You are on page 1of 27

TUGAS

KONSEP DASAR KEPERAWATAN I


PERBANDINGAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA
DENGAN NEGARA LAIN
DOSEN PEMBIMBING : Ns. Gunawan Irianto, M.Kep.Sp.Kom

KELOMPOK :
NGAJIONO
NOVI WANDARI
NOVILIA
SELLA PITRIYANI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES MUHAMMADIYAH PRINGSEWU SI KEPERAWATAN
KONVERSI
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. Yang telah memberikan rahmat serta karuniannya
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Perbandingan
perkembangan keperawatan di Indonesia dengan Negara lain” sebagai tugas dari
mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan I. Dengan selesainya makalah ini , kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kemajuan dalam hal
penyusunan tugas yang akan datang.
Sebelumnya kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang turut serta membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Pringsewu, Januari 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................... ..... i


KATA PENGANTAR........................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
i. Latar Belakang........................................................................... 1
ii. Tujuan Umum........................................................................... 2
iii. Tujuan Khusus........................................................................... 2

BAB II TINJUAN TEORI


A. Pengertian ................................................................................... 3

BAB III PEMBAHASAN


A. Pendidikan keperawatan............................................................ 15
B. Pelayanan keperawatan.............................................................. 19

BAB III PENUTUP


I) Kesimpulan ......................................................................... 23
II) Saran ......................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Profesi keperawatan adalah sebuah profesi yang sangat menentukan bagi
baik buruknya system pelayanan kesehatan di sebuah negara. Baik itu di negara
yang sedang berkembang ataupun negara maju.
Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, ikut
menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. Tenaga keperawatan secara
keseluruhan jumlahnya mendominasi tenaga kesehatan yang ada, dimana
keperawatan memberikan konstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan
kesehatan sebagai satu kesatuan yang relatif, berkelanjutan, koordinatif dan
advokatif. Hal ini juga berkaitan dengan standard mutu pendidikan keperawatan
yang menjadi factor yang cukup penting dalam pembentukan sebuah profesi
keperawatan yang terintegrasi.
Keperawatan sebagai suatu profesi menekankan kepada bentuk pelayanan
professional yang sesuai dengan standart dengan memperhatikan kaidah etik dan
moral sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan
baik.
Keperawatan memiliki ruang lingkup yang luas dan telah berkembang
baik di luar negeri. Walaupun bidang keperawatan di Indonesia tidak semaju
negara lain terdapat usaha dari beberapa institusi yang sejak beberapa tahun lalu
untuk mengangkat fenomena ini berdasarkan kurikulum tentang keperawatan dan
aspek penting tentang keperawatan itu sendiri, serta untuk menepis anggapan di
kalangan masyarakat bahwa dunia keperwatan bukan hanya menyangkut pada
aspek klinis saja, tetapi dunia keperawatan telah berkembang sesuasi dengan
perkembangan zaman. Era globalisasi dan era informasi telah membuat standard
baru yang harus dipenuhi oleh seluruh pemain di sektor ini.

1
B. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui perbandingan dunia keperawatan di
Indonesia dan di Luar Negeri berdasarkan tiga aspek utama yaitu berdasarkan
aspek pendidikan keperawatan, pelayanan keperawatan, dan riset keperawatannya.

C. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami tentang pendidikan keperawatan
2. Mahasiswa dapat memahami tentang sistem pelayanan keperawatan
3. Mahasiswa dapat memhami tentang riset keperawatan

2
BAB II
TINJUAN TEORI

A. Pengertian
1. Pendidikan Keperawatan

Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan


sebagaimana halnya pendidikan kedokteran, kesehatan masyarakat, farmasi,
kedokteran gigi dan lain-lain. Pendidikan keperawatan merupakan pendidikan
profesi dimana polanya harus dikembangkan sesuai dengan kaidah ilmu dan
profesi yang dilandaskan oleh akademik dan keprofesian. Hal ini sesuai denagan
kurikulum pendidikan keperawatan,pendidikan keperawatan berkembang seiring
dengan pendidikan kedokteran mengingat ilmu dasar yang dipelajari di
pendidikan keperawatan bagian ilmu dasar kedokteran, orientasi pendidikan
keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatan kualitas tenaga perawat yang
profeional melalui jenjang pendidikan, oleh karna itu maka pendidikan
keperawatan meliputi pendidikan akademik dan profesi.
Sebenarnya pengembangan sistem pendidikan tinggi sangat berperan dalam
pengembngan pelayanan keperawatan secara professional, tekhnologi
keperawatan serta pembinaan keprofesiaan, karena pendidikan keperawatan
sebagai sarana mencapai profesionalisme keperawatan.Disamping itu masih ada
masalah-masalah lain seperti jumlah peserta didik dan tenaga edukatif
tidakseimbang, masih sedikitnya spesialisasi bidang mata ajaran, sarana dan
prasarana masih kurang.
Selain itu sebagai institusi pendidikan tinggi, keperawatan harus mampu
membina dan menumbuhkan sikap dan tingkah laku professional sesuai dengan
tuntutan profesi, memberi landasan pengetahuan yang kokoh baik kelompok ilmu
keperawatan atau ilmu dasar atau penunjang asuhan keperawatan, membina
keterampilan professional yang mencakup keterampilan intelektual, tekhnikal dan
interpersonal serta membina landasan etik keperawatan sebagai dasar dalam
kehidupan keprofesian.

3
2. Pelayanan Keperawatan

Pelayanan adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh


instansi pemerintah baik dipusat, maupun didaerah, dalam bentuk barang maupun
jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai peraturan UU yang
berlaku (kepmenpan 81/93).
Departemen kesehatan (2008) mendefinisikan perawat adalah seseorang
yang memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dimana pelayanan
tersebut berbentuk pelayanan biologis, psikologis social, spiritual yang ditunjukan
kepada individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan keperawatan diberikan
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta
kurangnya pengertian pasien akan kemampuan melaksanakan kegiatan secara
mandiri. Kegiatan itu dilakukan dalam usaha mencapai peningkatan kesehatan
dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan yang memungkinkan setiap
individu mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif, Aditama (2002).
Sedangkan menurut Nikmatur R & Saipul W (2012) proses keperawatan
adalah serangkaian tindakan sistematik berkesinambungan, yang meliputi
tindakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan individu atau kelompok, baik
yang actual maupun potensial kemudian merencanakan tindakan untuk
menyelesaikan, mengurangi, atau mencegah terjadinya masalah baru dan
melaksanakan tindakan atau menugaskan orang lain untuk melaksanakan tindakan
keperawatan serta mengevaluasi keberhasilan dari tindakan yang dikerjakan,
Dengan tahap-tahap proses keperawatan seperti: pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
Dari batasan-batasan mengenai pengertian tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan pengertian kualitas pelayanan keperawatan adalah sikap profesional
perawat yang memberikan perasaan nyaman, terlindung pada diri setiap pasien
yang sedang menjalani proses penyembuhan dimana sikap itu merupakan
kompensasi sebagai pemberi pelayanan dan diharapkan menimbulkan perasaan
puas pada diri pasien.

4
1.1. Bentuk pelayanan keperawatan
1. Fisiologis. Setiap pasien akan mengalami gangguan fisiologis pengaruh
dari penyebab dari tiap – tiap bibit penyakit yang menyerang / diderita
oleh pasien.
2. Psikologis. Setiap pasien akan mengalami trauma sehingga psikologis
juga mengalami gangguan apabila masalah psikologis tidak segera
ditangani dengan baik makan akan mempengaruhi lembatnya kesembuhan
dari pasien itu sendiri.
3. Sosial dan Kultural .Orang yang sakit akan mempengaruhi sosial dan
kultural berkurang bahkan kegiatan interaksi dengan sosial dan kultural.
Hal ini dibutuhkan dorongan atau semangat dari orang – orang sekitar
(sosial).
1.2. Faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan terselenggara adalah
1. Ketidak mampuan
2. Ketidak mauan
3. Ketidak tahuan dalam memenuhi kebutuhan dasar yang sedang terganggu
1.3. Aspek Kualitas Pelayanan Keperawatan
Aspek-aspek kualitas pelayanan keperawatan menurut
Parasuraman, Berry dan Zeithaml dalam Yamit (2002) dan berbagai
penelitian terhadap beberapa jenis jasa yang telah dilakukan berhasil
mengidentifikasi lima kualitas karakteristik yang digunakan oleh
pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan. Kelima
karakteristik kualitas pelayana keperawatan tersebut adalah :

1) Reliability(Kehandalan)
Menurut Lee, 1995 dalam jurnal AKK Unair, salah satu landasan kepuasan
pelanggan adalah mengenai sikap, tindakan dan latihan untuk para
petugas, sedangkan menurut pendapat Tener dan De Tore (1992) yang
menyebutkan bahwa nilai kualitas yang paling mudah dipahami dari suatu
barang atau atau jasa pelayanan adalah cepat dalam artinya bagaimana
suatu saranan atau jasa pelayanan dapat diperoleh secara cepat mudah dan

5
menyenangkan. Berkaitan dangan kemampuan perusahaan untuk
menyampaikan layanan yang dijanjikan secara akurat sejak pertama kali
(Tjiptono, 2008).
Kualitas yang mengukur kehandalan dalam perusahaan dalam memberikan
layanan pada pelanggan. Iklan yang kreatif dan memberikan janji yang
lebih tidak akan efektif. Pelanggan tertarik tetapi setelah mencoba
pelayanannya, ternyatan tidak seseuai dengan yang dijanjikan, oleh karena
itu saat menentukan janji yang ditawarkan kepada pelanggan dalam dalam
suatu iklan, perlu memastikan bahwa perusahaan mampu memberikan
suatu yang dijanjikan.Irwan, 2002.

2) Assurance (Jaminan)
Menurut Zethaml, Berry dan Parasuraman (1985) dimana mereka
mengidentifikasi kelompok karakteristik yang digunakan oleh para
pelanggan dalam megevaluasi kualitas, diantaranya jaminan yang
mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki
staf, bebas dari bihaya, resiko atau keragu-raguan. Berkenan dengan
pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka dalam
menentukan rasa percaya dan keyakinan pelanggan Tjiptono, (2002).
Kualitas yang berhubungan dengan kemampuan perusahaandan perilaku
front-line staf dalam menanamkan rasa percaya, kenyakinan pada
pelanggan. Berdasarkan banyak riset yang dilakukan, ada 4 aspek pada
dimensi ini, yaitu keramahan, kompetensi, dan keamanan.Irwan, (2002).

3) Tangibles (Bukti Fisik)


Untuk pasien yang menjadikan bukti fisik sebagai suatu indicator dalam
menentukan kepuasan terhadap sarana yang diterima, maka hal ini perlu
mendapat perhatian dari pihak rumah rumah sakit sebab kualitas tangible
ini merupakan suatu bukti fisik yang dapat dirasakan dan dapat diukur oleh
pasien.Sedangkan menurut Zeithaml, Berry dan Pasuruman bukti langsung
(Tangibles) merupakan tampilan pelayanan secara fisik, fasilitas fisik,

6
penampilan tenaga kerja, alat atau peralatan yang digunakan dan dalam
memberikan bukti fisik sebagai media awal bagi klien/pasien untuk
melihat secara nyata pertama kali apa yang ada, sesuai itu mengenai
penampilan petugas maupun tentang sarana fisik yang digunakan diunit
rawat inap. Berkenan dengan penampilan fisik fasilitas pelayanan,
peralatan atau perlengkapan, sumber daya manusia, dan materi komunikasi
perusahaan Tjiptono (2008).Karena suatu service tidak bisa dilihat, tidak
bisa dicium dan tidak bisa diraba, maka aspek tangiblemenjadi penting
sebagai ukuranterhadap pelayanan. Pelanggan akan menggunakan indra
penglihatan untuk menilai suatu kualitas pelayanan. Tangible yang baik
akan mempengaruhi persepsi pelanggan. Pada saat yang bersamaan aspek
tangible ini juga merupakan salah satu sumber yang mempengaruhi
harapan pelanggan.Karena tangibleyang baik, harapan pasien menjadi
lebih tinggi. Kualitas tangibleumumnya lebih penting bagi pelanggan baru.
Tingkat kepentingan aspek ini relative lebih rendah dagi penggan yang
sudah menjalin hubungan dengan penyedia jasa Irwan (2002)

4) Emphaty
Empati Berarti perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan
bertindak demi kepentingan pelanggan dalam memiliki jam opersi yang
nyaman. Tjiptono (2008). Pelanggan dari kelompok menengah atas atas
mempunyai harapan tinggi hatas perusahaan penyedia jasa mengenal
mereka secara pribadi.Pelanggan yang empathy sangat memerlukan
sentuhan pribadi Irwan (2002). Memberikan pelayanan yang
menyenangkan dan mengikuti proses yang sesuai maka kualitaspelayanan
yang seseuai dapat diwujudkan, sebagaimana definisi kualitas dari Salusu
(1996). Dengan menggunakan ke lima kualitas ini didapatkan konsep
kesenjangan kualitas pelayanan, antara harapan pelanggan dan pelayanan
yang dirasakan. Kesenjangan antara pelayanan yang diberikan dengan
pelayanan yang dirasakan merupakan suatu pengukuran terhadap kualitas

7
pelayanan yang akan menimbulkan kepuasan (positif) maupun
kekecewaan (negatif).

5) Responsiveness (Ketanggapan)
Menurut Robert dan Prevost tahun (1987) dalam Azwar (1996)
menyatakan bahwa bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan (health
costumer) kualitas pelayanan lebih terkait dengan ketanggapan petugas
memenuhi kebutihan pasien dan kelancaran komunikasi antara petugas
dengan pasien, dimana dalam hal ini kebutuhan pasien adalah menjadi
lebih sesuai atau sembuh dari keluhan/penyakit yang dideritanya.
Berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan penyedia layanan untuk
membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka dengan
segera Tjiptono (2008). Daya Tangkap adalah kualitas yang paling
dinamis. Harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan hamper dapat
dipastikan akan berubah dengan kecenderungan naik dari waktu ke waktu.

Sedangkan menurut Depkes RI (2008) telah menetapkan bahwa pelayanan


keperawatan dikatakan berkualitas baik apabila perawat dalam memberikan
pelayanan kepada pasien sesuai dengan aspek-aspek dasar perawat.Aspek dasar
tersebut meliputi aspek penerimaan, perhatian, tanggung jawab, komunikasi dan
kerjasama. Masing-masing aspek dijelaskan sebagai berikut :
1. Aspek Penerimaan
Aspek ini meliputi sikap perawat yang selalu ramah, sopan, periang dan
selalu tersenyum, menyapa semua pasien maupun keluarga pasien.
Perawat perlu memiliki minat terhadap orang lain, menerima pasien tanpa
membedakan golongan, pangkat, latar belakang sosial ekonomi dan
budaya, sehinga pribadi utuh. Agar dapat melakukan pelayanan sesuai
aspek penerimaan perawat harus memiliki minat terhadap orang lain dan
memiliki wawasan luas.

8
2. Aspek Perhatian
Aspek ini meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan perlu bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia
memberikan bantuan dan pertolongan kepada pasien dengan suka rela
tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sensivitas dan peka terhadap
setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan
pasien.

3. Aspek Komunikasi
Aspek ini meliputi setiap perawat yang harus biasa melalukan komunikasi
yang baik dengan pasien, dan keluarga pasien.Adanya komunikasi yang
saling berinteraksi antara pasien dengan perawat, dan adanya hubungan
yang baik dengan keluarga pasien.

4. Aspek Kerjasama
Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama
yang baik dengan pasien dan keluarga pasien.

5. Aspek tanggung jawab


Aspek ini meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu
mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta
tepat dalam bertindakan.

Sedangkan Soegiarto (1993) dalam Wijono,D (1999) menyebutkan empat aspek


yang harus dimiliki industri jasa pelayanan, yaitu :
1. Cepat
Waktu yang digunakan dalam melayani tamu minimal sama dengan batas
waktu standar. Merupakan batas waktu kunjung di rumah sakit yang sudah
ditentukan waktunya.
2. Tepat

9
Kecepatan tanda ketepatan dalam bekerja tidak menjamin kepuasan
konsumen. Bagaimana perawat dalam memberkan pelayanan kepada
pasien yaitu tepat memberikan bantuan dengan keluhan-keluhan dari
pasien.
3. Aman
Rasa aman meliputi aman secara fisik dan psikis selama pengkonsumsi
suatu produk atau dalam memberikan pelayanan jasa yaitu memperhatikan
keamanan pasien dan memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada
pasien sehingga memberikan rasa aman kepada pasien.
4. Ramah tama
Menghargai dan menghormati konsumen, bahkan pada saat pelanggan
menyampaikan keluhan. Perawat selalu ramah dalam menerima keluhan
tanpa emosi yang sehingga pasien akan merasa senang dan menyukai
pelayanan dari perawat.

3. Riset Keperawatan

Riset atau penelitian adalah suatu usaha yang sistematis, terkendali dan dan
empiris dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penyelesaian masalah.
Penelitian terapan adalah penelitian yang diarahkan untuk tujuan mengatasi
masalah melalui metode ilmiah.
Proses penelitian diawali dengan penyusunan proposal penelitian yang
dimulai dari identifikasi masalah dibidang keperawatan melalui penelitian
keperawatan sampai penyajian hasil penelitian.

Penelitian dilakukan terhadap suatu masalah yang dirasakan. Timbulnya


masalah adalah merupakan pemicu untuk mengetahui apa sebenarnya yang
terjadi. Penelitian yang baik adalah apabila penelitian tersebut dapat
bermanfaat secara langsung terhadap persoalan yang sedang dihadapi
maupun bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Penelitian tidak sama dengan evaluasi, hal ini dapat dilihat dari rincian
sebagai berikut :

10
Penelitian merupakan proses ilmiah karena dalam penelitian menggunakan
ilmu dan penelitian akan menghasilkan penemuan untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan. Dalam penelitian menggunakan metode ilmiah. Metode
ilmiah merupakan proses yang teratur yang menggunakan prinsip-prinsip
ilmu, memerlukan langkah-langkah yang berurutan untuk mencari informasi
bagi pemecahanmasalah.
Metode ilmiah ditandai dengan ciri :
1) sistematis;
2) terkendali;
3) empiris (nyata);
4) generalisasi; dan
5) formulasi teori.

Kegiatan penelitian bergerak secara sistematis dan teratur, mulai


dari;
1) penemuan masalah;
2) mengumpulkan data berdasarkan rancangan penelitian yang tepat;
3) analisis data dan;
4) merumuskan kesimpulan hasil penelitian.

Penelitian keperawatan merupakan studi yang sistematis, mengkaji


masalah keperawatan atau fenomena paktik dan asuhan keperawatan melalui
studi yang kreatiif, mengawali dan mengevaluasi perubahan, mengambil
tindakan untuk menghasilkan pengetahuan baru yang berguna bagi
keperawatan.

Tujuan, Sasaran dan Implikasi Penelitian Keperawatan


Tujuan penelitian adalah untuk menentukan, mengembangkan dan
menguji kebenaran, khususnya terhadap ilmu pengetahun. Selain itu juga
bertujuan untuk mencari sumbang pikiran dalam memecahkan masalah. Hal
ini sesuai dengan sasaran penelitian yaitu mencari jawaban atas pertanyaan

11
yang diajukan terhadap suatu masalah yang dihadapi melaui kegiatan
penelitian dasar dan terapan.
Hasil suatu penelitian berupa temuan (findings) akan memberikan
impliksi bagi pihak :
1) Ilmu pengetahuan (menyempurnakan pengetahuan yang sudah ada);
2) Perbaikan pelayanan atau program;
3) Tindak lanjut penelitian secara komprehensi.
Itulah sebabnya penelitian harus bersifat jelas, terbuka, jujur dan dapat
diulang atau dikembangkan oleh orang lain.
ujuan penelitian keperawatan untuk memperbaiki praktik profesi
keperawatan khususnya bagi perbaikan mutu asuhan keperawatan.

Jenis Penelitian
Beberapa pendekatan digunakan untuk menetapkan klasifikasi jenis
penelitian. Berdasarkan tujuan, metoda, kelengkapan, kesinambungan
(waktu), tempat dan aktivitas.
Disamping klasifikasi penelitian tersebut, jenis penelitian dapat pula
digolongkan menurut jenis data yang dicari, yaitu :
a. Penelitian Kuantitatif:
1) Bersifat objektif dan sistematis
2) Data yang dicari bersifat numerik (kuantitatif) : Nominal (dikotomi);
Ordinal (katagorikal); Interval (tidak ada nol absulut); Rasio (Nol
absulut). Terdiri dari jenis penelitian sebagai berikut:
a) Diskriftif (Non analitik) : pada populasi ; studi ekologi dan pada
individu Case report, Case series, Cross sectional
b) Obsevasional (Analitik) Cross sectional, case control, kohor
c) Eksperimental (Eksperimental semu/ Quasi dan Eksperiment murni:
RCT (Randomized Controlled Trial)

12
b. Penelitian Kualitatif
1) Bersifat subjektif
2) Data yang dicari bersifat kualitatif tentang pengalaman dan
perasaan/emosi. Terdiri dari jenis penelitian :
a) Fenomenalogical
b) Grounded theory (studi pengembangan teori)
c) Ethnografi (studi suku/bangsa)
d) Historical (studi pengalaman)
e) Philosophical (studi pengetahuan)
3) Triangulasi (penggunaan lebih dari satu metode dalam mempelajari
suatu penomena melalui; Theoritical, data, invertigasi, dann sebagainya.
Lingkup dan Area Penelitian keperawatan
Lingkup penelitian keperawatan termasuk dalam penelitian
kesehatan serta bersumber pada penelitian epedemiologi kesehatan serta
dalam area penelitian keperawatan sebagai berikut;
a. Pre Klinik :
1) Keperawatan dasar
2) Dasar Keperawatan
3) Administrasi dan Manajemen Keperawatan dan Kesehatan
4) Pendidikan Keperawatan
5) Teori terkait (kedokteran, farmasi, kesehatan masyarakat, psikologi,
sosial dll)
b. Klinik:
1) Keperawatan Reproduksi (Maternal Perinatal)
2) Keperawatan Pediatrik
3) Keperawatan Medikal Bedah
4) Keperawatan Psikiatrik
c. Komunitas :
1) Keperawatan Keluarga
2) Keperawatan Komunitas
3) Keperawatan Gerontik dan Kelompok khusus

13
4) Keperawatan Kesehatan Matra dan kesehatan kerja

Proses (Tahapan Kegiatan) Penelitian


Proses penelitian terdiri atas 4 tahapan yang berurutan yang
direncanakan untuk menjawab pertanyaan-pernyataan penelitian atau
pemecahan masalah penelitian, yaitu;
1) Tahapan perencanaan (menyusun proposal) ;
2) Tahap pelaksanaan (pengumpulan data, penampilkan data) ;
3) Tahap analisis (mengelompokkan data, menerapkan cara perhitungan /
statistik yang sesuai, interpretasi hasil penelitian);
4) Tahap desiminasi (menyajikan hasil penelitian secara tertulis diserta secara
lisan dalam bentuk pertanggungjawaban / promosi)

14
BAB III
PEMBAHASAN

A. Sistem pendidikan keperawatan di Indonesia dan di luar negeri

I) Perbandingan Keperawatan di Indonesia dan di Luar Negeri


Keperawatan adalah sebuah profesi, di mana di dalamnya terdapat sebuah
body of knowledge yang jelas. Profesi Keperawatan memiliki dasar pendidikan
yang kuat, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal ini
menyebabkan Profesi Keperawatan selalu dituntut untuk mengembangkan
dirinya dan berpartisipasi aktif dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia.
Perkembangan pendidikan keperawatan sungguh sangat panjang dengan
berbagai dinamika perkembangan pendidikan di Indonesia, tetapi sejak tahun
1983 saat deklarasi dan kongres Nasional pendidikan keperawatan indonesia
yang dikawal oleh PPNI dan diikuti oleh seluruh komponen keperawatan
indonesia, serta dukungan penuh dari pemerintah Kemendiknas dan Kemkes
saat itu serta difasilitasi oleh Konsorsium Pendidikan Ilmu kesehatan saat itu,
sepakat bahwa pendidikan keperawatan Indonesia adalah pendidikan profesi
dan oleh karena itu harus berada pada pendidikan jenjang tinggi dan sejak itu
pulalah mulai dikaji dan dirangcang suatu bentuk pendidikan keperawatan
Indonesia yang pertama yaitu di Universitas Indonesia yang program
pertamannya dibuka tahun 1985.
Dalam mewujudkan body of knowledge yang jelas, pendidikan
keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia
mencakup :
1. Pendidikan Vokasional; yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan
jenjangnya untuk memiliki keahlian ilmu terapan keperawatan yang diakui
oleh pemerintah Republik Indonesia,

15
2. Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca
sarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan
tertentu,
3. Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan
keahlian khusus,
4. Sedangkan jenjang pendidikan keperawatan mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor.
Sesuai dengan amanah UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tersebut
Organisasi Profesi yaitu Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan
Asosiasi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), bersama dukungan dari
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), telah menyusun dan
memperbaharui kelengkapan sebagai suatu profesi untuk meningkatkan
knowledge, skill, personality yang lebih baik.
Sejak 2008, PPNI, AIPNI dan dukungan serta bekerjasama dengan
Kemendiknas melalui project Health Profession Educational Quality (HPEQ),
menperbaharui dan menyusun kembali Standar Kompetensi Perawat Indonesia,
Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan Indonesia, Standar Pendidikan
Ners, standar borang akreditasi pendidikan ners Indonesia dan semua standar
tersebut mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan saat ini sudah
diselesaikan menjadi dokumen negara yang berkaitan dengan arah dan
kebijakan tentang pendidikan keperawatan Indonesia.
Standar-standar yang dimaksudkan sebelumnya juga mengacu pada
perkembangan keilmuan keperawatan, perkembangan dunia kerja yang selalu
berubah, dibawah ini sekilas kami sampaikan beberapa hal yang tertulis dalam
dokumen Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan, yang berkaitan dengan
Jenis, Jenjang, Gelar Akademik dan Level KKNI. Untuk Jenis Pendidikan
Keperawatan Indonesia, meliputi :
a) Pendidikan Vokasi : yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada
kesiapan penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu
sebagai perawat

16
b) Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada
penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu keperawatan yang
mencangkup beberapa program ( Sarjana, Magister, Doktor )
c) Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mencapai
kompetensi profesi perawat. Dan berikut ini untuk Jenjang Pendidikan
Tinggi Keperawatan Indonesia dan sebutan Gelar antara lain :
 Pendidikan untuk jenjang DIII ( Diploma Tiga ) keperawatan
lulusannya mendapat sebutan Ahli Madya Keperawatan
(AMD.Kep)
 Pendidikan untuk jenjang Ners (Nurse) yaitu ( Sarjana +
Profesi ), lulusannya mendapat sebutan Ners ( Nurse ), sebutan
gelarnya ( Ns. )
 Pendidikan untuk jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya
mendapat gelar ( M.Kep )
 Pendidikan untuk jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:
 Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya
( Sp.KMB )
 Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya ( Sp.Kep.Mat )
 Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya ( Sp.Kep.Kom )
 Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya ( Sp.Kep.Anak )
 Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya ( Sp.Kep.Jiwa )
 Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, Lulusannya ( Dr.Kep )

Sedangkan lulusan pendidikan tinggi keperawatan sesuai dengan level KKNI,


adalah sebagai berikut:
 DIII ( Diploma tiga ) Keperawatan - Level KKNI 5
 Ners ( Sarjana + Ners ) - Level KKNI 7
 Magister keperawatan - Level KKNI 8
 Ners Spesialis Keperawatan - Level KKNI 8
 Doktor keperawatan - Level KKNI 9.
Bila tertarik pada karir keperawatan harus belajar pada sekolah perawat
yang terakreditasi. Sebagian besar sekolah perawat di luar negeri telah
terakreditasi. Sedangkan kursusnya meliputi biologi, kimia, fisika, ilmu sosial,

17
teori keperawatan dan praktek serta humanistik. Pelajar juga mendapat supervisi
dari tenaga klinik berpengalaman di rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya.
Pelajar harus giat belajar, mempunyai critical thingking dan skill problem solving,
Confident, keteguhan hati, rajin belajar akan menjadikan seseorang menjadi
perawat. Sedangkan di luar negeri tepatnya di USA telah terdapat 1500 program
pendidikan keperawatan dengan 3 tipe program training yaitu:
o Bachelor of Science in Nursing (BSN), dengan program 4 tahun di
Universitas
o Associate Degree of Nursing (AND), program 2 tahun pada junior college
atau komunitas.
o Diploma untuk rumah sakit, program 2-3 tahun berdasarkan setting rumah
sakit. Banyak pendidikan diploma bergabung dengan junior college di
mana pelajarnya mengambil ilmu dasar dan English sesuai kebutuhan.

II) Perkembangan Keperawatan Di Inggris


Perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting untuk kita pahami,
karena Inggris melalui Florence Nightingle telah membuka jalan bagi kemajuan
dan perkembangan keperawatan yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain.
Florence Nightingle, lahir dari keluarga kaya dan terhormat pada tahun
1820 di Flronce (Italia). Setahun setelah kelahirannya, keluarga Florence kembali
ke Inggris. Di Inggris Florence mendapatkan pendidikan sekolah yang baik
sehingga ia mampu menguasai bahasa Perancis, Jerman, dan Italia. Pada usia 31
tahun Florence mengikuti kursus pendidikan perawat di Keiserwerth (Italia) dan
Liefdezuster di Paris, dan setelah pendidikan ia kembali ke Inggris.
Pada saat Perang Krim (Crimean War) terjadi di Turki tahun 1854,
Florence bersama 38 suster lainnya di kirim ke Turki. Berkat usaha Florence dan
teman-teman, telah terjadi perubahan pada bidang hygiene dan keperawatan
dengan indikator angka kematian turun sampai 2%.
Kontribusi Florence Nightingle bagi perkembangan keperawatan adalah
menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari asuhan
keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu terapi

18
bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal klien dan peran perawat
untuk memenuhinya, menetapkan standar manajemen rumah sakit,
mengembangkan suatu standar okupasi bagi klien wanita, mengembangkan
pendidikan keperawatan, menetapkan 2 (dua) komponen keperawatan, yaitu:
kesehatan dan penyakit. Meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan
berbeda dan berbeda dengan profesi kedokteran dan menekankan kebutuhan
pendidikan berlanjut bagi perawat.

B. Perbedaan system Pelayanan di Indonesia dan di luar negeri

a) Sistem pelayanan keperawatan di luar negeri


Di Amerika, Home Care (HC) yang terorganisasikan dimulai sejak sekitar
tahun 1880- an, dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit infeksi
dengan angka kematian yang tinggi. Meskipun pada saat itu telah banyak
didirikan rumah sakit modern, namun pemanfaatannya masih sangat rendah,
hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai perawatan dirumah. Kondisi
ini berkembang secara professional, sehingga pada tahun 1900 terdapat 12.000
perawat terlatih di seluruh USA (Visiting Nurses / VN ; memberikan asuhan
keperawatan dirumah pada keluarga miskin, Public Health Nurses, melakukan
upaya promosi dan prevensi untuk melindungi kesehatan masyarakat, serta
Perawat Praktik Mandiri yang melakukan asuhan keperawatan pasien dirumah
sesuai kebutuhannya). (Lerman D. & Eric B.L, 1993).
Sejak tahun 1990-an institusi yang memberikan layanan Home Care terus
meningkat sekitar 10% perthun dari semula layanan hanya diberikan oleh
organisasi perawat pengunjung rumah (VNA = Visiting Nurse Association) dan
pemerintah, kemudian berkembang layanan yang berorientasi profit (Proprietary
Agencies) dan yang berbasis RS (Hospital Based Agencies) Kondisi ini terjadi
seiring dengan perubahan system pembayaran jasa layanan Home Care (dapat
dibayar melalui pihak ke tiga / asuransi) dan perkembangan spesialisasi di
berbagai layanan kesehatan termasuk berkembangnya Home Health Nursing yang
merupakan spesialisasi dari Community Health Nursing (Allender & Spradley,

19
2001) Di UK, Home Care berkembang secara professional selama pertengahan
abad 19, dengan mulai berkembangnya District Nursing, yang pada awalnya
dimulai oleh para Biarawati yang merawat orang miskin yang sakit dirumah.

Kemudian mereka mulai melatih wanita dari kalangan menengah ke bawah


untuk merawat orang miskin yang sakit, dibawah pengawasan Biarawati tersebut
(Walliamson, 1996 dalam Lawwton, Cantrell & Harris, 2000). Kondisi ini terus
berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan peran District Nurse (DN)
adalah :
a. Merawat orang sakit dirumah, sampai klien mampu mandiri
b. Merawat orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan nyaman dan
damai
c. Mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan keluarga, agar
dapat digunakan pada saat kunjungan perawat telah berlalu.

Selain district nurse (dn), di uk juga muncul perawat health visitor (hv) yang
berperan sebagai district nurse (dn) ditambah dengan peran lain ialah :
1. Melakukan penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun masyarakat
luas dalam upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan.
2. Memberikan saran dan pandangan bagaimana mengelola kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi setempat.

b) System pelayanan keperawatan Di Indonesia


Di Indonesia, layanan Home Care (HC) sebenarnya bukan merupakan hal
yang baru, karena merawat pasien di rumah baik yang dilakukan oleh anggota
keluarga yang dilatih dan atau oleh tenaga keperawatan melalui kunjungan
rumah secara perorangan, adalah merupakan hal biasa sejak dahulu kala.
Sebagai contoh dapat dikemukakandalam perawatan maternitas, dimana RS
Budi Kemulyaan di Jakarta yang merupakan RS pendidikan Bidan tertua di
Indonesia, sejak berdirinya sampai sekitar tahun 1975 telah melakukan
program Home Care (HC) yang disebut dengan “Partus Luar”. Dalam layanan

20
“Partus Luar”, bidan dan siswa bidan RS Budi Kemulyaan melakukan
pertolongan persalinan normal dirumah pasien, kemudian diikuti dengan
perawatan nifas dan neonatal oleh siswa bidan senior (kandidat) sampai tali
pusat bayi puput (lepas). Baik bidan maupun siswa bidan yang melaksanakan
tugas “Partus Luar” dan tindak lanjutnya, harus membuat laporan tertulis
kepada RS tentang kondisi ibu dan bayi serta tindakan yang telah dilakukan.
Kondisi ini terhenti seiring dengan perubahan kebijakan Depkes yang
memisahkan organisasi pendidikan dengan pelayanan.

Jenis Institusi Pemberi Layanan Home Care (HC)


Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan Home Care (HC),
antara lain:
a. Institusi Pemerintah
Di Indonesia pelayanan Home Care (HC) yang telah lama berlangsung
dilakukan adalah dalam bentuk perawatan kasus/keluarga resiko tinggi (baik
ibu, bayi, balita maupun lansia) yang akan dilaksanakan oleh tenaga
keperawatan puskesmas (digaji oleh pemerintah). Klien yang dilayani oleh
puskesmas biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Di Amerika hal ini
dilakukan oleh Visiting Nurse (VN).
b. Institusi Sosial
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dengan sukarela dan
tidak memungut biaya. Biasanya di lakukan oleh LSM atau organisasi
keagamaan dengan penyandang dananya dari donatur, misalnya Bala
Keselamatan yang melakukan kunjungan rumah kepada keluarga yang
membutuhkan sebagai wujud pangabdian kepadan Tuhan.
c. Institusi Swasta
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam bentuk praktik
mandiri baik perorangan maupun kelompok yang menyelenggarakan
pelayanan HC dengan menerima imbalan jasa baik secara langsung dari klien
maupun pembayaran melalui pihak ke tiga (asuransi). Sebagaimana layaknya
layanan kesehatan swasta, tentu tidak berorientasi “not for profit service” .

21
d. Hospital Home Care
Home Care (HC) Berbasis Rumah Sakit (Hospital Home Care) Merupakan
perawatan lanjutan pada klien yang telah dirawat dirumah sakit, karena masih
memerlukan bantuan layanan keperawatan, maka dilanjutkan dirumah. Alasan
munculnya jenis program ini selain apa yang telah dikemukakan dalam alasan
Home Care (HC)

BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang termasuk
bidang kesehatan, peningkatan status ekonomi masyarakat, peningkatan
perhatian terhadap pelaksanaan hak asasi manusia, kesadaran masyarakan
akan kebutuhan kesehatan mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan
pentingnya hidup sehat dan melahirkan tuntutan akan pelayanan kesehatan
yang berkualitas.

22
Pergeseran akan fenomena tersebut, telah mengubah sifat pelayanan
keperawatan dari pelayanan fokasional yang hanya berdasarkan keterampilan
belaka kepada pelayanan profesional yang berpijak pada penguasaan iptek
keperawatan dan spesialisasi dalam pelayanan keperawatan. Fokus peran dan
fungsi perawat bergeser dari penekanan aspek kuratif kepada peran aspek
preventif dan promotif tanpa meninggalkan peran kuratif dan rehabilitatif.
Kondisi ini menuntut uapaya kongkrit dari profesi keperawatan, yaitu
profesionalisme keperawatan. Proses ini meliputi pembenahan pelayanan
keperawatan dan mengoptimalkan penggunaan proses keperawatan,
pengembangan dan penataan pendidikan keperawatan dan juga antisipasi
organisasi profesi (PPNI).

2. SARAN
Setelah mempelajari sistem Pendidikan Keperawatan, pelayanan
keperawatan, riset keperawatan didalam negeri dengan di negara lain Maka
dari itu kami dapat menyarankan :
 Diharapkan kepada tenaga keperawatan mulai meningkatkan minat dan
pengetahuan akan pembelajaran bahasa asing ( Khususnya Bahasa
Inggris ).
 Meningkatkan pendidikan keperawatan di Dalam Negeri (Indonesia)
sehingga dapat menciptakan tenaga keperawatan yang lebih baik dan
mampu bersaing di luar negeri.
 Diharapkan kepada tenaga keperawatan senantiasa menggali ilmu secara
berkesinambungan, mempunyai skill yang baik, mempunyai jiwa seorang
perawat, mengikuti perkembangan mengenai isu-isu keperawatan agar
mampu bersaing di pasar global.
 Para peneliti, harus siap berkolaborasi dengan sumber daya manusia dan
alat yang dimiliki sebagai modal utama. Hal itu agar bisa tercipta riset
kolaboratif dalam dan luar negeri, maupun akademis dan Strategi
pelaksanaan riset, juga dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas dan
kompetensi riset.

23
DAFTAR PUSTAKA

http://seramoe-printstation.blogspot.co.id/2013/04/sistem-pelayanan-kesehatan-
khususnya-di.html
http://kdk2stikesda.blogspot.co.id/2015/05/makalah-sistem-pelayanan-
kesehatan.html
http://deniteja.blogspot.co.id/2013/03/pendidikan-keperawatan-di-dalam-dan-
di.html
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Pengantar-
Riset-Keperawatan-Komprehensif.pdf
https://www.academia.edu/19857091/perkembangan_keperawatan_pada_pendidik
an_keperawatan_di_indonesia_saat_ini_dan_masa_akan_datang
https://nanangsyahputraaddres.blogspot.co.id/2017/05/makalah-hakekat-
penelitian-keperawatan.html
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin
%20perawat%202017.pdf

24

You might also like