You are on page 1of 53

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PENYULUHAN GIZI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

Disusun Oleh :

Adinda Dian Permata Dewi 20180302056


Andrea Anthony 20180302038
Annisa Sekar Aprisa 20180302083
Evi Ryani Nur Alif 20180302129
Farah Riska Amanda 20180302025
Nurul Khalisah Alhadar 20180302104
Riska Amalia 20180302069
Sekar Lady Arvilla 20180302096
Teodora Reski Kurnia Sary 20180302019

PROGRAM STUDI STRATA I ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ESA UNGGUL
DKI JAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Manajemen Asuhan Gizi Klinik


(MAGK) di RSUD Budhi Asih tahun 2022 telah disetujui dan diserahkan pada
pengelola PKL Penyuluhan.

Jakarta, Juli 2022

Mengetahui,

Kepala Instalasi Gizi Pembimbing Laporan


RSUD Budhi Asih

Dr. Tan Lina, MS.Sp.GK Dede Apriyana Nugraha, S.Gz


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Manajemen
Asuhan Gizi Klinik di RSUD Budhi Asih. Penulis limpahkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membimbing dan membantu penulis dalam penyusunan
laporan ini, antara lain :

1. dr. Tan Lina Ms, SpGk, selaku Kepala Instalasi Gizi di RSUD Budhi Asih
2. Pak Dede Apriyana Nugraha, S.Gz selaku pembimbing penyuluhan yang
telah memberikan arahan, bimbingan dan bantuan selama penyuluhan
3. Seluruh Ahli Gizi di RSUD Budhi Asih yang telah membantu dan
mendukung dalam kegiatan penyuluhan
4. Teman-teman selama Praktek Kerja Lapangan di RSUD Budhi Asih yang
telah membantu dalam kegiatan penyuluhan.

Penulis menyadari laporan kegiatan penyuluhan ini jauh dari kesempurnaan.


Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dan bermanfaat bagi kesempurnaan laporan ini.

Jakarta, Juli 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................................... 2
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................................................ 2
D. Manfaat ..................................................................................................... 3
Form 1 : POA ................................................................................................... 4
HIPOPOC TABLE ........................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................. 8
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 8
A. Definisi ..................................................................................................... 8
B. Faktor Risiko............................................................................................. 9
C. Patofisiologi ............................................................................................ 14
D. Tanda dan Gejala .................................................................................... 18
E. Gejala khas yang sering timbul : .............................................................. 18
F. Komplikasi Diabetes ............................................................................... 19
G. Komplikasi Diabetes Melitus Kronis .......................................................... 21
H. Penatalaksanaan Diet ............................................................................... 23
BAB III.............................................................................................................. 28
METODOLOGI PENYULUHAN ..................................................................... 28
A. Tanggal dan Waktu ................................................................................. 28
B. Judul ....................................................................................................... 28
C. Pelaksana ................................................................................................ 28
D. Sasaran .................................................................................................... 29

ii
E. Tujuan ..................................................................................................... 29
F. Media ...................................................................................................... 29
G. Target Capaian ........................................................................................ 29
BAB IV ............................................................................................................. 30
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 30
A. Keadaan Penyuluhan ............................................................................... 30
B. Pertanyaan dan Output Penyuluhan ......................................................... 30
BAB V............................................................................................................... 36
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 36
A. Kesimpulan ............................................................................................. 36
B. Saran ....................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 37
LAMPIRAN ............................................................................................................39

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang
disertai berbagai kelainan metabolik yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Dari
National Diabetes Data Group Classification and Diagnosis of Diabetes
mellitus Other Catagories of Glukosa Intolerance terdapat dua tipe
Diabetes Melitus. Tipe yang tergantung insulin disebut DMTI
sedangkan tipe yang tidak tergantung insulin disebut DMTTI.
(M.clevo Rendy dan Maegareth TH,2012).
Survey yang dilakukan International Diabetes Federation (IDF) di
dunia terdapat 382 juta orang yang hidup dengan Diabetes Melitus tahun
2013. Jumlah tersebut akan meningkat menjadi 592 juta orang pada tahun
2035 (Infodatin, 2014). Di Indonesia kini sudah menduduki rangking ke
empat jumlah penderita penyakit Diabetes Melitus setelah Amerika
Serikat, China dan India. Penderita yang terkena banyak yang masih
berusia produktif. Jumlah penduduk yang penyandang Diabetes Melitus
15 tahun sekitar 6,9% atau sebesar 12.191.564 juta orang
(pdpersi,2011;Infodatin,2014).
Pelayanan gizi adalah salah satu pelayanan rumah sakit yang
memiliki peranan sederajat dengan pelayanan kesehatan lain di rumah
sakit dalam usaha penyembuhan pasien. Pengaturan makan dan diit untuk
penyembuhan penyakit bukanlah merupakan upaya perawatan dan
pengobatan untuk penyembuhan penyakit yang diderita oleh orang sakit.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wijayanti T (2013),
menyatakan bahhwa pengetahuan dan motivasi merupakan salah satu
faktor keberhasilan yang mempengaruhi proses asuhan gizi.

1
Melalui pemaparan di atas, mahasiswa turut mengadakan
penyuluhan sebagai fasilitas untuk menambah pengetahuan dan motivasi
pasien terkait penyakit. Media edukasi leaflet adalah media yang banyak
dijumpai diberbagai tempat, berbentuk selembaran kertas dan terdiri dari
dua halaman depan dan belakang dengan posisi landscape dan dibagikan
di tempat tertentu yang dapat dengan bebas bisa di ambil dan disimpan.
Media presentasi memunculkan poin-poin penting yang disampaikan oleh
penyuluh agar masa lebih paham dan mengingat ke urgensian dari hal
yang disampaikan. Pemilihan kedua media tersebut ditujukan agar
informasi yang disampaikan dapat dengan mudah diterima dan dengan
leaflet yang menarik, diharapkan pasien membaca kembali informasi pada
leaflet.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan motivasi pasien dan keluarga pasien
tentang penatalaksanaan diet diabetes melitus.
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat memahami materi penyuluhan.
b. Pasien dapat memberikan respon yang baik terhadap penyuluhan
yang dilaksanakan.
c. Pasien dapat memahami diet diabetes melitus melalui bahan
makanan dan gaya hidup yang tepat pada kehidupan sehari-hari

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Penyuluhan dilaksanakan pada pukul 10.00-12.00 WIB tanggal
Selasa, 28 Juni 2022. Penyuluhan dilaksanakan di lantai 1 gedung B
Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih.

2
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah gambaran proses penyuluhan, keadaaan poli rawat
jalan di rumah sakit, dan wawasan terkait penyakit Diabetes Mellitus.
2. Bagi Pasien
Dapat menambah Pengetahuan mengenai penyakit Diabetes Mellitus
dan diet yang tepat untuk penyakit Diabetes Mellitus.
3. Bagi Rumah Sakit
Dapat memberikan fasilitator penyuluh untuk pasien penyakit Diabetes
Mellitus di poli gizi RSUD Budhi Asih.

3
Form 1 : POA
POA INTERVENSI PANGAN – GIZI – KESEHATAN
INTERVENSI/PROYEK/PROGRAM : Sensitif / Spesifik
Nama Kegiatan : Penyuluhan Gizi
Penanggung Jawab : Adinda Dian Permata Dewi
Pembimbing : Dede Apriyana Nugraha S.Gz

4
5
HIPOPOC TABLE
PROGRAM : PENATALAKSANAAN DIET DIABETES MELITUS
Nama Proses
Input Output Outcome
Kegiatan Persiapan Pelaksanaan Monev
Penatalaksanaan 1. Alat bantu 1. Mempersia 1. Mengisi 1. Jumlah 1. Meningkatk 1. Mengaplik
Diet Diabetes penyuluhan: pkan absensi peserta an asikan
Melitus Proyektor, LCD, tempat, 2. Perkenalan yang hadir. pengetahua referensi
meja, bangku, waktu dan 3. Pembukaan 2. Jumlah n pasien asupan,
leatflet, kertas, peralatan oleh ahli gizi peserta dan dan
pulpen, speaker, yang Rumah Sakit yang aktif. keluarga aktivitas
mic. dibutuhkan Budi Asih. 3. Pertanyaan tentang fisik dalam
untuk 4. Penyampaian beserta diabetes kehidupan
2. Tempat: di penyuluha materi. jawaban. melitus sehari-hari.
lobby Gedung n. 5. Pemberian 2. Meningkatk 2. Penerapan
Baru RSUD 2. Menyusun snack. an diet
Budhi Asih materi 6. Sesi tanya pengetahua diabetes
depan farmasi. yang akan jawab. n pasien mellitus
disampaik 7. Penutup. dan dalam
3. Waktu: Selasa an. keluarga kehidupan
28 April 2022 3. Mempersia pasien sehari-hari.
pukul 08.30 – pkan mengenai
selesai. absensi. tatalaksana
4. Mempersia pasien
4. Materi: pkan snack diabetes
 Diabetes untuk melitus
melitus pasien. 3. Memberika
 Penerapan 5. Mempersia n
jadwal pkan pengetahua

6
makan, tempat n kepada
jumlah untuk pasien dan
makan, jenis registrasi. keluarga
makanannya. tentang
 Bahan bahan
makanan makanan
penukar penukar
untuk untuk
diabetes pasien
 Prevalensi diabetes
diabetes di
berbagai
negara

5. Metode:
ceramah dan
tanya jawab

6. Daftar hadir

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit berbahaya yang
dikenal masyarakat Indonesia sebagai penyakit kencing manis. DM adalah
penyakit gangguan metabolisme, gangguan metabolisme yang kronis atau
terjadi dalam waktu lama karena tubuh tidak memiliki cukup hormon
insulin akibat gangguan sekresi insulin (Novianti & Iwaningsih, 2022).

Diabetes dibagi menjadi 4 jenis, yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe


2, diabetes gestasional dan tipe spesifik. Secara umum, ada dua jenis
diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Di mana pada diabetes
tipe 1, pankreas tidak cukup untuk memproduksi insulin atau tidak dapat
memproduksi insulin karena masalah genetik, virus, atau autoimun.
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada orang yang usianya lebih muda, tetapi
dapat juga terjadi pada orang dewasa. Dalam hal ini, pasien akan selalu
memerlukam penyuntikkan insulin ke dalam tubuhnya. Sedangkan diabetes
tipe II terjadi karena kombinasi dari produksi insulin yang rusak dan
resistensi insulin atau penurunan sensitivitas terhadap insulin. Sistem
pankreas masih memproduksi insulin, meskipun terkadang kadarnya lebih
tinggi dari normal. Tetapi tubuh menjadi kebal terhadap efeknya, sehingga
relatif kekurangan insulin. Diabetes tipe 1 paling sering menyerang anak-
anak dan remaja. Pada usia lebih dari 30 tahun biasanya penderita Diabetes
Melitus lebih mengarah pada diabetes tipe 2 (Faida & Santik, 2020).
B. Faktor Risiko
 Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi

1. Usia >45 Tahun


Umumnya manusia setelah berusia 40 tahun akan
mengalami penurunan perubahan fisiologi secara drastis. Diabetes
Melitus sering terjadi pada seseorang yang memasuki usia 45
tahun, terutama pada seseorang yang memiliki berat badan
berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.
Proses penuaan menyebabkan penurunan sel ß pankreas dalam
memproduksi insulin (Budhiarta dalam Fitriyani 2012).

2. Riwayat Keluarga

Diabetes sangat dipengaruhi oleh genetik karena kelainan gen


yang mengakibatkan tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin
dengan baik sehingga menyebabkan kekacauan metabolisme yang
beruju pada timbulnya DM tipe 2. Tetapi risikonya terkena diabetes
juga tergantung pada faktor kelebihan berat badan, stress, dan kurang
bergerak. Risiko seorang anak menderita DM Tipe 2 y a i t u 15%
apabila salah satu orang tuanya menderita DM. Jika kedua orang tua
memiliki DM maka risiko untuk menderita DM adalah 75%. DM
memiliki risiko 10-30% lebih besar dari pada orang yang memiliki
ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu
dalam kandungan lebih besar dari ibu. Jika saudara kandung
menderita DM maka risiko untuk menderita DM adalah 10% dan
90% jika yang menderita adalah saudara kembar identik (Diabetes
UK dalam Fitriyani 2012).

3. Jenis Kelamin

Dari segi faktor risiko, wanita lebih berisiko terkena diabetes


karena wanita memiliki peluang lebih besar untuk peningkatan
indeks massa tubuh. Menstrual cycle syndrome (PMS) dan

9
pascamenopause membuat distribusi lemak tubuh rentan menumpuk.
Selain itu pada wanita hamil, ketidakseimbangan hormon. Hormon
progesteron meningkat, yang meningkatkan sistem kerja tubuh untuk
merangsang pertumbuhan sel. Selain itu, tubuh memberi sinyal rasa
lapar dan pada puncaknya menyebabkan sistem metabolisme tubuh
tidak menerima asupan kalori secara langsung, sehingga
menggunakan semuanya sehingga terjadi peningkatan kadar gula
darah selama kehamilan (Damayanti dalam Irawan, 2010).

4. Pendidikan
Dengan pendidikan yang lebih tinggi, masyarakat diharapkan
berperilaku sehat, yaitu mencegah diri dari penyakit diabetes dan
menghindari faktor risiko diabetes. Orang dengan pendidikan tinggi
secara signifikan berhubungan dengan kejadian tidak mengalami
diabetes dibandingkan dengan orang dengan pendidikan rendah. Hal
ini karena orang yang berpendidikan tinggi lebih sadar akan faktor
risiko diabetes, sehingga bisa menjaga diri agar tidak terkena
diabetes.
5. Pekerjaan
Seseorang yang memiliki kegiatan atau pekerjaan sehari-
hari yang tinggi dengan aktivitas fisik yang kurang, jadwal makan
dan tidur tidak teratur menjadi faktor resiko dalam meningkatnya
penyakit diabetes mellitus. Kurang tidur seseorang dapat
mengganggu keseimbangan hormon yang mengatur asupan
makanan dan keseimbangan energi.

 Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi


1. Obesitas

Obesitas merupakan salah satu masalah kelebihan gizi yang


penting,. Kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18
tahun keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai
risiko penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja.

10
Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana
untuk memantau status gizi pada orang dewasa, terutama
yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan,
sehingga mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup
lebih panjang.

Rumus perhitungan IMT

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝐾𝑔)


𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚) 𝑥 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)

Tabel. 2.1

Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17, 0

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17, 0 – 18,5

Normal > 18,5- 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0-27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Sumber: Depkes, 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi


orang Dewasa, Jakarta.

Obesitas dapat menyebabkan resistensi insulin, yang


mencegah insulin bekerja dengan baik dan kadar gula darah
meningkat. Lemak juga meningkatkan munculnya tekanan darah
tinggi dan hiperlipidemia. Hal ini dapat menyebabkan masalah
ginjal, serangan jantung dan stroke. Orang gemuk dengan
diabetes lebih mudah terkena komplikasi. Hampir 80 persen

11
orang dewasa yang memiliki diabetes memiliki kelebihan berat
badan. Kelebihan berat badan meningkatkan kebutuhan tubuh
akan insulin. Orang dewasa yang gemuk memiliki sel lemak yang
lebih besar di tubuhnya.

Obesitas dapat membuat insulin yang beredar dalam darah


tidak efektif. Insulin yang ada tidak bisa lagi mengantarkan semua
gula darah ke dalam sel. Mungkin beberapa lubang kunci di sel
jaringan telah berubah sehingga tidak lagi sesuai dengan kunci
insulin. Kondisi ini disebut resistensi insulin. Adanya resistensi
insulin menyebabkan pankreas dirangsang untuk memproduksi
insulin lebih banyak dengan tujuan menurunkan kadar gula darah.
Akibatnya, kadar insulin dalam darah menjadi terlalu tinggi.
Kondisi ini, yang disebut hiperinsulinemia, berbahaya.
Hiperinsulinemia ditunjukkan dengan mengukur kadar insulin
darah puasa lebih dari 30 mU/ml atau lebih dari 20 mU/ml.
Keadaan hiperinsulinemia dapat menyebabkan diabetes,
gangguan kadar lipid darah (dislipidemia), atau tekanan darah
tinggi (hipertensi), tergantung pada genetik pasien. Semua
penyakit yang muncul ini akhirnya merusak lapisan pembuluh
darah (endotel) dengan berbagai akibat.

2. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan fisik yang dirancang


untuk meningkatkan dan melepaskan energi dan tenaga
(Kementerian Kesehatan, 2010). Aktivitas fisik berperan penting
dalam mengontrol gula darah. Ketika tubuh melakukan aktivitas
fisik, sejumlah glukosa diubah menjadi energi. Aktivitas fisik
menyebabkan peningkatan insulin, sehinggz Kadar gula darah akan
turun. Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang
masuk ke dalam tubuh tidak dibakar, melainkan disimpan di dalam
tubuh dalam bentuk lemak dan gula. Diabetes terjadi ketika insulin

12
tidak cukup untuk mengubah glukosa menjadi energi. Setelah 10
menit melakukan aktivitas fisik, gula darah akan meningkat hingga
15 kali lipat dari kebutuhan normal (Kemenkes, 2010).

3. Hipertensi

Konsumsi garam kerap mempersempit lorong arteri kecil.


Garam juga membebani kerja kelenjar penghasil hormon tertentu
yang dapat mempersempit arteri, menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Ketika dinding pembuluh membengkak, hanya
tersisa sedikit ruang bagi darah untuk melaluinya. Darah
memaksa untuk masuk kedalam arteri yang membengkak itu,
mengawali dan menyebabkan hipertensi (Nachum, dalam
Hormarita, 2018).

4. Displemedia

Asupan lemak jenuh yang tinggi dapat menyebabkan


resistensi insulin dan dislipidemia. Lemak jenuh dapat
menyebabkan resistensi insulin karena perubahan komposisi
fosfolipid membran sel, perubahan sinyal insulin yang
menghambat sintesis glikogen, atau mekanisme lainnya. Orang
dengan berlebihan lemak terutama pada perut, lebih mungkin
terkenan diabetes yang tergantung pada insulin. Ini karena lemak
di organ perut sepertinya lebih mudah diolah menjadi energi.
Ketika lemak diproses untuk energi, kadar asam lemak dalam
darah meningkatkan resistensi insulin melalui efeknya pada hati
dan otot tubuh

5. Pola Hidup Tidak Sehat

A. Merokok

Asap rokok dapat meningkatkan kadar gula darah. Efek


merokok (nikotin) dapat merangsang kelenjar adrenal dan
meningkatkan kadar glukosa (Latu dalam Fitriyani 2012).

13
B. Minum Alkohol

Alkohol mengandung banyak karbohidrat dan


kalori. Apabila mengkonsumsi alkohol pengaturan
glukosa menjadi lebih sulit ketika minum alkohol.
Alkohol menghambat hati melepaskan glukosa ke dalam
darah menyebabkan kadar glukosa turun. Bila seseorang
mengkonsumsi obat diabetes atau melakukan suntik
insulin, hipoglikemia bisa timbul bila seseorang
peminum alkohol.

C. Patofisiologi
Etiologi dari penyakit diabetes yaitu gabungan antara faktor genetik
dan faktor lingkungan. Etiologi lain dari diabetes yaitu sekresi atau kerja
insulin, abnormalitas metabolik yang menganggu sekresi insulin,
abnormalitas mitokondria, dan sekelompok kondisi lain yang menganggu
toleransi glukosa. Diabetes mellitus dapat muncul akibat penyakit eksokrin
pankreas ketika terjadi kerusakan pada mayoritas islet dari pankreas.

Hormon yang bekerja sebagai antagonis insulin juga dapat


menyebabkan diabetes (Putra, 2015).Resistensi insulin pada otot adalah
kelainan yang paling awal terdeteksi dari diabetes tipe 1 (Taylor, 2013).

Adapun penyebab dari resistensi insulin yaitu: obesitas/kelebihan


berat badan, glukortikoid berlebih (sindrom cushing atau terapi steroid),
hormon pertumbuhan berlebih (akromegali), kehamilan, diabetes
gestasional, penyakit ovarium polikistik, lipodistrofi (didapat atau genetik,
terkait dengan akumulasi lipid di hati), autoantibodi pada reseptor insulin,
mutasi reseptor insulin, mutasi reseptor aktivator proliferator peroksisom
(PPAR γ), mutasi yang menyebabkan obesitas genetik (misalnya: mutasi
reseptor melanokortin), dan hemochromatosis (penyakit keturunan yang
menyebabkan akumulasi besi jaringan) (Ozougwu et al., 2013).Pada

14
diabetes tipe I, sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun,
sehingga insulin tidak dapat diproduksi.

Hiperglikemia puasa terjadi karena produksi glukosa yang tidak


dapat diukur oleh hati. Meskipun glukosa dalam makanan tetap berada di
dalam darah dan menyebabkan hiperglikemia postprandial (setelah makan),
glukosa tidak dapat disimpan di hati. Jika konsentrasi glukosa dalam darah
cukup tinggi, ginjal tidak akan dapat menyerap kembali semua glukosa
yang telah disaring. Oleh karena itu ginjal tidak dapat menyerap semua
glukosa yang disaring. Akibatnya, muncul dalam urine(kencing manis).
Saat glukosa berlebih diekskresikan dalam urine, limbah ini akan disertai
dengan ekskreta dan elektrolit yang berlebihan. Kondisi ini disebut diuresis
osmotik. Kehilangan cairan yang berlebihan dapat menyebabkan
peningkatan buang air kecil (poliuria) dan haus (polidipsia).Kekurangan
insulin juga dapat mengganggu metabolisme protein dan lemak, yang
menyebabkan penurunan berat badan. Jika terjadi kekurangan insulin,
kelebihan protein dalam darah yang bersirkulasi tidak akan disimpan di
jaringan.

Dengan tidak adanya insulin, semua aspek metabolisme lemak akan


meningkat pesat. Biasanya hal ini terjadi di antara waktu makan, saat
sekresi insulin minimal, namun saat sekresi insulin mendekati, metabolisme
lemak pada DM akan meningkat secara signifikan. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah pembentukan glukosa dalam darah,
diperlukan peningkatan jumlah insulin yang disekresikan oleh sel beta
pankreas. Pada penderita gangguan toleransi glukosa, kondisi ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan tetap pada
level normal atau sedikit meningkat. Namun, jika sel beta tidak dapat
memenuhi permintaan insulin yang meningkat, maka kadar glukosa akan
meningkat dan diabetes tipe II akan berkembang.

15
A. Diabetes tipe 1
DM Tipe 1 diyakini dimulai dengan paparan pemicu lingkungan
secara genetik individu rentan. Ada hubungan antara genetik yang saat
ini diketahui untuk autoimunitas dan pengembangan DM tipe 1. Faktor
risiko genetik dan lingkungan berdampak pada peradangan, autoimunitas,
dan stres metabolik. Keadaan ini mempengaruhi jumlah dan fungsi sel β
sehingga kadar insulin pada akhirnya tidak dapat merespons secara baik
terhadap permintaan insulin. Kerusakan dan disfungsi sel β yang
menyebabkan hiperglikemia dan masuk dalam kategori diabetes. Dalam
beberapa kasus, faktor risiko genetik dan lingkungan serta interaksi gen
dan lingkungan dapat secara langsung memengaruhi massa dan fungsi sel
β. Kadar glukosa darah yang tinggi kronis berhubungan dengan
komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskular yang meningkatkan
morbiditas dan mortalitas pada penderita diabetes (Skyler, et al, 2017).
Individu yang rentan secara genetik harus terkena pemicu yang
memulai proses autoimun dan penghancuran pankreas sel β. Proses
autoimun dimediasi oleh makrofag dan limfosit T dengan beredarnya
autoantibodi ke berbagai antigen sel β tunggal. Antibodi yang terdeteksi

16
terkait dengan DM tipe 1 adalah autoantibodi sel islet (ICAs). Antibodi
lain dapat dibentuk untuk insulin, asam glutamat decarboxylase 65
(GAD65), antigen-2 terkait insulinoma (IA-2), dan pengangkut seng 8
(ZnT8). Antibodi ini umumnya dianggap sebagai penanda penyakit
mediator sel β. Penanda ini digunakan untuk mengidentifikasi risiko DM
tipe 1 dan merupakan tes penyaringan untuk memulai strategi
pencegahan penyakit. Gangguan autoimun lainnya seperti hashimoto
tiroiditis, penyakit graves, penyakit addison, vitiligo, dan celiac sprue
lebih umum pada pasien dengan tipe 1 DM (Dipiro et al, 2020).
B. Diabetes Melitus Tipe 2
Pada diabetes tipe 2 terdapat dua penyebab yaitu gangguan sekresi insulin
melalui disfungsi sel β pankreas dan gangguan kerja insulin melalui
resistensi insulin. Resistensi terhadap insulin mendominasi, sehingga massa
sel β mengalami transformasi yang mampu meningkatkan jumlah insulin
dan mengkompensasi permintaan yang berlebihan dan anomali. Secara
absolut, konsentrasi insulin plasma (baik puasa dan stimulasi makan)
biasanya meningkat, meskipun “relatif” terhadap beratnya resistensi
insulin, konsentrasi insulin plasma tidak cukup untuk mempertahankan
homeostasis glukosa normal. Resistensi insulin dan hiperinsulinemia
menyebabkan gangguan toleransi glukosa terhadap kerja insulin akan
mengakibatkan gangguan pengambilan glukosa yang dimediasi insulin di
perifer (oleh otot dan lemak), pertahanan yang tidak lengkap dari output
glukosa hati, dan gangguan serapan trigliserida oleh lemak. Untuk
mengatasi resistensi insulin, sel pulau kecil akan meningkatkan jumlah
insulin yang disekresikan. Produksi glukosa endogen dipercepat pada
pasien diabetes tipe 2 atau glukosa puasa yang terganggu. Karena
peningkatan ini terjadi dengan adanya hiperinsulinemia, setidaknya pada
tahap penyakit awal dan menengah, resistensi insulin hati adalah pendorong
hiperglikemia diabetes tipe 2 (Baynest, 2015).
Diabetes melitus tipe 2 terjadi akibat hasil dari disfungsi sel β
ditambah dengan beberapa tingkat insulin resistensi. Pankreas pada orang

17
dengan fungsi normal sel β mampu menyesuaikan sekresi insulin untuk
mempertahankan kadar glukosa plasma normal. Innondiabetik, individu
obesitas, insulin meningkat secara proporsional dengan tingkat keparahan
resistensi insulin dan glukosa plasma tetap normal. Sel β tidak dapat
mempertahankan cukup sekresi insulin dan secara paradoks, melepaskan
lebih sedikit insulin sebagai kadar glukosa meningkatkan. Pada pasien
dengan diabetes melitus tipe 2, penurunan sekresi insulin postprandial
adalah hasil dari kedua gangguan pankreas sel β dan berkurangnya
stimulus dari hormon usus (Dipiro et al, 2020).

D. Tanda dan Gejala


A. Tanda-tanda Diabetes Melitus :
1. Cepat haus
2. Sering buang air kecil
3. Cepat lelah
4. Berat badan menurun meskipun nafsu makan tetap tinggi
5. Mata kabur (terjadi dalam kondisi yang lebih parah)

E. Gejala khas yang sering timbul :


1. Trias poli yaitu :
A. Poliuria, yaitu banyaknya kencing akibat hiperglikemia atau
buang air kecil lebih sering dari biasanya terutama pada malam
hari, dikarenakan kadar gula darah melebihi ambang ginjal
(>180mg/dL), sehingga gula akan dikeluarkan melalui urine.
B. Polidipsia, yaitu banyak minum. Keluhan ini merupakan reaksi
tubuh akan adanya poliuria yang menyebabkan kekurangan
cadangan air tubuh.
C. Polifagi, yaitu nafus makan bertambah dan kurang tenaga,
karena pemasukan gula ke dalam sel-sel tubuh kurang dan
energy yang dibentuk menjadi kurang.

18
2. Lemas, akibat karbohidrat yang keluarnya bersama urine maka tubuh
kekurangan kalori.
3. Berat badan menurun, karena gula yang ada pada darah tidak dapat
dioksidasi maka terpaksa menghasilkan tenaga sehingga tubuh
kehilangan lemak yang mengakibatkan penderita menjadi kurus.
4. Polineuritis, yaitu rasa gatal-gatal di seluruh tubuh.
5. Hyperglikemia, yaitu kadar gula tubuh yang meningkat karena tubuh
kekurangan insulin, sehingga glukosa dapat dirubah menjadi
glikogen.

F. Komplikasi Diabetes
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang
komplikasinya dapat berdampak serius terhadap kualitas hidup
seseorang. Komplikasi diakibatkan karena beberapa faktor yaitu
genetik, lingkungan, gaya hidup dan faktor yang mengakibatkan
terlambatnya pengelolaan diabetes melitus seperti tidak terdiagnosanya
diabetes melitus, walaupun sudah yang terdiagnosa tetapi tidak
menjalani pengobatan secara teratur Komplikasi Diabetes berkembang
secara bertahap.
Ketika terlalu banyak gula menetap dalam aliran darah untuk waktu
yang lama, hal itu dapat mempengaruhi pembuluh darah, saraf,
mata, ginjal dan sistem kardiovaskular. Komplikasi termasuk serangan
jantung dan stroke, infeksi kaki yang berat (menyebabkan gangren, dapat
mengakibatkan amputasi), gagal ginjal stadium akhir dan disfungsi
seksual. Komplikasi diabetes melitus terbagi menjadi 2 jenis, yaitu jangka
pendek (akut) dan jangka panjang (kronis).

A. Komplikasi diabetes melitus akut disebabkan oleh 2 hal, yaitu


tingkatan kadar gula darah (meningkat dan menurun) drastis untuk itu
memerlukan penanganan medis segera. Komplikasi diabetes melitus akut
terbagi menjadi 3 macam, yaitu :

19
1. Hipoglikemia
Hipoglikemia yaitu keadaan gula darah berada dibawah
kadar normal dan komplikasi yang paling umum terjadi pada
pengidap diabetes. Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan gula
darah rendah :
a. Aktivitas fisik berlebihan,
b. Penggunaan dosis yang tidak tepat untuk insulin/obat anti
diabetes atau
c. Tidak cukup makan atau makan terlambat.
d. Keadaan tersebut sifatnya ringan dan dapat ditangani
dengan cepat dengan memberikan makan atau minum sesuatu
berkadar gula tinggi seperti teh manis atau jus buah manis.

2. Ketosiadosis diabetik (KAD)


Ketoasidosis diabetik merupakan kondisi ketika kadar keton
dalam tubuh penderita diabetes tipe 1. Salah satu tanda khas saat
seorang penderita diabetes mengalami kondisi ini adalah
munculnya bau mulut yang beraroma buah. Individu dengan
riwayat diabetes mellitus mengalami kekurangan insulin atau
kerja insulin tidak normal (resistensi insulin). Hal ini
menyebabkan penumpukkan glukosa dalam darah dan tidak
dapat digunakan, sementara sel-sel tubuh tetap membutuhkan
bahan makanan sebagai energi. Untuk itu biasanya sel-sel tubuh
mengolah lemak menjadi energi yang salah satu zat sisa hasil
pengolahan lemak adalah keton.

3. Hyperosmolar hyperglycemic state (HHS)


Hyperosmolar Hyperglycaemic State (HHS) adalah
komplikasi akut pada diabetes melitus. Perubahan istilah HHS
menjadi HONK (koma hiperosmolar non ketotik) terjadi karena
hiperglikemik hiperosmolar memungkinkan fakta bahwa

20
beberapa penderita mungkin sangat sakit tetapi tidak koma dan
bisa terjadi ketotik ringan dan asidosis. HHS sering dipersulit
oleh infeksi, komplikasi vaskular, kejang, edema serebral, dan
mielinolisis pontine sentral (CPM). HHS merupakan suatu
kedaruratan metabolik yang serius namun masih jarang ditemui.
HHS dimulai dengan adanya diuresis glukosuria.
Glukosuria menyebabkan gagalnya ginjal dalam
mengkonsentrasikan urin. Keadaan ini semakin diperberat
dengan derajat kehilangan cairan. Pada keadaan normal, ginjal
berfungsi mengeliminasi glukosa di batas ambang tertentu.
Namun demikian, penurunan volume intravaskular atau pada
penyakit ginjal yang telah ada akan menurunkan laju filtrasi
gromerulus semakin menyebabkan kadar glukosa meningkat.
Hilangnya air yang lebih banyak dibanding natrium
menyebabkan keadaan hiperosmolar. Insulin yang ada tidak
cukup untuk menurunkan kadar glukosa darah, terlebih jika
terdapat resistensi insulin. Penderita HHS jarang mengalami
ketoasidosis. Faktor yang diduga ikut berpengaruh antara lain
adalah keterbatasan ketogenosis karena keadaan hiperosmolar,
kadar asam lemak bebas yang rendah untuk ketogenosis.

G. Komplikasi Diabetes Melitus Kronis


Komplikasi jangka panjang terjadi ketika kondisi diabetes
tidak ditangani dengan baik. Tingginya kadar gula darah yang
tidak terkontrol dari waktu ke waktu akan meningkatkan risiko
komplikasi. Beberapa komplikasi jangka panjang pada penyakit
diabetes melitus adalah :

1. Gangguan pada mata (retinopati diabetik)


Retinopati diabetik sebagai salah satu bentuk komplikasi
diabetes melitus, dimana terdapat kadar gula tinggi yang
akhirnya dapat mengakibatkan kerusakan pada pembuluh

21
darah retina mata, terutama di jaringan-jaringan yang sensitif
terhadap cahaya. Kondisi ini dapat diderita oleh diabetes tipe
1 maupun 2, terutama ketika gula darah yang tidak terkontrol
dan telah menderita diabetes dalam jangka waktu yang lama.
Awalnya, retinopati diabetik seringkali hanya menunjukkan
gejala ringan, atau bahkan tidak menimbulkan gejala sama
sekali. Namun apabila tidak ditangani, retinopati diabetik
dapat menyebabkan kebutaan pada penderitanya.

2. Penyakit kardiovaskular (Penyakit dan pembuluh darah)


Penderita penyakit diabetes mellitus dapat meningkatkan
risiko terjadinya penyakit kardiovaskular yang antara lain
stroke, serangan jantung, dan penyempitan pembuluh darah.
Tingginya kadar glukosa dalam darah akan membuat
pengerasan pembuluh darah arteri lebih cepat dan akhirnya
menghambat sirkulasi darah.

3. Nefropati Diabetik (gangguan ginjal)


Nefropati diabetik adalah penyakit ginjal yang disebabkan
oleh diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2 yang dapat
memengaruhi kemampuan kerja ginjal dalam mengeluarkan
cairan berlebih dan racun dari dalam tubuh. Seiring waktu,
kondisi tersebut akan merusak sistem penyaring di dalam
ginjal, menimbulkan gangguan ginjal, hingga menyebabkan
gagal ginjal.

Nefropati diabetik terjadi ketika diabetes menyebabkan


kerusakan pada nefron, yaitu bagian ginjal yang berfungsi
menyaring racun dan membuang kelebihan cairan dari dalam
tubuh. Kondisi ini membuat fungsi nefron terganggu
sehingga protein yang disebut albumin terbuang ke dalam
urine. Di samping itu, kerusakan pada nefron juga

22
menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang makin
merusak ginjal.

4. Neuropati Diabetik (gangguan saraf yang dapat


menyebabkan luka dan amputasi)
Gangguan saraf akibat penyakit diabetes yang ditandai dengan
kesemutan, nyeri, atau mati rasa, neuropati diabetik lebih
sering menyerang saraf di kaki. Kadar gula darah tinggi bisa
menyebabkan saraf di seluruh tubuh mengalami kerusakan
dalam jangka panjang. Kerusakan saraf juga dapat terjadi di
sistem pencernaan, saluran kemih, pembuluh darah, dan
jantung.

Neuropati diabetik terjadi pada penderita diabetes ketika


kadar gula darah tinggi melemahkan dinding pembuluh darah
yang memberi asupan oksigen dan nutrisi untuk sel saraf.
Akibatnya, terjadi kerusakan dan gangguan pada fungsi saraf.
Kerusakan saraf tersebut dapat dipercepat atau diperburuk
oleh kombinasi beberapa faktor, antara lain :

a. Penyakit autoimun
b. Kebiasaan merokok
c. Konsumsi minuman berakohol

H. Penatalaksanaan Diet
Diabetes Mellitus Tipe 1 dan 2 memerlukan penatalaksanaan yang
komprehensif sehingga tidak memberikan komplikasi berbahaya pada
penderitanya. Untuk hasil yang maksimal, terdapat 5 langkah penting yang
harus diperhatikan oleh penderita diabetes mellitus tipe 1 dan 2. Langkah
ini adalah pengelolaan non-farmakologis, yaitu edukasi, perencanaan
makan, kegiatan jasmani atau olahraga. Setelah itu baru penggunaan obat
diabetes dan PGDM (Pemeriksaan Gula Darah Mandiri) agar kita

23
mengetahui faktor-faktor risiko yang ada seperti faktor genetik,
merokok,alkoholik dan penentuan IMT (Indeks Massa Tubuh).

Tujuan Pengelolaan Diabetes Mellitus

 Pengelolaan diabetes mellitus jangka pendek adalah menghilangkan


keluhan / gejala diabetes mellitus, mempertahankan rasa nyaman dan tetap
sehat, untuk meningkatkan kualitas hidup yang baik.
 Sedangkan untuk jangka panjang adalah mencegah penyulit
(makroangiopati, mikroangiopati serta neuropati).
 Hingga Tujuan akhirnya adalah menurunkan morbiditas (tingkat
kesakitan) dan mortalitas ( tingkat kematian) dari diabetes mellitus.

Berbagai usaha dilakukan untuk mencapai tujuan pengelolaan ini,


yaitu dengan memperbaiki gangguan metabolik pada pasien diabetes
mellitus, seperti tekanan darah dan berat badan , kadar glukosa darah,
lemak dan kelainan lain yang turut berpengaruh pada pecapaian tujuan
jangka panjang di atas. Cara-cara memperbaiki kelainan ini harus
tercermin pada langkah pengelolaan yang memerlukan kerjasama antara
pasien dan tenaga kesehatan.

Pembahasan Pilar Utama Untuk Penanganan Yang Efektif

1. Edukasi

Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai


pengetahuan serta keterampilan diabetisi yang bertujuan menunjang
perubahan perilaku. Dengan edukasi diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman pasien akan penyakit diabetes yang dideritanya, seperti
bagaimana mengelola penyakit dan komplikasi yang dapat terjadi bila
pasien tidak mengelola penyakitnya dengan baik. Edukasi diperlukan
untuk mencapai keadaan sehat yang optimal, serta penyesuaian keadaan
psikologis dan kualitas hidup yang lebih baik sehingga menurunkan angka
kesakitan dan kematian. Edukasi dapat dilakukan saat konsultasi dengan

24
dokter, tim diabetes ( edukator, ahli gizi), bisa juga dilakukan per individu
maupun kelompok seperti mengikuti seminar awam.

Edukasi yang diberikan adalah pemahaman tentang perjalanan


penyakit, pentingnya pengendalian penyakit, komplikasi yang timbul dan
resikonya, pentingnya intervensi obat dan pemantauan glukosa darah, cara
mengatasi hipoglikemia, perlunya latihan fisik yang teratur, dan cara
mempergunakan fasilitas kesehatan. Mendidik pasien bertujuan agar
pasien dapat mengontrol gula darah, mengurangi komplikasi dan
meningkatkan kemampuan merawat diri sendiri.

2. Perencanaan Makanan
Tujuan umum dari terapi gizi adalah membantu pasien diabetes
memperbaiki kebiasaan gizinya dan ditujukan pada pengendalian gula
darah, lemak serta hipertensi. Perencanaan makanan sebaiknya
mengandung zat gizi yang cukup, artinya pengaturan porsi makan yang
cukup sepanjang hari. Ingat selalu 3J : Jumlah , Jenis , Jadwal.
Perencanaan makan yang baik merupakan bagian penting dari
penatalaksanaan diabetes secara total. Diet seimbang akan mengurangi
beban kerja insulin dengan meniadakan pekerjaan insulin mengubah gula
menjadi glikogen. Keberhasilan terapi ini melibatkan dokter, perawat, ahli
gizi, pasien itu sendiri dan keluarganya.

3. Kegiatan Jasmani
Manfaat kegiatan jasmani (olahraga) pada pasien diabetes adalah
pengaturan kadar gula darah, menurunkan berat badan dan lemak tubuh
serta menjaga kebugaran. Pada saat berolahraga, resistensi insulin akan
berkurang dan sensitivitas insulin meningkat. Respon seperti ini hanya
terjadi saat berolahraga. Prinsip olahraga diabetes yaitu F.I.T.T :

 Frekuensi : Jumlah olahraga per minggu ( teratur 3-5 kali per


minggu)

25
 Intensitas : Ringan dan sedang (60%-70% maximal heart race
/MHR ). Cara menghitung (MHR): 220- umur.
 Waktu : 30-60 menit
 Jenis : Aerobik ( jalan,jogging, berenang, bersepeda)

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4


kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki
ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan
jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat
badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan
jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai,
jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan
umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat,
intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah
mendapat komplikasi diabetes militus dapat dikurangi.

4. Pengelolaan Farmakologis
Pemilihan obat diabetes mellitus bersifat individual, artinya
disesuaikan dengan kondisi metabolik pasien. Itu sebabnya, harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter perihal obat yang tepat,
entah itu obat oral atau kombinasi obat oral dari cara kerja obat yang
berbeda yang bisa juga kombinasi dengan insulin. Terapi farmakologi
diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya
hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk
suntikan. Obat hipoglikemik oral, Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi
menjadi 5 golongan: Pemicu sekresi insulin sulfonylurea dan glinid.
Peningkat sensitivitas terhadap insulin metformin dan tiazolidindion.
Penghambat glukoneogenesis. Penghambat absorpsi glukosa : penghambat
glukosidase alfa.DPP-IV inhibitor.

26
5. G.D.M (Pemeriksaan Gula Darah Mandiri)
PGDM bertujuan untuk menjaga kestabilan kadar gula darah,
panduan dalam penggunaan obat-obatan maupun pola hidup dan pola
makan penderita diabetes. Sebaiknya pemeriksaan tersebut dicatat/direkam
dalam buku harian penderita diabetes.

27
BAB III

METODOLOGI PENYULUHAN

A. Tanggal dan Waktu


Penyuluhan gizi ini dilaksanakan pada :
Hari, tanggal : Selasa, 28 Juni 2022
Waktu : 10.00 - 11.30
Tempat : Ruang tunggu obat Farmasi Lantai 1 Gedung Baru RSUD
Budhi Asih

B. Judul
Judul kegiatan penyuluhan ini adalah “Penata Laksanaan Diet Penyakit
Diabetes Melitus”

C. Pelaksana
Proses penyuluhan merupakan hasil kerjasama dari beberapa mahasiswa
dengan tugas dan jobdesk sebagai berikut :

Tugas Job Desc Nama Mahasiswa


Master of
Ceremony Memadu kegiatan acara Annisa Sekar
(MC)
Menyampaikan materi, memimpin Farah Rizka Amanda
Penyuluh
tanya jawab Evi Ryani Nur’Alif
Mencatat daftar hadir pasien, Andrea Anthony
Notulis mencatat pertanyaan pasien dan Teodora
jawaban yang diberikan Nurul Khalisah
Memastikan media penyampaian Adinda Dian Permata
Operator 1
PPT tidak ada kendala Dewi
Membantu operator 1 dan
Operator 2 Riska Amalia
menyebarkan media flyer
Mendokumentasikan selama
Dokumentasi Sekar Lady Arvilla
kegiatan penyuluhan berlangsung

28
D. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah pasien rawat jalan yang sedang mendaftar dan
menunggu obat di RSUD Budhi Asih dan pendamping atau keluarga
pasien.

E. Tujuan
Penyuluhan ini merupakan rangkaian kegiatan Praktik Kerja
Lapangan pada Manajemen Asuhan Gizi Klinik yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan pasien rawat jalan dan memberikan mahasiswa
berupa gambaran mengenai proses penyuluhan di rumah sakit.

F. Media
Media yang digunakan pada penyuluhan ini adalah power point
dan leaflet.

G. Target Capaian
Setelah penyuluhan dilaksanakan diharapkan pasien dan
keluarga/pendamping pasien bertambah wawasannya mengenai penyakit
Diabetes Melitus yang diderita, menambah pengetahuan mengenai tata
laksana diet Diabetes Melitus dan memberikan motivasi untuk
menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

29
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan depan di ruang tunggu obat farmasi Gedung
baru RSUD Budhi Asih pada hari selasa 28 juni 2022 pukul 10.00 WIB
samapai selesai. Kegiatan di buka oleh ahli gizi RSUD Budhi Asih yaitu
Dede Apriyana Nugraha, S. Gz , kemudian di lanjutkan dengan sesi
penyampaian materi yang di bawakan oleh Farah Rizka Amanda, Evi
Ryani Nur’alif dengan media power point dan leaflet yang di bagikan
kepada seluruh pasien yang hadir dengan jumlah yang hadir sebanyak 49
orang.
Materi yang di sampaikan dengan metode ceramah dan tanya
jawab. Selama berjalanan nya acara dan penyampaian materi, pada saat
penyampaian materi terdapat ganguan ataupun kekurangan karna suara
pemateri bersahutan dengan petugas pemanggilan nama pasien sehingga
pemateri harus berhenti sejenak ketika adanya pemanggilan nama pasien
agar tidak menganggu berjalannya kegiatan rawat jalan di RSUD Budhi
Asih.
Setelah acara pemberian materi kemudian dilanjutkan dengan sesi
tanya jawab yang berlangsung dengan cukup lama dikarenakan banyaknya
pertanyaan yang diberikan oleh pasien atau pengunjung rumah sakit.
Setelah sesi tanya jawab dan kegiatan ditutup dengan adanya dokumentasi
pada saat penyuluhan.

B. Pertanyaan dan Output Penyuluhan


Output yang didapatkan dari kegiatan penyuluhan Diabetes Melitus ini
diantaranya:
a) Para pengunjung yang berada di ruang tunggu Farmasi RSUD Budhi
Asih diberikan pendidikan kesehatan (penyuluhan) mengenai pengertian
Diabetes Melitus, jenis-jenis DM, makanan atau minuman apa saja yang

30
dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi penderita DM dan juga aktivitas
fisik bagi penderita DM sesuai dengan golongan usia.
b) Dari hasil penyuluhan, para pengunjung menyimak materi yang diberikan
dengan baik dan terlihat sangat antusias pada sesi tanya jawab.
Didapatkan beberapa pertanyaan dari para pengunjung diantaranya :
1. Terkadang orang suka konsumsi mie dicampur dengan nasi, apakah
hal seperti itu boleh?
Jawaban : Makan mie pakai nasi dapat menyebabkan kelebihan
karbohidrat di dalam tubuh, kemudian meningkatkan hormon insulin
karena pada saat kita makan mie instan pakai nasi dan
karbohidratnya masuk ke dalam tubuh, makanan ini akan dicerna
menjadi gula dan meningkatkan hormon insulin yang berperan
menciptakan energi dalam tubuh yang dihasilkan dari gula, tapi jika
jumlah gula dari karbohidrat dalam tubuh terlalu banyak, hormon
insulin tidak bisa memproduksi semuanya. Sehingga sisa hormon
insulin ini memicu dan meningkatkan risiko diabetes. Makan mie
pakai nasi dianggap bisa berdampak buruk pada kesehatan.

2. Apakah tidak semua buah diperbolehkan untuk penderita DM? Buah


apa saja yang boleh?
Jawaban : Semua buah boleh dikonsumsi bagi penderita diabetes
selama tidak berlebihan dalam mengonsumsinya. Khusus untuk
pisang, dianjurkan 1 kali dalam sehari.

3. Jika mengonsumsi jus alpukat dicampur dengan susu kental manis


apa boleh?
Jawaban : Lebih baik just alpukat dikonsumsi tanpa ditambahkan
apa-apa atau diminum begitu saja karena penambahan bahan lain
justru akan membuat gizi dalam jus alpukat berkurang. Buah alpukat
sudah mengandung lemak yang cukup tinggi, tapi lemak yang
terkandung adalah lemak baik yang dibutuhkan oleh tubuh. Jika

31
ditambahkan susu, maka kita sama saja merusak lemak baik tersebut.
Tidak cuma jus alpukat saja, bahkan semua buah dianjurkan untuk
tidak dikonsumsi dengan susu. Selain susu, alpukat juga sebaiknya
tidak dicampur dengan gula karena buah itu sendiri sudah memiliki
kandungan gula alami, maka jika ditambahkan dengan gula, apalagi
dengan jumlah banyak, maka dapat meningkatkan kadar gula darah.
Hal ini tentu berdampak buruk bagi penderita DM.

4. Apakah kopi dengan gula boleh dikonsumsi? atau harus tanpa gula?
Jawaban : Konsumsi gula berlebih jelas berhubungan dengan
peningkatan risiko penyakit diabetes tipe 2 dan obesitas.
Penambahan gula atau pemanis buatan pada kopi juga dapat
mengurangi manfaat yang seharusnya bisa didapatkan. Jadi, jika
ingin mengonsumsi kopi, sebaiknya pilihlah kopi hitam tanpa
pemanis buatan. Kopi yang tersedia di kafe biasanya mengandung
banyak gula dan tinggi kalori sehingga berdampak buruk bagi
kesehatan. Kalaupun ingin mengonsumsinya dengan gula,
secukupnya saja.

5. Mengonsumsi jamu apakah boleh?


Jawaban : Boleh saja mengkonsumsi jamu atau obat herbal
semacamnya sebagai terapi alternatif, namun sebaiknya tidak
meninggalkan pola hidup sehat dan terapi medis yang dijalankan.
Ada baiknya dikonsultasikan terlebih dahulu pada dokter mengenai
hal ini, mungkin dari jumlah konsumsi per-harinya ataupun jenis apa
saja yang diperbolehkan. Selain itu, konsumsi jamu atau obat herbal
dalam dosis yang berlebihan juga dapat menurunkan fungsi beberapa
organ tubuh atau bahkan merusak organ tubuh.

32
6. Sering mendengar jenis diabetes basah dan kering, apa
perbedaannya?
Jawaban : Menurut ilmu gizi, jenis diabetes hanya dibagi menjadi
tiga, yaitu Diabetes Tipe I dimana salah satu faktornya yaitu dari
genetik atau ketuunan, kemudian Diabetes Tipe II yaitu dipengaruhi
dari pola makan dan gaya hidup sehari-hari, dan ketiga yaitu
Diabetes Gestastional yaitu diabetes yang muncul pada saat hamil.
Jadi, untuk jenis diabetes basah dan kering tidak ada.

7. Saya makan sedikit, rajin olahraga, gula darah normal, namun saya
sering kencing terus menerus lebih dari 3 kali setiap malam?
Jawaban : Seperti yang telah disampaikan dalam materi tadi, bahwa
terdapat beberapa tanda dan gejala utama seseorang kemungkinan
menderita penyakit DM yaitu salah satunya poliuria atau kencing
yang berlebihan.

8. Pola makan untuk penderita DM seperti apa?


Jawaban :
Diabetes atau kencing manis umumnya terjadi akibat
kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang salah. Oleh karena
itu, dalam menangani diabetes, sangat penting untuk menerapkan
gaya hidup sehat, di samping menggunakan obat secara teratur.
Selain olahraga, penderita diabetes juga dianjurkan
untuk berhenti merokok dan mengatur pola makan. Dalam mengatur
pola makan penderita DM perlu memperhatikan 3J, yaitu jumlah
asupan makanan, jenis makanan dan jadwal makan yang tepat
sebagai berikut:
a. Jumlah Makanan
Pada penderita DM perlu adanya pembatasan jumlah asupan
makanan. Misal pembatasan porsi nasi pada penderita DM yang

33
disesuaikan dengan kebutuhan kalori tubuh. Hal ini berguna untuk
menjaga kadar gula darah dalam tubuh tetap stabil.
b. Jenis Makanan
Penderita Diabetes Mellitus (DM) perlu mengatur jenis makanan
yang akan dikonsumsi pada setiap kali makan. Hal ini dimaksudkan
agar terdapat variasi zat gizi yang dikonsumsi, yakni dalam satu kali
makan terdiri dari nasi, lauk hewani (rendah lemak), lauk nabati dan
sayur. Yang dimaksud dengan lauk hewani rendah lemak seperti
ayam tanpa kulit, daging tanpa lemak.
Jenis karbohidrat yang lebih sesuai untuk penderita DM adalah
karbohidrat kompleks dibandingkan dengan karbohidrat sederhana.
Contoh Kabohidrat kompleks adalah nasi, mie, bihun, kentang, tetapi
jenis makanan tersebut tidak disarankan dikonsumsi secara
bersamaan. Misal nasi dengan mie, nasi dengan bihun, nasi dengan
kentang. Sedangkan makanan yang mengandung karbohidrat
sederhana seperti gula pasir, sirup, dan susu kental manis.
c. Jadwal Makan
Penderita Diabetes Mellitus (DM) disarankan tidak melewatkan jam
makan malam, karena tidur juga membutuhkan energi.
Dikhawatirkan jika melewatkan jam makan malam, maka gula darah
di pagi hari dapat mengalami penurunan. Dalam mengkonsumsi
kudapan juga perlu diperhatikan kandungan gula pada kudapan
tersebut. Misalnya seperti roti gandum, singkong rebus.

Selain 3J di atas, penderita Diabates Mellitus perlu


membatasi konsumi makanan yang mengandung lemak dan tinggi
natrium. Seperti mengurangi gorengan, ikan asin, telur asin, dan
makanan yang berpengawet (sosis, pentol, nugget). Selain itu,
konsumsi buah juga perlu dibatasi, terutama buah yang mengandung
tinggi gula. Seperti semangka, melon, dan pisang yang telah
berbintik-bintik hitam.

34
c) Berdasarkan kegiatan penyuluhan yang telah diselenggarakan di
RSUD Budhi Asih tepatnya di bagian Farmasi, kegiatan edukasi
mengenai Diabetes Melitus telah terlaksana dengan baik. Target
minimal audiens juga telah tercapai, dilihat dari banyaknya daftar list
audiens yang hadir saat itu. Pemaparan materi dilaksanakan untuk
memberikan edukasi kepada para pengunjung mengenai Diabtes
Melitus. Absensi para audiens yang hadir telah disi Leaflet DM juga
dibagikan kepada para pengunjung rumah sakit agar dapat
memahami informasi dan edukasi lebih mendalam dan dapat
mempraktikan diet DM dalam sehari-hari.

35
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pada kegiatan penyuluhan ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada Hari Selasa, 28 Juni 2022 dengan
waktu 90 Menit dimana 60 Menit untuk pemaparan materi dan 30 menit
untuk kesimpulan dan sesi tanya jawab
2. Output penyuluhan berupa keaktifan pasien rawat jalan dari segi
memperhatikan materi dan bertanya serta pasien antusias pada sesi tanya
jawab
3. Outcome dari penyuluhan ini diharapkan pasien rawat jalan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan mengenai tatalaksana diet Penyakit
Diabetes Melitus dan memotivasi pasien rawat jalan yang memiliki DM
untuk menjalankan diet yang dianjurkan

B. Saran
Melalui evaluasi yang dilakukan, terdapat beberapa saran untuk peyuluhan
yang akan datang diantaranya :
1. Sebaiknya penyuluhan lebih dipersiapkan dari segi materi dan
penyampaian.
2. Penggunaan media perlu ditambahkan seperti menampilkan video secara
singkat sebagai selingan agar pasien tidak jenuh.
3. Pertanyaan dan kesimpulan yang diberikan pasen rawat jalan sebaiknya
lebih digali agar lebih terlihat output dari penyuluhan dan untuk lebih
mengetahui apakah tujuan penyuluhan tercapai atau tidak.

36
DAFTAR PUSTAKA

Bistara, D. N., & Ainiyah, N. (2017). Hubungan pengetahuan dengan


kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus di posyandu lansia cempaka
kelurahan tembok dukuh Kecamatan Bubutan Surabaya. Journal of Health
Sciences, 11 (1), 51-57.

Faida, A. N., & Santik, Y. D. P. (2020). Kejadian Diabetes Melitus Tipe I


pada Usia 10-30 Tahun. Higeia Journal of Public Health Research and
Development, 1(4).

Fauzia, Y., Sari, E., & Artini, B. (2015). Gambaran faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan diet penderita diabetes mellitus di wilayah puskesmas
pakis Surabaya. Jurnal Keperawatan, 4(2).

Fitriyani (2012). FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 DI


PUSKESMAS KECAMATAN CITANGKIL DAN PUSKESMAS KECAMATAN
PULO MERAK, KOTA CILEGON. FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT. Universitas Indonesia : Depok.

Haryono, S., Suryati, E. S., & Maryam, R. S. (2018). Pendidikan Kesehatan


Tentang Diet Terhadap Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus. Jurnal Riset
Kesehatan, 7(2), 91-96.

Kartini, T. D., Amir, A., & Sabir, M. (2018). Kepatuhan Diet Pasien DM
berdasarkan tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga di Wilayah Puskesmas
Sudiang Raya. Media Gizi Pangan, 25(1), 55-63.

Lestari, Lestari, and Zulkarnain Zulkarnain. "Diabetes Melitus: Review


etiologi, patofisiologi, gejala, penyebab, cara pemeriksaan, cara pengobatan dan
cara pencegahan." In Prosiding Seminar Nasional Biologi, vol. 7, no. 1, pp. 237-
241. 2021.

37
Novianti, A., & Iwaningsih, S. (2022). Asuhan Gizi Klinik : Konsep dan
Kajian Kasus (T. A. Putri, L. Aprianti, S. Rasyidah, & Y. N. I. Sari (eds.); 3rd
ed.). Rajawali Pers.

Nugroho, S. "PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DIABETES MELITUS


MELALUI OLAHRAGA. MEDIKORA, 1." (2015).

Nursihhah, M., & Wijaya septian, D. (2021). Hubungan Kepatuhan Diet


Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2.
Jurnal Medika Hutama, Vol 02.

Persatuan Ahli Gizi Indonesia ASDI. (2019). Penuntun Diet dan Terapi Gizi.
Edisi Ke-4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sutanto T. (2017). Diabetes Deteksi, Pencegahan, Pengobatan.


Yogyakarta : Buku Pintar

Wardhani, A. (2021). HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN


KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS ASTAMBUL TAHUN 2020. Jurnal Ilmu Kesehatan
Insan Sehat, 9(1), 10-14.

Wijaya, N. I. S. (2021). Hubungan Pengetahuan dengan Motivasi dalam


Mencegah Terjadinya Komplikasi Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Samata. Nursing Care and Health Technology Journal (NCHAT), 1(1), 11-15.

Saputri, R. D. (2020). Komplikasi Sistemik Pada Pasien Diabetes Melitus


Tipe 2. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 9(1), 230-236.

Zamri, A. (2019). Diagnosis dan Penatalaksanaan Hyperosmolar


Hyperglycemic State (HHS). Jmj, 7(2), 151-160.

38
LAMPIRAN

Dokumentasi Kegiatan

39
41
42
43
44
45
46
47
48

You might also like