapas steril, bekas, kaca arloji, kertas saring, koran,

lampu, oven, penjepit, pH meter, pinset, pipet tetes, pisau, rota vaporator, tabung

reaksi, timbangan analitik (Ohaus), saringan, seperangkat uji daya sebar,

spatula,spritus, viskometer (Brookfield), waterbath (Memmerth).

2. Bahan

Aquadest, asam asetat, bahan pengecatan, crotton oil, ekstrak etanol buah

mengkudu (Morinda citrifolia L.), biakan bakteri Staphylococcus epidermidis,

Propionibacterium Etanol 96%, HPMC, kelinciNew Zaeland dengan berat 2,5 kg,

larutan dapar phospat pH 7,4, metil paraben, mencit galur BALB/c dengan berat

20-30 g, n-butanol, propilenglikol, PVA, propil paraben, TEA, acne, nutrient agar.
27

E. Prosedur Kerja

Prosedur kerja formulasi dan uji aktivitas antibakteri masker peel off

ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) sebagai antijerawat dapat dilihat

pada gambar 5. Prosedur kerja formulasi dan uji aktivitas antibakteri masker peel

off ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) sebagai antijerawat dapat

dilihat pada gambar 5.

Buah Mengkudu

Maserat
Maserasi dengan etanol
96%
Residu Filtrat
Pengujian
Kadar air

Kadar Masker peel off


air

Evaluasi Sediaan Pengujian

 Pemeriksaan  Aktivitas antibakteri


organoleptis  Daya antiinflamasi
 Homogenitas pada kulit mencit
 pH  Daya iritasi pada
 Daya sebar kulit kelinci
 Daya lekat  Stabilitas fisik
 Kecepatan mengerin sediaan masker peel
 Viskositas off.

Gambar 5.Prosedur kerja formulasi dan uji aktivitas antibakteri


masker peel off ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.)
sebagai antijerawat
1. Penyiapan dan Pengolahan Sampel Buah Mengkudu

Buah mengkudu yang telah matang dicuci dengan air mengalir, ditiriskan

kemudian dipotong tipis-tipis (kurang lebih 3 mm) dan dioven dengan suhu

50°C selama 48 jam.Setelah kering, dihaluskan dengan mesin penggiling

(grinder), hasil serbuknya ditimbang. Serbuk mengkudu yang dihasilkan

dimaserasi dengan pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1:7 (setiap 1 gram

serbuk mengkudu, direndam dalam 7 ml etanol) selama 24 jam, sambil diaduk-

aduk. Hasil yang didapatkan disaring dengan kain kasa sehingga diperoleh hasil

maserasi cair dan ampas.Hasil maserasi cair diuapkan di atas waterbath selama 3

hari atau sampai terbentuk gel dan etanol benar benar menguap. Ekstrak buah

mengkudu yang dihasilkan berupa gel (Theresia et al, 2014).

2. Ekstraksi Sampel

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

dengan cara sampel buah mengkudu yang telah di serbukkan ditimbang

sebanyak 500 g dimasukkan dalam wadah maserasi kemudian diekstraksi

dengan pelarut etanol 96% hingga terendam semua bagian sampel lalu ditutup

rapat wadahnya. Dibiarkan selama 3x24 jam ditempat yang terlindung dari

cahaya matahari sesekali dilakukan pengadukan. Disaring dan dipisahkan ampas

dan filtratnya.Kemudian ampasnya bisa dimaserasi kembali hingga 3 kali

dengan menggunakan etanol 96.Filtrat etanol 96% dipekatkan menggunakan

rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak etanol kental yang siap digunakan

dalam formulasi (Fajar, 2010).

25
29

3. Karakterisasi Ekstrak

a. Uji Kadar Air pada Ekstrak

Menimbang kurs porselin dengan tutupnya, kemudian kurs porcelen

dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 105⁰C. Kurs yang sudah

dipanaskan, kemudian dimasukkan kembali dalam desikator, setelah dingin

kemudian kurs porcelain di timbang kembali.Sebanyak 1 gram ekstrak

ditimbang dalam kurs porselen.Ekstrak dalam kurs porselen tertutup, kemudian

dikeringkan pada suhu 105⁰C selama 60 menit.Parameter dilakukan hingga

bobot tetap. Sampel yang sudah didapat bobot tetapnya yaitu sampai

penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%. Kemudian dikeluarkan dari

oven.Krus porselen dibiarkan dalam keadaan tertutup dan mendingin dalam

desikator hingga suhu kamar, kemudian dicatat bobot tetap yang diperoleh untuk

menghitung presentase susut pengeringannya.Dilakukan replikasi atau

pengulangan sebanyak 3 kali (Rostinawati, 2010).

Rumus kadar air pada ekstrak :

Massa awal − massa setelah dikeringkan


% kadar air ekstrak = 𝑥 100%
Massa awal

b. Uji Kualitatif Flavanoid dengan Metode KLT

Bejana kromatografi dijenuhi dengan uap fase gerak n-butanol:asam

asetat:air (4:1:5 v/v, lapisan atas). Plat KLT selulosa dioven pada suhu

70°C selama 10 menit untuk menghilangkan kadar air. Selanjutnya, standar

kuersetin dan fraksi Kloroform KBNM ditotolkan pada plat KLT selulosa

dengan menggunakan pipet kapiler pada jarak 1 cm dari bagian bawah.

Bercak penotolan dibiarkan hingga kering kemudian dielusi dalam


30

bejana kromatografi. Jarak elusi yang digunakan adalah 8 cm. Pengamatan

plat KLT selulosa dilakukan dibawah sinar tampak, UV 254 nm dan 366 nm

sebelum dan setelah disemprot dengan pereaksi sitroborat (Suhendi et al.,

2011).

4. Pembuatan Masker Gel Peel Off Ekstrak Buah Mengkudu

Pembuatan masker peel off dimulai dari menimbang bahan yang tertera

pada tabel 1. Kemudian PVA dikembangkan pada aquadestilata panas pada suhu

80°c hingga mengembang sempurna kemudian diaduk hingga homogen (wadah

a) Kemudian kembangkan HPMC dengan aquadest panas hingga mengembang

sempurna (wadah b). Larutkan metil paraben dan propil paraben dengan air

panas secara perlahan-lahan kedalam propilenglikol (wadah c). Campurkan

wadah b dan c secara berturut-turut pada wadah A. Tambahkan ekstrak buah

mengkudu sedikit demi sedikit lalu homogenkan.Lalu tambahkan aquadest

hingga 100 ml dan kembali aduk hingga homogen (Rahayu tria, et al, 2015).

5. Formulasi Sediaan Masker Peel Off Buah Mengkudu

Formula sediaan masker peel off buah mengkudu (Morinda citrifolia L.)

dapat dilihat pada tabel 1 (Rahayu tria et al, 2015).


31

Tabel 1. Formula Masker Peel OffBuah Mengkudu (Morinda


citrifolia L.)
Konsentrasi (%)
Bahan Fungsi
F1 F2 F3
Ekstrak Buah Mengkudu 10 15 20 Zat aktif
PVA 14 14 14 Pembentuk film
HPMC 1 1 1 Peningkat Viskositas
TEA 2 2 2 Agen Pengalkali
Propilenglikol 15 15 15 Humektan
Propil Paraben 0,075 0,075 0,075 Pengawet
Metil Paraben 0,025 0,025 0,025 Pengawet
Etanol 10 10 10 Pelarut
Aquadest (mL) add 100 100 100 Pelarut
Ket :
F1 : Formula Masker peel off dengan konsentrasi ekstrak buah mengkudu
sebesar 10%
F2 : Formula Masker peel off dengan konsentrasi ekstrak buah mengkudu
sebesar 15%
F3 : Formula Masker peel off dengan konsentrasi ekstrak buah mengkudu
sebesar 20%
6. Evaluasi Masker Peel Off Ekstrak Mengkudu

Meliputi pemeriksaan organoleptis,pemeriksaan homogenitas,

pemeriksaan pH, uji daya sebar, uji kecepatan mengering, uji iritasi pada kulit

mencit, uji daya inflamasi dan pemeriksaan stabilitas fisik sediaan terhadap suhu

dan pengaruh lama waktu penyimpanan.

a. Pemeriksaan organoleptis

Uji organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahan-perubahan

bentuk, warna, dan bau dari sediaan masker peel off (Septiani, 2011). Pengujian

dilakukan 3 kali untuk setiap formula

b. Pemeriksaan homogenitas

Pemeriksaan homogenitas gel diamati dengan cara visual yaitu dengan

mengamati di gelas obyek di bawah sinar. Diamati apakah terdapat bagian-


32

bagian yang tidak tercampurkan dengan baik. Gel dikatakan homogen

apabila semua bagian tercampurkan secara merata (Paye et al, 2009).

c. Pemeriksaan PH

Dilakukan dengan cara mencelupkan eletroda pH meter kedalam sediaan

masker peel off yang telah homogen kemudian dilarutkan terlebih dahulu dengan

aquadest. pH sediaan harus sesuai dengan pH kulit 4,5-6,5 (Tranggono, 2007).

d. Uji daya sebar

Sebanyak 1 g gel masker peel off diletakkan diatas kaca berukuran 20 x

20 cm dengan hati-hati. Selanjutnya ditutupi dengan kaca yang lain digunakan

pemberat diatasnya hingga bobot mencapai 125 g dan diukur diameternya (Garg

et al, 2002).

e. Uji daya lekat

Pengujian daya lekat dilakukan untuk mengetahui kemampuan masker gel

peel off melekat pada kulit.Secara umum, sediaan gel yang baik memiliki daya

lekat yang tinggi. Semakin tinggi daya lekat maka masker gel peel off akan

kontak lebih lama pada permukaan kulit (Arikumalasari, 2013).

f. Uji kecepatan mengering

Caranya denganmengoleskan sebanyak 0,7 gram masker peel off dan disebar di

atas permukaan kacadengan area seluas 5,0 x 2,5 cm hingga membentuk lapisan tipis

seragam dengan tebalkira-kira 1 mm, ini meniru pengaplikasian masker pada wajah.

Kaca yang telah diolesi masker dimasukkan kedalam oven (Binder) pada suhu 36,5 ±

2 °C dan sediaan dimonitor sampai proses pengeringan selesai (Vieira et al.,

2009).Pengujian dilakukan 3 kali untuk setiap formula.


33

g. Pengujian Viskositas

Sebanyak 2 g sediaan masker gel peel off dimasukkan kedalam Viskometer

Brookfield, kemudian diatur spindle dan kecepatan yang akan digunakan, dan

viskometer Brookfield dijalankan, kemudian viskositas dari masker gel akan

terbaca (Septiani,et al 2011).

Sediaan ditentukan viskositasnya dengan viskosimeter

Brookfield.Dinyalakan viskometer Brookfield dipasang spindel pada gantungan

spindel (terletak di bawah viskometer). Dimasukkan sampel pada wadah, lalu

diturunkan spindel hingga batas tercelup ke dalam cairan sampel yang akan

diukur viskositasnya. Dizero-kan dahulu display pada viskometer dengan

memutar tombol pada viskometer. Dijalankan rotor dengan cara menekan

tombol yang ada di viskometer. Dibiarkan spindel berputar dan dilihat jarum

pada skala sesuai rotor yang kita gunakan.Dibaca angka yang ditujukan oleh

jarum tersebut untuk menghitung viskositas sediaan masker yang digunakan

sebagai sampel.

7. Pengujian Aktivitas Antibakteri Masker peel off BuahMengkudu

a. Sterilisasi Alat

Sterilisasi alat dilakukan agar alat yang digunakan dalam penelitian

berada dalam keadaan steril, sehingga pada peralatan tidak ditemukan mikroba

yang tidak diharapkan kehadirannya. Mikroba yang dimaksud adalah mikroba

yang akan menganggu atau merusak media ataupun menganggu pertumbuan

jamur dalam penelitian yang sedang dilakukan

Alat-alat yang akan di sterilkan terlebih dahulu dicuci bersih dan


34

dikeringkan. Cawan petri dibungkus dengan kertas perkamen.Untuk alat-alat

gelas (tabung reaksi, gelas beker, erlenmeyer) ditutup mulutnya dengan kapas

steril yang dibalut dengan kain kasa steril, kemudian dibungkus dengan kertas

perkamen, disterilkan dalam oven pada suhu 150⁰C, selama 2 jam. Kasa, kapas

gelas ukur, pipet tetes dan kaca objek di bungkus dengan kertas perkamen dan

disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121⁰C dengan tekanan 1 atm selama 15

menit. Sedangkan untuk alat seperti ose dan pinset disterilkan dengan

menggunakan flamber yaitu direndam dengan alkohol selama 5 menit kemudian

dipijarkan dengan api bunsen. Alat yang terbuat dari karet seperti karet pipet,

disterilkan dengan merendamnya di didalam alkohol selama 5 menit.Laminar air

flow disterilkan dengan menyalakan lampu UV selama 2 jam, dibersihkan dari

debu, disemprotkan alkohol 70% dibiarkan selama 15 menit (Raihana, 2011).

b. Proses Uji Aktivitas Antibakteri

Pada penelitian ini menggunakan metode lubang/sumuran dengan cara

diteteskan suspensi mikroba sebanyak 2 tetes ke dalam tabung reaksi yang berisi

10 ml media nutrien agar lalu homogenkan kemudian tuangkan diatas cawan

petri yang berisi 10 ml media nutrien agar yang telah memadat lalu ratakan.

Cawan petri tersebut digoyangkan beberapa kali secara horizontal agar suspensi

bakteri ini merata pada seluruh permukaan agar.Kemudian dibiarkan pada suhu

kamar selama 15 menit. Setelah media padat, buat lubang menggunakan pipet

tetes, kemudian lubang diisi dengan 50 mg sediaan masker peel off, kontrol

positif dan kontrol negatif. Inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam kemudian

ukur diameter hambatan pertumbuhan bakteri uji yang ditunjukkan dengan


35

terbentuknya zona hambat yaitu daerah jernih disekitarlubang atau sumuran.

Pengukuran dilakukan dari dasar cawan petri dengan jangka sorong.Pengujian

dilakukan 3 kali untuk setiap formula kemudian dihitung nilai rata-rata efek

antibakteri pada masing-masing formula (Arinia, et al 2016).

8. Uji iritasi

Uji iritasi sediaan masker peel off dilakukan terhadap hewan uji kelinci.

Penelitian ini menggunakan 6 ekor kelinci New Zaeland berkelamin jantan.

Penelitian ini mengacu pada Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo

(Anonim, 2014). Rambut kelinci dicukur pada bagian punggungnya sampai

bersih.Pencukuran dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai punggung

kelinci. Setelah 24 jam punggung kelinci dibagi menjadi 6 bagian yang

berbentuk bujur sangkar dengan luas masing masing 2x3 cm dan jarak per area

sekitar 2 cm, untuk kemudian diberi perlakuan sediaan masker peel off dengan

variasi konstrasi ekstrakFI, FII, FIII, kontrol sakit, kontrol sehat, dan kontrol

masker. Setelah 24 jam lalu diamati perubahan yang terjadi pada punggung

kelinci. Pengamatan dilakukan selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam.Untuk

melihat reversibilitas, diamati hari ke 7 hingga hari ke 14 (Anonim, 2014).

Hasil pengujian pada tiap-tiap paparan kemudian dilakukan analisis dan

evaluasinya.Kategori respon iritasi dan hasil perhitungan indeks iritasi primer

dapat dilihat pada tabel berikut dan yang harus dievaluasi adalah terhadap

tingkat keparahan luka dan ada tidaknya reversibilitas. Pengukuran terhadap

seluruh observasi pengujian dinyatakan dalam skor indeks iritasi primer, yang

dihitung dengan rumus persamaan(Anonim, 2014):


36

𝐴−𝐵
Indeks iritasi primer = 𝐶

Keterangan:
A : Jumlah skor eritema dan udema seluruh titik pengamatan sampel pada jam
ke 24, 48 dan 72 dibagi jumlah pengamatan.
B : Jumlah skor eritema dan udema seluruh titik pengamatan kontrol pada jam
ke 24,48 dan 72 dibagijumlah pengamatan.
C : Jumlah hewan

Untuk melihat skor eritema dan udema maka dinilai berdasarkan

penilaian reaksi pada kulit yang dilihat pada Tabel II.

Tabel IIPenilaian Reaksi pada Kulit (Anonim, 2014)

SKOR
PEMBENTUKAN ERITEMA
Tidak ada eritema 0
Eritema yang terjadi sangat kecil (hampir tidak dapat dibedakan) 1
Eritema terlihat jelas 2
Eritema sedang sampai parah 3
Eritema parah (merah daging) hingga terjadi pembentukan eschar 4
yang menghambat penilaian eritema

PEMBENTUKAN UDEMA SKOR


Tidak ada udema 0
Udema sangat kecil (hampir tidak dapat dibedakan) 1
Udema kecil (batas area terlihat jelas) 2
Udema tingkat menengah (lukanya bertambah sekitar 1 mm) 3
Udema parah (luas bertambah lebih dari 1 mm dan melebar 4
melebihiarea pemaparan oleh sediaan uji

Indeks iritasi dihitung dengan cara menjumlahkan nilai dari setiap kelinci

percobaan setelah 24 jam, 48 jam dan 72 jam pemberiaan sampel iritan,

kemudian dibagi 6. Penilaian iritasinya sebagai berikut (Anonim, 2014):


37

0,0 – 0,4 : Sangat ringan (negligible)


0,5 – 1,9 : Iritan ringan (slight)
2,0 – 4,9 : Iritan sedang (moderate)
5,0 – 8,0 : Iritan kuat (severe)

9. Uji daya antiinflamasi

Evaluasi daya anti inflamasi dilakukan terhadap 4 kelompok mencit galur

BALB/c. Pembagian kelompok mencit sebagai berikut :

a. Kelompok Kontrol Positif

Pada kelompok ini mencit mendapatkan induksi agen inflamasi (croton oil)

kemudian diberikan produk pembanding yang telah diketahui berkhasiat sebagai

anti inflamasi (produk pasaran).

b. Kelompok Kontrol Negatif

Pada kelompok ini mencit mendapatkan induksi agen inflamasi saja

tanpa diberikan agen anti inflamasi apapun.

c. Kelompok Kontrol Sehat

Pada kelompok ini mencit tidak mendapatkan induksi agen inflamasi

maupun perlakuan terhadap sampel formula I, II atau III. Kelompok ini juga

dikenal sebagai kelompok baseline.

d. Kelompok Sediaan Masker Peel Off Formula I, II, III

Pada kelompok ini mencit mendapatkan induksi agen inflamasi (croton oil)

kemudian diberikan masker peel off pada formula I, II, dan III. Prosedur induksi

inflamasi adalah pertama-tama punggung mencit dicukur rambutnya dan

kemudian diolesi perontok rambut. Setelah 24 jam punggung mencit ditetesi

dengan 0,1 ml croton oil konsentrasi 4%. Setelah 30 menit dari penetasan croton
38

oil, diolesi formula I, formula II, dan formula III masing-masing 100 mg pada

punggung mencit. Hari berikutnya juga diberi perlakuan yang sama. Perlakuan

tersebut diberikan selama 3 hari.

Setelah semua sediaan baik kontol positif, kontrol negatif, kontrol sehat,

dan fomula I, II, dan III diberikan dan diamati.Mencit kemudian dikorbankan

dan diambil jaringan bagian punggungnya untuk dibuat preparat Pengecatan

Hematoxylin Eosin (HE) dan COX-2.Berdasarkan hasil pengecatan dapat

diukur jumlah ekspresi COX-2 (Sugihartini, et al 2013).

Area pengambilan kulit disekitar daerah perlakuan dengan ukuran 1x1 cm.

Hasil pemotongan jaringan kulit diletakkan di container yang telah berisi larutan

formalin 10% hingga potongan kulit terendam sempurna yang kemudian dibawa

ke bagian Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas

Gadjah Mada untuk dibuat preparat histologi. Pengecatan hematoksilin dan

eosin (HE) dikerjakan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada dan imunohistokimia dengan antibody anti-COX-2

dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RS Dr. Sardjito Yogyakarta.Hasil

pengecatan dianalisis di bawah mikroskop cahaya (Olympus) di Laboratorium

Kimia Organik Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (Utami, 2016).

Berdasarkan hasil pengecatan kemudian diukur tebal epidermis, jumlah

sel radang dan jumlah ekspresi COX-2 (Sugihartini, 2013). Tebal epidermis

dihitung pada bagian sel epidermis dengan menggunakan program (ToupView)

yang dihubungkan dengan mikroskop cahaya (Olympus).Penghitungan luas

epidermis yaitu dalam satuan pixel. Selanjutnya luas epidermis dikonversi dari
39

satuan pixel2 menjadi mm kemudian diubah menjadi μm (Sari dan Yuliani,

2015). Jumlah sel radang dilakukan dengan menghitung jumlah sel neutrofil

yang bermigrasi dan sel yang mengekspresikan COX-2 pada daerah subkutan

jaringan kulit punggung mencit di bawah mikroskop cahaya (Olympus) dengan

pembesaran 400x. Nilai persentase ekspresi COX-2 masing-masing perlakuan

dihitung dengan persamaan (Utami, 2016) :

Jumlah ekspresi COX − 2


% ekspresi COX − 2 = x 100%
total sel hitung

E. Analisis Data

Hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan menggunakan

software SPSS for windows Hasil data antar bets berupa uji viskositas dan uji

pH dianalisis menggunakan Independent Sample T-Test. Hasil data antar fomula

berupa variasi konsentrasi ekstrak buah mengkudu dianalisis dengan metode

Analysis of Varianc One-Way (ANOVA).


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Pedoman Uji Toksisitas
Non-Klinik Secara In-Vivo, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, Jakarta.
Arikumalasari, J, 2013, Optimasi HPMC Sebagai Gelling agent dalam
Formula Gel Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana
L.). Skripsi, Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Udayana, Bali
Bangun, A.P., B. Sarwono, 2002, Khasiat dan Manfaat Mengkudu Berdasarkan
Hasil Riset. Dalam: Bangun AP, Sarwono B, Khasiat dan Manfaat
Mengkudu, Agro Media Pustaka, Jakarta.
Basuki, K. S, 2003, Tampil Cantik dengan Perawatan Sendiri, Gramedia Pustaka
Utrama. Hal. 28-32, Jakarta.
Blanco, Y.C.; Vaillant, Fabrice; Perez, A.M.; Reynes, Max; Brillouet, J.M.; Brat,
Pierre, 2006, The Noni Fruit (Morinda citrifolia): A Review of Agricultural
Research, Nutritional, and Therapeutic Properties JFCA, 19. pp. 645-54
Butler, H, 2000, Poacher’s, Cosmetics and Soap 10th Edition, Kluwer Academic
Publishers, Hal: 697-713, London.
Brook, G.F., Butel,J.S., dan Morse, S.A, 2005, Mikrobiologi Kedokteran.
Salemba Medika, Jakarta.
Corwin, E.J., 2008, Handbook of Pathophysiology 3th edition, Lippincort
Williams & Wilkin. Philadelphi.
Dewi,S.A, 2009, Cara Ampuh mengobati Jerawat, Buana Pustaka, Jakarta
Djauhariya, E, 2003, Mengkudu (Morinda citrifoliaL.) tanaman obat potensial.
Dalam Perkembangan Penelitian Tanaman ObatPotensial. Perkembangan
Teknologi Tanaman Rempah dan ObatXV(1): 28−40.
Djajadisastra, Joshita, et al., 2009, Formulasi Gel topikal dari Ekstrak Nerii
Folium Dalam Sediaan Anti Jerawat. Jurnal Farmasi Indonesia. Vol.4 Juli
2009: 210-216, Universitas Indonesia, Fakultas MIPA.
Dorland, W.A. Newman, 2002, Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Fajar, 2010, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda
Citrifolia, Linnaeus) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar, Skripsi
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Garg, A., A. Deepika, S. Garg, and A. K. Sigla, 2002, Spreading ofsemisolid
formulation, Pharmaceutical Tecnology.Pp.84-104, USA.
Ginting, P.C, 2015, Formulasi sediaan masker gel dari ekstrak etanolik daun
pepaya, Skripsi, Univeristas sumatera utama, Medan
Gomes, A., Fernandes, E., Lima, J.L.F.C., Mira, L., Corvo, M.L., 2008, Molecular
mechanisms of antiinflammatory activity mediated by flavonoids. Current
Medical Chemistry., 15, 1586-1605.
Grimes, P.E., 2009.Efficacious and Safe Cosmetic Procedures in Skin of Color.
Cos Derm ; 22: 253-59.
Jawetz et al., 2005, Mikrobiologi Untuk Profesi kesehatan Edisi 4. Diterjemahkan

40
41

oleh Bonang, G, Penerbit Buku Kesehatan, Jakarta.


Kandi, 2009, Mengkudu Yang Multiguna, Jasa Grafika Indonesia, Jakarta.
Kinkin S.Basuki, 2007, Tampil Cantik Dengan Perawatan Sendiri, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Kumar, 2008, Dube, Anuradha.Piper betle Linn, A maligned Pan-Asiatic plant
with an array of pharmalogical activities and prospect for drug
discovery.Current Science.Vol.99, no. 7, 2010, Hal.922-932.
Oakley, Amanda, 2009, Bacteria in acne,www.Dermanetnz.org, Diakses 25 mei
2017 pukul 20.25.
O'Neil MJ Heckelman PE, Koch CB, Roman KJ, Kenny CM, D'Arecca MD,
Editors, 2006, The Merck Index. 14th ed, Merck Research Laboratories,
New York.
Park, B.K., Heo, M.Y., Park, H. dan Kim, H.P, 2001, Inhibition of TPA-Induced
Cyclooxigenase-2 Express-ion and Skin Inflamation In Mice By Wogonin, A
Plant Flavone from Scutellaria Radix, European Journal of Pharmacology,
425, 153-157.
Paye, M., Andre O.B., dan Howard I.M, 2009, Handbook of Cosmetic Science
and Technology, Marcel Dekker, Inc., New York.
Pramasanti, 2008, Perawatan Jerawatkesehatan.07x.net, Diakses 20 Apri1 2017
pukul 22.15.
Radji, M, 2011, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran, EGC, Semarang.
Rahayu tria, et al., 2015, Uji Aktivitas Masker Peel Off Ekstrak Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia L) sebagai Anti Jerawat terhadap Bakteri
Staphylococcus auerus. Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas
Pakuan, Bogor.
Retno Iswari Tranggono , Fatma Latifah, 2007, Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Rostinawati T, 2010, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) TerhadapEscherichia coli, Salmonella typhi dan
Staphylococcus aureusDengan Metode Difusi Agar, Fakultas farmasi
universitas Padjajaran, Jatinangor.
Raihana, Nadia, 2011,lProfil Kultur dan uji Sensitivitas Bakteri Aerob dari Infeksi
Luka operasi Laparatomi di Bangsal Bedah RSUP DR.M.Djamil Padang,
Program Pascasarjana Universitas Andalas, Padang
Retno Iswari Tranggono, 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik,
PT Gramedia Pustaka Utama,Anggota IKAPI, Jakarta.
Rostinawati, T, 2010, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosella
(Hibiscuss sabdariffa L.) terhadapEscherichia Coli, Salmonella typhid dan
Stapylococcus aureus Dengan Metode Difusi Agar, Fakultas Padjajaran.
Jatinagor.
Pratiwi, S.T, 2008, Mikrobiologi Farmasi, Penerbit Airlangga, Jakarta.
Puspitasari., G. Murwani, S & Herawati, 2010, Uji Daya Antibakteri Perasan
Buah Mengkudu Matang (Morinda citrifolia) terhadap Bakteri
Methicillin Resistan Staphylococcus aureus (MRSA) M.2036.T Secara
IN VITRO, Skripsi, Program Studi Pendidikan Dokter Hewan,
42

Universitas Brawijaya
Sacher, Ronald A. dan Richard A. McPherson, 2004, Tinjauan klinis hasil
pemeriksaan laboratorium edisi 11. Alih bahasa : Brahm U. Pendit
dan Dewi Wulandari. EGC, Jakarta.
Sari, M.F., Yuliani, S.H., 2015, Pembuatan dan Uji Aktivitas Sediaan Unguenta
Scarless Wound dengan Ekstrak Binahong dan Zat Aktif Aspirin, Jurnal
Farmasi Sains dan Komunitas, 12 (2) : 81-87.
Septiani, S., N. Wathoni dan S. R. Mita, 2011, Formulasi Sediaan Masker Gel
Antioksidan Dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetun GNEMON
Linn.).Universitas Padjadjaran, Bandung
Sjabana D, 2002, Bahalwan RR. Seri referensi herbal pesona tradisional dan
ilmiah mengkudu (Morinda Citrifolia L.), Salemba mustika, Jakarta.
Soepardiman L, 1982, Klasifikasi akne vulgaris. Dalam : Simposium akne
vulgaris FK UI, Jakarta Nelson SC. Morinda citrifolia L. Species
Profiles for Pasific Island Agroforestry, 2006. Diunduh dari
http://www.nutraceutical.com/educate/pdf/hawaiian_noni.pdf.(Diakses
pada 5 juni 2017).
Stevenson, D.E.; Hurst, R.D., 2007, Polyphenolic phytochemicals-just
antioxidants or much more.A review.Cell. Mol. Life Sci., 64, 2900-2916
Sugihartini, N., 2013, Optimasi Komposisi Enhancer dan Emulgator pada
Formulasi Krim Fraksi Etil Asestat Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis, L)
sebagai Sediaan Topikal Anti Inflamasi, Disertasi, Program Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sugita, T.; Miyamoto, M.; Tsuboi R.; Takatori, K.; Ikeda, R. & Nishikawa, A,
2010, In Vitro Activities of Azole Antifungal Agents againts
Propionibacterium acnes Isolated from Patients with Acne Vulgaris.Biol
Pharm Bull.
Sugiyono, 2010, Statistik Untuk Penelitian,Pg. 63, Alfabeta, Bandung
Tanko, et al 2012, Antinociceptive and Anti-Inflammatory Activities of Ethanol
Extract of Bryophyllum Pinnatum Laboratory Animals, IOSR Journal of
Dental and Medical Sciences (JDMS).
Tiwari P.Kumar, B.Kaur, M.Kaur, H, 2011, Phytochemical Screening and
Extraction: A Review. Internationale Pharmaceutical Sciecia.vol.1 Issue.1
Tranggono, Retno Iswari, Latifah, Fatmah, 2007, Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Utami, S. A., 2016, Uji Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Milk Thistle pada
Jumlah Neutrofil dan Ekspresi COX-2 Mencit Betina Terinduksi Karagenin.
Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Vieira, Rafael Pinto, et al, 2009, Physical and Physicochemical Stability
Evaluation of Cosmetic Formulations Containing Soybean Extract
Fermented by Bifidobacterium animalis. Brazilian Journal of
Pharmaceutical Sciences vol. 45 (3): 515-525.
Wang, M.Y., B.J. Brest, C.J. Jensen, D. Nowicki,C. Su, A.K. Palu, and G.
Andersen, 2002, Morinda citrifolia L. (noni): A literature review and recent
advances in noni research. Acta Pharmacol.Sin. 23(12):1.127−1.141.
Widasari, F., Bakhriansyah, M., & Istiana, 2014, Studi Interaksi Farmakodinamik
43

Efek Analgesik Kombinasi Perasan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia)


dengan Parasetamol. Berkala Kedokteran.
Wirakusumah, E. S, 2007, Penebar Plus Hidup Sehat, 202 Jus Buah dan Sayuran,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Wijayakusuma, H. M. H, 2007, Penyembuhan dengan Mengkudu, Penerbit
Sarana PustakaAfiat, Jakarta
Yenny S W, Lestari W, 2011, Terapi Akne Vulgaris Berat dengan Azitromisin
Dosis Denyut. J Indon Med Assoc. ; 61(4), Jakarta.
tanggal 5 Juni 2017).
Ying, W. M., West, B. J., Jensen, C.J., Nowicki, D., Chen, S., Palu, A. K. &
Anderson, G, 2002, Morinda citrifolia (noni): a literature review and
recent advances in noni research. Acta Pharmacology,23, 1127-1141
Zin, A., Hamid, A., Osman, 2001, Departement of Food Science, Faculty of Food
Science and Btechnology Universiti Putra Malaysia, Sendang Selangor
Malaysia.

You might also like