Professional Documents
Culture Documents
Tugas Esti
Tugas Esti
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Sebagai generasi muda kita dituntut untuk mengetahui lebih mendalam tentang
bagaimana perkembangan teknologi pada zaman praaksara. Hal ini bertujuan agar kita
tidak hanya belajar bagaimana berkompetisi masa depan tetapi juga bagaimana untuk
mengolah kembali masa praaksara dengan berbagai teknologi yang telah ada pada zaman
itu.
B.Rumusan Masalah
3.Mengenal Api
4.Sebuah Revolusi
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Paleolitikum
Paleolitikum atau zaman batu tua disebut demikian sebab alat-alat batu buatan
manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis.
A. CIRI-CIRI ZAMAN PALEOLITHIKUM
1. Jenis Manusia
Berdasarkan penemuan fosil manusia purba, jenis manusia purba hidup pada
zaman Paleolitikum adalah Pithecanthropus Erectus, Homo Wajakensis,
Meganthropus paleojavanicus, dan Homo Soliensis.Fosil ini ditemukan di aliran
sungai Bengawan Solo.
2. Kebudayaan
Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum
tersebut dapat dikelompokan menjadi kebudayaan Pacitan dan kebudayaan
Ngandong.
a. Kebudayaan Pacitan
Pada tahun 1935, von Koenigswald menemukan alat batu dan kapak genggam di
daerah Pacitan. Kapak genggam itu berbentuk kapak tetapi tidak
bertangkai.Kapak ini masih dikerjakan dengan sangat kasar dan belum
dihaluskan.Para ahli menyebutkan bahwa kapak itu adalah kapak penetak. Selain
di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa Tengah),
Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara)
b. Kebudayaan Ngandong
Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari
tanduk rusa dan ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain
itu di dekat Sangiran ditemukan alat sangat kecil dari betuan yang amat
indah.Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan banyak ditemukan di Cabbenge
(Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu indah seperti kalsedon.
Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa
seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa
Leang Pattae (Sulawesi Selatan)
B. ALAT-ALAT ZAMAN PALEOLITHIKUM
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum
dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah:
1. Kapak GenggaM
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut
"chopper" (alat penetak/pemotong)
Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak,
tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam.
Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu
sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat
menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti
binatang.
2. Kapak Perimbas
Kapak perimbas berfungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai
senjata.Manusia kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus.Alat ini juga
ditemukan di Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra
selatan), dan Goa Choukoutieen (Beijing).Alat ini paling banyak ditemukan di
daerah Pacitan, Jawa Tengah sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut
kebudayan Pacitan.
4. Flakes
Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat
digunakan untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong
sama seperti alat-alat dari tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya
untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
B. Mesolitikum
Pengertian mesolitikum atau arti dari mesolitikum serta istilah
mesolitikum atau Sinonim dari kata mesolitikum adalah:
me·so·li·ti·kum /mésolitikum/ n Geo masa peralihan dl zaman batu (prasejarah)
antara Paleolitikum (zaman batu tua) dan Neolitikum (zaman batu baru)
A. HASIL KEBUDAYAAN MESOLITHIKUM
1. Kebudayaan Pebble (Pebble Culture)
a. Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal manusia
purba pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari
cuaca dan binatang buas.Penyelidikan pertama pada Abris Sous Roche dilakukan
oleh Dr. Van Stein Callenfels tahun 1928-1931 di goa Lawa dekat Sampung
Ponorogo Jawa Timur. Alat-alat yang ditemukan pada goa tersebut antara lain
alat-alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang sudah
diasah yang berasal dari zaman Mesolithikum, serta alat-alat dari tulang dan
tanduk rusa.Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan ternyata yang paling
banyak adalah alat dari tulang sehingga oleh para arkeolog disebut sebagai
Sampung Bone Culture / kebudayaan tulang dari Sampung. Karena goa di
Sampung tidak ditemukan Pebble ataupun kapak pendek yang merupakan inti dari
kebudayaan Mesolithikum. Selain di Sampung, Abris Sous Roche juga ditemukan
di daerah Besuki dan Bojonegoro Jawa Timur. Penelitian terhadap goa di Besuki
dan Bojonegoro ini dilakukan oleh Van Heekeren. Di Sulawesi Selatan juga banyak
ditemukan Abris Sous Roche terutama di daerah Lomoncong yaitu goa Leang
Patae yang di dalamnya ditemukan flakes, ujung mata panah yang sisi-sisinya
bergerigi dan pebble. Di goa tersebut didiami oleh suku Toala, sehingga oleh
tokoh peneliti Fritz Sarasin dan Paul Sarasin, suku Toala yang sampai sekarang
masih ada dianggap sebagai keturunan langsung penduduk Sulawesi Selatan
zaman prasejarah.Untuk itu kebudayaan Abris Sous Roche di Lomoncong disebut
kebudayaan Toala. Kebudayaan Toala tersebut merupakan kebudayaan
Mesolithikum yang berlangsung sekitar tahun 3000 sampai 1000 SM. Selain di
Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, Abris Sous Roche juga ditemukan di daerah
Timor dan Rote. Penelitian terhadap goa tersebut dilakukan oleh Alfred Buhler
yang di dalamnya ditemukan flakes dan ujung mata panah yang terbuat dari batu
indah.
B. KEBUDAYAAN BACSON-HOABINH
Kebudayaan ini ditemukan dalam gua-gua dan dalam bukit-bukit kerang di Indo-
China, Siam, Malaka, dan Sumatera Timur.Alat-alat kebudayaannya terbuat dari
batu kali, seperti bahewa batu giling.Pada kebudayaan ini perhatian terhadap
orang meninggal dikubur di gua dan juga di bukit-bukit kerang.Beberapa
mayatnya diposisikan dengan berjongkok dan diberi cat warna merah.Pemberian
cat warna merah bertujuan agar dapat mengembalikan hayat kepada mereka yang
masih hidup. Di Indonesia, kebudayaan ini ditemukan di bukit-bukit kerang. Hal
seperti ini banyak ditemukan dari Medan sampai ke pedalaman Aceh.Bukit-bukit
itu telah bergeser sejauh 5 km dari garis pantai menunjukkan bahwa dulu pernah
terjadi pengangkatan lapisan-lapisan bumi.Alur masuknya kebudayaan ini sampai
ke Sumatera melewati Malaka. Di Indonesia ada dua kebudayaan Bacson-
Hoabinh, yakni:
Kebudayaan Toala dan yang serumpun dengan itu disebut juga kebudayaan flake
dan blade. Alat-alatnya terbuat dari batu-batu yang menyerupai batu api dari
eropa, seperti chalcedon, jaspis, obsidian dan kapur. Perlakuan terhadap orang
yang meninggal dikuburkan didalam gua dan bila tulang belulangnya telah
mengering akan diberikan kepada keluarganya sebagai kenang-kenangan. Biasanya
kaum perempuan akan menjadikan tulang belulang tersebut sebagai kalung. Selain
itu, didalam gua terdapat lukisan mengenai perburuan babi dan juga rentangan
lima jari yang dilumuri cat merah yang disebut dengan “silhoutte”. Arti warna
merah tanda berkabung.Kebudayaan ini ditemukan di Jawa (Bandung, Besuki, dan
Tuban), Sumatera (danau Kerinci dan Jambi), Nusa Tenggara di pulau Flores dan
Timor.
C. Neolitikum
d. Zaman Neolitikum biasa juga dikenal dengan sebutan Zaman Batu Muda. Zaman
batu muda diperkirakan berlangsung kira-kira tahun 2000 SM. Perkembangan
kebudayaan pada zaman ini sudah sangat maju. Dalam zaman ini, alat yang
dihasilkan sudah bagus. Meskipun masih terbuat dari batu, tetapi pada semua
bagiannya telah dihaluskan dan persebarannya telah merata di seluruh Indonesia.
Menurut Dr. R. Soekmono, Kebudayaan ini lah yang menjadi dasar kebudayaan
Indonesia sekarang. Dalam zaman ini, terjadi perubahan pola hidup masyarakat,
dari tradisi food gatering ke food producing. Manusia yang hidup pada zaman ini
adalah bangsa Proto Melayu. Seperti suku Nias, suku Toraja, suku Sasak dan
Suku Dayak.
- Paleolitikum
Paleolitikum adalah zaman prasejarah yang bermula kira-
kira 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu.Periode zaman ini
adalah antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM.
Pada zaman ini, manusia Peking dan manusia Jawa telah ada. Di
Afrika, Eropa dan Asia, manusia Neanderthal telah hidup pada
awal tahun 50.000 SM, manakala pada tahun 20 000 SM,
manusia Cro-magnon sudah menguasai kebudayaan di Afrika
Utara dan Eropa.
Beberapa perkembangan kebudayaan ditemukan di sekitar
Pacitan (ditemukan oleh Von Koenigswald) dan Ngandong.
Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden atau berpindah-
randah dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan.Mereka
memburu binatang, menangkap ikan dan mengambil hasil hutan
sebagai makanan.Mereka tidak bercocok tanam.Mereka
menggunakan batu, kayu dan tulang binatang untuk membuat
peralatan memburu.Alat-alat ini juga digunakan untuk
mempertahankan diri daripada musuh.Mereka membuat pakaian
dari kulit binatang. Selain itu, mereka juga pandai menggunakan
api untuk memasak, memanaskan badan dan menakutkan
binatang.
Peninggalan yang ditemukan antara lain berupa peralatan batu
seperti flakes (alat penyerpih berfungsi misalnya untuk
mengupas, menguliti), chopper (kapak genggam/alat penetak),
selain itu terdapat pula peralatan dari tulang.
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan, biasa
disebut Chopper (alat penetak/pemotong). Dinamakan kapak
genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak
bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara menggenggam.
Pembuatannya dengan cara memangkas salah satu sisi batu
sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai
tempat menggenggam.
Spesies manusia purba yang telah ada: 1. Meganthropus
Paleojavanicus 2. Pithecanthropus Erectus (Pithecanthropus
Mojokertensis, Pithecanthropus Robustus) 3. Homo Sapiens
(Homo Soloensis, Homo Wajakensis)
Proses pembuatan kapak batu: 1. Memilih batu yang cocok dan
mudah dibentuk 2. Batu tersebut dipukulkan dengan
menggunakan batu yang lebih keras 3. Pembentukan dengan cara
dihaluskan menggunakan kapak tulang, tangan juga dilindungi
dengan kulit.
a. Kebudayaan Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur dari zaman
mesolitikum yang ditemukan di sepanjang pantai timur Pulau
Sumatera. Hal ini diteliti oleh Dr. P. V. van Stein Callenfels pada
tahun 1925 dan menurut penelitian yang dilakukannya, kehidupan
manusia pada saat itu bergantung dari hasil menangkap siput dan
kerang karena ditemukan sampah kedua hewan tersebut setinggi
7 meter. Sampah dengan ketinggian tersebut kemungkinan telah
mengalami proses pembentukan cukup lama, yaitu mencapai
ratusan bahkan ribuan tahun. Di antara tumpukan sampah
tersebut juga ditemukan batu penggiling beserta landasannya
(pipisan) yang digunakan untuk menghaluskan cat merah.Cat
tersebut diperkirakan digunakan dalam acara keagamaan atau
ilmu sihir. Di tempat itu juga ditemukan banyak benda-benda
kebudayaan seperti kapak genggam yang disebut pebble atau
kapak genggam Sumatera (Sumeteralith) sesuai dengan tempat
penemuannya. Kapak tersebut terbuat dari batu kali yang
dibelah dua dan teksturnya masih kasar. Kapak lain yang
ditemukan pada zaman ini adalah bache courte (kapak pendek)
yang berbentuk setengah lingkaran seperti kapak genggam
atau chopper. Berdasaran pecahan tengkorak dan gigi yang
ditemukan pada Kjokkenmoddinger, diperkirakan bahwa manusia
yang hidup pada zaman mesolitikum adalah bangsa Papua
Melanesoide.(nenek moyang suku Irian dan Melanesoid).
b. Kebudayaan Abris Sous Roche
Abris sous roche adalah goa menyerupai ceruk batu karang
yang digunakan manusia sebagai tempat tinggal. Penelitian
mengenai kebudayaan Abris sous roche ini juga dilakukan oleh
van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di Goa Lawu dekat
Sampung, Ponorogo (Madiun). Alat-alat yang ditemukan lebih
banyak terbuat dari tulang sehingga disebut sebagai Sampung
Bone Culture.Di daerah Besuki (Jawa Timur), van Heekeren juga
menemukan kapak Sumatera dan kapak pendek.Abris sous
roche juga ditemukan pada daerah Timor dan Rote oleh Alfred
Buhler yang menemukan flakes culture dari kalsedon bertangkai
dan hal ini diduga merupakan peninggalan bangsa Papua
Melanesoide. Hasil kebudayaan Abris sous roche juga ditemukan
di Lamancong (Sulawesi Selatan) yang biasa disebut kebudayaan
Toala. Kebudayaan Toala ditemukan pada suatu goa yang disebut
Goa Leang PattaE dan inti dari kebudayaan ini
adalah flakes danpebble. Selain Toala, para ahli juga menemukan
kebudayaan Bacson-Hoabinh dan Bandung di Indonesia. Bacson-
Hoabinh diperkirakan merupakan pusat budaya prasejarah
Indonesia dan terdiri dari dua macam kebudayaan, yaitu
kebudayaapebble (alat-alat tulang yang datang dari jalan barat)
dan kebudayaan flakes(datang melalui jalan timur). Sementara
itu, penelitian kebudayaan Bandung dilakukan oleh van
Koenigswald di daerah Padalarang, Bandung Utara, Cicalengka,
BanjarabSoreang, dan sebelah barat Cililin.Kebudayaan yang
ditemukan berupa flakes yang disebut microlith (batu kecil),
pecahan tembikar, dan benda-benda perunggu.
3.SEBUAH REVOLUSI
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang
berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-
pokok kehidupan masyarakat.Di dalam revolusi, perubahan yang
terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih
dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui
kekerasan.Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif
karena revolusi pun dapat memakan waktu lama.Misalnya revolusi
industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun
dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendi-sendi pokok
kehidupan masyarakat —seperti sistem kekeluargaan dan
hubungan antara buruh dan majikan— yang telah berlangsung
selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk
merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada
suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa
berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan
membangun.
Dialektika revolusi mengatakan bahwa revolusi merupakan suatu
usaha menuju perubahan menuju kemaslahatan rakyat yang
ditunjang oleh beragam faktor, tak hanya figur pemimpin, namun
juga segenap elemen perjuangan beserta sarananya. Logika
revolusi merupakan bagaimana revolusi dapat dilaksanakan
berdasarkan suatu perhitungan mapan, bahwa revolusi tidak bisa
dipercepat atau diperlambat, ia akan datang pada waktunya.
Kader-kader revolusi harus dibangun sedemikian rupa dengan
kesadaran kelas dan kondisi nyata di sekelilingnya. Romantika
revolusi merupakan nilai-nilai dari revolusi, beserta kenangan dan
kebesarannya, di mana ia dibangun. Romantika ini menyangkut
pemahaman historis dan bagaimana ia disandingkan dengan
pencapaian terbesar revolusi, yaitu kemaslahatan rakyat. Telah
banyak tugu peringatan dan museum yang melukiskan
keperkasaan dan kemasyuran ravolusi di banyak negara yang
telah menjalankan revolusi seperti yang terdapat di Vietnam,
Rusia, China, Indonesia, dan banyak negara lainnya.Menjebol dan
membangun merupakan bagian integral yang menjadi bukti fisik
revolusi. Tatanan lama yang busuk dan menyesatkan serta
menyengsarakan rakyat, diubah menjadi tatanan yang besar
peranannya untuk rakyat, seperti di Bolivia, setelah Hugo Chavez
menjadi presiden ia segera merombak tatanan agraria, di mana
tanah untuk rakyat sungguh diutamakan yang menyingkirkan
dominasi para tuan tanah di banyak daerah di negeri itu.
Dalam pengertian umum, revolusi mencakup jenis perubahan
apapun yang memenuhi syarat-syarat tersebut.Misalnya Revolusi
Industri yang mengubah wajah dunia menjadi modern.Dalam
definisi yang lebih sempit, revolusi umumnya dipahami sebagai
perubahan politik.
Sejarah modern mencatat dan mengambil rujukan revolusi mula-
mula pada Revolusi Perancis, kemudian Revolusi Amerika.Namun,
Revolusi Amerika lebih merupakan sebuah pemberontakan untuk
mendapatkan kemerdekaan nasional, ketimbang sebuah revolusi
masyarakat yang bersifat domestik seperti pada Revolusi
Perancis.Begitu juga dengan revolusi pada kasus perang
kemerdekaan Vietnam dan Indonesia. Maka konsep revolusi
kemudian sering dipilah menjadi dua: revolusi sosialdan revolusi
nasional.
Pada abad 20, terjadi sebuah perubahan bersifat revolusi sosial
yang kemudian dikenal dengan Revolusi Rusia.Banyak pihak yang
membedakan karakter Revolusi Rusia ini dengan Revolusi
Perancis, karena karakter kerakyatannya.Sementara Revolusi
Perancis kerap disebut sebagai revolusi borjuis, sedangkan
Revolusi Rusia disebut Revolusi Bolshevik, Proletar,
atau Komunis. Model Revolusi Bolshevik kemudian ditiru
dalam Perang Saudara Tiongkok pada 1949
Karakter kekerasan pada ciri revolusi dipahami sebagai sebagai
akibat dari situasi ketika perubahan tata nilai dan norma yang
mendadak telah menimbulkan kekosongan nilai dan norma yang
dianut masyarakat.
ada dikatakan bahwa neolithikum itu adalah suatu revolusi yang sangat besar
dalam peradaban manusia. Perubahan besar ini ditandai dengan berubahnya
peradaban penghidupan food-gathering menjadi foodproducing.Pada saat orang
sudah mengenal bercocok tanam dan berternak.Pertanian yang mereka
selenggarakan mula-mula bersifat primitif dan hanya dilakukan di tanah-tanah
kering saja.Pohon-pohon dari beberapa bagian hutan di kelupak kulitnya dan
kemudian dibakar.Tanah-tanah yang baru dibuka untuk pertanian semacam itu
untuk beberapa kali berturut-turut ditanami dan sesudah itu ditinggalkan.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari
batu api/chalcedon.Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya
dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda kebesaran.
Kapak jenis ini ditemukan di daerahi Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara,
Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
berupa persegi panjang atau juga berbentuk trapezium. Yang dimaksud dengan
kapak persegi itu bukan hanya kapak persegi saja, tetapi banyak lagi alat-alat
lainnya dari berbagai ukuran dan berbagai keperluan; yang besar yaitu kapak atau
pacul, dan yang kecil yaitu tarah, yang tentunya digunakan untuk mengerjakan
kayu. Alat-alat itu semuanya sama bentuknya, agak melengkung sedikit, dan
diberi tangkai yang diikat kepada tempat lengkung itu.
Api adalah zat panas yang ditimbulkan dari benda yang terbakar, berasal dari proses
oksidasi sehingga berupa energi berintensitas yang bervariasi dan memiliki bentuk
cahaya (dengan panjang gelombang juga di luar spektrum visual sehingga dapat tidak
terlihat oleh mata manusia) dan panas yang juga dapat menimbulkan asap.
Penemuan cara membuat api merupakan salah satu hal yang paling berguna bagi manusia,
karena dengan api, golongan Hominids (manusia dan kerabatnya seperti kera) dapat aman
dari hewan buas, memasak makanan, dan mendapat sumber cahaya serta menjaga dirinya
agar tetap hangat.
pernah terfikirkan g klo pas kita liat api kan ada beberapa warna. dari kompor gas warna
biru, dari minyak tanah warna merah, dari batu arang warna kuning, Kalian semua pasti
sudah paham tentang api, baik itu kegunaannya dalam hidup kita sehar-hari ataupun dari
pelajaran yang kalian dapat. Tapi tahukah kalian, kenapa api itu bisa memiliki beberapa
warna dan apakah perbedaan dari masing-masing warna api tersebut. Berikut ini
beberapa penjelasan mengenai warna dan jenis api.
Kemampuan manusia purba mengontrol api merupakan langkah paling penting dalam
sejarah peradaban. Ternyata, teknik itu dipahami lebih lambat dari perkiraan
sebelumnya.
Kebiasaan memanfaatkan api dimulai antara 300 ribu hingga 400 ribu tahun yang lalu
berdasarkan analis 141 situs arkeologi seluruh Eropa. Padahal sebelumnya, ilmuwan
memperkirakan penggunaan api sudah berlangsung di Eropa setidaknya satu juta tahun
yang lalu. Kebanyakan arkeolog setuju penggunaan api terkait kolonisasi di luar Afrika,
terutama di Eropa saat suhu jatuh hingga di bawah titk beku.
4. Sebuah Revolusi
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan
menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi,
perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan
dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran kecepatan suatu
perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama. Misalnya
revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap 'cepat'
karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat —seperti sistem
kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan— yang telah berlangsung selama
ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan
membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi
senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan membangun.
Kostof, arsitektur telah mulai ada pada saat manusia mampu mengolah lingkungan
hidupnya. Pembuatan tanda-tanda di alam yang membentang tak terhingga itu untuk
membedakan dengan wilayah lainnya. Tindakan untuk membuat tanda pada suatu tempat
itu dapat dikatakan sebagai bentuk awal dari arsitektur. Pada saat itu manusia sudah
mulai merancang sebuat tempat.
Bentuk arsitektur pada masa pra-aksara dapat dilihat dari tempat hunian manusia pada
saat itu. Mungkin kita sulit membayangkan atau menyimpulkan bentuk rumah dan
bangunan yang berkembang pada masa pra-aksara saat itu.
Dari pola mata pencaharian manusia yang sudah mengenal berburu dan melakukan
pertanian sederhana dengan ladang berpindah memungkinkan adanya pola pemukiman
yang telah menetap.
kehidupan sehari-hari, tetapi juga kehidupan spiritual. Cap-cap tangan dan lukisan di goa yang
banyak ditemukan di Papua, Maluku, dan Sulawesi Selatan dikaitkan dengan ritual penghormatan
atau pemujaan nenek moyang, kesuburan, dan inisiasi.
Gambar dinding yang tertera pada goa-goa mengambarkan pada jenis binatang yang diburu atau
binatang yang digunakan untuk membantu dalam perburuan. Anjing adalah binatang yang
digunakan oleh manusia pra-aksara untuk berburu binatang.
Bentuk pola hunian dengan menggunakan penadah angin, menghasilkan pola menetap pada manusia
masa itu. Pola hunian itu sampai saat ini masih digunakan oleh Suku Bangsa Punan yang tersebar di
Kalimantan. Bentuk hunian itu merupakan bagian bentuk awal arsitektur di luar tempat hunian di
goa.
Secara sederhana penadah angin merupakan suatu konsep tata ruangan yang memberikan secara
implisit memberikan batas ruang. Pada kehidupan dengan masyarakat berburu yang masih sangat
tergantung pada alam, mereka lebih mengikut ritme dan bentuk geografis alam. Dengan demikian
konsep ruang mereka masih kurang bersifat geometris teratur.
Pola garis lengkung tak teratur seperti aliran sungai, dan pola spiral seperti route yang ditempuh
mungkin adalah citra pola ruang utama mereka. Ruang demikian belum mengutamakan arah utama.
Secara sederhana dapatlah kita lihat bahwa, pada masa praaksara konsep tata ruang, atau yang
saat ini kita kenal dengan arsitektur itu sudah mereka kenal.
BAB 3
A Saran :
Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan, agar makalah ini dapat menjadikan suatu pedoman untuk kalangan
umum. Kami sebagai penyusun memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan
dalam penyusunan makalah ini. Atas kritik , saran, dan perhatiannya kami ucapkan
terimakasih.
B Kesimpulan:
Dari makalah ini kita dapat mengetahui sejarah hukum di Indonesia sehingga kita
dapat lebih mendalami dan memahami tentang hukum secara umum, sigkat, dan jelas.
Yang kedepannya akan mendorong kita aga berhati-hati dalam bertindak.
Nama kelompok:
ANDRIAN
ELSA EVIOLIN
ESTIANA
M.AZAN