You are on page 1of 20

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Mempelajari bagaimana kehidupan manusia pada zaman praaksara merupakan kegiatan


yang sangat menarik. Dimana dari zaman ke zaman kehidupan manusia praaksara selalu
senantiasa mengalami perkembangan.

Salah satu perkembangan yang paling menonjol adalah perkembangan teknologi.


Meskipun manusia praaksara belum mengenal tulisan tetapi mereka tetap
mengembangkan teknologi dari bentuk yang paling sederhana hingga ke kompleks.

Sebagai generasi muda kita dituntut untuk mengetahui lebih mendalam tentang
bagaimana perkembangan teknologi pada zaman praaksara. Hal ini bertujuan agar kita
tidak hanya belajar bagaimana berkompetisi masa depan tetapi juga bagaimana untuk
mengolah kembali masa praaksara dengan berbagai teknologi yang telah ada pada zaman
itu.

B.Rumusan Masalah

1. Antara Batu dan Tulang

2.Antara Pantai dan Gua

3.Mengenal Api

4.Sebuah Revolusi

5.Konsep Ruang pada Hunia(Arsitektur)

BAB 2

PEMBAHASAN

Antara Batu dan Tulang


Peralatan ini berkembang pada zaman paleolitikum atau zaman
batu tua. Zaman ini merupakan zaman yang sangat penting karena terkait dengan
munculnya kehidupan baru.Kebudayaan zaman paleolitikum ini secara umum ini
terbagi menjadi kebudayaan kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong.
-Kebudayaan Pacitan
Kebudayaan pacitan berkembang di daerah pacitan, jawa timur. Seorang ahli,
von koeningswald dalam penelitiannya pada tahun 1935 telah menemukan
beberapa hasil teknologi. Alat batu itu masih kasar, dan bentuk ujungnya agak
runcing, kapak ini digunakan untuk menusuk binatang atau menggali tanah saat
mencari umbi-umbian.
-kebudayaan Ngandong
kebudayaan ini berkembang di daerah ngandong dan juga sidorejo, dekat ngawi.Di
daerah ini banyak ditentukan alat-alat dari tulang.Alat- alat dari batu, bentuknya
indah seperti kalsedon dan alat ini sering di sebut dengan flakke.

A. Paleolitikum
Paleolitikum atau zaman batu tua disebut demikian sebab alat-alat batu buatan
manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis.
A. CIRI-CIRI ZAMAN PALEOLITHIKUM
1. Jenis Manusia
Berdasarkan penemuan fosil manusia purba, jenis manusia purba hidup pada
zaman Paleolitikum adalah Pithecanthropus Erectus, Homo Wajakensis,
Meganthropus paleojavanicus, dan Homo Soliensis.Fosil ini ditemukan di aliran
sungai Bengawan Solo.

2. Kebudayaan
Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum
tersebut dapat dikelompokan menjadi kebudayaan Pacitan dan kebudayaan
Ngandong.

a. Kebudayaan Pacitan
Pada tahun 1935, von Koenigswald menemukan alat batu dan kapak genggam di
daerah Pacitan. Kapak genggam itu berbentuk kapak tetapi tidak
bertangkai.Kapak ini masih dikerjakan dengan sangat kasar dan belum
dihaluskan.Para ahli menyebutkan bahwa kapak itu adalah kapak penetak. Selain
di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa Tengah),
Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara)

b. Kebudayaan Ngandong
Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari
tanduk rusa dan ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain
itu di dekat Sangiran ditemukan alat sangat kecil dari betuan yang amat
indah.Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan banyak ditemukan di Cabbenge
(Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu indah seperti kalsedon.
Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa
seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa
Leang Pattae (Sulawesi Selatan)
B. ALAT-ALAT ZAMAN PALEOLITHIKUM
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum
dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah:

1. Kapak GenggaM
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut
"chopper" (alat penetak/pemotong)
Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak,
tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam.
Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu
sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat
menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti
binatang.

2. Kapak Perimbas
Kapak perimbas berfungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai
senjata.Manusia kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus.Alat ini juga
ditemukan di Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra
selatan), dan Goa Choukoutieen (Beijing).Alat ini paling banyak ditemukan di
daerah Pacitan, Jawa Tengah sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut
kebudayan Pacitan.

3. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa


Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang
binatang.Alat-alat dari tulang ini termasuk hasil kebudayaan
Ngandong.Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat penusuk (belati) dan ujung
tombak bergerigi.Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari
dalam tanah.Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap
ikan.

4. Flakes

Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat
digunakan untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong
sama seperti alat-alat dari tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya
untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
B. Mesolitikum
Pengertian mesolitikum atau arti dari mesolitikum serta istilah
mesolitikum atau Sinonim dari kata mesolitikum adalah:
me·so·li·ti·kum /mésolitikum/ n Geo masa peralihan dl zaman batu (prasejarah)
antara Paleolitikum (zaman batu tua) dan Neolitikum (zaman batu baru)
A. HASIL KEBUDAYAAN MESOLITHIKUM
1. Kebudayaan Pebble (Pebble Culture)
a. Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)

Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu


kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti
sebenarnya adalah sampah dapur.Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah
timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7
meter dan sudah membatu atau menjadi fosil.Kjokkenmoddinger ditemukan
disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan.Dari bekas-
bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada
zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan
penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak
genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).

b. Pebble (kapak genggam Sumatera = Sumateralith)


Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang
tersebut dan hasilnya menemukan kapak genggam.Kapak genggam yang ditemukan
di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble/kapak genggam
Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu dipulau
Sumatra.Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut berasal batu kali yang
dipecah-pecah.
c. Hachecourt (kapak pendek)
Selain pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis
kapak tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan
hachecourt/kapak pendek.
d. Pipisan
Selain kapak-kapak yang ditemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan pipisan
(batu-batu penggiling beserta landasannya).Batu pipisan selain dipergunakan
untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk menghaluskan cat
merah.Bahan cat merah berasal dari tanah merah.Cat merah diperkirakan
digunakan untuk keperluan religius dan untuk ilmu sihir.
2. Kebudayaan Tulang dari Sampung (Sampung Bone Culture)

Berdasarkan alat-alat kehidupan yang ditemukan di goa lawa di Sampung (daerah


Ponorogo - Madiun Jawa Timur) tahun 1928 - 1931, ditemukan alat-alat dari batu
seperti ujung panah dan flakes, kapak yang sudah diasah, alat dari tulang, tanduk
rusa, dan juga alat-alat dari perunggu dan besi. Oleh para arkeolog bagian
terbesar dari alat-alat yang ditemukan itu adalah tulang, sehingga disebut
sebagai Sampung Bone Culture.
3. Kebudayaan Flakes (Flakes Culture)

 Abris Sous Roche (Gua tempat tinggal)

Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal manusia
purba pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari
cuaca dan binatang buas.Penyelidikan pertama pada Abris Sous Roche dilakukan
oleh Dr. Van Stein Callenfels tahun 1928-1931 di goa Lawa dekat Sampung
Ponorogo Jawa Timur. Alat-alat yang ditemukan pada goa tersebut antara lain
alat-alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang sudah
diasah yang berasal dari zaman Mesolithikum, serta alat-alat dari tulang dan
tanduk rusa.Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan ternyata yang paling
banyak adalah alat dari tulang sehingga oleh para arkeolog disebut sebagai
Sampung Bone Culture / kebudayaan tulang dari Sampung. Karena goa di
Sampung tidak ditemukan Pebble ataupun kapak pendek yang merupakan inti dari
kebudayaan Mesolithikum. Selain di Sampung, Abris Sous Roche juga ditemukan
di daerah Besuki dan Bojonegoro Jawa Timur. Penelitian terhadap goa di Besuki
dan Bojonegoro ini dilakukan oleh Van Heekeren. Di Sulawesi Selatan juga banyak
ditemukan Abris Sous Roche terutama di daerah Lomoncong yaitu goa Leang
Patae yang di dalamnya ditemukan flakes, ujung mata panah yang sisi-sisinya
bergerigi dan pebble. Di goa tersebut didiami oleh suku Toala, sehingga oleh
tokoh peneliti Fritz Sarasin dan Paul Sarasin, suku Toala yang sampai sekarang
masih ada dianggap sebagai keturunan langsung penduduk Sulawesi Selatan
zaman prasejarah.Untuk itu kebudayaan Abris Sous Roche di Lomoncong disebut
kebudayaan Toala. Kebudayaan Toala tersebut merupakan kebudayaan
Mesolithikum yang berlangsung sekitar tahun 3000 sampai 1000 SM. Selain di
Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, Abris Sous Roche juga ditemukan di daerah
Timor dan Rote. Penelitian terhadap goa tersebut dilakukan oleh Alfred Buhler
yang di dalamnya ditemukan flakes dan ujung mata panah yang terbuat dari batu
indah.

B. KEBUDAYAAN BACSON-HOABINH

Kebudayaan ini ditemukan dalam gua-gua dan dalam bukit-bukit kerang di Indo-
China, Siam, Malaka, dan Sumatera Timur.Alat-alat kebudayaannya terbuat dari
batu kali, seperti bahewa batu giling.Pada kebudayaan ini perhatian terhadap
orang meninggal dikubur di gua dan juga di bukit-bukit kerang.Beberapa
mayatnya diposisikan dengan berjongkok dan diberi cat warna merah.Pemberian
cat warna merah bertujuan agar dapat mengembalikan hayat kepada mereka yang
masih hidup. Di Indonesia, kebudayaan ini ditemukan di bukit-bukit kerang. Hal
seperti ini banyak ditemukan dari Medan sampai ke pedalaman Aceh.Bukit-bukit
itu telah bergeser sejauh 5 km dari garis pantai menunjukkan bahwa dulu pernah
terjadi pengangkatan lapisan-lapisan bumi.Alur masuknya kebudayaan ini sampai
ke Sumatera melewati Malaka. Di Indonesia ada dua kebudayaan Bacson-
Hoabinh, yakni:

1. Kebudayaan pebble dan alat-alat dari tulang yang datang ke Indonesia


melalui jalur barat.
2. Kebudayaan flakes yang datang ke Indonesia melalui jalur timur.
Dengan adanya keberadaan manusia jenis Papua Melanosoide di Indonesia
sebagai pendukung kebudayaan Mesolithikum, maka para arkeolog
melakukan penelitian terhadap penyebaran pebble dan kapak pendek
sampai ke daerah teluk Tonkin daerah asal bangsa Papua Melanosoide. Dari
hasil penyelidikan tersebut, maka ditemukan pusat pebble dan kapak
pendek berasal dari pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh, di Asia
Tenggara. Tetapi di daerah tersebut tidak ditemukan flakes, sedangkan di
dalam Abris Sous Roche banyak ditemukan flakes bahkan di pulau Luzon
(Filipina) juga ditemukan flakes. Ada kemungkinan kebudayaan flakes
berasal dari daratan Asia, masuk ke Indonesia melalui Jepang, Formosa
dan Filipina.
3. C. KEBUDAYAAN TOALA

Kebudayaan Toala dan yang serumpun dengan itu disebut juga kebudayaan flake
dan blade. Alat-alatnya terbuat dari batu-batu yang menyerupai batu api dari
eropa, seperti chalcedon, jaspis, obsidian dan kapur. Perlakuan terhadap orang
yang meninggal dikuburkan didalam gua dan bila tulang belulangnya telah
mengering akan diberikan kepada keluarganya sebagai kenang-kenangan. Biasanya
kaum perempuan akan menjadikan tulang belulang tersebut sebagai kalung. Selain
itu, didalam gua terdapat lukisan mengenai perburuan babi dan juga rentangan
lima jari yang dilumuri cat merah yang disebut dengan “silhoutte”. Arti warna
merah tanda berkabung.Kebudayaan ini ditemukan di Jawa (Bandung, Besuki, dan
Tuban), Sumatera (danau Kerinci dan Jambi), Nusa Tenggara di pulau Flores dan
Timor.
C. Neolitikum
d. Zaman Neolitikum biasa juga dikenal dengan sebutan Zaman Batu Muda. Zaman
batu muda diperkirakan berlangsung kira-kira tahun 2000 SM. Perkembangan
kebudayaan pada zaman ini sudah sangat maju. Dalam zaman ini, alat yang
dihasilkan sudah bagus. Meskipun masih terbuat dari batu, tetapi pada semua
bagiannya telah dihaluskan dan persebarannya telah merata di seluruh Indonesia.
Menurut Dr. R. Soekmono, Kebudayaan ini lah yang menjadi dasar kebudayaan
Indonesia sekarang. Dalam zaman ini, terjadi perubahan pola hidup masyarakat,
dari tradisi food gatering ke food producing. Manusia yang hidup pada zaman ini
adalah bangsa Proto Melayu. Seperti suku Nias, suku Toraja, suku Sasak dan
Suku Dayak.

2. Antara Pantai dan Gua


- Mesolitikum
Mesolitikum atau "Zaman Batu Pertengahan" adalah suatu
periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara Paleolitik
atau Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda.
Istilah ini diperkenalkan oleh John Lubbock dalam makalahnya
"Jaman Prasejarah" (bahasa Inggris: Pre-historic Times) yang
diterbitkan pada tahun 1865. Namun istilah ini tidak terlalu
sering digunakan sampai V. Gordon Childe mempopulerkannya
dalam bukunya The Dawn of Europe (1947).
Zaman Mesolitikum di Indonesia
Pada zaman mesolitikum di Indonesia, manusia hidup tidak
jauh berbeda dengan zaman paleolitikum, yaitu dengan berburu
dan menangkap ikan, namun manusia pada masa itu juga mulai
mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam
secara sederhana.Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya
berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris
sous roche) sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan
berkas-berkas kebudayaan manusia pada zaman itu.

- Paleolitikum
Paleolitikum adalah zaman prasejarah yang bermula kira-
kira 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu.Periode zaman ini
adalah antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM.
Pada zaman ini, manusia Peking dan manusia Jawa telah ada. Di
Afrika, Eropa dan Asia, manusia Neanderthal telah hidup pada
awal tahun 50.000 SM, manakala pada tahun 20 000 SM,
manusia Cro-magnon sudah menguasai kebudayaan di Afrika
Utara dan Eropa.
Beberapa perkembangan kebudayaan ditemukan di sekitar
Pacitan (ditemukan oleh Von Koenigswald) dan Ngandong.
Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden atau berpindah-
randah dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan.Mereka
memburu binatang, menangkap ikan dan mengambil hasil hutan
sebagai makanan.Mereka tidak bercocok tanam.Mereka
menggunakan batu, kayu dan tulang binatang untuk membuat
peralatan memburu.Alat-alat ini juga digunakan untuk
mempertahankan diri daripada musuh.Mereka membuat pakaian
dari kulit binatang. Selain itu, mereka juga pandai menggunakan
api untuk memasak, memanaskan badan dan menakutkan
binatang.
Peninggalan yang ditemukan antara lain berupa peralatan batu
seperti flakes (alat penyerpih berfungsi misalnya untuk
mengupas, menguliti), chopper (kapak genggam/alat penetak),
selain itu terdapat pula peralatan dari tulang.
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan, biasa
disebut Chopper (alat penetak/pemotong). Dinamakan kapak
genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak
bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara menggenggam.
Pembuatannya dengan cara memangkas salah satu sisi batu
sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai
tempat menggenggam.
Spesies manusia purba yang telah ada: 1. Meganthropus
Paleojavanicus 2. Pithecanthropus Erectus (Pithecanthropus
Mojokertensis, Pithecanthropus Robustus) 3. Homo Sapiens
(Homo Soloensis, Homo Wajakensis)
Proses pembuatan kapak batu: 1. Memilih batu yang cocok dan
mudah dibentuk 2. Batu tersebut dipukulkan dengan
menggunakan batu yang lebih keras 3. Pembentukan dengan cara
dihaluskan menggunakan kapak tulang, tangan juga dilindungi
dengan kulit.

a. Kebudayaan Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur dari zaman
mesolitikum yang ditemukan di sepanjang pantai timur Pulau
Sumatera. Hal ini diteliti oleh Dr. P. V. van Stein Callenfels pada
tahun 1925 dan menurut penelitian yang dilakukannya, kehidupan
manusia pada saat itu bergantung dari hasil menangkap siput dan
kerang karena ditemukan sampah kedua hewan tersebut setinggi
7 meter. Sampah dengan ketinggian tersebut kemungkinan telah
mengalami proses pembentukan cukup lama, yaitu mencapai
ratusan bahkan ribuan tahun. Di antara tumpukan sampah
tersebut juga ditemukan batu penggiling beserta landasannya
(pipisan) yang digunakan untuk menghaluskan cat merah.Cat
tersebut diperkirakan digunakan dalam acara keagamaan atau
ilmu sihir. Di tempat itu juga ditemukan banyak benda-benda
kebudayaan seperti kapak genggam yang disebut pebble atau
kapak genggam Sumatera (Sumeteralith) sesuai dengan tempat
penemuannya. Kapak tersebut terbuat dari batu kali yang
dibelah dua dan teksturnya masih kasar. Kapak lain yang
ditemukan pada zaman ini adalah bache courte (kapak pendek)
yang berbentuk setengah lingkaran seperti kapak genggam
atau chopper. Berdasaran pecahan tengkorak dan gigi yang
ditemukan pada Kjokkenmoddinger, diperkirakan bahwa manusia
yang hidup pada zaman mesolitikum adalah bangsa Papua
Melanesoide.(nenek moyang suku Irian dan Melanesoid).
b. Kebudayaan Abris Sous Roche
Abris sous roche adalah goa menyerupai ceruk batu karang
yang digunakan manusia sebagai tempat tinggal. Penelitian
mengenai kebudayaan Abris sous roche ini juga dilakukan oleh
van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di Goa Lawu dekat
Sampung, Ponorogo (Madiun). Alat-alat yang ditemukan lebih
banyak terbuat dari tulang sehingga disebut sebagai Sampung
Bone Culture.Di daerah Besuki (Jawa Timur), van Heekeren juga
menemukan kapak Sumatera dan kapak pendek.Abris sous
roche juga ditemukan pada daerah Timor dan Rote oleh Alfred
Buhler yang menemukan flakes culture dari kalsedon bertangkai
dan hal ini diduga merupakan peninggalan bangsa Papua
Melanesoide. Hasil kebudayaan Abris sous roche juga ditemukan
di Lamancong (Sulawesi Selatan) yang biasa disebut kebudayaan
Toala. Kebudayaan Toala ditemukan pada suatu goa yang disebut
Goa Leang PattaE dan inti dari kebudayaan ini
adalah flakes danpebble. Selain Toala, para ahli juga menemukan
kebudayaan Bacson-Hoabinh dan Bandung di Indonesia. Bacson-
Hoabinh diperkirakan merupakan pusat budaya prasejarah
Indonesia dan terdiri dari dua macam kebudayaan, yaitu
kebudayaapebble (alat-alat tulang yang datang dari jalan barat)
dan kebudayaan flakes(datang melalui jalan timur). Sementara
itu, penelitian kebudayaan Bandung dilakukan oleh van
Koenigswald di daerah Padalarang, Bandung Utara, Cicalengka,
BanjarabSoreang, dan sebelah barat Cililin.Kebudayaan yang
ditemukan berupa flakes yang disebut microlith (batu kecil),
pecahan tembikar, dan benda-benda perunggu.
3.SEBUAH REVOLUSI
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang
berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-
pokok kehidupan masyarakat.Di dalam revolusi, perubahan yang
terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih
dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui
kekerasan.Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif
karena revolusi pun dapat memakan waktu lama.Misalnya revolusi
industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun
dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendi-sendi pokok
kehidupan masyarakat —seperti sistem kekeluargaan dan
hubungan antara buruh dan majikan— yang telah berlangsung
selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk
merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada
suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa
berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan
membangun.
Dialektika revolusi mengatakan bahwa revolusi merupakan suatu
usaha menuju perubahan menuju kemaslahatan rakyat yang
ditunjang oleh beragam faktor, tak hanya figur pemimpin, namun
juga segenap elemen perjuangan beserta sarananya. Logika
revolusi merupakan bagaimana revolusi dapat dilaksanakan
berdasarkan suatu perhitungan mapan, bahwa revolusi tidak bisa
dipercepat atau diperlambat, ia akan datang pada waktunya.
Kader-kader revolusi harus dibangun sedemikian rupa dengan
kesadaran kelas dan kondisi nyata di sekelilingnya. Romantika
revolusi merupakan nilai-nilai dari revolusi, beserta kenangan dan
kebesarannya, di mana ia dibangun. Romantika ini menyangkut
pemahaman historis dan bagaimana ia disandingkan dengan
pencapaian terbesar revolusi, yaitu kemaslahatan rakyat. Telah
banyak tugu peringatan dan museum yang melukiskan
keperkasaan dan kemasyuran ravolusi di banyak negara yang
telah menjalankan revolusi seperti yang terdapat di Vietnam,
Rusia, China, Indonesia, dan banyak negara lainnya.Menjebol dan
membangun merupakan bagian integral yang menjadi bukti fisik
revolusi. Tatanan lama yang busuk dan menyesatkan serta
menyengsarakan rakyat, diubah menjadi tatanan yang besar
peranannya untuk rakyat, seperti di Bolivia, setelah Hugo Chavez
menjadi presiden ia segera merombak tatanan agraria, di mana
tanah untuk rakyat sungguh diutamakan yang menyingkirkan
dominasi para tuan tanah di banyak daerah di negeri itu.
Dalam pengertian umum, revolusi mencakup jenis perubahan
apapun yang memenuhi syarat-syarat tersebut.Misalnya Revolusi
Industri yang mengubah wajah dunia menjadi modern.Dalam
definisi yang lebih sempit, revolusi umumnya dipahami sebagai
perubahan politik.
Sejarah modern mencatat dan mengambil rujukan revolusi mula-
mula pada Revolusi Perancis, kemudian Revolusi Amerika.Namun,
Revolusi Amerika lebih merupakan sebuah pemberontakan untuk
mendapatkan kemerdekaan nasional, ketimbang sebuah revolusi
masyarakat yang bersifat domestik seperti pada Revolusi
Perancis.Begitu juga dengan revolusi pada kasus perang
kemerdekaan Vietnam dan Indonesia. Maka konsep revolusi
kemudian sering dipilah menjadi dua: revolusi sosialdan revolusi
nasional.
Pada abad 20, terjadi sebuah perubahan bersifat revolusi sosial
yang kemudian dikenal dengan Revolusi Rusia.Banyak pihak yang
membedakan karakter Revolusi Rusia ini dengan Revolusi
Perancis, karena karakter kerakyatannya.Sementara Revolusi
Perancis kerap disebut sebagai revolusi borjuis, sedangkan
Revolusi Rusia disebut Revolusi Bolshevik, Proletar,
atau Komunis. Model Revolusi Bolshevik kemudian ditiru
dalam Perang Saudara Tiongkok pada 1949
Karakter kekerasan pada ciri revolusi dipahami sebagai sebagai
akibat dari situasi ketika perubahan tata nilai dan norma yang
mendadak telah menimbulkan kekosongan nilai dan norma yang
dianut masyarakat.
ada dikatakan bahwa neolithikum itu adalah suatu revolusi yang sangat besar
dalam peradaban manusia. Perubahan besar ini ditandai dengan berubahnya
peradaban penghidupan food-gathering menjadi foodproducing.Pada saat orang
sudah mengenal bercocok tanam dan berternak.Pertanian yang mereka
selenggarakan mula-mula bersifat primitif dan hanya dilakukan di tanah-tanah
kering saja.Pohon-pohon dari beberapa bagian hutan di kelupak kulitnya dan
kemudian dibakar.Tanah-tanah yang baru dibuka untuk pertanian semacam itu
untuk beberapa kali berturut-turut ditanami dan sesudah itu ditinggalkan.

Orang-orang Indonesia zaman neolithikum membentuk masyarakat-masyarakat


dengan pondok-pondok mereka berbentuk persegi siku-siku dan didirikan atas
tiang-tiang kayu, dinding-dindingnya diberi hiasan dekoratif yang indah-indah,
Walaupun alat-alat mereka masih dibuat daripada batu, tetapi alat-alat itu
dibuat dengan halus, bahkan juga sudah dipoles pada kedua belah muka
hasil kebudayan yang terkenal dizaman neolitikumini secara garis besar ,ada
dua tahap perkembangan yaitu :

A.KEBUDAYAN KAPAK PERSEGI


Asal-usul penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi bangsa Asia ke
Indonesia.Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar
penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium.Penampang
kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil.Yang
ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai
cangkul/pacul.Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan
fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya
pahat.

Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari
batu api/chalcedon.Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya
dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda kebesaran.
Kapak jenis ini ditemukan di daerahi Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara,
Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
berupa persegi panjang atau juga berbentuk trapezium. Yang dimaksud dengan
kapak persegi itu bukan hanya kapak persegi saja, tetapi banyak lagi alat-alat
lainnya dari berbagai ukuran dan berbagai keperluan; yang besar yaitu kapak atau
pacul, dan yang kecil yaitu tarah, yang tentunya digunakan untuk mengerjakan
kayu. Alat-alat itu semuanya sama bentuknya, agak melengkung sedikit, dan
diberi tangkai yang diikat kepada tempat lengkung itu.

Kapak persegi di Indonesia ini terutama ditemukan di wilayah Sumatra, Jawa,


Bali, Nusan Tenggara Timur, Maluku, Sulawesi dan di Kalimantan. Bahan yang
digunakan untuk membuat kapak persegi kebanyakan menggunakan batu api dan
batu Kalcedon. Pembuatan kapak-kapak ini diperkirakan terpusat di beberapa
tempat, dari dari sini menyebar ke tempat-tempat lain. Hal ini berdasarkan pada
tempat penemuan kapak persegi di beberapa tempat yang tidak memiliki bahan
batu api, yang digunakan sebagai bahan pembuatannya, sedangkan di pusat
pembuatannya banyak sekali ditemukan kapak persegi yang semunya telah diberi
bentuk namun masih kasar atau belum dihaluskan. Hal ini menandakan kalau kapak
persegi dihaluskan oleh pemakainya bukan pembuatnya. Adapun perkiraan pusat-
pusat dari pembuatan kapak persegi antara lain di dekat Lahat (Palembang),
dekat Bogor, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya (Jawa Barat), di daerah Pacitan
(Madiun) dan lereng selatan Gunung Ijen (Jawa Timur)Nama
kapak persegi
itu berasal dari Von Heine Goldern, berdasarkan kepada
penampang-alang dari alat alatnya.
B. KAPAK LONJONG

Paleolitikum, hal ini bisa dikatakan lebih baik karena hasil


peralatan yang ditemukan pada zaman ini lebih maju.Zaman
Neolitikum menghasilkan beberapa kebudayaan yang salah
satunya adalah kebudayaan kapak lonjong.Kapak lonjong ini
dikatakan jauh lebih maju apabila dibandingkan dengan
kebudayaan zaman Paleolitikum, yaitu kebudayaan kapak genggam
dan kapak perimbas.

Tradisi kapak lonjong dapat diduga lebih tua daripada tradisi


beliung persegi.Bukti-bukti stratigrafis telah ditunjukkan oleh
T. Harrison dalam ekskavasi yang dilakukan di Gua Niah,
Serawak, dan menurut pertanggalan C-I4 yang diperolehnya,
kapak lonjong ditemukan dalam lapisan tanah yang berumur ±
8.000 SM.

Kapak ini bentuk umumnya lonjong dengan pangkal agak runcing


dan melebar pada bagian tajaman.Bagian tajaman diasah dari dua
arah dan menghasilkan bentuk tajaman yang simetris.Di sinilah
bedanya dengan beliung persegi yang tidak pernah memiliki
tajaman simetris (setangkup).Bentuk penampang lintangnya
seperti lensa, lonjong, atau kebulat-bulatan.
Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan
warnanya kehitam-hitaman.Bentuk keseluruhan dari kapak
tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi
tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga
tajam.Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong
sudah diasah halus.

Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut


dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil,
sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi.
Daerah
penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan
Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia,
sehingga para arkeolog menyebutkan
C.PERKEMBANGAN ZAMAN LOGAM
Pada zaman prasejarah, zaman dibedakan berdasarkan alat-alatnya, yaitu,
zaman batu dan logam. Zaman batu yang termuda adalah zaman neolitikum dan
zaman selanjutnya adalah zaman logam. Dengan dimulainya zaman logam, bukan
berati berakhir zaman batu, karena pada zaman logam masih terdapat alat-alat
dan perkakas batu. Nama zaman logam hanya untuk menyatakan bahwa saat itu
logam telah dikenal dan dipergunakan orang untuk membuat alat-alat yang
diperlukan.
Logam tidak dapat dipukul-pukul atau dipecah seperti batu guna mendapat
alat yang dikehendaki. Logam harus dilebur dahulu dari bijinya untuk dapat
dipergunakan. Leburan logam itu yang kemudian dicetak. Tehnik pembuatan
benda-benda dari logam itu dinamakan <<a cire perdue>>, dan caranya adalah:
benda yang dikehendaki dan dibuat terlebih dahulu dari lilin, lengkap dengan
bagian-bagiannya. Kemudian model dari dari lilin itu ditutup dengan tanah.
Dengan jalan dipanaskan maka selubung tanah ini menjadi keras, sedangkan
lilinnya menjadi cair dan mengalir ke luar lubang yang telah disediakan di dalam
selubung itu. Jika telah habis lilinnya, dituangkan logam cair ke dalam geronggang
tempat lilin tadi. Dengan demikian logam itu menggantikan model lilin tadi.
Setelah dingin semuanya, selubung tanahnya dipecah, dan keluarlah benda yang
dikehendaki itu, bukan dari lilin melainkan logam.
Dari zaman-zaman prasejara, dapat ketahui bahwa zaman logam dibagi lagi
atas zaman tembaga, perunggu dan besi. Asia Tenggara tidak mengenal zaman
tembaga. Setelah neolitikum langsung ke zaman perunggu dan berlanjut ke
zaman besi. Di Indonesia zaman logam pun sulit untuk dibago ke dalam zaman
perunggu atau besi. Bisa dikatakan bahwa zama logam di Indonesia hanya zama
perunggu, karena alat-alat perkakas besi tidak banyak bedanya dengan alat-alat
zaman perunggu.
3.Mngenal Api

Api adalah zat panas yang ditimbulkan dari benda yang terbakar, berasal dari proses
oksidasi sehingga berupa energi berintensitas yang bervariasi dan memiliki bentuk
cahaya (dengan panjang gelombang juga di luar spektrum visual sehingga dapat tidak
terlihat oleh mata manusia) dan panas yang juga dapat menimbulkan asap.

Api (warnanya-dipengaruhi oleh intensitas cahayanya) biasanya digunakan untuk


menentukan apakah suatu bahan bakar termasuk dalam tingkatan kombusi sehingga
dapat digunakan untuk keperluan manusia (misal digunakan sebagai bahan bakar api
unggun, perapian atau kompor gas) atau tingkat pembakar yang keras yang bersifat
sangat penghancur, membakar dengan tak terkendali sehingga merugikan manusia

(misal, pembakaran pada gedung, hutan, dan sebagainya).

Penemuan cara membuat api merupakan salah satu hal yang paling berguna bagi manusia,
karena dengan api, golongan Hominids (manusia dan kerabatnya seperti kera) dapat aman
dari hewan buas, memasak makanan, dan mendapat sumber cahaya serta menjaga dirinya
agar tetap hangat.

pernah terfikirkan g klo pas kita liat api kan ada beberapa warna. dari kompor gas warna
biru, dari minyak tanah warna merah, dari batu arang warna kuning, Kalian semua pasti
sudah paham tentang api, baik itu kegunaannya dalam hidup kita sehar-hari ataupun dari
pelajaran yang kalian dapat. Tapi tahukah kalian, kenapa api itu bisa memiliki beberapa
warna dan apakah perbedaan dari masing-masing warna api tersebut. Berikut ini
beberapa penjelasan mengenai warna dan jenis api.

Kemampuan manusia purba mengontrol api merupakan langkah paling penting dalam
sejarah peradaban. Ternyata, teknik itu dipahami lebih lambat dari perkiraan
sebelumnya.

Kebiasaan memanfaatkan api dimulai antara 300 ribu hingga 400 ribu tahun yang lalu
berdasarkan analis 141 situs arkeologi seluruh Eropa. Padahal sebelumnya, ilmuwan
memperkirakan penggunaan api sudah berlangsung di Eropa setidaknya satu juta tahun
yang lalu. Kebanyakan arkeolog setuju penggunaan api terkait kolonisasi di luar Afrika,
terutama di Eropa saat suhu jatuh hingga di bawah titk beku.

Temuan yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of


University of Colorado itu mengungkapkan manusia purba dan kaum Neanderthal yang
hidup di Eropa secara rutin menggunakan api untuk kehangatan, memasak dan sumber
cahaya
“Pola yang muncul sama mengejutkan dengan kemampuan manusia kuno untuk bertahan di
iklim dingin Eropa,” tulis Wil Roebroeks dari Leiden University, Belanda. Alasan mengapa
manusia lampau ‘terlambat’ menggunakan api diantaranya penyesuaian pola makan
sehingga terbiasa dengan cuaca dingin. Mereka mengkonsumsi daging mentah dan
makanan laut.

Arkeolog Harvard University, Richard W. Wrangham mengklaim kemampuan


memanfaatkan api untuk memasak sehingga menciptakan gizi yang cukup bagi manusia
merupakan salah satu titik utama dalam evolusi manusia modern.

4. Sebuah Revolusi

Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan
menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi,
perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan
dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran kecepatan suatu
perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama. Misalnya
revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap 'cepat'
karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat —seperti sistem
kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan— yang telah berlangsung selama
ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan
membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi
senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan membangun.

Dialektika revolusi mengatakan bahwa revolusi merupakan suatu usaha menuju


perubahan menuju kemaslahatan rakyat yang ditunjang oleh beragam faktor, tak hanya
figur pemimpin, namun juga segenap elemen perjuangan beserta sarananya. Logika
revolusi merupakan bagaimana revolusi dapat dilaksanakan berdasarkan suatu
perhitungan mapan, bahwa revolusi tidak bisa dipercepat atau diperlambat, ia akan
datang pada waktunya. Kader-kader revolusi harus dibangun sedemikian rupa dengan
kesadaran kelas dan kondisi nyata di sekelilingnya. Romantika revolusi merupakan nilai-
nilai dari revolusi, beserta kenangan dan kebesarannya, di mana ia dibangun. Romantika
ini menyangkut pemahaman historis dan bagaimana ia disandingkan dengan pencapaian
terbesar revolusi, yaitu kemaslahatan rakyat. Telah banyak tugu peringatan dan museum
yang melukiskan keperkasaan dan kemasyuran ravolusi di banyak negara yang telah
menjalankan revolusi seperti yang terdapat di Vietnam, Rusia, China, Indonesia, dan
banyak negara lainnya. Menjebol dan membangun merupakan bagian integral yang
menjadi bukti fisik revolusi. Tatanan lama yang busuk dan menyesatkan serta
menyengsarakan rakyat, diubah menjadi tatanan yang besar peranannya untuk rakyat,
seperti di Bolivia, setelah Hugo Chavez menjadi presiden ia segera merombak tatanan
agraria, di mana tanah untuk rakyat sungguh diutamakan yang menyingkirkan dominasi
para tuan tanah di banyak daerah di negeri itu.

5.Konsep Ruang Pada Hunian (ARSITEKTUR)

Kostof, arsitektur telah mulai ada pada saat manusia mampu mengolah lingkungan
hidupnya. Pembuatan tanda-tanda di alam yang membentang tak terhingga itu untuk
membedakan dengan wilayah lainnya. Tindakan untuk membuat tanda pada suatu tempat
itu dapat dikatakan sebagai bentuk awal dari arsitektur. Pada saat itu manusia sudah
mulai merancang sebuat tempat.

Bentuk arsitektur pada masa pra-aksara dapat dilihat dari tempat hunian manusia pada
saat itu. Mungkin kita sulit membayangkan atau menyimpulkan bentuk rumah dan
bangunan yang berkembang pada masa pra-aksara saat itu.

Dari pola mata pencaharian manusia yang sudah mengenal berburu dan melakukan
pertanian sederhana dengan ladang berpindah memungkinkan adanya pola pemukiman
yang telah menetap.

kehidupan sehari-hari, tetapi juga kehidupan spiritual. Cap-cap tangan dan lukisan di goa yang
banyak ditemukan di Papua, Maluku, dan Sulawesi Selatan dikaitkan dengan ritual penghormatan
atau pemujaan nenek moyang, kesuburan, dan inisiasi.

Gambar dinding yang tertera pada goa-goa mengambarkan pada jenis binatang yang diburu atau
binatang yang digunakan untuk membantu dalam perburuan. Anjing adalah binatang yang
digunakan oleh manusia pra-aksara untuk berburu binatang.

Bentuk pola hunian dengan menggunakan penadah angin, menghasilkan pola menetap pada manusia
masa itu. Pola hunian itu sampai saat ini masih digunakan oleh Suku Bangsa Punan yang tersebar di
Kalimantan. Bentuk hunian itu merupakan bagian bentuk awal arsitektur di luar tempat hunian di
goa.

Secara sederhana penadah angin merupakan suatu konsep tata ruangan yang memberikan secara
implisit memberikan batas ruang. Pada kehidupan dengan masyarakat berburu yang masih sangat
tergantung pada alam, mereka lebih mengikut ritme dan bentuk geografis alam. Dengan demikian
konsep ruang mereka masih kurang bersifat geometris teratur.

Pola garis lengkung tak teratur seperti aliran sungai, dan pola spiral seperti route yang ditempuh
mungkin adalah citra pola ruang utama mereka. Ruang demikian belum mengutamakan arah utama.
Secara sederhana dapatlah kita lihat bahwa, pada masa praaksara konsep tata ruang, atau yang
saat ini kita kenal dengan arsitektur itu sudah mereka kenal.
BAB 3

A Saran :

Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan, agar makalah ini dapat menjadikan suatu pedoman untuk kalangan
umum. Kami sebagai penyusun memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan
dalam penyusunan makalah ini. Atas kritik , saran, dan perhatiannya kami ucapkan
terimakasih.

B Kesimpulan:

Dari makalah ini kita dapat mengetahui sejarah hukum di Indonesia sehingga kita
dapat lebih mendalami dan memahami tentang hukum secara umum, sigkat, dan jelas.
Yang kedepannya akan mendorong kita aga berhati-hati dalam bertindak.
Nama kelompok:
ANDRIAN

ELSA EVIOLIN

ESTIANA

M.AZAN

You might also like