You are on page 1of 17

MAKALAH DESINFEKSI, STERILISASI, DAN CSSD

Dosen pengampu: Giri Udani, S.Kp.,M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 4:


1. Sonia Presenta Ginting (2114401089)
2. Suci Haerani (2114401090)
3. Syaqilah (2114401091)
4. Thomas Herjuno (2114401092)
5. Vivi Ayuningtias (2114401093)
6. Winda Devita (2114401094)
7. Wulandari (2114401095)
8. Zenny Salma Nur Zanna (2114401096)
9. Frisyana Prastika (2114401097)
10.Arta Oktavia Novanda (2114401098)
11.Mauly Dinda Saputri (2114401099)
12.Vina Safitri (2114401100)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PRODI D-III KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga
kami dapat menyeselaikan tugas makalah ini yang membahas tentang Desinfeksi, Sterilisasi
dan CSSD
Terimakasih kami ucapkan kepada para pengajar atas bimbingan dan pendidikan yang
diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik . Makalah ini merupakan
hasil diskusi kelompok kami. Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari kuliah , browsing
internet , diskusi dan buku sumber.
Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan masalah Desinfeksi, Sterilisasi dan
CSSD. Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan
dapat di jadikan pelajaran teman – teman

Bandarlampung, 29 Maret 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................


KATA PENGANTAR .......................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................
1.3 Tujuan Pembahasan ................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................
2.1 Pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi......................................................................
2.2 Jenis peralatan yang dapat disterilkan.....................................................................
2.3 Tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi............................................................................
2.4 Metode Sterilisasi....................................................................................................
2.5 Macam-Macam Desinfeksi .....................................................................................
2.6 Pengertian CSSD ....................................................................................................
2.7 Tujuan CSSD ..........................................................................................................
2.8 Fungsi CSSD...........................................................................................................
BAB III PENUTUP ............................................................................................................
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................
3.2 Saran ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan sumbangan yang besaar


bagi dunia kesehatan, dengan ditemukannya berbagai macam alat berkat penemuan
beberapa ilmuan besar. Bahwa terbukti untuk mencegah atau mengendalikan
infeksi tenaga kesehatan dapat menggunakan konsep steril ataupun bersih, untuk
membantu proses penyembuhan pasiennya dan lebih spesifik lagi untuk
mengendalikan dan mencegah terjadinya infeksi.
Lingkup bidang keperawatan memberikan asuhan keperawatan baik pada
pasien yang beresiko terinfeksi atau telah terinfeksi. Pengetahuan mengenai
bagaiman terjadinya infeksi sangat penting dikuasai untuk membatasi dan
mencegah terjadi penyebaran infeksi dengan cara mempelajari ilmu bakteriologi,
imunologi, virologi dan parasitologi yang terkandung pada ilmu mikrobiologi.
Selain itu, diperlukan juga cara untuk mengurangi atau bahkan mengatasi
infeksi tersebut secara keseluruhan. Secara lebih spesifik diperlukan pula
pengetahuan mendasar akan kondisi seperti apa yang bisa dijadikan lokasi atau
tempat untuk melakukan asuhan keperawatan.
Maka dari itu, kami merasa penting untuk menyusun sebuah tulisan yang
membahas tentang bagaimana penerapan sterilisasi dan desinfeksi dalam makalah
ini. Juga bagaimana aplikasinya dalam keseharian dunia keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sterilisasi dan desinfeksi?
2. Jenis-jenis peralatan apa saja yang dapat disterilkan?
3. Apa tujuan sterilisasi dan desinfeksi?
4. Metode apa saja yang dipakai pada saat sterilisasi?
5. Apa saja macam-macam desinfeksi?
6. Apa yang dimaksud CSSD?
7. Apa tujuan dari CSSD?
8. Apa fungsi dari CSSD?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian dari sterilisasi dan desinfeksi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis peralatan apa saja yang dapat disterilkan
3. Untuk mengetahui tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi
4. Untuk mengetahui metode yang dipakai pada saat sterilisasi
5. Untuk mengetahui macam-macam desinfeksi
6. Untuk megetahui pengertian dari CSSD
7. Untuk mengetahui tujuan dari CSSD
8. Untuk mengetahui fungsi dari CSSD
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi


1. Pengertian Sterilisasi
Steril (Suci Hama) artinya bebas dari segala mikroba baik
pathogenmaupun tidak. Tindakan untuk membuat suatu benda menjadi steril
disebut sterilisasi. Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu
(alat,bahan,media, dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan
kehadirannya baik yang patogen maupun yang pathogen atau bisa juga dikatakan
sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua mikroorganisme, baik
bentuk vegetative maupun bentuk spora.
2. Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan
bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi
infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak
berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan
antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan
mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda
mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya
tergantung dari toksisitasnya.

2.2 Jenis peralatan yang dapat disterilkan


1. Peralatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan
lain-lain.
2. Peralatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia dan
lain-lain.
3. Peralatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa
penduga lambung, drain dan lain-lain.
4. Peralatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule trachea dan
lain-lain.
5. Peralatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom
dan lain-lain.
6. Peralatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring dan
lain-lain.
7. Peralatan yang terbuat dari plastik, misalnya selang infus dan lain-lain.
8. Peralatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon, doek operasi,
baju, sprei, sarung bantal dan lain-lain.

2.3 Tujuan sterilisasi dan desinfeksi


Adapun tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi tersebut adalah :
1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Mencegah makanan menjadi rusak
3. Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri
4. Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg dipakai dalam melakukan
biakan murni.

2.4 Metode sterilisasi


Metode sterilisasi dibagi menjadi dua, yaitu metode fisik dan metode kimia.
Metode sterilisasi kimia dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia,
sedangkan metode sterilisasi fisik dapat dilakukan dengan cara panas baik panas
kering maupun panas basah, radiasi, dan filtrasi.
1. Metode Sterilisasi Fisik
a. Sterilisasi Panas
Metode sterilisasi panas merupakan metode yang paling dapat
dipercaya dan banyak digunakan. Metode sterilisasi ini digunakan untuk bahan
yang tahan panas. Metode sterilisasi panas tanpa kelembaban (tanpa
penggunaan uap air) disebut metode sterilisasi panas kering atau sterilisasi
kering. Umumnya untuk bahan yang sensitif terhadap kelembaban digunakan
metode sterilisasi panas kering pada temperatur 160-180℃., sedangkan untuk
bahan yang resisten kelembaban digunakan metode sterilisasi panas basah
pada temperatur 115-134 ℃.
Macam-macam cara sterilisasi dengan pemanasan :
 Pemanasan dengan Nyala Api
Di laboratorium mikrobiologi cara ini dipakai untuk membuat
steril jarum inokulasi, pipet dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-
sehari, misalnya membakar peniti sebelum dipakai mengeluarkan duri
atau nanah. Cara ini juga dapat digunakan untuk mensterilkan pisau
operasi dalam keadaan darurat.
 Pemanasan dengan Udara Panas (Dry Heat Oven)/Panas Kering
Cara ini dipakai untuk membuat steril alat-alat dari gelas seperti
tabung reaksi, petridish, botol dan alat-alat dari katun. Dengan cara ini
pemanasan dilakukan sampai suhu 170oC selama 1 jam atau 140oC
selama dua jam. Bila ada bahan dari katun, suhu jangan lebih dari 180oC
karena akan terbakar. Juga pada pendinginannya, bila suhu belum
mencapai 100oC, oven jangan dibuka dulu sebab alat-alat dari gelas akan
pecah karena pendinginan yang mendadak (Indan Endjang, 2003: 43).
Kelebihan menggunakan sterilisasi ini diantaranya, hasil kering dapat
digunakan untuk bahan termostabil, seperti alat-alat gelas dan mudah
dilaksanakan. Kekurangan: waktu yang dihabiskan cukup lama, penetrasi
panas terbatas pada lapisan tertentu, dan dibutuhkan tenaga listrik besar.
 Merendam dalam Air Mendidih (Menggodok)
Merendam dalam air mendidih (menggodok) adalah cara yang
mudah, murah, dan cukup efektif sebagai tindakan desinfeksi. Air
mendidih pada tekanan 1 atmosfer, suhunya 100oC dengan menggodok
bentuk vegetatif akan mati dalam waktu 5-15 menit sedangkan bentuk
spora akan mati dalam waktu 1-6 jam. Cara ini banyak digunakan untuk
membuat steril jarum dan pompa suntik atau alat-alat operasi asalkan
dipastikan bahwa alat-alat tersebut tidak berhubungan dengan sumber-
sumber spora seperti debu tanah. Lama penggodokan dengan cara ini
adalah 15-30 menit dan akan lebih baik ditambahkan 1-3% Na2CO3
karena mempunyai daya untuk menghancurkan dinding spora. Dengan
cara ini, mungkin masih terdapat spora. Dalam kehidupan sehari-hari
dipakai untuk desinfeksi botol susu dan dot bayi.
 Sterilisasi dengan Uap Air yang Ditekan/ Sterilisasi Panas Basah (Uap)
Proses sterilisasi termal meggunakan uap jenuh di bawah tekanan
berlangsung di suatu bejana yang disebut autoclave. Metode yang paling
sering digunakan. Suhu 1210C selama 15-20 menit tergantung
bahan/prosedur sterilisasi. Prinsip: Udara di dalam bejana diganti dengan
uap jenuh.
 Pemanasan dengan Uap yang Mengalir
Prinsipnya sama dengan dandang untuk menanak nasi. Cara ini
pertama kali dilakukan oleh Robert Kock suhu uap air pada tekanan
barometer 76 cm Hg adalah 100o C. Dengan cara ini hanya membunuh
bakteri bentuk vegetatif. Di laboratorium cara ini dipakai untuk
mematikan mikroba pathogen, sebelum alat-alat tersebut dicuci agar tidak
membahayakan. Lamanya pemanasan adalah 1 jam, sedangkan
membunuh bentuk spora perlu waktu 2-16 jam (Indan Endjang, 2003: 44).
 Cara sterilisasi Benda-benda yang Tidak Tahan Suhu Tinggi
1) Pasteurisasi
Dengan pasteurisasi tidak membuat steril, tetapi hanya
membunuh mikroba tertentu saja. Pasteurisasi dilakukan terhadap air
susu juga pada pembuatan anggur. Suhu yang diberikan bergantung
pada mikroba yang akan dibunuhnya.
2) Tyndalisasi
Dengan pasteurisasi kita membuat steril suatu benda secara
fraksi (sebagian-sebagian). Cara ini dilakukan untuk membuat steril
benda-benda yang tidak tahan suhu lebih dari 100oC. Caranya: Hari
pertama, benda yang akan disterilkan dipanaskan dengan uap air yang
mengalir dengan 100oC selama 30 menit. Kemudian, dimasukkan
inkubator (lemari pengeram) selama 24 jam. Hari kedua, pemanasan
dan pengeraman diulang lagi. Hari ketiga diulangi untuk ketiga kalinya
dan sterilisasi dianggap selesai (Indan Endjang, 2003: 46).

b. Sterilisasi dengan Penyaringan (filtrasi)


Metode sterilisasi dengan pengeringan digunakan untuk bahan yang
sensitif terhadap panas misalnya enzim. Pada proses ini digunakan membran
filter yang terbuat dari selulosa asetat. Kerugian prosedur ini adalah biaya
yang mahal serta filter yang mudah mampat akibat filtrat tertinggal pada
saringan sehingga harus sering diganti. Kerugian yang lain adalah meskipun
memiliki pori-pori yang halus, membram filter tidak dapat digunakan untuk
menyaring virus. Jenis filter yang sering digunakan adalah filter HEPA (High
Efficiency Particulate Air) (Sylvia T. Pratiwi, 2008: 140).

c. Dengan Pengeringan
Pengeringan akan menyebabkan larutan di sekeliling mikroba menjadi
hipertonis, sehingga air keluar dari sel mikroba dan mikroba mati. Gangguan
tekanan osmotik ini akan diperhebat bila ditambahkan garam dan bumbu-
bumbu, seperti halnya pada pembuatan ikan asin atau dendeng. Cara ini
bukanlah tindakan sterilisasi, melainkan pengawetan, karena dengan
pengeringan ini hanya menyebabkan berhentinya pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroba (Indan Endjang, 2003: 47).

d. Sterilisasi dengan Radiasi


Metode sterilisasi dengan menggunakan radiasi dilakukan dengan
menggunakan sinar UV ataupun dengan metode ionisasi. Sinar UV dengan
panjang gelomabang 260 nm memiliki daya penetrasi yang rendah sehingga
tidak mematikan mikroorganisme namun dapat mempenetrasi gelas, air, dan
substansi lainnya. Sinar UV ini bereaksi dengan asam nukleat sel
mikroorganisme dan menyebabkan ikatan antara molekul-molekul timin yang
bersebelahan dan menyebabkan terbentuknya diimer timin. Dimer timin dapat
menghalangi replikasi DNA normal dengan menutup jalan enzim replikasi.
Penggunaan sterilisasi dengan sinar UV antara lain untuk sterilisasi kabinet
dan ruangan. Endospora bakteri resisten terhadap sinar UV. Metode sterilisasi
dengan ionisasi sebesar 2,5 Mrad dapat mempenetrasi jauh ke dalam objek.
Penggunaan teknik ini, misalnya dengan radiasi gamma dari kobalt-60, lebih
kuat daya tembusnya dibandingkan dengan cahaya UV dan tidak dilakukan
dalam laboratorium. Metode sterilisasi ini ditujukan untuk merusak asam
nukleat mikroorganisme dan digunakan untuk bahan-bahan yang tidak dapat
disterilisasi menggunakan panas, contohnya bahan plastik sekali pakai
(disposable plasticware), antibiotik, hormon, dan jarum suntik (syrnge) (Sylvia
T. Pratiwi, 2008: 140-141).
e. Pendinginan
Suhu rendah menyebabkan pertumbuhan dan perkembangbiakan
mikroba terhenti. Cara ini dipakai untuk mengawetkan bahan makanan yang
mudah membusuk, misalnya daging, karena pada suhu rendah ini, bahan
makanan itu tidak akan dirombaknya. Pada suhu -20oC (minus dua puluh
derajat Celcius) (suhu lemari pendingin pada umumnya) mikroba tidak bisa
merombak makanan sehingga tidak terjadi pembusukan. Beberapa bakteri
mati pada suhu 0oC misalnya Neisseria gonorrhoea, Treponema pallida (Indan
Endjang, 2003: 41-42).

2. Metode Sterilisasi Kimia


Metode sterilisasi kimia dilakukan untuk bahan-bahan rusak bila
disterilkan pada suhu tinggi (misalnya bahan-bahan dari plastik). Kekuatan agen
antimikroba kimiawi diklasifikasikan atas dasar efisiensinya dalam membunuh
mikroorganisme. Seluruh gremisida diklasifikasikan sebagai kategori tingkat
tinggi karena efektif terhadap seluruh bentuk kehidupan termasuk endospora
bakteri (Sylvia T. Pratiwi, 2008: 141-142).
Metode sterilisasi kimia dapat dilakukan dengan menggunakan gas
(dengan cara fumigasi atau pengasapan) atau radiasi. Beberapa bahan kimia yang
dapat digunakan untuk sterilisasi gas adalah etilen oksida, gas formaldehid, asam
parasetat, dan glurtaradehid alkalin. Sterilisasi kimia dapat juga dilakukan dengan
penggunaan cairan desinfektan berupa senyawa aldehid, hipoklorit, fenolik,
alkohol (Sylvia T. Pratiwi, 2008: 142).

2.5 Macam-macam desifensi


Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan
bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi
dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya
bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan
mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati.
Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari
toksisitasnya. Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat
tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat
proses disinfeksi.
Macam-macam desinfektan yang digunakan:
1. Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit.
Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi
unguk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian
alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa
meninggalkan efek sisa.
2. Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran
gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan
desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-
alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas
kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid
yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus
memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan
glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi,
dan virus akan mati dalam waktu 10- 20 menit, sedang spora baru alan mati
setelah 10 jam.
3. Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam
bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4%
larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2%
klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak
(Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi
geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-).
Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada
hidroksiapatit dan salivary mucus.
4. Senyawa halogen.
Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide.
Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan
cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan
Betadine).
5. Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan
alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini
bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar
bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan
laboratorium.
6. Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan
sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan
penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol).

2.6 Pengertian CSSD


CSSD merupakan singkatan dari Central Sterile Supply Department . Bagian
di institusi pelayanan kesehatan ( rumah sakit ) yang mengurus suplai dan peralatan
bersih atau steril . CSSD melayani suplai barang bersih dan steril yang digunakan di
rumah sakit secara terpusat , tidak ada bagian lain yang mengurusi barang bersih dan
steril . Kegiatan utama di CSSD adalah pembersihan , penyiapan , pemrosesan ,
sterilisasi , penyimpanan , dan distribusi ke pasien.
Hingga tahun 1940 - an kegiatan sterilisasi dilakukan di unit pemakai yang
membutuhkan barang steril . Sehingga terdapat duplikasi peralatan maupun personel
yang menyebabkan ketidakefisienan proses kerja di rumah sakit . Selain itu proses
yang dilakukan tidak dapat seragam , menyebabkan sulitnya mencapai hasil sterilisasi
dengan kualitas tinggi secara terus menerus . Sistem yang terpusat dibutuhkan dengan
meningkatnya tindakan operatif , bermacamnya instrumen operasi dan kebutuhan
barang steril di ruangan . Kemajuan teknologi yang meningkat juga memungkinkan
adanya sistem pemrosesan yang tersentral . Pemrosesan yang tersentral akan
meningkatkan kualitas pelayanan sehingga berorientasi pada patient safety.
Istilah CSSD dapat berbeda di setiap rumah sakit . Dapat disebut Central
Service , Central Supply ataupun Theatre Sterilization Unit . Di Indonesia selain
CSSD dikenal sebagai Pusat Sterilisasi atau Sterilisasi Sentral . Apapun nama yang
melekat , semuanya memiliki tugas yang sama dalam penyediaan barang bersih dan
steril di rumah sakit . Semua memiliki unit dekontaminasi , penyiapan , sterilisasi ,
penyimpanan dan distribusi ke pasien.
CSSD membutuhkan dukungan bagian lain di rumah sakit untuk melakukan
pelayanan yang baik . Dukungan logistik untuk persuratan , linen dan transfer pasien
dibutuhkan oleh CSSD . Sehingga hubungan yang baik antar bagian yang didukung
oleh pimpinan rumah sakit merupakan syarat mutlak pelayanan yang prima.
CSSD perlu melakukan koordinasi dengan banyak bagian lain , seperti bidang
keperawatan , instalasi bedah , komite pengendalian infeksi , farmasi dan tata usaha .
Koordinasi yang dilakukan berupa laporan kegiatan untuk kemajuan rumah sakit .
Struktur organisasi CSSD akan bervariasi sesuai dengan beban pekerjaan yang
dipunyal . Struktur organisasi CSSD di rumah sakit besar akan berbeda di rumah sakit
kecil.
Struktur organisasi harus bisa meliputi pelayanan minimum CSSD berupa
pemrosesan ulang dan distribusi . Struktur organisasi dapat dikembangkan bila
memang dibutuhkan . Misalnya membuat unit penelitian yang dapat mengevaluasi
proses dan layanan dan meningkatkan kualitas.

2.7 Tujuan CSSD


1. Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisis steril, untuk
mencegah terjadinya infeksi.
2. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta
menanggulangi infeksi nosokomial.
3. Efisiensi tenaga medis atau paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada
pelayanan terhadap pasien.
4. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang
dihasilkan.

2.8 Fungsi CSSD


1. Memberikan suplai barang dan instrumen ke area yang membutuhkan
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan servis yang akurat
3. Memberikan suplai barang steril meliputi linen, instrumen dan barang-barang
steril lainnya
4. Melakukan pencatatan yang akurat terhadap kegiatan dekontaminasi, pencucian,
sterilisasi dan pengiriman barang steril
5. Melakukan pengetatan keseragaman dan kemudahan dalam rak instrumen dan set
operasi di seluruh lingkungan rumah sakit
6. Mempertahankan jumlah inventaris barang dan instrumen
7. Melakukan monitoring dan kontrol terhadap tindakan pengendalian infeksi sesuai
dengan arahan komite pengendalian infeksi
8. Membuat dan mempertahankan standart sterilisasi dan distribusinya
9. Beroperasi secara efisien dalam rangka pengurangan biaya operasional
10. Melakukan pengembangan sesuai dengan metode yang terbaru dan peraturan
yang berlaku
11. Melakukan evaluasi berkala untuk meningkatkan kualitas pelayanan
12. Memberikan pelayanan konsultasi kepada bagian lain yang membutuhkan
pemrosesan dan sterilisasi instrumen. Meliputi penjelasan peraturan dan prosedur
yang digunakan dan implementasi metode baru
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,bahan,media,


dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya . Desinfeksi
adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau
secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam
membunuh mikroorganisme patogen. Macam-macam desinfektan ya itu alcohol,
aldehid, biguanid, senyawa halogen, fenol, dan klorsilenol. Metode sterilisasi dibagi
menjadi dua, yaitu metode fisik dan metode kimia.
CSSD merupakan Bagian di institusi pelayanan kesehatan ( rumah sakit ) yang
mengurus suplai dan peralatan bersih atau steril . CSSD melayani suplai barang bersih
dan steril yang digunakan di rumah sakit secara terpusat , tidak ada bagian lain yang
mengurusi barang bersih dan steril . Kegiatan utama di CSSD adalah pembersihan ,
penyiapan , pemrosesan , sterilisasi , penyimpanan , dan distribusi ke pasien.
Salah satu fungi CSSD yaitu Memberikan pelayanan konsultasi kepada bagian
lain yang membutuhkan pemrosesan dan sterilisasi instrumen. Meliputi penjelasan
peraturan dan prosedur yang digunakan dan implementasi metode baru.

3.2 Saran
Diharapkan dengan Makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman dalam
melaksanakan asuhan keperawatan, sehingga perawat mengetahui atau mengerti
tentang makalah ini. tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan
kebutuhan klien tersebut. Serta kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini
masih jauh dari kesempurnaan sehingga saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat kami butuhkan, baik itu dari teman-teman ataupun para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/12028645/MAKALAH_ILMU_DASAR_KEPERAWATAN_IV_
MIKROBIOLOGI_STERILISASI_DAN_DESINFEKSI_FAKULTAS_ILMU_KESEH
ATAN_UNIVERSITAS_MUHAMMADIYAH_PURWOKERTO, diakses pada
tanggal 29 Maret 2023
https://id.scribd.com/doc/186841219/Sterilisasi-Dan-Desinfeksi, diakses pada tanggal 29
Maret 2023
https://id.scribd.com/doc/268928696/makalah-cssd, diakses pada tanggal 29 Maret 2023
https://id.scribd.com/document/402470713/Tugas-dan-Fungsi-CSSD-docx, diakses pada
tanggal 29 Maret 2023
https://www.academia.edu/37910120/METODE_STERILISASI_DAN_DESINFEKSI,
diakses pada tanggal 29 Maret 2023

You might also like