You are on page 1of 96

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat hasil kerja keras Tim
MFK Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda , maka sebuah buku Pedoman Manajemen Fasilitas
dan Keselamatan Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda telah diterbitkan.
MFK di Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda merupakan cerminan dari mutu rumah sakit,
sehingga K3 RSmerupakan suatu hal yang harus diperhatikan untuk peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit dan karena dampaknya yang cukup luas pada masyarakat sekitar rumah sakit. Maka
hal ini perlu diperhatikan terutama oleh pihak Manajemen Rumah Sakit.
Buku Pedoman MFK di Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda ini dibuat untuk menjadi
acuan Tim MFK Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda sebagai bahan untuk melaksanakan dan
memantau kegiatan MFK pada Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda sehingga dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Dengan mengambil materi mengenai hal - hal yang terkait dengan
program MFK di Rumah Sakit Umum Prasetya Bukti serta tata laksana kerja pada masing-masing
bagian dan sudah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda. Buku ini disusun dengan
acuan pada Departemen Kesehatan RI serta beberapa referensi kegiatan MFK yang sudah
dilakukan di Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda selama ini.
Betapapun baiknya sebuah buku pedoman, tanpa pelaksanaan yang konsisten dan
menyeluruh oleh semua pihak yang terlibat, maka tujuan pedoman ini tidak akan tercapai. Buku
pedoman ini secara terus menerus diperbaharui dan diharapkan dapat disebarluaskan kepada
seluruh jajaran yang terkait yang mengabdi di Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
masukan demi terlaksananya penerbitan buku Pedoman dan Tata Laksana ini. Kami sadar bahwa
buku ini masih jauh dari sempurna, koreksi dari para pembaca sangat diharapkan dan semoga
buku ini dapat dipergunakan sebagai Pedoman dan Tata Laksana khususnya dan pihak lain yang
terkait dengan MFK pada umumnya.

Tasikmalaya, Oktober 2017

( Tim MFK RSU Prasetya Bunda )

i
DAFTAR ISI

Lampiran
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..................................... I
DAFTAR ISI......……………………………………………………………………………………................................. ii
BAB I DEFINISI…………………………………………………............................................................ 1
A. Latar Belakang……………………………………………………………………........................... 1
B. Maksud dan Tujuan………………………………………………………................................. 2
C. Batasan Operasional………………………………………………………………….................... 2
3
D. Landasan Hukum…………………………………………………………………..........................
3
BAB II RUANG LINGKUP…………………………………………................……..................................
BAB III TATA LAKSANA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN………………………..........
A. Keselamatan dan keamanan……………………………………………………........................
1. Pencegahan risiko dan bahaya yang dapat terjadi di rumah sakit……….....
2. Perlindungan kesehatan petugas rumah sakit………………………………...........
3. Perlengkapan keamanan pasien……………………………………………..................
B. B3 (bahan berbahaya dan beracun)……………………………………………...................
1. Perencanaan B3……………………………………………………………….........................
2. Penyimpanan B3………………………………………………………………........................
3. Distribusi B3……….…………………………………………………………............................
4. Penggunaan B3………………………………………………………………..........................
5. Pengelolaan limbah B3……………………………………………………….......................
6. Pembuangan limbah B3 di unit laboratorium……………………………….............
7. Pembuangan limbah B3 di Unit dialiyis………………………………………..............
8. Pembuangan limbah B3 di unit farmasi…………………………………….................
9. Paparan / kecelakaan B3…………………………………………………….....................
10. Pengadaan B3…………………………………………………………………........................
11. Spill kit…………………………………………………………………………...........................
C. Manajemen emergensi…………………………………………………………….........................
1. Pengertian………………………………………………………………………..........................
2. Tujuan……………………………………………………………………………...........................
3. Pengaturan jaga……………………………………………………………….........................
4. Denah ruangan…………………………………………………………………........................
5. Fasilitas keselamatan…………………………………………………………......................
6. Sandi penanggulangan kebakaran/bencana…………………………………...........
7. Uraian tugas Tim………………………………………………………………........................
8. Evakuasi dan penyelamatan…………………………………………………...................
9. Penanggulangan bencana……………………………………………………....................
10.Sarana-sarana penanggulangan……………………………………………….................
D. Pengamanan dan kebakaran…………………………………………………….......................
1. Tujuan……………………………………………………………………………...........................
2. Penatalaksanaan pengamanan dan kebakaran……………………………............
E. Peralatan medis……………………………………………………………………...........................
1. Tujuan……………………………………………………………………………...........................
2. Penatalaksanaan peralatan medis………………………………………….................
F. Sistem Utilitas………………………………………………………………………...........................
1. Tujuan…………………………………………………………………………............................
2. Penatalaksanaan Sistem Utilitas…………………………………………….................
G. Sanitasi Rumah Sakit……………………………………………………………….......................
ii
1. Penyediaan air bersih…………………………………………………………......................
2. Toilet dan Kamar mandi……………………………………………………….....................
3. Pengolahan limbah……………………………………………………………........................
4. Sampah RS……………………………………………………………………............................
5. Tata laksana sanitasi lingkungan………………………………………………..................
BAB IV DOKUMENTASI……………………………………………………………...........................................
A. Dokumen Monitoring dan evaluasi……………………………………………………………...
1. Keselamatan dan keamanan…………………………………………………...................
2. B3 (bahan berbahaya dan beracun)…………………………………………................
3. Manajemen emergensi……………………………………………………….......................
4. Pengamanan dan kebakaran…………………………………………………..................
5. Peralatan medis……………………………………………………………….........................
6. Sistem utilitas……………………………………………………………………........................
BAB V PENUTUP……………………………………………………………………………………............................
LAMPIRAN………………………………………………………………………………………………................................

iii
BAB I
DEFINISI

A. LATAR BELAKANG.
Sebagai institusi kesehatan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, Rumah Sakit
Umum Prasetya Bunda wajib memenuhi ketentuan/peraturan perundang-undangan yang
berlaku, oleh Direktur Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda secara operasional dituangkan
dalam berbagai kebijakan umum tentang program kegiatan disetiap unit pelayanan
maupun unit terkait. Sebagian dari program kegiatan tersebut ada yang harus dilaksanakan
secara terpadu yang melibatkan berbagai unit pelayanan di lingkungan Rumah Sakit
Umum Prasetya Bunda salah satu diantaranya adalah program Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan. Di lingkungan Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda sendiri selalu ada
kemungkinan terjadinya kecelakaaan kerja dalam pengoperasian peralatan kedokteran
serta penunjang medik lainnya, bahkan resiko terjadinya penyakit akibat kerja dapat pula
timbul penyebabnya bisa dari fasilitas yang dimiliki rumah sakit atau sebagian besar
disebabkan faktor ketidak hati-hatian manusianya, dipihak lain setiap sumber daya
manusia yang bekerja di rumah sakit berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan
profesinya/pekerjaannya, terjamin keamanan pemakaian peralatan penunjang medik dan
non medik yang terdapat di rumah sakit termasuk pasien dan pengunjung yang
mendatangi Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda.
Karena itu lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi petugas dan pengunjung
Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda, dapat diwujudkan dengan pelaksanaan keselamatan
keamanan kerja yang dijalankan dengan baik dan konsisten. Dengan lingkungan yang
sehat, petugas dapat bekerja tanpa resiko cedera sehingga dapat melayani pasien dengan
sebaik-baiknya. Juga dapat menciptakan lingkungan aman dan bebas dari pencemaran
limbah berbahaya dan beracun.
Pada akhirnya tercipta suatu kesejahteraaan pegawai yang juga dapat menekan
biaya untuk angka kesakitan yang timbul pada petugas sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit. Untuk itu perlu menyusun pedoman Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan sebagai panduan dalam pengelolaaan K3 RS.

B. MAKSUD DAN TUJUAN.


1.Maksud
Pedoman Ini dimaksudkan umtuk menjadi acuan bagi Tim MFK Rumah Sakit Umum
Prasetya Bunda sebagai bahan untuk melaksanakan dan memantau kegiatan MFK
pada Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda sehingga dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.
2.Tujuan
2.1. Tujuan umum
Tujuan umum dari pedoman kesehatan dan Keselamatan kerja ini adalah sebagai
dasar untuk memberikan pedoman kepada petugas Rumah Sakit Umum Prasetya
Bunda khususnya petugas yang berhubungan dengan Fasilitas dan Keselamatan
Rumah Sakit.
2.2 Tujuan Khusus
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja pegawai di semua unit
kerja ke tingkat setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan
sosialnya.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada petugas berupa kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan
kerjanya.
c. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi petugas di dalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

C. RUANG LINGKUP.
Ruang lingkup Kesehatan dan Keselamatan kerja Rumah Sakit Umum Prasetya
Bunda yaitu merupakan kegiatan untuk menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan
menunjang kebutuhan pasien, keluarga dan staf serta pengunjung. Dan yang menjadi
fokus kegiatan MFK adalah fasilitas gedung, bahan berbahaya, manajemen emergensi,
pengamanan kebakaran, peralatan medis dan sistim utilitas. Secara khusus kegiatan MFK
berupaya untuk:
1. Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko
2. Mencegah kecelakaan dan cidera
3. Memelihara kondisi yang aman

D. BATASAN OPERASIONAL.
Upaya Untuk Memberikan jaminan keselamatan dan meningkatan derajat
kesehatan pasien dan atau karyawan Rumah Sakit dengan cara pencegahan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan dan rehabilitasi.

2
E. LANDASAN HUKUM.
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
c. Undang-undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 05 / Men / 1996, tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3 RS).
e. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1087/MENKES/SK/VIII/2010, tentang Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
f. Keputusan Menteri Kesehatan No.1204/MENKES/SK/X/2004, tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
g. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 472/MENKES/PER/V/1996, tentang Pengamanan
Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
h. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02/MEN/1980, tentang Pemeriksaan Tenaga dan
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
i. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04/Men/1980, tentang Syarat-syarat Pemasangan
dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

3
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Kesehatan dan Keselamatan kerja Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda
yaitu merupakan kegiatan untuk menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan menunjang
kebutuhan pasien, keluarga dan staf serta pengunjung. Dan yang menjadi fokus kegiatan MFK
adalah fasilitas gedung, bahan berbahaya, manajemen emergensi, pengamanan kebakaran,
peralatan medis dan sistim utilitas. Secara khusus kegiatan MFK berupaya untuk:
1. Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko
2. Mencegah kecelakaan dan cidera
3. Memelihara kondisi yang aman

4
BAB III
TATA LAKSANA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

A. KESELAMATAN DAN KEAMANAN.


Keselamatan dan keamanan rumah sakit ini meliputi semua area rumah sakit yaitu semua
lingkungan pelayanan, lingkungan di luar area pelayanan dan area bisnis yang ada dalam
rumah sakit yang meliputi keselamatan dan keamanan pasien, keluarganya, pengunjung dan
petugas rumah sakit:
1. Pencegahan risiko dan bahaya yang dapat terjadi di rumah sakit.
a. Pencegahan pencurian dan pemaksaan mengambil barang milik masyarakat rumah
sakit.
Rumah sakit mengupayakan sebuah sistem pengamanan sehingga siapapun yang
berada di rumah sakit terhindar dari kecurian maupun pengambilan secara paksa
miliknya. Seluruhnya tamu rumah sakit diidentifikasi, pengunjung dibatasi
jumlahnya dan keluarga pasien yang menunggu/ menginap di rumah sakit
diidentifikasi, gedung difasilitasi dengan pemasangan trail sesuai kebutuhan
keselamatan keamanan, pasien dan keluarga diinfokan untuk tidak membawa
barang berharga dan uang yang berlebihan, pemasangan kamera untuk
mengindentifikasi kejadian yang mengancam keselamatan dan keamanan.
b. Pencegahan kekerasan oleh petugas maupun pasien lain dan pengunjung di
rumah sakit.
Pasien, keluarganya, dan petugas dilindungi oleh rumah sakit dari bahaya akan
kekerasan fisik maupun mental baik oleh pengunjung maupun petugas rumah sakit
sendiri. Disediakan sebuah sistem bila petugas, pasien/ maupun keluarga
mengindetifikasi kemungkinan terjadinya kekerasan mental maupun fisik.
c. Pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh adanya bangunan baru ataupun
renovasi gedung.
Pasien dan masyarakat rumah sakit lainnya terhindar dari bahaya karena polusi
debu, jatuhan bahan bangunan maupun bahaya lain yang diakibatkan oleh adanya
penambahan bangunan di dalam rumah sakit. Oleh karena itu untuk setiap proses
renovasi bangunan gedung baru dan proses pemusnahan, area bangunan tersebut
dilindungi dengan menggunakan sekat triplek, dan ditulisi informasi larangan
masuk, kecuali yang berkepentingan.
d. Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun pencurian yang
disebabkan oleh keterbatasan fisik bangunan rumah sakit.
Rumah sakit menyiapkan fasilitas yang mengupayakan keselamatan dan keamanan
pasien/ keluarga dan masyarakat rumah sakit lain dari cedera, jatuh, pencurian,
5
ancaman nyawa dengan melengkapi fasilitas nurse call untuk semua pasien, trali
jendela untuk keamanan dari pencurian sesuai kebutuhan, handrail untuk
pemegangan saat pasien berjalan maupun duduk di ruangan perawatan termasuk
kamar mandi dan disekitar bangunan RS, pengamanan tempat tidur untuk
mencegah pasien jatuh, pemasangan smoke detector di gedung berisiko,
penandaan lantai licin dan lantai beda level untuk mencegah pasien jatuh, pintu
kamar mandi pasien yang terbuka ke luar untuk dapat segera membantu pasien
yang terkunci tanpa mencenderai saat pintu dibuka paksa, dan fasilitas lain yang
dibutuhkan.
e. Keselamatan dan keamanan lingkungan rumah sakit dan hospital ground.
1) Area outdoor rumah sakit selalu menampilkan situasi yang aman dari segi fisik
lingkungannya seperti semua saluran pembuangan tertutup dan tidak bau.
2) Pembatasan jalan maupun trotoar tersedia aman tanpa lubang maupun
pecahan beton.
3) Pagar taman tidak ada sesuatu yang tajam.
4) Selang atau kabel yang melintang/ terpasang dengan pembungkus sehingga
tidak mengancam keselamatan
5) Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman dari api, dengan
penempatan yang diatur sedemikian rupa untuk mencegah jatuhnya tabung,
serta akses masuk dibatasi.
6) Keamanan dinding, lantai, plafon dan atap bangunan, tidak adanya lubang,
perembesan air maupun kerusakan fisik bangunan lain, yang dapat berisiko
menyebabkan gangguan keselamatan.
7) Tempat bermain anak ditata rapi, dengan cat yang aman, tidak ada bagian
yang berkarat, berlubang maupun tajam yang dapat menyebabkan
keselamatan fisik anak terganggu.
8) Pengaturan parkir dan lalu lintas diatur untuk menjaga alur lalu lintas berjalan
dengan aman tanpa mengganggu pejalan kaki yang ada di sekitarnya.
9) Akses keluar masuk rumah sakit diatur, untuk mencegah gangguan
keselamatan pada masyarakat dan fasilitas rumah sakit. Akses masuk ke
dalam rumah sakit ada di Gerbang Tengah depan Piketan, Akses keluar
Rumah sakit ada di pintu utara depan IGD.
10) Pengaturan waktu berkunjung waktu berkunjung ke pasien diatur 2 kali dalam
sehari yaitu jam 10.00-12.00 dan jam 16.00-18.00
11) Identitas pegawai dan peserta didik, seragam pegawai dan tamu. Untuk
mencegah terjadinya masalah keamanan pada masyarakat rumah sakit maka
6
semua petugas dan peserta didik di Rumah Sakit Tk III Baladhika Husada
menggunakan label Identitas dan pakaian seragam sesuai ketentuan rumah
sakit pada setiap periode tugasnya baik pagi, siang, maupun malam. Untuk
tamu rumah sakit seperti Medical Representative dan tamu rumah sakit
diberikan identitas tamu yang dikelola oleh piket ksatrian.
f. Pencegahan cedera karena jarum/ benda tajam.
Jarum/ benda tajam ditempatkan pada container khusus sehingga tidak mencederai
staf maupun pasien dan pengunjung. Apabila seseorang terkena jarum, maka yang
bersangkutan akan ditangani sesuai prosedur yang berlaku.
g. Pencegahan paparan radiasi pada petugas Radiologi.
a) Petugas radiologi merupakan salah satu staf yang akan terkena dampak
paparan radiasi, oleh karena itu apron yang digunakan dilakukan perawatan
dan uji secara berkala untuk memastikan apron masih tetap aman digunakan.
Perawatan terhadap apron dilakukan setiap hari setelah digunakan oleh
petugas radiologi, sedangkan uji terhadap efektifitas apron dilakukan oleh
petugas PPR setiap 1 tahun sekali.
b) Setiap petugas di ruangan radiologi menggunakan badge radiasi yang di uji
setiap 1 tahun sekali oleh petugas PPR untuk memastikan keefektifan badge
tersebut.
h. Pencegahan terjadinya penculikan bayi.
Untuk mencegah terjadinya penculikan bayi maka semua orang yang masuk ke
ruangan bayi dipantau oleh petugas ruangan, keluarga pasien memiliki ID berupa
kartu ijin menunggu saat berada di ruangan perawatan. Pintu ruangan dikunci dan
dipegang oleh petugas jaga yang dioperkan setiap shif.
i. Pencegahan pasien minggat/ hilang dari rumah sakit.
Semua pasien diidentifikasi dengan menggunakan gelang pasien pada tangannya,
piket ksatrian melakukan pengawasan apabila ada seseorang dengan
menggunakan gelang tersebut berada di luar ruangan perawatan tanpa didampingi
oleh petugas rumah sakit. Bila petugas security menemukan individu seperti itu,
maka petugas melakukan identifikasi pada pasien tersebut dan melakukan kontak
dengan ruangan perawatan untuk koordinasi.
b. Perlindungan kesehatan petugas rumah sakit.
1) Pendidikan Kesehatan Akibat Kerja.
Setiap petugas atau yang terdaftar sebagai karyawan atau pemberi pelayanan
kesehatan di rumah sakit harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang
berhubungan dengan pencegahan kesehatan akibat kerja. Dalam hal ini yang
7
dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan kerja adalah bekerjasama dengan
bagian Diklat dan Tim-tim dari Instalasi lain dalam memberikan pengetahuan
terhadap seluruh karyawan mengenai pencegahan kesehatan akibat kerja
dengan cara:
a) Melalui orientasi karyawan baru
b) Melalui training-training di unit kerja masing-masing
c) Melalui penyuluhan-penyuluhan kepada petugas.
d) Melalui Sosialisasi terhadap karyawan baru dan lama.
2) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja di Rumah Sakit.
Adalah suatu rangkaian dari proses rekrutmen, dimana setiap calon wajib
mengikuti pemeriksaan kesehatan yang dilakukan di RSU Prasetya Bunda.
Yang bertujuan untuk mencari dan menempatkan karyawan dengan kondisi
kesehatan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (sesuai dengan persyaratan
jabatan).
Jenis Pemeriksaan Kesehatan yang dilakukan untuk calon karyawan adalah
sebagai berikut:
a) Wawancara
b) Pemeriksaan Fisik
c) Pemeriksaan mental
d) Pemeriksaan penunjang
e) Pemeriksaan Tambahan.
Pemeriksaan tambahan ini dilakukan khusus bagi tenaga Perawat, Bidan,
Dokter, Analis, Asisten Apoteker, Apoteker, BME dan Keterapian Fisik yaitu:
(1) HbsAg
(2) Anti HIV (dengan surat pernyataan).
3) Pemeriksaan kesehatan berkala bagi petugas rumah sakit.
Pemeriksaan ini diberikan bagi petugas yang telah bekerja minimal 12 bulan
berturut- turut. Tujuan dari dilakukan pemeriksaan berkala adalah:
a) Memberikan perawatan atau tindakan preventif bagi petugas yang
bertugas di Unit pelayanan yang memiliki resiko tinggi sesuai dengan
standar kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku.
b) Meningkatkan produktivitas kerja dan memberikan keadaan nyaman
kepada petugas.
c) Memantau kondisi kesehatan petugas pada unit kerja tersebut diatas.

8
Pemeriksaan kesehatan berkala terbagi menjadi:
a) Pemeriksaan Kesehatan berkala tahunan yaitu pemeriksaan yang
dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali bagi petugas yang bekerja di Unit
Pelayanan yang beresiko tinggi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk bagian:
(1) Laboratorium
(2) Radiologi
(3) UGD
(4) Kamar Bedah
(5) Kamar Bersalin
(6) ICU
(7) Dokter Umum
(8) Pemeliharaan Alat Medis
(9) Perawat Ruangan
(10) Perawat Diagnostik
(11) Perawat Poliklinik
(12) Laundry
(13) Farmasi

Jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(1) Pemeriksaan Fisik
(2) Visus Mata
(3) Pendengaran, kalau perlu Audiometri.
(4) Laboratorium:
(a) Darah lengkap
(b) Urine Lengkap
(5) Pemeriksaan yg dilakukan apabila diperlukan:
(a) HBs Ag
(b) Anti HBs
(c) Anti HCV
(d) Anti HIV
(e) SGOT
(f) SGPT
(g) Gamma GT
(h) Foto Thorax

9
b) Pemeriksaan Kesehatan berkala 2 tahunan yaitu pemeriksaan yang
dilakukan setiap 2 tahun sekali bagi petugas yang bekerja di Unit
Pelayanan Pasien secara langsung.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk bagian:
(1) Rekam Medis
(2) Gizi
(3) Administrasi Rawat Jalan
(4) Administrasi Rawat Inap
(5) Informasi
(6) Pengemudi
(7) Fisioterapi
(8) Ekspedisi
(9) Keamanan

Jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(1) Pemeriksaan Fisik
(2) Visus Mata
(3) Pendengaran kalau perlu Audiometri.
(4) Laboratorium:
(a) Darah lengkap
(b) Urine Lengkap
(5) Pemeriksaan yg dilakukan apabila diperlukan:
(a) HBs Ag
(b) Anti HBs
(c) Anti HCV
(d) Anti HIV
(e) SGOT
(f) SGPT
(g) Gamma GT
(h) Foto Thorax
4) Pemberian Imunisasi.
Pemberian vaksin ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu, dan Vaksin yang digunakan adalah vaksin hepatitis B rekombinan.
Pemberian vaksinasi:
a) Sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium pada saat petugas
melakukan pemeriksaan berkala.
10
b) sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium pada saat petugas
mengalami kecelakaan kerja pada hubungan kerja.
c) pemberian vaksinasi bagi petugas tiga kali dengan jadwal 0-1-3
(vaksin kedua berjarak 1 bulan dari vaksin pertama, dan vaksin
ketiga berjarak dua bulan dari vaksin kedua), kemudian dilanjutkan
pemeriksaan laboratorium titer Anti Hepatitis B 1 bulan setelah
pemberian vaksin ketiga.
5) Penanganan kecelakaan akibat kerja.
a) Jenis Kecelakaan yang ditangani oleh Rumah Sakit terhadap
petugas:
(1) kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja /
termasuk Penyakit yang timbul karena hubungan kerja.
(2) kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari
rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang
biasa atau wajar dilalui.
b) Dalam melakukan penanganan terhadap petugas yang mengalami
kecelakaan kerja yang dilakukan oleh rumah sakit adalah :
(1) Promosi Kesehatan
(a) Melakukan sosialisasi tentang keselamatan kerja
terhadap petugas sebelum melakukan pekerjaannya.
(b) Pemberian Informasi tentang pencegahan terjadinya
kecelakaan tertusuk jarum melalui pamflet ditempatkan
di tempat kerja masing-masing.
(c) Menekankan tentang Pemakaian alat pelindung diri yang
tepat terhadap petugas.
(2) Penanganan dan Pengobatan.
Penanganan dan pengobatan Kecelakaan Tertusuk Jarum
dan tumpahan cairan tubuh.
(a) Tercemar Hepatitis B (HBsAg Positif)
 Bila HBsAg negatif dan tidak kebal, dalam
waktu 24 jam lakukan pemberian HBIG (Hepatitis B
Imunoglobulin) dengan dosis 0.06 ml/kg. Dilanjutkan
dengan pemberian vaksinasi hepatitis B sebanyak 3
kali.
 Bila sudah kebal, tetapi titer anti HBs < 100
mIU/ml, diberi suntikan Hepatitis B sebanyak 1 kali.
11
 Jika Anti HBsAg positif dengan titer > 100
mlU/ml tidak perlu dilakukan tindakan.
(b) Tercemar Hepatitis C (HCV Positif)
 Bila Anti HCV Positif berarti petugas pernah
terinfeksi virus hepatitis C.
 Lihat catatan kesehatan petugas sebelumnya,
bila SGPT sering abnormal dalam jangka waktu 6
bulan berarti petugas tersebut kemungkinan
menderita Hepatitis C menahun.
 Bila SGPT sebelumnya normal, pantau SGPT
selama 6 bulan, bila SGPT abnormal kemungkinan
terjadi penularan dan rujuk ke dokter spesialis
penyakit dalam.
 Bila Anti HCV Negatif
 Ulang pemeriksaan Anti HCV 3 bulan
kemudian, jika hasil Anti HCV tetap negatif berarti
tidak terjadi penularan.
 Jika setelah 3 bulan terjadi serokonversi yaitu
Anti HCV menjadi positif lakukan pemantauan SGPT
selama 6 bulan.
 Bila hasil SGPT tetap normal berarti telah
terjadi penularan dan “telah sembuh”
 Jika terjadi kenaikan SGPT secara fluktuatif
dalam jangka waktu 6 bulan, rujuk ke dokter spesialis
penyakit dalam.

(c) Tercemar HIV (HIV Positif)


 Lakukan konseling berupa informasi lengkap
mengenai resiko penularan HIV kepada suami/istri,
manfaat dan efek samping pemberian antiretroviral
sebagai pencegahan.
 Bila tusukan / irisan tidak berat / superfisial
tidak perlu diberikan pencegahan.
 Untuk luka tusukan / irisan lebih berat /
menembus kulit berikan AZT selama 4 minggu.

12
 Untuk luka tusukan / irisan berat / menembus
kulit lebih dalam hingga keluar darah berikan AZT +
indinavir / nelfinavir selama 4 minggu.
 Setelah pemberian antiretroviral lakukan
pemantauan hasil pemeriksaan laboratorium setiap 3
bulan selama 1 tahun.
 Bila pemantauan anti HIV selama 1 tahun
tetap negatif berarti tidak tertular.

6) Penyakit Akibat Kerja


a) Rehabilitasi
b) Setiap petugas yang mengalami kecelakaan kerja tersebut terus
dipantau perkembangan status kesehatan karyawan selama periode
pemantauan dan diserahkan ke Kaur Tuud dan MFK. Kaur Tuud
bersama dengan Pimpinan Rumah Sakit Tk III Baladhika Husada
akan memutuskan pengobatan selanjutnya bila petugas tersebut
positif tertular.
c) Jika ditemukan kasus khusus akan ditindak lanjuti bersama Dokter
Spesialis.

7) Pencegahan dan pengendalian benda tajam serta penanganan


kecelakaan kerja akibat benda tajam/tertusuk jarum.
Pengertian:
a) Hazard ialah benda atau bahan berpotensi menimbulkan bahaya
pada keselamatan dan kesehatan saat kerja khususnya pada
pemberi pelayanan ataupun penerima pelayanan pada umumnya.
b) Yang dimaksud dengan terkena benda tajam adalah luka tusuk / iris
pada karyawan / petugas yang ditimbulkan oleh benda tajam.
c) Benda tajam adalah semua benda tajam yang berada di rumah sakit,
baik yang telah digunakan terhadap pasien yang menderita atau
diduga menderita hepatitis B / C dan atau HIV, antara lain jarum,
pisau, gunting, maupun benda lain yang berpotensi menimbulkan
luka.
Panduan Pencegahan dan Penanganan Tertusuk jarum dan sejenisnya di
peruntukkan khususnya bagi petugas yang berhubungan dengan jarum dan
cairan tubuh infeksius, mencakup unit kerja keperawatan, klinikal (Dokter,

13
Laboratorium, Fisioterapi, Rehabilitasi Medis, Radiologi), CS (petugas
kebersihan), laundry.
Tujuan pencegahan dan penanganan tertusuk jarum dan sejenisnya adalah:
a) Mencegah terjadinya infeksi nosokomial pada pasien, keluarga,
pengunjung, dan petugas pemberi pelayanan kesehatan dari benda/bahan
infeksius dan microorganisme (Bakteri, kuman, dan Virus) melalui cara
kontak, terciprat, dan sebagainya.
b) Menjaga kesehatan dan keselamatan petugas.
c) Mencegah terjadinya cidera akibat paparan bahan/benda berpotensi
bahaya meliputi, bahan /benda potensi bahaya (cairan tubuh infeksius)
melalui cara kontak, ataupun terciprat, dsb.
Tata laksana pencegahan kecelakaan kerja akibat benda Tajam.
a) Pencegahan Kecelakaan Kerja Akibat Benda Tajam (jarum dan
sejenisnya serta cairan tubuh infeksius)
(1) Kenali Hazards/Potensi bahaya benda tajam dan sejenisnya.

(2) Kenali Prosedur /Tindakan yang berakibat tertusuk jarum


atau sejenisnya

14
(3) Hazards lainnya
(a) Pasien anak/gelisah/agresife/uncontrol
(b) Petugas lainnya/diri sendiri
(c) Cairan tubuh infeksius (Darah, Urine, Feses, Cairan
lambung, Cairan luka/exudates dll)
(d) Mikroorganisme
 Virus
 Bakteri
 Kuman

b) Pengendalian benda tajam dan sejenisnya.


(1) Persiapan.
(a) Pastikan benda tajam aman di tangan anda
(TAHU CARA PAKAI).
(b) Hati-hati dan jaga konsentrasi saat bekerja
(c) Sesuaikan pencahayaan
(d) Minta bantuan staf lain jika pasien gelisah, anak,
atau uncontrol.
(e) Atur alur pembuangan jarum bekas pakai
mengarah ke pelaku prosedur saat anda jadi asisten.

(2) Pengendalian saat pelaksanaan


(a) Jangan melakukan recapping/no recaping.
(b) Segera dan secepatnya buang jarum bekas pakai
langsung ke tempat pembuangan jarum bekas/Sharp
countainer.
(c) Jangan mendelegasikan ke orang lain untuk
merapikan/membuang jarum bekas pakai.
(d) Kerja sesuai SPO.
(e) Saat tindakan dilakukan oleh petugas lain
(Anasthesi (spinal/epidural), Jahit luka/CVP, suntik,
insisi luka, dll) saat jadi assisten:
 Hindari tangan asisten secara langsung di
daerah penjahitan.
15
 Jangan segera merapikan alat.
 Pertama saat anda akan merapikan
(Pastikan keberadaan/lokasi/letak dari benda
tajam yang digunakan).
 Amankan Benda tajam bekas pakai
dengan segera membuang ke tempatnya (Box
jarum bekas).
 Setelah aman dari benda tajam segera
rapikan sesuai prosedur.

c) Pembuangan jarum ke tempatnya


(1) Hindari meletakkan jarum di tempat tidak aman, sehingga
tak terlihat mata (misal di tumpukan sampah didalam bengkok/piala
ginjal)
(2) Jaga Jarak aman tangan dengan lubang pembuangan box
jarum bekas saat buang jarum bekas pakai (Jarak Aman > 10 cm.)
(3) Jangan paksakan membuang jarum bekas pakai, saat isi
box jarum bekas penuh.
(4) Segera ganti box pembuangan jarum bekas jika telah
mencapai isi 2/3 bagian dari box jarum bekas.
(5) Dekatkan Lokasi/letak box jarum bekas saat tindakan.

d) Penanganan tertusuk jarum bekas dan sejenisnya


Penanganan tertusuk jarum dan sejenisnya di gambarkan pada alur sebagai
berikut dbawah ini:

16
ALUR PENANGANAN TERTUSUK JARUM

Korban

1. Luka dipijit dan cuci dengan air


2. Lapor atasan atau PJ
3. Segera ke UGD dan membawa
barang bukti.
4. Mengisi formulir kejadian (bisa
ditempat kejadian atau di UGD)

Tim UGD
Pasien
1. Memeriksa korban
pernah
2. Pencatatan medis
diperiksa Tidak
3. Menyimpan barang bukti Ya
4. Menelusuri pasien pemilik
5. Melaporkan kejadian ke K3 RS dan Minta inform concern

PPIN untuk pemeriksaan

Ada
Lihat catatan
Data sumber medis
Setuju
benda tajam? diperiksa

Tidak Ya Tidak
Terinfeksi

Korban diperiksa HbSag, atau tidak


Pasien
Anti HCV, Anti HIV
Tidak diperiksa
Ya

Selesai

Korban diperiksa lebih


lanjut ke dokter

Selesai

e) Prosedur penanganan korban tertusuk jarum dan sejenisnya:


(1) Lokasi Kejadian
(a) Segera isolasi benda tajam yang mengenai petugas dan ditempatkan dalam
wadah yang tahan terhadap tusukan sebagai barang bukti.
(b) Petugas yang terkena benda tajam harus segera melapor kepada
Penanggung Jawab Ruangan (perawat) / Dokter Jaga. Dalam waktu 1 X 24 jam
17
harus menyerahkan barang bukti tersebut kepada Tim Pengendali Infeksi
Nosokomial.
(c) Bila tersedia fasilitas untuk melakukan pembersihan luka, segera lakukan
pembersihan luka dengan cara luka tersebut segera dicuci dengan sabun antiseptik
dan air mengalir selanjutnya diberi antiseptik lokal. Bila terjadi percikan darah pada
mukosa hidung dan mulut segera dibilas dengan guyuran air, bila percikan darah
mengenai mata lakukan irigasi / pencucian mata dengan menggunakan larutan
garam fisiologis (Na Cl 0,9%) atau air steril. Sebagai catatan daerah yang terkena
benda tajam tidak boleh dihisap dengan mulut.
(d) Penanggung jawab ruangan harus membuat laporan kejadian (berita acara)
yang berisi informasi kejadian, data medis karyawan dan data medis pasien yang
menjadi sumber penularan. Bila data tidak ada, dilakukan pemeriksaan HBsAG, anti
HCV dan anti HIV.
(e) Rujuk petugas yang tertusuk benda tajam tsb beserta ‘Laporan Kejadian’ ke
UGD untuk penanganan lebih lanjut.
(f) Laporan kejadian / berita acara ditanda tangani oleh Penanggung jawab
ruangan / dokter jaga dan petugas yang terkena benda tajam dan kemudian
dilaporkan/diserahkan ke Kaur Tuud dalam waktu 1 x 24 jam.

(2) Staf UGD


(a) Segera cuci luka bila belum dilakukan di lokasi kejadian.
(b) Dokter UGD akan memeriksa pasien untuk menentukan status kesehatan
petugas.
(c) Dokter UGD akan memutuskan penanganan selanjutnya dengan mengikuti
ketentuan sbb :

Tercemar Hepatitis B (HBsAg Positif)


 Bila HBsAg negatif dan tidak kebal, dalam waktu 24 jam lakukan pemberian HBIG
(Hepatitis B Imunoglobulin) dengan dosis 0.06 ml/kg. Dilanjutkan dengan pemberian
vaksinasi hepatitis B sebanyak 3 kali.
 Bila sudah kebal, tetapi titer anti HBs < 100 mIU/ml, diberi booster
 Jika Anti HBsAg positif dengan titer > 100 mlU/ml tidak perlu dilakukan tindakan.

Tercemar Hepatitis C (HCV Positif)


 Bila Anti HCV Positif berarti petugas pernah terinfeksi virus hepatitis C.

18
 Lihat catatan kesehatan petugas sebelumnya, bila SGPT sering abnormal dalam
jangka waktu 6 bulan berarti petugas tersebut kemungkinan menderita Hepatitis C menahun.
 Bila SGPT sebelumnya normal, pantau SGPT selama 6 bulan, bila SGPT abnormal
kemungkinan terjadi penularan dan rujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.

Bila Anti HCV Negatif


 Ulang pemeriksaan Anti HCV 3 bulan kemudian, jika hasil Anti HCV tetap negatif
berarti tidak terjadi penularan.
 Jika setelah 3 bulan terjadi serokonversi yaitu Anti HCV menjadi positif
lakukan pemantauan SGPT selama 6 bulan.
 Bila hasil SGPT tetap normal berarti telah terjadi penularan dan “telah
sembuh”
 Jika terjadi kenaikan SGPT secara fluktuatif dalam jangka waktu 6 bulan,
rujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.

Tercemar HIV (HIV Positif)


 Lakukan konseling berupa informasi lengkap mengenai resiko penularan HIV
kepada suami/istri, manfaat dan efek samping pemberian antiretroviral sebagai
pencegahan.
 Bila tusukan / irisan tidak berat / superfisial tidak perlu diberikan
pencegahan.
 Untuk luka tusukan / irisan lebih berat / menembus kulit berikan AZT selama
4 minggu.
 Untuk luka tusukan / irisan berat / menembus kulit lebih dalam hingga keluar
darah berikan AZT + indinavir / nelfinavir selama 4 minggu.
 Setelah pemberian antiretroviral lakukan pemantauan hasil pemeriksaan
laboratorium setiap 3 bulan selama 1 tahun.
 Bila pemantauan anti HIV selama 1 tahun tetap negatif berarti tidak tertular.
 Bila anti HIV positif, petugas dirujuk ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam.
Dokter UGD membuat laporan perkembangan status kesehatan karyawan yang
terkena benda tajam selama periode pemantauan dan diserahkan ke Kaur Tuud, Tim
Pengendali Infeksi Nosokomial dan MFKRS. Kaur Tuud bersama dengan pimpinan
rumah sakit akan memutuskan pengobatan selanjutnya bila petugas tersebut positif
tertular.
19
8) Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha menyelaraskan pekerjaan
dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya
produktifitas dan efisiensi yang setinggi – tingginya.
Manusia memiliki keterbatasan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan fisik,
beban kerja fisik dan psikologis. Tanpa penerapan konsep-konsep ergonomi
ditempat kerja ternyata meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam ergonomi:
a) Faktor Manusia
Desain rancangan kerja berpusat pada manusia atau Human Centered
Design (HCD) yang meliputi:
Faktor dari dalam (Internal Factors)
Contohnya:
(1) Umur
(2) Jenis kelamin
(3) Kekuatan otot
(4) Bentuk dan Ukuran tubuh

Faktor dari luar ( External Factors ) Contohnya:


(1) Penyakit
(2) Gizi
(3) Lingkungan kerja
(4) Sosial ekonomi
(5) Adat istiadat

b) Anthropometri.
Adalah ilmu yang mempelajari ukuran-ukuran tubuh manusia secara
sistematis. Ketidakserasian antara ukuran tubuh manusia dengan tempat kerja akan
mempengaruhi sikap tubuh saat bekerja sehingga dapat menyebabkan berbagai
gangguan muskuloskeletal, mulai dari nyeri sampai cedera otot dan memperbesar
resiko untuk terjadinya kecelakaan kerja. Secara teoritis semua peralatan harus di
desain untuk mengakomodasi semua individu, dari yang paling kecil sampai yang

20
paling besar. Pendekatan yang umum dilakukan adalah mendesain peralatan atau
tempat kerja untuk persentil tertentu dari populasi. Otomatisasi di tempat kerja tetap
harus memperhitungkan ukuran – ukuran tubuh manusia dalam rancangan tempat
kerja. Penggunaan data anthropometri misalnya jarak, jangkauan, postur, kekuatan.

c) Sikap Tubuh Dalam Bekerja.


Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja
akan menentukan efisiensi, efektifitas, keselamatan dan produktifitas kerja, selain
SPO yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan.

d) Keterkaitan manusia dan peralatan.


Manusia sebagai pengarah atau pengendali jalannya peralatan dan peralatan
sebagai sarana kerja manusia.
e) Pengorganisasian kerja.
Menyangkut: Waktu kerja, waktu istirahat dan kerja lembur.

f) Pengendalian Lingkungan Kerja Menyangkut:


(1) Faktor fisik
(2) Faktor kimia
(3) Faktor Biologis
(4) Faktor Psikologis

g) Kelelahan kerja
(1) Kelelahan otot
(2) Kelelahan umum

h) CTD ( Cumulative trauma disorder ).


Kerusakan trauma cumulative. Penyakit ini timbul karena terkumpulnya kerusakan –
kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan yang cukup
besar dan menimbulkan rasa sakit (rasa nyeri, kesemutan, dan pembengkakan).
i) Kesegaran jasmani dan musik.
Kegiatan kesegaran jasmani perlu disesuaikan dengan situasi, kondisi dan
kebutuhan masing – masing perusahaan. Pengadaan musik di tempat kerja
21
sebaiknya dilakukan untuk jenis pekerjaan yang monoton dan pekerjaan tangan (
manual work ) yang berulang serta pekerjaan lain yang memerlukan aktivitas
mental.

Tata laksana ergonomi:


a) Sikap tubuh yang benar saat bekerja
(1) Tidak membungkuk.
(2) Tidak jongkok.
(3) Tidak memutar tubuh.
(4) Tinggi tempat kerja antara tinggi pusat dan tinggi sikut.
(5) Tidak meraih obyek atau alat kerja melebihi tinggi bahu.
(6) Letak obyek pada lapang pandang (30 derajat dari masing-masing
mata – 60 derajat)
b) Sikap tubuh yang benar saat duduk
(1) Duduk sedekat mungkin dengan area pekerjaan.
(2) Duduk di kursi dengan kedua kaki menempel di lantai.
(3) Duduklah di kursi dengan sandaran punggung sesuai bentuk tulang
belakang.
(4) Pertahankan posisi duduk yang benar saat bekerja.

c) Sikap tubuh yang benar saat berdiri


(1) Taruh satu kaki di pijakan dengan posisi lebih tinggi 15 cm dan
bergantian saat aktifitas berdiri lama.
(2) Jaga posisi bekerja anda pada ketinggian yang sesuai.
(3) Ganti posisi secara teratur.
(4) Berdiri pada alas yang nyaman.

d) Aturan umum angkat dan angkut


(1) Pegangan harus tepat dan dengan kontak tangan penuh.
(2) Lengan harus sedekat – dekatnya pada badan dan dalam posisi
lurus.
(3) Punggung harus diluruskan.
(4) Dagu ditarik segera setelah kepala tegak dan tulang belakang lurus.
22
(5) Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk
mengimbangi momentum.
(6) yang terjadi dalam posisi mengangkat.
(7) Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong serta gaya
untuk gerakan dan perimbangan.
(8) Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal
yang melalui pusat grafitasi tubuh.
(9) Semua barang atau benda yang menghalangi pandangan mata
sebaiknya disingkirkan lebih dulu.
(10) Tinggi maksimum tempat pemegang dari lantai tidak lebih dari 35 cm.
(11) Jika beban harus diangkut dari permukaan lantai dianjurkan
menggunakan alat bantu angkat.
(12) Beban yang akan diangkut harus berada sedekat mungkin dengan
tubuh.
(13) Punggung harus lurus agar bahaya kerusakan terhadap diskus dapat
di hindari.
(14) Lutut di tekuk dan punggung harus dalam posisi tetap lurus.
(15) Beban agar sedekat mungkin pada garis vertikal gravitasi tubuh.

Beban Angkat dan Angkut bagi laki-laki dan Wanita yang


Direkomendasikan International Labor Organisation (ILO)
Maksimum untuk laki-laki Maksimum untuk Wanita
Umur ( tahun )
(kg) (kg)
14-16 15 10
16-18 19 12
18-20 23 14
20-35 25 15
35-50 21 13
> 50 16 10
Sumber: Pheasant (1991 )

23
e) Desain Tempat Kerja
Desain peralatan Medis buatan negara - negara maju, masih banyak
ditemukan tidak sesuai dengan anthropometri pekerja kita, sehingga tenaga
kesehatan kita tidak dapat melakukan gerakan dengan optimal, terangkatnya bahu,
leher, dan lengan. Sebaliknya peralatan yang terlalu rendah menyebabkan tulang
belakang membungkuk pada saat bekerja. Masalah tersebut dapat diatasi dengan
penyesuaian antara karakter manusia, kapasitas, dan keterbatasanya terhadap
desain pekerjaan, peralatan, sistemnya, ruangan dan lingkungan kerja sehingga
pekerja dapat bekerja secara sehat, aman, nyaman, dan efisien. Dalam rangka
mendukung efisiensi, keyamanan, dan keselamatan dalam menggunakan peralatan
medis. Maka desain ergonomis harus selalu mempertimbangkan aspek-aspek
ergonomi dan tehnologi tepat guna seperti faktor-faktor reabilitas, kenyamanan,
lamanya waktu pemakaian, kemudahan dalam pemakaian dan efisiensinya. Setiap
peralatan yang dipakai tidak menimbulkan beban tambahan bagi pemakai.

f) Kerja otot
Kerja otot di bagi dua yaitu:
(1) Kerja dinamis
(a) Pergantian antara kontraksi otot dan relaksasi secara ritmis.
(b) Frekwensi pernafasan meningkatkan
(c) Denyut jantung dan tekanan darah meningkatkan
(d) Aliran darah dan oksigen meningkat ke otot yang aktif dan berkurang
ke daerah inaktif
(e) Beban kerja yang dianjurkan adalah 30 – 35% dari maksimum
konsumsi oksigen ( VO2 maks )
(2) Kerja statis
Kontraksi otot terjadi untuk waktu yang lama, biasanya untuk mempertahankan posisi
tubuh tertentu. Di banding kerja dinamis, maka kerja statis konsumsi energi lebih tinggi,
frekwensi jantung lebih cepat dan memerlukan waktu istirahat yang lebih panjang. Daya
tahan untuk bekerja secara statis jauh lebih kecil dari pada kerja dinamis, karena terjadinya
hambatan pada aliran darah, sehingga menghambat pertukaran oksigen.

g) Kerja Shift
Dalam merancang kerja shift perlu diperhatikan berbagai hal:
24
(1) Kemampuan pekerja untuk beradaptasi.
(2) Pemeriksaan kesehatan yang perlu dilakukan.
(3) Pola pergantian shift.

h) Beban Mental Pergantian Shift


(1) Tuntutan pekerjaan terlalu tinggi, dibandingkan kapasitas fisik dan
intelektual bisa menyebabkan stress kerja, kelelahan mental sampai berbagai
penyakit mental maupun fisik.
(2) Tuntutan pekerjaan terlalu rendah, akan menyebabkan kebosanan.
(3) Lingkungan pekerjaan tidak mendukung juga bisa menyebabkan stres, misal
hubungan dengan atasan kurang baik atau antar karyawan yang tidak harmonis.

9) Alat Pelindung Diri


APD adalah Alat yang digunakan untuk melindungi diri pekerja agar terlindung dari bahaya/
Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan untuk melindungi sebagian atau seluruh
tubuh tenaga kerja dari sumber bahaya yang ada ditempat kerja saat tenaga kerja
melakukan pekerjaannya.

a) Langkah-langkah dalam pemakaian alat pelindung diri pada tenaga kerja:


(1) Analisa kebutuhan, merupakan langkah awal. Terlebih dahulu
ditentukan jenis bahaya yang terdapat dalam pekerjaan dan
bagaimana kondisi kerja yang ada serta peraturan yang berlaku.
(2) Pemilihan alat pelindung diri (APD). Berdasarkan analisa kebutuhan,
dapat ditentukan jenis alat apa saja yang diperlukan. Selain itu,
dalam pemilihan APD ini sudah melalui proses pengujian dan
memenuhi standar yang berlaku.
(3) Komunikasi program. Hal ini diperlukan agar tenaga kerja mengerti
dan merasa diikutsertakan, tidak hanya instruksi berupa lisan atau
tulisan. Perlu pula ditanamkan pengertian akan pentingnya peranan
pemakaian APD dalam mencegah cedera atau mengurangi akibat
suatu kecelakaan dan membangkitkan minat dan akhirnya
membutuhkan pemakaian APD.
(4) Latihan, diperlukan agar tenaga kerja mengetahui dalam keadaan apa
saja alat ini harus digunakan dan bagaimana cara pemeliharaannya.
Latihan ini dapat diberikan secara formal dan informal.
(5) Menegakkan disiplin dalam pemakaian APD.

25
b) Pemilihan APD
Aspek-aspek lain yang diperlukan dalam pemilihan alat pelindung diri:
(1) Bentuk cukup menarik.
(2) Dapat dipakai secara fleksibel.
(3) Tahan untuk pemakaian yang cukup lama dan tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
(4) Dapat memberikan perlindungan yang ada terhadap bahaya yang spesifik
yang dihadapi oleh tenaga kerja.
(5) Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakainya yang disebabkan
bentuk dan bahannya tidak tepat atau salah dalam penggunannya.

c) Macam-macam APD
(1) Perawatan Umum dan Gigi
(a) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat
pernapasan. Masker dipasang menutup mulut dan lubang hidung dan kedua
tali diikat ke belakang dengan rapi. Digunakan pada saat menghadapi pasien
yang mempunyai kemungkinan penularan penyakit melalui udara dan diri si
petugas bila mengalami flu.
(b) Baju khusus (SKORT): untuk menghindari kontaminasi penyakit
menular. Baju khusus (SKORT) dipakai menutup bagian belakang dengan
rapi digunakan pada saat ada tindakan di kamar (misal: kemoterapi).
(c) Sarung tangan: untuk melindungi tangan dari alat tajam.
(d) Khusus untuk poli gigi, tidak menggunakan apron/baju khusus.

(2) Perawatan Khusus (Kebidanan)


(a) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat
pernapasan. Masker dipasang menutup mulut dan lubang hidung dan kedua
tali diikat ke belakang dengan rapi. Digunakan pada saat menghadapi pasien
yang mempunyai kemungkinan penularan penyakit melalui udara dan diri si
petugas bila mengalami flu.
(b) Baju khusus (SKORT): untuk menghindari kontaminasi penyakit
menular dan untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui kontak
langsung. Baju khusus (SKORT) dipakai menutup bagian belakang dengan
rapi digunakan pada saat ada tindakan di kamar bersalin/kamar bayi.
26
(c) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui
kontak langsung dan untuk melindungi tangan dari alat tajam. Sarung
tangan dipakai sesuai ukuran masing – masing tangan petugas digunakan
pada saat ada tindakan di kamar bersalin/kamar bayi.
(d) Sandal: untuk melindungi kuman yang terbawa. Sandal dipakai oleh
seluruh petugas kamar bersalin/kamar bayi selama bertugas.
(e) Sepatu tertutup: untuk menghindari kaki dari percikan – percikan
darah. Sepatu tertutup digunakan pada saat menolong persalinan normal.
(f) Kacamata (goggle): untuk melindungi mata dari percikan – percikan
darah/bahan lain. Kacamata (goggle) digunakan pada saat menolong
persalinan normal.

(3) Perawatan Khusus (ICU/NICU)


(a) Baju khusus (SKORT): untuk melindungi tubuh dari percikan
air pada saat membersihkan alat dan untuk menghindari kontaminasi
penyakit melalui kontak langsung. Baju khusus (SKORT) dipakai
menutup bagian belakang dengan rapi digunakan pada saat tindakan
atau bila sedang membersihkan bahan/alat kotor.
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit
melalui kontak langsung. Sarung tangan dipakai sesuai ukuran
masing-masing tangan petugas digunakan pada saat ada tindakan.
(c) Kacamata (goggle): untuk melindungi mata dari percikan
darah/bahan lain. Kacamata (goggle) digunakan pada saat
membersihkan bahan/alat kotor

(4) Gizi
(a) Celemek: untuk melindungi tubuh dari percikan air pada saat
membersihkan alat dan memasak. Celemek digunakan pada saat
bekerja di dapur atau sedang membersihkan peralatan masak.
(b) Safety shoes untuk melindungi kaki menghindari agar tidak
terpeleset pada saat bekerja di dapur. Safety shoes digunakan pada
saat bekerja di dapur.

27
(c) Kain lap: untuk melindungi tangan agar terhindar dari
panasnya alat. Kain lap digunakan untuk memegang peralatan yang
panas.
(d) Tutup kepala: untuk melindungi rambut. Tutup kepala
digunakan pada saat bekerja.
(e) Sarung tangan plastik: untuk melindungi tangan agar terhindar
dari kotoran. Sarung tangan plastik digunakan pada saat meracik
buah atau makanan matang

(5) Radiologi
(a) Apron: untuk proteksi bahaya radiasi. Apron digunakan pada
saat melakukan tindakan.
(b) Film badge: untuk mendeteksi banyaknya radiasi yang
diterima. Film badge dikenakan pada saat melakukan tindakan.
(c) Kacamata Pb: untuk melindungi mata dari bahaya radiasi.
Kacamata Pb digunakan pada saat melakukan tindakan fluoroscopy.

(6) Laboratorium
(a) Jas Lab: untuk melindungi tubuh dari percikan reagen atau
bahan lain. Jas lab digunakan pada saat bertugas di laboratorium.
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit
melalui kontak langsung dan untuk melindungi tangan dari alat tajam.
Sarung tangan digunakan pada saat melakukan tindakan.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat
pernapasan. Masker digunakan pada saat bertugas di laboratorium
saat karyawan sedang terkena flu

(7) Housekeeping
(a) Sabuk pengaman: untuk melindungi diri agar tidak terjatuh dari
tempat yang tinggi. Sabuk pengaman digunakan pada saat membersihkan
daerah/gedung yang tinggi.

28
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui
kontak langsung. Sarung tangan digunakan pada saat membersihkan toilet
atau bila mencampur bahan pembersih.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat
pernapasan. Masker digunakan pada saat membersihkan toilet atau bila
mencampur bahan pembersih.

(8) Laundry
(a) Baju khusus: untuk melindungi tubuh dari kontaminasi penyakit. Baju
khusus digunakan pada saat mengambil bahan kotor (misal : laken kotor).
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui
kontak langsung. Sarung tangan digunakan pada saat memisahkan bahan.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat
pernapasan. Masker digunakan pada saat memisahkan atau mengambil
bahan kotor (misal : laken kotor).

(9) Maintenance
(a) Earmuff: untuk melindungi telinga dari kebisingan. Earmuff digunakan
pada saat di daerah bising.
(b) Kedok: untuk melindungi mata dari percikan api las. Kedok digunakan
pada saat mengelas.
(c) Masker: untuk melindungi tersedotnya debu atau partikel kecil ke
saluran pernapasan. Masker digunakan pada saat membersihkan daerah
berbau atau menggergaji sesuatu.
(d) Sarung tangan karet: untuk melindungi tangan dari kotoran. Sabuk
pengaman digunakan pada saat memperbaiki di daerah yang tinggi.
(e) Sabuk pengaman: untuk melindungi agar tidak terjatuh dari tempat
tinggi. Sarung tangan digunakan pada saat memperbaiki daerah yang kotor

(10) Rekam Medis


Masker: untuk melindungi terhisapnya debu ke saluran pernapasan. Masker
digunakan pada saat mengambil dan menyusun berkas.
29
(11) Farmasi
(a) Masker: untuk melindungi terhisapnya serbuk obat ke saluran
pernapasan. Masker digunakan pada saat meracik obat
(b) Sarung tangan karet: untuk melindungi tangan dari obat. Sarung
tangan karet digunakan pada saat meracik obat.

c. Perlengkapan keamanan pasien


Upaya penyembuhan pasien tidak semata-mata dilihat dari sisi medis saja,
namun hal-hal lain terkait dengan faktor-faktor non medis juga memiliki peran yang
cukup signifikan, diantaranya sistem pengamanan pasien yang sangat diperlukan
untuk menunjang keselamatan mereka menjalani perawatan di rumah sakit.
Dengan demikian pasien akan merasa lebih tenang dan nyaman yang pada
akhirnya secara psikis akan memberikan motivasi kepada pasien untuk
sembuh/pulih.
Ada beberapa jenis alat perlengkapan keamanan pasien antara lain:
1) Pegangan sepanjang tangga
Pegangan sepanjang tangga diadakan dengan tujuan agar pasien
termasuk pengunjung dan petugas dapat berpegangan saat menurun atau
menaiki tangga. Syarat pegangan tangga yang aman:
a) Terbuat dari bahan yang tidak licin
b) Permukaan pegangan tidak kasar
c) Mudah dibersihkan
d) Dapat digenggam (tidak terlalu besar atau terlalu kecil)
e) Kokoh / tidak goyah
f) Pegangan setinggi pinggang orang dewasa
g) Jarak antara tiang pegangan tidak terlalu renggang

2) Toilet yang dilengkapi pegangan dan bel


Pegangan dan bel di toilet bertujuan untuk menjaga pasien agar
memudahkan pasien saat berada dalam toilet dan bila terjadi suatu hal /
keadaan emergency bel dapat digunakan pasien untuk memanggil

30
pertolongan. Kelayakan sarana pegangan dan bel ini harus dikontrol agar
kondisinya tetap terjaga dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
3) Pintu dapat dibuka dari luar
Pintu yang dimaksud adalah pintu ruangan, baik ruang rawat inap,
kamar mandi (toilet) dan lainnya agar keadaan emergency dapat dengan
mudah dibuka dari luar oleh petugas, dimana cara membuka pintu tersebut
digerakkan/ dibuka mengarah keluar ruangan bukan kearah dalam.
4) Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya
Penahan tempat tidur selayaknya digunakan setiap tempat tidur,
dengan tujuan menghindari terjatuhnya pasien dari tempat tidur. Penahan
tempat tidur ini hendaknya dengan mudah dapat dinaikan atau diturunkan.
5) Sumber listrik mempunyai penutup / penahan
Sumber listrik / stop kontak dengan penutup dipasang di seluruh
ruangan, terutama ruang anak-anak. Hal ini bertujuan agar dapat
menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
6) Supply oksigen yang cukup
Ketersediaan oksigen diruangan dalam jumlah dan siap pakai
merupakan hal yang vital terutama bagi pasien jantung karena kekurangan
supply oksigen dapat mengakibatkan kematian. oleh karena itu supply
oksigen harus benar-benar terpenuhi, baik secara sentral maupun portable di
seluruh unit / ruangan perawatan, baik Rawat Jalan, Rawat Intensif, Semi
Intensif, Emergency dan Rawat Inap. Untuk menjamin kelangsungan supply
oksigen maka perlu dilakukan pemeliharaan terhadap seluruh jenis peralatan
gas medis yang ada di RS sebagai berikut:
a) Tabung oksigen
Lakukan pemeriksaan secara rutin kondisi ke tiga jenis sarana di atas
yaitu:
a) Tabung oksigen dan oxygen portable
Lakukan pengecekan oleh petugas jaga kondisi manometer, kondisi
tabung dan volume gas medis dan lakukan tera ulang tabung gas
medis secara rutin setiap satu tahun sekali untuk menghindari
ledakan.

31
7) Tersedia emergency suction
Emergency suction disediakan di setiap Ruang Perawatan agar dapat
dengan mudah dipergunakan pada saat dibutuhkan. Untuk ruang
intensif dan semi intensif agar disediakan di setiap tempat tidur
sedang ruang rawat biasa minimal disediakan 1 unit emergency
suction dalam kondisi siap pakai.

8) Tenaga listrik pengganti di ruang dan peralatan medis yang vital


Jaminan ketersediaan supply listrik cadangan sangat dibutuhkan saat
aliran listrik dari PLN terputus, terutama di ruang-ruang dan pada
peralatan medis yang vital, dimana supply listrik tidak boleh terputus.
Tenaga listrik pengganti berupa Genset, di mana ketersediaannya
harus memiliki persyaratan:
a) Memiliki kapasitas (KVA) yang memadai sesuai dengan
kebutuhan ruangan/ alat.
b) Pemeliharaan dan pengecekan kondisi dilakukan secara rutin
atau
berkala.
Jenis ruangan yang harus memiliki tenaga listrik pengganti tersebut
adalah:
a) R. ICU
b) R. UGD
c) R. Bedah
d) R. Emergency
e) R. Laboratorium
f) R. Radiologi (daerah tertentu seperti: alat yang menggunakan
system computer untuk penyimpan data )
g) R. Sentral Komputer

2. B3 (BAHAN BERBAHAYA dan BERACUN)


Beberapa peraturan mengatur pengelolaan bahan berbahaya dan beracun untuk
mencegah terjadinya dampak yang dapat merusak lingkungan hidup, kesehatan
manusia, dan makhluk hidup lainnya. Ketentuan umum yang berkaitan dengan
32
bahan berbahaya dan beracun penting untuk dipahami bersama. Berikut adalah
ketentuan umum menurut:
Undang Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan
Lingkungan Hidup:
a. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
b. Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3,
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
c. Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau
penimbunan.
d. Dumping (pembuangan) adalah kegiatan membuang, menempatkan,
dan/atau memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu,
dan lokasi tertentu dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup
tertentu.
Bahan Berbahaya dan Beracun dapat diklarifikasikan sebagai berikut:
1) mudah meledak (explosive);
2) pengoksidasi (oxidizing);
3) sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
4) sangat mudah menyala (highly flammable);
5) mudah menyala (flammable);
6) amat sangat beracun (extremely toxic);
7) sangat beracun (highly toxic);
8) beracun (toxic);
9) berbahaya (harmful);
10) korosif (corrosive);
11) bersifat iritasi (irritant);
12) berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
13) karsinogenik (carcinogenic);
14) teratogenik (teratogenic);
33
15) mutagenik (mutagenic).

Panduan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) meliputi:


a. Pengadaan/Perencanaan B3
b. Penyimpanan B3
c. Distribusi B3
d. Penggunaan B3
e. Pengelolaan Limbah B3
f. Paparan / Kecelakaan B3

Panduan pengelolaan B3 bertujuan untuk mencegah dan atau mengurangi resiko


dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Pengelolaan B3 yang tidak termasuk dalam panduan ini adalah
pengelolaan bahan radioaktif, perbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetik,
bahan sediaan farmasi, narkotika, psikotropika dan prekursornya serta zat adiktif
lainnya.

Tata laksana B3 di Rumah Sakit:


a. Pengadaan/Perencanaan B3
1) Perencanaan barang B3 dilakukan dengan cara membuat perkiraan
kebutuhan barang B3 untuk waktu tertentu.
2) Perkiraan kebutuhan barang B3 didasarkan kepada data historis
penggunaan ( consumption) barang B3.
3) Dari historical consumption akan ditentukan titik pemesanan kembali
(reorder point) B3.
4) Ketika stock B3 sudah berada dibawah titik pemesanan kembali,
maka pemesanan B3 dibuat.
5) Waktu pemesanan B3 rata-rata tiga hari.
6) Dalam situasi normal Jumlah pesanan B3 dihitung untuk mencukupi
kebutuhan dua minggu.
7) Dalam kondisi tertentu, pesanan B3 dapat disesuaikan dengan
melihat kondisi eksternal yang dapat mempengaruhi supply barang B3 ke
Rumah Sakit Prasetya Bunda.
34
b. Penyimpanan B3
1) Penyimpanan B3 berada di gudang dan berada di bawah koordinator
pengadaan Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda.
2) Masing-masing unit atau bagian yang memerlukan B3 menyimpan di
masing-masing ruangan di gudang antara dan penanganan bahan kimia
berbahaya di ruangan-ruangan yang memiliki B3 agar terjamin
keamanannya dan tidak terjadi kontaminasi.
3) Pengawasan audit bahan kimia berbahaya sehubungan dengan
penggunaan alat-alat pelindung diri ( APD ) oleh semua Kepala Bagian dan
Kepala Unit yang mempunyai gudang antara yang berisi B3 di ruangannya.
4) Pengendalian Lingkungan Kerja yang aman terhadap bahan-bahan B3
dengan cara sosialisasi prosedur penanganan kebocoran dan tumpahan
serta penyakit-penyakit akibat kerja yang disebabkan faktor kimia dan cara
pencegahannya pada waktu sosialisasi.
5) Penyimpanan B3 utama diserahkan kepada bagian logistik.
6) Penyimpanan di gudang utama B3 ini berlaku untuk bahan-bahan yang
bersifat korosif, eksplosif dan flammable.
7) Masing-masing unit kerja yang mempunyai B3 harus mempunyai gudang
antara yang berfungsi untuk menyimpan B3 dalam jumlah kecil.
8) Prosedur permintaan dari unit kerja ke bagian pengadaan ditentukan oleh
bagian pengadaan.

c. Distribusi B3
1) Jadwal pengambilan untuk masing-masing bagian atau unit yang
mempunyai B3 ditentukan oleh bagian logistik.
2) Permintaan dari masing-masing unit atau bagian hanya diperbolehkan
1 minggu sekali kecuali untuk kondisi luar biasa.
3) Khusus untuk kondisi luar biasa, maka penanggung jawab dari
masing-masing unit harus memberitahukannya terlebih dahulu kepada
Kabag pengadaan sebelum proses permintaan terjadi.
4) Pengambilan B3 yang diminta dilakukan oleh masing-masing
bagian/unit yang membutuhkan.

35
d. Penggunaan B3
Unit / ruangan yang memerlukan, menyimpan, menggunakan B3, memiliki
bahan kimia B3 di ruangannya masing-masing, mempunyai tanggung jawab
sebagai pengguna B3 adalah:
1) Melaporkan, mengawasi pengadaan B3 di masing-masing ruangan:
jadwal permintaan, ketersediaan barang B3 dari gudang pengadaan dan
MSDS barang B3.
2) Melaporkan, mengawasi petugas / staf ruangan yang lalai dan tidak
menggunakan APD.
3) Melaporkan, mengawasi jumlah petugas yang terkontaminasi paparan
B3 akibat kerja.
4) Mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan B3 di ruangan masing-
masing.

e. Pengelolaan Limbah B3
Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan atau proses produksi.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah setiap limbah yang
mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifatnya dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat merusak dan atau mencemarkan lingkungan hidup dan
atau dapat membahayakan kesehatan manusia. Limbah B3 dari rumah sakit
merupakan salah satu aspek yang sangat penting di dalam menunjang citra
pelayanan rumah sakit dan melindungi, memelihara dan meningkatkan
kesehatan tidak saja pasien, petugas kesehatan, tetapi juga masyarakat
sekitar rumah sakit.

f. Pembuangan Limbah B3 di unit Laboratorium.


1) Cara Penanganan Limbah Laboratorium.
Pengertian Limbah Laboratorium adalah bahan bekas pakai dalam
pekerjaan di laboratorium yang dapat berupa limbah cair dan padat.
a) Limbah cair adalah semua limbah cair yang berasal dari
kegiatan laboratorium yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme dan bahan kimia. Limbah cair dapat berasal dari
36
pelarut organik, bahan kimia (untuk pengujian), air bekas pencucian
alat, sisa spesimen (darah, urin, dan cairan tubuh). Sedangkan
limbah padat di laboratorium dibagi menjadi : sampah infeksius
misalnya peralatan habis pakai seperti jarum suntik/lancet, sarung
tangan, kapas, botol spesimen, kemasan reagen, sisa spesimen,
media perbenihan bekas pakai, kapas lidi ,plastik spesimen dan
sampah umum (domestik) yang tidak infeksius : berupa kertas,
karton/dus, kantong makanan, plastik. Sumber limbah laboratorium
berasal dari: bahan baku yang digunakan untuk proses kegiatan Lab
(reagensia, bahan kimia), bahan habis pakai (media perbenihan
mikrobiologi), produk proses didalam lab (spesimen yang digunakan
untuk pemeriksaan lab).

b) Penanganan Limbah cair di laboratorium Rumah Sakit Umum


Prasetya Bunda (yang tidak mengandung mikroorganisme) dapat
dibuang ke lubang pembuangan (tempat cuci) yang telah disediakan
oleh Rumah Sakit. Limbah tersebut akan ditampung ditempat
penampungan limbah cair untuk diproses lebih lanjut ke IPAL. Limbah
cair yang mengandung mikroorganisme, diberi Na.Hipoklorit 0.78%
atau Chlorin 0.5% direndam beberapa jam, dibuang ke tempat cuci.
Limbah cair yang mengandung organisme (dalam botol / tabung)
disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 0 C selama
15 menit. Untuk limbah disinfektan dan B3 murni, tidak boleh dibuang
ke IPAL rumah sakit. Masukkan limbah tersebut ke wadah khusus.
Beri wadah tersebut ke petugas kebersihan untuk ditangani lebih
lanjut (dibawa ke tempat penampungan sementara). Jika limbah B3
dan disinfektan akan dibuang ke IPAL rumah sakit, lakukan
pengenceran terlebih dahulu dengan air sebelum dibuang ke IPAL
rumah sakit.

2) Penanganan Limbah padat di Laboratorium Rumah Sakit Umum


Prasetya Bunda:

37
a) Jarum suntik / lancet, limbah bahan tajam (kaca objek, kaca
penutup): dimasukkan kedalam wadah yang tahan tusuk, tutup rapat.
Wadah tersebut akan dibawa oleh petugas kebersihan untuk
ditindaklanjuti untuk dibakar di ruangan incenerator Rumah Sakit
Umum Prasetya Bunda.
b) Sarung tangan, kapas alkohol bekas pakai, sisa spesimen,
kapas lidi, kemasan reagen, botol penampungan spesimen dari cairan
tubuh, masukkan ke kantong plastik warna kuning (katagori infeksius).
Pada saat pembuangan isi kantong plastik tersebut tidak boleh
dipilah-pilah tetapi langsung dibawa oleh petugas kebersihan untuk
ditindaklanjuti (dibakar di ruangan incenerator). Untuk reagen dalam
kemasan besar, tutup rapat mulut reagen, berikan ke petugas
kebersihan untuk ditindaklanjuti.
c) Limbah Mikrobiologi: media perbenihan bekas pakai ke
autoklaf. Disterilisasi basah dengan menggunakan uap panas pada
tekanan 1210C selama 15 menit. Setelah dilakukan sterilisasi buang
ke tempat sampah dengan kantong plastik warna kuning (infeksius).
Lempeng petri kaca, tabung kaca, botol kultur, pipet kaca di sterilisasi
basah dengan menggunakan uap panas pada tekanan 121 0C selama
15 menit, cuci, lakukan sterilisasi kering menggunakan oven dengan
suhu 1500C selama 2 jam.
d) Vacutainer (tabung penampungan spesimen darah): tutup
vacutainer dengan rapat, kumpulkan menjadi satu bagian, masukkan
ke kantong plastik warna kuning, ikat. Masukkan kantong plastik
tersebut kedalam wadah khusus, beri label infeksius, berikan ke
petugas kebersihan untuk dibawa ke penampungan sementara untuk
diproses lebih lanjut dibawa ke ruangan incenerator Rumah Sakit Tk.
III Baladhika Husada.
e) Tips: rendam tip-tip bekas pakai pada suatu wadah yang telah
diberi larutan Na.Hipoklorit 0.78% atau Chlorin 0.5% , biarkan
beberapa lama. Buka kran air, biarkan air mengalir, buang bekas
larutan tersebut ke tempat pencucian, sedangkan untuk tip bekasnya
buang ke kantong plastik warna kuning.
38
3) Daftar Reagen B3 yang dimiliki Lab. Rumah Sakit Umum Prasetya
Bunda:
Reagensia laboratorium yang bersifat berbahaya dan beracun disimpan di
gudang Utama di unit pengadaan rumah sakit, pada saat reagensia tersebut
dibutuhkan untuk pemakaian di laboratorium, pihak laboaratorium meminta
ke unit pegadaan, reagensia tersebut disimpan dalam lemari khusus (lemari
besi) dan pada saat pengambilan / pemakaian reagensia petugas Lab harus
menggunakan alat pelindung diri (pakai pipet dengan Buld/pompa pengisap,
sarung tangan dan masker). Setiap reagensia B3 dilengkapi dengan MSDS.

Daftar Reagen B3 yang dimiliki Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda:


Mudah
NO Nama Reagen Toksik Korosif Harmful
terbakar
1 Acetic Aid X
2 Hydrogen Choride X
3 Formaldehyde X
4 Chlorine X
5 HCl 37% X
6 Sulfuric acid X
7 Metanol X X
8 Etanol X
9 Barium Klorida X
10 NaOH X
11 H2SO4 X
12 KOH 10% X
13 H2O2 3% X

g. Pembuangan Limbah B3 di unit farmasi dilakukan dengan cara:


1) Cairan-cairan B3 yang di stok oleh Farmasi di gunakan oleh unit lain selain
Farmasi yang membutuhkan cairan B3. Oleh karena itu farmasi tidak mengelola
limbah cairan B3.
2) Unit Farmasi mengolah penghancuran obat-obat B3 yang sudah kadaluarsa
/expired dengan cara:
a) Persiapan pemusnahan obat:
(1) Staf gudang mengeluarkan obat yang akan dimusnahkan.
(2) Nama dan jumlah obat yang akan dimusnahkan serta alasan
pemusnahan dicatat sebagai lampiran.
b) Proses pemusnahan obat:
(1) Staf Gudang yang telah ditunjuk mengeluarkan obat-obat
tersebut dari kemasan primer.
39
(2) Kemudian isinya dibuang ke tempat pembuangan yang telah
ditentukan oleh Kepala Bagian Farmasi.
(3) Kemasan primer seperti blister, botol sirup dibersihkan
kemudian dibuang ke tempat sampah.
(4) Proses pemusnahan ini disaksikan oleh Kepala Bagian
Farmasi dan wakil dari bagian keuangan dan menandatangani berita
acara pemusnahan.

h. Paparan / Kecelakaan B3
Pengertian Paparan Kontaminasi dengan bahan B3 adalah kecelakaan kerja pada
saat petugas sedang menangani bahan B3 saat bekerja secara tidak di sengaja. Bahan B3
tersebut tumpah, terciprat atau mengkontaminasi kontak langsung pada kulit, kulit
luka/mata, terhirup, tertelan atau tidak sengaja termakan/terminum bahan B3 di lingkungan
kerjanya.

1) Tujuan panduan penanggulangan Paparan B3 adalah:


a) Menentukan penanganan yang baik dan benar
b) Mengurangi resiko bahaya yang lebih besar bila terjadi kontaminasi
c) Mencegah terjadinya kontaminasi lanjutan atau efek samping cairan.

2) Kebijakan penanganan paparan B3 adalah:


a) Penanganan bila terjadi kontak langsung harus dilakukan sesegera
mungkin.
b) Penanganan bila terjadi kontak langsung sesuai dengan Lembar
Data Pengaman
c) Setiap unit kerja yang mempunyai B3 harus membuat prosedur
penanganan akibat kontaminasi.
d) Pedoman pembuatan prosedur penanganan akibat kontaminasi B3
dapat dilihat pada MSDS masing-masing zat.
e) Petugas yang bekerja dengan menggunakan B3 harus memakai alat
pelindung diri yang telah ditetapkan.
f) Kontaminasi akibat kerja dengan menggunakan B3 harus dilaporkan
kepada MFK.
g) Penanganan akhir untuk setiap kontaminasi yang terjadi harus
ditangani di UGD dan dilaporkan kepada Tim K3 RSU Prasetya
Bunda.

40
3) Prosedur penanganan kontak langsung paparan B3 pada kulit atau kulit
luka akibat gelas atau objek tajam:
a) Tanggalkan sarung tangan
b) Bilas kulit yang terkena paparan B3 langsung di bawah air mengalir
c) Bersihkan kulit dari sisa bahan B3 dengan menggunakan sabun cair
antiseptik
d) Bilas kulit dengan menggunakan air mengalir
e) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi larutan
chlorin 5% dan bilas dengan air hangat. Jika kulit sobek, pakai H2O2 3%
f) Keringkan kulit dengan kertas tissue
g) Tanggalkan seluruh pakaian pelindung
h) Catat jenis bahan B3 yang terpapar dan kemungkinan disiapkan
antidot khusus (lihat MSDS)
i) Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke Unit Gawat Darurat
j) Lengkapi format kecelakaan yang disediakan UGD

4) Penanganan terhadap kulit yang tertusuk jarum bekas B3:


a) Bila tertusuk jarum yang mengandung obat kemoterapi atau telah
terkontaminasi, jangan segera mengangkat jarum
b) Tarik plunger kembali untuk menghisap obat-obat yang mungkin
telah terinjeksi. Jangan menghisap langsung dengan mulut
c) Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian dibuang
d) Tanggalkan sarung tangan
e) Keluarkan darah tempat tersuntik dengan pijitan keras di bawah air
mengalir
f) Jika perlu, gunakan syringe dan jarum baru untuk mengambil obat
dari jaringan
g) Bilas kulit dengan air mengalir
h) Bersihkan kulit dengan cairan sabun dan bilas lagi dengan air
mengalir
i) Tanggalkan semua pakaian pelindung
j) Catat jenis obat dan perkiraan jumlah obat yang terinjeksi
k) Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke Unit Gawat Darurat
l) Suntikkan antidote yang spesifik jika perlu (sesuai MSDS)
m) Lengkapi format kecelakaan

41
5) Penanganan terhadap tumpahan obat pada mata :
a) Minta pertolongan
b) Tanggalkan sarung tangan
c) Segera bilas mata dengan air mengalir selama 15 menit
d) Cuci mata terbuka dengan 500 ml NaCl 0,9%
e) Aliri mata dengan 25 ml aquades steril
f) Tanggalkan semua pakaian pelindung
g) Catat jenis obat
h) Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke Unit Gawat Darurat
i) Lengkapi format kecelakaan

6) Prinsip Penanggulangan Paparan / Kecelakaan B3:


a) Terkena mata : cuci mata dengan banyak air
b) Terkena kulit : aliri dengan air mengalir, singkirkan bahan pakaian
yang terkontaminasi.
c) Terhirup : segera keluar mencari udara segar, istirahat
d) Tertelan : cuci mulut dengan banyak air.

j. Pengadaan B3
Perlu diperhatikan sebelum menggunakan bahan kimia yaitu perhatikan label nama
kimia, baca isi / bahan aktif bahan kimia, baca aturan pakainya, bila ada, pelajari MSDS
nya, gunakan APD (Alat Pelindung Diri), tutup rapat botol / wadah, simpan di tempat yang
aman, hindari api.

1) Laporan Pengadaan B3:


Masing-masing ruangan atau unit yang menyimpan, mamakai, meminta
barang B3 wajib melaporkan :
a) Melaporkan, mengawasi pengadaan B3 di masing-masing ruangan:
jadwal permintaan, ketersediaan barang B3 dari gudang pengadaan dan
MSDS barang B3.
b) Melaporkan, mengawasi petugas / staf ruangan yang lalai dan tidak
menggunakan APD.
c) Melaporkan, mengawasi jumlah petugas yang terkontaminasi
paparan B3 akibat kerja.
d) Mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan B3 di ruangan masing-
masing.

42
2) Laporan Pemakaian B3:
Masing-masing ruangan atau unit yang menyimpan, memakai barang B3
wajib melaporkan:
a) Jumlah kuantitas barang B3 di gudang antara dan pemakaian
hariannya
b) Melakukan stock opname di ruangan masing-masing sesuai dengan
jumlah kebutuhan pemakaian
c) Mencatat, memperhatikan, menilai kualitas barang B3 mengenai
tanggal kadaluwarsa, cara pemakaian barang B3 agar terjamin keamanan
dan keselamatan kerja bagi pemakai barang B3, dimana semua petugas
yang memiliki, menyimpan, memakai barang B3 wajib bertanggungjawab di
masing-masing ruangannya.

3) Laporan Kecelakaan akibat kontaminasi B3


Pelaporan harus dilakukan oleh tiap Kepala Bagian yang menyimpan B3 di
ruangannya kepada Ketua MFKmelalui alur berobat ke UGD Rumah Sakit Tk. III
Baladhika Husada dengan mengisi formulir kecelakaan akibat kerja yang telah
diketahui, ditandatangani Kepala bagian masing-masing ruangan yang menyimpan,
memakai barang B3.
Aspek yang di evaluasi adalah:
a) Jumlah petugas/staf ruangan yang lalai dan tidak menggunakan
APD
b) Jumlah petugas yang terkontaminasi B3 akibat kerja.

4) Petunjuk pengisian formulir evaluasi dan pelaporan B3:


a) Formulir Evaluasi B3 yang telah dibagikan kepada masing-masing
ruangan yang menyimpan, mamakai B3 wajib di isi oleh penanggungjawab
ruangan masing-masing secara berkala setiap 6 bulan sekali yang
dilaporkan kepada ketua K3 RSRumah Sakit Tk. III Baladhika Husada.
b) Isilah pada kolom-kolom yang telah disediakan dengan memberikan
tanda cek ( ) pada kolom yang dianggap sebagai pilihan jawaban “ya” dari
pertanyaan yang diajukan.
c) Berikan keterangan pada kolom yang disediakan apabila ada hal-hal
penting yang perlu di tuliskan berhubungan dengan pengelolaan B3,
penanganan paparan B3.

43
d) Formulir evaluasi ini di kumpulkan setiap bulan Juni dan Desember
kepada Ketua K3 RSU Prasetya Bunda.

k. Spill kit
1) Spill kit adalah perlengkapan yang digunakan untuk menangani tumpahan :
a) B3 / Bahan berbahaya dan Beracun (Cairan kimia berbahaya yang
bersifat mudah meledak, mudah terbakar, korosif, dapat mengganggu
kesehatan dan mencemarkan lingkungan)
b) Bahan infeksius (Cairan yang dihasilkan dari tubuh pasien seperti
darah, tinja, urin, sputum,muntahan dll).
2) Prosedur
a) Siapa yang melaporkan tumpahan:
(1) Tenaga kesehatan / non kesehatan (petugas Rumah Sakit
Tk. III Baladhika Husada, kontraktor) yang pertama kali menemukan
tumpahan.
(2) Pasien, pengunjung / keluarga pasien yang datang ke Rumah
Sakit Tk. III Baladhika Husada.
b) Siapa yang melakukan penanganan tumpahan:
(1) Tenaga kesehatan (petugas Rumah Sakit Tk. III Baladhika
Husada) yang pertama kali menemukan tumpahan.
(2) Tenaga non kesehatan ( kontraktor )
( 3) Isi Spill Kit / kotak tumpahan meliputi:

DAFTAR ISI
KOTAK TUMPAHAN B3 & OBAT KEMOTHERAPY.

NO ISI KOTAK SPIL KIT JUMLAH KETERANGAN


1 Kantong ungu 2 buah Sekali pakai
2 Masker hijau 2 buah Sekali pakai
3 Sarung tangan ungu 2 pasang Sekali pakai
4 Gaun / apron plastic 2 buah Sekali pakai
5 Tutup kepala 2 buah Sekali pakai
6 Sepatu
7 Kacamata google 1 buah
8 Air bersih 1 botol Sekali pakai
9 Tisu towel / kain lap 1 boks Sekali pakai
10 Tanda peringatan 1 sign board
11 Sapu dan pengki 1 set
12 Formulir laporan kejadian 1 lembar
13 Wadah botol untuk pecahan kaca 1 botol Sekali pakai
44
14 Cairan cuka 1 botol
15 Cairan basa ( Na OH ) 1 botol
16 Penjapit / pinset 1 buah

DAFTAR ISI
KOTAK TUMPAHAN BAHAN INFEKSIUS

NO ISI KOTAK SPIL KIT JUMLAH KETERANGAN


1 Kantong kuning 2 buah Sekali pakai
2 Masker hijau 2 buah Sekali pakai
3 Sarung tangan medis 2 pasang Sekali pakai
4 Gaun / apron plastic 2 buah Sekali pakai
5 Tutup kepala 2 buah Sekali pakai
6 Sepatu
7 Air bersih 1 botol Sekali pakai
8 Larutan detergen 1 botol Sekali pakai
9 Larutan Klorin 1 botol Sekali pakai
10 Tisu towel / kain lap 1 boks Sekali pakai
11 Tanda peringatan 1 sign board
12 Sapu dan pengki 1 set
13 Formulir laporan kejadian 1 lembar
14 Wadah botol untuk pecahan kaca 1 botol Sekali pakai
15 Penjapit / pinset 1 buah

4) Penanganan tumpahan:
a) Amankan area tumpahan dengan tanda/kursi.
b) Buka spill kit, pasang tanda peringatan di area tumpahan.
c) Gunakan APD (masker, sarung tangan, gaun, tutup kepala, sepatu,
kacamata google)
d) Batasi penyebaran tumpahan dengan tisu/kain lap sekali pakai:
(1) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk cairan, serap dengan
tisu/kain lap sekali pakai untuk menutupi tumpahan lalu masukan
kedalam kantong ungu.
(2) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk serbuk, basahi tisu/kain
lap sekali pakai dengan air untuk menutupi tumpahan serbuk lalu
sapu dan masukan kedalam kantong ungu.
e) Bersihkan area tumpahan dengan cara:
(1) bersihkan material tumpahan dengan menggunakan skop
atau sapu dan pengki kecil sampai benar-benar bersih.
45
(2) Buang bahan penyerap bahan tumpahan tadi dengan
kantong ungu.
(3) dekontaminasi area tumpahan dengan detergen sebanyak 3
kali lalu semprotkan disinfektan, biarkan selama 2 menit kemudian
keringkan dengan tisu/kain lap sekali pakai lalu buang ke kantong
ungu.
(4) Lakukan hal di atas 3 kali berturut-turut sampai benar-benar
bersih.
(5) Lepaskan APD dan masukan kedalam kantong ungu.
(6) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
(7) Laporkan kebagian Urdal rumah sakit untuk pembersihan lebih
lanjut.

5) Pengisian Formulir Laporan Kejadian Tumpahan B3


a) Isi identitas petugas yang menemukan tumpahan pertama kali atau
yang dilaporkan pasien atau pengunjung.
b) Isi waktu kejadian.
c) Ceritakan kronologis kejadian dan lokasinya.
d) Identifikasi tipe insiden yang meliputi KNC (Kejadian Nyaris Cedera),
KTC (Kejadian Tidak Cedera), KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
e) Isi formulir, berikan kepada kepala ruangan,tim K3, Tim PPI.

3. MANAJEMEN EMERGENSI
a. Pengertian
1) Keadaan darurat/bencana adalah setiap kejadian yang dapat menimbulkan
gangguan terhadap kelancaran operasional/kegiatan di lingkungan Rumah Sakit
Umum Prasetya Bunda: Kebakaran, Gangguan tenaga, Gangguan Keamanan
(huru-hara), Bencana alam (Gempa Bumi), Bencana massal, dll.
2) Tanggap darurat adalah penanganan keadaan darurat/bencana secara
darurat setiap terjadi kejadian, yang terjadi di rumah sakit, antara lain: kejadian
kebakaran, kecelakaan, peledakan, gangguan.
b. Tujuan
1) Membentuk peningkatan suatu kesadaran dan kewaspadaan bencana serta
langkah tindak petugas Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda, para penyewa
ruangan dan kontraktor jika terjadi keadaan darurat Kebakaran, bencana dan
evakuasi.

46
2) Sebagai pedoman agar tugas-tugas Tim Penanggulangan
Kebakaran/Bencana (TPB) Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda, dapat terlaksana
sesuai dengan Pedoman dan standar prosedur operasional yang ada.
3) Sebagai pedoman atau petunjuk bagi pejabat K3 RS atau yang tercantum
dalam Organisasi tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana, sehingga mekanisme
penanggulangannya dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efesien dibawah satu
komando.
c. Pengaturan jaga
Dilakukan 24 jam dengan pengaturan jaga dibagi dalam 3 Shif dan masing-masing
Shif dipimpin seorang Komandan Regu atau Penanggung jawab ruangan.
d. Denah Ruangan
Denah ruangan yang didalamnya termuat jalur evakuasi, tempat APAR, ruangan
beresiko, dimana denah tersebut berada disetiap ruangan maupun ruangan perawatan
serta ruangan area publik.
e. Fasilitas keselamatan
Fasilitas keselamatan yang berada di Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda yaitu:
Jalur Evakuasi, APAR,Tandu Evakuasi, Helm, Lampu, tempat berkumpul evakuasi,
Rambu, dll.
f. Sandi Penanggulangan Kebakaran/Bencana :
Untuk Penanggulangan kebakaran telah ditetapkan sandi kebakaran berupa
instrument lonceng/kentongan yaitu:
1) Pukulan lonceng/kentongan: 0000…0000…0000…0000…0000 dsb (terus
menerus sampai bahaya teratasi)
(a) Jika lonceng/kentongan ada gangguan, maka petugas yang bertugas
langsung menggunakan panggilan darurat ke ext 132.
(b) Jika paging ada gangguan maka operator yang bertugas langsung
menggunakan telepon.
(c) Jika telepon ada gangguan maka operator yang bertugas komunikasi
akan dilakukan melalui Handy Talky ( HT) oleh pihak Keamanan.
2) Penanggulangan bencana “Massal”
Untuk mempermudah penanganan korban musibah massal, dibuat keadaan
siaga bencana yang dikaitkan dengan jumlah tenaga operasional yang ada serta
estimasi jumlah korban dikelompokkan sebagai berikut:
(a) SIAGA I : jumlah penderita 20 – 40 orang.
(b) SIAGA 2 : jumlah penderita 40 – 60 orang.
(c) SIAGA 3 : jumlah penderita 61 – 100 orang.
47
Jika pasien UGD telah mencapai jumlah > 100 orang, maka mulai dipersiapkan
rujukan ke rumah sakit terdekat. Tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana sbb:
SEBUTAN TUGAS
NO. JABATAN STRUKTURAL
JABATAN POKOK
1. Komandan Kepala Rumah Sakit Umum Prasetya Pimpinan tertinggi dalam operasi
Bunda Penanggulangan Keadaan
Darurat.

2. Wakil. Wakil Kepala Rumah Sakit Umum Membantu/mewakili tugas-tugas


Komandan Prasetya Bunda Komandan

3. Komandan Pj. Ruangan (Lab), Pj. Ruangan Menanggulangi keadaan darurat


Ruangan (Radiologi), Pj. Ruangan (Rekam pada tingkat awal, mengatur
Medis), Pj. Ruangan Rawat Jalan pelaksanaan evakuasi/
(Poliklinik), Pj. Ruangan Rawat Inap, penyelamatan ruangan ybs.
Pj. Ruangan Dapur, Pj Ruangan
Laundry.

4. Tim Pemadam Piket Rumkit Umum Praseta Bunda Melaksanakan operasi


Api Pj. Masing-masing ruangan, Urdal, pemadaman dan penyelamatan
Urpam jiwa / harta benda.

5. Tim Evakuasi Pj. Masing-masing ruangan. Mengatur pelaksanaan evakuasi


di ruangan ybs.

6. Tim Medis Pj. Dokter UGD/Tim Kode Biru Mengatur mekanisme sistem
Pj. Perawat UGD perawatan / pertolongan
terhadap pasien / korban.

7. Tim Komunikasi Pj. teleponis Melaksanakan komunikasi intern


Pj. Humas dan ekstern.

8. Tim Pj Piket Mengamankan evakuasi dan


Pengamanan arus lalu lintas kendaraan.

9. Bagian Bagian Tehnik Memastikan system listrik


Engineering berjalan dg baik.

g. Uraian tugas Tim


1) Komandan:
a) Memimpin & mengkoordinir tugas para petugas dalam kegiatan
penanggulangan keadaan bencana.
b) Memberikan instruksi tanda siaga kepada Operator
c) Memutuskan untuk minta bantuan unit dari luar (kepolisian,
pemadam kebakaran, ambulan dll).

48
d) Memutuskan untuk mematikan aliran listrik secara total (baik PLN
maupun Genset).
e) Memutuskan untuk mengevakuasi seluruh penghuni ruangan, bila
keadaan sudah sangat darurat.

2) Wakil Komandan:
a) Memimpin dan mengkoordinir area tiap ruangan melaksanakan
tugas.
b) Mengambil alih tugas Komandan bila tidak hadir atau berhalangan.

3) Tim Pemadam Api:


a) Memimpin & mengkoordinir regu pemadam kebakaran (anggota
satpam, Pj. Masing-masing ruangan, Urdal, Urpam) regu pemadam ruangan
agar mereka bekerja dengan tenang tetapi efektif).
b) Selalu berkomunikasi dengan tim regu pemadam lain untuk
memberikan laporan-laporan tentang situasi terakhir serta menerima
instruksi dari Komandan.
c) Berikan laporan-laporan singkat dan jelas tentang situasi terakhir

4) Tim Evakuasi:
a) Memimpin & mengkoordinir regu evakuasi tiap-tiap ruangan jika
diperlukan, agar evakuasi ini dapat berlangsung dengan tenang & tertib.
b) Selalu berkomunikasi dengan komandan untuk memberikan
laporan-laporan tentang situasi terakhir serta menerima instruksi dari
komandan dengan jelas dan pasti.
c) Membantu petugas P3K untuk memberikan pertolongan bila terjadi
kecelakaan.
d) Melakukan pencatatan data-data evakuasi yang diperlukan.
5) Tim Medis:
a) Bekerjasama dengan Komandan dalam memutuskan untuk meminta
bantuan ambulance.
b) Bekerjasama dengan bagian evakuasi untuk memberikan bantuan
jika terjadi kecelakaan pada saat evakuasi.
c) Memberikan pertolongan pertama, jika terjadi kecelakaan pada saat
evakuasi.

49
d) Menentukan prioritas pasien yang akan di evakuasi terlebih dahulu
dan mendampingi evakuasi pasien dengan kondisi buruk.

6) Tim Komunikasi:
a) Memimpin para operator telepon untuk berkomunikasi dengan
pemakai ruangan maupun para tamu dan menjaga agar mereka tetap
tenang serta mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada.
b) Selalu siap untuk menghubungi unit luar (Ambulance, Pemadam
kebakaran, Kepolisian) atas permintaan Komandan.
c) Menjaga agar selalu ada komunikasi dengan Komandan sehingga
selalu siap untuk hal-hal yang diperlukan.

7) Tim Pengamanan:
a) Memimpin dan mengkoordinir regu pengaman, baik diluar gedung
maupun didalam gedung agar situasi dapat dikuasai & dijaga agar selalu
tertib aman terkendali.
b) Selalu berkomunikasi dengan Komandan untuk memberikan
laporan-laporan tentang situasi terakhir serta menerima instruksi dari
Komandan.
c) Mempersiapkan semua peralatan yang diperlukan untuk tugas-tugas
pengamanan.
d) Mengatur lalu lintas agar mobil ambulance, pemadam kebakaran
serta polisi dengan mudah dapat masuk kedalam areal gedung.
e) Menjaga agar tidak terjadi kehilangan/pencurian barang baik milik
ruangan sendiri maupun milik para pemakai serta tamu lainnya.

8) Bagian Engineering:
a) Memastikan semua sistem listrik & yg berkaitan dgn pekerjaan teknik
berjalan dgn baik.
(1) Generator.
(2) Lampu penerangan
(3) Komunikasi dll.
b) Selalu berkomunikasi dgn Komandan untuk memberikan laporan
tentang situasi terakhir yang terkait dgn tugas bagian engineering.

50
h. Evakuasi dan Penyelamatan
1) Evakuasi
Pelaksanaan evakuasi petugas/pasien di ruangan-ruangan, dilaksanakan
atas perintah dari Komandan, melalui Komandan-komandan ruangan yang
bersangkutan.
a) Evakuasi Kebakaran di ruangan.
Pelaksanaan evakuasi dikoordinir oleh Komandan ruangan
dilaksanakan oleh Evakuasi dengan urutan sebagai berikut:
(1) Mengevakuasikan pasien di ruangan Z.

(2) Selanjutnya mengevakuasikan pasien ruangan yang terbakar

(3) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu melaksanakan


evakuasi:

(a) Berjalan dengan cepat tetapi jangan lari.

(b) Jangan membawa atau memakai barang-barang yang


dapat menyulitkan pelaksanaan evakuasi. Berikan prioritas
kepada orang yang paling lemah fisiknya.

(c) Apabila hendak membuka pintu, rabalah dan rasakan


terlebih dahulu pintunya, untuk menyakinkan bahwa di balik
pintu tidak ada api.

(d) Menuruni tangga dengan cara berjajar dan berturut-


turut sesuai lebar/kapasitas tangga.

(e) Bila memungkinkan, tutuplah semua pintu dan jendela


untuk menghambat rambatan api.

(f) Apabila terperangkap asap, bernafaslah dengan


pendek-pendek melalui hidung, bergeraklah dengan cara
merangkak karena asap cenderung berada di bagian atas.
Apabila terpaksa harus menerobos asap, tahanlah nafas,
kalau perlu pakai masker yang berada di Kotak Perlengkapan
Pemadam. Keluar menuju halaman dan berkumpul di tempat
yang cukup aman serta melapor kepada Komandan Regu
Evakuasi/Komandan ruangan masing-masing.

51
2) Penyelamatan.
Pelaksanaan penyelamatan di tiap ruangan, dikoordinir oleh
Komandan ruangan masing-masing, dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan evakuasi personil, material dan dokumen yang perlu
diamankan:
a) Penyelamatan/pengamanan personil:
(1) Bila memungkinkan, berikan pertolongan pertama
ditempat kepada korban.
(2) Korban segera dibawa ke tempat yang aman dengan
melalui jalur evakuasi untuk selanjutnya diserahkan kepada
Team Medis.
(3) Mengamankan petugas maupun pengunjung dari lokasi
kebakaran agar tidak terjadi korban jiwa.
(4) Mengamankan pasien-pasien, terutama yang
memerlukan perawatan khusus yang lebih aman dari
kebakaran.

b) Pengamanan material:
(1) Amankan material sesuai prioritas yang ditentukan oleh
masing-masing bagian.
(2) Siapkan tempat atau wadah yang siap pakai untuk
material yang perlu diselamatkan pada setiap bagian (troly
barang) tempat pengungsian material dialokasikan ditempat
yang tidak mudah terjangkau oleh api.

c) Pengamanan dokumen:
(1) Jika memungkinkan seleksi/pilih dokumen-dokumen
yang penting untuk diselamatkan, dokumen tidak penting tidak
perlu dibawa karena akan menyulitkan dalam pelaksanaan
penyelamatan.
(2) Membawa dokumen yang perlu disesuaikan dengan
batas kemampuan (jangan melebihi batas kemampuan).

52
(3) Berjalan dengan cepat tetapi tidak lari, melalui jalur
evakuasi yang ada (koridor, tangga).
(4) Himpun semua dokumen yang berhasil diselamatkan
pada tempat berkumpul.

3) Evakuasi Bencana Alam atau Gempa Bumi:


a) Lakukan prosedur evakuasi secara umum/sesuai petunjuk dan
prosedur.
b) Berikan prioritas pada korban yang paling lemah fisiknya.
c) Turun melalui tangga dengan tertib.
d) Menuju dan berkumpul di titik kumpul.
e) Permintaan atau pemanggilan kode bencana.
f) Komandan menghubungi kepolisian setempat & Tim Rescue
SAR Kota Jember.
g) Evakuasi Pasien Pada Waktu Bencana sbb:
(1) Komandan ruangan berkoordinasi dengan komandan
dan tim medis (dokter jaga dan perawat) untuk mempersiapkan
evakuasi pasien dari ruang perawatan yang mengalami
bencana termasuk meminta bantuan dari staff rumah sakit
lainnya.
(2) Tim medis (dokter jaga dan perawat) mengatur evakuasi
pasien berdasarkan prioritas. Prioritas pasien yang dievakusi
ditetapkan berdasarkan kondisi pasien pada saat itu, dan
prioritas ditetapkan sebagai berikut
(a) Prioritas pertama adalah pasien pasien yang
secara medis dapat mobilisasi diri sendiri tanpa
bantuan orang.
(b) kedua adalah pasien yang secara medis
membutuhkan bantuan orang lain pada waktu mobilisasi.
(c) Prioritas ketiga adalah pasien yang secara medis
tidak dapat mobilisasi sendiri dan membutuhkan
pertolongan sepenuhnya dari perawat dan penolong
lainnya.
53
(3) Evakuasi pasien prioritas pertama dan kedua
dilaksanakan melalui sisi terjauh dari lokasi bencana dan
dikoordinasikan dengan komandan atau komandan ruangan.
(4) Evakuasi pasien prioritas ketiga dilaksanakan dengan
tandu dan melewati sisi terdekat dari lokasi bencana dan
dikoordinasikan dengan komandan atau komandan ruangan.
(5) Tim medis (dokter jaga dan perawat) harus mengawasi
jalannya evakuasi pasien sampai evakuasi seluruh pasien di
lokasi tersebut selesai.
(6) Pasien yang dievakuasi dari ruangan yang mengalami
bencana dan diserah terimakan kepada dokter UGD.

i. Penanggulangan bencana
1) Prosedur pelaksanaan tanggap darurat penanggulangan Bencana
a) Jika keadaan darurat/bencana terjadi didalam rumah sakit maka:
b) Hubungi ke Posko Keamanan/Piket Ext. 132, untuk
menginformasikan kejadian tersebut (Apa yang terjadi dan lokasi/tempat
kejadiannya)
c) Pawas Lapor/Hubungi ke Komandan.
d) Komandan:
(1) Segera ke Posko Keamanan (stand by) dan ambil alih
komando penanggulangan bencana.
(2) Lakukan langkah pencegahan atau penangananya atas
kejadian tersebut sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO).

2) Prosedur pelaksanaan tanggap darurat penanggulangan bencana massal.


a) Jika korban massal yang berlangsung dibawa ke Rumah Sakit
Umum Prasetya Bunda, maka:
(1) Penanggulangan Bencana “Massal” diambil alih komandonya
oleh Komandan UGD (dokter jaga UGD).
(2) Komandan UGD akan memerintahkan operator untuk paging
kode bencana.
(3) Seluruh speaker didalam rumah sakit akan berbunyi dan
terdengar di semua ruangan.

54
(4) Seluruh anggota Tim melakukan penanganan sesuai
Prosedur tugas & tanggung jawabnya masing-masing sesuai
komando dari Komandan UGD.
(5) Jika pasien melebihi 200 orang, maka Dokter jaga atau
penanggung jawab UGD saat itu, akan melapor dan meminta
persetujuan kepada Kasub Instal Gadar, bahwa pasien berikutnya
akan dialihkan ke rumah sakit lain yang terdekat.

(6) Tim penanggulangan Bencana Massal di UGD sbb:


SEBUTAN JAB.
NO TUGAS POKOK
JABATAN STRUKTURAL
1. Komandan Dokter Jaga a. Menetapkan Keadaan Siaga ( Kode bencana )
UGD UGD b. Melakukan Triage bersama dengan petugas Triage
c. Mengatur mekanisme sistem perawatan/ pertolongan
terhadap pasien/korban.
d. Melaporkan keadaan siaga kepada Kasub Instal
Gadar.
e. Bertindak sebagai Komandan UGD, bila dokter jaga
yang lain sudah datang.
f. Menetapkan petugas yang menangani masing-
masing korban
g. Memantau pelaksanaan penanganan korban.
h. Memastikan keterlibatan unit pendukung dalam
penanganan pada korban.
i. Memantau status siaga dan menetapkan tingkat
siaga berikutnya bila perlu.
j. Meminta kepada Kasub Instal Gadar untuk menutup
UGD bila jumlah korban mencapai 200 orang.

2. Wakil Pj. Perawat a. Menjadi petugas Triage bersama dokter jaga UGD.
komandan UGD b. Menkoordinasi petugas perawat bantuan yang sudah
UGD datang di UGD.
c. Mengatur alur penanganan korban

3. Perawat Perawat a. Memastikan terlaksananya mobilisasi tenaga


Pengganti Pengganti bantuan dan ketersediaan tenaga.
( DO ) b. Memastikan ketersediaan kamar perawatan.
c. Memastikan ketersediaan obat-obatan dan logistik.
d. Memastikan kesiapan kamar operasi dan ICU.
e. Menjadi penghubung pasien yang sudah ditangani
dan perawat ruang perawatan.

4. Tim Medis Dokter Umum Melakukan pemeriksaan dan pertolongan korban sesuai
dan Spesialis prioritas

5. Pj. Ruang Pj. Ruang Mengatur pasien yang memerlukan tindakan bedah
Bedah. Bedah berdasarkan ketersediaan tempat

55
6. Pj. Ruang Pj. Ruang ICU Mengatur pasien yang memerlukan perawatan ICU
ICU berdasarkan ketersediaan tempat

7. Tim Humas. a. Mengkoordinasi pemberian informasi kepada


Komunikasi Operator keluarga, Kepolisian dan Media masa.
b. Melaksanakan komunikasi intern dan ekstern.
c. Menjamin tersedianya cadangan komunikasi
d. Membantu menghubungi RS rujukan.

8. Pj. Logistik Pj. Logistik Menjamin tersedianya peralatan dan yang dibutuhkan
dalam penanganan pasien dan evakuasi.

9. Pj. Farmasi Pj. Farmasi Menjamin tersedianya obat-obatan yang dibutuhkan


dalam penanganan pasien dan evakuasi.

10. Tim Pj. Radiologi Menjamin kelancaran Pemeriksaan bid.Radiologi.


Radiologi

11. Tim Pj. Menjamin kelancaran pengambilan pemeriksaan


Laboratorium Laboratorium sampling darah dan pengiriman hasil.

12. Tim Pj.Administrasi a. Mencatat identitas pasien


Administrasi b. Koordinasi ketersediaan tempat untuk korban yang
perlu rawat inap dengan perawat ruang perawatan

13. Tim Piket, Urpam a. Mengamankan Evakuasi dan arus lalulintas


Keamanan kendaraan.
b. Mengamankan barang-barang milik pasien.
c. Menjaga ketertiban didalam ruang UGD.

14. Tim Tehnik Bag. Tehnik a. Menjamin hal-hal yang berhubungan dengan tehnik
dapat berjalan baik.
b. Mengantisipasi gangguan listrik dan komunikasi,
serta menyiapkan cadangannya.
c. Mengamankan bahan-bahan / peralatan yang
berbahaya.

15. Tim Pj. Menyiapkan ambulance, kendaraan operasional lain dan


transportasi Transportasi penderita yang akan dirujuk ke rumah sakit lain.

56
Mobilisasi Tenaga Kesehatan di UGD dalam keadaan tanggap darurat/bencana sbb:

TINGKAT PETUGAS YG HARUS PEJABAT YG KEBUTUHAN TENAGA


SIAGA DINAS DIHUBUNGI

Siaga 1 a. Semua dokter jaga a. Penanggung jawab a. 3 dokter umum


yang bertugas UGD b. 8 perawat
20 – 40 b. Dokter Spesialis b. Kepala perawat c. 2 Pekarya
Korban bidang terkait UGD d. 1 petugas
c. Perawat tambahan c. Kasub Instal Gadar Laboratorium
dari unit lain d. Manajer e. 1 petugas Farmasi
d. Perawat pengganti Keperawatan f. 1 petugas Radiologi
e. Petugas Humas e. Koordinator g. 2 petugas
f. Petugas Kamar Bedah Kelompok Staf Administrasi
bila ada kasus yang Medis Lain h. 1 petugas
perlu tindakan operasi Transportasi
i. 1 petugas Logistik
j. 1 petugas Operator

Siaga 2 a. Sesuai Siaga 1 Sesuai Siaga 1 a. 5 dokter umum


+dokter jaga Rumah b. 10 perawat
41 – 60 Sakit Umum Prasetya c. 2 pekarya
korban Bunda yang tidak d. 2 petugas
bertugas,dengan Laboratorium
domisili terdekat e. 2 petugas Farmasi
b. Perawat UGD yang f. 2 petugas Radiologi
libur domisili dekat g. 2 petugas
Administrasi
h. 2 petugas
Transportasi
i. 2 petugas Logistik
j. 1 petugas Operator

Siaga 3 a. Sesuai Siaga 2 + Sesuai Siaga 1 + Direksi a. 7 dokter umum


semua dokter jaga b. 12 perawat
61 – 100 Rumah Sakit Umum c. 3 pekarya
korban Prasetya Bunda yang d. 2 petugas
tidak bertugas Laboratorium
b. Perawat tambahan e. 3 petugas Farmasi
dari asrama dan f. 2 petugas Radiologi
dengan domisili g. 3 petugas
terdekat Administrasi
c. Pekarya tambahan h. 2 petugas
dari unit lain Transportasi
i. 2 petugas Logistik
j. 1 petugas Operator

Jika mobilisasi tenaga tsb diatas ternyata masih kurang, karena sesuatu hal, maka tenaga
kesehatan/medis maupun non kesehatan/medis yang seharusnya lepas tugas, akan
diperpanjang jam tugasnya.

57
b) Pedoman jika terjadi bencana alam ( Gempa Bumi )
Tindakan yang harus dilakukan setiap petugas adalah sbb:
(1) Tetap tenang jangan panik dan berusahalah menenangkan orang
disekeliling anda.
(2) Berlindung/melindungi tubuh, BUKAN LANGSUNG EVAKUASI.
(3) Komandan ruangan menenangkan pasien ruangannya masing-masing.
(4) Jika Gempa belum berhenti:
(a) Komandan ruangan tenangkan pasien/pengunjung.
(b) Hubungi Piket/Posko Keamanan ext 123
(c) Pawas segera melaporkan kepada Komandan
(d) Komandan mengambil alih Komando
(e) Selanjutnya penanganannya sesuai SPO

c) Pedoman jika terjadi Banjir


(1) Komandan ruangan tenangkan pasien/pengunjung
(2) Hubungi piket/ posko keamanan ext 123
(3) Pawas/piket segera melaporkan kepada komandan
(4) komandan mengambil alih komando
(5) selanjutnya penanganannya sesuai SPO

d) Pedoman jika terjadi kecelakaan di Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda


Apabila terjadi suatu kecelakaan di areal Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda yang
dilakukan adalah:
(1) Penemu Pertama segera menghubungi Operator Ext. 127 atau piket 132
dengan menyebutkan lokasi kejadian, nama pelapor/bagian.
(2) Operator: Lakukan paging pemanggilan Tim Kode Biru.
(3) Sementara menunggu Tim Kode Biru datang, lakukanlah tindakan
pertolongan pertama (P3K) kepada korban.
(4) Tim kode biru yang datang segera melakukan resusitasi BHD (Bantuan
Hidup Dasar)/BHL (Bantuan Hidup Lanjut).
(5) Bila pasien telah stabil, bawa ke IGD.

e) Pedoman jika terjadi gangguan tenaga


Apabila terjadi gangguan tenaga, seperti terputusnya aliran listrik, segera laporkan kepada
Urdal. Sambil menunggu perbaikan atau menghidupkan GENSET, seluruh petugas agar
mengikuti petunjuk-petunjuk sebagai berikut: Tetaplah tenang dan usahakan membuka
58
gorden agar cahaya/sinar alam dapat masuk. Tunggu instruksi dari Komandan ruangan
yang akan selalu berhubungan dengan Bagian Urdal /Komandan.

f) Pedoman jika terjadi gangguan Keamanan (huru-hara)


Komandan /Kepala Seksi Keamanan Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda:
(1) Cari tahu sebab-sebab terjadinya huru hara.
(2) Selalu koordinasi perkembangan situasi dengan Keamanan terkait.
(3) Melapor kepada Kaur Tuud setiap adanya perubahan situasi.
(4) Meminta persetujuan dari Pimpinan sebelum mendatangkan bantuan dari Polri /
TNI.

g) Pedoman jika menerima ancaman Bom & ditemukan Bom.


Apabila terjadi gangguan keamanan berupa ancaman bom, maka petugas yang
mengetahui ancaman bom tersebut, lakukanlah tindakan sebagai berikut:
(1) Ajak penelpon untuk bicara selama mungkin (jangan diputuskan)
(2) Dapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai bom & lokasinya.
(3) Perhatikan baik-baik suara latar belakang, logat dan aksen bicara, dll yang mungkin
bisa memberi petunjuk mengenai umur, jenis kelamin dan lokasi penelpon.
(4) Selanjutnya lakukan sesuai SPO

j. Sarana-sarana penanggulangan
1) Sarana penyelamatan diri sbb :
a) Kode Bangunan.
b) Jalur Evakuasi.
c) Dilingkungan Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda telah tersedia jalur-jalur
evakuasi berupa lorong/gang, baik yang menuju ke keluar ruangan atau menuju
tempat berkumpul evakuasi di lahan tanah kosong.

2) Sumber listrik darurat sbb:


a) Genset.
b) Security Sistem (kamera CCTV + petugas keamanan 24 jam).

59
3) Sarana Komunikasi sbb:
a) Pesawat telpon (dapat dilihat pada buku daftar Telpon Rumah Sakit Umum
Prasetya Bunda).
b) Sound System/Paging System (menjangkau semua ruangan di lingkungan
Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda).
c) Handy Talky.
Alat komunikasi yang dipegang oleh pihak keamanan Rumah Sakit Tk. III Baladhika
Husada.

4) Sarana proteksi penanggulangan Kebakaran

a) Alat Pemadam Api Ringan


b) Sumber listrik darurat: Genset.
c) Security Sistem (kamera CCTV + petugas keamanan 24 jam).

5) Denah Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda


Denah Rumah Sakit tiap ruangan, yang mencantumkan:
a) Jalur Evakuasi dan tempat berkumpul evakuasi
b) Lokasi tangga darurat, Daerah beresiko dan tempat perawatan khusus.
c) Tempat/lokasi Apar.

4. PENGAMANAN dan KEBAKARAN.


a. Tujuan
Pencegahan terjadinya kebakaran di rumah sakit dan memastikan penghuni
rumah sakit selamat dan aman dari resiko adanya cedera maupun kemungkinan
kehilangan nyawa saat terjadinya kebakaran.

b. Penatalaksanaan Pengamanan dan Kebakaran


1) Tindakan pencegahan kebakaran
Tindakan berikut yang harus dilakukan oleh seluruh petugas sbb:
a) Bahan yang mudah terbakar seperti tabung gas ditempatkan pada
area yang aman dari api/ panas, dengan penempatan yang diatur
sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk mencegah jatuhnya tabung,
serta akses masuk dibatasi (pintu masuk terkunci).

60
b) Jika meninggalkan ruangan, periksalah bahwa seluruh peralatan
listrik diruang kerja sudah dimatikan.

c) Jangan bebani titik listrik terlalu melebihi beban yaitu melebihi dari
kapasitas yg ada.

d) Larang orang memasak di dalam ruangan tanpa izin dari Kasi


Jangwat.
e) Perhatikan dan ingat-ingat lokasi tanda bahaya kebakaran, letak
tabung pemadam kebakaran, jalan keluar.
f) Lakukan patroli secara rutin didaerah tempat gas dapur Elpiji dari
kemungkinan orang merokok serta daerah yang rawan terhadap kebakaran.

g) Jangan menyimpan sembarangan benda-benda yang mudah


terbakar.

h) Larang atau tidak diberikan ijin/ingatkan setiap pekerja yang


pekerjaanya menimbulkan api, tetapi ia tidak melengkapi alat keselamatan
dan keamanan kebakaran.

i) Larangan merokok di areal rumah sakit. Kebijakan larangan


merokok di seluruh area rumah sakit kepada staf, pasien/ keluarganya dan
pengunjung, dan di tiap akses masuk ke rumah sakit dipasang poster
larangan merokok sebagai informasi pada staf, pasien dan pengunjung
rumah sakit.

Jika kedapatan orang merokok dilingkungan Rumah Sakit Umum Prasetya


Bunda, maka:
(1) Petugas Kemanan yang terdekat menegur. jika ingin
meneruskan rokoknya arahkan keluar areal Rumah Sakit Tk. III
Baladhika Husada, jika perokok tidak mau keluar dari areal Rumah
Sakit Umum Prasetya Bunda maka perintahkan rokoknya dimatikan.
(2) Petugas Piket akan melakukan patroli diareal Rumah Sakit
Umum Prasetya Bunda dengan dilengkapi Atribut dibaju
seragamnya.

61
(3) Petugas Piket setiap melakukan patroli membawa buku yang
telah disediakan, untuk mencatat hasil temuan orang yang merokok
di lingkungan Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda.
(4) Tindak lanjut hasil temuan akan disampaikan ke pimpinan
masing-masing Devisi atau Departemennya untuk diberikan arahan
agar tidak mengulangi hal yang sama.
(5) Hasil temuan Petugas Piket disampaikan ke Urpam dan
Urpam mencatat kedalam form yang telah disediakan.
(6) Posko pengaduan larangan merokok dimasing-masing pos
telah disiapkan formulir pengaduan, bagi siapapun jika ingin
mengadukan bisa mengisi form tersebut dan pihak Keamanan akan
menindak lanjuti berupa peneguran. jika pelakunya karyawan dan
berulang kali diperingatkan oleh Urpam tetapi tidak ada perubahan,
maka kasusnya akan disampaikan kepada Kaur Tuud.
(7) Guna menghindari kesalafahaman maka pola yang dilakukan
oleh Petugas Piket adalah pendekatan/persuasif.

2) Pengaturan kontruksi Bangunan


Bahan bangunan yang digunakan pada proyek pembangunan di rumah
sakit menggunakan bahan yang dominan tidak menyebabkan kebakaran
seperti penggunaan bahan dinding dari kayu tidak dianjurkan. Bangunan
tambahan untuk unit bisnis di dalam lingkungan rumah sakit merupakan
bangunan permanen yang tidak terbuat dari papan/ triplek.

3) Akses keluar dan area berkumpul saat kebakaran


a) Seluruh pintu keluar dari dalam unit pelayanan diberi tanda ‘EXIT’,
dimana pintu darurat tersedia di semua unit pelayanan dan perkantoran
untuk keadaan darurat.
b) Semua area di sekitar pintu keluar merupakan area bebas yang
tidak dihalangi oleh tumpukan barang maupun terhalang meubel dan fasilitas
lain.
c) Tanda-tanda menuju area berkumpul terpasang pada area strategis
yang menuju kearah area berkumpul dan dapat dilihat dari semua area
keluar dari tiap unit pelayanan maupun perkantoran
d) Area berkumpul di Area Aman dari bencana berada d lapangan
parkir RSU Prasetya Bunda.
62
4) Sistem peringatan dini/ deteksi dini.
Sistem deteksi dini dilakukan dengan pemasangan smoke detector pada
bangunan. Gedung yang belum memiliki smoke detector akan dilakukan
patroli kebakaran oleh petugas keamanan rumah sakit setiap harinya
dengan berkeliling rumah sakit untuk mengidentifikasi risiko kebakaran.

Jika tercium bau asap, gas elpiji atau benda yang terbakar, tindakan yang
harus dilakukan oleh seluruh petugas adalah sbb:

a) Lapor ke Pj ruangan / Posko Keamanan / Piket Ext. 132


b) Piket / Pihak Keamanan lapor ke Komandan.
c) Komandan perintahkan tim Keamanan dan Urpam untuk:
(1) Cari sampai ketemu sumber bau gas elpiji atau benda yang
terbakar dan atau asap berasal.
(2) Koordinasi dengan pengguna ruangan atau PJ ruangan untuk
mencari hal tersebut sampai ditemukan
(3) Jangan menunggu alat Proteksi kebakaran berbunyi tim baru
berkerja.

5) Penanggulangan Kebakaran
a) Kebakaran dalam jam kerja pukul 07.00 s/d 15.30 wib.
(1) Bila terjadi kebakaran pada saat jam kerja yang bertanggung
jawab sebagai komandan adalah Kepala Rumah Sakit.
(2) Kepala Rumah Sakit berkoordinasi dengan Ketua Tim
Penanggulangan Bencana.
(3) ketua TPB melakukan koordinasi dengan seluruh unit kerja
yang ada di Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda.
(4) Bila diperlukan Ketua TPB melakukan koordinasi dengan
Polisi, PMI, Dinas Damkar, Kodim 0824 dan Dinkes Pemda Jember.

b) Kebakaran di luar jam kerja pukul 15.30 – 07.00 wib.


(1) Bila terjadi kebakaran pada saat di luar jam kerja yang
bertanggung jawab sebagai komandan adalah Perwira Pengawas
Rumah Sakit/Perwira Piket.
(2) Perwira Pengawas berkoordinasi dengan Ketua TPB
kemudian melaporkan kejadian bencana kepada Kepala Rumah
Sakit.

63
(3) Ketua TPB melakukan koordinasi dengan seluruh unit kerja
yang ada di Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda.

c) Meredakan api kebakaran dan pengendalian asap.


Tindakan berikut ini yang harus dilakukan oleh seluruh petugas
Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda atau Tim Penanggulangan
Bencana (TPB) Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda, untuk
meredakan kebakaran dan pengendalian asap:
(1) Lakukan terus pemadaman sesuai prosedur.
(2) Lakukan evakuasi setempat baik benda maupun orang.
(3) Singkirkan dari lokasi kejadian benda yang mudah terbakar.
(4) Tutup pintu daerah yang terbakar setelah penghuni
terevakuasi.
(5) Jika api telah padam, hidupkan Exhaust Fan pembuang
udara kotor atau asap keluar ruangan, bila masih berfungsi dan atau
buka jendela agar asap keluar dari gedung

d) Paska Kebakaran
Untuk mengadakan evaluasi sampai sejauh mana akibat yang
ditimbulkan setelah kebakaran dapat dipadamkan, maka Komandan
segera memanggil/mengumpulkan Tim Penanggulangan Bencana
untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang terkait guna mengambil
langkah-langkah Sebagai berikut:
(2) Pengamanan atas bangunan yang terbakar
(3) Penyelidikan mengenai sebab-sebab terjadinya kebakaran
untuk menentukan usaha-usaha agar kejadian yang serupa tidak
terulang kembali.
(4) Mengadakan survey untuk menilai kerugian yang timbul.
(5) Mengadakan penelitian/pemeriksaan teknis sehubungan
dengan kondisi bangunan dan penggunaan kembali.
(6) Mengadakan penelitian sehubungan dengan usaha
pembenahan dan rehabilitasi bangunan.
(7) Mengambil langkah dalam usaha memberikan pelayanan
perawatan pasien.

64
5. PERALATAN MEDIS.
a. Tujuan
Untuk memastikan peralatan yang dipergunakan oleh pasien dalam keadaan
aman, selalu tersedia dan siap pakai, akurat, dan dapat dijangkau.

b. Penatalaksanaan Peralatan Medis


Penatalaksanaan peralatan medis di rumah sakit berkaitan dengan kebijakan dan
prosedur mulai dari pengadaan, inspeksi, dan pemeliharaan.
1) Inventarisasi alat Medis (mengacu pada daftar inventaris alat medis
Jangmed)
2) Rumah sakit melakukan inspeksi setiap bulan untuk mengetahui
perkembangan kondisi peralatan tersebut. Hasil inspeksi berupa data yang akan
digunakan untuk perencanaan perbaikan dan juga perencanaan kebutuhan rumah
sakit
3) Melakukan inspeksi dan pengujian untuk setiap alat baru selanjutnya
disesuaikan dengan aturan pabrik atau perencanaan rumah sakit, yang dilengkapi
dengan data hasil inspeksi dan pengujian serta dibuatkan rekomendasinya.
4) Dilakukan pemeliharaan terhadap peralatan tersebut sebagai tindakan
pencegahan terhadap peralatan tersebut dari kerusakan ataupun masalah kecil
yang berdampak pada ketidakamanan alat saat digunakan pada pasien. Jadwal
pemeliharaan selalu ditepati oleh petugas. Semua bukti pemeliharaan alat
tercatat dan di buatkan rekomendasi untuk peralatan tersebut selalu aman dan
siap pakai. Untuk alat yang rusak namun tidak mungkin diperbaiki, rumah sakit
menarik alattersebut dari penggunaannya untuk selanjutnya dilakukan suatu
proses sesuai ketentuan yang berlaku untuk pemusnahan maupun pengeluaran alat
tersebut dari rumah sakit.
5) Produk/ peralatan yang ditarik dari peredaran.
Rumah sakit mengeluarkan suat edaran untuk informasi bila ada alat yang ditarik
oleh pabrik/ pemasok ke seluruh unit pelayanan pasien dan informasi
pemberhentian pemakaian pada alat tersebut. Selanjutnya Kaur Jangmed akan
melaporkan kepada Karumkit untuk penarikan alat tsb dari unit pelayanan. Alat -
alat yang sudah ditarik akan dilaporkan oleh karumkit ke Pabrik/ pemasok untuk
dilakukan tindakan selanjutnya.

65
6. SISTEM UTILITAS
a. Tujuan.
Tujuan berikut ini untuk memastikan keselamatan fisik pasien, pengunjung, dan
staf, dan mencegah kehilangan kepemilikan, gangguan kesehatan maupun Keselamatan
mereka:
1) Secara efektif mengelola risiko pada sistim utilitas dengan menggunakan
kemampuan terbaik rumah sakit.
2) Mengoptimalkan sumber-sumber dengan pengelolaan sistem utilitas secara
efisien dan pengelolaan lifecycle dari alat-alat tersebut.
3) Meningkatkan kemampuan staf dengan pendidikan pelatihan mengenai
sistem utilitas yang efektif.
4) Meningkatkan keselamatan pasien dengan menyiapkan lingkungan rumah
sakit yang aman.

b. Penatalaksanaan Sistem Utilitas


1) Air bersih tersedia setiap waktu (24 jam), yang dipastikan ketersediaanya
yang tersedia di rumah sakit. Kualitas air dipantau setiap 6 bulan sekali disertai
hasil yang didokumentasi untuk memastikan keamanan air yang digunakan oleh
rumah sakit. Dilakukan uji terhadap kesiapan air alternative sebagai pengganti
sumber air regular sekali dalam setahun oleh petugas yang bertanggung jawab.
Akses Ground waterthank dilindungi dengan trail terkunci untuk mencegah
terjadinya bahaya yang ditimbulkan oleh faktor kesengajaan, seperti di masukkan
bahan beracun.

2) Air yang ditreatment di instalasi hemodialisa dilakukan pemantauan


secara periodik untuk memastikan kualitas air yang digunakan untuk dialysis ginjal
oleh provider/ pemasok alat.

3) Listrik tersedia setiap waktu, yang dipastikan ketersediaannya baik melalui


sumber listrik negara maupun sumber listrik alternative yang disediakan rumah
sakit (genzet). Seluruh genzet yang ada di pastikan kesiapannya dengan
melakukan uji sekali dalam setahun.

4) Bila terjadi kegagalan pada sisitem utilitas, maka staf bersangkutan di


unit pelayanan segera melaporkan via telephone ke Urdal untuk dilakukan

66
perbaikan maupun tindakan lain dalam rangka meningkatkan proses
pelayanan.

5) Area penyiapan makanan dilakukan pengujian untuk mencegah adanya


kemungkinan kontaminasi pada sistem utilitas (dari sistem utilitas saluran air kotor)

6) Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman dari api,
dengan penempatan yang diatur sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk
mencegah jatuhnya tabung dan kebocoran, serta akses masuk dibatasi.

7) Jalur listrik dalam keadaan aman dibungkus sehingga meminimalkan


kemungkinan terkoyak.

c. Inventarisasi sistem utilitas


SISTEM AREA
NO JENIS ALAT LOKASI
UTILITAS SUPLAY

1. Listrik PLN Seluruh area RS Seluruh area


rumah sakit
Seluruh RS
Genzet central (250 Induk di utara
KVA) 2 buah – no ruang OK dan
break system- Sebelah Ruang
otomatis. unit Kemoterapi

2. Air Sumur Bor/ air - Depan Dapur Untuk seluruh


Tanah. rumah sakit
- Depan Bekum

- Belakang IGD

- Utara ruang
Dahlia

- Sebelah timur
Paviliun Nusa
Indah.

3. Pendingin AC Kamar Operasi, Seluruh kamar


perkantoran’
Positeve operasi
presure Air
Exhause fan
Seluruh kamar
67
operasi

4. Saluran air Dari seluruh -


kotor ruangan RS
disalurkan ke Ipal

5. Gas Medis Tabung gas cylinder Gudang Medis, Seluruh unit


seluruh ruangan pelayanan
Rawat Inap, IGD,
ICU, Kamar bedah.

Utama,NS
Rawat Inap 2,NS 3
6. Nurse Call Nurse call

Perkantoran
Seluruh area RS
7. Komputer Komputer

Area perkantoran
8. Telephone Telephone direct dan pelayanan Area
dan extention perkantoran
dan pelayanan

7. SANITASI RUMAH SAKIT


a. Penyediaan Air Bersih
Pemilihan sistem pengolahan air bersih tergantung dari karakteristik air baku,
kualitas produk yang diharapkan, metode pengolahan, kendala yang ada (dana, bahan
bangunan, peralatan instalasi dan bahan kimia untuk pengolahan).
Untuk mendapatkan air bersih sesuai standar yang telah ditetapkan, perlu kiranya
dibuat prosedur baku agar tercapai hasil yang diinginkan dengan langkah-langkah inspeksi
berikut :
1) Siapkan jalur distribusi air bersih di seluruh ruangan.
2) Tentukan titik rawan pencemaran air bersih dan lakukan pengamatan pada
jaringan distribusi.
3) Tentukan frekuensi pemantauan.
4) Tentukan kran terpilih untuk pengambilan sample.

Syarat Fasilitas penyediaan air ;


1) Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan.
68
2) Tersedia air bersih minimal 500 lt/tt/hari.
3) Air minum dan air bersih tersedia secara terus menerus di setiap tempat unit
yang membutuhkan.
4) Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan harus menggunakan
jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif. Yang dimaksud dengan
tekanan positif adalah tekanan yang mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah.

Pemantauan dilakukan secara ;


1) Harian, yaitu Pemeriksaan lapangan.
2) Bulanan, yaitu Pemeriksaan bakteriologik pada air bersih
3) Semester, yaitu Seluruh parameter Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416
tahun 1990.

b. Toilet dan Kamar Mandi


1) Harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih.
2) Lantai kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
3) Setiap unit ruangan harus tersedia toilet dengan fasilitas jamban, paturasan
dan wastafel tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan kamar-kamar tertentu
harus tersedia kamar mandi.
4) Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan
penahan bau.
5) Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur,
Ruang Operasi dan ruang khusus lainnya.
6) Lubang hawa harus berhubungan langsung dengan udara luar.
7) Toilet dan kamar mandi pria dan wanita harus terpisah.
8) Toilet dan kamar mandi unit rawat inap dan petugas harus terpisah.
9) Toilet dan kamar mandi karyawan dan pengunjung terpisah.
10) Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada
penunjuk arah.
11) Harus dilengkapi dengan peringatan untuk memelihara kebersihan.
12) Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi
tempat perindukan nyamuk.
13) Tersedia toilet untuk pengunjung dengan perbandingan :
a) 1 toilet untuk 1-40 pengunjung wanita
b) 1 toilet untuk 1-60 pengunjung pria
69
14) Perbandingan Jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan jumlah
kamar mandi :
NO JML TEMPAT TIDUR JUMLAH JUMLAH KAMAR MANDI
TOILET
1 1 s.d. 15 1 1
2 16 s.d. 30 2 2
3 31 s.d. 50 3 3
4 51 s.d. 75 4 4
5 Setiap penambahan 25 tempat tidur tambah 1 toilet dan 1 km. mandi

15) Perbandingan Jumlah petugas dengan jumlah toilet dan jumlah kamar
mandi
No Jml Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 1 s.d. 20 1 1
2 21 s.d. 40 2 2
3 41 s.d. 70 3 3
4 71 s.d. 100 4 4
5 Setiap penambahan 40 tempat tidur tambah 1 toilet dan 1 km. Mandi

c. Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah di RS yaitu dengan menggunakan Sistem Aerobik. Limbah cair
yang dihasilkan dari seluruh ruangan di tampung pada spric tank yang berada di
titik-titk tertentu. Kemudian limbah tersebut disaring dan dihomogenkan dengan
proses aerasi. Setelah dilakukan aerasi maka limbah akan diuraikan dengan
menggunakan bahan kimia yaitu kaporit, PAC, Soda Api dan akan ditampung di bak
pembuangan akhir untuk dilakukan pemeriksaan kualitas kimia.
Pemeriksaan kualitas air limbah dilakukan 1 x dalam sebulan dengan jenis
pemeriksaan Kimiawi.

d. Sampah RS
Salah satu penyebab aspek yang ada dan sangat penting dalam menunjang
terhadap pelayanan rumah sakit adalah:
1) Sampah yang di hasilkan dari rumah sakit harus di kelola secara baik dan
benar sehingga tidak menimbukan ganguan kesehatan terhadap lingkungan yang
ada di sekitarnya.

70
2) Gangguan hama serangga dan tikus juga harus di tangani secara baik dan
benar sehingga tidak ada gangguan di lingkungan rumah sakit.
3) Pembersihan ruangan yang ada di rumah sakit harus di lakukan setiap hari.
4) Perawatan Taman baik dalam dan luar gedung harus dilakukan dengan
baik.

Landasan Hukum Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang


Persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit.

Tata laksana Sanitasi Lingkungan


a. Penanganan limbah padat di bagi menjadi dua kategori di antaranya :
1) Penanganan limbah padat non medis (Sampah) terdiri dari :
Limbah Padat Non Medis adalah limbah yang berasal dari kegiatan
administrasi kantor, dapur, kamar rawat inap, poliklinik dan lain – lain.
Limbah tersebut oleh penghasil limbah harus dibuang ke dalam tempat
sampah yang dilapisi kantong plastik berwarna hitam dan dikumpulkan oleh
petugas kebersihan untuk dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam
untuk dibuang kedalam tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di halaman
belakang Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda.
Dalam 3 hari sampah – sampah non medis tersebut oleh Dinas Kebersihan
kota Jember sampah akan diambil untuk dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan
Akhir) di luar kawasan Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda.

2) Penanganan Limbah Padat Medis (Sampah) terdiri dari :


Jaringan tubuh manusia, alat suntik habis pakai, kasa, akibat kegiatan kamar
bedah, perawatan pasien dan kegiatan – kegiatan medis lainnya.
Limbah padat medis tersebut oleh penghasil limbah harus dibuang ke dalam
tempat sampah yang dilapisi kantong plastik berwarna kuning.
Khusus bekas jarum suntik & alat-alat tajam lainnya dimasukkan ke dalam
box limbah infeksius.

b. Pembuangan limbah padat (sampah) medis dan non medis :


Semua buangan sampah dari seluruh ruangan dikumpulkan didalam kantong
plastik besar; sampah non medis (plastik hitam) ditampung di TPS sampah non medis,
sampah medis (plastik kuning) untuk kemudian disimpan di ruang penampungan sampah
medis di Ruang Incenerator (pembakaran).
71
Sekali dalam sehari, oleh kontraktor yang ditunjuk Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda
sampah medis tersebut akan diambil untuk dimusnahkan / dibakar di incenerator pihak
luar.

c. Penangan hama dan serangga.


Penanganan hama dan serangga dilakukan untuk mengurangi resiko adanya
gangguan serangga misalnya : nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan lain-lain cara
penanganannya :
1) Gunakan alat pelindung diri (APD) masker dan sarung tangan.
2) Cek peralatan/mesin (ULV, B & G, botol semprot dan raket elektrik) dan cek
ketersediaan bahan kimia.
3) Kontrol area/lokasi pekerjaan pada tempat yang rawan gangguan untuk
mengetahui jenis gangguan serangga yang ditemukan (misal : celah-celah dinding,
saluran drainase maupun lokasi yang lembab).
4) Lakukan penyemprotan sesuai dengan jenis dan populasi serangga yaitu :
a) Serangga merayap (misal : semut gunakan botol semprot dan mesin
B & G, untuk kecoa gunakan cara biting).
b) Serangga terbang (misal : lalat dan nyamuk gunakan mesin ULV dan
raket elektrik).
c) Lakukan penyemprotan di ruangan/lokasi dalam keadaan kosong
(tidak ada orang) dengan menggunakan mesin ULV.
d) Catatan : Bahan kimia aktif ± 15 menit. Setelah waktu tersebut
ruangan/lokasi bisa dipergunakan kembali.
Lakukan penyemprotan di luar gedung menggunakan mesin fogging pada
waktu siang atau malam hari.
Lakukan pencucian terhadap semua peralatan dan bersihkan dengan
lap/majun setelah di pakai kemudian simpan peralatan di tempat yang aman
dan telah disediakan.
5) Pengendalian tikus :
a) Gunakan alat pelindung diri (APD) masker dan sarung tangan.
b) Lakukan inspeksi secara detail dengan melihat adanya tanda-tanda
keberadaan Tikus dengan melihat kotoran yang ada.
c) Setelah didapat hasil inspeksi, lakukan tindakan pencegahan
sebagai berikut :
(1) Dalam ruangan (indoor):

72
(a) Rekatkan lem dan masukan racun tikus diatas
perangkap Tikus.
(b) Letakkan perangkap tikus tersebut didaerah yang
sering dilewati tikus.
(c) Cek perangkap tikus tersebut secara berkala. Jika
mendapatkan tikus langsung di buang ke tempat
pembuangan akhir (TPA).

(2) Luar ruangan (outdoor)


(a) Masukan racun tikus dan letakkan ketempat umpan
diarea Luar rumah sakit yang sering di lalui tikus.
(b) Cek perangkap tikus tersebut secara berkala jika
mendapat tikus langsung dibuang ketempat pembuangan
akhir (TPA).
d. Ruangan infeksius
Ruangan Infeksius adalah ruangan yang di dalamnya berisi pasien yang
mempunyai penyakit infeksius dan dapat menyebarkan bakteri atau kuman di dalam
ruangan dan juga kepasien lainnya jika ruangan tidak di bersihkan secara baik dan benar.
1) Pembersihan ruangan infeksius harian :
a) Koordinasi dengan perawat bahwa ruangan akan dibersihkan.
b) Siapkan peralatan dan cairan pembasmi kuman (desinfektan).
c) Gunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan karet dan masker.
d) Kosongkan tempat sampah dan ganti plastiknya dengan yang baru
(plastik kuning).
e) Lap seluruh perlengkapan ruangan dengan menggunakan lap
khusus (warna kuning) yang telah diberikan cairan desinfektan.
f) Bersihkan lantai searah jarum jam sampai ke sudut ruangan dengan
menggunakan sapu dan alat pengumpul debu.
g) Lakukan pengepelan dengan menggunakan air yang telah dicampur
dengan cairan desinfektan secara merata dan pastikan lantai benar-benar
kering.
h) Setelah proses pembersihan selesai, seluruh perlengkapan dan
peralatan kebersihan masukan dalam satu kantong plastik kuning dan ikat
rapat-rapat, kemudian dibawa ke ruang cuci untuk dilakukan pencucian
peralatan dengan cairan desinfektan.
i) Cuci tangan setelah melakukan pekerjaan.
73
2) Pembersihan ruangan infeksius periodikal:
a) Siapkan seluruh peralatan dan cairan pembasmi kuman
(desinfektan).
b) Gunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan karet dan masker.
c) Kosongkan tempat sampah dan cuci serta ganti plastiknya dengan
yang baru.
d) Bersihkan bagian atas (plafond, penutup lampu, dan gril AC) dengan
kain lap kuning dengan cairan desinfektan.
e) Bersihkan dinding dengan lap kuning yang di campur dengan cairan
desinfektan.
f) Bersihkan seluruh perlengkapan ruangan dengan menggunakan lap
kuning yang telah diberikan cairan desinfektan.
g) Bersihkan lantai searah jarum jam sampai ke sudut ruangan dengan
menggunakan sapu dan alat pengumpul debu.
h) Lakukan pengepelan dengan menggunakan air yang telah dicampur
dengan cairan desinfektan secara merata dan pastikan lantai benar-benar
kering.
i) Setelah proses pembersihan selesai, seluruh perlengkapan dan
peralatan kebersihan masukan dalam satu kantong plastik kuning dan ikat
rapat-rapat, kemudian dibawa ke ruang cuci untuk dilakukan pencucian
peralatan dengan cairan desinfektan.
j) Cuci tangan setelah melakukan pekerjaan.

e. Ruangan tidak terinfeksius


Pembersihan ruangan tidak terinfeksius adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
petugas kebersihan terhadap ruangan yang ada di lingkungan rumah sakit agar ruangan
tersebut bersih dan bebas dari debu dan sampah.
Ruangan tidak terinfeksius adalah ruangan yang didalamnya tidak terdapat/terdapat
pasien/orang yang tidak berpenyakit infeksius.

Pembersihan harian:
a) Pembersihan ruangan:
(1) Siapkan peralatan dan cairan pembersih sebelum pekerjaan
dimulai.
(2) Gunakan alat pelindung diri (sarung tangan karet dan
masker).
74
(3) Ganti plastik sampah dengan kantong plastik yang baru
sesuai dengan kebutuhannya (warna hitam).
(4) Lap seluruh perlengkapan yang ada di dalam ruangan
dengan kain lap dan cairan pembersih sesuai penggunaannya.
(5) Lap kaca yang ada di ruangan dengan wiper dan pembersih
kaca.
(6) Sapu lantai dari sampah dan debu sampai ke sudut ruangan
dengan pengumpul debu dan sampah.
(7) Pel lantai dengan menggunakan air bersih yang diberikan
cairan pembersih lantai dari sudut-sudut atau pinggiran secara
merata dengan kain pel
(8) Pastikan lantai benar-benar kering.

b) Pembersihan toilet:
(1) Angkat kantong plastik sampah lama dan ganti dengan
kantong plastik sampah yang baru sesuai kebutuhannya (warna
hitam).
(2) Lap seluruh perlengakapan toilet : wastafel, kaca, closed.
Shower,dan lain-lain secara menyeluruh dengan bahan cairan
pembersih dari masing-masing perlengkapan.
(3) Pel lantai dengan menggunakan air bersih yang diberikan
cairan pembersih lantai dari sudut yang paling dalam sampai ke
depan pintu toilet secara merata dengan kain pel.
(4) Pastikan toilet dalam keadaan bersih dan kering sebelum
meninggalkan ruangan.
(5) Setelah selesai melakukan pembersihan, masukkan
peralatan ke dalam troli lalu di bawa ke tempat cuci untuk
dibersihkan.
(6) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan.

2) Pembersihan mingguan.
a) Pembersihan ruangan mingguan :
(1) Siapkan seluruh peralatan dan cairan pembersih sebelum
pekerjaan dimulai.
(2) Gunakan alat pelindung diri (sarung tangan karet dan
masker).
75
(3) Angkat kantong plastik sampah lama dan cuci tempat
sampah kemudian ganti kantong plastik sampah dengan yang baru
(plastik hitam).
(4) Bersihkan bagian atas (plafond, penutup lampu, gril AC, dan
Exhaust) dengan kain lap yang telah di beri cairan pembersih.
(5) Bersihkan dinding dengan kain lap yang telah diberi cairan
pembersih dinding dan kaca jendela dengan kanebo yang telah
diberi pembersih kaca.
(6) Bersihkan seluruh perlengkapan kamar ; meja, matras, TV,
telephone, lukisan, kursi, panel lampu, jendela, pintu dan tempat
tidur dan lain-lain dengan menggunakan kain lap yang telah
diberikan cairan pembersih sesuai dengan fungsinya.
(7) Bersihkan lantai searah jarum jam sampai ke sudut ruangan
dengan menggunakan sapu dan alat pengumpul debu.
(8) Lakukan pengepelan dengan menggunakan air yang telah
dicampur dengan cairan pembersih lantai secara merata.

b) Pembersihan toilet mingguan:


(1) Angkat kantong plastik sampah dan cuci tempat sampah
kemudian ganti plastiknya dengan yang baru (plastik hitam)
(2) Bersihkan bagian atas (plafond, penutup lampu, dan
Exhaust) dengan kain lap yang telah di beri dengan cairan
pembersih.
(3) Lap seluruh perlengkapan toilet: wastafel, kaca, closet,
shower dan lain-lain secara menyeluruh dengan bahan cairan
pembersih dari masing-masing perlengkapan.
(4) Sikat dinding secara merata dengan cairan pembersih lalu
bilas dengan air bersih.
(5) Sikat lantai secara merata dengan cairan pembersih lantai.
(6) Keringkan lantai dengan kain pel.
(7) Pasang tisu yang baru dan lipat yang rapih.
(8) Pastikan sebelum meninggalkan ruangan kondisi ruangan
harus dalam keadaan benar-benar bersih dan jangan ada peralatan
kebersihan yang tertinggal di dalam.

76
(9) Setelah selesai melakukan pembersihan, masukkan
peralatan ke dalam troli, dan lalu di bawa ke tempat cuci untuk
dibersihkan.
(10) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan.

f. Pembersihan ruang laundry


Proses pembersihan ruangan laundry dilakukan oleh pelaksana kebersihan yang di
tunjuk.
1) Tata cara pelaksanaan pembersihan ruangan binatu:
a) Gunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan dan masker.
b) Siapkan peralatan kebersihan dan bahan kimia yang digunakan
kedalam troli.
c) Angkat semua sampah dan ganti plastiknya dengan yang baru.
d) Lap semua perlengkapan yang ada di ruangan sampai bersih dari
debu dan kotoran, kemudian dirapihkan kembali seperti semula.
e) Sapu lantai secara merata sampai ke sudut ruangan yang paling
pojok/dalam.
f) Lakukan pengepelan lantai secara merata sampai ke setiap sudut
ruangan dengan menggunakan cairan pembersih lantai.
g) Setelah selesai pastikan lantai benar-benar kering dan pastikan
peralatan tidak ada yang tertinggal di dalam ruangan.
h) Lakukan general cleaning pada saat-saat tertentu sesuai dengan
jadwal yang telah di buat.

2) Tata cara pelaksanaan pembersihan Toilet:


a) Gunakan alat pelindung diri (APD).
b) Angkat semua sampah dan ganti kantong plastik sampah dengan
yang baru.
c) Lap wastafel dan sikat closet secara merata dan menyeluruh dengan
menggunakan cairan pembersih toilet.
d) Gosok dinding toilet secara merata dengan menggunakan cairan
pembersih toilet.
e) Sikat lantai dari sudut yang paling dalam sampai ke depan pintu
toilet secara merata dengan menggunakan cairan pembersih toilet.
f) Keringkan lantai sebelum meninggalkan toilet dan pastikan toilet
dalam keadaan kering dan bersih.
77
g) Pel lantai secara merata sampai ke setiap sudut toilet dengan
menggunakan cairan pembersih toilet.
h) Sebelum meninggalkan toilet pastikan lantai toilet bersih dan kering.
i) Bersihkan dan cuci peralatan yang telah digunakan.
j) Simpan kembali peralatan yang telah digunakan ke dalam troli.

g. Perawatan dan pemeliharaan taman:


1) Perawatan taman dengan cara : penyiraman setiap hari seluruh area taman,
pemberian pupuk, pemangkasan, penggemburan tanah, pemotongan rumput,
penyemprotan insektisida.
2) Prosedur perawatan taman:
Lakukan penyiraman taman dengan menggunakan selang karet dan
lakukan setiap hari ke seluruh area taman.
a) Cabut tanaman liar/benalu yang tumbuh diantara celah tanaman
dengan menggunakan kafe.
b) Lakukan pemangkasan tanaman bila kelihatan sudah terlalu rimbun
dengan menggunakan gunting tanaman atau pisau.
c) Lakukan penggemburan tanaman jika terlihat tanah sudah mulai
keras dengan menggunakan kape agar air mudah diserap.
d) Lakukan pemotongan rumput bila sudah tinggi dengan menggunakan
mesin potong rumput atau gunting tanaman. Lakukan penyemprotan
insektisida sebulan sekali.
e) Lakukan pemupukan sebulan sekali.
Pelaksana perawatan taman dilakukan oleh kontraktor yang di tunjuk dan
pengawasan di lakukan oleh bagian Urdal.

h. Penanganan tumpahan cairan.


Tata Cara Pelaksanaan :
1) Pembersihan tumpahan obat kemoterapi dan tumpahan cairan B3 :
a) Siapkan peralatan kerja dan cairan pembersih yang akan di
gunakan.
b) Pakai alat pelindung diri (APD) masker, apron, kaca mata, penutup
kepala, sepatu but dan sarung tangan rangkap dua.
c) Pasang tanda peringatan di dekat lokasi yang akan dibersihkan.
d) Serap tumpahan cairan obat atau cairan B3 dengan kertas tisu atau
lap majun sampai benar-benar kering.
78
e) Masukan kertas tisu atau lap majun bekas kedalam kantong plastik
ungu untuk tumpahan obat kemoterapi dan plastik kuning untuk tumpahan
cairan B3.
f) Lepas sarung tangan karet lapis terluar dan buang kedalam kantong
plastik ungu atau kuning dan pakai kembali sarung tangan karet yang baru.
g) Lap lantai dengan menggunakan kain lap yang telah dicampur cairan
pembersih lantai dan Masukan kain lap bekas kedalam kantong plastik ungu
atau kuning.
h) Keringkan dengan menggunakan kain lap, selanjutnya masukan kain
lap bekas kedalam kantong plastik ungu atau kuning.
i) Selanjutnya lakukan pengepelan dengan memakai air yang telah
dicampur larutan desinfektan
j) Pastikan lantai harus benar- benar kering.
k) Setelah selesai, lepas sarung tangan karet lapis terluar dan buang
kedalam kantong plastik ungu atau kuning Kemudian lepas masker dan
apron lalu masukan ke kantong plastik ungu atau kuning Lepas sarung
tangan karet lapis terakhir dan buang kedalam kantong plastik ungu atau
kuning.
l) Bawa perlengkapan kerja ke ruang cuci kemudian bersihkan dengan
cairan desinfektan.
m) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan dengan cairan
desinfektan.

2) Pembersihan tumpahan dari tubuh pasien (darah,urin dan tinja):


a) Siapkan peralatan kerja dan cairan pembersih yang akan di
gunakan.
b) Pakai alat pelindung diri (APD) sarung tangan dan masker.
c) Pasang tanda peringatan di dekat lokasi yang akan di bersihkan.
d) Serap cairan darah,urin dan tinja dengan kertas tisu atau lap sampai
benar-benar kering kemudian masukan kertas tisu atau lap bekas kedalam
kantong plastik warna kuning.
e) Lap meja,kursi dan tempat tidur dengan menggunakan kain lap yang
telah di campur dengan cairan disinfektan.
f) Pel lantai dengan air yang telah di campur cairan desinfektan secara
merata sampai benar-benar kering.

79
g) Setelah selesai lepas alat pelindung diri (masker dan sarung tangan)
yang telah selesai di gunakan lalu buang ke dalam kantong plastik warna
kuning.
h) Bawa perlengkapan kerja ke ruang cuci lalu bersihkan dengan cairan
desinfektan.
i) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan dengan sabun
antiseptik.

3) Pelaksana pembersihan tumpahan cairan dilakukan oleh kontraktor yang di


tunjuk dan dikerjakan jika terjadi tumpahan cairan.
4) Pengawasan dilakukan oleh unit Urdal.
5) Peralatan dan bahan kimia yang digunakan.

i. Logistik.
Kebutuhan logistik di bagian Urdal di antara lain:
1) tissue
2) Cairan pembersih ruangan
3) Cairan Disinfektan
4) Hands soap
5) Cairan pembasmi hama dan serangga
6) Pupuk tanaman
7) Dll.

j. Keselamatan pasien
Dalam melakukan penanganan sanitasi lingkungan bagian Urdal memastikan
bahwa setiap kegiatan harus menggunakan APD (alat pelindung diri) dan papan tanda
peringatan misalkan :
1) Setiap kali melakukan proses pengepelan tidak boleh ada lantai yang licin
dan harus pasang tanda peringatan.
2) Di dalam melakukan penyemprotan hama dan serangga di pastikan ruangan
harus dalam keadaan kosong sehingga tidak menggangu pasien, petugas, dan
pengunjung lainnya.

k. Pengolahan Air Limbah.


Akibat kegiatan operasional Rumah Sakit, akan timbul sampah/ limbah. Limbah -
limbah tersebut dibedakan atas : Limbah Cair dan Limbah Padat (Medis dan Non Medis).
80
Limbah Cair di Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda berasal dari air buangan kamar mandi,
wastafel, toilet, buangan kegiatan Laboratorium, Kamar Bedah, laundry dan Dapur.
Semua limbah cair tersebut akan dialirkan langsung ke tangki IPAL untuk
diproses secara Fisika.
Limbah cair yang berasal dari laundry akan ditampung dahulu di dalam sumur
penampung untuk kemudian dipompa ke tangki IPAL, sedangkan limbah cair yang berasal
dari dapur akan dialirkan dahulu ke bak perangkap lemak (grease trap) untuk menangkap
lemak – lemak yang terbawa.
Air limbah dapur yang telah dipisahkan dari lemak akan dipompa juga ke tanki
IPAL. Setelah semua limbah cair menjalani proses pengolahan di tangki – tangki IPAL,
maka hasil olahannya bisa dipergunakan untuk penyiraman tanaman di halaman Rumah
Sakit dan dialirkan ke saluran pembuangan air kotor kawasan Rumah Sakit Umum
Prasetya Bunda.
Kualitas air limbah yang akan dibuang ke lingkungan harus memenuhi persyaratan baku
mutu air limbah sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Test air limbah dilakukan setiap satu bulan sekali.


Standar Baku Mutu (Test Air Limbah) yang dikeluarkan oleh Kepmen lingkungan
Hidup adalah :
No. Parameter Satuan Baku Mutu
1. pH - 6–9
2. COD mg/L 80
3. BOD5 mg/L 30
4. TSS mg/L 30
5. NH3 Bebas mg/L 0,1
6. PO4 mg/L 2

l. Penanganan Sampah.
Tata cara pelaksanaan :
1) Tempat pengumpul sampah di RS memiliki syarat sbb :
a) Terbuat dari bahan yang kuat, ringan, tahan karat, kedap air dan
permukaan halus bagian dalamnya.
b) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori
tangan.
Terdapat min. 1 (satu) buah untuk setiap kamar dan setiap radius 20 m di
Ruang Tunggu terbuka (public area).
81
c) Sampah dari setiap ruangan harus dipisahkan sesuai dengan
katagori atau jenis sampah ke dalam tempat sampah yang sudah diberi
kantong plastik dengan ketentuan :
(1) Tong sampah dengan kantong plastik warna hitam untuk
sampah non medis.
(2) Tong sampah dengan kantong plastik warna kuning untuk
sampah medis.
(3) Box khusus untuk limbah infeksius berupa benda tajam
(spuit, cartridge dll).

2) Setelah sampah terisi dengan 3/4 bagian diangkut dan dikumpulkan sampah
sementara (TPS) dengan menggunakan trolley oleh petugas kebersihan yang telah
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa sarung tangan, masker dan sepatu
yang telah ditentukan.

3) Untuk sampah non medis diangkut oleh trolley ke penampungan sampah


dan kemudian setiap 3 hari diangkut dengan truk oleh Dinas Kebersihan keluar
Rumah Sakit untuk dimusnahkan sedangkan sampah medis dibakar di ruang
incenerator Rumah Sakit Tk. III Baladhika Husada.

4) Trolley dan tempat sampah dikosongkan dan dibersihkan minimal seminggu


sekali dan disemprot dengan desinfektan.

Tata laksana sanitasi penyehatan makanan dan minuman:


a. Penyehatan makanan dan minuman
Penyehatan makanan dan minuman adalah upaya pengendalian yang
mempengaruhi kualitas makanan dan minuman, meliputi :
1) Bahan makanan.
2) Penjamah makanan.
3) Tempat penyajian.
4) Perlengkapan.

b. Tata cara pelaksanaan:


1) Bahan makanan yang dikirimkan oleh supplier diterima di ruangan
penerimaan barang dengan memperhatikan syarat jumlah (proses penimbangan)

82
dan kondisi bahan makanan (busuk, berulat, bertanah, expired date, kaleng rusak
dll).
2) Penyimpanan bahan makanan kering disimpan dalam gudang khusus
bahan makanan dengan kondisi bersih, terlindung debu, aliran ventilasi terjaga dan
terlindung dari serangga.
3) Untuk makanan yang mudah membusuk (daging, ikan, udang dll) disimpan
dalam suhu dingin < 4 C sedangkan untuk makanan segar (sayur, buah dll)
disimpan suhu 5 - 10 C.
4) Pengambilan Bahan makanan pada gudang dengan memperhatikan prinsip
First In First Out (Pertama bahan masuk yang digunakan pertama).
5) Tempat pengolahan (ruang produksi) dibersihkan pada saat sebelum dan
sesudah kegiatan dan general cleaning dilakukan minimal seminggu sekali.
6) Penjamah makanan harus dalam kondisi sehat (tidak mempunyai penyakit
menular) dan diwajibkan menggunakan perlengkapan (celemek, penutup rambut
dan mulut serta sepatu) yang layak dan bersih. Perlengkapan tersebut tidak boleh
digunakan di luar lokasi ruang produksi.
7) Penjamah makanan dilarang merokok, makan, menggunakan perhiasan
berlebih selama kegiatan pengolahan makanan.
8) Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan
makanan .Selama melakukan kegiatan pengolahan makanan, gunakan alat
pelindung diri dan perlengkapan masak yang baik dan aman seperti sarung tangan
plastik, penjepit makanan, sendok, garpu dan sejenisnya.
9) Penyajian makanan jadi dan minuman ke pasien dengan menggunakan
trolley dan melalui jalur distribusi tertentu untuk menghindari terjadinya
pencemaran.
10) Trolley sebagai tempat transportasi dibersihkan secara rutin setiap hari
sekali dan didesinfeksi minimal seminggu sekali.
11) Peralatan agar segera dicuci sesudah digunakan dan disimpan pada tempat
bersih dan terlindung dari pencemaran.
12) Makanan dan minuman jadi, diambil sample dari ruang produksi, disimpan
di chiller selama 1 x 24 jam

83
BAB IV
DOKUMENTASI

A. DOKUMENTASI MONITORING dan EVALUASI


a. Keselamatan dan keamanan
1) Menyusun Program inspeksi, setiap bulan melakukan inspeksi keseluruh
bangunan dan lingkungan rumah sakit berkaitan dengan pelaksanaan program
keselamatan dan keamanan di rumah sakit.
2) Program inspeksi ini menjadi satu dengan program inspeksi
Penatalaksanaan Fasilitas dan Keselamatan rumah sakit.
3) Menyusun perencanaan dari hasil inspeksi dan melakukan updating pada
perencanaan setiap kali dilakukan inspeksi.
4) Menyusun laporan hasil inspeksi, menyusun perencanaan dan pencapaian
dari perencanaan yang dibuat secara rutin setiap 3 bulan sekali kepada Karumkit.
5) Manajemen Keselamatan dan keamanan Rumah sakit ini di evaluasi setiap
2 tahun seka li oleh koordinator dan MFK.

b. B3 (Bahan berbahaya dan beracun)


1) menyusun program monitoring terhadap pengelolaan B3 dan limbah
berbahaya rumah sakit.
2) Program monitoring menjadi satu dengan program inspeksi
Penatalaksanaan Fasilitas dan keselamatan rumah sakit.
3) Menyusun perencanaan dari hasil monitoring
4) Menyusun laporan perkembangan dari hasil monitoring dengan analisis dan
rekomendasi untuk peningkatan pengelolaan B3 dan limbah yang aman bagi
lingkungan dan staf serta pasien dan pengunjung. Laporan yang dibuat secara
rutin setiap 6 bulan sekali kepada Karumkit.
5) Pengelolaaan B3 dan limbah berbahaya Rumah sakit ini dievaluasi setiap 2
tahun sekali.

c. Manajemen Emergensi
1) Koordinator kebakaran pada tim K3 dan Bidang pelayanan medis
melakukan pengujian/ simulasi terhadap disaster plan setiap tahun baik untuk
penanganan bencana internal maupun external.
2) Ketika rumah sakit menghadapi bencana yang sebenarnya dan dilakukan
debriefing, maka hal ini merupakan salah satu bentuk dari pengujian tahunan yang
dilakukan.
84
d. Pengamanan dan kebakaran
1) Koordinator membuat program inspeksi ketersediaan dan kesiapan alat
deteksi dini dan fasilitas pemadaman api, yang dilakukan setiap bulan yang
dibuktikan dengan dokumentasi hasil inspeksi.
2) Disusunnya program untuk memastikan penghuni rumah sakit aman
saat terjadinya kebakaran, program disusun dari hasil inspeksi termasuk program
pemeliharaan alat penanganan kebakaran.
3) Dilakukan pengujian/ simulasi prosedur penanganan kebakaran setahun
sekali yang diikuti oleh seluruh staf rumah sakit, termasuk pengujian pada
prosedur evakuasi pasien.

e. Peralatan medis
1) Kordinator pengamanan peralatan medis menyusun rencana inspeksi yang
selanjutnya membuat dokumentasi hasil inspeksi dan menyusun laporan dengan
rekomendasinya
2) Anggota pengamanan peralatan medis melakukan inspeksi regular setiap
bulan dan melakukan pengelolaan resiko untuk setiap alat yang ada
3) Dari hasil inspeksi, Kaur Jangmedmenyusun rencana pemeliharaan alat.
4) Membuat laporan hasil inspeksi dan pemeliharaan setiap 6 bulan yang
juga digunakan sebagai bahan penyusunan kebutuhan peralatan medis rumah
sakit.
5) Evaluasi pendidikan dan ujian staf pengguna alat dikoordinasikan oleh
Kepala instalasi kepada Ka Instaldik yang dilakukan setiap 2 tahun.

f. Sistem utilitas
1) Koordinator dan tim melakukan inspeksi setiap bulan terhadap sisitem
utilitas yang ada.
2) Hasil kegiatan inspeksi dibuktikan dengan dokumentasi, yang menjadi
bahan untuk membuat program pemeliharaan maupun pengembangan sisitem
utilitas rumah sakit
3) Kegiatan proses pemeliharaan didokumentasi yang digunakan untuk
menyusun laporan perkembangan sistem utilitas rumah sakit setiap 6 bulan
4) Pengujian terhadap sistem utilitas, seperti back up listrik (genzet) dan air
(sumur BOR) setiap tahun. Pengujian terhadap sumur BOR untuk memantau
kualitas air, proses pengujian didokumetasikan untuk memastikan perkembangan
system tsb.
85
BAB V
PENUTUP

Demikian Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda
dibuat sebagai acuan dalam melaksanakan manajemen fasilitasdan keselamatan di Rumah Sakit
Umum Prasetya Bunda.

Tasikmalaya,

Direktur RSU Prasetya Bunda

Dr. Muzwar Anwar.MM.Kes

86
LAMPIRAN
SIMBOL B3
No Arti simbol dan APD yang Simbol No Arti simbol dan APD yang Simbol
. digunakan . digunakan
1 Simbol B3 bersifat mudah 6 Simbol B3 bersifat korosif
meledak (corrosive)
(explosive) APD yang digunakan :
Sarung tangan, google,
Jauhkan dari api masker
2 Simbol B3 bersifat oksidasi 7 Simbol B3 bersifat
(oxsidizing) berbahaya bagi lingkungan
APD yang digunakan : (dangerous for
Sarung tangan, google, environment)
masker APD yang digunakan :
Sarung tangan, google,
masker
3 Simbol B3 bersifat mudah 8 Simbol B3 bersifat
menyala karsinogenik, teratogenik
(flammable) dan mutagenik
Jauhkan dari api (carcinogenic, tetragenic,
mutagenic)
APD yang digunakan :
Sarung tangan, google,
masker
4 Simbol B3 bersifat beracun 9 Simbol B3 bersifat bahaya
(toxic) lain berupa gas
APD yang digunakan : bertekanan
Sarung tangan, google, (pressure gas)
masker
Jauhkan dari api
5 Simbol B3 bersifat iritasi 10 Simbol B3 Klasifikasi
(irritant) bersifat berbahaya
APD yang digunakan : (harmful)
Sarung tangan, google, APD yang digunakan :
masker Sarung tangan, google,
masker

87
CONTOH MSDS BERSIFAT MUDAH TERBAKAR:
LEMBARAN DATA PENGAMAN

CONTOH:
Rumus Kimia : C2H5OH Penandaan:
Berat Molekul : 45.1
Tipe Bahaya Bahaya Pemadam api Manajemen Kebakaran

Kebakaran Air Dilarang merokok


Hindarkan dari nyala api, percikan
Tabung CO2 api
Pemaparan Gejala Pertolongan pertama Pencegahan
1. Inhalasi sakit kepala bawa ke udara segar, istirahat Ventilasi
Lokal
Pusing bawa ke UGD jika perlu exhaust
Pakai
Batuk masker
singkirkan bahan pakaian yang Sarung
2. Kulit kemerahan terkontaminasi tangan
aliri dengan banyak air
Kacamata
3. Mata Sakit cuci mata dengan banyak air pelindung
Merah bawa ke UGD jika perlu
pakai
4. Tertelan sakit kepalacuci mulut dengan banyak air masker
Pusing bawa ke UGD jika perlu
Manajemen tumpahan
- Kumpulkan bahan yang terkena tumpahan
- Buang di sampah medis
- Bersihkan lantai/wadah dengan banyak air
Penyimpanan
Simpan di tempat tahan api, pisahkan dengan oksidator
Untuk semua kasus pemaparan parah, setelah penanganan pertama,
Perhatian segera bawa ke UGD

88
CONTOH MSDS / LEMBARAN DATA PENGAMAN BERSIFAT BERACUN / TOXIC
LEMBARAN DATA PENGAMAN / MSDS
CONTOH
Rumus Kimia : C46H56N4O10.H2SO4
Berat Molekul : 923,1 g/mol Penandaan:
Pemadam
Tipe Bahaya Bahaya api Manajemen Kebakaran

Kebakaran Gas beracun Air Dilarang merokok


Tabung
Nitrogen oksida CO2 Hindarkan dari nyala api, percikan api
sulfur oksida Memakai perlengkapan pemadam
Kebakaran
Pemaparan Gejala Pertolongan pertama Pencegahan
1. Inhalasi iritasi saluran bawa ke udara segar Ventilasi
beri nafas buatan/oksigenasi bila tidak
Nafas bernafas Lokal exhaust
Batuk segera bawa ke UGD
Bersin
Alat pelindung
2. Kulit iritasi tanggalkan pakaian yang terkontaminasi kerja
cuci kulit dengan sabun dan banyak air 15
Merah menit
segera bawa ke UGD
cuci mata dengan banyak air selama 15 Kacamata
3. Mata iritasi berat menit pelindung
Merah segera bawa ke UGD Pelindung muka
mata berair
4. Tertelan Melilit kumur-kumur, minum air banyak
Diare minum susu atau putih telur
segera bawa ke UGD
Manajemen tumpahan
- Jauhkan orang lain dari daerah tumpahan
- Pakai alat pelindung kerja, sarung tangan dan alat pelindung nafas
- Serap sisa tumpahan dengan handuk penyerap atau bantal penyerap
- Hindari dari menghirup debu tumpahan
- Bersihkan bahan yang tersisa dengan deterjen dan banyak air

- Buang limbah di kantong plastik ungu khusus obat sitostatika


Penyimpanan
Simpan di tempat kering, gelap, dan sejuk (2-8 C).
Untuk semua kasus pemaparan, setelah penanganan pertama, segera bawa ke
Perhatian UGD.

89
CONTOH MSDS / LEMBARAN DATA PENGAMAN BERSIFAT OKSIDATOR

LEMBARAN DATA PENGAMAN


Rumus Kimia : H2O2 Penandaan:
Berat Molekul : 34
Pemaparan Gejala Pertolongan pertama Pencegahan

1. Inhalasi sakit kepala bawa ke udara segar, istirahat Ventilasi


Pusing bawa ke UGD jika perlu Lokal exhaust
Batuk Pakai masker
singkirkan bahan pakaian yang
2. Kulit kemerahan terkontaminasi Sarung tangan
aliri dengan banyak air
Kacamata
3. Mata Sakit cuci mata dengan banyak air pelindung
Merah bawa ke UGD jika perlu
4. Tertelan sakit kepala cuci mulut dengan banyak air pakai masker
Pusing bawa ke UGD jika perlu
Manajemen tumpahan
- Kumpulkan bahan yang terkena tumpahan
- Buang di sampah medis
- Bersihkan lantai/wadah dengan banyak air
Penyimpanan
Simpan di tempat tahan api, pisahkan dengan NaOH, pelarut organik
Untuk semua kasus pemaparan parah, setelah penanganan pertama,
Perhatian segera bawa ke UGD

90
LEMBARAN DATA PENGAMAN
CONTOH
XYLENE ( = xylol ) Penandaan:
Tipe Bahaya Bahaya Pemadam api Manajemen Kebakaran
Kebakaran +++ CO2,busa & serbuk Dilarang merokok
Mudah
terbakar Hindari dari nyala api,
Uapnya lebih percikan api.
berat dari udara Hindari kerja di tempat
dan ada panas.
kemungkinan Kasus kebakaran:
terbentuk dilarang berdiri di
campuran daerah berbahaya tanpa
dengan udara menggunakan baju
yang dapat pelindung dan alat
meledak. pernafasan sendiri.
Hindarkan dari nyala api, percikan api
Pemaparan Gejala Pertolongan pertama Pencegahan
Ventilasi,kipas
Hirup udara segar, bila henti nafas lakukan pembuangan
1. Inhalasi Sesak nafas resusitasi . asap
Lokal exhaust
Pakai masker
2. Kulit kemerahan Cuci / bilas kulit dengan air banyak. Sarung tangan
Lepas baju yang terkontaminasi.

Kemerahan Bilas dengan air banyak selama 10 menit


Nyeri dengan membuka kelopak mata, lalu segera Kacamata
3. Mata Pandangan bawa ke dokter mata. pelindung
kabur Bawa ke UGD

4. Tertelan Pusing,gelisah Cegah pasien muntah pakai masker


Beri korban minum activated charcoal (20-
Mual,muntah 40 g
Kram lambung Dalam 10% slirty), Segera bawa ke UGD.
Manajemen tumpahan
- Kumpulkan bahan yang terkena tumpahan
- Buang di sampah medis,
- Bersihkan lantai/wadah dengan banyak air
- Dilarang buang ke
dalam dalam saluran Air kotor, karena Bahaya meledak.
Penyimpanan
Simpan di tempat tahan api, pisahkan dengan oksidator
Temperatur < 25°C
Untuk semua kasus pemaparan parah, setelah penanganan pertama, segera
Perhatian bawa
ke UGD

91
CONTOH MSDS / LEMBARAN DATA PENGAMAN BERSIFAT KOROSIF
LEMBARAN DATA PENGAMAN
CONTOH

Rumus Kimia : CH3COOH Penandaan:


Berat Molekul : 60
Tipe Bahaya Bahaya Pemadam Api Manajemen Kebakaran
* Hindarkan dari nyala api,
Kebakaran + + Serbuk Kimia percikan api,
Dilarang merokok.
* Kasus kebakaran: jaga wadah
tetap
Dingin dengan penyemprotan air
* Diatas suhu 40 C , system
tertutup,
Ventilasi, alat listrik pelindung
Peledakan.
Pertolongan
Pemaparan Gejala / Bahaya Pertama Pencegahan
Rasa Bawa ke udara
pedih/terbakar segar, istirahat,
di hidung, nyeri posisi setengah
telan, batuk, tegak, cepat bawa Ventilasi, Local exhaust, pelindung
1. Inhalasi sesak nafas ke dokter. pernafasan / masker.
Lepas baju yang
Kemerahan, terkontaminasi, cuci
nyeri melepuh,kulit dengan banyak
luka bakar seriusair / shower, bawa
2. Kulit (grade 3) ke dokter / UGD Sarung tangan
Kemerahan,
nyeri, pandangan Cuci mata dengan
kabur, merusak air banyak, cepat
3. Mata jaringan mata. bawa ke dokter UGD Pelindung muka
Kram lambung,Kumur-kumur,
diare, muntah,minum air banyak,
merusak selcepat bawa ke
4. Penelanan pencernaan dokter UGD
Manajemen tumpahan
- Kumpulkan bocoran cairan ke dalam Wadah tertutup.
- Bersihkan bahan yang tersisa
dengan Air yang banyak
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat , di tempat tahan api
Untuk semua kasus pemaparan , setelah penanganan pertama, segera
Perhatian bawa ke dokter UGD.
Simbol B3 menurut EEC (European Economic Cooperation)
92
93

You might also like