Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
UNIVERSITAS MEGAREZKY
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................
C. Tujuan Penulisan.............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.............................................................................................
B. Klasifikasi........................................................................................
C. Etiologi.............................................................................................
D. Manifestasi Klinis............................................................................
E. Stadium Limfoma............................................................................
F. Patologi............................................................................................
G. Komplikasi......................................................................................
H. Pencegahan….................................................................................
I. Pemeriksaan Penunjang…..............................................................
J. Penatalaksanaan…..........................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perdagangan orang (human trafficking) merupakan bentuk
perbudakan secara modern, terjadi baik dalam tingkat nasional dan
internasional. Dengan berkembangnya teknologi informasi, komunikasi dan
transformasi maka modus kejahatan perdangan manusia semakin canggih.
“Perdagangan orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary),
terorganisir (organized), dan lintas negara (transnational), sehingga dapat
dikategorikan sebagai transnational organized crime (TOC). (Capernito,
Lyda Juall. 2012)
1
Seseorang yang terpaksa tinggal di lembaga pemasyarakatan karena
menjalani hukuman akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Mereka akan
mengalami kesulitan untuk menyesuaikan kehidupannya di lembaga
pemasyarakatan, tetapi mereka harus tetap mengikuti aturan- aturan yang
berlaku di lembaga pemasyarakatan. Selain itu, mereka juga harus terpisah
dari keluarganya, kehilangan barang dan jasa, kehilangan kebebasan untuk
tinggal diluar, atau kehilangan pola seksualitasnya. Hal tersebut akan
menyebabkan seseorang mendapatkan tekanan karena hidup di dalam
lembaga pemasyarakatan yang mengakibatkan mereka menjadi stres.
3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana merancanakan intervensi keperawatan yang holistik untuk anak-
anak yang menjadi korban perdagangan manusia,termasuk askep kesehatan
fisik mental,perlindungan hukum,serta reintegrasi sosial?
2. Apa strategi terbaik untuk mrngatasi masalah kesehatan fisik dan mental yang
mungkin dialami oleh anak-anak narapida,termasuk manajemen trauma dan
penyalahgunaan zat?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Mengidentifikasi dan mengelola masalah kesehatan mental seperti
trauma,depresi,dan kecanduan,serta memberikan dukungan psikososial.
2. Tujuan khusus
Anak Trafficking
a. Mengidentifikasi tanda-tanda dan resiko eksploitasi pada anak trafficking.
b. Memberikan perlindungan dan tempat aman bagi anak tersebut,
Anak Narapidana
a. Menegelola dan merawat kondisi medis dan kesehatan mental anak
narapidana.
b. Mengidentifikasi peneyebab perilaku kriminal anak dan memberikan
dukungan rehabilitasi.
Anak Jalanan
a. Menyediakan tempat tinggal yang aman dan layanan dasar,seperti makanan
dan pakaian.
b. Membantu dalam peningkatan status kesehatan anak jalanan.
c.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. TRAFFCKING
1. DEFINISI
Traffcking merupakan perekrutan, pengiriman, pemindahan,
penampungan atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau kekerasan
atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan kebohongan
merupakan wujud dari penyalahgunaan kekuasaan yang bertujuan untuk
memperoleh keuntungan agar bisa memperoleh persetujuan dari seseorang
yang berkuasa atas orang lain dengan cara mengeksploitasi. ( pasal 3 protokol
PBB).
5
2. PENYEBAB
a. Kemiskinan
Masalah kemiskinan di Indonesia adalah fenomena sosial yang
sampai detik ini penanganannya dan solusinya yang secara konkrit belum
ada. Hal ini bukanlah persoalan yang baru bagi republik ini karena
persoalan kemiskinan adalah persoalan fenomena yang nampaknya menjadi
bagian dari kompleksnya berbagai persoalan di negeri ini.
6
Adanya fenomena masalah rendahnya tingkat pendidikan ini
efek negatifnya dalam hal migrasi ditandai atau dapat dilihat, dimana
didalam negeri sendiri saja banyak ijazah yang tidak laku, apabila hanya
pada tingkat lulusan pendidikan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama) atau SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) yang ijazahnya
sering tidak laku untuk dijadikan syarat suatu pekerjaan di tanah air, selain
itu rendahnya tingkat pendidikan terlebih lagi bila hanya pada lulusan
SD/sederajat, bahkan lebih parah lagi malah buta huruf karena tidak
pernah mengenyam pendidikan sama sekali, sehingga hal ini sangat rawan
dengan terjadinya penipuan, pemalsuan dokumen, dan akan lebih
memudahkan menjebak dan menjerat korban, sesuai dengan tujuan si
pelaku untuk mengeksploitasi atau bahkan memperdagangkan sesuai
keinginannya atau sesuai dengan pesanan penadah atau pihak yang
berkepentingan dengan hal tersebut (eksploitasi dan perdagangan).
d. Pengaruh Globalisasi
Pemberitaan tetang trafficking (perdagangan manusia), pada
beberapa waktu terakhir ini di Indonesia semakin marak dan menjadi isu
yang aktual, baik dalam lingkup domistik maupun yang telah bersifat lintas
batas negara. Perdagangan manusia yang paling menonjol terjadi khususnya
yang dikaitkan dengan perempuan daan kegiatan industri seksual, ini baru
mulai menjadi perhatian masyarakat melalui media massa pada beberapa
tahun terkhir ini. Kemungkinan terjadi dalam skala kecil, atau dalam suatu
kegiatan yang teroganisir dengan sangat rapi. Merupakan sebagian dari
7
alasan-alasan yang membuat berita-berita perdagangan ini belum menarik
media massa pada masa lalu. Adapun pengaruh dari akibat globalisasi
dunia, Indonesia juga tidak dapat luput dari pengaruh keterbukaan dan
kemajuan di berbagai aspek teknologi, politik, ekonomi, dan sebagainya.
Kemajuan di berbagai aspek terebut membawa perubahan pula dalam segi-
segi kehidupan sosial dan budaya yang diacu oleh berbagai kemudahan
informasi.
Dampak negatif dari perubahan dan kemudahan tersebut menjadi
konsekuensi bagi munculnya permasalahan-permasalahan sosial termasuk
pada perempuann dan anak, salah satunya adalah berkembangnya
perdagangan seks pada anak. (Kebendaan, 2017)
11
7. BENTUK, PROSES, DAN DAMPAK TRAFFECKING
a. Bentuk-bentuk trafficking
1) Pelacuran dan eksploitasi seksual, hal ini tidak hanya terjadi pada orang
dewasa, tetapi pada anak juga sering terjadi yaitu (fedopilia).\
2) Menjadi buruh migran legal maupun illegal
Misalnya imigran pekerja indonesia yang di pekerjakan di arab atau
negara-negara lainnya,tetapi mereka di eksploitasi dengan kekerasan dan
pekerjaan dan bayaran yang minim atau bahkan tidak di bayar sama
sekali.
3) Adopsi anak
4) pekerja jermal
5) Pekerja rumah tangga
6) Pengemis
7) Industri ponografi
8) Pengedaran obat terlarang narkoba
9) Sebagai penari atau pengantin pesanan
b. Proses
Pelaku mencari sasaran traffcking : sasaran traffcking biasanya pada anak-
anak jalanan,orang yang sedang mencari pekerjaan, anak-anak yang berada di
saerah konflik atau pengungsi,anak miskin yang berada di pedesaan, anak-
anak yang berada di wilayah perbatasan negara,anak yang dalam keluarganya
terjerat hutang, anak yang berasa dalam kekerasan rumah tangga, anak
perempuan yang menjadi korban pemerkosaan.
1) Pelaku melakukan modus operandi dengan rayuan, jebakan,dan
penyalahgunaan wewenang, kedok duta budaya di luar negeri,atau
dengan melakukan penculikan.
2) Penggantian identitas. Pelaku pengganti identitas korban,setelah korban
terjerat,agar jejak nya tidak tercium pihak keamanan misalnya dengan pihak
kepolisian.
3) Pekerjaan melibatkan calo atau agen,dan mereka biasanya mempunyai
organisasi yang terintegritas ,jarang dari mereka yang bekerja
12
perseorangan atau pelaku memiliki link terlebih dahulu.
c. Dampak traffcking
1) Fisik
Anak memiliki penyakit yang di timbulkan oleh traffcking tersebut
misalnya pada eksploitasi seksual anak terjangkin penyakit HIV/AIDS.
2) Psikolog
Selama meraka diberlakukan kekerasan serta ancaman-ancaman yang
membuat mereka tidak mampu mendapat pertolongan dari luar, mereka
pada akhirnya menekan masalah sendiri, tidak jarang dari mereka
akhirnya menjadi depresi atau bahkan mengalami gangguan kejiwaan.
b. Dampak traffcking
1) Fisik
Anak memiliki penyakit yang di timbulkan oleh traffcking tersebut
misalnya pada eksploitasi seksual anak terjangkin penyakit HIV/AIDS.
2) Psikolog
Selama meraka diberlakukan kekerasan serta ancaman-ancaman yang
membuat mereka tidak mampu mendapat pertolongan dari luar, mereka
pada akhirnya menekan masalah sendiri, tidak jarang dari mereka akhirnya
menjadi depresi atau bahkan mengalami gangguan kejiwaan.
B. NARAPIDANA
1. DEFINISI
Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani sanksi kurungan
atau sanksi lainnya, menurut perundang- undangan. Pengertian narapidana
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang yang
sedang menjalani hukuman karena tindak pidana) atau terhukum.
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di
lembaga pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995).
Narapidana yang diterima atau masuk kedalam lembaga pemasyarakatan maupun
rumah tahanan negara wajib dilapor yang prosesnya meliputi : pencatatan putusan
pengadilan, jati diri, barang dan uang yang dibawa, pemeriksaan kesehatan,
15
pembuatan pasphoto, pengambilan sidik jari dan pembuatan berita acara serah terima
terpidana. Setiap narapidana mempunyai hak dan kewajiban yang sudah diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Narapidana yang ditahan dirutan dengan cara
tertentu menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana
(KUHAP) pasal 1 dilakukan selama proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan
untuk disidangkan di pengadilan. Pihak- Pihak yang menahan adalah Penyidik,
Penuntut Umum, Hakim dan mahkamah agung. Pada pasal 21 KUHAP Penahanan
hanya dapat dilakukan terhadap tersangka yang melakukan tindak pidana termasuk
pencurian. Batas waktu penahanan bervariasi sejak ditahan sampai 110 hari
sesuai kasus dan ketentuan yang berlaku.
2. PENYEBAB
Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga seorang menjadi narapidana
adalah:
a. Faktor ekonomi
1) Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan bebas,
menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara penjualan modern
dan lain-lain, yaitu menimbulkan keinginan untuk memiliki barang dan
sekaligus mempersiapkan suatu dasar untuk kesempatan melakukan
penipuan-penipuan.
2) Pendapatan
Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan
ekonomi nasional, upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks
keadaan ekonomi pada umumnya. Maka dari itu perubahan-perubahan
harga pasar (market fluctuations) harus diperhatikan.
3) Pengangguran
Di antara faktor-faktor baik secara langsung atau tidak, mempengaruhi
terjadinya kriminalitas, terutama dalam waktu- waktu krisis,
pengangguran dianggap paling penting. Bekerja terlalu muda, tak ada
pengharapan maju, pengangguran berkala yang tetap, pengangguran
16
biasa, berpindahnya pekerjaan dari satu tempat ke tempat yang lain,
perubahan gaji sehingga tidak mungkin membuat anggaran belanja,
kurangnya libur, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengangguran
adalah faktor yang paling penting.
b. Faktor Mental
1) Agama
1) Umur
Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan, baik secara
17
yuridis maupun kriminal dan sampai suatu batas tertentu berhubungan
dengan faktor-faktor seks/kelamin dan bangsa, tapi faktor-faktor tersebut
pada akhirnya merupakan pengertian- pengertian netral bagi kriminologi.
Artinya hanya dalam kerjasamanya dengan faktor-faktor lingkungan
mereka baru memperoleh arti bagi kriminologi. Kecenderungan untuk
berbuat antisocial bertambah selama masih sekolah dan memuncak
antara umur 20 dan 25, menurun perlahan-lahan sampai umur 40, lalu
meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada hari tua.
Kurve/garisnya tidak berbeda pada garis aktivitas lain yang tergantung
dari irama kehidupan manusia.
2) Alkohol
Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan kriminalitas, seperti
pelanggaran lalu lintas, kejahatan dilakukan dengan kekerasan,
pengemisan, kejahatan seks, dan penimbulan pembakaran, walaupun
alcohol merupakan faktor yang kuat, masih juga merupakan tanda tanya,
sampai berapa jauh pengaruhnya.
3) Perang
Memang sebagai akibat perang dan karena keadaan lingkungan,
seringkali terjadi bahwa orang yang tadinya patuh terhadap hukum,
melakukan kriminalitas. Kesimpulannya yaitu sesudah perang, ada krisis-
krisis, perpindahan rakyat ke lain lingkungan, terjadi inflasi dan revolusi
ekonomi. Di samping kemungkinan orang jadi kasar karena perang,
kepemilikan senjata api menambah bahaya akan terjadinya perbuatan-
perbuatan kriminal.
a. Kesehatan Mental
Menurut data dari Bureau of justice, 1999 kira-kira 285.000 tahanan
dilembaga pemasyarakatan mengalami gangguan jiwa. Penyakit jiwa yang
18
sering dijumpai adalah skozofrenia, bipolar affective disorder dan
personality disorder. Karena banyak yang mengalami ganguan kesehatan
jiwa maka pemerintah harus menyediakan pelayanan kesehatan mental.
b. Kesehatan fisik
Perawatan kesehatan yang paling penting adalah penyakit kronis dan
penyakit menular seperti HIV, Hepatitis dan Tuberculosis :
1) HIV
Angka kejadian HIV diantara para narapidana diperkiraan 6 kali lebih
tinggi daripada populasi umum. Tingginya angka infeksi HIV ini
berkaian dengan perilaku yang beresiko tinggi seperti penggunaan obat-
obaan, sexual intercourse yang tidak aman dan pemakaian tato.
Pendekatan yang dilakukan utnuk menekan angka kejadian yaitu dengan
dilakukannya penegaan dan program pendidikan kesehatan mengenai
HIV dan AIDS.
2) Hepatitis
Hepatitis B dan C meningkat lebih tinggi dariopada populasi umum
walaupun data yang ada belum lengkap. Hal ini berkaitan dengan
penggunaan obat-obat lewat suntikan, tato, imigran dari daerah dengan
insiden hepatitis B dan C tinggi. National Commision on Correctional
Healt Care (NCCHC) menyarankan agar dilakukan skrining pada semua
tahanan dan jika diindikasikan maka harus segera diberikan pengobatan.
NCCHC juga merekomendasikan pendidikan bagi semua staf dan
tahanan mengenai cara penyebaran, pencegahan, pengobatan dan
kemajuan penyakit.
3) Tuberculosis
Angka TB tiga kali lebih besar di LP dibanding populasi umum. Hal ini
terkait dengan kepadatan penjara dan ventilasi yang buruk, yang
mempengaruhi penyebaran penyakit. Pada tahun 196, lembaga yang
19
menangani tuberculosis yaitu CC merekomendasikan pencegahan dan
pengontrolan TB di lembaga pemasyarakatan yaitu :
- Diadakannya skrining TB bagi semua staf dan tahanan
- Diadakan penegahan transmisi penyakit dan diberikan pengobatan
yang sesuai
- Monitoring dan evaluasi skrining
5. PENGOBATAN NARAPIDANA
a. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231).
b. Keperawatan
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori,
terapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis terapi
aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu
dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi.Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi adalah terapi yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan
terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).
c. Terapi kerja
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah
ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih
ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk
membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada
pertolongan orang lain (Riyadidan Purwanto, 2009).
1) Terapi kerja pada narapidana laki laki
a) Pelatih binatang
Bekerja sebagai pelatih 21
sekaligus merawat binatang- binatang
dianggap dapat membantu narapidana untuk mendapatkan terapi
secara psikologis dan menjadi lebih terlatih secara emosional.
Binatang yang dilatih tidak hanya binatang peliharaan, namun juga
binatang yang ditinggalkan atau dibuang oleh pemiliknya.
Diharapkan nantinya binatang- binatang ini juga dapat berguna di
masyarakat, sama seperti narapidana yang mendapatkan pelatihan
untuk dapat diterima dan bekerja dengan masyarakat lainnya.
b) Bidang kuliner
Dapur yang ada di penjara juga dapat dimanfaatkan sebagai
pelatihan memasak bagi para narapidana. Meskipun ada yang
mendapatkan pekerjaan sederhana seperti membuka kaleng, banyak
pula yang mendapatkan pelatihan memasak secara khusus, mulai
dari membuat menu hingga menyusun anggaran. Beberapa penjara
juga bekerja sama dengan restoran lokal untuk memberi pelatihan
ini. Selain itu, dengan pekerja di dapur, mereka tidak perlu banyak
berinteraksi dengan masyarakat yang mungkin memandang negatif.
c) Konseling
Meskipun Anda mungkin tidak berencana untuk berkonsultasi pada
mantan penjahat, namun di penjara, narapidana diberikan
pengetahuan mengenai rehabilitasi dan terapi konseling. Hal ini
dikarenakan narapidana memiliki pengalaman yang membuat
mereka lebih mengerti mengenai tindak kejahatan. Dengan
pelatihan ini, mereka diharapkan untuk dapat memberikan
konseling dengan lebih baik kepada orang-orang yang bermasalah
berdasarkan pengalaman pribadi mereka serta pelatihan yang mereka
terima.
2) Terapi kerja pada narapidana laki laki
a) Pelatih binatang
Bekerja sebagai pelatih sekaligus merawat binatang- binatang
dianggap dapat membantu narapidana untuk mendapatkan terapi
22
secara psikologis dan menjadi lebih terlatih secara emosional.
Binatang yang dilatih tidak hanya binatang peliharaan, namun juga
binatang yang ditinggalkan atau dibuang oleh pemiliknya.
Diharapkan nantinya binatang- binatang ini juga dapat berguna di
masyarakat, sama seperti narapidana yang mendapatkan pelatihan
untuk dapat diterima dan bekerja dengan masyarakat lainnya.
b) Bidang kuliner
Dapur yang ada di penjara juga dapat dimanfaatkan sebagai
pelatihan memasak bagi para narapidana. Meskipun ada yang
mendapatkan pekerjaan sederhana seperti membuka kaleng, banyak
pula yang mendapatkan pelatihan memasak secara khusus, mulai
dari membuat menu hingga menyusun anggaran. Beberapa penjara
juga bekerja sama dengan restoran lokal untuk memberi pelatihan
ini. Selain itu, dengan pekerja di dapur, mereka tidak perlu banyak
berinteraksi dengan masyarakat yang mungkin memandang negatif.
c) Konseling
Meskipun Anda mungkin tidak berencana untuk berkonsultasi pada
mantan penjahat, namun di penjara, narapidana diberikan
pengetahuan mengenai rehabilitasi dan terapi konseling. Hal ini
dikarenakan narapidana memiliki pengalaman yang membuat
mereka lebih mengerti mengenai tindak kejahatan. Dengan
pelatihan ini, mereka diharapkan untuk dapat memberikan
konseling dengan lebih baik kepada orang-orang yang bermasalah
berdasarkan pengalaman pribadi mereka serta pelatihan yang mereka
terima.
3) Terapi kerja pada anak
a) Keterampilan
Agar narapidana anak menjadi terampil dan juga sebagai bekal
23
baginya setelah kembali kemasyarakat nantinya, kepada mereka di
berikan latihan kerja. Pemberian latihan kerja ini dapat dilakukan oleh
lembaga pemasyarakatan sedangkan tempat penentuan kerja dan jenis
pekerjaan yang akan diberikan kepada narapidana ditetapkan oleh Tim
Pengamat Pemasyarakatan. Latihan kerja ini berupa latihan kerja di
bidang pertanian, Perkebunan, Pengelasan, Penjahitan dan lain
sebagainya.
4) Terapi kerja pada narapidana perempuan
Program pembentukan perilaku wirausaha narapidana di Lapas IIB
Sleman dilaksanakan melalui pembinaan soft kill dan hard skill dengan
pendekatan perilaku wirusaha. Pembinaan soft skill yang dilaksanakan
yaitu pembinaan intelektual, pembinaan kerohanian dan pembinaan
rekreatif. Pembinaan hard skill yang dilaksanakan yaitu pembinaan
keterampilan dan kemandirian melalui bimbingan kerja.Ketrampilan
khusus yang di latihkan pada naraidana perempuan berupa ketrampilan
hidup seperti pertukangan kayu, kerajinan sapu, las listrik, batik tulis,
kerajinan sangkar burung,perkebunan, dan pembuatan souvenir.
C. ANAK JALANAN
1. DEFINISI
31
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. TRAFFECKING
a) Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan pasien
c. Riwayat kesehatan keluarga
d. Keluhan utama
e. Pemeriksaan fisik
b) Diagnosa keperawatan
a. Ansietas
c) Intervensi keperawatan
B. NARAPIDANA
a) Pengkajian
a. Identitas klien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Tanggal dirawat
5) Tanggal pengkajian
6) Nomor rekam medis
b. Faktor predisposisi
1) Genetik
2) Neurobiologis: penurunan volume otak dan perubahan
system neurotransmiter.
3) 3) Teori virus dan infeksi
c. Faktor presipitasi
33
1) Biologis
2) Sosial kutural
3) Psikologis
d. Penilaian terhadap stress
e. Sumber koping
1) Disonasi kognitif( gangguan jiwa aktif)
2) Pencapaian wawasan
3) Kognitif yang konstan
4) Bergerak menuju prestasi kerja
f. Mekanisme koping
1) Regresi ( berhubungan dengan masalah dalam proses
informasi dan pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam
upaya mengelola anxietas)
2) proyeksi ( upaya untuk menjelaskan presepsi yang
membingungkan dengar menctapkan tanggung jawab
kepada orang lain)
3) Menarik diri
4) Pengingkaran
34
c) Intervensi Keperawatan
Edukasi
1. Anjurkan mengevaluasi prilaku
2. Ajarkan cara mengatasi bullying
2 Isolasi sosial Setelah dilakukan Terapi Aktivitas
tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam
1. Identifikasi defisit
diharapkan isolasi sosial
tingkat aktifitas
pada pasien dapat teratasi
dengan : 2. Identifikasi
35
KH : kemampuan
Keterlibatan sosial berpartisipasi dalam
1. Minat interaksi aktifitas tertentu
meningkat 3. Identifikasi sumber
2. Minat terhadap aktivitas yang
aktifitas meningkat diinginkan
3. Prilaku Menarik diri
4. Monitor respon
menurun
emosional, fisik, social
4. Afek sedih menurun
dan spiritual terhadap
5. Prilaku sesuai
aktifitas
harapan orang lain
membaik Terapeutik
Edukasi
C. ANAK JALANAN
1. Pengkajian
a) Faktor predisposisi
Genetik
Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem
neurotransmiter
Teori virus dan infeksi
36
b) Faktor presipitasi
Biologis
Sosial kultural
Psikologis
c) Penilaian terhadap stresor
d) Sumber koping
Disonasi kognitif ( gangguan jiwa aktif
Pencapaian wawasan
Kognitif yang konstan
Bergerak menuju prestasi kerja
e) Mekanisme koping
Regresi( berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola anxictas)
Proyeksi ( upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan
dengar menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
Menarik diri
37
Pengingkaran
2. Diagnosa
a. Defisit perawatan diri
3. Intervensi Keperawatan
38
EVALUASI
1. Ansietas
b. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
c. Klien mampume nunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
d. Klien menunjukkan berkurangnya kecemasan
34