You are on page 1of 42

KEPERAWATAN PSIKIATRI

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KORBAN


TRAFFCKING, NARAPIDANA, DAN ANAK JALANAN”

Dosen Pengampu : Ns. Iqwan Sayrif, S.Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. GAZALI HI. HAERUDIN (A1C223080)


2. FAHRIA C. NURLETE (A1C223074)
3. NUR FADHILAH MUCHLIS (A1C223007)
4. DEA RINNA WIJAYA (A1C223132)
5. ROYANTI (A1C223104)
6. INDRIANI SARAS WATI (A1C223005)
7. YULIA
8. DIKA DAMAYANTI

UNIVERSITAS MEGAREZKY
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Keperawatan Psikiatri tentang “Asuhan Keperawatan pada Kasus
Traffcking, Narapidana dan Anak Jalanan”

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam


rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi


siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Makassar, 10 oktober 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................
C. Tujuan Penulisan.............................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.............................................................................................
B. Klasifikasi........................................................................................
C. Etiologi.............................................................................................
D. Manifestasi Klinis............................................................................
E. Stadium Limfoma............................................................................
F. Patologi............................................................................................
G. Komplikasi......................................................................................
H. Pencegahan….................................................................................
I. Pemeriksaan Penunjang…..............................................................
J. Penatalaksanaan…..........................................................................

BAB III ASKEP


A. Pengkajian Keperawatan…............................................................
B. Data Fokus.......................................................................................
C. Diagnosa..........................................................................................
D. Rencana Keperawatan…................................................................
E. Implementasi Dan Evaluasi............................................................
F. Mapping…......................................................................................34

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perdagangan orang (human trafficking) merupakan bentuk
perbudakan secara modern, terjadi baik dalam tingkat nasional dan
internasional. Dengan berkembangnya teknologi informasi, komunikasi dan
transformasi maka modus kejahatan perdangan manusia semakin canggih.
“Perdagangan orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary),
terorganisir (organized), dan lintas negara (transnational), sehingga dapat
dikategorikan sebagai transnational organized crime (TOC). (Capernito,
Lyda Juall. 2012)

Perdagangan manusia atau dikenal juga dengan istilah human


trafficking merupakan bentuk perbudakan modern yang mengacu pada
bentuk eksploitasi seseorang. Berdasarkan data dari Komisi Nasional
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam Ana Sabhana Azmy (2012: 39-
40), menyatakan bahwa sebagaian besar daerah di Indonesia terindikasi
sebagai daerah asal korban trafficking, baik untuk dalam maupun di luar
negeri.

Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang


kemerdekaan di LAPAS (Lembaga Permasyarakat). Narapidana bukan saja
objek melainkan subjek yang tidak berbeda dari manusia lainnya yang
sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekilafan yang dapat
dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas. Oleh karenanya, yang
harus diberantas adalah factor, factor yang dapat menyebabkan narapidana
berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hokum, kesusilaan, agama, atau
kewajiban- kewajiban sosial lain yang dapat dikarenakan pidana (Malinda,
Anggun 2016:26).

1
Seseorang yang terpaksa tinggal di lembaga pemasyarakatan karena
menjalani hukuman akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Mereka akan
mengalami kesulitan untuk menyesuaikan kehidupannya di lembaga
pemasyarakatan, tetapi mereka harus tetap mengikuti aturan- aturan yang
berlaku di lembaga pemasyarakatan. Selain itu, mereka juga harus terpisah
dari keluarganya, kehilangan barang dan jasa, kehilangan kebebasan untuk
tinggal diluar, atau kehilangan pola seksualitasnya. Hal tersebut akan
menyebabkan seseorang mendapatkan tekanan karena hidup di dalam
lembaga pemasyarakatan yang mengakibatkan mereka menjadi stres.

Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan


persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan
merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi
yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi
“masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun,
perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan
solutif. Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah
yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-kembang
menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah.

Pemerintah nampaknya harus bekerja lebih keras, mengingat dalam


UUD 1945 pasal 34 yang berbunyi “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara
oleh negara”. Artinya sesungguhnya mereka yang hidup terlantar (termasuk
anak jalanan) juga harus menjadi perhatian negara. Ironisnya pemerintah
seolah angkat tangan dalam menangani anak jalanan. Malah terkadang
pemerintah melakukan razia baik untuk gepeng (gelandangan dan pengemis)
ataupun anak jalanan. Padahal sebenarnya hal itu bukanlah solusi, karena
akar dari permasalahan anak jalanan itu sendiri adalah kemiskinan. Jadi kalau
ingin tidak ada anak jalanan ataupun gepeng pemerintah harusnya
memikirkan cara mengentaskan mereka dari kemiskinan. Mengentaskan
kemiskinan adalah hal yang sulit, alternatif lain dengan cara meningkatkan
pendidikan pada anak jalanan, karena mereka juga memiliki hak yang sama
2
dengan anak-anak lain

3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana merancanakan intervensi keperawatan yang holistik untuk anak-
anak yang menjadi korban perdagangan manusia,termasuk askep kesehatan
fisik mental,perlindungan hukum,serta reintegrasi sosial?

2. Apa strategi terbaik untuk mrngatasi masalah kesehatan fisik dan mental yang
mungkin dialami oleh anak-anak narapida,termasuk manajemen trauma dan
penyalahgunaan zat?

3. Bagaimna mengidentifikasi resiko kesehatan dan masalah kesejahteraan pada


ana jalanan,dan bagaimana mengintervensi untuk meningkatkan kualitas
hidup mereka?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Mengidentifikasi dan mengelola masalah kesehatan mental seperti
trauma,depresi,dan kecanduan,serta memberikan dukungan psikososial.
2. Tujuan khusus
Anak Trafficking
a. Mengidentifikasi tanda-tanda dan resiko eksploitasi pada anak trafficking.
b. Memberikan perlindungan dan tempat aman bagi anak tersebut,
Anak Narapidana
a. Menegelola dan merawat kondisi medis dan kesehatan mental anak
narapidana.
b. Mengidentifikasi peneyebab perilaku kriminal anak dan memberikan
dukungan rehabilitasi.
Anak Jalanan
a. Menyediakan tempat tinggal yang aman dan layanan dasar,seperti makanan
dan pakaian.
b. Membantu dalam peningkatan status kesehatan anak jalanan.
c.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. TRAFFCKING
1. DEFINISI
Traffcking merupakan perekrutan, pengiriman, pemindahan,
penampungan atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau kekerasan
atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan kebohongan
merupakan wujud dari penyalahgunaan kekuasaan yang bertujuan untuk
memperoleh keuntungan agar bisa memperoleh persetujuan dari seseorang
yang berkuasa atas orang lain dengan cara mengeksploitasi. ( pasal 3 protokol
PBB).

Fenomena human trafficking (perdagangan manusia) merupakan salah


satu masalah kontemporer yang tengah mendapat perhatian serius.
Karakteristiknya bersifat represif dengan tujuan eksploitasi manusia (individu
atau kelompok). Luasnya pengaruh dan dampak ancaman yang ditimbulkan,
membuat isu human trafficking diklasifikasikan sebagai bentuk kejahatan
luar biasa (extra ordinary crime).

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang


Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO) mendefenisikan
human traficcking sebagai tindakan perekrutan, penampungan, pengangkutan,
pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang. Modus sindikat
perdagangan manusia termanifestasi dalam beragam bentuk yaitu penculikan,
penggunaan kekerasan, penyekapan, penipuan, pemalsuan, penyalahgunaan
kekuasaan, memberi bayaran hingga penjeratan utang. Secara sederhana,
perdagangan manusia dapat dipahami sebagai suatu bentuk intimidasi
terhadap nilai dan kebebasan hak-hak dasar manusia. (Farhana 2010)

5
2. PENYEBAB
a. Kemiskinan
Masalah kemiskinan di Indonesia adalah fenomena sosial yang
sampai detik ini penanganannya dan solusinya yang secara konkrit belum
ada. Hal ini bukanlah persoalan yang baru bagi republik ini karena
persoalan kemiskinan adalah persoalan fenomena yang nampaknya menjadi
bagian dari kompleksnya berbagai persoalan di negeri ini.

Dari berbagai macam alasan dan penyebab kemiskinan yang timbul


diantaranya minimnya lapangan kerja, minimnya pengetahuan dan wawasan
masyarakat akan dunia ketenagakerjaan dan dunia usaha, juga persoalan
faktor karena banyaknya anggota keluarga yang tidak seimbang dengan
penghasilan yang didapatnya, jelas beberapa hal diatas sangat
mempengaruhi akan adanya kemiskinan. Semakin meningkatnya jumlah
pengangguran dan minimnya lapangan pekerjaan, membuat masyarakat kita
memutuskan untuk mencari sumber penghidupan di luar negeri dengan
menjadi imigran.

b. Rendahnya tingkat pendidikan


Dalam hal ini pendidikan dirasakan sangat memegang peranan
penting, disamping perlunya sebuah ijazah pendidikan yang sangat tinggi
sebagai suatu persyaratan pendidikan yang cukup membuat seseorang dapat
memperoleh wawasan yang luas dan pengetahuan yang cukup dibandingkan
dengan yang berpendidikan rendah, meskipun bukan jaminan namun
dengan modal tersebut seseorang tidak mudah ditipu atau lebih kecil
kemungkinannya untuk dapat dikelabuhi, terutama jika menyangkut soal
dokumen, karena telah mempunyai kemampuan untuk membaca dokumen
tersebut dan mempelajarinya, meskipun awam akan prosedur administrasi,
akan tetapi dapat meminimalisir adanya penipuan atau kecurangan.

6
Adanya fenomena masalah rendahnya tingkat pendidikan ini
efek negatifnya dalam hal migrasi ditandai atau dapat dilihat, dimana
didalam negeri sendiri saja banyak ijazah yang tidak laku, apabila hanya
pada tingkat lulusan pendidikan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama) atau SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) yang ijazahnya
sering tidak laku untuk dijadikan syarat suatu pekerjaan di tanah air, selain
itu rendahnya tingkat pendidikan terlebih lagi bila hanya pada lulusan
SD/sederajat, bahkan lebih parah lagi malah buta huruf karena tidak
pernah mengenyam pendidikan sama sekali, sehingga hal ini sangat rawan
dengan terjadinya penipuan, pemalsuan dokumen, dan akan lebih
memudahkan menjebak dan menjerat korban, sesuai dengan tujuan si
pelaku untuk mengeksploitasi atau bahkan memperdagangkan sesuai
keinginannya atau sesuai dengan pesanan penadah atau pihak yang
berkepentingan dengan hal tersebut (eksploitasi dan perdagangan).

c. Dipaksa dengan kekerasan


Ini lebih condongnya anarkis secara terang-terangan, beban
psikologis lebih membekas, lapisan yang lebih biadab yaitu ditampilkan
pada korban secara paksa mereka mengikuti perintah yang tidak sesuai
dengan perkembangan pada umumnya mereka, sedangkan perempuan
kebanyakan sebagai budak seks dalam gerakan pagar besi, mucikari,
germo, majikan, dan lain-lain.

d. Pengaruh Globalisasi
Pemberitaan tetang trafficking (perdagangan manusia), pada
beberapa waktu terakhir ini di Indonesia semakin marak dan menjadi isu
yang aktual, baik dalam lingkup domistik maupun yang telah bersifat lintas
batas negara. Perdagangan manusia yang paling menonjol terjadi khususnya
yang dikaitkan dengan perempuan daan kegiatan industri seksual, ini baru
mulai menjadi perhatian masyarakat melalui media massa pada beberapa
tahun terkhir ini. Kemungkinan terjadi dalam skala kecil, atau dalam suatu
kegiatan yang teroganisir dengan sangat rapi. Merupakan sebagian dari
7
alasan-alasan yang membuat berita-berita perdagangan ini belum menarik
media massa pada masa lalu. Adapun pengaruh dari akibat globalisasi
dunia, Indonesia juga tidak dapat luput dari pengaruh keterbukaan dan
kemajuan di berbagai aspek teknologi, politik, ekonomi, dan sebagainya.
Kemajuan di berbagai aspek terebut membawa perubahan pula dalam segi-
segi kehidupan sosial dan budaya yang diacu oleh berbagai kemudahan
informasi.
Dampak negatif dari perubahan dan kemudahan tersebut menjadi
konsekuensi bagi munculnya permasalahan-permasalahan sosial termasuk
pada perempuann dan anak, salah satunya adalah berkembangnya
perdagangan seks pada anak. (Kebendaan, 2017)

3. AKIBAT YANG DITIMBULKAN


Banyak akibat yang mereka alami, korban tidak hanya hanya dalam
bentuk fisik seperti luka, cacat, atau meninggal saja tetapi bagi mereka yang
terkena pelecahan seksual atau kekerasan tetapi juga dari segi psikologis. Tentu
akan ada akibat pada mental mereka yang akan berpengaruh pada kehidupan
mereka.

Akibat psikologis merupakan luka permanen bagi korban pe


rdagangan manusia dari pada akibat yang ditimbulkan dalam hal fisik. Mereka
mengalami stress, trauma bahkan depresi setelah apa yang mereka alami.
Rasa takut akan sering muncul pada diri korban perdagangan manusia. Ciri
lain yang tampak adalah korban terkadang berfikir untuk bunuh diri,
kepercayaan dan harga diri yang kurang, selalu merasa bersalah, merasa
takut, merasa ketakutan sering mimpi buruk, kehilangan harga diri.
Akibat psikologis yang terjadi pada korban trafficking, diantaranya adalah:
a. Trauma
Sebagian besar korban perdagangan manusia akan mengalami trauma dari
akibat kekerasan atau pengalamanyang tidak menyenangkan bagi mereka.
Trauma adalah : “The essence of trauma is that it overwhelms thevictim’s
8
psychological and biological coping mechanisms. This occurs when internal
and external resourcesare inadequate to cope with the external threat.”
b. Pembatasan gerak
Yaitu kontrol yang dilakukan oleh para traffickers telah melampaui batas.
c. Multiple Trauma
Mengalami beberapa atau kronis peristiwa traumatis atau kasar telah
ditemukan memiliki efek yang lebihnegatif dari trauma tunggal. Sebuah
kecemasan korban dapat diungkap, karena banyak korban yang
masihmenghadapi bahaya nyata terkait pengalaman perdagangan mereka
bahkan setelah terjadi eksploitasi.
d. Violence
Korban perdagangan pasti telah mengalami kekerasan baik sebelum dan
selama proses perdagangan.Kekerasan sebelum perdagangan terlihat pada
sebagian besar korban perdagangan untuk eksploitasi seksual.
e. Abuse
Hal ini biasanya digunakan oleh para traffickers bagi korban yang kurang
pengetahuaanya untuk dipengaruhisecara negatif agar mau melaksanakan
apa yang dia perintah.
f. Concurrent Symptoms
Setelah mengalami perdagangan sebagian besar wanita memiliki banyak
simultan masalah kesehatan fisik danmental. Di antara korban perdagangan
gejala kesehatan fisik menyebabkan mereka merasa sakit dan tidaknyaman.
Beberapa gejala kesehatan mental mengalami lebih lama.
g. Physical symptoms
Kelelahan dan penurunan berat badan, gejala neurologis, dan
gastrointestinal adalah masalah yang paling sering dilaporkan. Banyak
korban perdagangan yang hanya memiliki sedikit waktu untuk tidur karena
dipaksa untuk melakukan aktivitas terus- menerus. Kurang tidur kronis
atau berkepanjangan tidak hanya mempengaruhi kemampuan individu untuk
berkonsentrasi dan berpikir jernih, tetapi juga melemahkan system
kekebalan tubuh dan kemampuan untuk menahan rasa sakit.
9
4. TANDA DAN GEJALA TRAFFECKING
Bagi korban trafficking mereka akan mengalami keadaan psikologis
berikut :
a. Stress
b. Trauma
c. Depresi
d. Rasa takut akan sering muncul pada diri korban perdagangan manusia.
e. Korban terkadang berfikir untuk bunuh diri
f. Kepercayaan dan harga diri yang kurang
g. Selalu merasa bersalah
h. Merasa takut
i. Merasa ketakutan sering mimpi buruk
j. Kehilangan harga diri. (Farhana 2010)

5. SIFAT DASAR TRAFFECKING


a. Bersifat manipulatif atau penyalahgunaan
Penyimpangan dari rencana semula pada saat membujuk seseorang yang
akan di bekerjakan dengan baik dan pantas, tetapi pada keadaan real nya
korban malah di perlakukan sebaliknya yaitu di eksploitasi dan di
berlakukan dengan kekerasan kemudian menyalahgunakan pekerjaan yang
di janjikan misalnya pada saat pertama kali di beri informasi korban akan di
jadikan sebagai pelayan toko dan sebagainya, tetapi pada kenyataanya
korban malah di jadikan sebagai pekerja seks atau mengarah pada prostitusi.
b. Terjadi transaksi
Terjadi transaksi antara orang ketiga atau calo sebagai perantara antar
penjual kepada pihak pemakai.
c. Tidak mengerti
Korban tidak mengerti dengan penyimpangan yang akan di lakukan pelaku,
jadi pada saat korban di bawa untuk di berikan pekerjaan, korban tidak tahu
bahwa ia di jadikan korban oleh sindikat tindak pidana atau menjadi korban
10
dari sebuah tindakan pidana.
d. Migrasi
Adanya migrasi atau perpindahan melampaui batas kota dan batas provinsi
sehingga jarak tersebut di jadikan kesempatan oleh sindikat dalam
melakukan traffcking.

6. MOTIF TERJADINYA TRAFFECKING


a. Adopsi
Di negara yang telah sukses dan berhasil membangun ekonomi misalnya di
negara - negara skandinavia para kaum wanita tidak ingin kawin,
sehingga pemerintah harus mengiming-imingi masyarakat untuk memiliki
anak, tetapi penduduk negara tersebut tidak terpengaruh dengan iming-
iming dan pada akhirnya mereka rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit
untuk mengadopsi anak.
b. Pemekerjaan
Dengan memperkerjakan anak-anak maka tidak harus membayar lebih
sekalipun dengan tempat tinggal dan makan yang tidak layak, hal tersebut
dapat menghasilkan keuntungan yang berlipat-lipat.
c. Motif eksploitasi seksual
Menjadikan perempuan sebagai pengahasil ekonomi yang tinggi, bahwa
semakin muda wanita ,maka semakin tinggi harga jual nya, mereka di
jadikan sebagai pelacu dan pekerja seks, mereka di eksploitasi untu
melayani seksual pemakai.
d. Transplantasi organ
Dengan keadaan mendesak mereka akan menyerahkan organ-organ seperti
ginjal, liver, mata dan sebagainya untuk di serah kan kepada orang lain,
bahkan mereka juga ada yang di paksa dengan penculikan, bahkan sampai
di lakukan peniadaan nyawa atau pembunuhan.

11
7. BENTUK, PROSES, DAN DAMPAK TRAFFECKING
a. Bentuk-bentuk trafficking
1) Pelacuran dan eksploitasi seksual, hal ini tidak hanya terjadi pada orang
dewasa, tetapi pada anak juga sering terjadi yaitu (fedopilia).\
2) Menjadi buruh migran legal maupun illegal
Misalnya imigran pekerja indonesia yang di pekerjakan di arab atau
negara-negara lainnya,tetapi mereka di eksploitasi dengan kekerasan dan
pekerjaan dan bayaran yang minim atau bahkan tidak di bayar sama
sekali.
3) Adopsi anak
4) pekerja jermal
5) Pekerja rumah tangga
6) Pengemis
7) Industri ponografi
8) Pengedaran obat terlarang narkoba
9) Sebagai penari atau pengantin pesanan

b. Proses
Pelaku mencari sasaran traffcking : sasaran traffcking biasanya pada anak-
anak jalanan,orang yang sedang mencari pekerjaan, anak-anak yang berada di
saerah konflik atau pengungsi,anak miskin yang berada di pedesaan, anak-
anak yang berada di wilayah perbatasan negara,anak yang dalam keluarganya
terjerat hutang, anak yang berasa dalam kekerasan rumah tangga, anak
perempuan yang menjadi korban pemerkosaan.
1) Pelaku melakukan modus operandi dengan rayuan, jebakan,dan
penyalahgunaan wewenang, kedok duta budaya di luar negeri,atau
dengan melakukan penculikan.
2) Penggantian identitas. Pelaku pengganti identitas korban,setelah korban
terjerat,agar jejak nya tidak tercium pihak keamanan misalnya dengan pihak
kepolisian.
3) Pekerjaan melibatkan calo atau agen,dan mereka biasanya mempunyai
organisasi yang terintegritas ,jarang dari mereka yang bekerja
12
perseorangan atau pelaku memiliki link terlebih dahulu.

c. Dampak traffcking
1) Fisik
Anak memiliki penyakit yang di timbulkan oleh traffcking tersebut
misalnya pada eksploitasi seksual anak terjangkin penyakit HIV/AIDS.

2) Psikolog
Selama meraka diberlakukan kekerasan serta ancaman-ancaman yang
membuat mereka tidak mampu mendapat pertolongan dari luar, mereka
pada akhirnya menekan masalah sendiri, tidak jarang dari mereka
akhirnya menjadi depresi atau bahkan mengalami gangguan kejiwaan.

8. PENANGGULANGAN KORBAN TRAFFECKING


Beberapa perundang-undangan yang terkait dengan traffcking yaitu
UU nomor 35 tahun 2014 (bahwa di berikan perlindungan khusus pada anak
yang menjadi korban, penculikan, penjualan, atau perdagangan, dilakukan
upaya melalui pengawasan, perlindungan, pencegahan, perawatan, dan
rehabilitasi ) kemudian pada KUHP ( undang-undang hukum pidana ) noor 39
tahun 1999 pasal 297 yang menyatakan bahwa perdagangan wanita dan
miskin yang berada di pedesaan, anak-anak yang berada di wilayah
perbatasan negara,anak yang dalam keluarganya terjerat hutang, anak yang
berasa dalam kekerasan rumah tangga, anak perempuan yang menjadi korban
pemerkosaan.
1) Pelaku melakukan modus operandi dengan rayuan, jebakan,dan
penyalahgunaan wewenang, kedok duta budaya di luar negeri,atau dengan
melakukan penculikan.
2) Penggantian identitas
Pelaku pengganti identitas korban,setelah korban terjerat,agar jejak nya
tidak tercium pihak keamanan misalnya dengan pihak kepolisian.
3) Pekerjaan melibatkan calo atau agen,dan mereka biasanya mempunyai
organisasi yang terintegritas ,jarang dari mereka yang bekerja
13
perseorangan atau pelaku memiliki link terlebih dahulu.

b. Dampak traffcking
1) Fisik
Anak memiliki penyakit yang di timbulkan oleh traffcking tersebut
misalnya pada eksploitasi seksual anak terjangkin penyakit HIV/AIDS.
2) Psikolog
Selama meraka diberlakukan kekerasan serta ancaman-ancaman yang
membuat mereka tidak mampu mendapat pertolongan dari luar, mereka
pada akhirnya menekan masalah sendiri, tidak jarang dari mereka akhirnya
menjadi depresi atau bahkan mengalami gangguan kejiwaan.

9. PENANGGULANGAN KORBAN TRAFFECKING


Beberapa perundang-undangan yang terkait dengan traffcking yaitu
UU nomor 35 tahun 2014 (bahwa di berikan perlindungan khusus pada anak
yang menjadi korban, penculikan, penjualan, atau perdagangan, dilakukan
upaya melalui pengawasan, perlindungan, pencegahan, perawatan, dan
rehabilitasi ) kemudian pada KUHP ( undang-undang hukum pidana ) noor 39
tahun 1999 pasal 297 yang menyatakan bahwa perdagangan wanita dan laki-
laki yang belum cukup umur di ancam dengan penjara pidana paling lama 6
tahun. Pada pasal 65 UU no 39 tahun 1999 menyatakan bahwa setiap anak
berhak memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi dan elecehan
seksual penculikan perdagangan anak serta bentuk menyalahgunaan narkotika ,
psikotropika dan zat adiktif lainya.

3 strategi penanggulangan traffcking yang di lakukan pemerintah :

a. Korban traffcking harus di lindungi


b. Pelaku harus di hukum berat
c. Mengembangkan jejaring kelembagaan dengan aliansi global untuk
menghapus traffcking.
Hukum internasional terkait
14 traffecking yaitu mengharuskan bahwa
negara pihak mengambil semua tindakan nasional, bilateral, dan multilateral
yang perlu untuk mencegah penculikan, penjualan, atau perdagangan anak atau
tujuan apapun atau dalam bentuk apapun, pihak- pihak dalam protokol,
tambahan dari konvensi persserikatan bangsa – bangsa mengenai kejahatan
terorganisasi transional untuk mencegah, menekan, dan menghukum
perdagangan orang, khususnya wanita dan anak anak tahun 2000. Diharuskan
untuk memidana kejahatan perdaganagan orang, termasuk usaha - usaha untuk
melakukan perdagangan, bertindak sebagai kaki tangan serta mengorganisir
atau mengarahkan orang lain untuk melakukan perdagangan orang. protokol ini
juga mengharuskan negara pihak memidana perdagangan orang, termasuk
setiap orang yang membantu atau membiayai perdagangan orang, dan untuk
menjatuhkan hukuman yang mencerminkan beratnya pelanggaran tersebut,
tindakan lebih lanjut di haruskan untuk :
- Melindugi identitas dan privasi korban perdagangan orang
- Memperkenalkan tindakan untuk membantu para korban yang terlibat
dalam proses kejahatan
- Menyediakan bagi para korban bantuan sosial dan rehabilitasi termasuk
bantuan berupa tempat tinggaldan makanan.

B. NARAPIDANA
1. DEFINISI
Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani sanksi kurungan
atau sanksi lainnya, menurut perundang- undangan. Pengertian narapidana
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang yang
sedang menjalani hukuman karena tindak pidana) atau terhukum.
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di
lembaga pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995).
Narapidana yang diterima atau masuk kedalam lembaga pemasyarakatan maupun
rumah tahanan negara wajib dilapor yang prosesnya meliputi : pencatatan putusan
pengadilan, jati diri, barang dan uang yang dibawa, pemeriksaan kesehatan,
15
pembuatan pasphoto, pengambilan sidik jari dan pembuatan berita acara serah terima
terpidana. Setiap narapidana mempunyai hak dan kewajiban yang sudah diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Narapidana yang ditahan dirutan dengan cara
tertentu menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana
(KUHAP) pasal 1 dilakukan selama proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan
untuk disidangkan di pengadilan. Pihak- Pihak yang menahan adalah Penyidik,
Penuntut Umum, Hakim dan mahkamah agung. Pada pasal 21 KUHAP Penahanan
hanya dapat dilakukan terhadap tersangka yang melakukan tindak pidana termasuk
pencurian. Batas waktu penahanan bervariasi sejak ditahan sampai 110 hari
sesuai kasus dan ketentuan yang berlaku.

2. PENYEBAB
Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga seorang menjadi narapidana
adalah:
a. Faktor ekonomi

1) Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan bebas,
menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara penjualan modern
dan lain-lain, yaitu menimbulkan keinginan untuk memiliki barang dan
sekaligus mempersiapkan suatu dasar untuk kesempatan melakukan
penipuan-penipuan.

2) Pendapatan
Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan
ekonomi nasional, upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks
keadaan ekonomi pada umumnya. Maka dari itu perubahan-perubahan
harga pasar (market fluctuations) harus diperhatikan.
3) Pengangguran
Di antara faktor-faktor baik secara langsung atau tidak, mempengaruhi
terjadinya kriminalitas, terutama dalam waktu- waktu krisis,
pengangguran dianggap paling penting. Bekerja terlalu muda, tak ada
pengharapan maju, pengangguran berkala yang tetap, pengangguran
16
biasa, berpindahnya pekerjaan dari satu tempat ke tempat yang lain,
perubahan gaji sehingga tidak mungkin membuat anggaran belanja,
kurangnya libur, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengangguran
adalah faktor yang paling penting.
b. Faktor Mental

1) Agama

Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti krimogemis bila


dihubungkan dengan pengertian dan perasaan moral yang telah meresap
secara menyeluruh. Meskipun adanya faktor- faktor negatif , memang
merupakan fakta bahwa norma- norma etis yang secara teratur diajarkan
oleh bimbingan agama dan khususnya bersambung pada keyakinan
keagamaan yang sungguh, membangunkan secara khusus dorongan-
dorongan yang kuat untuk melawan kecenderungan-kecenderungan
kriminal.
2) Bacaan dan film
Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek merupakan faktor
krimogenik yang kuat, mulai dengan roman-roman dari abad ke- 18, lalu
dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis dan pornografi, buku-buku
picisan lain dan akhirnya cerita- cerita detektif dengan penjahat sebagai
pahlawannya, penuh dengan kejadian berdarah. Pengaruh crimogenis yang
lebih langsung dari bacaan demikian ialah gambaran suatu kejahatan
tertentu dapat berpengaruh langsung dan suatu cara teknis tertentu
kemudian dapat dipraktekkan oleh si pembaca. Harian- harian yang
mengenai bacaan dan kejahatan pada umumnya juga dapat berasal dari
koran-koran. Di samping bacaan-bacaan tersebut di atas, film (termasuk
TV) dianggap menyebabkan pertumbuhan kriminalitas tertutama
kenakalan remaja akhir- akhir ini.
c. Faktor Pribadi

1) Umur
Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan, baik secara
17
yuridis maupun kriminal dan sampai suatu batas tertentu berhubungan
dengan faktor-faktor seks/kelamin dan bangsa, tapi faktor-faktor tersebut
pada akhirnya merupakan pengertian- pengertian netral bagi kriminologi.
Artinya hanya dalam kerjasamanya dengan faktor-faktor lingkungan
mereka baru memperoleh arti bagi kriminologi. Kecenderungan untuk
berbuat antisocial bertambah selama masih sekolah dan memuncak
antara umur 20 dan 25, menurun perlahan-lahan sampai umur 40, lalu
meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada hari tua.
Kurve/garisnya tidak berbeda pada garis aktivitas lain yang tergantung
dari irama kehidupan manusia.

2) Alkohol
Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan kriminalitas, seperti
pelanggaran lalu lintas, kejahatan dilakukan dengan kekerasan,
pengemisan, kejahatan seks, dan penimbulan pembakaran, walaupun
alcohol merupakan faktor yang kuat, masih juga merupakan tanda tanya,
sampai berapa jauh pengaruhnya.

3) Perang
Memang sebagai akibat perang dan karena keadaan lingkungan,
seringkali terjadi bahwa orang yang tadinya patuh terhadap hukum,
melakukan kriminalitas. Kesimpulannya yaitu sesudah perang, ada krisis-
krisis, perpindahan rakyat ke lain lingkungan, terjadi inflasi dan revolusi
ekonomi. Di samping kemungkinan orang jadi kasar karena perang,
kepemilikan senjata api menambah bahaya akan terjadinya perbuatan-
perbuatan kriminal.

3. MASALAH KESEHATAN NARAPIDANA

a. Kesehatan Mental
Menurut data dari Bureau of justice, 1999 kira-kira 285.000 tahanan
dilembaga pemasyarakatan mengalami gangguan jiwa. Penyakit jiwa yang
18
sering dijumpai adalah skozofrenia, bipolar affective disorder dan
personality disorder. Karena banyak yang mengalami ganguan kesehatan
jiwa maka pemerintah harus menyediakan pelayanan kesehatan mental.

b. Kesehatan fisik
Perawatan kesehatan yang paling penting adalah penyakit kronis dan
penyakit menular seperti HIV, Hepatitis dan Tuberculosis :
1) HIV
Angka kejadian HIV diantara para narapidana diperkiraan 6 kali lebih
tinggi daripada populasi umum. Tingginya angka infeksi HIV ini
berkaian dengan perilaku yang beresiko tinggi seperti penggunaan obat-
obaan, sexual intercourse yang tidak aman dan pemakaian tato.
Pendekatan yang dilakukan utnuk menekan angka kejadian yaitu dengan
dilakukannya penegaan dan program pendidikan kesehatan mengenai
HIV dan AIDS.
2) Hepatitis
Hepatitis B dan C meningkat lebih tinggi dariopada populasi umum
walaupun data yang ada belum lengkap. Hal ini berkaitan dengan
penggunaan obat-obat lewat suntikan, tato, imigran dari daerah dengan
insiden hepatitis B dan C tinggi. National Commision on Correctional
Healt Care (NCCHC) menyarankan agar dilakukan skrining pada semua
tahanan dan jika diindikasikan maka harus segera diberikan pengobatan.
NCCHC juga merekomendasikan pendidikan bagi semua staf dan
tahanan mengenai cara penyebaran, pencegahan, pengobatan dan
kemajuan penyakit.
3) Tuberculosis
Angka TB tiga kali lebih besar di LP dibanding populasi umum. Hal ini
terkait dengan kepadatan penjara dan ventilasi yang buruk, yang
mempengaruhi penyebaran penyakit. Pada tahun 196, lembaga yang
19
menangani tuberculosis yaitu CC merekomendasikan pencegahan dan
pengontrolan TB di lembaga pemasyarakatan yaitu :
- Diadakannya skrining TB bagi semua staf dan tahanan
- Diadakan penegahan transmisi penyakit dan diberikan pengobatan
yang sesuai
- Monitoring dan evaluasi skrining

4. JENIS – JENIS NARAPIDANA

Berdasarkan populasi narapidana yang mempunyai masalah kesehatan pada lembaga


pemasyarakatan, yaitu :
a. Wanita
Masalah kesehatan yang ada mungkin lebih komplek misalnya tahanan wanita
yang dalam keadaan hamil, meninggalkan anak dalam pengasuhan orang lain
(terpisah dari anak), korban penganiayaan dan kekerasan social, penyalahgunaan
obat terlarang. Tetapi pelayanan kesehatan yang selama ini diberikan belum
cukup maksimal untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti pemeriksaan
ginekologi untuk wanita hamil dan korban kekerasan seksual. NCCHC
menawarkan ketentuan-ketentuan berikut untuk pemenuhan pelayanan
kesehatan :
- LP memberikan pelayanan lengkap secara rutin termasuk pemeriksaan
ginekologi secara koprehensif.
- Pelayanan kesehatan komprehensif meliputi kesehatan reproduksi,
korban dari penipuan, konseling berkaitan dengan peran sebagai orang
tua dan pemakaian obat- obatan dan alcohol.
b. Remaja
Meningkatnya jumlah remaja yang terlibat tindak kriminal membuat mereka
harus ikut dihukum dan ditahan seperti orang dewasa. Hal ini akan menghalagi
pemenuhan kebutuan untuk berkembang seperti perkembangan fisik, emosi dan
nutrisi yang dibutuhkan. Para remaja ini akan mempunyai masalah-masalah
kesehatan seperti kekerasan seksual, penyerangan oleh tahanan lain atau
tindakan bunuh diri. Disini perawat harus memantau tingkat perkembangan dan
pengalaman mereka dan perlu waspada bahwa pada usia ini paling rentan terkena
20
masalah kesehatan.

5. PENGOBATAN NARAPIDANA

a. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231).

b. Keperawatan
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori,
terapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis terapi
aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu
dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi.Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi adalah terapi yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan
terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).

c. Terapi kerja
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah
ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih
ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk
membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada
pertolongan orang lain (Riyadidan Purwanto, 2009).
1) Terapi kerja pada narapidana laki laki
a) Pelatih binatang
Bekerja sebagai pelatih 21
sekaligus merawat binatang- binatang
dianggap dapat membantu narapidana untuk mendapatkan terapi
secara psikologis dan menjadi lebih terlatih secara emosional.
Binatang yang dilatih tidak hanya binatang peliharaan, namun juga
binatang yang ditinggalkan atau dibuang oleh pemiliknya.
Diharapkan nantinya binatang- binatang ini juga dapat berguna di
masyarakat, sama seperti narapidana yang mendapatkan pelatihan
untuk dapat diterima dan bekerja dengan masyarakat lainnya.

b) Bidang kuliner
Dapur yang ada di penjara juga dapat dimanfaatkan sebagai
pelatihan memasak bagi para narapidana. Meskipun ada yang
mendapatkan pekerjaan sederhana seperti membuka kaleng, banyak
pula yang mendapatkan pelatihan memasak secara khusus, mulai
dari membuat menu hingga menyusun anggaran. Beberapa penjara
juga bekerja sama dengan restoran lokal untuk memberi pelatihan
ini. Selain itu, dengan pekerja di dapur, mereka tidak perlu banyak
berinteraksi dengan masyarakat yang mungkin memandang negatif.

c) Konseling
Meskipun Anda mungkin tidak berencana untuk berkonsultasi pada
mantan penjahat, namun di penjara, narapidana diberikan
pengetahuan mengenai rehabilitasi dan terapi konseling. Hal ini
dikarenakan narapidana memiliki pengalaman yang membuat
mereka lebih mengerti mengenai tindak kejahatan. Dengan
pelatihan ini, mereka diharapkan untuk dapat memberikan
konseling dengan lebih baik kepada orang-orang yang bermasalah
berdasarkan pengalaman pribadi mereka serta pelatihan yang mereka
terima.
2) Terapi kerja pada narapidana laki laki
a) Pelatih binatang
Bekerja sebagai pelatih sekaligus merawat binatang- binatang
dianggap dapat membantu narapidana untuk mendapatkan terapi
22
secara psikologis dan menjadi lebih terlatih secara emosional.
Binatang yang dilatih tidak hanya binatang peliharaan, namun juga
binatang yang ditinggalkan atau dibuang oleh pemiliknya.
Diharapkan nantinya binatang- binatang ini juga dapat berguna di
masyarakat, sama seperti narapidana yang mendapatkan pelatihan
untuk dapat diterima dan bekerja dengan masyarakat lainnya.

b) Bidang kuliner
Dapur yang ada di penjara juga dapat dimanfaatkan sebagai
pelatihan memasak bagi para narapidana. Meskipun ada yang
mendapatkan pekerjaan sederhana seperti membuka kaleng, banyak
pula yang mendapatkan pelatihan memasak secara khusus, mulai
dari membuat menu hingga menyusun anggaran. Beberapa penjara
juga bekerja sama dengan restoran lokal untuk memberi pelatihan
ini. Selain itu, dengan pekerja di dapur, mereka tidak perlu banyak
berinteraksi dengan masyarakat yang mungkin memandang negatif.
c) Konseling
Meskipun Anda mungkin tidak berencana untuk berkonsultasi pada
mantan penjahat, namun di penjara, narapidana diberikan
pengetahuan mengenai rehabilitasi dan terapi konseling. Hal ini
dikarenakan narapidana memiliki pengalaman yang membuat
mereka lebih mengerti mengenai tindak kejahatan. Dengan
pelatihan ini, mereka diharapkan untuk dapat memberikan
konseling dengan lebih baik kepada orang-orang yang bermasalah
berdasarkan pengalaman pribadi mereka serta pelatihan yang mereka
terima.
3) Terapi kerja pada anak
a) Keterampilan
Agar narapidana anak menjadi terampil dan juga sebagai bekal
23
baginya setelah kembali kemasyarakat nantinya, kepada mereka di
berikan latihan kerja. Pemberian latihan kerja ini dapat dilakukan oleh
lembaga pemasyarakatan sedangkan tempat penentuan kerja dan jenis
pekerjaan yang akan diberikan kepada narapidana ditetapkan oleh Tim
Pengamat Pemasyarakatan. Latihan kerja ini berupa latihan kerja di
bidang pertanian, Perkebunan, Pengelasan, Penjahitan dan lain
sebagainya.
4) Terapi kerja pada narapidana perempuan
Program pembentukan perilaku wirausaha narapidana di Lapas IIB
Sleman dilaksanakan melalui pembinaan soft kill dan hard skill dengan
pendekatan perilaku wirusaha. Pembinaan soft skill yang dilaksanakan
yaitu pembinaan intelektual, pembinaan kerohanian dan pembinaan
rekreatif. Pembinaan hard skill yang dilaksanakan yaitu pembinaan
keterampilan dan kemandirian melalui bimbingan kerja.Ketrampilan
khusus yang di latihkan pada naraidana perempuan berupa ketrampilan
hidup seperti pertukangan kayu, kerajinan sapu, las listrik, batik tulis,
kerajinan sangkar burung,perkebunan, dan pembuatan souvenir.

C. ANAK JALANAN
1. DEFINISI

Departemen Sosial RI mendefinisikan, “anak jalanan adalah anak


yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau
berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat lainnya”.
UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu : Street child
are those who have abandoned their homes, school and immediate
communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a
nomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah 16
tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan
masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di
jalan raya (H.A Soedijar, 1988 : 16).
24
Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang
menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena
adanya sebab tertentu. Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena
yang menuntut perhatian kita semua. Secara psikologis mereka adalah anak-
anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional
yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan
dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi
perkembangan dan pembentukan kepribadiannya.
Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Di mana
labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan penampilan yang
kumuh, melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap
anak jalanan yang diidentikan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka
mencuri, sampah masyarakat yang harus diasingkan.
Pada taraf tertentu stigma masyarakat yang seperti ini justru akan
memicu perasaanalineatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan
kepribadian introvert, cenderung sukar mengendalikan diri dan asosial. Padahal
tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa untuk masa
mendatang.

2. TANDA DAN GEJALA ANAK JALANAN


a. Orang dengan tubuh yang kotor sekali
b. Rambutnya seperti sapu ijuk
c. Pakaiannya compang-camping dengan membawa bungkusan besar yang
berisi macam-macam barang
d. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri
e. Sukar diajak berkomunikasi
f. Pribadi tidak stabil
g. Tidak memiliki kelompok

3. PENGGELOMPOKKAN ANAK JALANAN


25
Menurut Tata Sudrajat (1999:5) anak jalanan dapat dikelompokan
menjadi 3 kelompok berdasarkan hubungan dengan orang tuanya, yaitu :
a. Pertama, Anak yang putus hubungan dengan orang tuanya, tidak sekolah
dan tinggal di jalanan (anak yang hidup dijalanan / children the street).
b. Kedua, anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, tidak
sekolah, kembali ke orang tuanya seminggu sekali, dua minggu sekali,
dua bulan atau tiga bulan sekali biasa disebut anak yang bekerja di jalanan
(Children on the street).
c. Ketiga, Anak yang masih sekolah atau sudah putus sekolah, kelompok ini
masuk kategori anak yang rentan menjadi anak jalanan ( vulnerable to be
street children).
Sementara itu menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (1999 ; 22-24)
anak jalanan dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu :

a. Anak-anak yang tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya (children of


the street). Mereka tinggal 24 jam di jalanan dan menggunakan semua
fasilitas jalanan sebagai ruang hidupnya. Hubungan dengan keluarga
sudah terputus. Kelompok anak ini disebabkan oleh faktor sosial psikologis
keluarga, mereka mengalami kekerasan, penolakan, penyiksaan dan
perceraian orang tua. Umumnya mereka tidak mau kembali ke rumah,
kehidupan jalanan dan solidaritas sesama temannya telah menjadi ikatan
mereka.

b. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tua. Mereka


adalah anak yang bekerja di jalanan (children on the street). Mereka
seringkali diindentikan sebagai pekerja migran kota yang pulang tidak
teratur kepada orang tuanya di kampung. Pada umumnya mereka bekerja
dari pagi hingg sore hari seperti menyemir sepatu, pengasong, pengamen,
tukang ojek payung, dan kuli panggul. Tempat tinggal mereka di
lingkungan kumuh bersama dengan saudara atau teman-teman senasibnya.\

c. Anak-anak yang berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka tinggal


dengan orang tuanya, beberapa jam dijalanan sebelum atau sesudah sekolah.
26
Motivasi mereka ke jalan karena terbawa teman, belajar mandiri, membantu
orang tua dan disuruh orang tua. Aktivitas usaha mereka yang paling
menyolok adalah berjualan koran.

d. Anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka berada di jalanan


untuk mencari kerja, atau masih labil suatu pekerjaan. Umumnya mereka
telah lulus SD bahkan ada yang SLTP. Mereka biasanya kaum urban yang
mengikuti orang dewasa (orang tua ataupun saudaranya) ke kota. Pekerjaan
mereka biasanya mencuci bus, menyemir sepatu, membawa barang
belanjaan (kuli panggul), pengasong, pengamen, pengemis dan pemulung.

Secara garis besar terdapat dua kelompok anak jalanan, yaitu :


a. Kelompok anak jalanan yang bekerja dan hidup di jalan. Anak yang hidup
di jalan melakukan semua aktivitas dijalan, tidur dan menggelandang secara
berkelompok.
b. Kelompok anak jalanan yang bekerja di jalanan (masih pulang ke rumah
orang tua).

4. FAKTOR – FAKTOR YANG MENYEBABKAN ADANYA ANAK JALANAN


Banyak faktor yang kemudian diidentifikasikan sebagai penyebab
tumbuhnya anak jalanan. Parsudi Suparlan berpendapat bahwa adanya orang
gelandangan di kota bukanlah semata-mata karena berkembangnya sebuah
kota, tetapi justru karena tekanantekanan ekonomi dan rasa tidak aman
sebagian warga desa yang kemudian terpaksa harus mencari tempat yang
diduga dapat memberikan kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebih baik di
kota (Parsudi Suparlan, 1984 : 36).
Menurut Saparinah Sadli (1984:126) bahwa ada berbagai faktor yang
saling berkaitan dan berpengaruh terhadap timbulnya masalah gelandangan,
antara lain: faktor kemiskinan (struktural dan pribadi), faktor keterbatasan
27
kesempatan kerja (faktor intern dan ekstern), faktor yang berhubungan dengan
urbanisasi dan masih ditambah lagi dengan faktor pribadi seperti tidak biasa
disiplin, biasa hidup sesuai dengan keinginannya sendiri dan berbagai faktor
lainnya.
Hasil penelitian Hening Budiyawati, dkk. (dalam Odi
Shalahudin,2000:11) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
anak pergi ke jalanan berdasarkan alasan dan penuturan mereka adalah karena :
a. Kekerasan dalam keluarga.
b. Dorongan keluarga.
c. Ingin bebas.
d. Ingin memiliki uang sendiri.
e. Pengaruh teman.

Beragam faktor tersebut yang paling dominan menjadi penyebab


munculnya anak jalanan adalah faktor kondisi sosial ekonomi di samping
karena adanya faktor broken home serta berbagai faktor lainnya.

5. LAYANAN YANG DIBUTUHKAN OLEH ANAK JALANAN


a. Kebutuhan fisik, meliputi kebutuhan makan, pakaian, perumahan dan
kesehatan
b. Kebutuhan layanan psikis meliputi terapi medis psikiatris. keperawatan dan
psikologis
c. Kebutuhan sosial seperti rekreasi, kesenian dan olah raga
d. Layanan kebutuhan ekonomi meliputi ketrampilan usaha, ketrampilan kerja
dan penempatan dalam masyarakat.
e. Kebutuhan rohani

6. SOLUSI UNTUK MENGATASI ANAK JALANAN


Menurut Nugroho ada tiga pendekatan untuk mengatasi masalah anak
jalanan, yaitu:
28
a. Pendekatan Penghapusan (abolition)
Lebih mendekatkan pada persoalan struktural dan munculnya gejala anak
jalanan. Anak jalanan adalah produk dari kemiskinan, dan merupakan akibat
dari bekerjanya sistem ekonomi politik masyarakat yang tidak adil. Untuk
mengatasi masalah anak jalanan sangat tidak mungkin tanpa menciptakan struktur
sosial yang adil dalam masyarakat. Pendekatan ini lebih menekankan kepada
perubahan struktur sosial atau politik dalam masyarakat, dalam rangka
melenyapkan masalah anak jalanan.
b. Pendekatan Perlindungan (protection)
Mengandung arti perlunya perlindungan bagi anak-anak yang terlanjur
menjadi anak jalanan. Karena kompleksnya faktor penyebab munculnya
masalah kemiskinan, maka dianggap mustahil menghapus kemiskinan
secara tuntas. Untuk itu anak- anakyang menjadi korban perlu di lindungi
dengan berbagai cara, misalnya:melalui perumusan hukum yang melindungi
hak-hak anak. Fungsionalisasi lembaga pemerintah, LSM dan lembaga-
lembaga sosial lainnya. Perlindungan ini senada dengan pendapat
pemerintah melalui departemen sosial, praktisi-praktisi LSM dan UNICEF
di mana tanggal 15 Juni 1998 membentuk sebuah lembaga independent
yang melakukan perlindungan pada anak. Yaitu lembaga perlindungan anak
(LPA) membentuk LA tersebut didasarkan pada prinsip dasar terbentuknya
embrio LPA, yaitu :
1) Anak di fasilitasi agar dapat melaporkan keadaan dirinya.
2) Menghargai pendapat anak.
3) LPA bertanggung jawab kepada masyarakat bukan kepada pemerintah.
4) Accountability Menurut Nugroho, sisi negatif dari pendekatan
perlindungan tersebu tadalah strategis perlindungan hanya akan menjadi
ajang kepentingan para elit dan tokoh masyarakat sehingga berimplikasi
pada tidak tuntasnya penyelesaian problem anak jalanan. Produk-
produk hukum yang dirumsukan sebagai wujud bagi perlindungan
terhadap anak.
c. Pendekatan Pemberdayaan (empowerment)
29
Menekankan perlunya pemberdayaan bagi anak jalanan. Pemberdayaan ini
bermaksud menyadarkan mereka yang telah menjadi anak jalanan agar
menyadari hak dan posisinya dalam konteks social, politik ekonomi yang
abadi di masyarakat. Pemberdayaan biasanya di lakukan dalam bentuk
pendampingan. Yang berfungsi sebagai fasilitator, dinamisator, katalisator
bagi anak jalanan. Pemberdayaan ini dikatakan berhasil jika anak jalanan
berubah menjadi kritis dan mampu menyelesaikan permasalahannya secara
mandiri. Selain itu ada cara lain yang mampu mengatasi masalah anak
jalanan, yaitu sebagai berikut:
a) Melakukan pembatasan terhadap arus urbanisasi (termasuk arus
masuknya anak-anak) ke Jakarta, dengan cara operasi yustisi,
memperkuat koordinasi dengan daerah asal, pemulangan anak jalanan
ke daerah asal dll.
b) Melakukan identifikasi terhadap akar permasalahan guna
menyelesaikan masalah anak jalanan tersebut dengan menyentuh pada
sumber permasalahannya. Sebagai contoh: banyak diantara anak
jalanan yang menjadi tulang punggung keluarganya. Jika ini yang
terjadi, maka pemerintah tidak bisa hanya melatih, membina atau
mengembalikan si anak ke sekolah. Tapi lebih dari itu, pemerintah
harus melakukan pendekatan dan pemberdayaan ekonomi keluarganya.
c) Mengembalikan anak jalanan ke bangku sekolah.
d) Memberikan perlindungan kepada anak jalanan tanpa terkecuali. UU
nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak menyatakan bahwa
perlindungan anak perlu dilakukan dengan tujuan untuk menjamin
terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi
terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.
e) Menciptakan program-program yang responsif terhadap perkembangan
anak, termasuk anak jalanan.
f) Melakukan penegakan hukum terhadap siapa saja yang memanfaatkan
30
keberadaan anak-anak jalanan.
g) Membangun kesadaran bersama bahwa masalah anak jalanan
sesungguhnya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat, keluarga, dan orang tua

31
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. TRAFFECKING
a) Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan pasien
c. Riwayat kesehatan keluarga
d. Keluhan utama
e. Pemeriksaan fisik

b) Diagnosa keperawatan
a. Ansietas

c) Intervensi keperawatan

NO. SDKI SLKI SIKI

1. Ansietas. Setelah dilakukan Terapi Relaksasi


tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam
1. Identifikasi tingkat relaksasi
diharapkan ansietas pada
yang pernah efektif digunakan
pasien dapat teratasi
2. Monitor respons terhadap terapi
dengan :
relaksasi.
KH : Terapeutik
Tingkat ansietas 1. Ciptakan lingkungan yang tenang
1. Verbalisasi khawatir dan tanpa gangguan dengan
akibat kondisi yang pencahayaan dan suhu ruang
dihadapi : 1-3 nyaman, jika memungkinkan.
(meningkat menjadi
sedang)
2. Gunakan relaksasi sebagai
2. Perilaku gelisah 1-3 : strategi penunjang dengan
32
analgetik atau tindakan medis
(meningkat menjadi
lain, jika sesuai.
sedang).
Edukasi
3. Perilaku tegang 1-3 : 1. Anjurkan mengambil posisi yang
(meningkat menjadi nyaman
sedang) 2. Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
4. Diaforesis : 1-3
3. Anjurkan sering mengulangi
(meningkat menjadi
atau melatih teknik yang dipilih
sedang)
4. Demonstrasikan dan latih teknik
5. Tremor : 1-3 relaksasi
(meningkat menjadi
sedang)

6. Pola tidur : 1-3


(memburuk menjadi
sedang)

B. NARAPIDANA
a) Pengkajian
a. Identitas klien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Tanggal dirawat
5) Tanggal pengkajian
6) Nomor rekam medis
b. Faktor predisposisi
1) Genetik
2) Neurobiologis: penurunan volume otak dan perubahan
system neurotransmiter.
3) 3) Teori virus dan infeksi
c. Faktor presipitasi
33
1) Biologis
2) Sosial kutural
3) Psikologis
d. Penilaian terhadap stress
e. Sumber koping
1) Disonasi kognitif( gangguan jiwa aktif)
2) Pencapaian wawasan
3) Kognitif yang konstan
4) Bergerak menuju prestasi kerja
f. Mekanisme koping
1) Regresi ( berhubungan dengan masalah dalam proses
informasi dan pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam
upaya mengelola anxietas)
2) proyeksi ( upaya untuk menjelaskan presepsi yang
membingungkan dengar menctapkan tanggung jawab
kepada orang lain)
3) Menarik diri
4) Pengingkaran

b) Diagnosa Keperawatan Yang Muncul Pada Narapidana (SDKI,2019)


a. Harga Diri Rendah Situasional (D.0087)
b. Isolasi Sosial (D.0121)

34
c) Intervensi Keperawatan

NO. SDKI SLKI SIKI

1. Harga Diri Setelah dilakukan Manajemen Perilaku


Rendah tindakan keperawatan Observasi
Situasional selama 3x24 jam Identifikasi harapan untuk
diharapkan Harga Diri mengendalikan prilaku
Rendah Situasional pada Terapeutik
pasien dapat teratasi 1. Diskusikan tanggung jawab
dengan : terhadap prilaku
KH : 2. jadwal kegiatan terstruktur
Harga Diri 3. Tingkatkan aktifitas fisik sesuai
kemampuan
1. Penilaian diri positive
4. Cegah prilaku pasif dan agresif
meningkat

2. Perasaaan memiliki Promosi Harga Diri (1.09307)


kelebihan/kemampuan Terapeutik
meningkat 1. Motivasi menerima tantangan atau

3. Minat mencoba hal hal baru

baru meningkat 2. Diskusikan pengalaman untuk


meningkatkan harga diri klien
4. Perasaan bersalah
3. Diskusïkan Bersama keluarga
menurun
untuk menetapkan harapan dan
5. Postur tubuh berjalan Batasan yang jelas
tegak meningkat 4. Fasilitasi lingkungan dan aktifitas
(tidak menunduk) yang meningkatkan harga diri

Edukasi
1. Anjurkan mengevaluasi prilaku
2. Ajarkan cara mengatasi bullying
2 Isolasi sosial Setelah dilakukan Terapi Aktivitas
tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam
1. Identifikasi defisit
diharapkan isolasi sosial
tingkat aktifitas
pada pasien dapat teratasi
dengan : 2. Identifikasi
35
KH : kemampuan
Keterlibatan sosial berpartisipasi dalam
1. Minat interaksi aktifitas tertentu
meningkat 3. Identifikasi sumber
2. Minat terhadap aktivitas yang
aktifitas meningkat diinginkan
3. Prilaku Menarik diri
4. Monitor respon
menurun
emosional, fisik, social
4. Afek sedih menurun
dan spiritual terhadap
5. Prilaku sesuai
aktifitas
harapan orang lain
membaik Terapeutik

1. Berikan penguatan positive


atas partisipasi dalam aktifitas

2. Libatkan keluarga dalam


aktifitas

Edukasi

1. Jelaskan metode aktifitas fisik


sehari-hari

2. Ajarkan cara melakukan


aktifitas yang dipilih

3. Anjurkan keluarga untuk


memberikan penguatan
positive dan partisipasi dalam
aktifitas

C. ANAK JALANAN
1. Pengkajian
a) Faktor predisposisi
 Genetik
 Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem
neurotransmiter
 Teori virus dan infeksi
36
b) Faktor presipitasi
 Biologis
 Sosial kultural
 Psikologis
c) Penilaian terhadap stresor

Respon Adaptif Respon Maladaptif


- Berfikir logis - Pemikiran seskali - Gangguan
- Persepsi akurat - Terdistorsi pemikiran
- Emosi konsisten - Ilusi - Waham / halusinasi
dengan - Reaksi emosi - Kesulitan
pengalaman berlebihan dan pengolahan emosi
- Perilaku sesuai tidak bereaksi - Perilaku kacau dan
- Berhubungan - Perilaku aneh isolasi sosial
sosial - Penarikan tidak
bisa berhubungan
sosial

d) Sumber koping
 Disonasi kognitif ( gangguan jiwa aktif
 Pencapaian wawasan
 Kognitif yang konstan
 Bergerak menuju prestasi kerja
e) Mekanisme koping
 Regresi( berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola anxictas)
 Proyeksi ( upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan
dengar menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
 Menarik diri
37
 Pengingkaran

2. Diagnosa
a. Defisit perawatan diri
3. Intervensi Keperawatan

NO. SDKI SLKI SIKI

1 Defisit Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri


Perawatan Diri tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
diharapkan harga diri perawatan diri sesuai usia
rendah pada pasien dapat 2. Monitor tingkat kemandirian
teratasi dengan : 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu
KH: kebersihan diri, berpakaian,
1. Kemampuan mandi berhias, dan makan
meningkat Teraupetik
2. Kemampuan 1. Sediakan lingkungan yang
mengenakan teraupetik
pakaian meningkat 2. Siapkan keperluan pribadi
3. Kemampuan 3. Dampingi dalam melakukan
toileting perawatan diri sampai mandiri
(BAB/BAK) 4. Jadwalkan perawatan perawatan
meningkat diri
4. Mempertahankan Edukasi
kebersihan mulut 1. Anjurkan melakukan perawatan
meningkat diri secara konsisten sesuai
kemampuan

38
EVALUASI

1. Ansietas
b. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
c. Klien mampume nunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
d. Klien menunjukkan berkurangnya kecemasan

34

You might also like