You are on page 1of 29

KEPERAWATAN ANAK 1

PATOFISIOLOGI PERADANGAN PADA SISTEM RESPIRASI DAN ASKEP ANAK


(ASMA) DAN DAMPAK TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Dosen Pengampu : Yusnita.S.Kep.M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 7

1. Dwi Heni Setyaningsih (2020206203047)


2. Muhammad Yusuf (2020206203062)
3. Putri Ayu Prihatini (2020206203066)

Kelas : 4B S1 Ilmu Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PATOFISIOLOGI PERADANGAN PADA SISTEM RESPIRASI DAN ASKEP ANAK
(ASMA) DAN DAMPAK TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Makalah ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah KEPERAWATAN ANAK 1. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data
yang kami peroleh dari situs blog di internet. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
dosen mata kuliah KEPERAWATAN ANAK 1 atas bimbingan dan arahan dalam penulisan
makalah ini, sehingga dapat diselesaikan dengan semestinya.

Selanjutnya kami menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna. Sehingga
saya mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menambah kualitas serta mutu dari
makalah tersebut.kami berharap semoga makalah ini dapat menambah ilmu dan wawasan kita
semua.

Pringsewu, 26 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................................1

KATA PENGANTAR..................................................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4

A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................7
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................................7

BAB II PEBAHASAN.................................................................................................................8

A. Konsep Medis Asma.........................................................................................................8


B. Etiologi.............................................................................................................................8
C. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan...............................................................................10
D. Patofisiologi peradangan pada sistem respirasi.................................................................13

BAB III PENUTUP......................................................................................................................15

A. Kesimpulan.......................................................................................................................15
B. Daftar pustaka...................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan
yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak yang diartikan sebagai seseorang yang usianya
kurang dari 18 (delapan belas) tahun dalam masa tumbuh kembang, dengan kebutuhan
khusus yaitu kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Rentang ini berbeda antara anak
satu dengan lain mengingat latar belakang anak berbeda (Arnis & Yuliastati, 2016). Anak
merupakan generasi penerus bangsa. Awal kokoh atau rapuhnya suatu negara dapat dilihat
dari kualitas para generasi penerusnya.

Kesehatan merupakan salah satu faktor utama dan sangat penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan anak. Ketika kondisi kesehatan anak kurang sehat, maka akan berdampak
pada berbagai hal yang berkaitan dengan pertumbuhan, perkembangan, dan terhadap
berbagai aktivitas yang akan dilakukannya (Inten & Permatasari, 2019). Masa kanak-kanak
adalah waktu yang relatif sehat dan juga waktu untuk mengenal dunia namun pada masa ini
jarang anak yang tidak mengalami sakit dan juga mempertahankan kesehatan anak, pada
akhirnya merupakan tanggung jawab orang tua.

Berbagai macam penyakit yang dapat menyerang kesehatan atau imun pada anak yaitu
salah satunya penyakit asma. Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat
sejalan dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, baik polusi lingkungan maupun
zat-zat yang 2 ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di
masyarakat adalah asma (Mangguang, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO), asma merupakan penyakit inflamasi kronis
saluran napas yang paling sering dijumpai pada anak. Asma ditandai dengan terjadinya
mengi episodik, batuk dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Tingkat
keparahan dan frekuensi setiap orang yang bervariasi, yang disebabkan peradangan saluran
pernafasan dan mempengaruhi sensitivitas ujung saraf di saluran napas sehingga mudah
menimbulkan iritasi (Wahyudi Devianti, et al 2018).

Menurut perkiraan WHO terbaru yang dirilis pada Desember 2016, terdapat 383.000
kematian akibat asma pada 2015 (The Global Asthma Report, 2018) . Prevalensi penyakit ini
dilaporkan dari tahun ke tahun terus meningkat di seluruh dunia. Michel melaporkan bahwa
prevalensi asma pada anak sebesar 8 – 10%, orang dewasa 3 – 5% dan dalam 10 tahun
terakhir meningkat sampai 50% di seluruh dunia (Sihombing et al., 2010). National Center
for Health Statistics (NCHS) pada tahun 2011, mengatakan bahwa prevalensi asma menurut
usia sebesar 9,5% pada anak dan 8,2% pada dewasa, menurut jenis kelamin 7,2% laki-laki

4
dan 9,7% perempuan. Dan usia pada anak dengan persentase tertinggi adalah 5-14 tahun
10,3% (CDC, 2014).

Di dunia, penyakit asma termasuk 5 besar penyebab kematian. Di perkirakan 250.000


orang mengalami kematian setiap tahunnya karena asma. Prevalensi asma di dunia sangat
bervariasi dan penelitian 3 epidemiologi menunjukkan peningkatan kejadian asma terutama
di negaranegara maju (Mangguang, 2016).

Asma merupakan penyakit kronis yang sering muncul pada masa kanakkanak dan usia
muda sehingga dapat menyebabkan kehilangan hari-hari sekolah atau hari kerja produktif
yang berarti, juga menyebabkan gangguan aktivitas sosial, bahkan berpotensi mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak (Pusdatin Kementrian Kesehatan RI, 2015). Prevalensi
asma pada anak berkisar antara 2-30%. Di Indonesia prevalensi asma pada anak sekitar 10%
pada usia sekolah dasar, dan sekitar 6,5% pada usia sekolah menengah pertama. Penyakit ini
dapat timbul pada semua usia meskipun paling banyak pada anak. Asma dapat bersifat ringan
dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi dapat bersifat menetap dan mengganggu
aktivitas bahkan kegiatan harian (Wahani, 2016).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia tahun 2018 didapatkan
prevalensi asma di Indonesia 2,4% dengan kejadian terbanyak pada perempuan sebesar 2,5%.
Prevalensi asma tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (4,59%), Kalimantan Timur (4,0%), dan
Bali (3,9%) (RISKESDAS, 2018).

Berdasarkan gambaran tersebut, terlihat bahwa asma telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang perlu mendapat perhatian serius. Tatalaksana asma jangka panjang pada
anak bertujuan untuk mencegah terjadinya serangan asma seminimal mungkin sehingga
memungkinkan anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan usianya.
Serangan asma biasanya mencerminkan kegagalan pencegahan asma, 4 kegagalan
tatalaksana asma jangka penjang dan kegagalan penghindaran dari faktor pencetus. Oleh
karena itu diharapkan dengan pendekatan perawatan keluarga yang tidak hanya mengobati
pasien saja melainkan juga bertindak lebih proaktif dalam upaya preventif dan promotif dapat
mengurangi angka terjadinya serangan asma pada anak (Liansyah, 2014).

Gejala asma yaitu Wheezing (nafas berbunyi berisik), sesak nafas, sesak dada, batuk,
produksi sputum berlebih. Karakteristik asma yaitu, peradangan jalan napas kronis, obstruktif
jalan napas yang reversibel, dan sensitifitas bronkus meningkat. Faktor risiko paling utama
untuk memicu asma adalah kombinasi dari kecenderungan genetik dengan paparan
lingkungan terhadap zat partikel yang dihirup yang dapat memicu reaksi alergi atau
mengiritasi saluran udara, seperti: Alergen dalam ruangan misalnya tungau, debu rumah,
polusi, dan bulu hewan peliharaan, Alergen luar ruangan (contohnya serbuk sari dan jamur),
asap rokok, iritasi kimia di tempat kerja, polusi udara.

5
Pemicu lain dapat termasuk udara dingin, kondisi emosional yang ekstrim seperti
kemarahan atau ketakutan dan latihan fisik. Bahkan obat-obat tertentu dapat memicu asma
(Khairani, 2019) Asma menimbulkan dampak negatif pada kehidupan anak maupun keluarga
sehingga mempengaruhi kualitas hidup anak dan keluarga. Asma tidak hanya berpengaruh
terhadap fungsi pernafasan saja, tetapi juga berpengaruh terhadap komponen fisik, sosial, dan
emosional. Jika serangan asma tidak segera diatasi dan berlangsung lama akan
mengakibatkan menurunnya kualitas hidup dan gangguan tumbuh kembang pada anak.
Keluarga juga akan mengalami beban berat baik berupa beban psikologis dan ekonomi serta
meningkatnya peran dan tanggung jawab orang tua (Sidhartani, 2007 & Wong, 2008 dalam
Monalisa, 2012).

Keluarga memiliki tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya, termasuk


mengenal masalah asma, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan pengobatan yang
tepat, memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan
suasana rumah yang kondusif bagi kesehatan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan. Dalam
mengatasi masalah ini peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan keluarga untuk
mencegah komplikasi asma lebih lanjut (Friedman, 2013).

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga mempunyai peran dan tugas di
bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, mengenal masalah kesehatan
merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala
sesuatu tidak berarti, hal sekecil apapun keluarga perlu mengenal perubahan yang dialami
pada keluarga agar tidak sakit atau mengalami kekambuhan.

Penanganan pada pasien yang mengalami penyakit asma yaitu dapat dilakukan secara
farmakologi dan non farmakologi. Pengobatan farmakologi yaitu dengan pemberian
bronkodilator dan obat-obatan asma. Sedangkan pengobatan non farmakologi dapat berupa
penyuluhan mengenai penyakit asma, menghindari faktor penyebab asma, pemberian cairan,
fisioterapi dada dan batuk efektif (Padila, 2013).

Dari penelitian Idris Handriana tahun 2017 yang berjudul “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Terhadap Perubahan 6 Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dalam Memberikan
Perawatan Pada Anak Usia 4-6 Tahun Penderita Asma Di Rsud Cideres Kabupaten
Majalengka Tahun 2017”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah (54,3%)
pengetahuan keluarga sebelum pendidikan kesehatan berpengetahuan cukup dan sesudah
pemberian pendidikan kesehatan lebih dari setengah (62,9%) pengetahuan keluarga baik.
Lebih dari setengah (54,3%) sikap keluarga sebelum pendidikan kesehatan bersikap negatif
dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan lebih dari setengah (51,4%) sikap keluarga
positif.

Terdapat pengaruh signifikan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan terhadap


perubahan tingkat pengetahuan dan keluarga dalam memberikan perawatan pada anak usia 4-

6
6 tahun penderita asma di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2017 (Cideres &
Majalengka, 2017). Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang
proses keperawatan pasien dengan melalui pengelolaan kasus asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah utama anak asma dengan pendekatan karya tulis ilmiah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Konsep medis Asma?
2. Bagaimana Etiologi pada Asma?
3. Bagaimana anatomi fisiologi pada sistem pernapasan?
4. Bagaimana Patofisiologi peradangan pada sistem respirasi?
5. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Asma Pada Anak?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Konsep medis Asma
2. Untuk mengetahui Etiologi pada Asma
3. Untuk mengetahui anatomi fisiologi pada sistem pernapasan
4. Untuk mengetahui Patofisiologi peradangan pada sistem respirasi
5. Untuk menegetahui Asuhan Keperawatan Asma pada Anak

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Medis Asma

1. Pengertian

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini
bersifat berulang namun reversible, dan diantar episode penyempitan bronkus tersebut terdapat
keadaan ventilasi yang lebih normal (Sylvia & Wilson, 2006) dalam (Nurarif Huda, 2016).

Penyakit asma adalah penyakit yang terjadi akibat adanya penyempitan saluran
pernapasan sementara waktu sehingga sulit bernapas. Asma terjadi ketika ada kepekaan yang
meningkat terhadap rangsangan dari lingkungan sebagai pemicunya. Diantaranya adalah
dikarenakan gangguan emosi, kelelahan jasmani, perubahan cuaca, temperatur, debu, asap, bau-
bauan yang merangsang, infeksi saluran napas, faktor makanan dan reaksi alergi (Hasdianah,
2014). Beberapa faktor penyebab asma, antara lain umur pasien, status atopi, faktor keturunan,
serta faktor lingkungan. Asma dibedakan menjadi 2 jenis, (Nurarif Huda, 2016) yaitu :

a. Asma bronkial : Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari
luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan lain penyebab alergi. Gejala
kemunculannya sangat 11 mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba.
Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan
penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos
saluran pernapasan, pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang
berlebihan.

b. Asma kardial : Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini disebut nocturnal
paroxymul dispnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.

2. Etiologi

Menurut (Wijaya & Putri, 2013) dalam bukunya dijelaskan klasifikasi asma berdasarkan etiologi
adalah sebagai berikut :

a. Asma ekstrinsik/alergi

Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui sudah terdapat semenjak anak-anak seperti
alergi terhadap protein, serbuk sari bulu halus, binatang, dan debu. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada
faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma
ekstrinsik.
8
b. Asma instrinsik/idopatik

Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya faktor-faktor non spesifik
seperti : flu, latihan fisik atau emosi sering 12 memicu serangan asma. Asma ini sering
muncul/timbul sesudah usia 40 tahun setelah menderita infeksi sinus/ cabang trancheobronkial.
Srerangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.

c. Asma campuran

Asma yang terjadi/timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik.

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma :
a. Faktor predisposisi Genetik : Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi
ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

b. Faktor presipitasi

Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu

1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan Contohnya : debu, bulu binatang, serbuk
bunga, spora jamur, bakteri dan polusi 13

2) Ingestan, yang masuk melalui mulut Contohnya : makanan dan obat-obatan

3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit Contohnya : perhiasan, logam dan jam
tangan

c. Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini
berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

d. Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera
diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.

e. Lingkungan kerja Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium

9
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau
cuti.

f. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat Sebagian besar penderita asma akan mendapat
serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.

3. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

Anatomi Fisiologi Pernapasan

Pernapasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan
atau pernapasan dalam dan yang terjadi di dalam paru merupakan pernapasan luar. Organ yang
berperan penting dalam proses respirasi adalah paruparu/pulmo. System respirasi terdiri dari
hidung/nasal, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveolus. Respirasi/Pernapasan
adalah pertukaran antara oksigen dan karbondioksida dalam paru-paru, tepatnya dalam alveolus
(Utama, 2018). Anatomi pada sistem pernapasan sebagai berikut (Sumiyati, et al 2021) :

a. Anatomi

1) Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Selama bernapas, udara masuk ke hidung melewati lubang hidung. Bagian rongga hidung terdiri
dari rongga hidung, dibagi oleh septum yang merupakan garis tengah pada hidung. Rongga
hidung mengeluarkan lender yang membantu menghilangkan partikel debu dari udara dan juga
menormalkan udara sesuai dengan suhu tubuh. Hidung mempunyai fungsi yaitu,
menghangatkan, menyaring, dan membahasi udara sebelum memncapai paruparu.

2) Faring atau Tekak

10
Faring atau tenggorokan merupakan tabung berbentuk corong dengan Panjang sekitar 13 cm.
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, terdapat di dasar tengkorak, di
belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Terdapat epiglotis yang
berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan. Faring dibagi menjadi tiga bagian yaitu
nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Nasofaring merupakan bagian teratas dari faring dan
berada di belakang dari cavum nasi. Udara dari cavum nasi akan melewati nasofaring dan turun
melalui orofaring yang terletak di belakang cavum oris dimana udara yang diinhalasi melalui
mulut akan memasuki orofaring. Berikutnya udara akan memasuki laringofaring dimana
terdapat epiglottis yang berfungsi mengatur aliran udara dari faring ke laring, Fungsi utama
faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan
dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung (resonansi) untuk suara
percakapan.

3) Laring

Terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot yang mengandung
pita suara, selain fonasi laring juga berfungsi sebagai pelindung. Laring berperan untuk
pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan.
Laring adalah saluran pernapasan yang membawa udara menuju ke trakea. Fungsi utama laring
adalah untuk melindungi saluran pernapasan dibawahnya dengan cara menutup secara cepat
pada stimulasi mekanik, sehingga mencegah masuknya benda asing ke dalam saluran napas.
Laring terdiri dari 1 tulang dan 3 tulang rawan (cartilago) yaitu Os. Hyoid, Cartilago Epiglotis,
Cartilago Tiroid, dan Cartilago Cricoid.

4) Epiglotis

Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring pada saat
proses menelan.

5) Trakea

Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang sekitar 12 cm yang dimulai
dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakea atau batang tenggorok
merupakan lanjutan dari laring. Trakea berfungsi sebagai tempat perlintasan udara setelah
melewati saluran pernapasan bagian atas, yang membawa udara bersih, hangat, dan lembab.
Pada trakea terdapat sel-sel bersilia yang berguna untuk mengeluarkan bendabenda asing yang
masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.

6) Bronkus

Bronkus adalah merupakan organ cabang dari trakea, yang tersusus atas tulang yang rawan
dengan bentuk cincin. maksudnya ialah bahwa bronkus memiliki dua organ/ jalur yang menuju
paru-pari kanan dan kiri. Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea

11
yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar yang
daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri
lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah. Fungsi keduanya
adalah mengantarkan udara, baik oksigen serta karbondioksida dari dan menuju paru-paru.

7) Bronkiolus

Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus. Bronkiolus bercabang-cabang menjadi saluran


yang semakin halus, kecil, dan dindingnya semakin tipis. Bronkiolus tidak mempunyai tulang
rawan tetapi rongganya bersilia. Fungsi bronkiolus adalah sebagai media yang menghubungkan
oksigen yang kita hirup agar mencapai paru-paru.

8) Alveolus

Alveolus adalah merupakan gelembung-gelembung udara didalam paru-paru dengan jumlah


kurang lebih sebanyak 300 juta buah. Pada gelembung tersebut terdapat dinding yang tipis berisi
kapiler darah dan disetiap gelembungnya terdapat kapiler darah yang menyelimuti. Tempat
terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara yang dihirup.

9) Paru-paru / Pulmo

Paru-paru berada pada rongga dada bagian atas, di bagian samping di batasi oleh otot dan rusuk
dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru dibagi menjadi 2
bagian yaitu : paru-paru kanan dan kiri, dimana paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus dan paru-
paru kiri terdiri dari 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.

b. Fisiologi Pernapasan

Fungsi utama sistem pernapasan adalah untuk memasok tubuh dengan oksigen dan
membuang karbon dioksida. Respirasi terjadi apabila terjadi peristiwa sebagai berikut (Marieb
& Keller, 2011 : Peate, 2015) dalam (Sumiyati et al, 2021) :

1) Ventilasi Paru

Ventilasi paru melibatkan pergerakan fisik udara ke dalam dan keluar dari paru-paru. Fungsi
utama ventilasi paru untuk mempertahankan ventilasi alveolar yang adekuat. Hal ini untuk
mencegah penumpukan karbondioksida di alveoli dan mencapai pasokan oksigen yang konstan
ke jaringan. Udara mengalir diantara atmosfer dan alveoli paru-paru sebagai akibat dari
perbedaan tekanan yang diciptakan oleh kontraksi dan relaksasi otot pernapasan. Laju aliran
udara dan usaha yang dibutuhkan untuk bernapas dipengaruhi oleh tegangan permukaan alveoli
dan integritas paru. Proses ventilasi paru ini disebut pernapasan

2) Difusi Gas

12
Difusi gas O2 dan CO2, yaitu perpindahan molekul oksigen dari rongga alveolus, melewati
membrane kapiler alveolar, kemudian melintasi plasma darah, dan selanjutnya menembus
dinding sel darah merah, dimana akhirnya masuk ke interior sel darah merah hingga berikatan
dengan hemoglobin.

3) Perfusi

Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya
dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di
mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk
memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon
dioksida.

Jenis-jenis pernapasan dibedakan atas dua macam (Widia, 2015) , yaitu :

a) Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk. Mekanismenya
dapat dibedakan sebagai berikut:

(1) Fase Inspirasi

Fase ini berupa berkontaksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga dada membesar,
akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga
udara luar yang kaya akan oksigen masuk.

(2) Fase Ekspirasi

Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula,
mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara
keluar dari paru-paru.

4. Patofisiologi

Patofisiologi asma adanya debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar pada
penderita dan benda-benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenali oleh sistem di dalam
tubuh penderita sehingga dianggap sebagai benda asing yang masuk (antigen). Obstruksi saluran
nafas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus ,sumbatan mucus, edema dan
inflamasi dinding. Gangguan yang berupa obstruksi saluran nafas yang berupa obstruksi saluran
napas bisa dinilai dengan VEP1 ( volume ekspirasi pakasa detik pertama) ,penyempitan saluran
nafas dapat terjadi baik pada saluran nafas yang besar, maupun sedang. Gejala mengi
menandakan adanya penyempitan sauran nafas besar sedangkan pada saluan nafas kecil gejala
batuk dan sesak. Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar masuk saat
inspirasi sehingga menurunkan oksigen yang dalam darah. Kondisi ini berakibat pada penurunan
oksigen jaringan sehingga penderita terlihat pucat dan lemah. Pembengkakan mukosa bronkus
13
juga akan meningkatkan sekresi 24 mukus dan meningkatkan pergerakan silia pada mukosa.
Sehingga menyebabkan gangguan pada pertukaran gas (Setiyohadi, 2010).

14
BAB III

PEMBAHASAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK ASMA


I. PENGKAJIAN

A. Biodata
Nama Klien : An. B
Umur : 3 Tahun 6 bulan 3 hari
Alamat Klien : Jl. Pemuda No.1 Kebumen
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Suku bangsa : Jawa/ Indonesia
No.RM : 20605
Tanggal masuk RS : 11 Februari 2018
Dx. Medis : Asma

Penanggung Jawab
Nama : Ny.N
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Pemuda No.1 Kebumen
Hubungan dengan klien : Ibu

B. Keluhan Utama : sesak nafas

15
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan klien sesak nafas sejak 9 Februari 2018, klien tidak batuk,
klien ada alergi dingin, pucat dan nafsu makan klien menurun kemudian oleh ibunya di
bawa ke RS Hidayah, menurut hasil dari pemeriksaan, klien didiagnosa asma sehingga
klien harus menjalani pengobatan.
D. Riwayat Kesehatan Lalu
1. Prenatal
Anak laki laki dari ibu G1 P1 0 0 1. Selama kehamilan klien, ibu klien mengatakan tidak
mempunyai masalah khusus, paling hanya mual-mual. Ibu klien selalu memeriksakan
kehamilannya ke bidan secara teratur.
Keluhan selama hamil : mual muntah pada awal kehamilan
2. Natal
Umur kehamilan : 9 bulan
Jenis persalinan : spontan
Ditolong oleh : bidan
Keadaan bayi : bayi lahir sehat
Penyakit saar persalinan : tidak ada
3. Postnatal
Kondisi bayi : normal
BB waktu lahir : 2800 gram
TB waktu lahir : 49 cm
4. Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Perkembangan
Ibu klien mengatakan klien tidak mengalami keterlambatan dalm proses tumbuh
kembang. Perkembangan motorik : klien mampu berjalan dengan tegak, lari-lari
kecil, melompat, dan awalnya berdiri dengan 1 kaki selama 3 detik.

b. Pertumbuhan
1) Tinggi Badan : 100 cm
2) Berat Badan : 14 kg
3) Lingkar Kepala : 54 cm

16
4) Lingkar Lengan Atas : 16 cm
c. Imunisasi
Klien sudah mendapat imunisasi lengkap : BCG, Polio I, II, III, ; DPT I, II, III ;
dan campak

E. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu klien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti klien. Dan
keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti TBC, DM, hipertensi maupun
penyakit serius lainnya.
F. Pola Aktivitas Sehari-hari
1. Pola Persepsi kesehatan atau penanganan kesehatan
SMRS : Ibu klien megatakan kesehatan memang penting dan klien bila sakit mudah
kerjasama untuk proses penyembuhan dirinya misalnya teratur minum obat,
dan hindari pantangan.
MRS : Ibu klien mengatakan bahwa klien dan dirinya belum mengerti tentang
asma dan bagaimana penanganan dirumah jika klien tiba tiba kambuh.
2. Pola Nutrisi / Metabolik
SMRS : Ibu klien mengatakan pasien susah makan, makan 3x sehari porsi sedikit,
dan tidak suka sayur klien hanya makan sedikit nasi dan lauknya saja.
Minum 6 gelas per hari. BB : 14,5 kg.
MRS : Klien makan 2x/sehari sesuai diit dari RS tetapi tidak habis. Minum 4 gelas
per hari. BB: 14 kg.
3. Pola Eliminasi
SMRS : BAB 1x sehari warna kuning konsistensi lembek berbau khas, BAK 4-5x
perhari warna kuning jernih berbau khas.
MRS : Klien belum BAB sejak dirawat di RS, BAK 2x, warna kuning berbau
khas.
4. Pola aktivitas / latihan
SMRS : Klien aktif bermain dengan teman sebayanya.
MRS : Klien dibantu oleh ibunya dalam melakukan aktivitasnya, seperti mandi,
makan, ganti baju, dan pasien hanya terlihat berbaring ditempat tidur.

17
5. Pola Istirahat / tidur
SMRS : Klien tidur 9 jam sehari, tidur siang kurang lebih 2 jam.
MRS : Klien susah tidur dan sering terbangun pada malam hari. Lama tidur 7
jam sehari.
6. Pola perseptif kognitif
SMRS : Klien dapat melihat dengan normal dan bisa mendengarkan dengan
jelas, dalam pengecapan klien tidak ada masalah, klien bisa mengecap
makanan dengan baik.
MRS : Klien dapat melihat dengan normal dan bisa mendengarkan dengan
jelas, dalam pengecapan klien tidak ada masalah, klien bisa mengecap
makanan dengan baik.
7. Pola koping/toleransi stress
SMRS : Ibu klien mengatakan klien adalah klien anak periang.
MRS : Klien hanya tiduran dan apabila klien kesakitan klien menangis dan
rewel.
8. Pola Konsep diri
SMRS : Klien dapat melakukan aktifitas sesuai kemampuan.
MRS : Klien hanya tiduran dan menganggap kondisi nya sedang lemah.

9. Pola Seksual dan Reproduksi


Klien berjenis kelamin laki-laki, dan tidak ada masalah dalam sistem reproduksi
klien.
10. Pola peran / hubungan
SMRS : Hubungan klien dengan orangtua dan keluarga baik.
MRS : Klien dirawat di RS ditemani oleh ibunya.
11. Pola nilai / kepercayaan
SMRS : Ibu klien mengatakan klien mulai ikut mengaji di mushola dekat
rumahnya. Klien belum melakukan sholat.
MRS : Ibu klien mengatakan klien klien hanya bisa berdoa.
12. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan Kesadaran

18
Kesadaran : Compos mentis, GCS : 456
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37,5 ˚C
RR : 36 x/menit
b. Kepala : bentuk kepala simetris, bersih.
c. Mata : konjungtiva anemis, sklera Anikterik, reflek terhadap cahaya pupil
isokhor
d. Hidung : tidak ada polip, terlihat pernafasan cuping hidung, terpasang oksigen
kanul nasal 2 liter/menit.
e. Mulut : bibir terlihat pucat, dan kering.
f. Telinga : canalis bersih, tidak ada sekret dan darah, tidak memakai alat
bantu pendengaran.
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
h. Dada :
1) Paru
Inspeksi : pergerakan dada cepat, terdapat tarikan dinding dada ke dalam
Palpasi : retraksi dinding dada sama kanan dan kiri, terdapat vocal fomitus
kanan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdapat bunyi wheezing
2) Jantung
Inspeksi : tampak ictus cordis
Palpasi : tidak terdapat pembesaran jantung
Perkusi : pekak
Auskultasi : irama jantung teratur
3) Abdomen :
Inspeksi : bentuk datar
Auskultasi : bising usus 20 x/menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.
Perkusi : timpani

19
i. Genetalia : laki laki, tidak terpasang Dower Cateter
j. Anus : tidak ada lesi.
k. Ekstremitas : akral hangat, terpasang infus RL 20 tpm, dan tidak ada gangguan
gerak.
l. Kulit : turgor kulit normal, tidak ada oedema.

20
ANALISA DATA

Pengelompokan Data Etiologi Masalah


Keperawatan
DS : Hipersekresi jalan Bersihan jalan
a. Ibu klien mengatakan klien sesak nafas napas napas
b. Tidak ada batuk
c. Terdapat secret yang berlebih
DO :
Terdengar suara wheezing
DS : Ancaman konsep Ansietas
a. Klien dan Ibu klien mengatakan diri,
cemas, bingung dan merasa khawatir Kurang terpapar
dengan kondisi yang dialami. informasi
b. Ibu klien mengatakan klien sulit tidur
c. Ibu klien mengatakan klien susah
makan.
DO :
a. Klien pucat
b. Klien gelisah

DS : Kurang terpapar Defisit


Klien mengatakan klien dan keluarga informasi pengetahuan
belum mengetahui tentang penyakit asma

DO :
Ibu klien bertanya-tanya tentang penyakit
asma

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

21
A. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas d.d dispnea, tidak mampu
batuk, sputum berlebih, wheezing.
B. Ansietas b.d ancaman konsep diri, kurang terpapar informasi d.d merasa bingung,
merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah, sulit tidur,
anoreksia.
C. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menanyakan masalah yang
dihadapi.

III. PERENCANAAN
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx 1 Setelah dilakukan tindakan a. Pantau status a. Mengetahui tingkat
keperawatan 2 x 24 jam pernafasan gangguan yang terjadi
diharapkan klien mampu klien dan membantu dalam
menunjukkan keefektifan b. Tempatkan menetukan intervensi
bersihan jalan napas, dengan posisi yang yang akan diberikan.
kriteria hasil : nyaman : semi b. Memaksimalkan
a. Mendemonstrasikan batuk fowler ekspansi paru dan
efektif dan suara nafas c. Anjurkan menurunkan upaya
yang bersih, tidak ada klien untuk pernapasan.
sianosis dan dispneu banyak c. Mengoptimalkan
(mampu mengeluarkan minum air keseimbangan cairan
sputum, bernafas dengan hangat dan membantu
mudah, tidak ada pursed d. Latih batuk mengencerkan sekret
lips) efektif sehingga mudah
b. Menunjukkan jalan nafas e. Lakukan dikeluarkan
yang paten(klien tidak Nebulizer d. Fisioterapi dada/ back
merasa tercekik, irama f. Kolaborasi massage dapat
nafas, frekuensi dengan membantu
pernafasan dalam rentang dokter untuk menjatuhkan secret
normal, tidak ada suara pemberian yang ada dijalan
nafas abnormal) obat nafas.

22
bronkodilator e. Tindakan nebulizer
sesuai akan mengencerkan
indikasi lendir.
f. Broncodilator
meningkatkan ukuran
lumen percabangan
trakeobronkial
sehingga menurunkan
tahanan terhadap
aliran udara.
Dx. 2 Setelah dilakukan tindakan a. Beri a. Klien dapat
keperawatan selama 1x24 jam dorongan mengungkapkan
diharapkan kecemasan klien mengung- penyebab
teratasi dengan kriteria hasil : kapkan kecemasannya
ketakutan/ma sehingga perawat
a. Mengidentifikasi,
salah dapat menentukan
mengungkapkan dan
b. Libatkan tingkat kecemasan
menunjukkan tehnik untuk
keluarga klien dan menentukan
mengontrol cemas.
untuk intervensi untuk klien
b. Postur tubuh, ekspresi menenangka selanjutnya.
wajah, bahasa tubuh dan n klien b. Dukungan keluarga
tingkat aktivfitas c. Mengins- dapat memperkuat
menunjukkan truksikan mekanisme koping
berkurangnya kecemasan. klien untuk klien sehingga tingkat
mengguna- ansietasnya berkurang
kan tekhnik c. Tekhnik relaksasi
relaksasi yang diberikan pada
klien dapat
mengurangi ansietas
Dx 3 Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat a. Mengetahui tingkat
keperawatan selama 1x24 jam pengetahuan pengetahuan pasien

23
diharapkan klien dan keluarga pasien dan tntang asma
menunjukkan pengetahuan keluarga
b. Meningkatkan
tentang proses penyakit dengan
b. Gambarkan pengetahuan klien
kriteria hasil :
tanda dan tentang tanda dan
a. Pasien dan keluarga
gejala yang gejala asma
menyatakan pemahaman
biasa muncul
tentang penyakit, kondisi, c. Meningkatkan
pada
dan program pengobatan pengetahuan klien
penyakit,
b. Pasien dan keluarga tentang proses
dengan cara
mampu menjelaskan penyakit.
yang tepat.
kembali apa yang
dijelaskan perawat / tim c. Gambarkan
kesehatan lainnya. proses
penyakit
dengan cara
yang tepat

24
IV. IMPLEMENTASI
No Tanda
Diagnosa
. Tindakan Keperawatan Tangan /
Keperawatan
Paraf
1. Dx 1 11 Februari 2018
09.00
a. Memberikan ambroxol 2,5 ml syr
b. Menganjurkan klien untuk banyak minum
air hangat
09.15
a. Memantau status pernapasan klien
Respon : Klien masih sesak, RR : 36 x/menit,
terpasang oksigen nasal kanul 2L/menit
b. Memposisikan klien dengan posisi yang
nyaman (semi fowler)
09.30
a. Melatih batuk efektif
b. Melakukan nebulizer ventolin 2,5 mg
12.00
Memantau status pernapasan klien
Respon : Klien merasa sesak sedikit berkurang,
RR : 35 x/menit, terpasang oksigen nasal kanul
2L/menit
12 Februari 2018
09.00
Memberikan ambroxol 2,5 ml syr
09.15
Memantau status pernapasan klien
Respon : Klien merasa sudah tidak sesak, RR : 32
x/menit, sudah tidak memakai oksigen nasal kanul
09.30

25
Melakukan nebulizer ventolin 2,5 mg
12.00
Memantau status pernapasan klien
Respon : Klien merasa sudah tidak sesak, RR : 32
x/menit, sudah tidak memakai oksigen nasal kanul
2. Dx 2 11 Februari 2018
11.00
Memberi dorongan kepada klien untuk
mengungkapkan ketakutan/masalah.
11.20
a. Melibatkan keluarga untuk menenangkan
klien
b. Menginstruksikan klien untuk menggunakan
tekhnik relaksasi
3. Dx 3 11 Februari 2018
09.40
Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
10.00
a. Menggambarkan tanda dan gejala yang biasa
muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat.
b. Menggambarkan proses penyakit dengan cara
yang tepat

26
V. EVALUASI
No Diagnosa
Catatan Perkembangan Paraf
. Keperawatan
1. Dx 1 11 Februari 2018
S : Klien mengatakan sesak
O : Klien terpasang oksigen nasal kanul
2L/menit, RR : 35x/menit
A : Masalah jalan napas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan (a,e,f)
12 Februari 2018
S : Klien mengatakan sudah tidak sesak
O : Klien sudah tidak terpasang oksigen
nasal kanul 2L/menit,
RR : 32x/menit
A : Masalah jalan teratasi
P : Intervensi dihentikan
2. Dx 2 11 Februari 2018
S : Klien mengatakan sudah tidak cemas
O : Klien tampak tidak gelisah.
A : Masalah ansietas teratasi
P : Intervensi dihentikan
3. Dx 3 11 Februari 2018
S : Klien mengatakan belum mengetahui
tentang penyakit
O : Klien sudah jarang bertanya berkaitan
tentang penyakit
A : Masalah defisit pengetahuan teratasi
P : Intervensi dihentikan

27
1. Kesimpulan
Asma merupakan penyakit yang terjadi karena adanya penyempitan pada saluran pernafasan
yang diakibaatkan oleh beberapa faktor yaitu seperti gangguan emosi, kelelahan jasmani,
perubahan temperatur, debu dan asap.
Asma terjadi ketika ada kepekaan yang meningkat terhadap rangsangan dari lingkungan sebagai
pemicunya. Diantaranya adalah dikarenakan gangguan emosi, kelelahan jasmani, perubahan
cuaca, temperatur, debu, asap, bau-bauan yang merangsang, infeksi saluran napas, faktor
makanan dan reaksi alergi

28
DAFTAR PUSTAKA

Nurkhasanah, Ana. 2014. Kecemasan - Nanda NIC NOC Versi I.


https://portalkeperawatan.blogspot.co.id/2016/07/kecemasan-nanda-nic-noc.html. 17
Maret 2018. 21.30.

_______________. ____. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas - Nanda NIC NOC Versi I.
https://portalkeperawatan.blogspot.co.id/2016/06/ketidakefektifan-bersihan-jalan-
napas.html?m=1. 17 Maret 2018. 20:56.

Hidayah, Riski. 2016. Asuhan Keperawatan pada an. B dengan Asma.


http://riskialfinh25.blogspot.co.id/2016/01/askep-asma-pada-anak.html

Lestari. 2015. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (Ineffective Airway Clearance).


http://askepkita.com/tag/intervensi-dan-rasional-bersihan-jalan-nafas/

29

You might also like