You are on page 1of 9

Dalam melakukan sintesis material anorganik, pemilihan metode sintesis yang tepat sangat

diperlukan. Berdasarkan prinsip “triangle of material” dalam sintesis suatu material, aspek fungsi,
bentuk dan proses dari material tersebut harus diperhatikan dimana aspek ini akan mempengaruhi
sifat dari material tersebut. Oleh karena itu pemilihan teknik sintesis sangat mempengaruhi
struktur, performance, dan sifat dari material tersebut yang masing-masing akan saling terkait.
Banyak teknik sintesis yang telah dilaporkan dan digunakan dalam mensintesis senyawa
anorganik. Metode sintesis/ preparasi material tersebut dipilih atas dasar komposisi, dan bentuk
zat padat serta energi yang diperlukan dalam pembuatannya. Metode sintesis yang tepat
diharapkan akan menghasilkan material anorganik yang berfasa tunggal yang nantinya akan
memberikan pengaruh yang besar dalam sifat material tersebut.
Beberapa teknik sintesis telah banyak dilaporkan oleh peneliti yang dapat digunakan sesuai
dengan produk yang diinginkan. teknik sintesis material anorganik umumnya dibagi atas bentuk
fasa dari reaktan yang bereaksi. Teknik sintesis secara umum dibagi atas 3, yaitu :
1. Reaksi Padat-Padat
Teknik ini mereaksikan reaktan padatan dengan padatan pada suhu tinggi. Reaksi ini pada
dasarnya tanpa menggunakan media reaksi pembentukan produknya.
Beberapa contoh reaksi padat-padat antara lain :
 Metode keramik
 Metode Reaksi Microwave
 Metode Reduksi Karbotermal
 Metode Prekursor, dll
2. Reaksi Padat-Cair
Teknik ini menggunakan salah satu senyawa berfasa cair baik sebagai reaktan ataupun
media reaksi.
Beberapa contoh reaksi padat-cair antara lain :
 Metode Hidrotermal
 Metode sol-gel
 Metode elektrochemical
 Metode presipitasi, dll
3. Reaksi padat-gas
Teknik sintesis ini umumnya menggunakan senyawa berfasa gas yang dialiri dalam reaksi
untuk membentuk produk.
Beberapa contoh reaksi padat-cair antara lain :
 Metode Chemical Vapour Transport
 Metode Physical Vapour Deposition, dll.
1. Metode Keramik
Metode keramik sering juga disebut dengan metode reaksi padatan. Metode ini dimulai
dari mempersiapkan oksida logam dan bahan padat lainnya, yang kemudian melibatkan
penggilingan bubuk oksida, karbonat, oksalat atau senyawa lain yang mengandung logam relevan
dan pemanasan campuran pada suhu yang diinginkan setelah pelletizing materi. Beberapa oksida,
sulfat, fosfat dan senyawa lainnya disusun dengan metode ini. Hal ini kadang-kadang sulit untuk
mendapatkan produk yang komposisinya homogen dengan teknik keramik bahkan ketika reaksi
berlangsung hampir selesai. terlepas dari keterbatasan tersebut, teknik keramik telah berhasil
digunakan untuk sintesis berbagai bahan padat.
Metode keramik terdiri dari pemanasan bersama dua padatan yang bereaksi membentuk
produk yang diinginkan. Metode ini digunakan secara luas pada industri dan laboratorium. Metode
keramik pertama kali digunakan dalam mensintesis material bersifat semikonduktor. Pemilihan
metode keramik dikarenakan proses yang dilakukan mudah dan produk yang dihasilkan lebih
murni dibandingkan metode lainnya.
Salah satu contoh penggunaan metode keramik adalah pada proses sintesis keramik
samarium sulfide (SmS). Samarium sulfide (SmS) merupakan material yang penting karena
mengandung samarium yang merupakan unsur lantanida dalam keadaan oksidasi yang tidak biasa
(+2) dibandingkan keadaan umum (+3). Logam samarium dalam bentuk serbuk dicampur dengan
serbuk sulfur dan dipanaskan sekitar 1000 K dalam tabung silica terevaluasi. Produk dari
pemanasan pertama dihomogenasi dan dipanaskan pada 2300 K di dalam tabung tantalum tertutup
dengan melewatkan arus listrik sepanjang tabung.
Kelebihan metode keramik, antara lain :
1. Reaktan berupa material padatan
2. Tingkat keberhasilan sintesis tinggi
3. Kemurnian produk yang didapatkan tinggi
4. Pengerjaan tahapan sintesis mudah
Metode keramik memiliki beberapa kelemahan (Trisunaryanti, 2006) yaitu:
1. Membutuhkan temperatur tinggi (energi tinggi).
2. Fasa atau senyawa yang diinginkan kadang tidak stabil atau terdekomposisi pada
temperatur tinggi.
3. Lambatnya reaksi padatan. Padatan tidak mencapai titik leburnya dan reaksi terjadi dalam
keadaan padat.
4. Reaksi keadaan padatan hanya terjadi pada interface (antarmuka) dari dua padatan dan satu
kali lapisan permukaan bereaksi, reaksi hanya dapat diteruskan jika reaktan terdifusi dari
badan (bulk) ke permukaan. Sebaiknya material awal digerus dan dihaluskan untuk
mendapatkan partikel dengan ukuran kecil, dan dapat bercampur dengan baik untuk
memaksimalkan luas kontak permukaan dan meminimalkan jarak difusi reaktan.
5. Waktu reaksi sangat panjang. Contoh untuk pembentukan CuFe2O4 membutuhkan waktu
23 jam.
6. Produk tidak homogen dalam komposisi.
2. Metode microwave
Radiasi gelombang mikro (microwave) dapat dipergunakan dalam proses sintesis
material anorganik. Pada penggunaan gelombang mikro untuk pemanas dalam sistem padat
maka paling tidak terdapat satu komponen dalam campuran yang dapat mengabsorp radiasi
gelombang mikro. Kecepatan reaksi meningkat dengan meningkatnya laju reaksi zat padat dan
meningkatnya laju difusi.
Metode sintesis microwave mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan metode
konvensional, yaitu dapat menurunkan waktu reaksi dan tidak terjadi perengkahan pada
senyawa hasil sintesis karena pemanasannya dari dalam (Trisunaryanti, 2006), signifikan
menurunkan biaya produksi karena hemat energi dan waktu proses, memperbaiki keseragaman
produk, memperbaiki mikrostruktur dan sifat produk, dan prosesnya berlangsung sangat cepat
(2-50 kali lebih cepat dibandingkan metode konvensional) (Baykal et al., 2001). Adapun
kelemahan metode microwave adalah tidak mengatasi masalah ketidakhomogenan komposisi
kimia dan memerlukan temperatur tinggi (Trisunaryanti, 2006).
Contoh penerapan metode microwave dalam sintesis material anorganik adalah:
Sintesis superkonduktor YBa2Cu3O7-x. Superkonduktor YBa2Cu3O7-xdisintesis dengan
metode sintesis microwave dari campuran stoikiometri Cu (II) oksida, CuO, barium ntrat,
Ba(NO3)2, dan Yttrium oksida, Y2O3 yang ditempatkan di dalam oven microwave yang telah
dimodifikasi untuk memudahkan penghilangan nitrogen oksida yang terbentuk selama reaksi.
Campuran diperlakukan dengan radiasi microwave 500 W selama 5 menit dan dihaluskan
kembali dan diradiasi dengan microwave pada 130-500 W selama 15 menit. Terakhir campuran
dihaluskan lagi dan diradiasi selama 25 menit. Diketahui bahwa jika menggunakan metode
keramik konvensional, pembuatan semikonduktor ini memerlukan waktu 24 jam, sedangkan
jika dengan menggunakan metode microwave hanya memerlukan waktu 2 jam (Trisunaryanti,
2006).
3. Metode sol gel
Proses sol-gel merupakan teknik sintesis yang sangat menarik untuk larutan pada
temperatur rendah untuk pembuatan padatan nonkristalin (kaca dan material seperti kaca)
dan kristal keramik. Proses sol-gel tersebut namanya berasal dari dua tahap yang dilibatkan,
yaitu pembentukan sol dan gel. Metode sol-gel adalah suatu proses yang digunakan untuk
pembuatan material anorganik melalui suatu reaksi kimia dalam suatu larutan pada suhu relatif
rendah. Metode sol-gel pertama kali digunakan sebagai teknik pembentukan keramik dan kaca
dengan kualitas yang tinggi. Judeinsten Sanches memberikan definisi proses sol-gel suatu
teknik yang digunakan untuk penyebaran bahan anorganik dalam suatu larutan melalui
pertumbuhan logam oksopolimer.
Proses sol-gel merupakan proses yang memiliki banyak tahap yang melibatkan proses
fisika dan proses kimia yang terdiri atas hidrolisis, polimerisasi, pembentukan gel, kondensasi,
pengeringan, dan densifikasi. Proses itu diawali dengan mencampurkan logam alkoksida atau
garam dalam air atau pelarut yang cocok, misalnya alkohol pada temperatur kamar atau
temperatur rendah. Pada proses sol gel, kontrol pH sangat penting untuk mendapatkan
endapan yang akan menghasilkan gel yang homogen dengan menambahkan aditif baik larutan
asam atau basa. Senyawa organik dengan gugus fungsional hidrofilik (hidroksida atau
karboksilat) dalam molekul kecil, seperti asam sitrat, asam suksinat, asam oksalat, asam
tartarat, asam akrilat dan polimer asam poliacrilat (PPA) dan polyvynil pyrrolidine (PVP)
dapat digunakan dengan sumber ion logam untuk mendapatkan sol yang memiliki ukuran
partikel produk yang seragam. Intermediet gel selanjutnya dipanaskan pada suhu 150 –
300oC untuk menghilangkan komponen organik volatil, kelebihan air, dan lain sebagainya,
sehingga menghasilkan powder. Fasa nanokristal tungga dari oksida logam didapatkan setelah
proses kalsinasi pada suhu 400 – 800oC bergantung pada sifat prekursor yang digunakan.
Prinsip dasar sol-gel adalah pembentukan larutan prekursor dari senyawa yang
diharapkan dengan menggunakan pelarutorganik, terjadinya polimerisasi larutan,
terbentuknya, dan dibutuhkan proses pengeringan dan kalsinasi gel untuk menghilangkan
senyawa organik serta membentuk material anorganik berupa oksida. Metode tersebut banyak
diaplikasikan dalam bidang pembuatan komposit, keramik, polimer, lensa kontak, dan serat
(fiber). Proses sol-gel terdiri atas reaksi hidrolisis dan kondensasi. Olation adalah kondensasi
dimana jembatan hidroksil terbentuk antara dua pusat logam. Untuk logam-logam jenuh,
olation terjadi melalui substitusi nukleofilik gugus hidroksil untuk gugus air pada logam. Olation
dipercaya terjadi melalui intermediet H3O2. Laju olation dipengaruhi oleh ukuran,
elektronegativitas dan konfigurasi elektron logam. Pada umumnya muatan densitas yang lebih
rendah akan mengakibatkan laju olation yang lebih besar. Oxolation adalah reaksi kondensasi
pada pembentukan jembatan oxo. Oxolation diuapkan ketika pusat logam yang digabungkan
tidak jenuh. Oxolation merupakan adisi nukleofilik yang menghasilkan polyhedral pada ujung
(edge) atau wajah (face). Oxoliation juga dapat terjadi pada logam yang jenuh. Proses
oxoliation terjadi melalui intermediet hidroksil dan dilanjutkan dengan eliminasi air. Proses
itu dapat terjadi pada rentangan pH yang besar, dimana olation sangat terbatas dalam kondisi
asam. Oxoliation terdiri atas dua proses laju kinetika lebih rendah dan difusinya tidak pernah
terbatas. Walaupun logam memiliki efek penentu terhadap laju kondensasi, dengan adanya
counterion juga akan memberikan pengaruh pada morfologi dan stabilitas sol yang dihasilkan.
Counterion seperti halida sering kali dapat membentuk jembatan dengan dirinya sendiri dan
mampu berkoordinasi dengan pusat logam. Kemampuan anion untuk membentuk kompleks
dengan pusat logam karena anion dapat menyumbangkan elektron (donor elektron) untuk
berikatan dengan logam. Kestabilan didapatkan jika elektronegativitas anion lebih rendah daripada
air, ikatan M-X lebih stabil daripada disosiasi. Jika anion lebih elektronegatif daripada air maka
ikatan M-X terpolarisasi menghasilkan spesies muatan positif masih ditarik ke kompleks. Reaksi
sol-gel dapat terjadi menggunakan logam alkoksida, kation logam solvasi atau prekursor
organologam. Dalam sistem campuran logam, terdapat perbedaan ligan pada logam. Ligan yang
memiliki elektronegativitas yang rendah terlebih dahulu dihilangkan selama hidrolisis. Laju
hidrolisis dapat dikontrol dengan melarutkan dengan alkohol. Laju reaksi dikontrol dengan
rasio alkohol dan air. Reaksi dapat dikatalisis dengan menggunakan asam atau basa. Alkoksida
merupakan prekursor atau material awal yang digunakan karena memiliki sifat yang stabil dan
mudah terhidrolisis. Reaksi prekursor dengan air adalah sebegai berikut ini.
Si (OCH3)4 + 4 H2O → Si (OH)4 + 4 CH3OH
Metode sol-gel dengan menggunakan katalis asam menghasilkan produk, yakni (1)
laju reaksi menurun karena semakin banyak gugus alkoxy yang terhidrolisis, (2) reaksi pada
terminal Si, (3) produk polimer yang dihasilkan berbentuk linear,(4) menghasilkan fiber,
dan (5) RSi(OR)3 lebih reaktif daripada Si(OR)4. Metode sol-gel menggunakan katalis basa
menghasilkan produk, yakni (1) laju reaksi meningkat dengan banyaknya gugus alkoxy yang
terhidrolisis, (2) reaksi pada pusat Si, (3) menghasilkan polimer yang bercabang, (4)
menghasilkan partikel sperik dan powder (bubuk), dan (5) RSi(OR)3 kurang reaktif daripada
Si(OR)4. SI-OH menjadi lebih asam dengan meningkatnya jumlah ikatan SiO-Si. Ada tujuh tahap
dalam pembuatan material sol-gel, yaitu (1) mixing, (2) casting, (3) gelating, (4) aging, (5)
drying, (6) dehydration(stabilization), dan (7) densification.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Sol-Gel
Ada delapan kelebihan metode sol-gel. Kedelapan kelebihan itu seperti berikut ini.
a. Homogenitas produknya tinggi karena reagen-reagen dicampur pada tingkat molekular.
b. Produk yang dihasilkan kemurniannya tinggi, hal ini disebabkan prekursor alkoksida
organologam dapat dimurnikan melalui proses distilasi atau rekristalisasi.
c. Suhu yang digunakan relatif rendah.
d. Kehilangan bahan akibat penguapan dapat diperkecil
e. Porositasnya rendah atau tinggi dengan cara memanaskan pada temperatur tertentu
f. Mampu menghasilkan material glass dalam bentuk nonamorphous dengan cara pendinginan
dari fasa cair.
g. Mampu menghasilkan keramik dengan kristalinitas yang bagus jika dibandingkan dengan
metode konvensional.
h. Mampu menghasilkan material novel.
Selain kelebihan tersebut, metode sol-gel juga mempunyai kelemahan. Kelemahan yang
dimaksud seperti berikut ini.
a. Membutuhkan prekursor yang relatif mahal.
b. Waktu pemprosesan relatif lama.
c. Terbentuknya sisa hidroksil dan karbon.
d. Terjadi penyusutan yang besar dalam pemprosesan.
e. Menggunakan pelarut organik yang bersifat toksik.
f. Sukar untuk mendapatkan produk yang bebas dari keretakan pada waktu pengeringan.
4. Metode solvothermal/ hidrotermal
Metode solvothermal merupakanmetode hasil modifikasi dari metode hidrotermal. Metode
solvothermal menggunakan pelarut non polar sehingga suhu yang dibutuhkan untuk sintesis jauh
lebih rendah dibandingkan dengan metode hidrotermal yang menggunakan air sebagai pelarutnya.
Proses solvothermal dapat diartikan sebagai reaksi kimia dalam sistem tertutup dengan adanya
pelarut (aqueous dan nonaqueous solution) pada temperatur lebih tinggi dari titik didih
pelarut. Metode solvothermal melibatkan tekanan yang tinggi. Temperaturyang dipilih sub
atau superkritis tergantung pada reaksi yang terjadi untuk mendapatkan material target. Sintesis
hidrotermal secara umum didefinisikan sebagai sintesis kristal atau pertumbuhan kristal pada
temperatur dan tekanan tinggi. Sintesis hidrotermal biasanya dilakukan pada suhu di bawah
300oC.
Sintesis hidrotermal banyak diaplikasikan untuk pembuatan oksida. Sintesis oksida
logam pada kondisi hidrotermal dapat terjadi dengan dua tahap. Tahap pertama yaitu
hidrolisis dari larutan garam menghasilkan logam hidroksida. Selama tahap kedua hidroksida
akan terhidrasi menghasilkan oksida logam yang diinginkan. Laju reaksinya adalah sebagai
fungsi temperatur, konstanta dielektrik pelarut. Pada kasus penggunaan pelarut menggunakan
larutan berair (aqueous) telah dikembangkan metode hydrothermal. Metode hidrotermal
digunakan untuk ekstraksi mineral, sintesis material geologi, sintesis material novel dan
pertumbuhan kristal, deposisi larutan film.
Kelebihan dan Kelemahan
Ada tiga kelebihan metode hidrotermal, yaitu (1) terbentuk powder secara langsung
dari larutan, (2) ukuran partikel dan bentuknya dapat dikontrol dengan menggunakan material
awal dan kondisi hidrotermal yang berbeda, dan (3) kereaktifan bubuk yang dihasilkan tinggi.
Selain kelebihan itu, metode hidrotermal juga memiliki kelemahan. Ada tiga kelemahan metode
hidrotermal, yaitu (1) solubilitas material awal harus diketahui, (2) slurry hidrothermal bersifat
korosif, dan (3) penggunaan bejana tekanan yang tinggi akan berbahaya jika terjadi kecelakaan.

5. Merode chemical vapor deposition


CVD adalah suatu proses dimana sebuah material padat dideposisi dari fasa uap dengan
reaksi kimia yang terjadi pada atau dalam permukaan substrat. Material padat didapatkan sebagai
hasil sebuah lapisan (coating), sebuah bubuk atau sebagai kristal tunggal. Dengan memvariasikan
kondisi eksperimen berupa substrat material, temperatur substrat, komposisi campuran gas
yang bereaksi, dan tekanan total gas alir. CVD sangat banyak diaplikasikan dalam teknologi
pembuatan material. Mayoritas aplikasi ini yakni melibatkan koting atau pelapisan padatan pada
permukaan. Aplikasi lain dari CVD adalah untuk menghasilkan material bongkahan (bulk
material) dengan kemurnian tinggi dan powder atau bubuk.
CVD merupakan suatu proses dimana pendeposisian dengan pengaliran uap pada substrat
yang akan dilapisi. CVD adalah proses kimia untuk memberi lapisan pada permukaan wafer
(substrat) yang digunakan dalam pembuatan sistem mikro. Dalam proses tersebut, komponen gas
bereaksi di permukaan wafer dan membentuk lapisan tipis. Energi yang digunakan untuk
pemecahan dan eksitasi molekul antara lain (1) panas: Thermal CVD, (2) plasma: Plasma
Enhanced CVD (PECVD), (3) radiasi: Radiation Enhanced CVD, dan (4) metal organic vapor
deposition (MOCVD).
Keunggulan dan Kelemahan Metode CVD
Metode CVD memiliki empat keunggulan, yaitu (1) laju pertumbuhannya tinggi, (2)
distribusinya seragam (homogen), (3) reproduksibilitasnya bagus, dan (4) material yang telah
terdeposisi sulit untuk menguap.Selain keunggulan tersebut, metode CVD juga mempunyai
kelemahan. Kelemahan metode CVD, yaitu (1) membutuhkan peralatan yang kompleks dan
kondisi vakum, (2) menggunakan gas hidrogen, (3) material dasar kebanyakan bersifat racun
(hidrida dan karbonil terutama arsen), (4) mudah bereaksi dengan udara terbuka, (5) biayanya
mahal untuk senyawa dengan kemurnian yang tinggi.

6. Metode Sonokimia
Sonokimia adalah teknik penggunaan gelombang ultrasonik terutama gelombang
akustik dengan frekuensi lebih besar dari 20 kHz. Pemberian gelombang ultrasonik pada
suatu larutan menyebabkan molekul-molekul yang terkandung di dalam larutan berosilasi
terhadap posisi rata-ratanya. Larutan akan mengalami rapatan dan renggangan. Ketika energi yang
diberikan oleh gelombang ultrasonik ini cukup besar, renggangan gelombang bisa memecah
ikatan antar molekul larutan, dan molekul larutan yang terpecah ikatannya ini akan
memerangkap gas-gas yang terlarut di dalam larutan ketika timbul rapatan kembali. Akibatnya
timbul bola-bola berongga atau gelembung-gelembung berisi gas yang terperangkap, yang dikenal
dengan efek kavitasi. Gelembung-gelembung ini bisa memiliki diameter yang membesar hingga
ukuran maksimumnya, kemudian berkontraksi, mengecil sehingga berkurang volumenya,
bahkan beberapa hingga menghilang seluruhnya. Pada beberapa kasus, ukuran gelembung bisa
membesar dan mengecil (berosilasi) mengikuti renggangan dan rapatan gelombang ultrasonik
yang diberikan. Ketika gelembung mengecil (collaps), terjadi tekanan yang sangat besar di
dalam gelembung. Demikian pula suhu di dalam gelembung menjadi sangat besar. Daerah
persambungan (interface) antara gelembung dan larutan memiliki temperatur dan tekanan yang
menengah. Sementara itu di daerah sekitar gelembung akan menerima gaya geser (shear
force) yang sangat tinggi akibat pengecilan ukuran gelembung. Reaksi kimia bisa berlangsung di
dalam gelembung ini. Untuk itu, senyawa kimia ini diharapkan bereaksi harus memasuki
gelembung, dan karena harus bersifat volatile (mudah menguap). Selain itu, akibat pengecilan
tiba-tiba dari gelembung, cairan di sekeliling gelembung mengalami gaya geser yang cukup
besar. Gaya ini ini bisa membantu terjadinya reaksi kimia. Ilustrasi temperatur, tekanan, dan
gaya geser yang timbul ketika gelembung mengecil ditunjukan pada Gambar di bawah ini.

Gambar. Ilustrasi temperatur, tekanan dan gaya geser yang timbul ketika gelembung
mengecil

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Habibi, Ahamd. 2014. Struktur dan Sifat Optik Nanopartikel CuO yang Disintesis dengan Metode
Sonokimia. Bogor: Departemen Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.

Ningsih, Sherly Kasuma Warda. 2016. Sintetik Anorganik. Padang: UNP Press.
Trisunaryanti,. 2006. Sintesis superkonduktor YBa2Cu3O7-x. Superkonduktor YBa2Cu3O7-x
dengan metode sintesis microwave. Jurnal Kimia. UNS
Wulandari, Dian. 2016. Sintesis dan Karakterisasi ZnO Dengan Metode Solvothermal sebagai
Alternatif Semikonduktor dalam Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC). Skripsi. Program Studi
Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya

You might also like