You are on page 1of 17

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah tentang Ekosistem Laut ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu
Dosen mata kuliah Wawasan Kemaritiman yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari
sampah, dan juga bagaimana membuat sampah menjadi barang yang berguna.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.

Kendari, 23 Mei 2018

Muhamad Fiqri
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Manfaat Penulisan
D. Tujuan Penulisan
E. Manfaat Penulisan
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Ekosistem Air Laut
B. Ciri-Ciri Ekosistem Air Laut
C. Pembagian Ekosistem Air Laut
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
B. Penutup
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan
nonhayati yang membentuk sistem ekolog. Ekosistem merupakan suatu interaksi
yang kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada bermacam-
macam ekosistem. Salah satunya adalah ekosistem air laut.. Dan dalam makalah
ini, kami akan cantumkan tentang ekosistem air laut. Ekosistem air laut
merupakan ekosistem yang paling luas di bumi ini. Luas ekosistem air laut hampir
lebih dari dua per tiga dari permukaan bumi. Ekosistem ini biasa juga disebut
dengan Ekosistem Bahari Ekosistem air laut seperti halnya ekosistem air tawar,
pada ekosistem air laut merupakan media internal dan eksternal bagi organisme
yang hidup didalamnya. Air merupakan zat yang mengelilingi seluruh organisme
laut. Air laut sekaligus juga merupakan bagian penyusun atau pembentuk tubuh
tumbuh-tumbuhan dan binatang bianatang laut (Dr. Abdul Razak, M.Si, dan DR. H. Armin Arief,

M.PH,2006:65)

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah yang kami susun ini, dengan judul “Ekosistem Air Laut” ada
beberapa yang menjadi rumusan masalah diantaranya:
1. Apa pengertian ekosistem air laut ?
2. Bagaimana ciri-ciri ekosistem air laut ?
3. Mendeskripsikan pembagian ekosistem air laut ?

C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah maka tentulah memiliki suatu tujuan. Adapun tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui pengertian ekosistem air laut
2. Untuk mengetahui ciri-ciri ekosistem air laut
3. Untuk mengetahui pembagian ekosistem air laut
D. Manfaat Penulisan
Ketika kita menulis makalah maka tentu ada manfaat yang dapat kita ambil, baik
dari penyusun sendiri maupun bagi para pembaca. Adapun beberapa manfaat yang
dapat ambil yaitu dapat mengetahui ilmu tentang ekosistem air laut, baik dari
pengertiann, cici-cirinya, pembagiannya, maupun manfaat dari ekosistem air laut
itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekosistem Air Laut


Ekosistem air laut merupakan ekosistem yang paling luas di bumi ini. Luas
ekosistem air laut hampir lebih dari dua per tiga dari permukaan bumi ( + 70 % ),
karena luasnya dan potensinya sangat besar, ekosistem laut menjadi perhatian
orang banyak, khususnya yang berkaitan dengan revolusi biru. Ekosistem laut atau
disebut juga ekosistem bahari merupakan ekosistem yang terdapat di perairan laut,
terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai pasir dangkal/bitarol, dan
ekosistem pasang surut. Seperti halnya ekosistem air tawar, pada ekosistem air
laut merupakanmedia internal dan eksternal bagi organisme yang hidup
didalamnya. Air merupakan zat yang mengelilingi seluruh organisme laut. Air laut
sekaligus jugamerupakan bagian penyusun atau pembentuk tuibuh tumbuh-
tumbuhan dan binatang bianatang laut.

B. Ciri-Ciri Ekosistem Air Laut


Dari pengertian tentang ekosistem air laut yang telah dijelaskan di atas, maka kita
dapat menyimpulkan bahwa ekosistem air laut memiliki ciri-ciri umum sebagai
berikut :
1. Memiliki salinitas (kadar garam) tinggi, semakin mendekati khatulistiwa
semakin tinggi.
2. NaCl mendominasi mineral ekosistem laut hingga mencapai 75%.
3. Iklim dan cuaca tidak terlalu berpengaruh pada ekosistem laut.
4. Memiliki variasi perbedaan suhu di permukaan dengan di kedalaman.
5. Memiliki kadar mineral yang tinggi, ion terbanyak ialah Cl`(55%), namun
kadar garam di laut bervariasi, ada yang tinggi (seperti di daerah tropika) dan ada
yang rendah (di laut beriklim dingin).
6. Ekosistem air laut tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
C. Pembagian Ekosistem Air Laut
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan/laut, pantai, estuari, dan terumbu
karang.
1. Lautan/laut
Dari sisi Bahasa Indonesia pengertian laut adalah kumpulan air asin dalam
jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua
atau pulau. Jadi laut adalah merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang
sangat luas dan umumnya mengandung garam dan berasa asin. Pada hewan dan
tumbuhan tingkat rendah tekanan osmosisnya kurang lebih sama dengan tekanan
osmosis air laut sehingga tidak terlalu mengalami kesulitan untuk beradaptasi.
Tetapi bagaimanakah dengan hewan tingat tinggi, seperti ikan yang mempunyai
tekanan osmosis jauh lebih rendah daripada tekanan osmosis air laut. Cara ikan
beradaptasi dengan kondisi seperti itu adalah:
a) hanyak minum
b) air masuk ke jaringan secara osmosis melalui usus
c) sedikit mengeluarkan urine
d) pengeluaran air terjadi secara osmosis
e) garam-garam dikeluarkan secara aktif melalui insang
Laut memiliki banyak fungsi / peran / manfaat bagi kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya karena di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan sumber
daya alam yang dapat kita manfaatkan diantaranya yaitu :
a) Tempat rekreasi dan hiburan.
b) Tempat hidup sumber makanan kita.
c) Pembangkit listrik
d) Tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laun, dll.
e) Tempat barang tambang berada.
f) Salah satu sumber air minum (desalinasi).
g) Sebagai jalur transportasi air.
h) Sebagai tempat cadangan air bumi.
i) Sebagai objek riset penelitian dan pendidikan.
Di permukaan bumi terdapat berbagai macam jenis laut, jenis laut dapat dibedakan
berdasarkan proses terjadinya, letaknya dan kedalamannya.
a. Berdasarkan proses terjadinya perairan laut dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
1. Laut Ingresi, terjadi karena dasar laut mengalami penurunan. Kedalaman laut
ingresi pada umumnya lebih dari 200 meter. Contoh laut ingresi adalah Laut
Maluku dan Laut Sulawesi.
2. Laut Transgresi, terjadi karena permukaan air laut bertambah tinggi. Laut
transgresi umumnya terdiri dari laut dangkal yang kedalamannya kurang dari 200
meter. Contoh laut transgresi adalah Laut Jawa, Laut Cina Selatan dan Laut
Arafura.
3. Laut Regresi, terjadi karena laut mengalami penyempitan akibat adanya
proses sedimentasi lumpur yang dibawa oleh sungai.
b. Berdasarkan letaknya, perairan laut terdiri dari :
1. Laut Tepi, yaitu laut yang terdapat di tepi benua. Contohnya Laut Jepang,
Laut Cina Selatan dan Laut Arab.
2. Laut Tengah, yaitu laut yang terletak di antara dua benua. Contohnya Laut
Tengah, laut-laut yang ada di wilayah Indonesia.
3. Laut Pedalaman, yaitu laut terletak di tengah-tengah benua dan hampir
seluruhnya dikelilingi oleh daratan. Contohnya Laut Hitam dan Laut Baltik
c. Berdasarkan kedalamannya, wilayah perairan laut terdiri dari empat zona,
yaitu :
1. Zona Litoral, yaitu wilayah antara garis pasang dan garis surut air laut.
Wilayah ini kadang-kadang kering pada saat air laut surut dan tergenang pada saat
air laut mengalami pasang. Zona litoral biasanya terdapat di daerah yang
pantainya landai.
2. Zona Neritik, adalah daerah dasar laut yang mempunyai kedalaman rata-rata
kurang dari 200 meter. Contohnya wilayah perairan laut dangkal di Paparan Sunda
dan Paparan Sahul di wilayah perairan Indonesia. Seperti Laut Jawa, Selat Sunda
dan Laut Arafuru.
3. Zona Batial, adalah wilayah perairan laut yang memiliki kedalaman antara
200 meter – 1.800 meter.
4. Zona Abisal, adalah wilayah perairan laut yang memiliki kedalaman lebih dari
1.800 meter. Contohnya Palung Laut Banda (7.440meter) dan Palung Laut
Mindanao (10.830 meter).
Di Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas dan kurang terjaga
sehingga mudah mendatangkan ancaman sengketa batas wilayah dengan negara
tetangga. Adapun wilayah perairan laut Indonesia antara lain :
1. Landas Kontinen, yaitu bagian laut yang kedalamannya mencapai 200 meter.
Pada wilayah ini suatu negara berhak untuk memanfaatkan sumberdaya alam yang
terkandung di dalamnya. Penentuan landas kontinen didasarkan atas wilayah
perairan Indonesia dan dikuatkan oleh perjanjian dengan negara-negara yang
berbatasan dengan Indonesia, seperti Malaysia, Thailand, Australia, Singapura dan
India.
2. Laut Teritorial, yaitu wilayah laut suatu negara sejauh 12 mil dari garis dasar
lurus. Garis dasar lurus adalah garis yang ditarik dari titik-titik terluar suatu pulau
pada saat air laut surut.
3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), yaitu wilayah laut suatu negara yang diukur
sejauh 200 mil (± 320 Km) dari garis dasar wilayah laut.

2. Pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan
daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut
laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat
melekat erat di substrat keras. Adapun pembagian daerah pantai terbagi atas 3,
yaitu :
1. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini
dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi
bagi kepiting dan burung pantai.
2. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah
ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora
dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.
3. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini
dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut. Komunitas tumbuhan
berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut :
a. Formasi pes caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir
adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang
dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah
Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina.
Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus
tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
b. Formasi baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia,
Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut
berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar
napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen.
Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai
penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau
antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak
terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras,
dan Cylocarpus.

3. Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari
sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.
Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas
ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari
sungai memperkaya estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam,
ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing,
kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut
yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju
habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata
semi air, yaitu unggas air.

4. Terumbu Karang
a. Pengertian terumbu karang
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis
dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang
termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel.
Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau
Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul,
Morfologi dan Fisiologi. Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang
disebut Polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang
mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas
dan dikelilingi oleh Tentakel. Namun pada kebanyakan Spesies, satu individu
polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni.
Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat
menghasilkan CaCO3. Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai spesies
tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya yang belum
diketahui. Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur fisik
beserta ekosistem yang menyertainya yang secara aktif membentuk sedimen
kalsium karbonat akibat aktivitas biologi (biogenik) yang berlangsung di bawah
permukaan laut. Bagi ahli geologi, terumbu karang merupakan struktur batuan
sedimen dari kapur (kalsium karbonat) di dalam laut, atau disebut singkat dengan
terumbu. Bagi ahli biologi terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang
dibentuk dan didominasi oleh komunitas koral.
b. Habitat terumbu karang
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih
terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa
tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya,
namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak
membentuk karang.
Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat
sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas,
sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine).
Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global
yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang
(coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Selama
peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia
adalah 2-3 °C di atas suhu normal.

c. Kondisi optimum terumbu karang

Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang
membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat
sekitar di atas 20oC. Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan
perairan yang jernih dan tidak berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi
cahaya oleh terumbu karang.

Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan


kegiatan fotosintesis. Polip-polip penyusun terumbu karang yang terletak pada
bagian atas terumbu karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut dan
juga melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil fotosintesis
yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh spesies laut lainnya.[1] Hewan
karang sebagai pembangun utama terumbu adalah organisme laut yang efisien
karena mampu tumbuh subur dalam lingkungan sedikit nutrien (oligotrofik).

d. Manfaat terumbu karang


Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam,
baik secara ekologi maupun ekonomi. Estimasi jenis manfaat yang terkandung
dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung
dan manfaat tidak langsung. Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat
dimanfaatkan oleh manusia adalah :
1. sebagai tempat hidup ikan yang banyak dibutuhkan manusia dalam bidang
pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning), batu karang,
2. pariwisata, wisata bahari melihat keindahan bentuk dan warnanya.
3. penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di
dalamnya.
4. Penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta
sebagai sumber keanekaragaman hayati.

e. Klasifikasi terumbu karang

1. Berdasarkan kemampuan memproduksi kapur

a. Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk


bangunan karang yang dikenal menghasilkan terumbu dan
penyebarannya hanya ditemukan di daerah tropis.

b. Karang hermatipik bersimbiosis mutualisme dengan


zooxanthellae, yaitu sejenis algae uniseluler (Dinoflagellata unisuler),
seperti Gymnodinium microadriatum, yang terdapat di jaringan-
jaringan polip binatang karang dan melaksanakan Fotosintesis. Dalam
simbiosis, zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa organik
melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang, sedangkan
karang menghasilkan komponen inorganik berupa nitrat, fosfat dan
karbon dioksida untuk keperluan hidup zooxanthellae. Hasil samping
dari aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat yang struktur dan
bentuk bangunannya khas. Ciri ini akhirnya digunakan untuk
menentukan jenis atau spesies binatang karang.

c. Karang hermatipik mempunyai sifat yang unik yaitu perpaduan


antara sifat hewan dan tumbuhan sehingga arah pertumbuhannya
selalu bersifat Fototropik positif. Umumnya jenis karang ini hidup di
perairan pantai /laut yang cukup dangkal dimana penetrasi cahaya
matahari masih sampai ke dasar perairan tersebut. Disamping itu
untuk hidup binatang karang membutuhkan suhu air yang hangat
berkisar antara 25-32 °C.
d. Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini
merupakan kelompok yang tersebar luas diseluruh dunia.

2. Berdasarkan letaknya

a. Terumbu karang tepi atau karang penerus atau fringing reefs


adalah jenis terumbu karang paling sederhana dan paling banyak
ditemui di pinggir pantai yang terletak di daerah tropis. Terumbu
karang tepi berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau
besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan
pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses
perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai
dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang
mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu
jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau
Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

b. Terumbu karang penghalang. Secara umum, terumbu karang


penghalang atau barrier reefs menyerupai terumbu karang tepi, hanya
saja jenis ini hidup lebih jauh dari pinggir pantai. Terumbu karang ini
terletak sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh
perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk
lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai
puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar
pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang
yang terputus-putus. Contoh : Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan
Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi
Tengah).

c. Terumbu karang cincin atau attols merupakan terumbu karang


yang berbentuk cincin dan berukuran sangat besar menyerupai pulau.
Atol banyak ditemukan pada daerah tropis di Samudra Atlantik.
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari
pulau-pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat
perbatasan dengan daratan.

d. Terumbu karang datar atau gosong terumbu (patch reefs), kadang-


kadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini
tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun
waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya
pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan
kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta),
Kepulauan Ujung Batu (Aceh)

f. Kerusakan terumbu karang

Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi terumbu karang terbesar di


dunia. Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 60.000
km2. Hal tersebut membuat Indonesia menjadi negara pengekspor terumbu karang
pertama di dunia. Dewasa ini, kerusakan terumbu karang, terutama di Indonesia
meningkat secara pesat. Terumbu karang yang masih berkondisi baik hanya
sekitar 6,2%. Kerusakan ini menyebabkan meluasnya tekanan pada ekosistem
terumbu karang alami. Meskipun faktanya kuantitas perdagangan terumbu karang
telah dibatasi oleh Convention on International Trade in Endangered Species of
Wild Fauna and Flora (CITES), laju eksploitasi terumbu karang masih tinggi
karena buruknya sistem penanganannya.
Beberapa aktivitas manusia yang dapat merusak terumbu karang :
1. Membuang sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut
2. Membawa pulang ataupun menyentuh terumbu karang saat menyelam, satu
sentuhan saja dapat membunuh terumbu karang
3. Pemborosan air, semakin banyak air yang digunakan maka semakin banyak
pula limbah air yang dihasilkan dan dibuang ke laut.
4. Penggunaan pupuk dan pestisida buatan, seberapapun jauh letak pertanian
tersebut dari laut residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhinya akan
terbuang ke laut juga.
5. Membuang jangkar pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak
terumbu karang yang berada di bawahnya.
6. Terdapatnya predator terumbu karang, seperti sejenis siput drupella.
7. Penambangan
8. Pembangunan pemukiman
9. Reklamasi pantai
10. Polusi
11. Penangkapan ikan dengan cara yang salah, seperti pemakaian bom ikan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekosistem air laut merupakan ekosistem yang paling luas di bumi ini. Luas
ekosistem air laut hampir lebih dari dua per tiga dari permukaan bumi ( + 70 % ),
karena luasnya dan potensinya sangat besar, ekosistem laut menjadi perhatian
orang banyak, khususnya yang berkaitan dengan revolusi biru.
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan/laut, pantai, estuari, dan terumbu karang.
Laut adalah merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan
umumnya mengandung garam dan berasa asin. Ekosistem pantai letaknya
berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Estuari (muara)
merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh
lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah
secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Terumbu karang adalah
sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang
disebut zooxanhellae.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://ekosistem-air-laut.blogspot.co.id/2013/12/makalah-ekosistem-air-
laut.html

http://ciahh.blogspot.co.id/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://asfarsyafar.blogspot.com/2013/10/makalah-wawasan-sosial-budaya-
maritim.html

Gunawan, Sandi. 2009. Optimalisasi Pemanfaatan Kekayaan Laut Indonesia


Guna Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat,
(Online), ( http://www.gc.ukm.ugm.ac.id/
index.php?option=com_content&view=article&id=80:optimalisasi-
pemanfaatan-kekayaan-laut-indonesia-guna-meningkatkan kesejahteraan-
rakyat&catid=38: publication&Itemid=29, diakses 27 Desember 2009).

You might also like