Professional Documents
Culture Documents
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat hasil kerja keras Tim
MFK Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda , maka sebuah buku Pedoman Manajemen Fasilitas
dan Keselamatan Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda telah diterbitkan.
MFK di Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda merupakan cerminan dari mutu rumah sakit,
sehingga K3 RSmerupakan suatu hal yang harus diperhatikan untuk peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit dan karena dampaknya yang cukup luas pada masyarakat sekitar rumah sakit. Maka
hal ini perlu diperhatikan terutama oleh pihak Manajemen Rumah Sakit.
Buku Pedoman MFK di Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda ini dibuat untuk menjadi
acuan Tim MFK Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda sebagai bahan untuk melaksanakan dan
memantau kegiatan MFK pada Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda sehingga dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Dengan mengambil materi mengenai hal - hal yang terkait dengan
program MFK di Rumah Sakit Umum Prasetya Bukti serta tata laksana kerja pada masing-masing
bagian dan sudah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda. Buku ini disusun dengan
acuan pada Departemen Kesehatan RI serta beberapa referensi kegiatan MFK yang sudah
dilakukan di Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda selama ini.
Betapapun baiknya sebuah buku pedoman, tanpa pelaksanaan yang konsisten dan
menyeluruh oleh semua pihak yang terlibat, maka tujuan pedoman ini tidak akan tercapai. Buku
pedoman ini secara terus menerus diperbaharui dan diharapkan dapat disebarluaskan kepada
seluruh jajaran yang terkait yang mengabdi di Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
masukan demi terlaksananya penerbitan buku Pedoman dan Tata Laksana ini. Kami sadar bahwa
buku ini masih jauh dari sempurna, koreksi dari para pembaca sangat diharapkan dan semoga
buku ini dapat dipergunakan sebagai Pedoman dan Tata Laksana khususnya dan pihak lain yang
terkait dengan MFK pada umumnya.
i
DAFTAR ISI
Lampiran
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..................................... I
DAFTAR ISI......……………………………………………………………………………………................................. ii
BAB I DEFINISI…………………………………………………............................................................ 1
A. Latar Belakang……………………………………………………………………........................... 1
B. Maksud dan Tujuan………………………………………………………................................. 2
C. Batasan Operasional………………………………………………………………….................... 2
3
D. Landasan Hukum…………………………………………………………………..........................
3
BAB II RUANG LINGKUP…………………………………………................……..................................
BAB III TATA LAKSANA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN………………………..........
A. Keselamatan dan keamanan……………………………………………………........................
1. Pencegahan risiko dan bahaya yang dapat terjadi di rumah sakit……….....
2. Perlindungan kesehatan petugas rumah sakit………………………………...........
3. Perlengkapan keamanan pasien……………………………………………..................
B. B3 (bahan berbahaya dan beracun)……………………………………………...................
1. Perencanaan B3……………………………………………………………….........................
2. Penyimpanan B3………………………………………………………………........................
3. Distribusi B3……….…………………………………………………………............................
4. Penggunaan B3………………………………………………………………..........................
5. Pengelolaan limbah B3……………………………………………………….......................
6. Pembuangan limbah B3 di unit laboratorium……………………………….............
7. Pembuangan limbah B3 di Unit dialiyis………………………………………..............
8. Pembuangan limbah B3 di unit farmasi…………………………………….................
9. Paparan / kecelakaan B3…………………………………………………….....................
10. Pengadaan B3…………………………………………………………………........................
11. Spill kit…………………………………………………………………………...........................
C. Manajemen emergensi…………………………………………………………….........................
1. Pengertian………………………………………………………………………..........................
2. Tujuan……………………………………………………………………………...........................
3. Pengaturan jaga……………………………………………………………….........................
4. Denah ruangan…………………………………………………………………........................
5. Fasilitas keselamatan…………………………………………………………......................
6. Sandi penanggulangan kebakaran/bencana…………………………………...........
7. Uraian tugas Tim………………………………………………………………........................
8. Evakuasi dan penyelamatan…………………………………………………...................
9. Penanggulangan bencana……………………………………………………....................
10.Sarana-sarana penanggulangan……………………………………………….................
D. Pengamanan dan kebakaran…………………………………………………….......................
1. Tujuan……………………………………………………………………………...........................
2. Penatalaksanaan pengamanan dan kebakaran……………………………............
E. Peralatan medis……………………………………………………………………...........................
1. Tujuan……………………………………………………………………………...........................
2. Penatalaksanaan peralatan medis………………………………………….................
F. Sistem Utilitas………………………………………………………………………...........................
1. Tujuan…………………………………………………………………………............................
2. Penatalaksanaan Sistem Utilitas…………………………………………….................
G. Sanitasi Rumah Sakit……………………………………………………………….......................
ii
1. Penyediaan air bersih…………………………………………………………......................
2. Toilet dan Kamar mandi……………………………………………………….....................
3. Pengolahan limbah……………………………………………………………........................
4. Sampah RS……………………………………………………………………............................
5. Tata laksana sanitasi lingkungan………………………………………………..................
BAB IV DOKUMENTASI……………………………………………………………...........................................
A. Dokumen Monitoring dan evaluasi……………………………………………………………...
1. Keselamatan dan keamanan…………………………………………………...................
2. B3 (bahan berbahaya dan beracun)…………………………………………................
3. Manajemen emergensi……………………………………………………….......................
4. Pengamanan dan kebakaran…………………………………………………..................
5. Peralatan medis……………………………………………………………….........................
6. Sistem utilitas……………………………………………………………………........................
BAB V PENUTUP……………………………………………………………………………………............................
LAMPIRAN………………………………………………………………………………………………................................
iii
BAB I
DEFINISI
A. LATAR BELAKANG.
Sebagai institusi kesehatan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, Rumah Sakit
Umum Prasetya Bunda wajib memenuhi ketentuan/peraturan perundang-undangan yang
berlaku, oleh Direktur Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda secara operasional dituangkan
dalam berbagai kebijakan umum tentang program kegiatan disetiap unit pelayanan
maupun unit terkait. Sebagian dari program kegiatan tersebut ada yang harus dilaksanakan
secara terpadu yang melibatkan berbagai unit pelayanan di lingkungan Rumah Sakit
Umum Prasetya Bunda salah satu diantaranya adalah program Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan. Di lingkungan Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda sendiri selalu ada
kemungkinan terjadinya kecelakaaan kerja dalam pengoperasian peralatan kedokteran
serta penunjang medik lainnya, bahkan resiko terjadinya penyakit akibat kerja dapat pula
timbul penyebabnya bisa dari fasilitas yang dimiliki rumah sakit atau sebagian besar
disebabkan faktor ketidak hati-hatian manusianya, dipihak lain setiap sumber daya
manusia yang bekerja di rumah sakit berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan
profesinya/pekerjaannya, terjamin keamanan pemakaian peralatan penunjang medik dan
non medik yang terdapat di rumah sakit termasuk pasien dan pengunjung yang
mendatangi Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda.
Karena itu lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi petugas dan pengunjung
Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda, dapat diwujudkan dengan pelaksanaan keselamatan
keamanan kerja yang dijalankan dengan baik dan konsisten. Dengan lingkungan yang
sehat, petugas dapat bekerja tanpa resiko cedera sehingga dapat melayani pasien dengan
sebaik-baiknya. Juga dapat menciptakan lingkungan aman dan bebas dari pencemaran
limbah berbahaya dan beracun.
Pada akhirnya tercipta suatu kesejahteraaan pegawai yang juga dapat menekan
biaya untuk angka kesakitan yang timbul pada petugas sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit. Untuk itu perlu menyusun pedoman Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan sebagai panduan dalam pengelolaaan K3 RS.
C. RUANG LINGKUP.
Ruang lingkup Kesehatan dan Keselamatan kerja Rumah Sakit Umum Prasetya
Bunda yaitu merupakan kegiatan untuk menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan
menunjang kebutuhan pasien, keluarga dan staf serta pengunjung. Dan yang menjadi
fokus kegiatan MFK adalah fasilitas gedung, bahan berbahaya, manajemen emergensi,
pengamanan kebakaran, peralatan medis dan sistim utilitas. Secara khusus kegiatan MFK
berupaya untuk:
1. Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko
2. Mencegah kecelakaan dan cidera
3. Memelihara kondisi yang aman
D. BATASAN OPERASIONAL.
Upaya Untuk Memberikan jaminan keselamatan dan meningkatan derajat
kesehatan pasien dan atau karyawan Rumah Sakit dengan cara pencegahan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan dan rehabilitasi.
2
E. LANDASAN HUKUM.
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
c. Undang-undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 05 / Men / 1996, tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3 RS).
e. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1087/MENKES/SK/VIII/2010, tentang Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
f. Keputusan Menteri Kesehatan No.1204/MENKES/SK/X/2004, tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
g. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 472/MENKES/PER/V/1996, tentang Pengamanan
Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
h. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02/MEN/1980, tentang Pemeriksaan Tenaga dan
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
i. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04/Men/1980, tentang Syarat-syarat Pemasangan
dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
3
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Kesehatan dan Keselamatan kerja Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda
yaitu merupakan kegiatan untuk menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan menunjang
kebutuhan pasien, keluarga dan staf serta pengunjung. Dan yang menjadi fokus kegiatan MFK
adalah fasilitas gedung, bahan berbahaya, manajemen emergensi, pengamanan kebakaran,
peralatan medis dan sistim utilitas. Secara khusus kegiatan MFK berupaya untuk:
1. Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko
2. Mencegah kecelakaan dan cidera
3. Memelihara kondisi yang aman
4
BAB III
TATA LAKSANA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
8
Pemeriksaan kesehatan berkala terbagi menjadi:
a) Pemeriksaan Kesehatan berkala tahunan yaitu pemeriksaan yang
dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali bagi petugas yang bekerja di Unit
Pelayanan yang beresiko tinggi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk bagian:
(1) Laboratorium
(2) Radiologi
(3) UGD
(4) Kamar Bedah
(5) Kamar Bersalin
(6) ICU
(7) Dokter Umum
(8) Pemeliharaan Alat Medis
(9) Perawat Ruangan
(10) Perawat Diagnostik
(11) Perawat Poliklinik
(12) Laundry
(13) Farmasi
9
b) Pemeriksaan Kesehatan berkala 2 tahunan yaitu pemeriksaan yang
dilakukan setiap 2 tahun sekali bagi petugas yang bekerja di Unit
Pelayanan Pasien secara langsung.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk bagian:
(1) Rekam Medis
(2) Gizi
(3) Administrasi Rawat Jalan
(4) Administrasi Rawat Inap
(5) Informasi
(6) Pengemudi
(7) Fisioterapi
(8) Ekspedisi
(9) Keamanan
12
Untuk luka tusukan / irisan berat / menembus
kulit lebih dalam hingga keluar darah berikan AZT +
indinavir / nelfinavir selama 4 minggu.
Setelah pemberian antiretroviral lakukan
pemantauan hasil pemeriksaan laboratorium setiap 3
bulan selama 1 tahun.
Bila pemantauan anti HIV selama 1 tahun
tetap negatif berarti tidak tertular.
13
Laboratorium, Fisioterapi, Rehabilitasi Medis, Radiologi), CS (petugas
kebersihan), laundry.
Tujuan pencegahan dan penanganan tertusuk jarum dan sejenisnya adalah:
a) Mencegah terjadinya infeksi nosokomial pada pasien, keluarga,
pengunjung, dan petugas pemberi pelayanan kesehatan dari benda/bahan
infeksius dan microorganisme (Bakteri, kuman, dan Virus) melalui cara
kontak, terciprat, dan sebagainya.
b) Menjaga kesehatan dan keselamatan petugas.
c) Mencegah terjadinya cidera akibat paparan bahan/benda berpotensi
bahaya meliputi, bahan /benda potensi bahaya (cairan tubuh infeksius)
melalui cara kontak, ataupun terciprat, dsb.
Tata laksana pencegahan kecelakaan kerja akibat benda Tajam.
a) Pencegahan Kecelakaan Kerja Akibat Benda Tajam (jarum dan
sejenisnya serta cairan tubuh infeksius)
(1) Kenali Hazards/Potensi bahaya benda tajam dan sejenisnya.
14
(3) Hazards lainnya
(a) Pasien anak/gelisah/agresife/uncontrol
(b) Petugas lainnya/diri sendiri
(c) Cairan tubuh infeksius (Darah, Urine, Feses, Cairan
lambung, Cairan luka/exudates dll)
(d) Mikroorganisme
Virus
Bakteri
Kuman
16
ALUR PENANGANAN TERTUSUK JARUM
Korban
Tim UGD
Pasien
1. Memeriksa korban
pernah
2. Pencatatan medis
diperiksa Tidak
3. Menyimpan barang bukti Ya
4. Menelusuri pasien pemilik
5. Melaporkan kejadian ke K3 RS dan Minta inform concern
Ada
Lihat catatan
Data sumber medis
Setuju
benda tajam? diperiksa
Tidak Ya Tidak
Terinfeksi
Selesai
Selesai
18
Lihat catatan kesehatan petugas sebelumnya, bila SGPT sering abnormal dalam
jangka waktu 6 bulan berarti petugas tersebut kemungkinan menderita Hepatitis C menahun.
Bila SGPT sebelumnya normal, pantau SGPT selama 6 bulan, bila SGPT abnormal
kemungkinan terjadi penularan dan rujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.
b) Anthropometri.
Adalah ilmu yang mempelajari ukuran-ukuran tubuh manusia secara
sistematis. Ketidakserasian antara ukuran tubuh manusia dengan tempat kerja akan
mempengaruhi sikap tubuh saat bekerja sehingga dapat menyebabkan berbagai
gangguan muskuloskeletal, mulai dari nyeri sampai cedera otot dan memperbesar
resiko untuk terjadinya kecelakaan kerja. Secara teoritis semua peralatan harus di
desain untuk mengakomodasi semua individu, dari yang paling kecil sampai yang
20
paling besar. Pendekatan yang umum dilakukan adalah mendesain peralatan atau
tempat kerja untuk persentil tertentu dari populasi. Otomatisasi di tempat kerja tetap
harus memperhitungkan ukuran – ukuran tubuh manusia dalam rancangan tempat
kerja. Penggunaan data anthropometri misalnya jarak, jangkauan, postur, kekuatan.
g) Kelelahan kerja
(1) Kelelahan otot
(2) Kelelahan umum
23
e) Desain Tempat Kerja
Desain peralatan Medis buatan negara - negara maju, masih banyak
ditemukan tidak sesuai dengan anthropometri pekerja kita, sehingga tenaga
kesehatan kita tidak dapat melakukan gerakan dengan optimal, terangkatnya bahu,
leher, dan lengan. Sebaliknya peralatan yang terlalu rendah menyebabkan tulang
belakang membungkuk pada saat bekerja. Masalah tersebut dapat diatasi dengan
penyesuaian antara karakter manusia, kapasitas, dan keterbatasanya terhadap
desain pekerjaan, peralatan, sistemnya, ruangan dan lingkungan kerja sehingga
pekerja dapat bekerja secara sehat, aman, nyaman, dan efisien. Dalam rangka
mendukung efisiensi, keyamanan, dan keselamatan dalam menggunakan peralatan
medis. Maka desain ergonomis harus selalu mempertimbangkan aspek-aspek
ergonomi dan tehnologi tepat guna seperti faktor-faktor reabilitas, kenyamanan,
lamanya waktu pemakaian, kemudahan dalam pemakaian dan efisiensinya. Setiap
peralatan yang dipakai tidak menimbulkan beban tambahan bagi pemakai.
f) Kerja otot
Kerja otot di bagi dua yaitu:
(1) Kerja dinamis
(a) Pergantian antara kontraksi otot dan relaksasi secara ritmis.
(b) Frekwensi pernafasan meningkatkan
(c) Denyut jantung dan tekanan darah meningkatkan
(d) Aliran darah dan oksigen meningkat ke otot yang aktif dan berkurang
ke daerah inaktif
(e) Beban kerja yang dianjurkan adalah 30 – 35% dari maksimum
konsumsi oksigen ( VO2 maks )
(2) Kerja statis
Kontraksi otot terjadi untuk waktu yang lama, biasanya untuk mempertahankan posisi
tubuh tertentu. Di banding kerja dinamis, maka kerja statis konsumsi energi lebih tinggi,
frekwensi jantung lebih cepat dan memerlukan waktu istirahat yang lebih panjang. Daya
tahan untuk bekerja secara statis jauh lebih kecil dari pada kerja dinamis, karena terjadinya
hambatan pada aliran darah, sehingga menghambat pertukaran oksigen.
g) Kerja Shift
Dalam merancang kerja shift perlu diperhatikan berbagai hal:
24
(1) Kemampuan pekerja untuk beradaptasi.
(2) Pemeriksaan kesehatan yang perlu dilakukan.
(3) Pola pergantian shift.
25
b) Pemilihan APD
Aspek-aspek lain yang diperlukan dalam pemilihan alat pelindung diri:
(1) Bentuk cukup menarik.
(2) Dapat dipakai secara fleksibel.
(3) Tahan untuk pemakaian yang cukup lama dan tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
(4) Dapat memberikan perlindungan yang ada terhadap bahaya yang spesifik
yang dihadapi oleh tenaga kerja.
(5) Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakainya yang disebabkan
bentuk dan bahannya tidak tepat atau salah dalam penggunannya.
c) Macam-macam APD
(1) Perawatan Umum dan Gigi
(a) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat
pernapasan. Masker dipasang menutup mulut dan lubang hidung dan kedua
tali diikat ke belakang dengan rapi. Digunakan pada saat menghadapi pasien
yang mempunyai kemungkinan penularan penyakit melalui udara dan diri si
petugas bila mengalami flu.
(b) Baju khusus (SKORT): untuk menghindari kontaminasi penyakit
menular. Baju khusus (SKORT) dipakai menutup bagian belakang dengan
rapi digunakan pada saat ada tindakan di kamar (misal: kemoterapi).
(c) Sarung tangan: untuk melindungi tangan dari alat tajam.
(d) Khusus untuk poli gigi, tidak menggunakan apron/baju khusus.
(4) Gizi
(a) Celemek: untuk melindungi tubuh dari percikan air pada saat
membersihkan alat dan memasak. Celemek digunakan pada saat
bekerja di dapur atau sedang membersihkan peralatan masak.
(b) Safety shoes untuk melindungi kaki menghindari agar tidak
terpeleset pada saat bekerja di dapur. Safety shoes digunakan pada
saat bekerja di dapur.
27
(c) Kain lap: untuk melindungi tangan agar terhindar dari
panasnya alat. Kain lap digunakan untuk memegang peralatan yang
panas.
(d) Tutup kepala: untuk melindungi rambut. Tutup kepala
digunakan pada saat bekerja.
(e) Sarung tangan plastik: untuk melindungi tangan agar terhindar
dari kotoran. Sarung tangan plastik digunakan pada saat meracik
buah atau makanan matang
(5) Radiologi
(a) Apron: untuk proteksi bahaya radiasi. Apron digunakan pada
saat melakukan tindakan.
(b) Film badge: untuk mendeteksi banyaknya radiasi yang
diterima. Film badge dikenakan pada saat melakukan tindakan.
(c) Kacamata Pb: untuk melindungi mata dari bahaya radiasi.
Kacamata Pb digunakan pada saat melakukan tindakan fluoroscopy.
(6) Laboratorium
(a) Jas Lab: untuk melindungi tubuh dari percikan reagen atau
bahan lain. Jas lab digunakan pada saat bertugas di laboratorium.
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit
melalui kontak langsung dan untuk melindungi tangan dari alat tajam.
Sarung tangan digunakan pada saat melakukan tindakan.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat
pernapasan. Masker digunakan pada saat bertugas di laboratorium
saat karyawan sedang terkena flu
(7) Housekeeping
(a) Sabuk pengaman: untuk melindungi diri agar tidak terjatuh dari
tempat yang tinggi. Sabuk pengaman digunakan pada saat membersihkan
daerah/gedung yang tinggi.
28
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui
kontak langsung. Sarung tangan digunakan pada saat membersihkan toilet
atau bila mencampur bahan pembersih.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat
pernapasan. Masker digunakan pada saat membersihkan toilet atau bila
mencampur bahan pembersih.
(8) Laundry
(a) Baju khusus: untuk melindungi tubuh dari kontaminasi penyakit. Baju
khusus digunakan pada saat mengambil bahan kotor (misal : laken kotor).
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui
kontak langsung. Sarung tangan digunakan pada saat memisahkan bahan.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat
pernapasan. Masker digunakan pada saat memisahkan atau mengambil
bahan kotor (misal : laken kotor).
(9) Maintenance
(a) Earmuff: untuk melindungi telinga dari kebisingan. Earmuff digunakan
pada saat di daerah bising.
(b) Kedok: untuk melindungi mata dari percikan api las. Kedok digunakan
pada saat mengelas.
(c) Masker: untuk melindungi tersedotnya debu atau partikel kecil ke
saluran pernapasan. Masker digunakan pada saat membersihkan daerah
berbau atau menggergaji sesuatu.
(d) Sarung tangan karet: untuk melindungi tangan dari kotoran. Sabuk
pengaman digunakan pada saat memperbaiki di daerah yang tinggi.
(e) Sabuk pengaman: untuk melindungi agar tidak terjatuh dari tempat
tinggi. Sarung tangan digunakan pada saat memperbaiki daerah yang kotor
30
pertolongan. Kelayakan sarana pegangan dan bel ini harus dikontrol agar
kondisinya tetap terjaga dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
3) Pintu dapat dibuka dari luar
Pintu yang dimaksud adalah pintu ruangan, baik ruang rawat inap,
kamar mandi (toilet) dan lainnya agar keadaan emergency dapat dengan
mudah dibuka dari luar oleh petugas, dimana cara membuka pintu tersebut
digerakkan/ dibuka mengarah keluar ruangan bukan kearah dalam.
4) Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya
Penahan tempat tidur selayaknya digunakan setiap tempat tidur,
dengan tujuan menghindari terjatuhnya pasien dari tempat tidur. Penahan
tempat tidur ini hendaknya dengan mudah dapat dinaikan atau diturunkan.
5) Sumber listrik mempunyai penutup / penahan
Sumber listrik / stop kontak dengan penutup dipasang di seluruh
ruangan, terutama ruang anak-anak. Hal ini bertujuan agar dapat
menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
6) Supply oksigen yang cukup
Ketersediaan oksigen diruangan dalam jumlah dan siap pakai
merupakan hal yang vital terutama bagi pasien jantung karena kekurangan
supply oksigen dapat mengakibatkan kematian. oleh karena itu supply
oksigen harus benar-benar terpenuhi, baik secara sentral maupun portable di
seluruh unit / ruangan perawatan, baik Rawat Jalan, Rawat Intensif, Semi
Intensif, Emergency dan Rawat Inap. Untuk menjamin kelangsungan supply
oksigen maka perlu dilakukan pemeliharaan terhadap seluruh jenis peralatan
gas medis yang ada di RS sebagai berikut:
a) Tabung oksigen
Lakukan pemeriksaan secara rutin kondisi ke tiga jenis sarana di atas
yaitu:
a) Tabung oksigen dan oxygen portable
Lakukan pengecekan oleh petugas jaga kondisi manometer, kondisi
tabung dan volume gas medis dan lakukan tera ulang tabung gas
medis secara rutin setiap satu tahun sekali untuk menghindari
ledakan.
31
7) Tersedia emergency suction
Emergency suction disediakan di setiap Ruang Perawatan agar dapat
dengan mudah dipergunakan pada saat dibutuhkan. Untuk ruang
intensif dan semi intensif agar disediakan di setiap tempat tidur
sedang ruang rawat biasa minimal disediakan 1 unit emergency
suction dalam kondisi siap pakai.
c. Distribusi B3
1) Jadwal pengambilan untuk masing-masing bagian atau unit yang
mempunyai B3 ditentukan oleh bagian logistik.
2) Permintaan dari masing-masing unit atau bagian hanya diperbolehkan
1 minggu sekali kecuali untuk kondisi luar biasa.
3) Khusus untuk kondisi luar biasa, maka penanggung jawab dari
masing-masing unit harus memberitahukannya terlebih dahulu kepada
Kabag pengadaan sebelum proses permintaan terjadi.
4) Pengambilan B3 yang diminta dilakukan oleh masing-masing
bagian/unit yang membutuhkan.
35
d. Penggunaan B3
Unit / ruangan yang memerlukan, menyimpan, menggunakan B3, memiliki
bahan kimia B3 di ruangannya masing-masing, mempunyai tanggung jawab
sebagai pengguna B3 adalah:
1) Melaporkan, mengawasi pengadaan B3 di masing-masing ruangan:
jadwal permintaan, ketersediaan barang B3 dari gudang pengadaan dan
MSDS barang B3.
2) Melaporkan, mengawasi petugas / staf ruangan yang lalai dan tidak
menggunakan APD.
3) Melaporkan, mengawasi jumlah petugas yang terkontaminasi paparan
B3 akibat kerja.
4) Mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan B3 di ruangan masing-
masing.
e. Pengelolaan Limbah B3
Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan atau proses produksi.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah setiap limbah yang
mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifatnya dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat merusak dan atau mencemarkan lingkungan hidup dan
atau dapat membahayakan kesehatan manusia. Limbah B3 dari rumah sakit
merupakan salah satu aspek yang sangat penting di dalam menunjang citra
pelayanan rumah sakit dan melindungi, memelihara dan meningkatkan
kesehatan tidak saja pasien, petugas kesehatan, tetapi juga masyarakat
sekitar rumah sakit.
37
a) Jarum suntik / lancet, limbah bahan tajam (kaca objek, kaca
penutup): dimasukkan kedalam wadah yang tahan tusuk, tutup rapat.
Wadah tersebut akan dibawa oleh petugas kebersihan untuk
ditindaklanjuti untuk dibakar di ruangan incenerator Rumah Sakit
Umum Prasetya Bunda.
b) Sarung tangan, kapas alkohol bekas pakai, sisa spesimen,
kapas lidi, kemasan reagen, botol penampungan spesimen dari cairan
tubuh, masukkan ke kantong plastik warna kuning (katagori infeksius).
Pada saat pembuangan isi kantong plastik tersebut tidak boleh
dipilah-pilah tetapi langsung dibawa oleh petugas kebersihan untuk
ditindaklanjuti (dibakar di ruangan incenerator). Untuk reagen dalam
kemasan besar, tutup rapat mulut reagen, berikan ke petugas
kebersihan untuk ditindaklanjuti.
c) Limbah Mikrobiologi: media perbenihan bekas pakai ke
autoklaf. Disterilisasi basah dengan menggunakan uap panas pada
tekanan 1210C selama 15 menit. Setelah dilakukan sterilisasi buang
ke tempat sampah dengan kantong plastik warna kuning (infeksius).
Lempeng petri kaca, tabung kaca, botol kultur, pipet kaca di sterilisasi
basah dengan menggunakan uap panas pada tekanan 121 0C selama
15 menit, cuci, lakukan sterilisasi kering menggunakan oven dengan
suhu 1500C selama 2 jam.
d) Vacutainer (tabung penampungan spesimen darah): tutup
vacutainer dengan rapat, kumpulkan menjadi satu bagian, masukkan
ke kantong plastik warna kuning, ikat. Masukkan kantong plastik
tersebut kedalam wadah khusus, beri label infeksius, berikan ke
petugas kebersihan untuk dibawa ke penampungan sementara untuk
diproses lebih lanjut dibawa ke ruangan incenerator Rumah Sakit Tk.
III Baladhika Husada.
e) Tips: rendam tip-tip bekas pakai pada suatu wadah yang telah
diberi larutan Na.Hipoklorit 0.78% atau Chlorin 0.5% , biarkan
beberapa lama. Buka kran air, biarkan air mengalir, buang bekas
larutan tersebut ke tempat pencucian, sedangkan untuk tip bekasnya
buang ke kantong plastik warna kuning.
38
3) Daftar Reagen B3 yang dimiliki Lab. Rumah Sakit Umum Prasetya
Bunda:
Reagensia laboratorium yang bersifat berbahaya dan beracun disimpan di
gudang Utama di unit pengadaan rumah sakit, pada saat reagensia tersebut
dibutuhkan untuk pemakaian di laboratorium, pihak laboaratorium meminta
ke unit pegadaan, reagensia tersebut disimpan dalam lemari khusus (lemari
besi) dan pada saat pengambilan / pemakaian reagensia petugas Lab harus
menggunakan alat pelindung diri (pakai pipet dengan Buld/pompa pengisap,
sarung tangan dan masker). Setiap reagensia B3 dilengkapi dengan MSDS.
h. Paparan / Kecelakaan B3
Pengertian Paparan Kontaminasi dengan bahan B3 adalah kecelakaan kerja pada
saat petugas sedang menangani bahan B3 saat bekerja secara tidak di sengaja. Bahan B3
tersebut tumpah, terciprat atau mengkontaminasi kontak langsung pada kulit, kulit
luka/mata, terhirup, tertelan atau tidak sengaja termakan/terminum bahan B3 di lingkungan
kerjanya.
40
3) Prosedur penanganan kontak langsung paparan B3 pada kulit atau kulit
luka akibat gelas atau objek tajam:
a) Tanggalkan sarung tangan
b) Bilas kulit yang terkena paparan B3 langsung di bawah air mengalir
c) Bersihkan kulit dari sisa bahan B3 dengan menggunakan sabun cair
antiseptik
d) Bilas kulit dengan menggunakan air mengalir
e) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi larutan
chlorin 5% dan bilas dengan air hangat. Jika kulit sobek, pakai H2O2 3%
f) Keringkan kulit dengan kertas tissue
g) Tanggalkan seluruh pakaian pelindung
h) Catat jenis bahan B3 yang terpapar dan kemungkinan disiapkan
antidot khusus (lihat MSDS)
i) Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke Unit Gawat Darurat
j) Lengkapi format kecelakaan yang disediakan UGD
41
5) Penanganan terhadap tumpahan obat pada mata :
a) Minta pertolongan
b) Tanggalkan sarung tangan
c) Segera bilas mata dengan air mengalir selama 15 menit
d) Cuci mata terbuka dengan 500 ml NaCl 0,9%
e) Aliri mata dengan 25 ml aquades steril
f) Tanggalkan semua pakaian pelindung
g) Catat jenis obat
h) Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke Unit Gawat Darurat
i) Lengkapi format kecelakaan
j. Pengadaan B3
Perlu diperhatikan sebelum menggunakan bahan kimia yaitu perhatikan label nama
kimia, baca isi / bahan aktif bahan kimia, baca aturan pakainya, bila ada, pelajari MSDS
nya, gunakan APD (Alat Pelindung Diri), tutup rapat botol / wadah, simpan di tempat yang
aman, hindari api.
42
2) Laporan Pemakaian B3:
Masing-masing ruangan atau unit yang menyimpan, memakai barang B3
wajib melaporkan:
a) Jumlah kuantitas barang B3 di gudang antara dan pemakaian
hariannya
b) Melakukan stock opname di ruangan masing-masing sesuai dengan
jumlah kebutuhan pemakaian
c) Mencatat, memperhatikan, menilai kualitas barang B3 mengenai
tanggal kadaluwarsa, cara pemakaian barang B3 agar terjamin keamanan
dan keselamatan kerja bagi pemakai barang B3, dimana semua petugas
yang memiliki, menyimpan, memakai barang B3 wajib bertanggungjawab di
masing-masing ruangannya.
43
d) Formulir evaluasi ini di kumpulkan setiap bulan Juni dan Desember
kepada Ketua K3 RSU Prasetya Bunda.
k. Spill kit
1) Spill kit adalah perlengkapan yang digunakan untuk menangani tumpahan :
a) B3 / Bahan berbahaya dan Beracun (Cairan kimia berbahaya yang
bersifat mudah meledak, mudah terbakar, korosif, dapat mengganggu
kesehatan dan mencemarkan lingkungan)
b) Bahan infeksius (Cairan yang dihasilkan dari tubuh pasien seperti
darah, tinja, urin, sputum,muntahan dll).
2) Prosedur
a) Siapa yang melaporkan tumpahan:
(1) Tenaga kesehatan / non kesehatan (petugas Rumah Sakit
Tk. III Baladhika Husada, kontraktor) yang pertama kali menemukan
tumpahan.
(2) Pasien, pengunjung / keluarga pasien yang datang ke Rumah
Sakit Tk. III Baladhika Husada.
b) Siapa yang melakukan penanganan tumpahan:
(1) Tenaga kesehatan (petugas Rumah Sakit Tk. III Baladhika
Husada) yang pertama kali menemukan tumpahan.
(2) Tenaga non kesehatan ( kontraktor )
( 3) Isi Spill Kit / kotak tumpahan meliputi:
DAFTAR ISI
KOTAK TUMPAHAN B3 & OBAT KEMOTHERAPY.
DAFTAR ISI
KOTAK TUMPAHAN BAHAN INFEKSIUS
4) Penanganan tumpahan:
a) Amankan area tumpahan dengan tanda/kursi.
b) Buka spill kit, pasang tanda peringatan di area tumpahan.
c) Gunakan APD (masker, sarung tangan, gaun, tutup kepala, sepatu,
kacamata google)
d) Batasi penyebaran tumpahan dengan tisu/kain lap sekali pakai:
(1) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk cairan, serap dengan
tisu/kain lap sekali pakai untuk menutupi tumpahan lalu masukan
kedalam kantong ungu.
(2) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk serbuk, basahi tisu/kain
lap sekali pakai dengan air untuk menutupi tumpahan serbuk lalu
sapu dan masukan kedalam kantong ungu.
e) Bersihkan area tumpahan dengan cara:
(1) bersihkan material tumpahan dengan menggunakan skop
atau sapu dan pengki kecil sampai benar-benar bersih.
45
(2) Buang bahan penyerap bahan tumpahan tadi dengan
kantong ungu.
(3) dekontaminasi area tumpahan dengan detergen sebanyak 3
kali lalu semprotkan disinfektan, biarkan selama 2 menit kemudian
keringkan dengan tisu/kain lap sekali pakai lalu buang ke kantong
ungu.
(4) Lakukan hal di atas 3 kali berturut-turut sampai benar-benar
bersih.
(5) Lepaskan APD dan masukan kedalam kantong ungu.
(6) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
(7) Laporkan kebagian Urdal rumah sakit untuk pembersihan lebih
lanjut.
3. MANAJEMEN EMERGENSI
a. Pengertian
1) Keadaan darurat/bencana adalah setiap kejadian yang dapat menimbulkan
gangguan terhadap kelancaran operasional/kegiatan di lingkungan Rumah Sakit
Umum Prasetya Bunda: Kebakaran, Gangguan tenaga, Gangguan Keamanan
(huru-hara), Bencana alam (Gempa Bumi), Bencana massal, dll.
2) Tanggap darurat adalah penanganan keadaan darurat/bencana secara
darurat setiap terjadi kejadian, yang terjadi di rumah sakit, antara lain: kejadian
kebakaran, kecelakaan, peledakan, gangguan.
b. Tujuan
1) Membentuk peningkatan suatu kesadaran dan kewaspadaan bencana serta
langkah tindak petugas Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda, para penyewa
ruangan dan kontraktor jika terjadi keadaan darurat Kebakaran, bencana dan
evakuasi.
46
2) Sebagai pedoman agar tugas-tugas Tim Penanggulangan
Kebakaran/Bencana (TPB) Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda, dapat terlaksana
sesuai dengan Pedoman dan standar prosedur operasional yang ada.
3) Sebagai pedoman atau petunjuk bagi pejabat K3 RS atau yang tercantum
dalam Organisasi tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana, sehingga mekanisme
penanggulangannya dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efesien dibawah satu
komando.
c. Pengaturan jaga
Dilakukan 24 jam dengan pengaturan jaga dibagi dalam 3 Shif dan masing-masing
Shif dipimpin seorang Komandan Regu atau Penanggung jawab ruangan.
d. Denah Ruangan
Denah ruangan yang didalamnya termuat jalur evakuasi, tempat APAR, ruangan
beresiko, dimana denah tersebut berada disetiap ruangan maupun ruangan perawatan
serta ruangan area publik.
e. Fasilitas keselamatan
Fasilitas keselamatan yang berada di Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda yaitu:
Jalur Evakuasi, APAR,Tandu Evakuasi, Helm, Lampu, tempat berkumpul evakuasi,
Rambu, dll.
f. Sandi Penanggulangan Kebakaran/Bencana :
Untuk Penanggulangan kebakaran telah ditetapkan sandi kebakaran berupa
instrument lonceng/kentongan yaitu:
1) Pukulan lonceng/kentongan: 0000…0000…0000…0000…0000 dsb (terus
menerus sampai bahaya teratasi)
(a) Jika lonceng/kentongan ada gangguan, maka petugas yang bertugas
langsung menggunakan panggilan darurat ke ext 132.
(b) Jika paging ada gangguan maka operator yang bertugas langsung
menggunakan telepon.
(c) Jika telepon ada gangguan maka operator yang bertugas komunikasi
akan dilakukan melalui Handy Talky ( HT) oleh pihak Keamanan.
2) Penanggulangan bencana “Massal”
Untuk mempermudah penanganan korban musibah massal, dibuat keadaan
siaga bencana yang dikaitkan dengan jumlah tenaga operasional yang ada serta
estimasi jumlah korban dikelompokkan sebagai berikut:
(a) SIAGA I : jumlah penderita 20 – 40 orang.
(b) SIAGA 2 : jumlah penderita 40 – 60 orang.
(c) SIAGA 3 : jumlah penderita 61 – 100 orang.
47
Jika pasien UGD telah mencapai jumlah > 100 orang, maka mulai dipersiapkan
rujukan ke rumah sakit terdekat. Tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana sbb:
SEBUTAN TUGAS
NO. JABATAN STRUKTURAL
JABATAN POKOK
1. Komandan Kepala Rumah Sakit Umum Prasetya Pimpinan tertinggi dalam operasi
Bunda Penanggulangan Keadaan
Darurat.
6. Tim Medis Pj. Dokter UGD/Tim Kode Biru Mengatur mekanisme sistem
Pj. Perawat UGD perawatan / pertolongan
terhadap pasien / korban.
48
d) Memutuskan untuk mematikan aliran listrik secara total (baik PLN
maupun Genset).
e) Memutuskan untuk mengevakuasi seluruh penghuni ruangan, bila
keadaan sudah sangat darurat.
2) Wakil Komandan:
a) Memimpin dan mengkoordinir area tiap ruangan melaksanakan
tugas.
b) Mengambil alih tugas Komandan bila tidak hadir atau berhalangan.
4) Tim Evakuasi:
a) Memimpin & mengkoordinir regu evakuasi tiap-tiap ruangan jika
diperlukan, agar evakuasi ini dapat berlangsung dengan tenang & tertib.
b) Selalu berkomunikasi dengan komandan untuk memberikan
laporan-laporan tentang situasi terakhir serta menerima instruksi dari
komandan dengan jelas dan pasti.
c) Membantu petugas P3K untuk memberikan pertolongan bila terjadi
kecelakaan.
d) Melakukan pencatatan data-data evakuasi yang diperlukan.
5) Tim Medis:
a) Bekerjasama dengan Komandan dalam memutuskan untuk meminta
bantuan ambulance.
b) Bekerjasama dengan bagian evakuasi untuk memberikan bantuan
jika terjadi kecelakaan pada saat evakuasi.
c) Memberikan pertolongan pertama, jika terjadi kecelakaan pada saat
evakuasi.
49
d) Menentukan prioritas pasien yang akan di evakuasi terlebih dahulu
dan mendampingi evakuasi pasien dengan kondisi buruk.
6) Tim Komunikasi:
a) Memimpin para operator telepon untuk berkomunikasi dengan
pemakai ruangan maupun para tamu dan menjaga agar mereka tetap
tenang serta mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada.
b) Selalu siap untuk menghubungi unit luar (Ambulance, Pemadam
kebakaran, Kepolisian) atas permintaan Komandan.
c) Menjaga agar selalu ada komunikasi dengan Komandan sehingga
selalu siap untuk hal-hal yang diperlukan.
7) Tim Pengamanan:
a) Memimpin dan mengkoordinir regu pengaman, baik diluar gedung
maupun didalam gedung agar situasi dapat dikuasai & dijaga agar selalu
tertib aman terkendali.
b) Selalu berkomunikasi dengan Komandan untuk memberikan
laporan-laporan tentang situasi terakhir serta menerima instruksi dari
Komandan.
c) Mempersiapkan semua peralatan yang diperlukan untuk tugas-tugas
pengamanan.
d) Mengatur lalu lintas agar mobil ambulance, pemadam kebakaran
serta polisi dengan mudah dapat masuk kedalam areal gedung.
e) Menjaga agar tidak terjadi kehilangan/pencurian barang baik milik
ruangan sendiri maupun milik para pemakai serta tamu lainnya.
8) Bagian Engineering:
a) Memastikan semua sistem listrik & yg berkaitan dgn pekerjaan teknik
berjalan dgn baik.
(1) Generator.
(2) Lampu penerangan
(3) Komunikasi dll.
b) Selalu berkomunikasi dgn Komandan untuk memberikan laporan
tentang situasi terakhir yang terkait dgn tugas bagian engineering.
50
h. Evakuasi dan Penyelamatan
1) Evakuasi
Pelaksanaan evakuasi petugas/pasien di ruangan-ruangan, dilaksanakan
atas perintah dari Komandan, melalui Komandan-komandan ruangan yang
bersangkutan.
a) Evakuasi Kebakaran di ruangan.
Pelaksanaan evakuasi dikoordinir oleh Komandan ruangan
dilaksanakan oleh Evakuasi dengan urutan sebagai berikut:
(1) Mengevakuasikan pasien di ruangan Z.
51
2) Penyelamatan.
Pelaksanaan penyelamatan di tiap ruangan, dikoordinir oleh
Komandan ruangan masing-masing, dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan evakuasi personil, material dan dokumen yang perlu
diamankan:
a) Penyelamatan/pengamanan personil:
(1) Bila memungkinkan, berikan pertolongan pertama
ditempat kepada korban.
(2) Korban segera dibawa ke tempat yang aman dengan
melalui jalur evakuasi untuk selanjutnya diserahkan kepada
Team Medis.
(3) Mengamankan petugas maupun pengunjung dari lokasi
kebakaran agar tidak terjadi korban jiwa.
(4) Mengamankan pasien-pasien, terutama yang
memerlukan perawatan khusus yang lebih aman dari
kebakaran.
b) Pengamanan material:
(1) Amankan material sesuai prioritas yang ditentukan oleh
masing-masing bagian.
(2) Siapkan tempat atau wadah yang siap pakai untuk
material yang perlu diselamatkan pada setiap bagian (troly
barang) tempat pengungsian material dialokasikan ditempat
yang tidak mudah terjangkau oleh api.
c) Pengamanan dokumen:
(1) Jika memungkinkan seleksi/pilih dokumen-dokumen
yang penting untuk diselamatkan, dokumen tidak penting tidak
perlu dibawa karena akan menyulitkan dalam pelaksanaan
penyelamatan.
(2) Membawa dokumen yang perlu disesuaikan dengan
batas kemampuan (jangan melebihi batas kemampuan).
52
(3) Berjalan dengan cepat tetapi tidak lari, melalui jalur
evakuasi yang ada (koridor, tangga).
(4) Himpun semua dokumen yang berhasil diselamatkan
pada tempat berkumpul.
i. Penanggulangan bencana
1) Prosedur pelaksanaan tanggap darurat penanggulangan Bencana
a) Jika keadaan darurat/bencana terjadi didalam rumah sakit maka:
b) Hubungi ke Posko Keamanan/Piket Ext. 132, untuk
menginformasikan kejadian tersebut (Apa yang terjadi dan lokasi/tempat
kejadiannya)
c) Pawas Lapor/Hubungi ke Komandan.
d) Komandan:
(1) Segera ke Posko Keamanan (stand by) dan ambil alih
komando penanggulangan bencana.
(2) Lakukan langkah pencegahan atau penangananya atas
kejadian tersebut sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO).
54
(4) Seluruh anggota Tim melakukan penanganan sesuai
Prosedur tugas & tanggung jawabnya masing-masing sesuai
komando dari Komandan UGD.
(5) Jika pasien melebihi 200 orang, maka Dokter jaga atau
penanggung jawab UGD saat itu, akan melapor dan meminta
persetujuan kepada Kasub Instal Gadar, bahwa pasien berikutnya
akan dialihkan ke rumah sakit lain yang terdekat.
2. Wakil Pj. Perawat a. Menjadi petugas Triage bersama dokter jaga UGD.
komandan UGD b. Menkoordinasi petugas perawat bantuan yang sudah
UGD datang di UGD.
c. Mengatur alur penanganan korban
4. Tim Medis Dokter Umum Melakukan pemeriksaan dan pertolongan korban sesuai
dan Spesialis prioritas
5. Pj. Ruang Pj. Ruang Mengatur pasien yang memerlukan tindakan bedah
Bedah. Bedah berdasarkan ketersediaan tempat
55
6. Pj. Ruang Pj. Ruang ICU Mengatur pasien yang memerlukan perawatan ICU
ICU berdasarkan ketersediaan tempat
8. Pj. Logistik Pj. Logistik Menjamin tersedianya peralatan dan yang dibutuhkan
dalam penanganan pasien dan evakuasi.
14. Tim Tehnik Bag. Tehnik a. Menjamin hal-hal yang berhubungan dengan tehnik
dapat berjalan baik.
b. Mengantisipasi gangguan listrik dan komunikasi,
serta menyiapkan cadangannya.
c. Mengamankan bahan-bahan / peralatan yang
berbahaya.
56
Mobilisasi Tenaga Kesehatan di UGD dalam keadaan tanggap darurat/bencana sbb:
Jika mobilisasi tenaga tsb diatas ternyata masih kurang, karena sesuatu hal, maka tenaga
kesehatan/medis maupun non kesehatan/medis yang seharusnya lepas tugas, akan
diperpanjang jam tugasnya.
57
b) Pedoman jika terjadi bencana alam ( Gempa Bumi )
Tindakan yang harus dilakukan setiap petugas adalah sbb:
(1) Tetap tenang jangan panik dan berusahalah menenangkan orang
disekeliling anda.
(2) Berlindung/melindungi tubuh, BUKAN LANGSUNG EVAKUASI.
(3) Komandan ruangan menenangkan pasien ruangannya masing-masing.
(4) Jika Gempa belum berhenti:
(a) Komandan ruangan tenangkan pasien/pengunjung.
(b) Hubungi Piket/Posko Keamanan ext 123
(c) Pawas segera melaporkan kepada Komandan
(d) Komandan mengambil alih Komando
(e) Selanjutnya penanganannya sesuai SPO
j. Sarana-sarana penanggulangan
1) Sarana penyelamatan diri sbb :
a) Kode Bangunan.
b) Jalur Evakuasi.
c) Dilingkungan Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda telah tersedia jalur-jalur
evakuasi berupa lorong/gang, baik yang menuju ke keluar ruangan atau menuju
tempat berkumpul evakuasi di lahan tanah kosong.
59
3) Sarana Komunikasi sbb:
a) Pesawat telpon (dapat dilihat pada buku daftar Telpon Rumah Sakit Umum
Prasetya Bunda).
b) Sound System/Paging System (menjangkau semua ruangan di lingkungan
Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda).
c) Handy Talky.
Alat komunikasi yang dipegang oleh pihak keamanan Rumah Sakit Tk. III Baladhika
Husada.
60
b) Jika meninggalkan ruangan, periksalah bahwa seluruh peralatan
listrik diruang kerja sudah dimatikan.
c) Jangan bebani titik listrik terlalu melebihi beban yaitu melebihi dari
kapasitas yg ada.
61
(3) Petugas Piket setiap melakukan patroli membawa buku yang
telah disediakan, untuk mencatat hasil temuan orang yang merokok
di lingkungan Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda.
(4) Tindak lanjut hasil temuan akan disampaikan ke pimpinan
masing-masing Devisi atau Departemennya untuk diberikan arahan
agar tidak mengulangi hal yang sama.
(5) Hasil temuan Petugas Piket disampaikan ke Urpam dan
Urpam mencatat kedalam form yang telah disediakan.
(6) Posko pengaduan larangan merokok dimasing-masing pos
telah disiapkan formulir pengaduan, bagi siapapun jika ingin
mengadukan bisa mengisi form tersebut dan pihak Keamanan akan
menindak lanjuti berupa peneguran. jika pelakunya karyawan dan
berulang kali diperingatkan oleh Urpam tetapi tidak ada perubahan,
maka kasusnya akan disampaikan kepada Kaur Tuud.
(7) Guna menghindari kesalafahaman maka pola yang dilakukan
oleh Petugas Piket adalah pendekatan/persuasif.
Jika tercium bau asap, gas elpiji atau benda yang terbakar, tindakan yang
harus dilakukan oleh seluruh petugas adalah sbb:
5) Penanggulangan Kebakaran
a) Kebakaran dalam jam kerja pukul 07.00 s/d 15.30 wib.
(1) Bila terjadi kebakaran pada saat jam kerja yang bertanggung
jawab sebagai komandan adalah Kepala Rumah Sakit.
(2) Kepala Rumah Sakit berkoordinasi dengan Ketua Tim
Penanggulangan Bencana.
(3) ketua TPB melakukan koordinasi dengan seluruh unit kerja
yang ada di Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda.
(4) Bila diperlukan Ketua TPB melakukan koordinasi dengan
Polisi, PMI, Dinas Damkar, Kodim 0824 dan Dinkes Pemda Jember.
63
(3) Ketua TPB melakukan koordinasi dengan seluruh unit kerja
yang ada di Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda.
d) Paska Kebakaran
Untuk mengadakan evaluasi sampai sejauh mana akibat yang
ditimbulkan setelah kebakaran dapat dipadamkan, maka Komandan
segera memanggil/mengumpulkan Tim Penanggulangan Bencana
untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang terkait guna mengambil
langkah-langkah Sebagai berikut:
(2) Pengamanan atas bangunan yang terbakar
(3) Penyelidikan mengenai sebab-sebab terjadinya kebakaran
untuk menentukan usaha-usaha agar kejadian yang serupa tidak
terulang kembali.
(4) Mengadakan survey untuk menilai kerugian yang timbul.
(5) Mengadakan penelitian/pemeriksaan teknis sehubungan
dengan kondisi bangunan dan penggunaan kembali.
(6) Mengadakan penelitian sehubungan dengan usaha
pembenahan dan rehabilitasi bangunan.
(7) Mengambil langkah dalam usaha memberikan pelayanan
perawatan pasien.
64
5. PERALATAN MEDIS.
a. Tujuan
Untuk memastikan peralatan yang dipergunakan oleh pasien dalam keadaan
aman, selalu tersedia dan siap pakai, akurat, dan dapat dijangkau.
65
6. SISTEM UTILITAS
a. Tujuan.
Tujuan berikut ini untuk memastikan keselamatan fisik pasien, pengunjung, dan
staf, dan mencegah kehilangan kepemilikan, gangguan kesehatan maupun Keselamatan
mereka:
1) Secara efektif mengelola risiko pada sistim utilitas dengan menggunakan
kemampuan terbaik rumah sakit.
2) Mengoptimalkan sumber-sumber dengan pengelolaan sistem utilitas secara
efisien dan pengelolaan lifecycle dari alat-alat tersebut.
3) Meningkatkan kemampuan staf dengan pendidikan pelatihan mengenai
sistem utilitas yang efektif.
4) Meningkatkan keselamatan pasien dengan menyiapkan lingkungan rumah
sakit yang aman.
66
perbaikan maupun tindakan lain dalam rangka meningkatkan proses
pelayanan.
6) Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman dari api,
dengan penempatan yang diatur sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk
mencegah jatuhnya tabung dan kebocoran, serta akses masuk dibatasi.
- Belakang IGD
- Utara ruang
Dahlia
- Sebelah timur
Paviliun Nusa
Indah.
Utama,NS
Rawat Inap 2,NS 3
6. Nurse Call Nurse call
Perkantoran
Seluruh area RS
7. Komputer Komputer
Area perkantoran
8. Telephone Telephone direct dan pelayanan Area
dan extention perkantoran
dan pelayanan
15) Perbandingan Jumlah petugas dengan jumlah toilet dan jumlah kamar
mandi
No Jml Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 1 s.d. 20 1 1
2 21 s.d. 40 2 2
3 41 s.d. 70 3 3
4 71 s.d. 100 4 4
5 Setiap penambahan 40 tempat tidur tambah 1 toilet dan 1 km. Mandi
c. Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah di RS yaitu dengan menggunakan Sistem Aerobik. Limbah cair
yang dihasilkan dari seluruh ruangan di tampung pada spric tank yang berada di
titik-titk tertentu. Kemudian limbah tersebut disaring dan dihomogenkan dengan
proses aerasi. Setelah dilakukan aerasi maka limbah akan diuraikan dengan
menggunakan bahan kimia yaitu kaporit, PAC, Soda Api dan akan ditampung di bak
pembuangan akhir untuk dilakukan pemeriksaan kualitas kimia.
Pemeriksaan kualitas air limbah dilakukan 1 x dalam sebulan dengan jenis
pemeriksaan Kimiawi.
d. Sampah RS
Salah satu penyebab aspek yang ada dan sangat penting dalam menunjang
terhadap pelayanan rumah sakit adalah:
1) Sampah yang di hasilkan dari rumah sakit harus di kelola secara baik dan
benar sehingga tidak menimbukan ganguan kesehatan terhadap lingkungan yang
ada di sekitarnya.
70
2) Gangguan hama serangga dan tikus juga harus di tangani secara baik dan
benar sehingga tidak ada gangguan di lingkungan rumah sakit.
3) Pembersihan ruangan yang ada di rumah sakit harus di lakukan setiap hari.
4) Perawatan Taman baik dalam dan luar gedung harus dilakukan dengan
baik.
72
(a) Rekatkan lem dan masukan racun tikus diatas
perangkap Tikus.
(b) Letakkan perangkap tikus tersebut didaerah yang
sering dilewati tikus.
(c) Cek perangkap tikus tersebut secara berkala. Jika
mendapatkan tikus langsung di buang ke tempat
pembuangan akhir (TPA).
Pembersihan harian:
a) Pembersihan ruangan:
(1) Siapkan peralatan dan cairan pembersih sebelum pekerjaan
dimulai.
(2) Gunakan alat pelindung diri (sarung tangan karet dan
masker).
74
(3) Ganti plastik sampah dengan kantong plastik yang baru
sesuai dengan kebutuhannya (warna hitam).
(4) Lap seluruh perlengkapan yang ada di dalam ruangan
dengan kain lap dan cairan pembersih sesuai penggunaannya.
(5) Lap kaca yang ada di ruangan dengan wiper dan pembersih
kaca.
(6) Sapu lantai dari sampah dan debu sampai ke sudut ruangan
dengan pengumpul debu dan sampah.
(7) Pel lantai dengan menggunakan air bersih yang diberikan
cairan pembersih lantai dari sudut-sudut atau pinggiran secara
merata dengan kain pel
(8) Pastikan lantai benar-benar kering.
b) Pembersihan toilet:
(1) Angkat kantong plastik sampah lama dan ganti dengan
kantong plastik sampah yang baru sesuai kebutuhannya (warna
hitam).
(2) Lap seluruh perlengakapan toilet : wastafel, kaca, closed.
Shower,dan lain-lain secara menyeluruh dengan bahan cairan
pembersih dari masing-masing perlengkapan.
(3) Pel lantai dengan menggunakan air bersih yang diberikan
cairan pembersih lantai dari sudut yang paling dalam sampai ke
depan pintu toilet secara merata dengan kain pel.
(4) Pastikan toilet dalam keadaan bersih dan kering sebelum
meninggalkan ruangan.
(5) Setelah selesai melakukan pembersihan, masukkan
peralatan ke dalam troli lalu di bawa ke tempat cuci untuk
dibersihkan.
(6) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan.
2) Pembersihan mingguan.
a) Pembersihan ruangan mingguan :
(1) Siapkan seluruh peralatan dan cairan pembersih sebelum
pekerjaan dimulai.
(2) Gunakan alat pelindung diri (sarung tangan karet dan
masker).
75
(3) Angkat kantong plastik sampah lama dan cuci tempat
sampah kemudian ganti kantong plastik sampah dengan yang baru
(plastik hitam).
(4) Bersihkan bagian atas (plafond, penutup lampu, gril AC, dan
Exhaust) dengan kain lap yang telah di beri cairan pembersih.
(5) Bersihkan dinding dengan kain lap yang telah diberi cairan
pembersih dinding dan kaca jendela dengan kanebo yang telah
diberi pembersih kaca.
(6) Bersihkan seluruh perlengkapan kamar ; meja, matras, TV,
telephone, lukisan, kursi, panel lampu, jendela, pintu dan tempat
tidur dan lain-lain dengan menggunakan kain lap yang telah
diberikan cairan pembersih sesuai dengan fungsinya.
(7) Bersihkan lantai searah jarum jam sampai ke sudut ruangan
dengan menggunakan sapu dan alat pengumpul debu.
(8) Lakukan pengepelan dengan menggunakan air yang telah
dicampur dengan cairan pembersih lantai secara merata.
76
(9) Setelah selesai melakukan pembersihan, masukkan
peralatan ke dalam troli, dan lalu di bawa ke tempat cuci untuk
dibersihkan.
(10) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan.
79
g) Setelah selesai lepas alat pelindung diri (masker dan sarung tangan)
yang telah selesai di gunakan lalu buang ke dalam kantong plastik warna
kuning.
h) Bawa perlengkapan kerja ke ruang cuci lalu bersihkan dengan cairan
desinfektan.
i) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan dengan sabun
antiseptik.
i. Logistik.
Kebutuhan logistik di bagian Urdal di antara lain:
1) tissue
2) Cairan pembersih ruangan
3) Cairan Disinfektan
4) Hands soap
5) Cairan pembasmi hama dan serangga
6) Pupuk tanaman
7) Dll.
j. Keselamatan pasien
Dalam melakukan penanganan sanitasi lingkungan bagian Urdal memastikan
bahwa setiap kegiatan harus menggunakan APD (alat pelindung diri) dan papan tanda
peringatan misalkan :
1) Setiap kali melakukan proses pengepelan tidak boleh ada lantai yang licin
dan harus pasang tanda peringatan.
2) Di dalam melakukan penyemprotan hama dan serangga di pastikan ruangan
harus dalam keadaan kosong sehingga tidak menggangu pasien, petugas, dan
pengunjung lainnya.
l. Penanganan Sampah.
Tata cara pelaksanaan :
1) Tempat pengumpul sampah di RS memiliki syarat sbb :
a) Terbuat dari bahan yang kuat, ringan, tahan karat, kedap air dan
permukaan halus bagian dalamnya.
b) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori
tangan.
Terdapat min. 1 (satu) buah untuk setiap kamar dan setiap radius 20 m di
Ruang Tunggu terbuka (public area).
81
c) Sampah dari setiap ruangan harus dipisahkan sesuai dengan
katagori atau jenis sampah ke dalam tempat sampah yang sudah diberi
kantong plastik dengan ketentuan :
(1) Tong sampah dengan kantong plastik warna hitam untuk
sampah non medis.
(2) Tong sampah dengan kantong plastik warna kuning untuk
sampah medis.
(3) Box khusus untuk limbah infeksius berupa benda tajam
(spuit, cartridge dll).
2) Setelah sampah terisi dengan 3/4 bagian diangkut dan dikumpulkan sampah
sementara (TPS) dengan menggunakan trolley oleh petugas kebersihan yang telah
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa sarung tangan, masker dan sepatu
yang telah ditentukan.
82
dan kondisi bahan makanan (busuk, berulat, bertanah, expired date, kaleng rusak
dll).
2) Penyimpanan bahan makanan kering disimpan dalam gudang khusus
bahan makanan dengan kondisi bersih, terlindung debu, aliran ventilasi terjaga dan
terlindung dari serangga.
3) Untuk makanan yang mudah membusuk (daging, ikan, udang dll) disimpan
dalam suhu dingin < 4 C sedangkan untuk makanan segar (sayur, buah dll)
disimpan suhu 5 - 10 C.
4) Pengambilan Bahan makanan pada gudang dengan memperhatikan prinsip
First In First Out (Pertama bahan masuk yang digunakan pertama).
5) Tempat pengolahan (ruang produksi) dibersihkan pada saat sebelum dan
sesudah kegiatan dan general cleaning dilakukan minimal seminggu sekali.
6) Penjamah makanan harus dalam kondisi sehat (tidak mempunyai penyakit
menular) dan diwajibkan menggunakan perlengkapan (celemek, penutup rambut
dan mulut serta sepatu) yang layak dan bersih. Perlengkapan tersebut tidak boleh
digunakan di luar lokasi ruang produksi.
7) Penjamah makanan dilarang merokok, makan, menggunakan perhiasan
berlebih selama kegiatan pengolahan makanan.
8) Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan
makanan .Selama melakukan kegiatan pengolahan makanan, gunakan alat
pelindung diri dan perlengkapan masak yang baik dan aman seperti sarung tangan
plastik, penjepit makanan, sendok, garpu dan sejenisnya.
9) Penyajian makanan jadi dan minuman ke pasien dengan menggunakan
trolley dan melalui jalur distribusi tertentu untuk menghindari terjadinya
pencemaran.
10) Trolley sebagai tempat transportasi dibersihkan secara rutin setiap hari
sekali dan didesinfeksi minimal seminggu sekali.
11) Peralatan agar segera dicuci sesudah digunakan dan disimpan pada tempat
bersih dan terlindung dari pencemaran.
12) Makanan dan minuman jadi, diambil sample dari ruang produksi, disimpan
di chiller selama 1 x 24 jam
83
BAB IV
DOKUMENTASI
c. Manajemen Emergensi
1) Koordinator kebakaran pada tim K3 dan Bidang pelayanan medis
melakukan pengujian/ simulasi terhadap disaster plan setiap tahun baik untuk
penanganan bencana internal maupun external.
2) Ketika rumah sakit menghadapi bencana yang sebenarnya dan dilakukan
debriefing, maka hal ini merupakan salah satu bentuk dari pengujian tahunan yang
dilakukan.
84
d. Pengamanan dan kebakaran
1) Koordinator membuat program inspeksi ketersediaan dan kesiapan alat
deteksi dini dan fasilitas pemadaman api, yang dilakukan setiap bulan yang
dibuktikan dengan dokumentasi hasil inspeksi.
2) Disusunnya program untuk memastikan penghuni rumah sakit aman
saat terjadinya kebakaran, program disusun dari hasil inspeksi termasuk program
pemeliharaan alat penanganan kebakaran.
3) Dilakukan pengujian/ simulasi prosedur penanganan kebakaran setahun
sekali yang diikuti oleh seluruh staf rumah sakit, termasuk pengujian pada
prosedur evakuasi pasien.
e. Peralatan medis
1) Kordinator pengamanan peralatan medis menyusun rencana inspeksi yang
selanjutnya membuat dokumentasi hasil inspeksi dan menyusun laporan dengan
rekomendasinya
2) Anggota pengamanan peralatan medis melakukan inspeksi regular setiap
bulan dan melakukan pengelolaan resiko untuk setiap alat yang ada
3) Dari hasil inspeksi, Kaur Jangmedmenyusun rencana pemeliharaan alat.
4) Membuat laporan hasil inspeksi dan pemeliharaan setiap 6 bulan yang
juga digunakan sebagai bahan penyusunan kebutuhan peralatan medis rumah
sakit.
5) Evaluasi pendidikan dan ujian staf pengguna alat dikoordinasikan oleh
Kepala instalasi kepada Ka Instaldik yang dilakukan setiap 2 tahun.
f. Sistem utilitas
1) Koordinator dan tim melakukan inspeksi setiap bulan terhadap sisitem
utilitas yang ada.
2) Hasil kegiatan inspeksi dibuktikan dengan dokumentasi, yang menjadi
bahan untuk membuat program pemeliharaan maupun pengembangan sisitem
utilitas rumah sakit
3) Kegiatan proses pemeliharaan didokumentasi yang digunakan untuk
menyusun laporan perkembangan sistem utilitas rumah sakit setiap 6 bulan
4) Pengujian terhadap sistem utilitas, seperti back up listrik (genzet) dan air
(sumur BOR) setiap tahun. Pengujian terhadap sumur BOR untuk memantau
kualitas air, proses pengujian didokumetasikan untuk memastikan perkembangan
system tsb.
85
BAB V
PENUTUP
Demikian Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda
dibuat sebagai acuan dalam melaksanakan manajemen fasilitasdan keselamatan di Rumah Sakit
Umum Prasetya Bunda.
Tasikmalaya,
86
LAMPIRAN
SIMBOL B3
No Arti simbol dan APD yang Simbol No Arti simbol dan APD yang Simbol
. digunakan . digunakan
1 Simbol B3 bersifat mudah 6 Simbol B3 bersifat korosif
meledak (corrosive)
(explosive) APD yang digunakan :
Sarung tangan, google,
Jauhkan dari api masker
2 Simbol B3 bersifat oksidasi 7 Simbol B3 bersifat
(oxsidizing) berbahaya bagi lingkungan
APD yang digunakan : (dangerous for
Sarung tangan, google, environment)
masker APD yang digunakan :
Sarung tangan, google,
masker
3 Simbol B3 bersifat mudah 8 Simbol B3 bersifat
menyala karsinogenik, teratogenik
(flammable) dan mutagenik
Jauhkan dari api (carcinogenic, tetragenic,
mutagenic)
APD yang digunakan :
Sarung tangan, google,
masker
4 Simbol B3 bersifat beracun 9 Simbol B3 bersifat bahaya
(toxic) lain berupa gas
APD yang digunakan : bertekanan
Sarung tangan, google, (pressure gas)
masker
Jauhkan dari api
5 Simbol B3 bersifat iritasi 10 Simbol B3 Klasifikasi
(irritant) bersifat berbahaya
APD yang digunakan : (harmful)
Sarung tangan, google, APD yang digunakan :
masker Sarung tangan, google,
masker
87
CONTOH MSDS BERSIFAT MUDAH TERBAKAR:
LEMBARAN DATA PENGAMAN
CONTOH:
Rumus Kimia : C2H5OH Penandaan:
Berat Molekul : 45.1
Tipe Bahaya Bahaya Pemadam api Manajemen Kebakaran
88
CONTOH MSDS / LEMBARAN DATA PENGAMAN BERSIFAT BERACUN / TOXIC
LEMBARAN DATA PENGAMAN / MSDS
CONTOH
Rumus Kimia : C46H56N4O10.H2SO4
Berat Molekul : 923,1 g/mol Penandaan:
Pemadam
Tipe Bahaya Bahaya api Manajemen Kebakaran
89
CONTOH MSDS / LEMBARAN DATA PENGAMAN BERSIFAT OKSIDATOR
90
LEMBARAN DATA PENGAMAN
CONTOH
XYLENE ( = xylol ) Penandaan:
Tipe Bahaya Bahaya Pemadam api Manajemen Kebakaran
Kebakaran +++ CO2,busa & serbuk Dilarang merokok
Mudah
terbakar Hindari dari nyala api,
Uapnya lebih percikan api.
berat dari udara Hindari kerja di tempat
dan ada panas.
kemungkinan Kasus kebakaran:
terbentuk dilarang berdiri di
campuran daerah berbahaya tanpa
dengan udara menggunakan baju
yang dapat pelindung dan alat
meledak. pernafasan sendiri.
Hindarkan dari nyala api, percikan api
Pemaparan Gejala Pertolongan pertama Pencegahan
Ventilasi,kipas
Hirup udara segar, bila henti nafas lakukan pembuangan
1. Inhalasi Sesak nafas resusitasi . asap
Lokal exhaust
Pakai masker
2. Kulit kemerahan Cuci / bilas kulit dengan air banyak. Sarung tangan
Lepas baju yang terkontaminasi.
91
CONTOH MSDS / LEMBARAN DATA PENGAMAN BERSIFAT KOROSIF
LEMBARAN DATA PENGAMAN
CONTOH