Professional Documents
Culture Documents
Vagina Douche
Vagina Douche
Vagina Douche
“VAGINAL DOUCHE”
Dosen Pengampu:
Dra. Yul Mariyah, M.Si.,Apt
a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat
dan mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke
bagian atas vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya
sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior 11 cm.
Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung
kemih. Vagina merupakan saluran muskulo- membraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya
merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus
levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan.
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang
disebut rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak
(ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian
servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio
uteri membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik
anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik sinistra.
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen
yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman
vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama
vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus
dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada
waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal,
muskular, pipih, cekung dan tampak seperti bola lampu / buah
peer terbalik yang terletak di pelvis minor di antara kandung
kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris,
nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat.
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu
bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba
fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi
kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang
berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding depan dan bagian
atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya
berhubungan dengan kandung kemih.
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus
tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus
sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum,
miometrium / lapisan otot, dan endometrium.
1) Peritoneum
a) Meliputi dinding rahim bagian luar
b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d) pembuluh darah limfe dan urat saraf
e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2) Lapisan otot
a) Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri
menuju ligamentum
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai
osteum uteri internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim.
Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan
vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan
sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit
rapat dengan demikian perdarahan dapat terhenti.
3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan
jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak
antara osteum uteri internum anatomikum yang merupakan
batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum
uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir
kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus.
Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan
meregang saat persalinan.
4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh
tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang
menyangga, tonus otot-otot dasar panggul, ligamentum yang
menyangga uterus adalah ligamentum latum, ligamentum
rotundum (teres uteri) ligamentum infindibulo pelvikum
(suspensorium ovarii) ligamentum kardinale machenrod,
ligamentum sacro uterinum dan ligamentum uterinum.
a) Ligamentum latum
(1) Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus
meluas sampai ke dinding panggul
(2) Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat
longgar dan mengandung pembuluh darah limfe dan
ureter
(3) Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba
fallopi
(4) Ligamentum rotundum (teres uteri)
(5) Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis
inguinalis dan mencapai labia mayus
(6) Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
(7) Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
b) Ligamentum infundibulo pelvikum
(1) Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju
dinding panggul
(2) Menggantung uterus ke dinding panggul
(3) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat
ligamentum ovarii proprium
c) Ligamentum kardinale machenrod
(1) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju
panggul
(2) Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
(3) Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
d) Ligamentum sacro uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale
machenrod menuju os sacrum
e) Ligamentum vesika uterinum
(1) Dari uterus menuju ke kandung kemih
(2) Merupakan jaringan ikat yang agak longgar
sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus saat
hamil dan persalinan
5) Pembuluh darah uterus
a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri
sepanjang dinding lateral dan memberikan cabangnya
menuju uterus dan di dasar endometrium membentuk
arteri spinalis uteri
b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah
pada tuba fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan
ramus ovarika.
6) Susunan saraf uterus
Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan
oleh saraf simpatis dan parasimpatis melalui ganglion
servikalis fronkenhouser yang terletak pada pertemuan
ligamentum sakro uterinum.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara
kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan
merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. terletak di tepi
atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari
osteum tubae internum pada dinding Rahim Panjang tuba
fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga
lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa dengan epitel
bersilia.Tuba fallopi terdiri atas :
1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim
mulai dari osteum internum tuba.
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar
uterus dan merupakan bagian yang paling sempit.
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan
berbentuk “s”.
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki
lumbai yang disebut fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi :
1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum
uteri.
2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4) Tempat terjadinya konsepsi.
5) Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi
sampai mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan
implantasi.
d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan
folikel menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon –
hormon steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum
infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum
melalui mesovarium.
Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1) Korteks ovarii
a) Mengandung folikel primordial
b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
c) Terdapat corpus luteum dan albikantes
2) Medula ovarii
a) Terdapat pembuluh darah dan limfe
b) Terdapat serat saraf
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke
dua lembar ligamentum latum.
Batasan parametrium
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovary
b. Mekanisme Menstruasi
Fisiologi siklus menstruasi
Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait
pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan
peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab
dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus
menstruasi.
Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan
progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium,
yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang
mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol.
Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan
organorgan reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang
berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan penting dalam
perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus.
Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam
uterus selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling
penting untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa
yang melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi
kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk
mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga
dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen
terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido
wanita.
Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3
tahun setelah menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan
memperhatikan komponen yang mengatur menstruasi dapat dikemungkakan
bahwa setiap penyimpangan system akan terjadi penyimpangan pada partum
umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari
selama ±7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan jumlah darah
yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini
dapat dilihat dari jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase
proliferasi sekitar 6-8 hari.
Bagian-bagian siklus menstruasi
1. Siklus Endomentrium
Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari empat fase, yaitu :
a) Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-
rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal
fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon)
menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH
(Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.
b) Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang
berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 darisiklus haid,
misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18
siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal
sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini
endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali
lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi
tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
c) Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari
sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi,
endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai
ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi
kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.
d) Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10
hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi,
korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut.
Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri
spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium
fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah
dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai
2. Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat
pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing
hormon). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari
folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel
primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam
ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum
terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang
terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai
berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak
aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon
estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus
luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan
fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.
3. Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan
progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam
darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin
realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi
folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan
folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai
menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk
mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapaipuncak pada sekitar
hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi
dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena
itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi.
B. DOUCHE
a. Definisi Douche
Kata “douche” berasal dari bahasa Perancis yang artinya mencuci
atau merendam. Douching berarti mencuci atau membersihkan vagina atau
“pintu kelahiran” dengan air atau campuran cairan tertentu.
Douche adalah larutan dalam air yang dimaksudkan dengan suatu
alat ke dalam vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk
membersihkan. Karena larutan ini mengandung bahan obat atau antiseptik.
Larutan untuk disemprotkan pada vagina (vaginal douche) dapat dibuat
dari serbuk, dari larutan cair atau dari cairan padat. Dalam pengguanaan
cairan pekat, pasien diinstruksikan untuk menambahkan sejumlah cairan
pekat yang ditentukan (biasanya satu sendok teh atau satu tutup botol)
dengan sejumlah tertentu air hangat (seringkali hampir satu liter). Larutan
yg dihasilkan maka mengandung bahan kimia dalam jumlah yang tepat
dalam kekuatan yang wajar. Zat yang terdapat adalah sama seperti yang
ditetapkan di atas untuk serbuk yang disemprotkan.
Komposisi dari serbuk untuk vaginal douche yaitu:
a) Asam borat atau natrium borat.
b) Astringen seperti kalium alum (tawas), ammonium aum, zink sulfat.
c) Antimikroba seperti oksiquinolin sulfat, povidon-iodium.
d) Kompleks ammonium kuartener seperti benzetonium klorida.
e) Detergen seperti natrium lauril sulfat.
f) Oksidator seperti natrium perborat.
g) Garam-garam seperti natrium sitrat, natrium klorida.
h) Aromatika seperti mentol timol, eukaliptol, metal salisilat, fenol.
Serbuk untuk disemprotkan umumnya digunakan untuk efek
kebersihan.sedikit serbuk untuk disemprotkan mengandung zat antiinfeksi
untuk pengobatan yang spesifik yaitu digunakan terhadap infeksi monilial
dan trikomonal.
b. Bahaya yang dapat timbul dari douching
Bahaya yang dapat timbul dari douching adalah :
a) Iritasi vagina.
b) Infeksi vagina yang biasa disebut bacterial vaginosis.
Douching merusak keseimbangan bakteri pada vagina. Douching
vagina justru akan memicu pertumbuhan bakteri jahat. Bila jumlah
bakteri jahat pada area kewanitaan jauh lebih banyak dari bakteri
baik, Anda berisiko mengidap infeksi bakteri vagina.
c) Penyakit menular seksual (PMS).
d) Pevic Inflammatory Disease (PID) adalah infeksi pada rahim,
saluran telur hingga ke indung telur. Penyakit satu ini yang harus
diwaspadai karena PID dapat menimbulkan gangguan pada
kesuburan, kehamilan di luar kandungan, dan masalah selama
dalam kehamilan dan persalinanmisalnya infeksi pada janin,
persalinan premature, dan lain-lain
e) Kanker Serviks
Wanita yang melakukan douching vagina lebih dari sekali
seminggu ternyata empat kali lebih rentan diserang kanker serviks
(leher rahim). Pasalnya, douching bisa meningkatkan risiko infeksi
HPV genital pada vagina. HPV telah diketahui sebagai salah satu
pemicu kanker serviks
c. Cara penggunaan douche
1. Cuci tangan sebelum menggunakan alat douche-nya sebagai
aplikator.
2. Obat bisa digunakan sambil duduk di kursi toilet, kemudian ujung
pembilas dimasukkan ke dalam vagina dan lepaskan penjepit di pipa
yang terhubung dengan kantung cairan pembilas.
3. Larutan atau cairan pembilas dialirkan ke dalam vagina sambil
memegang bibir vagina tertutup untuk mempertahankan cairan.
4. Jika cairan yang dimasukkan terlalu banyak (vagina membengkak),
maka klem dibuka, setelah beberapa menit kelebihan cairan akan
keluar.
5. Proses diulangi sampai seluruh larutan dalam kantung pembilas
digunakan.
d. Bentuk alat douche
1. Douche Bag
Cara penggunaan :