Vagina Douche

You might also like

You are on page 1of 27

SWAMEDIKASI

“VAGINAL DOUCHE”

Dosen Pengampu:
Dra. Yul Mariyah, M.Si.,Apt

Disusun Oleh Kelompok 2 / Kelas B


Apoteker Angkatan 35
Maya Dwi Wulan Sari 1820353916
Mayang Biyan P. 1820353917
Maynia Susanti 1820353918
Megawati 1820353919
Meiji Pujiawati 1820353920
Meilina Andriyani 1820353921
Mufaricha Nur’ariroh 1820353922
Muh. Faris Hidayat 1820353923

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2018
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
a. ANATOMI FISIOLOG

Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian


yaitu: alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam
rongga pelvis, dan alat reproduksi wanita bagian luar yang terletak di
perineum.
1. Alat genitalia wanita bagian luar
a. Mons veneris / Mons pubis
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang
menonjol di bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak
dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut
yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak
kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu
melakukan hubungan seks.
b. Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong,
panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing
pada ujung bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu
membentuk perineum, permukaan terdiri dari:
1) Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari
rambut pada mons veneris.
2) Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea (lemak).
c. Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak
dibagian dalam bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang
memanjang kea rah bawah klitoris dan menyatu dengan
fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia
biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia
minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang
bersifat erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ
ini mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi
utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan
ketegangan seksual.
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk
seperti perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora,
klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra,
kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh
bahan kimia, panas, dan friksi.
f. Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus. Perinium membentuk dasar badan
perinium.
g. Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat
rapuh dan mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran
lendir meningkat.
h. Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat
rapuh dan mudah robek, himen ini berlubang sehingga menjadi
saluran dari lendir yang di keluarkan uterus dan darah saat
menstruasi.
i. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia
minora. Di garis tengah berada di bawah orifisium vagina. Suatu
cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette
dan himen.

2. Alat genitalia wanita bagian dalam

a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat
dan mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke
bagian atas vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya
sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior 11 cm.
Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung
kemih. Vagina merupakan saluran muskulo- membraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya
merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus
levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan.
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang
disebut rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak
(ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian
servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio
uteri membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik
anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik sinistra.
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen
yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman
vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama
vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus
dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada
waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal,
muskular, pipih, cekung dan tampak seperti bola lampu / buah
peer terbalik yang terletak di pelvis minor di antara kandung
kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris,
nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat.
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu
bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba
fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi
kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang
berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding depan dan bagian
atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya
berhubungan dengan kandung kemih.
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus
tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus
sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum,
miometrium / lapisan otot, dan endometrium.
1) Peritoneum
a) Meliputi dinding rahim bagian luar
b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d) pembuluh darah limfe dan urat saraf
e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2) Lapisan otot
a) Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri
menuju ligamentum
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai
osteum uteri internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim.
Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan
vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan
sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit
rapat dengan demikian perdarahan dapat terhenti.
3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan
jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak
antara osteum uteri internum anatomikum yang merupakan
batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum
uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir
kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus.
Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan
meregang saat persalinan.
4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh
tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang
menyangga, tonus otot-otot dasar panggul, ligamentum yang
menyangga uterus adalah ligamentum latum, ligamentum
rotundum (teres uteri) ligamentum infindibulo pelvikum
(suspensorium ovarii) ligamentum kardinale machenrod,
ligamentum sacro uterinum dan ligamentum uterinum.
a) Ligamentum latum
(1) Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus
meluas sampai ke dinding panggul
(2) Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat
longgar dan mengandung pembuluh darah limfe dan
ureter
(3) Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba
fallopi
(4) Ligamentum rotundum (teres uteri)
(5) Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis
inguinalis dan mencapai labia mayus
(6) Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
(7) Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
b) Ligamentum infundibulo pelvikum
(1) Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju
dinding panggul
(2) Menggantung uterus ke dinding panggul
(3) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat
ligamentum ovarii proprium
c) Ligamentum kardinale machenrod
(1) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju
panggul
(2) Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
(3) Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
d) Ligamentum sacro uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale
machenrod menuju os sacrum
e) Ligamentum vesika uterinum
(1) Dari uterus menuju ke kandung kemih
(2) Merupakan jaringan ikat yang agak longgar
sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus saat
hamil dan persalinan
5) Pembuluh darah uterus
a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri
sepanjang dinding lateral dan memberikan cabangnya
menuju uterus dan di dasar endometrium membentuk
arteri spinalis uteri
b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah
pada tuba fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan
ramus ovarika.
6) Susunan saraf uterus
Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan
oleh saraf simpatis dan parasimpatis melalui ganglion
servikalis fronkenhouser yang terletak pada pertemuan
ligamentum sakro uterinum.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara
kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan
merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. terletak di tepi
atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari
osteum tubae internum pada dinding Rahim Panjang tuba
fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga
lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa dengan epitel
bersilia.Tuba fallopi terdiri atas :
1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim
mulai dari osteum internum tuba.
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar
uterus dan merupakan bagian yang paling sempit.
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan
berbentuk “s”.
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki
lumbai yang disebut fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi :
1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum
uteri.
2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4) Tempat terjadinya konsepsi.
5) Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi
sampai mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan
implantasi.
d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan
folikel menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon –
hormon steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum
infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum
melalui mesovarium.
Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1) Korteks ovarii
a) Mengandung folikel primordial
b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
c) Terdapat corpus luteum dan albikantes
2) Medula ovarii
a) Terdapat pembuluh darah dan limfe
b) Terdapat serat saraf
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke
dua lembar ligamentum latum.
Batasan parametrium
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovary
b. Mekanisme Menstruasi
Fisiologi siklus menstruasi
Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait
pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan
peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab
dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus
menstruasi.
Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan
progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium,
yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang
mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol.
Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan
organorgan reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang
berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan penting dalam
perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus.
Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam
uterus selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling
penting untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa
yang melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi
kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk
mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga
dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen
terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido
wanita.
Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3
tahun setelah menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan
memperhatikan komponen yang mengatur menstruasi dapat dikemungkakan
bahwa setiap penyimpangan system akan terjadi penyimpangan pada partum
umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari
selama ±7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan jumlah darah
yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini
dapat dilihat dari jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase
proliferasi sekitar 6-8 hari.
Bagian-bagian siklus menstruasi
1. Siklus Endomentrium
Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari empat fase, yaitu :
a) Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-
rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal
fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon)
menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH
(Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.
b) Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang
berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 darisiklus haid,
misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18
siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal
sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini
endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali
lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi
tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
c) Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari
sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi,
endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai
ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi
kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.
d) Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10
hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi,
korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut.
Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri
spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium
fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah
dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai
2. Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat
pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing
hormon). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari
folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel
primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam
ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum
terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang
terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai
berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak
aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon
estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus
luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan
fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.
3. Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan
progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam
darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin
realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi
folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan
folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai
menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk
mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapaipuncak pada sekitar
hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi
dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena
itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi.

Hormon Yang Berperan Dalam Menstruasi


Ada beberapa hormone yang memegang peranan dalam terjadinya menstruasi :
a. Gonadotropin-releasing Hormone (GnRH)
Hormon ini diproduksi oleh otak besar atau hipotalamus. Hormon ini berfungsi
untuk merangsang tubuh guna memproduksi dan melepaskan hormon FSH dan
hormon LH.
b. Follicle stimulating Hormone (FSH)
FSH diproduksi pada kelenjar hipofisis dalam otak. Fungsi dari hormon ini
ialah untuk membuat telur yang berada dalam ovarium menjadi matang
sehingga siap disalurkan ke rahim.
c. Luteinising hormone (LH)
Hormon LH berfungsi untuk merangsang ovarium agar melepaskan telur.
Sama seperti hormon FSH, hormon LH ini juga diproduksi pada kelenjar
hipofisis.
d. Hormon estrogen
Hormon estrogen diproduksi di dalam ovarium. Hormon ini berperan untuk
menjaga keteraturan siklus reproduksi pada wanita. Selain itu hormon estrogen
juga berfungsi untuk membantu mempertahankan kehamilan
e. Hormon Progesteron
Hormon progesteron bekerjasama dengan hormon estrogen dalam menjaga
siklus reproduksi dan menjaga kehamilan. Hormon progesteron juga
diproduksi di ovarium. Hormon ini juga berperan penting dalam proses dalam
penebalan dinding Rahim

c. Gangguan/Kelainan pada Sistem Reproduksi Wanita


a) Keputihan (Flour Albus)
Definisi
Keputihan (leukorea, fluor albus) merupakan gejala keluarnya
cairan dari vagina selain darah haid. Keputihan (fluor albus) ada yang
fisiologik (normal) dan ada yang patologik (tidak normal). Keputihan tidak
merupakan penyakit melainkan salah satu tanda dan gejala dari suatu
penyakit organ reproduksi wanita (Mansjoer, 2001).
Macam-macam keputihan
Menurut Monalisa et al., (2012), keputihan terbagi dua macam,
yaitu:
1. Keputihan Fisiologis
Keputihan fisiologis merupakan cairan yang terkadang berupa lendir
atau mukus dan mengandung banyak epitel dengan leukosit yang
jarang, sedangkan keputihan patologis banyak mengandung leukosit.
Keputihan fisiologis terjadi pada perubahan hormon saat masa
menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari ke
10-16 siklus menstruasi, pada saat terangsang, hamil, kelelahan, stres,
dan sedang mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB, serta
atrofi vulvovagina (hipoestrogenisme) pada menopause
2. Keputihan Patofisiologi
Keputihan Patologis merupakan cairan eksudat dan mengandung
banyak leukosit. Cairan ini terjadi akibat reaksi tubuh terhadap luka
(jejas). Luka (jejas) ini dapat diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme
seperti jamur (Candida albicans), parasit (Trichomonas), bakteri
(E.coli, Staphylococcus, Treponema pallidum). Keputihan patologis
juga dapat terjadi akibat benda asing yang tidak sengaja atau sengaja
masuk ke dalam vagina, neoplasma jinak, lesi, prakanker, dan
neoplasma ganas.
Penyebab terjadinya keputihan
penyebab terjadinya keputihan bermacam-macam, dapat disebabkan oleh
adanya:
1. Infeksi (kuman, jamur, parasit, virus)
Adanya jasat renik berupa kuman, jamur, parasit atau virus yang
menghasilkan zat kimia tertentu bersifat asam sehingga menimbulkan
bau tak sedap dan mengganggu kehidupan sel-sel alat kelamin normal.
Beberapa contoh kuman (bakteri), jamur, parasit dan virus yang dapat
menimbulkan keputihan
1) Kuman (Bakteri)
a) Gonococus . Penyakit kelamin yang dikenal dengan nama GO
disebabkan oleh kuman Neisseria gonorhaoe mengeluarkan
cairan dari liang vagina berwarna kekuningan berisi nanah dari
sel darah putih yang mengandung kuman tersebut
b) Chlangdia trachomatis. Menyebabkan penyakit pada mata yang
dikenal dengan penyakit trakoma, kuman ini juga ditemukan
pada cairan rongga vagina.
a) Treponema pallidum. Merupakan penyebab sifilis, yaitu
terbentuknya kulit-kulit kecil di ruang senggama dan bibir
kemaluan yang disebut kandilomalata.
2) Jamur
Jamur yang menyebabkan keputihan adalah dari spesies candida,
cairan yang keluar dari liang senggama biasanya kental, berwarna
putih susu dan acapkali berbentuk kepala susu disertai rasa gatal.
Beberapa keadaan yang mempercepat pertumbuhan jamur yaitu
pada kehamilan, DM, pemakai pil KB.
3) Parasit
Penyebab keputihan terbanyak karena parasit. Biasanya
disebabkan oleh Tricomonas vaginalis, cairan yang keluar dari
liang senggama biasanya banyak berbuih menyerupai air sabun dan
bau tidak terlalu gatal, tapi liang senggama tampak kemerahan dan
timbul rasa nyeri bila ditekan atau perih bila berkemih. Pada pria
tanpa gejala sehingga dapat menular pada pasangannya tanpa
disadari.
4) Virus
Keputihan akibat infeksi virus disebabkan oleh Candyloma
acuminata dan herpes. Cairan yang dikeluarkan dari liang
senggama pada infeksi virus condyloma sering berbau, tanpa rasa
gatal, penyebabnya adalah virus caplak pada manusia (Human
Poppiloma Virus) sedangkan jenis lainnya adalah Condyloma datar
yang sering tampak pada leher rahim dan liang senggama yang di
hubungkan dengan cikal bakal terjadinya kanker rahim. Virus lain
yang menyebabkan keputihan adalah virus herpes simplek tipe 2
yang juga merupakan penyakit yang ditularkan melalui senggama.
Pada saat awal infeksi tampak kelainan kulit berbentuk seperti
melepuh terkena panas yang kemudin pecah dan menimbulkan
luka seperti borok dan terasa sakit
2. Kelainan alat kelamin yang didapat atau bawaan
Kadang-kadang pada wanita ditemukan cairan dari liang senggama
yang tercampur dengan air seni atau feces. Hal ini terjadi akibat adanya
lubang kecil (fistel) dari kandung kencing atau ke liang senggama
akibat adanya cacat bawaan, cidera persalinan, penyinaran pada kanker
alat kandungan (radiasi) atau kanker itu sendiri.
3. Benda asing
Adanya benda asing seperti kotoran tanah atau biji-bijian pada anak
anak atau tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang dipakai
waktu senggama, adanya cincing pesarium yang digunakan pada
wanita yang menderita hernia atau prolape, jika rangsangan ini
menimbulkan luka dapat menimbulkan infeksi pada liang senggama.
4. Kanker
Pada kanker terdapat gangguan dari pertumbuhan sel normal yang
berlebihan sehingga mengakibatkan sel tumbuh sangat cepat secara
abnormal dan mudah rusak, sehingga terjadi pembusukan dan
perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk
memberikan makanan dan oksigen pada sel kanker tersebut, akibat
proses pembusukan tersebut terjadi pengeluaran cairan yang banyak
disertai oleh bau busuk.
5. Menopause
Pada keadaan mati haid (baki/menopause) sel-sel pada leher Rahim
dan liang senggama mengalami hambatan dalam pematangan sel
karena tidak adanya hormon pemacu yaitu estrogen, liang senggama,
menjadi kering kadang timbul gatal karena tipisnya lapisan sel
sehingga mudah timbul luka dan infeksi penyerta (Sianturi, 2001).

B. DOUCHE
a. Definisi Douche
Kata “douche” berasal dari bahasa Perancis yang artinya mencuci
atau merendam. Douching berarti mencuci atau membersihkan vagina atau
“pintu kelahiran” dengan air atau campuran cairan tertentu.
Douche adalah larutan dalam air yang dimaksudkan dengan suatu
alat ke dalam vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk
membersihkan. Karena larutan ini mengandung bahan obat atau antiseptik.
Larutan untuk disemprotkan pada vagina (vaginal douche) dapat dibuat
dari serbuk, dari larutan cair atau dari cairan padat. Dalam pengguanaan
cairan pekat, pasien diinstruksikan untuk menambahkan sejumlah cairan
pekat yang ditentukan (biasanya satu sendok teh atau satu tutup botol)
dengan sejumlah tertentu air hangat (seringkali hampir satu liter). Larutan
yg dihasilkan maka mengandung bahan kimia dalam jumlah yang tepat
dalam kekuatan yang wajar. Zat yang terdapat adalah sama seperti yang
ditetapkan di atas untuk serbuk yang disemprotkan.
Komposisi dari serbuk untuk vaginal douche yaitu:
a) Asam borat atau natrium borat.
b) Astringen seperti kalium alum (tawas), ammonium aum, zink sulfat.
c) Antimikroba seperti oksiquinolin sulfat, povidon-iodium.
d) Kompleks ammonium kuartener seperti benzetonium klorida.
e) Detergen seperti natrium lauril sulfat.
f) Oksidator seperti natrium perborat.
g) Garam-garam seperti natrium sitrat, natrium klorida.
h) Aromatika seperti mentol timol, eukaliptol, metal salisilat, fenol.
Serbuk untuk disemprotkan umumnya digunakan untuk efek
kebersihan.sedikit serbuk untuk disemprotkan mengandung zat antiinfeksi
untuk pengobatan yang spesifik yaitu digunakan terhadap infeksi monilial
dan trikomonal.
b. Bahaya yang dapat timbul dari douching
Bahaya yang dapat timbul dari douching adalah :
a) Iritasi vagina.
b) Infeksi vagina yang biasa disebut bacterial vaginosis.
Douching merusak keseimbangan bakteri pada vagina. Douching
vagina justru akan memicu pertumbuhan bakteri jahat. Bila jumlah
bakteri jahat pada area kewanitaan jauh lebih banyak dari bakteri
baik, Anda berisiko mengidap infeksi bakteri vagina.
c) Penyakit menular seksual (PMS).
d) Pevic Inflammatory Disease (PID) adalah infeksi pada rahim,
saluran telur hingga ke indung telur. Penyakit satu ini yang harus
diwaspadai karena PID dapat menimbulkan gangguan pada
kesuburan, kehamilan di luar kandungan, dan masalah selama
dalam kehamilan dan persalinanmisalnya infeksi pada janin,
persalinan premature, dan lain-lain
e) Kanker Serviks
Wanita yang melakukan douching vagina lebih dari sekali
seminggu ternyata empat kali lebih rentan diserang kanker serviks
(leher rahim). Pasalnya, douching bisa meningkatkan risiko infeksi
HPV genital pada vagina. HPV telah diketahui sebagai salah satu
pemicu kanker serviks
c. Cara penggunaan douche
1. Cuci tangan sebelum menggunakan alat douche-nya sebagai
aplikator.
2. Obat bisa digunakan sambil duduk di kursi toilet, kemudian ujung
pembilas dimasukkan ke dalam vagina dan lepaskan penjepit di pipa
yang terhubung dengan kantung cairan pembilas.
3. Larutan atau cairan pembilas dialirkan ke dalam vagina sambil
memegang bibir vagina tertutup untuk mempertahankan cairan.
4. Jika cairan yang dimasukkan terlalu banyak (vagina membengkak),
maka klem dibuka, setelah beberapa menit kelebihan cairan akan
keluar.
5. Proses diulangi sampai seluruh larutan dalam kantung pembilas
digunakan.
d. Bentuk alat douche
1. Douche Bag

Cara penggunaan :

- Mensterilkan Enema Set dengan merendam menggunakan air


hangat selama 3 sampai 4 jam (semalam) dan mencuci douche
dengan benar.
- Memperbaiki tabung douche dengan tas douche dengan
memasukkan nozzle bawah tas douche di salah satu ujung tabung
douche.
- Memperbaiki stop cock di ujung tabung douche.
- Isi tas douche dengan air hangat kuku yang akan digunakan untuk
enema.
- Memperbaiki pipa vagina dengan stop cock.
- Tempatkan tas douche di ketinggian untuk memastikan aliran air
yang baik.
- Melumasi vagina pipa / nozzle dengan vaseline.
- Putar tombol untuk membiarkan udara keluar dari tabung karet.
- Siapkan diri Anda untuk enema. (Pastikan bahwa Anda berada
dalam kesehatan yang baik dan mampu membawa kegiatan
enema.)
- Masukkan pipa vagina ke dalam vagina dan putar knob of stop cork
sehingga memungkinkan aliran air melalui itu.
- Keluarkan pipa vagina ketika enema berakhir. Cuci lagi semua
peralatan enema dengan air hangat
2. Douche Vaginal Bottles
Cara penggunaan :
Cairan douching dimasukkan ke dalam botol kemudian pipanya akan
dimasukkan ke dalam vagina. Botolnya tersebut dipompa supaya
cairannya bisa keluar dan membasahi bagian dalam vagina
- Isilah botol plastik yang tersedia. dengan cairan (Produk) Vaginal
Douche sampai batas A (untuk menjaga kebersihan) atau sampe
batas B (untuk mengobati infeksi).
- Tambah air hangat sampai batas C, lalu kocok hingga rata.
- Kemudian masukkan aplikator tersebut sejauh mungkin ke dalam
Vagina,
- Pijat aplikator ulang-ulang sampai isi botol habis digunakan.

e. Monografi Obat Vaginal Douche


1. Povidon iodida 10%
Mekanime kerja : Povidone iodine bersifat bakteriostatis dengan
kadar 640μg/ml dan bersifat bakteri sid pada kadar
960 μg/ml. Dalam 10% povidone iodine
mengandung 1% iodium yang mampu membunuh
bakteri dalam 1 menit dan membunuh spora dalam
waktu 15 menit. Mekanisme kerja povidone iodine
dimulai setelah kontak langsung dengan jaringan
maka elemen iodine akan dilepaskan secara
perlahan-lahan dengan aktifitas menghambat
metabolisme enzim bakteri sehingga mengganggu
multiplikasi bakteri yang mengakibatkan bakteri
menjadi lemah. Iodine dalam jumlah yang kecil
diserap masuk ke dalam aliran darah, sehingga
menyebabkan efek sistemik dengan akibat shock
aniksia jaringan. Penggunaan iodine yang berlebihan
dapat menghambat proses granulasi luka. Povidone
iodine yang biasa digunakan dalam perawatan luka
hanya 10%. Hasil suatu penelitian menyatakan
bahwa semakin tinggi konsentrasi iodine yang
digunakan semakin mempercepat penyembuhan
luka (Gunawan 2007).
indikasi : higienis vagina, mengobati keputihan yang
disebabkan Candida dan Tricomonas
Kontra Indikasi : hipersensitif terhadap iodium
Efek Samping : iritasi
Peringatan :
 Jangan digunakan oleh anak-anak di bawah usia 2 tahun
 Jangan digunakan jika anda memiliki kerusakan gigi yang parah
(banyaknya gigi berlubang)!
 Hati-hati penggunaan pada luka bakar yang luas karena dapat
memicu terjadinya absorbsi sistemik.
 Hindari kontak dengan mata, apabila terjadi basuh dengan air
mengalir. Penggunaan povidone iodine dapat memengaruhi fungsi
kelenjar tiroid.
 Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui harus
mempertimbangkan hasil analisis manfaat-risiko.
 Jangan sampai terhirup!
Penyimpanan : Simpan ditempat sejuk dan kering, terlindung
dari cahaya matahari
Contoh sediaan :
N NAMA PRODUK DOSIS KEMA HARGA
O SAN
1 Betadine Vag D. 100ml untuk pencuci vagina dengan aplikator, Botol Rp 65.000,-
Plus Aplikator digunakan setiap pagi hari sesuai dalam
botol aplikator. Cara penggunaan :
- Isilah botol plastik yang tersedia.
dengan cairan (Produk) Vaginal
Douche sampai batas A (untuk
menjaga kebersihan) atau sampe
batas B (untuk mengobati infeksi).
- Tambah air hangat sampai batas C,
lalu kocok hingga rata.
- Kemudian masukkan aplikator
tersebut sejauh mungkin ke dalam
Vagina,
- Pijat aplikator ulang-ulang sampai isi
botol habis digunakan

f. Cara Menjaga kebersihan dan kesehatan Vagina


Kebersihan dan kesehatan vagina harus dijaga demi kenyamanan dan
kebaikan Anda sendiri. Vagina yang terawat baik juga penting dalam
kesehatan seksual, untuk menghentikan penyebaran infeksi dan membuat seks
lebih menyenangkan. Vagina memiliki sistem pH sendiri, yang berarti dapat
merawat diri secara alami. Akan tetapi, ada beberapa hal yang bisa Anda
lakukan untuk membantu perawatan dan tidak mengganggu keseimbangan
pH, yang normalnya antara 3,8 dan 4,5. Berikut langkah-langkah yang dapat
dilakukan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan vagina :
1. Cari ginekolog yang baik dan periksakan diri secara teratur. Jadi,
jika ada masalah, Anda bisa segera mengatasinya. Ginekolog juga bisa
menyarankan cara perawatan yang lebih baik.
2. Pakai celana dalam katun 100% sesering mungkin, dan ganti setiap
hari. Pakaian dalam katun mungkin dianggap tidak cantik, tetapi
memungkinkan kulit “bernapas” sehingga Anda akan merasa lebih segar
dan mencegah perkembangan bakteri.
3. Kenakan celana yang longgar dan dapat membuat kulit Anda
‘bernapas’. Celana berbahan serat sintetis dapat menghambat
sirkulasi udara di daerah kewanitaan Anda; akibatnya, vagina Anda
akan lebih mudah berkeringat, rentan mengalami infeksi, dan
menguarkan aroma yang kurang sedap.
- Kenakan celana yang longgar agar sirkulasi udara di daerah
kewanitaan Anda tetap baik; pastikan Anda juga mengenakan
jenis kain yang lembut dan berpori besar seperti katun.
- Kenakan pakaian dalam atau celana ketat berbahan katun yang
mampu menyerap keringat berlebih pada daerah kewanitaan
Anda; hindari pakaian berbahan serat sintetis seperti nilon
4. Tanggalkan pakaian yang lembap atau dipenuhi keringat
sesegera mungkin. Baju dan celana yang lembap adalah sasaran
empuk bagi bakteri untuk berkembangbiak; akibatnya, daerah
kewanitaan Anda rentan mengalami iritasi atau menguarkan aroma
yang kurang sedap.
- Mandilah dan kenakan pakaian yang bersih setelah Anda
selesai berenang atau berolahraga.
5. Pastikan Anda sering mengganti pembalut atau pantyliner. Jika
Anda terbiasa tidak mengganti pembalut dalam waktu lama, daerah
kewanitaan Anda rentan terserang infeksi atau menguarkan aroma
yang tidak sedap. Gunakan pembalut yang tidak mengandung
pewangi atau pewarna; zat kimia yang terkandung di dalamnya dapat
membahayakan kesehatan Anda.
6. Bersihkan daerah kewanitaan Anda secara menyeluruh setelah
buang air kecil. Jaga vagina Anda agar tetap kering dan bersih
sepanjang hari.
- Gunakan tisu toilet yang bersih, lembut, tidak mengandung
pewarna, dan tidak beraroma untuk mencegah terjadinya
infeksi pada daerah kewanitaan.
- Setelah buang air besar, bersihkan area pantat dari depan ke
belakang untuk mencegah bakteri dari anus masuk ke vagina
dan menimbulkan infeksi.
7. Jangan menggunakan sabun. Sabun dapat mengganggu keseimbangan
sistem pH dan membuat vagina jadi asam sehingga tidak dapat
membersihkan diri secara otomatis, serta lebih terbuka pada bakteri dan
infeksi.
8. Hati-hati dengan apa yang Anda masukkan ke dalam vagina.
Diskusikan kesehatan seksual bersama pasangan untuk memastikan tidak
ada penularan infeksi. Jika memungkinkan, jalani tes infeksi penyakit
menular, khususnya jika Anda tidak ingin menggunakan kondom.
9. Bersihkan alat bantu seks sebelum dan setelah digunakan dengan
produk pembersih khusus. Jika digunakan oleh lebih dari satu orang,
sebaiknya pasang kondom pada alat tersebut sebelum dipakai.
10. Selalu bersihkan daerah kewanitaan Anda setelah melakukan
hubungan seksual. Cairan tubuh yang tersisa dari kondom dan produk
sejenis dapat mengakibatkan munculnya infeksi, iritasi, dan aroma yang
tidak sedap pada area vagina jika tidak segera dibersihkan.
11. Pertimbangkan untuk mengubah pola makan jika Anda
mengkhawatirkan bau vagina. Konsumsi makanan manis dan
berlemak yang berlebihan dapat membuat cairan vagina lebih pahit
dan berbau tidak sedap. Jadi, cobalah makan lebih banyak buah seperti
nanas dan stroberi. Makanan sehat lain yang membantu menjaga pH
vagina adalah bawang putih dan yoghurt
12. Cuci seprai secara teratur untuk membunuh kuman dan
membersihkan kotoran.
13. Gunakan tisu basah khusus saat menstruasi agar Anda merasa
bersih dan segar setiap hari. Ganti pembalut atau tampon setiap
empat jam supaya Anda lebih nyaman, khususnya jika aliran darah
masih deras.
14. Hilangkan bulu kemaluan dengan ahli profesional, paling tidak
untuk pertama kalinya. Jika Anda bercukur sendiri, berhati-hatilah.
Siapkan cermin kecil agar bisa mengecek sambil mencukur
C. SIMULASI KASUS
Pada siang hari datang seorang ibu ke Apotek Sehat Farma untuk
membeli obat Betadine Vag D. 100ml Plus Aplikator yang sebelumnya
sudah pernah menggunakan setelah periksa kedokter.
Ibu : selamat siang mbak.
Apoteker : selamat siang bu, ada yang bisa saya bantu?
Ibu : iya mbak, saya mau beli Betadine vagina.
Apoteker : oiya bu, perkenalkan dahulu saya mayang apoteker di apotek
sehat farma, sebelumnya saya berbicara dengan ibu siapa ya?
Ibu : saya ibu ani mbk.
Apoteker : maaf sebelum bu, umur ibu berapa ya?
Ibu : saya 35 tahun mbak
Apoteker : kalau alamat rumah ibu dimana?
Ibu : rumah saya di perum puro asri mbk
Apoteker : oiya, bagaimana bu ani ada yang bisa saya bantu?
Ibu : ini mbak saya mau beli betadine vaginal mbak.
Apoteker : oiya ibu, maksudnya betadine vaginal douche ya bu?
Ibu : iya mbak, susah bilangnya soalnya haha
Apoteker : iya bu, nggak papa. Maaf sebelumnya ibu sudah pernah
memakainya?
Ibu : sudah mbak, dulu saya periksa dulu ke dokter mbak, saya itu
sering gatal-gatal didaerah kewanitaan mbak, sama itu keluar
lendir berbau mbak kaya keputihan gitu mbak, jadikan saya nggak
pede kalo lagi sama suami saya mbak, yasudah saya beranikan
untuk periksa kedokter, dan saya dikasih obat itu cocok mbak,
bisa sembuh dan rasanya nyaman mbak.
Apoteker : oiya ibu, saya ambilkan dulu ya obatnya
Ibu : iya mbak
Apoteker menuju etalase tempat penyimpanan obat untuk mengambil
Betadine Vag D. 100ml Plus Aplikator
Apoteker : ini bu obatnya, ada 2 buk. Ada yang sama aplikatornya dan ada
yang tanpa aplikator. Aplikator dirumah masih apa enggak bu?
Ibu : sudah saya buang mbak, saya ambil yang dengan aplikatornya
mbak
Apoteker : iya bu, maaf sebelumnya ibu sudah tau bagaimana cara pakainya?
Ibu : dulu saya tahu mbak, tapi ini agak lupa-lupa ingat mbak
Apoteker : bolehkah saya meminta waktu ibu sebentar untuk menerangkan
bagaimana cara pemakaiannya bu?
Ibu : iya mbak, silahkan saja
Apoteker : ini ya bu, nama obatnya Betadine Vag D. 100ml Plus Aplikator.
Kandungannya ada Povidon iodida 10%. Disini gunanya untuk
mengatasi gatal-gatal dan keputihan ibu. Efek samping yang
mungkin muncul seperti iritasi buk, yang biasa diakibatkan
pemakaian douche yang kurang benar. Karena ibu tidak memiliki
alergi terhadap obat ini jadi aman bu.
Ibu : oiya mbak
Apoteker : kalau cara penggunaannya ibu bisa kan?
Ibu : lupa-lupa ingat saya mbak, maklum urusan dirumah banyak mbak
Apoteker : saya jelaskan lagi ya buk bagaimana penggunaan douche yang
benar?
Ibu : iya mbak, silahkan
Apoteker : ini ya bu, nanti ibu pemakaiannya sebaiknya dalam kamar mandi
bu. Ini di dalam dos ini nanti ada botol obat dan aplikatornya atau
douche. Sebelumnya ibu harus mencuci tangan dengan bersih.
Setelah mencuci tangan bilas dahulu aplikator atau botol
plastiknya dengan air hangat bu. Setelah itu dibotol nantikan ada
batas A, batas B dan batas C. karena ibu ada keluhan gatal-gatal
dan keputihan nanti ibu masukan cairannya sampai batas B ya bu.
Tambah air hangat sampai batas C, lalu kocok hingga rata.
Kemudian masukkan aplikator tersebut sejauh mungkin ke dalam
Vagina. Botolnya tersebut dipompa supaya cairannya bisa keluar
dan membasahi bagian dalam vagina, Pijat aplikator berulang-
ulang sampai isi botol habis digunakan ya bu.
Ibu : oiya mbak, saya mulai ingat lagi. Kalau posisinya mbak?
Apoteker : ini buk saya ada leaflet disini ada bagaimana cara penggunaan
dan beberapa posisi yang disarankan, dan ibu tinggal memilih
sesuai kenyamanan ibu.
Ibu : oiya mbak, bagus ini mbak
Apoteker : iya buk, untuk penyimpanannya simpan ditempat sejuk dan
kering, terlindung dari cahaya matahari seperti di kotak obat ya
bu
Ibu : iya mbak, saya dirumah punya kotak obat kok
Apoteker : iya bu, bagus itu bu. Ini bu saya juga punya leaflet bagaimana
menjaga kesehatan organ reproduksi kita bu. Salah satunya
dengan Pakai celana dalam katun 100% sesering mungkin, dan
ganti setiap hari, Kenakan celana yang longgar dan dapat
membuat kulit Anda ‘bernapas’. Tanggalkan pakaian yang
lembap atau dipenuhi keringat sesegera mungkin. Pastikan Anda
sering mengganti pembalut atau pantyliner. Bersihkan daerah
kewanitaan Anda secara menyeluruh setelah buang air kecil.
Jangan menggunakan sabun. Karena Sabun dapat mengganggu
keseimbangan sistem pH dan membuat vagina jadi asam sehingga
tidak dapat membersihkan diri secara otomatis, serta lebih
terbuka pada bakteri dan infeksi. Hati-hati dengan apa yang Anda
masukkan ke dalam vagina. Bersihkan alat bantu seks sebelum
dan setelah digunakan dengan produk pembersih khusus. Selalu
bersihkan daerah kewanitaan Anda setelah melakukan hubungan
seksual. Pertimbangkan untuk mengubah pola makan jika Anda
mengkhawatirkan bau vagina. Cuci seprai secara teratur untuk
membunuh kuman dan membersihkan kotoran. Gunakan tisu
basah khusus saat menstruasi agar Anda merasa bersih dan segar
setiap hari. Hilangkan bulu kemaluan dengan ahli profesional,
paling tidak untuk pertama kalinya. Jika Anda bercukur sendiri,
berhati-hatilah. Siapkan cermin kecil agar bisa mengecek sambil
mencukur
Ibu : oiya mbak, siap
Apoteker : disini juga ada no telp saya bu, apabila ada yang mau ditanyakan
silahkan hubungi saya di no tersebut bu
Ibu : iya mbak, pasti
Apoteker : apabila dalam 3 hari belum ada perbaikan dari penyakit ibu saya
sarankan agar ibu segera memeriksakan kedokter ya bu untuk
lebih lanjutnya.
Ibu : iya mbak pasti, ya semoga dengan obat ini saja sudah sembuh
mbak
Apoteker : iya bu, amin. Ada yang ditanyakan lagi bu?
Ibu : enggak mbak, sudah jelas semua
Apoteker : kalau begitu bisa ulangi bagaimana cara penggunaannya bu?
Ibu : nanti saya pakainya dikamar mandi saat mandi, cuci tangan
dahulu, lalu botolnya dibilas pakai air hangat, diisi dengan cairan
obatnya sampai batas B lalu diisi air hangat sampai batas C.
dimasukan ke vagina sedalam mungkin dan dipencet botolnya
agar obatnya keluar.
Apoteker : iya bu. Benar sekali. Dan untuk penyimpanannanya bu?
Ibu : disimpan di kotak obat biar nggak dipakai mainan anak-anak dan
tidak terkena sinar matahari. Dan untuk posisinya bisa milih di
brosur tadi ya mbak?
Apoteker : iya bu benar sekali. Untuk posisi silahkan ibu posisikan senyaman
mungkin dengan ibu ya. Bagaimana bu ada yang perlu ditanyakan
lagi?
Ibu : iya mbak, enggak mbak, sudah jelas semua.
Apoteker : baikmu, ini obatnya silahkan ditebus dikasir ya bu. Semoga lekas
sembuh dan terima kasih atas kunjungannya
Ibu : iya mbak, sama-sama. Amiin. Mari mbak
Apoteker : mari bu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Douche adalah larutan dalam air yang dimaksudkan dengan suatu alat ke
dalam vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk membersihkan.
Karena larutan ini mengandung bahan obat atau antiseptik.
2. Vagina memiliki kemampuannya untuk membersihkan dirinya sendiri
sehingga tidak perlu sampai melakukan douching. Jika mengalami keputihan
yang tidak biasa, jangan langsung memutuskan untuk melakukan douching.
Sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
3. Keputihan yang tidak biasa itu bisa jadi sebuah gejala dari penyakit yang
timbul dalam vagina, sedangkan douching itu hanya mengurangi keputihan
(gejalanya saja) tanpa mengobati langsung ke akarnya (penyebab keputihan).
4. Vaginal douche itu tidak berbahaya tergantung teknik penggunaan, dosis
(dalam hal ini frekuensi pemakaiannya), dan waktu penggunaan. Sehingga
perlu dilakukan konseling khusus kepada pasien yang akan menggunakan
vagina douche. Kuncinya adalah kenali vagina kita sendiri terutama masalah
bau dan warna dari keputihan, selain itu terapkan personal hygiene dengan
baik agar vagina tetap terawat dan tetap sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. 2001. Pelayanan Informasi Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Goskonda, S. R. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition.
London: Pharmaceutical Press.
Gunawan, S.G. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi Kelima. Departemen
Farmakologi Kedokteran. UI. Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Monalisa, Bubakar, A Rahman. 2012. Clinical Aspects Fluor Albus Of Female And
Treatment Vol.1 No.1
Qomariyah. 2004. Vaginal douching praktik hygiene perorangan pada perempuan.
Factsheet Yayasan Mitra INTI.
Sianturi. 2001. Keputihan Suatu Kenyataan dan Kemelut. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Tjitraresmi, Ami., Agung Fitri Kusuma, Sri., Rusmiati, Dewi. 2010. Formulasi Dan
Evaluasi Sabun Cair Antikeputihan Dengan Ekstrak Etanol Kubis Sebagai
Zat Aktif. Bandung: Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.
Wozniak, K. L., Floyd L. Wormley, Jr., and Paul L. Fidel, Jr. 2002. Candida-
Specific Antibodies during Experimental Vaginal Candidiasis in Mice,
Infection and Immunity Vol. 70 No. 10.

You might also like