You are on page 1of 36

Skor Puji Rochjati

Deteksi Dini Kehamilan Beresiko Tinggi


dengan Skor Puji Rochjati
Tugas Ini Guna Memenuhi Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan
Dosen Pengampu: Ni Komang Sulyastini S.ST

Olehkelompok I:
1. Ni Ketut Sri Astuti (12002)
2. Ni Komang Sudiyani (12005)
3. Kadek Dian Pariantini (12008)
4. I Dewa Ayu Dian Paramesthi (12011)
5. Ni Putu Ayu Anggarai (12017)
6. Ni Luh Wika Handayani (12020)
7. Ni Wayan Rika Arystha (12023)
8. Ni Putu Chandra Cintya Devi (12026)
9. Ni Putu Ayu Tika Budi Utami (12029)
10. Mira Dwina Safitri (12032)
11. Nyoman Desita Trijayanti (12035)
12. NI Luh Putu Intan Pranita Putri (12038)
13. Ni Luh Rai Sukmayanti (12041)

Kelas II B / Smt III

DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI


UPT. AKADEMI KEBIDANAN SINGARAJA
Ta 2013/2014
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyulit dan
Komplikasi pada Neonatus dengan BBLR”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mandiri yang diberikan dalam mata kuliahAsuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi Baru
Lahir, dan Anak Pra Sekolah. Dalam menyelesaikan makalah ini kami banyak mendapat
bantuan atau tunjangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini kamitidak lupa menyampaikan terima kasih kepada:
1. Putu Sri Utami, S. ST, selaku pengajar mata kuliah Asuhan Kebidanan pada Neonatus,
Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah di UPT. Akademi Kebidanan Dinas
Kesehatan Provinsi Bali.
2. Teman-teman mahasiswi di UPT. Akademi Kebidanan Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
Mengingat manusia tidak ada yang sempurna, kami sebagai penulis pun tidak luput
dari kesalahan, sehingga penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi menunjang
kesempurnaan makalah ini dan semoga makalahini bermanfaat bagi semua pihak.
Om Santhi, Santhi, Santhi, Om
Singaraja, November 2013

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mengetahui definisi kehamilan resiko tinggi .......................... 3
2.2 Mengetahui faktor-faktor kehamilan resiko tinggi ............... 3
2.3 Mengetahui macam-macam kehamilan resiko tinggi ............. 3
2.4 Mengetahui pencegahan kehamilan resiko tinggi .................... 14
2.5 Mengetahui deteksi kehamilan resiko tinggi dengan
skor pudji rochjati ................................................................... 15

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan................................................................................... 22
3.2 Saran......................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu


dan bayi dalam keadaan bahaya. Kehamilan merupakan hal yangfisiologis.
Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan
pendeteksian dini adanya komplikasi/penyakit yang mungkin terjadi
selama hamil muda. Sejak awal 1990-an para pakar yang aktif dalam upaya Safe
Motherhood mengatakan bahwa pendekatan risiko, yang mengelompokkan ibu hamil
dalam kelompok tidak berisiko dan berisiko, sebaiknya tidak digunakan lagi. Hal ini
berdasarkan kenyataan bahwa lebih dari 90% kematian ibu disebabkan komplikasi
obstetric, yang sering tak diramalkan saat kehamilan. Kebanyakan komplikasi itu terjadi
pada saat atau sekitar persalinan. Banyak di antara ibu yang tidak dikategorikan berisiko,
ternyata mengalami komplikasi; dan sebaliknya, di antara ibu yang dikategorikan
berisiko, ternyata persalinannya berlangsung normal. Karena itu pendekatan yang
dianjurkan adalah menganggap semua kehamilan itu berisiko dan setiap ibu hamil agar
mempunyai akses ke pertolongan persalinan yang aman dan pelayanan obstetric. Ide
bahwa peristiwa intra partum dan prenatal dapat menimbulkan efek merugikan pada bayi
dalam kehidupan selanjutnya bukanlah hal yang baru. Kecacatan biologis serius, masalah
kesehatan, gangguan obstetric, dan masalah social yang dapat mengganggu ibu dan bayi,
baik tingkat ringan maupun secara nyata. Identifikasi pasien dengan resiko tinggi penting
dalam meminimalkan mortalitas dan morbiditas maternal dan neonatus. Ada banyak
bukti yang diketahui merupakan faktor risiko yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi pasien risiko tinggi secara dini dalam masa prenatal serta intrapartum.
Umumnya perawat yang siaga dan mengenal penyimpangan dari kondisi normal melihat
dan melaporkan faktor risiko tinggi yang potensial atau nyata. Banyak faktor pada wanita
tersebut dan dari lingkungan sekitar mempengaruhi hasil akhir kehamilannya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah definisi kehamilan beresiko tinggi?
1.2.2 Apakah faktor-faktor kehamilan resiko tinggi?
1.2.3 Bagaimanakah macam-macam kehamilan beresiko tinggi dan pengaruhnya?
1.2.4 Bagaimana pencegahan kehamilan resiko tinggi?
1.2.5 Bagaimana mendeteksi kehamilan resiko tinggi dengan skor pudji rochjati?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi kehamilan resiko tinggi
1.3.2 Mengetahui faktor-faktor kehamilan resiko tinggi
1.3.3 Mengetahui macam-macam kehamilan resiko tinggi
1.3.4 Mengetahui pencegahan kehamilan resiko tinggi
1.3.5 Mengetahui deteksi kehamilan resiko tinggi dengan skor pudji rochjati

1.4 Manfaat
Bagi masyarakat
Dengan makalah ini diharapkan masyarakat lebih tahu mengenai resiko tinggi pada
kehamilan sehingga masyarakat bisa lebih waspada dan lebih waspada terhadap kesehatan
kehamilannya.
Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa khususnya mahasiswa kebidanan bisa menambah wawasan
mengenai kehamilan resiko tinggi serta pengaruhnya terhadap ibu dan bayinya nanti
selain itu masiswa juga diharapkan mampu untuk mendeteksi secara dini kehamilan
resiko tinggi dengan menggunakan skor pudji rochjati.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kehamilan Risiko Tinggi


 Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di dalamnya kehidupan atau
kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan yang kebetulan atau
unik.. (Irene M. Bobak, add all, 1998).
 Kehamilan adalah masa murni dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya 280 hari (40
minggu) atayu 9 bulan 7 hari di hitung dari hari pertama haid terakhir ( Sarwono,2006
 Adalah keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada
kehamilan yang dihadapi (manuaba,1998:33)
 Kehamilan resiko tinggi adalah suatu kehamilan dimana jiwa dan kesehatan dan bayi
dapat terancam (Muchtar, 1998: 201)

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kehamilan Resiko Tinggi


Faktor-faktor penyebab terjadinya kehamilan resiko tinggi pada ibu dalam kehamilannya
yaitu :
1. Faktor non medis
Yang temasuk dalam faktor non medis adalah kemiskinan, ketidaktahuan, adat, tradisi,
kepercayaan, status gizi, social ekonomi yang rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran
untuk memeriksa kehamilan secara teratur, fasilitias dan sarana kesehatan yang serba
kekurangan.
2. Faktor medis
Adapun faktir non medis yang mempengaruhi kehamilan resiko tinggi yaitu , penyakit ibu
dan janin , kelainan obstetrik, gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi janin,
penyakit neonatus, dan kelainan genetic ( Rustam, 1998 )

2.3 Macam-macam kehamilan risiko tinggi


Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-beda,
namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi.
A. Menurut Poedji Rochyati dkk mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut:
Resiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk
terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang,
seperti kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada
ibu dan bayi.
Ukuran resiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebutSKOR. Digunakan
angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk
membedakan resiko yang rendah, resiko menengah, resiko tinggi. Berdasarkan jumlah
skor kehamilan dibagi tiga kelompok:
1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh
persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya
yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki
risiko kegawatan tetapi tidak darurat.
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12
Kehamilan dengan faktor risiko:
· Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu
dan atau banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk
penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.
· Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat,
yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis. (Poedji
Rochjati, 2003).
B. Batasan Faktor Risiko / Masalah
a. Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO (kehamilan yang perlu diwaspadai)
1. Primi muda
Ibu hamil pertama pada umur ≤ 16 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh
mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam
kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa.
Bahaya yang mungkin terjadi antara lain:
· Bayi lahir belum cukup umur
· Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir
· Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).
2. Primi tua
 Lama perkawinan ≥ 4 tahun
Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan
biasa:
Ø Suami istri tinggal serumah
Ø Suami atau istri tidak sering keluar kota
Ø Tidak memakai alat kontrasepsi (KB)
 Bahaya yang terjadi pada primi tua:
Ø Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena kehamilannya,
misalnya pre-eklamsia.
Ø Persalinan tidak lancar. (Poedji Rochjati, 2003).
 Pada umur ibu ≥ 35 tahun
Ibu yang hamil pertama pada umur ≥ 35 tahun. Pada usia tersebut mudah
terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir juga tambah
kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan
macet dan perdarahan. Bahaya yang terjadi antara lain:
Ø Hipertensi / tekanan darah tinggi
Ø Pre-eklamsia
Ø Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan
Ø Persalinan tidak lancar atau macet: ibu mengejan lebih dari satu jam, bayi tidak
dapat lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.
Ø Perdarahan setelah bayi lahir
Ø Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500 gr. (Poedji Rochjati,
2003).
Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko mengalami kelainan-kelainan antara
lain:
· Frekuensi mola hidantidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur
relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia lebih dari 45 tahun.
· Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat 26% pada mereka yang usianya
lebih dari 45 tahun
· Wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun lima kali lebih mungkin
mengalami kehamilan ektopik daripada wanita kulit putih berusia 15 sampai 24 tahun.
· Risiko nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu. Oosit tertahan dalam midprofase
dari miosis 1 sejak lahir sampai ovulasi, penuaan diperkirakan merusak kiasma yang
menjaga agar pasangan kromosom tetap menyatu. Apabila miosis dilanjutkan sampai
selesai pada waktu ovulasi, nondisjungsi menyebabkan salah satu gamet anak mendapat
dua salinan dari kromosom yang bersangkutan, sehingga terbentuk trisomi, anak lahir
dengan cacat bawaan sindrom down. (F. Garry C, add all, 2001)
3. Anak terkecil < 2 tahun
Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun.
Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih
menyusui. Selain itu anak masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya. Bahaya yang
dapat terjadi:
· Perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu lemah
· Bayi prematur / lahir belum cukup bulan, sebelum 37 minggu
· Bayi dengan berat badan rendah / BBLR < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003).
4.Primi tua sekunder
Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan
dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi. Kehamilan ini
bisa terjadi pada:
· Anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial tinggi
· Anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak ber-KB.
 Bahaya yang dapat terjadi:
· Persalinan dapat berjalan tidak lancar
· Perdarahan pasca persalinan
· Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lain-lain. (Poedji
Rochjati, 2003).
5. Grande multi
Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering melahirkan
maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:
· Kesehatan terganggu: anemia, kurang gizi
· Kekendoran pada dinding perut
· Tampak ibu dengan perut menggantung
· Kekendoran dinding rahim
 Bahaya yang dapat terjadi:
· Kelainan letak, persalinan letak lintang
· Robekan rahim pada kelainan letak lintang
· Persalinan lama
· Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
6. Umur 35 tahun atau lebih
Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut terjadi
perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu
ada kecenderungan didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi:
· Tekanan darah tinggi dan pre-eklamsia
· Ketuban pecah dini
· Persalinan tidak lancar / macet
· Perdarahan setelah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).
7. Tinggi badan 145 cm atau kurang
Terdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini:
· Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu dan
besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang
terjadi:
Ø Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin / kepala tidak
besar.
Ø Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar
· Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati dalam
waktu (umur bayi) 7 hari atau kurang.
· Ibu hamil kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup bulan, dan berat
badan lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang dapat terjadi: persalinan berjalan tidak
lancar, bayi sukar lahir, dalam bahaya. Kebutuhan pertolongan medik : persalinan operasi
sesar. (Poedji Rochjati, 2003).
8. Riwayat obstetric jelek (ROJ)
Dapat terjadi pada ibu hamil dengan:
· Kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami:
Ø Keguguran
Ø Lahir belum cukup bulan
Ø Lahir mati
Ø Lahir hidup lalu mati umur ≤ 7 hari
· Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami keguguran ≥ 2 kali
· Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan
Bahaya yang dapat terjadi:
· Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan tanda-tanda pengeluaran
buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah, perut kencang.
· Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya: Diabetes mellitus,
radang saluran kencing, dll. (Poedji Rochjati, 2003).
9. Persalinan yang lalu dengan tindakan
Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau per-vaginam:
· Tindakan dengan cunam / forcep / vakum. Bahaya yang dapat terjadi:
Ø Robekan / perlukaan jalan lahir
Ø Perdarahan pasca persalinan
· Uri manual, yaitu: tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim dengan
menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan pada keadaan bila:
Ø Ditunggu setengah jam uri tidak dapat lahir sendiri
Ø Setelah bayi lahir serta uri belum lahir terjadi perdarahan banyak > 500 cc
Bahaya yang dapat terjadi:
Ø Radang, bila tangan penolong tidak steril
Ø Perforasi, bila jari si penolong menembus rahim
Ø Perdarahan
· Ibu diberi infus / tranfusi pada persalinan lalu. Persalinan yang lalu mengalami
perdarahan pasca persalinan yang banyak lebih dari 500 cc, sehingga ibu menjadi syok
dan membutuhkan infus, serta transfusi darah. (Poedji Rochjati, 2003).
10. Bekas operasi sesar
Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu pada
dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada robekan rahim :
kematian janin dan kematian ibu, perdarahan dan infeksi.(Poedji Rochjati, 2003).
b. Ada Gawat Obstetri / AGO (tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan,
dan nifas)
1. Penyakit pada ibu hamil
a. Anemia (kurang darah)
 Pengaruh anemia pada kehamilan:
· Menurunkan daya tahan ibu hamil, sehingga ibu mudah sakit
· Menghambat pertumbuhan janin, sehingga janin lahir dengan berat badan lahir
rendah
· Persalinan premature
 Bahaya yang dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hb < 6 gr%):
· Kematian janin mati
· Persalinan prematur, pada kehamilan < 37 minggu
· Persalinan lama
· Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
 Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di bawah 11 g%
pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 g% pada trimester 2. Hipoksia akibat anemia
dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi
perdarahan. Juga bagi hasil konsepsi, anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang
baik, seperti:
· kematian mudigah
· kematian perinatal
· prematuritas
· dapat terjadi cacat bawaan
· cadangan besi kurang. (Abdul Bari S., 2002)
b. Malaria
 Bahaya yang dapat terjadi:
· Abortus
· IUFD
· Persalinan premature. (Poedji Rochjati, 2003).
c. Tuberculosa paru
 Bahaya yang dapat terjadi:
· Keguguran
· Bayi lahir belum cukup umur
· Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).
d. Payah jantung
 Bahaya yang dapat terjadi:
· Payah jantung bertambah berat
· Kelahiran prematur
· Dalam persalinan:
Ø BBLR
Ø Bayi dapat lahir mati. (Poedji Rochjati, 2003).
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin dalam
kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat menderita
pula dan mati, yang kemudian disusul oleh abortus. (Abdul Bari S., 2002)
e. Diabetes mellitus
 Bahaya yang dapat terjadi:
· Persalinan prematur
· Hydramnion
· Kelainan bawaan
· Makrosomia
· Kematian janin dalam kandungan sesudah kehamilan minggu ke-36
· Kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup, kemudian mati < 7 hari). (Poedji Rochjati,
2003).
Diabetes mempengaruhi timbulnya komplikasi dalam kehamilan sebagai berikut:
· pre-eklamsia
· kelainan letak janin
· insufisiensi plasenta
Diabetes sebagai penyulit yang sering dijumpai dalam persalinan ialah:
· inersia uteri dan atonia uteri
· distosia bahu karena anak besar
· lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan, termasuk seksio
sesarea
· lebih mudah terjadi infeksi
· angka kematian maternal lebih tinggi
Diabetes lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis, dan
menghambat penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinea maupun luka episiotomi.
(Hanifa Wiknjosastro, 1999)
f. Hamil kembar
 Bahaya yang dapat terjadi:
· Keracunan kehamilan
· Hidramnion
· Anemia
· Persalinan prematur
· Kelainan letak
· Persalinan sukar
· Perdarahan saat persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Kehamilan dan persalinan membawa risiko bagi janin dan ibu.

g. Hidramnion / Hamil kembar air


Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan biasanya nampak pada
trimester III, dapat terjadi perlahan-lahan atau sangat cepat.
Keluhan-keluhan yang dirasakan:
· Sesak napas
· Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi cairan amnion > 2
liter
· Edema labia mayor, dan tungkai
Bahaya yang dapat terjadi:
· Keracunan kehamilan
· Cacat bawaan pada bayi
· Kelainan letak
· Persalinan prematur
· Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).

h. Janin mati dalam rahim


 Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim, yaitu:
· Gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringan-jaringan mati yang masuk
ke dalam darah ibu. (Poedji Rochjati, 2003).
i. Hamil serotinus / Hamil lebih bulan
Ibu dengan umur kehamilan ≥ 42 minggu. Dalam keadaan ini, fungsi dari jaringan uri dan
pembuluh darah menurun. Dampak tidak baik bagi janin:
· Janin mengecil
· Kulit janin mengkerut
· Lahir dengan berat badan rendah
· Janin dalam rahim dapat mati mendadak. (Poedji Rochjati, 2003).
j. Letak sungsang
Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin dalam rahim dengan
kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah.
Bahaya yang dapat terjadi:
· Bayi lahir bebang putih yaitu gawat napas yang berat
· Bayi dapat mati. (Poedji Rochjati, 2003).
k. Letak lintang
Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan):
kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat
lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu
tubuh ibu.
Pada janin letak lintang baru mati dalam proses persalinan, bayi dapat dilahirkan dengan
alat melalui jalan lahir biasa. Sedangkan pada janin kecil dan sudah beberapa waktu mati
masih ada kemungkinan dapat lahir secara biasa.
Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang tidak di
tangani dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan akibatnya:
· Bahaya bagi ibu
Ø Perdarahan yang mengakibatkan anemia berat
Ø Infeksi
Ø Ibu syok dan dapat mati
· Bahaya bagi janin: Janin mati. (Poedji Rochjati, 2003).
c. Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO (Ada ancaman nyawa ibu dan bayi)
1. Perdarahan antepartum
(Perdarahan sebelum persalinan, perdarahan terjadi sebelum kelahiran bayi)
Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut
perdarahan antepartum.
Perdarahan antepartum harus dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya
yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya, perdarahan dapat keluar:
· Sedikit-sedikit tapi terus-menerus, lama-lama ibu menderita anemia berat
· Sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemah nadi dan tekanan darah
menurun.
Perdarahan dapat terjadi pada:
· Plasenta Previa plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi sebagian / seluruh
mulut rahim.
· Solusio Plasenta plesenta sebagian atau seluruhnya lepas dari tempatnya. Biasanya
disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan darah tinggi atau pre-eklamsia, maka
terjadi perdarahan pada tempat melekat plasenta. Akibat perdarahan, dapat
menyebabkan adanya penumpukan darah beku dibelakang plasenta.
Bahaya yang dapat terjadi:
· Bayi terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan
· Dapat membahayakan ibu:
Ø Kehilangan darah, timbul anemia berat dan syok
Ø Ibu dapat meninggal
· Dapat membahayakan janinnya yaitu mati dalam kandungan.(Poedji Rochjati, 2003).
2. Pre-Eklamsia berat / Eklamsia
Pre-eklamsi berat terjadi bila ibu dengan pre-eklamsia ringan tidak dirawat, ditangani
dengan benar. Pre-eklamsia berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-
kejang, menjadi eklamsia. Pada waktu kejang, sudip lidah dimasukkan ke dalam mulut
ibu diantara kedua rahang, supaya lidah tidak tergigit.
Bahaya yang dapat terjadi:
· Bahaya bagi ibu, dapat tidak sadar (koma) sampai meninggal
· Bahaya bagi janin:
Ø Dalam kehamilan ada gangguan pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil
Ø Mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).

2.4 Langkah-langkah Pencegahan


Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini factor risiko maka pada semua ibu hamil perlu dilakukan
skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil paling sedikit dilakukan 4 kali selama
kehamilan:
1. Satu kali pada triwulan I (K1)
2. Satu kali pada Triwulan II
3. Dua kali dalam triwulan III (K4) (Poedji Rochjati, 2003).
Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan
memberi KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya
tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya. (Poedji Rochjati, 2003).
Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala dan teratur selama
masa kehamilan sangat penting, sebab merupakan upaya bersama antara petugas
kesehatan dan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat, mengenai:
1. Aspek kesehatan dari ibu dan janin untuk menjaga kelangsungan kehamilan,
pertumbuhan janin dalam kandungan, kelangsungan hidup ibu dan bayi setelah lahir.
2. Aspek psikologik, agar menghadapi kehamilan dan persalinannya ibu hamil
mendapatkan rasa aman, tenang, terjamin dan terlindungi keselamatan diri dan bayinya.
Pendekatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), dengan sikap ramah, penuh
pengertian, diberikan secara sederhana, dapat ditangkap dan dimengerti melalui
dukungan moril dari petugas, suami, keluarga, dan masyarakat di sekitarnya.
3. Aspek social ekonomi, ibu hamil dari keluarga miskin (gakin) pada umumnya
tergolong dalam kelompok gizi kurang, anemis, penyakit menahun. Ibu risiko tinggi atau
ibu dengan komplikasi persalinan dari keluarga miskin membutuhkan dukungan biaya
dan transportasi untuk rujukan ke Rumah Sakit. (Poedji Rochjati, 2003).
Tujuan perawatan antenatal:
Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan berakhir dengan:
1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas tanpa trauma fisik
meupun mental yang merugikan.
2. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental
3. Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya
4. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga berencana
setelah kelahiran bayinya. (Poedji Rochjati, 2003).

2.5 Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil


Dalam strategi pendekatan risiko, kegiatan skrining merupakan komponen penting
dalam pelayanan kehamilan, yang harus diikuti dengan komunikasi, Informasi, dan
Edukasi (KIE) kepada ibu hamil, suami, dan keluarga, untuk perencanaan persalinan
aman dilakukan persiapan rujukan terencana bila diperlukan. (Poedji Rochjati, 2003).
Melalui kegiatan ini beberapa factor risiko yang ada pada ibu hamil telah dapat
dilakukan prediksi / perkiraan kemungkinan macam komplikasi yang akan terjadi. Oleh
karena itu kegiatan skrining harus dilakukan berulang kali sehingga dapat ditemukan
secara dini factor risiko yang berkembang pada umur kehamilan lebih lanjut. (Poedji
Rochjati, 2003).

A. Batasan Pengisian Skrining Antenatal Deteksi dini Ibu Hamil Risiko Tinggi Dengan
Menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati
Berupa kartu skor untuk digunakan sebagai alat skrening ANTENATAL berbasis
keluarga guna menemukan faktor risiko ibu hamil, yang selanjutnya dilakukan upaya
terpadu untuk menghindari dan mencegah kemungkinan terjadinya upaya komplikasi
obtetrik pada saat persalinan → dengan Kartu Skor Poedji Rachjati.
Manfaat KSPR untuk :
1. Menemukan faktor resiko Bumil
2. Menentukan Kelompok Resiko Bumil
3. Alat pencatat Kondisi Bumil
Setiap ibu hamil mempunyai :
1. Satu Kartu Skor / Buku KIA
2. Dipantau ole Ibu PKK, Kader Posyandu, Tenaga Kesehatan. (Poedji Rochjati, 2003)

B. Alat Skrining Ibu Hamil


Kartu Skor “ Poedji Rochjati” ( KSPR)
Kartu skor mempunyai fungsi:
· Skrining antenatal / deteksi dini factor risiko pada ibu hamil Risiko Tinggi
· Pemantauan dan pengendalian ibu hamil selama kehamilan
· Pencatatan kondisi ibu selama kehamilan, persalinan, nifas mengenai ibu / bayi
· Pedoman untuk memberikan penyuluhan

· Validasi data kehamilan, persalinan, nifas dan perencanaan KB. (Poedji Rochjati,
2003).

C. Sistem SKOR
Cara Pemberian SKOR:
1. Skor 2: Kehamilan Risiko Rendah (KRR)
Untuk umur dan paritas pada semua ibu hamil sebagai skor awal
2. Skor 4: Kehamilan Risiko Tinggi (KRT)
Untuk tiap faktor risiko
3. Skor 8: Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST)
Untuk bekas operasi sesar, letak sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan pre-
eklamsia berat / eklamsia (Poedji Rochjati, 2003). (Poedji Rochjati, 2003).
Alat Skrening / Deteksi Dini Rersiko Ibu Hamil berupa :
Alat untuk melakukan skrining adalah Kartu Skor Poedji Rochjati
Format : kartu skor disusun dengan format kombinasi antara cecklis dan system skor.
Cecklis dari 19 faktor resiko dengan skor untuk masing-masing tenaga kesehatan maupun
non kesehatan PKK (termasuk ibu hamil, suami dan keluarganya) mendapat pelathan
dapat menggunakan dan mengisinya.(Poedji Rochjati, 2003).
Kartu Skor Poedji Rochjati atau yang biasanya disingkat dengan KSPR biasanya
digunakan untuk menentukan tingkat resiko pada ibu hamil. KSPR dibuat oleh Poedji
Rochjati dan pertama kali diguakan pada tahu 1992-1993. KSPR telah disusun dengan
format yang sederhana agar mempermudah kerja tenaga kesehatan untuk melakukan
skrning terhadap ibu hamil dan mengelompokan ibu kedalam kategori sesuai ketetapan
sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat terhadap ibu hamil berdasarka kartu
ini. dibawah ini akan ditamplkan tabel Kartu Skor Poedji Rochjati:
Kartu Skor Poedji Rochjati

I II III IV
Triwulan
KEL Masalah / Faktor Resiko SKOR
NO. I II III.1 III.2
F.R
Skor Awal Ibu Hamil 2 2
I 1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4
2 Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun 4
Terlalu lambat hamil I kawin ≥4 Tahun 4
3 Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun 4
4 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
6 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4
7 Terlalu pendek ≥145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
Pernah melahirkan dengan
4
a.terikan tang/vakum
9 b. uri dirogoh 4
c. diberi infus/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8
II Penyakit pada ibu hamil
4
a. Kurang Darah b. Malaria,
11c. TBC Paru d. Payah Jantung 4
e. Kencing Manis (Diabetes) 4
f. Penyakit Menular Seksual 4
Bengkak pada muka / tungkai
12 4
dan tekanan darah tinggi.
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak Lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR

Rencana Persalinan pada Kehamilan Sekarang


(Berdasarkan SKOR POEDJI ROCHJATI)
Ibu hamil dengan SKOR 6 atau lebih, dianjurkan bersalin dengan tenaga kesehatan:

Bila SKOR 12 atau lebih dianjurkan bersalin di RS / SpOG (Poedji Rochjati, 2003).

Kartu Prakiraan Persalinan “Soedarto” (KPPS)


Untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifitas system scoring mengenai cara persalinan
yang dibutuhkan, harus ditambahkan satu alat yang mudah digunakan dan dapat
memperkirakan terjadinya distosia (persalinan sulit atau disfungsional) sebelum
perswalinan dimulai, sehingga rujukan terlambat dapat dicegah. Alat tersebut adalah
kartu prakiraan persalinan yang dikembangkan oleh soedarto.
Grafiknya terdiri dari 4 area / daerah, yaitu: hijau tua, hijau muda, kuning, dan merah:
1. Daerah Hijau tua menunjukkan distosia hampir tidak mungkin terjadi, persalinan di
rumah masih bisa dilakukan dengan aman.
2. Daerah hijau muda menunjukkan kejadian distosia jarang terjadi, persalinan di
rimah dapat dilakukan tetapi harus dengan pengawasan.
3. Daerah kuning menunjukkan distosia sering terjadi, persalinan harus ditangani
tenaga kesehatan atau harus dirujuk
4. Daerah merah menunjukkan distosia kemungkinan besar terjadi, rujukan mutlak di
lakukan. (Poedji Rochjati, 2003).
Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai
kelainan yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan
dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya. Diketahui bahwa janin
dalam rahim dan ibunya merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga
kesehatan ibu yang optimal akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, dalam
perkembangan janin. Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal
sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap trisemester, sedangkan trismester terakhir sebanyak dua
kali.

Secara khusus pengawasan antenatal bertujuan untuk:


1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan,
saat persalinan, dan kala nifas.
2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan kala nifas.
3. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
5. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi
6. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi
7. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
8. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif.
9. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal. (Sarwono P, 2002)
Memperhatikan batasan dan tujuan pengawasan antenatal. Maka jadwal
pemeriksaan adalah sebagai berikut:
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
· Satu kali pada triwulan pertama (sebelum 14 minggu)
· Satu kali pada triwulan kedua (antara 14 – 28 minggu)
· Dua kali pada triwulan ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu ke 36)
· Jadwal kunjungan ulang :
1. Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk :
Ø Penapisan dan pengobatan anemia
Ø Perencanaan persalinan
Ø Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
2. Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk :
Ø Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
Ø Penapisan preeklampsia, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan, MAP
Ø Mengulang perencanaan persalinan
3. Kunjungan IV 36 minggu sampai lahir
Ø Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
Ø Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
Ø Memantapkan rencana persalinan
Ø Mengenali tanda – tanda persalinan
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di dalamnya kehidupan
atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan yang kebetulan
atau unik.. (Irene M. Bobak, add all, 1998). Factor yang menyebabkan terjadinya
kehamilan resiko tinggi adalah:
1. Faktor non medis
2. Faktor medis
Macam-macam kehamilan resiko tinggi yakni:
1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12
Langkah-langkah pencegahannya dilakukan pada semua ibu hamil diharapkan
mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini factor risiko
maka pada semua ibu hamil perlu dilakukan skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu
hamil paling sedikit dilakukan 4 kali selama kehamilan:
1. Satu kali pada triwulan I (K1)
2. Satu kali pada Triwulan II
3. Dua kali dalam triwulan III (K4)Untuk mendeteksi dini kehamilan resiko tinggi
dilakukan skrining yakni Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Dalam strategi pendekatan
risiko diikuti (KIE) kepada ibu hamil, suami, dan keluarga, untuk perencanaan persalinan
aman dilakukan persiapan rujukan terencana bila diperlukan. (Poedji Rochjati, 2003).
3.2 Saran
Diharapkan sebagai tenaga kesehatan mampu untuk melakukan pendeteksian dini
terhadap semua ibu hamil untuk mengetahui kemungkinan mengalami kehamilan yang
beresiko tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

http://tyovillage.blogspot.com/2011/04/tinjauan-pustaka-mengenal-kehamilan_06.html
http://deaherfian.blogspot.com/2012/12/kehamilan-resiko-tinggi.html
http://radienmas.blogspot.com/2008/12/kehamilan-resiko-tinggi.html

Diposting oleh desita trijayanti di 07.35


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: Skor Puji Rochjati by DesitaTJ

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
 ▼ 2014 (4)
o ► April (1)
o ▼ Maret (3)
 Aborsi Ditijau dari Sisi Etikolegal
 Skor Puji Rochjati
 Penanganan Umum pada Kondisi Kegawatdaruratan Mate...

Mengenai Saya

desita trijayanti
Lihat profil lengkapku
Tema Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.

DesitaTj Midwifery
Rabu, 19 Maret 2014

Skor Puji Rochjati

Deteksi Dini Kehamilan Beresiko Tinggi


dengan Skor Puji Rochjati
Tugas Ini Guna Memenuhi Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan
Dosen Pengampu: Ni Komang Sulyastini S.ST

Olehkelompok I:
1. Ni Ketut Sri Astuti (12002)
2. Ni Komang Sudiyani (12005)
3. Kadek Dian Pariantini (12008)
4. I Dewa Ayu Dian Paramesthi (12011)
5. Ni Putu Ayu Anggarai (12017)
6. Ni Luh Wika Handayani (12020)
7. Ni Wayan Rika Arystha (12023)
8. Ni Putu Chandra Cintya Devi (12026)
9. Ni Putu Ayu Tika Budi Utami (12029)
10. Mira Dwina Safitri (12032)
11. Nyoman Desita Trijayanti (12035)
12. NI Luh Putu Intan Pranita Putri (12038)
13. Ni Luh Rai Sukmayanti (12041)
Kelas II B / Smt III

DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI


UPT. AKADEMI KEBIDANAN SINGARAJA
Ta 2013/2014

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyulit dan
Komplikasi pada Neonatus dengan BBLR”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mandiri yang diberikan dalam mata kuliahAsuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi Baru
Lahir, dan Anak Pra Sekolah. Dalam menyelesaikan makalah ini kami banyak mendapat
bantuan atau tunjangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini kamitidak lupa menyampaikan terima kasih kepada:
1. Putu Sri Utami, S. ST, selaku pengajar mata kuliah Asuhan Kebidanan pada Neonatus,
Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah di UPT. Akademi Kebidanan Dinas
Kesehatan Provinsi Bali.
2. Teman-teman mahasiswi di UPT. Akademi Kebidanan Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
Mengingat manusia tidak ada yang sempurna, kami sebagai penulis pun tidak luput
dari kesalahan, sehingga penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi menunjang
kesempurnaan makalah ini dan semoga makalahini bermanfaat bagi semua pihak.
Om Santhi, Santhi, Santhi, Om
Singaraja, November 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mengetahui definisi kehamilan resiko tinggi .......................... 3
2.2 Mengetahui faktor-faktor kehamilan resiko tinggi ............... 3
2.3 Mengetahui macam-macam kehamilan resiko tinggi ............. 3
2.4 Mengetahui pencegahan kehamilan resiko tinggi .................... 14
2.5 Mengetahui deteksi kehamilan resiko tinggi dengan
skor pudji rochjati ................................................................... 15

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan................................................................................... 22
3.2 Saran......................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu


dan bayi dalam keadaan bahaya. Kehamilan merupakan hal yangfisiologis.
Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan
pendeteksian dini adanya komplikasi/penyakit yang mungkin terjadi
selama hamil muda. Sejak awal 1990-an para pakar yang aktif dalam upaya Safe
Motherhood mengatakan bahwa pendekatan risiko, yang mengelompokkan ibu hamil
dalam kelompok tidak berisiko dan berisiko, sebaiknya tidak digunakan lagi. Hal ini
berdasarkan kenyataan bahwa lebih dari 90% kematian ibu disebabkan komplikasi
obstetric, yang sering tak diramalkan saat kehamilan. Kebanyakan komplikasi itu terjadi
pada saat atau sekitar persalinan. Banyak di antara ibu yang tidak dikategorikan berisiko,
ternyata mengalami komplikasi; dan sebaliknya, di antara ibu yang dikategorikan
berisiko, ternyata persalinannya berlangsung normal. Karena itu pendekatan yang
dianjurkan adalah menganggap semua kehamilan itu berisiko dan setiap ibu hamil agar
mempunyai akses ke pertolongan persalinan yang aman dan pelayanan obstetric. Ide
bahwa peristiwa intra partum dan prenatal dapat menimbulkan efek merugikan pada bayi
dalam kehidupan selanjutnya bukanlah hal yang baru. Kecacatan biologis serius, masalah
kesehatan, gangguan obstetric, dan masalah social yang dapat mengganggu ibu dan bayi,
baik tingkat ringan maupun secara nyata. Identifikasi pasien dengan resiko tinggi penting
dalam meminimalkan mortalitas dan morbiditas maternal dan neonatus. Ada banyak
bukti yang diketahui merupakan faktor risiko yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi pasien risiko tinggi secara dini dalam masa prenatal serta intrapartum.
Umumnya perawat yang siaga dan mengenal penyimpangan dari kondisi normal melihat
dan melaporkan faktor risiko tinggi yang potensial atau nyata. Banyak faktor pada wanita
tersebut dan dari lingkungan sekitar mempengaruhi hasil akhir kehamilannya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah definisi kehamilan beresiko tinggi?
1.2.2 Apakah faktor-faktor kehamilan resiko tinggi?
1.2.3 Bagaimanakah macam-macam kehamilan beresiko tinggi dan pengaruhnya?
1.2.4 Bagaimana pencegahan kehamilan resiko tinggi?
1.2.5 Bagaimana mendeteksi kehamilan resiko tinggi dengan skor pudji rochjati?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi kehamilan resiko tinggi
1.3.2 Mengetahui faktor-faktor kehamilan resiko tinggi
1.3.3 Mengetahui macam-macam kehamilan resiko tinggi
1.3.4 Mengetahui pencegahan kehamilan resiko tinggi
1.3.5 Mengetahui deteksi kehamilan resiko tinggi dengan skor pudji rochjati

1.4 Manfaat
Bagi masyarakat
Dengan makalah ini diharapkan masyarakat lebih tahu mengenai resiko tinggi pada
kehamilan sehingga masyarakat bisa lebih waspada dan lebih waspada terhadap kesehatan
kehamilannya.
Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa khususnya mahasiswa kebidanan bisa menambah wawasan
mengenai kehamilan resiko tinggi serta pengaruhnya terhadap ibu dan bayinya nanti
selain itu masiswa juga diharapkan mampu untuk mendeteksi secara dini kehamilan
resiko tinggi dengan menggunakan skor pudji rochjati.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kehamilan Risiko Tinggi


 Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di dalamnya kehidupan atau
kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan yang kebetulan atau
unik.. (Irene M. Bobak, add all, 1998).
 Kehamilan adalah masa murni dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya 280 hari (40
minggu) atayu 9 bulan 7 hari di hitung dari hari pertama haid terakhir ( Sarwono,2006
 Adalah keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada
kehamilan yang dihadapi (manuaba,1998:33)
 Kehamilan resiko tinggi adalah suatu kehamilan dimana jiwa dan kesehatan dan bayi
dapat terancam (Muchtar, 1998: 201)

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kehamilan Resiko Tinggi


Faktor-faktor penyebab terjadinya kehamilan resiko tinggi pada ibu dalam kehamilannya
yaitu :
1. Faktor non medis
Yang temasuk dalam faktor non medis adalah kemiskinan, ketidaktahuan, adat, tradisi,
kepercayaan, status gizi, social ekonomi yang rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran
untuk memeriksa kehamilan secara teratur, fasilitias dan sarana kesehatan yang serba
kekurangan.
2. Faktor medis
Adapun faktir non medis yang mempengaruhi kehamilan resiko tinggi yaitu , penyakit ibu
dan janin , kelainan obstetrik, gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi janin,
penyakit neonatus, dan kelainan genetic ( Rustam, 1998 )

2.3 Macam-macam kehamilan risiko tinggi


Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-beda,
namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi.
A. Menurut Poedji Rochyati dkk mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut:
Resiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk
terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang,
seperti kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada
ibu dan bayi.
Ukuran resiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebutSKOR. Digunakan
angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk
membedakan resiko yang rendah, resiko menengah, resiko tinggi. Berdasarkan jumlah
skor kehamilan dibagi tiga kelompok:
1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh
persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya
yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki
risiko kegawatan tetapi tidak darurat.
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12
Kehamilan dengan faktor risiko:
· Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu
dan atau banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk
penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.
· Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat,
yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis. (Poedji
Rochjati, 2003).
B. Batasan Faktor Risiko / Masalah
a. Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO (kehamilan yang perlu diwaspadai)
1. Primi muda
Ibu hamil pertama pada umur ≤ 16 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh
mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam
kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa.
Bahaya yang mungkin terjadi antara lain:
· Bayi lahir belum cukup umur
· Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir
· Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).
2. Primi tua
 Lama perkawinan ≥ 4 tahun
Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan
biasa:
Ø Suami istri tinggal serumah
Ø Suami atau istri tidak sering keluar kota
Ø Tidak memakai alat kontrasepsi (KB)
 Bahaya yang terjadi pada primi tua:
Ø Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena kehamilannya,
misalnya pre-eklamsia.
Ø Persalinan tidak lancar. (Poedji Rochjati, 2003).
 Pada umur ibu ≥ 35 tahun
Ibu yang hamil pertama pada umur ≥ 35 tahun. Pada usia tersebut mudah
terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir juga tambah
kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan
macet dan perdarahan. Bahaya yang terjadi antara lain:
Ø Hipertensi / tekanan darah tinggi
Ø Pre-eklamsia
Ø Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan
Ø Persalinan tidak lancar atau macet: ibu mengejan lebih dari satu jam, bayi tidak
dapat lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.
Ø Perdarahan setelah bayi lahir
Ø Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500 gr. (Poedji Rochjati,
2003).
Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko mengalami kelainan-kelainan antara
lain:
· Frekuensi mola hidantidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur
relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia lebih dari 45 tahun.
· Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat 26% pada mereka yang usianya
lebih dari 45 tahun
· Wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun lima kali lebih mungkin
mengalami kehamilan ektopik daripada wanita kulit putih berusia 15 sampai 24 tahun.
· Risiko nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu. Oosit tertahan dalam midprofase
dari miosis 1 sejak lahir sampai ovulasi, penuaan diperkirakan merusak kiasma yang
menjaga agar pasangan kromosom tetap menyatu. Apabila miosis dilanjutkan sampai
selesai pada waktu ovulasi, nondisjungsi menyebabkan salah satu gamet anak mendapat
dua salinan dari kromosom yang bersangkutan, sehingga terbentuk trisomi, anak lahir
dengan cacat bawaan sindrom down. (F. Garry C, add all, 2001)
3. Anak terkecil < 2 tahun
Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun.
Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih
menyusui. Selain itu anak masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya. Bahaya yang
dapat terjadi:
· Perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu lemah
· Bayi prematur / lahir belum cukup bulan, sebelum 37 minggu
· Bayi dengan berat badan rendah / BBLR < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003).
4.Primi tua sekunder
Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan
dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi. Kehamilan ini
bisa terjadi pada:
· Anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial tinggi
· Anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak ber-KB.
 Bahaya yang dapat terjadi:
· Persalinan dapat berjalan tidak lancar
· Perdarahan pasca persalinan
· Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lain-lain. (Poedji
Rochjati, 2003).
5. Grande multi
Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering melahirkan
maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:
· Kesehatan terganggu: anemia, kurang gizi
· Kekendoran pada dinding perut
· Tampak ibu dengan perut menggantung
· Kekendoran dinding rahim
 Bahaya yang dapat terjadi:
· Kelainan letak, persalinan letak lintang
· Robekan rahim pada kelainan letak lintang
· Persalinan lama
· Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
6. Umur 35 tahun atau lebih
Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut terjadi
perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu
ada kecenderungan didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi:
· Tekanan darah tinggi dan pre-eklamsia
· Ketuban pecah dini
· Persalinan tidak lancar / macet
· Perdarahan setelah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).
7. Tinggi badan 145 cm atau kurang
Terdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini:
· Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu dan
besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang
terjadi:
Ø Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin / kepala tidak
besar.
Ø Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar
· Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati dalam
waktu (umur bayi) 7 hari atau kurang.
· Ibu hamil kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup bulan, dan berat
badan lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang dapat terjadi: persalinan berjalan tidak
lancar, bayi sukar lahir, dalam bahaya. Kebutuhan pertolongan medik : persalinan operasi
sesar. (Poedji Rochjati, 2003).
8. Riwayat obstetric jelek (ROJ)
Dapat terjadi pada ibu hamil dengan:
· Kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami:
Ø Keguguran
Ø Lahir belum cukup bulan
Ø Lahir mati
Ø Lahir hidup lalu mati umur ≤ 7 hari
· Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami keguguran ≥ 2 kali
· Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan
Bahaya yang dapat terjadi:
· Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan tanda-tanda pengeluaran
buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah, perut kencang.
· Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya: Diabetes mellitus,
radang saluran kencing, dll. (Poedji Rochjati, 2003).
9. Persalinan yang lalu dengan tindakan
Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau per-vaginam:
· Tindakan dengan cunam / forcep / vakum. Bahaya yang dapat terjadi:
Ø Robekan / perlukaan jalan lahir
Ø Perdarahan pasca persalinan
· Uri manual, yaitu: tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim dengan
menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan pada keadaan bila:
Ø Ditunggu setengah jam uri tidak dapat lahir sendiri
Ø Setelah bayi lahir serta uri belum lahir terjadi perdarahan banyak > 500 cc
Bahaya yang dapat terjadi:
Ø Radang, bila tangan penolong tidak steril
Ø Perforasi, bila jari si penolong menembus rahim
Ø Perdarahan
· Ibu diberi infus / tranfusi pada persalinan lalu. Persalinan yang lalu mengalami
perdarahan pasca persalinan yang banyak lebih dari 500 cc, sehingga ibu menjadi syok
dan membutuhkan infus, serta transfusi darah. (Poedji Rochjati, 2003).
10. Bekas operasi sesar
Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu pada
dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada robekan rahim :
kematian janin dan kematian ibu, perdarahan dan infeksi.(Poedji Rochjati, 2003).
b. Ada Gawat Obstetri / AGO (tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan,
dan nifas)
1. Penyakit pada ibu hamil
a. Anemia (kurang darah)
 Pengaruh anemia pada kehamilan:
· Menurunkan daya tahan ibu hamil, sehingga ibu mudah sakit
· Menghambat pertumbuhan janin, sehingga janin lahir dengan berat badan lahir
rendah
· Persalinan premature
 Bahaya yang dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hb < 6 gr%):
· Kematian janin mati
· Persalinan prematur, pada kehamilan < 37 minggu
· Persalinan lama
· Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
 Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di bawah 11 g%
pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 g% pada trimester 2. Hipoksia akibat anemia
dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi
perdarahan. Juga bagi hasil konsepsi, anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang
baik, seperti:
· kematian mudigah
· kematian perinatal
· prematuritas
· dapat terjadi cacat bawaan
· cadangan besi kurang. (Abdul Bari S., 2002)
b. Malaria
 Bahaya yang dapat terjadi:
· Abortus
· IUFD
· Persalinan premature. (Poedji Rochjati, 2003).
c. Tuberculosa paru
 Bahaya yang dapat terjadi:
· Keguguran
· Bayi lahir belum cukup umur
· Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).
d. Payah jantung
 Bahaya yang dapat terjadi:
· Payah jantung bertambah berat
· Kelahiran prematur
· Dalam persalinan:
Ø BBLR
Ø Bayi dapat lahir mati. (Poedji Rochjati, 2003).
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin dalam
kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat menderita
pula dan mati, yang kemudian disusul oleh abortus. (Abdul Bari S., 2002)
e. Diabetes mellitus
 Bahaya yang dapat terjadi:
· Persalinan prematur
· Hydramnion
· Kelainan bawaan
· Makrosomia
· Kematian janin dalam kandungan sesudah kehamilan minggu ke-36
· Kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup, kemudian mati < 7 hari). (Poedji Rochjati,
2003).
Diabetes mempengaruhi timbulnya komplikasi dalam kehamilan sebagai berikut:
· pre-eklamsia
· kelainan letak janin
· insufisiensi plasenta
Diabetes sebagai penyulit yang sering dijumpai dalam persalinan ialah:
· inersia uteri dan atonia uteri
· distosia bahu karena anak besar
· lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan, termasuk seksio
sesarea
· lebih mudah terjadi infeksi
· angka kematian maternal lebih tinggi
Diabetes lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis, dan
menghambat penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinea maupun luka episiotomi.
(Hanifa Wiknjosastro, 1999)
f. Hamil kembar
 Bahaya yang dapat terjadi:
· Keracunan kehamilan
· Hidramnion
· Anemia
· Persalinan prematur
· Kelainan letak
· Persalinan sukar
· Perdarahan saat persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Kehamilan dan persalinan membawa risiko bagi janin dan ibu.

g. Hidramnion / Hamil kembar air


Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan biasanya nampak pada
trimester III, dapat terjadi perlahan-lahan atau sangat cepat.
Keluhan-keluhan yang dirasakan:
· Sesak napas
· Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi cairan amnion > 2
liter
· Edema labia mayor, dan tungkai
Bahaya yang dapat terjadi:
· Keracunan kehamilan
· Cacat bawaan pada bayi
· Kelainan letak
· Persalinan prematur
· Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).

h. Janin mati dalam rahim


 Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim, yaitu:
· Gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringan-jaringan mati yang masuk
ke dalam darah ibu. (Poedji Rochjati, 2003).
i. Hamil serotinus / Hamil lebih bulan
Ibu dengan umur kehamilan ≥ 42 minggu. Dalam keadaan ini, fungsi dari jaringan uri dan
pembuluh darah menurun. Dampak tidak baik bagi janin:
· Janin mengecil
· Kulit janin mengkerut
· Lahir dengan berat badan rendah
· Janin dalam rahim dapat mati mendadak. (Poedji Rochjati, 2003).
j. Letak sungsang
Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin dalam rahim dengan
kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah.
Bahaya yang dapat terjadi:
· Bayi lahir bebang putih yaitu gawat napas yang berat
· Bayi dapat mati. (Poedji Rochjati, 2003).
k. Letak lintang
Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan):
kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat
lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu
tubuh ibu.
Pada janin letak lintang baru mati dalam proses persalinan, bayi dapat dilahirkan dengan
alat melalui jalan lahir biasa. Sedangkan pada janin kecil dan sudah beberapa waktu mati
masih ada kemungkinan dapat lahir secara biasa.
Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang tidak di
tangani dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan akibatnya:
· Bahaya bagi ibu
Ø Perdarahan yang mengakibatkan anemia berat
Ø Infeksi
Ø Ibu syok dan dapat mati
· Bahaya bagi janin: Janin mati. (Poedji Rochjati, 2003).
c. Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO (Ada ancaman nyawa ibu dan bayi)
1. Perdarahan antepartum
(Perdarahan sebelum persalinan, perdarahan terjadi sebelum kelahiran bayi)
Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut
perdarahan antepartum.
Perdarahan antepartum harus dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya
yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya, perdarahan dapat keluar:
· Sedikit-sedikit tapi terus-menerus, lama-lama ibu menderita anemia berat
· Sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemah nadi dan tekanan darah
menurun.
Perdarahan dapat terjadi pada:
· Plasenta Previa plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi sebagian / seluruh
mulut rahim.
· Solusio Plasenta plesenta sebagian atau seluruhnya lepas dari tempatnya. Biasanya
disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan darah tinggi atau pre-eklamsia, maka
terjadi perdarahan pada tempat melekat plasenta. Akibat perdarahan, dapat
menyebabkan adanya penumpukan darah beku dibelakang plasenta.
Bahaya yang dapat terjadi:
· Bayi terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan
· Dapat membahayakan ibu:
Ø Kehilangan darah, timbul anemia berat dan syok
Ø Ibu dapat meninggal
· Dapat membahayakan janinnya yaitu mati dalam kandungan.(Poedji Rochjati, 2003).
2. Pre-Eklamsia berat / Eklamsia
Pre-eklamsi berat terjadi bila ibu dengan pre-eklamsia ringan tidak dirawat, ditangani
dengan benar. Pre-eklamsia berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-
kejang, menjadi eklamsia. Pada waktu kejang, sudip lidah dimasukkan ke dalam mulut
ibu diantara kedua rahang, supaya lidah tidak tergigit.
Bahaya yang dapat terjadi:
· Bahaya bagi ibu, dapat tidak sadar (koma) sampai meninggal
· Bahaya bagi janin:
Ø Dalam kehamilan ada gangguan pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil
Ø Mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).

2.4 Langkah-langkah Pencegahan


Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini factor risiko maka pada semua ibu hamil perlu dilakukan
skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil paling sedikit dilakukan 4 kali selama
kehamilan:
1. Satu kali pada triwulan I (K1)
2. Satu kali pada Triwulan II
3. Dua kali dalam triwulan III (K4) (Poedji Rochjati, 2003).
Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan
memberi KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya
tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya. (Poedji Rochjati, 2003).
Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala dan teratur selama
masa kehamilan sangat penting, sebab merupakan upaya bersama antara petugas
kesehatan dan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat, mengenai:
1. Aspek kesehatan dari ibu dan janin untuk menjaga kelangsungan kehamilan,
pertumbuhan janin dalam kandungan, kelangsungan hidup ibu dan bayi setelah lahir.
2. Aspek psikologik, agar menghadapi kehamilan dan persalinannya ibu hamil
mendapatkan rasa aman, tenang, terjamin dan terlindungi keselamatan diri dan bayinya.
Pendekatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), dengan sikap ramah, penuh
pengertian, diberikan secara sederhana, dapat ditangkap dan dimengerti melalui
dukungan moril dari petugas, suami, keluarga, dan masyarakat di sekitarnya.
3. Aspek social ekonomi, ibu hamil dari keluarga miskin (gakin) pada umumnya
tergolong dalam kelompok gizi kurang, anemis, penyakit menahun. Ibu risiko tinggi atau
ibu dengan komplikasi persalinan dari keluarga miskin membutuhkan dukungan biaya
dan transportasi untuk rujukan ke Rumah Sakit. (Poedji Rochjati, 2003).
Tujuan perawatan antenatal:
Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan berakhir dengan:
1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas tanpa trauma fisik
meupun mental yang merugikan.
2. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental
3. Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya
4. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga berencana
setelah kelahiran bayinya. (Poedji Rochjati, 2003).

2.5 Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil


Dalam strategi pendekatan risiko, kegiatan skrining merupakan komponen penting
dalam pelayanan kehamilan, yang harus diikuti dengan komunikasi, Informasi, dan
Edukasi (KIE) kepada ibu hamil, suami, dan keluarga, untuk perencanaan persalinan
aman dilakukan persiapan rujukan terencana bila diperlukan. (Poedji Rochjati, 2003).
Melalui kegiatan ini beberapa factor risiko yang ada pada ibu hamil telah dapat
dilakukan prediksi / perkiraan kemungkinan macam komplikasi yang akan terjadi. Oleh
karena itu kegiatan skrining harus dilakukan berulang kali sehingga dapat ditemukan
secara dini factor risiko yang berkembang pada umur kehamilan lebih lanjut. (Poedji
Rochjati, 2003).
A. Batasan Pengisian Skrining Antenatal Deteksi dini Ibu Hamil Risiko Tinggi Dengan
Menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati
Berupa kartu skor untuk digunakan sebagai alat skrening ANTENATAL berbasis
keluarga guna menemukan faktor risiko ibu hamil, yang selanjutnya dilakukan upaya
terpadu untuk menghindari dan mencegah kemungkinan terjadinya upaya komplikasi
obtetrik pada saat persalinan → dengan Kartu Skor Poedji Rachjati.
Manfaat KSPR untuk :
1. Menemukan faktor resiko Bumil
2. Menentukan Kelompok Resiko Bumil
3. Alat pencatat Kondisi Bumil
Setiap ibu hamil mempunyai :
1. Satu Kartu Skor / Buku KIA
2. Dipantau ole Ibu PKK, Kader Posyandu, Tenaga Kesehatan. (Poedji Rochjati, 2003)

B. Alat Skrining Ibu Hamil


Kartu Skor “ Poedji Rochjati” ( KSPR)
Kartu skor mempunyai fungsi:
· Skrining antenatal / deteksi dini factor risiko pada ibu hamil Risiko Tinggi
· Pemantauan dan pengendalian ibu hamil selama kehamilan
· Pencatatan kondisi ibu selama kehamilan, persalinan, nifas mengenai ibu / bayi
· Pedoman untuk memberikan penyuluhan

· Validasi data kehamilan, persalinan, nifas dan perencanaan KB. (Poedji Rochjati,
2003).

C. Sistem SKOR
Cara Pemberian SKOR:
1. Skor 2: Kehamilan Risiko Rendah (KRR)
Untuk umur dan paritas pada semua ibu hamil sebagai skor awal
2. Skor 4: Kehamilan Risiko Tinggi (KRT)
Untuk tiap faktor risiko
3. Skor 8: Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST)
Untuk bekas operasi sesar, letak sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan pre-
eklamsia berat / eklamsia (Poedji Rochjati, 2003). (Poedji Rochjati, 2003).
Alat Skrening / Deteksi Dini Rersiko Ibu Hamil berupa :
Alat untuk melakukan skrining adalah Kartu Skor Poedji Rochjati
Format : kartu skor disusun dengan format kombinasi antara cecklis dan system skor.
Cecklis dari 19 faktor resiko dengan skor untuk masing-masing tenaga kesehatan maupun
non kesehatan PKK (termasuk ibu hamil, suami dan keluarganya) mendapat pelathan
dapat menggunakan dan mengisinya.(Poedji Rochjati, 2003).
Kartu Skor Poedji Rochjati atau yang biasanya disingkat dengan KSPR biasanya
digunakan untuk menentukan tingkat resiko pada ibu hamil. KSPR dibuat oleh Poedji
Rochjati dan pertama kali diguakan pada tahu 1992-1993. KSPR telah disusun dengan
format yang sederhana agar mempermudah kerja tenaga kesehatan untuk melakukan
skrning terhadap ibu hamil dan mengelompokan ibu kedalam kategori sesuai ketetapan
sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat terhadap ibu hamil berdasarka kartu
ini. dibawah ini akan ditamplkan tabel Kartu Skor Poedji Rochjati:
Kartu Skor Poedji Rochjati

I II III IV
Triwulan
KEL Masalah / Faktor Resiko SKOR
NO. I II III.1 III.2
F.R
Skor Awal Ibu Hamil 2 2
I 1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4
2 Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun 4
Terlalu lambat hamil I kawin ≥4 Tahun 4
3 Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun 4
4 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
6 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4
7 Terlalu pendek ≥145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
Pernah melahirkan dengan
4
a.terikan tang/vakum
9 b. uri dirogoh 4
c. diberi infus/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8
II Penyakit pada ibu hamil
4
a. Kurang Darah b. Malaria,
11c. TBC Paru d. Payah Jantung 4
e. Kencing Manis (Diabetes) 4
f. Penyakit Menular Seksual 4
Bengkak pada muka / tungkai
12 4
dan tekanan darah tinggi.
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak Lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR

Rencana Persalinan pada Kehamilan Sekarang


(Berdasarkan SKOR POEDJI ROCHJATI)
Ibu hamil dengan SKOR 6 atau lebih, dianjurkan bersalin dengan tenaga kesehatan:

Bila SKOR 12 atau lebih dianjurkan bersalin di RS / SpOG (Poedji Rochjati, 2003).

Kartu Prakiraan Persalinan “Soedarto” (KPPS)


Untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifitas system scoring mengenai cara persalinan
yang dibutuhkan, harus ditambahkan satu alat yang mudah digunakan dan dapat
memperkirakan terjadinya distosia (persalinan sulit atau disfungsional) sebelum
perswalinan dimulai, sehingga rujukan terlambat dapat dicegah. Alat tersebut adalah
kartu prakiraan persalinan yang dikembangkan oleh soedarto.
Grafiknya terdiri dari 4 area / daerah, yaitu: hijau tua, hijau muda, kuning, dan merah:
1. Daerah Hijau tua menunjukkan distosia hampir tidak mungkin terjadi, persalinan di
rumah masih bisa dilakukan dengan aman.
2. Daerah hijau muda menunjukkan kejadian distosia jarang terjadi, persalinan di
rimah dapat dilakukan tetapi harus dengan pengawasan.
3. Daerah kuning menunjukkan distosia sering terjadi, persalinan harus ditangani
tenaga kesehatan atau harus dirujuk
4. Daerah merah menunjukkan distosia kemungkinan besar terjadi, rujukan mutlak di
lakukan. (Poedji Rochjati, 2003).

Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai


kelainan yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan
dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya. Diketahui bahwa janin
dalam rahim dan ibunya merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga
kesehatan ibu yang optimal akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, dalam
perkembangan janin. Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal
sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap trisemester, sedangkan trismester terakhir sebanyak dua
kali.

Secara khusus pengawasan antenatal bertujuan untuk:


1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan,
saat persalinan, dan kala nifas.
2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan kala nifas.
3. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
5. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi
6. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi
7. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
8. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif.
9. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal. (Sarwono P, 2002)
Memperhatikan batasan dan tujuan pengawasan antenatal. Maka jadwal
pemeriksaan adalah sebagai berikut:
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
· Satu kali pada triwulan pertama (sebelum 14 minggu)
· Satu kali pada triwulan kedua (antara 14 – 28 minggu)
· Dua kali pada triwulan ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu ke 36)
· Jadwal kunjungan ulang :
1. Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk :
Ø Penapisan dan pengobatan anemia
Ø Perencanaan persalinan
Ø Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
2. Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk :
Ø Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
Ø Penapisan preeklampsia, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan, MAP
Ø Mengulang perencanaan persalinan
3. Kunjungan IV 36 minggu sampai lahir
Ø Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
Ø Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
Ø Memantapkan rencana persalinan
Ø Mengenali tanda – tanda persalinan
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di dalamnya kehidupan
atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan yang kebetulan
atau unik.. (Irene M. Bobak, add all, 1998). Factor yang menyebabkan terjadinya
kehamilan resiko tinggi adalah:
1. Faktor non medis
2. Faktor medis
Macam-macam kehamilan resiko tinggi yakni:
1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12
Langkah-langkah pencegahannya dilakukan pada semua ibu hamil diharapkan
mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini factor risiko
maka pada semua ibu hamil perlu dilakukan skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu
hamil paling sedikit dilakukan 4 kali selama kehamilan:
1. Satu kali pada triwulan I (K1)
2. Satu kali pada Triwulan II
3. Dua kali dalam triwulan III (K4)Untuk mendeteksi dini kehamilan resiko tinggi
dilakukan skrining yakni Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Dalam strategi pendekatan
risiko diikuti (KIE) kepada ibu hamil, suami, dan keluarga, untuk perencanaan persalinan
aman dilakukan persiapan rujukan terencana bila diperlukan. (Poedji Rochjati, 2003).
3.2 Saran
Diharapkan sebagai tenaga kesehatan mampu untuk melakukan pendeteksian dini
terhadap semua ibu hamil untuk mengetahui kemungkinan mengalami kehamilan yang
beresiko tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

http://tyovillage.blogspot.com/2011/04/tinjauan-pustaka-mengenal-kehamilan_06.html
http://deaherfian.blogspot.com/2012/12/kehamilan-resiko-tinggi.html
http://radienmas.blogspot.com/2008/12/kehamilan-resiko-tinggi.html

Diposting oleh desita trijayanti di 07.35


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Skor Puji Rochjati by DesitaTJ

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
 ▼ 2014 (4)
o ► April (1)
o ▼ Maret (3)
 Aborsi Ditijau dari Sisi Etikolegal
 Skor Puji Rochjati
 Penanganan Umum pada Kondisi Kegawatdaruratan Mate...
Mengenai Saya
desita trijayanti
Lihat profil lengkapku
Tema Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like