You are on page 1of 12

Pentingnya System Insiden Keselamatan Pasien (IKP) Pada

Fasilitas Layanan Kesehatan

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Keselamtan Pasien dan K3 yang dibina
oleh:

Ns. Sih Ageng Lumadi, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh :

Dinda Rizki Dwi Maharani (1714314201010)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

JL. Simpang Candi Panggung No. 133, Lowokwaru. Malang

Tahun Ajaran 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah essay dengan judul ”Pentingnya System Insiden
Keselamatan Pasien (IKP) Pada Fasilitas Layanan Kesehatan” tanpa halangan
apapun. Selama proses penyusunan makalah essay ini saya banyak memperoleh
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah essay ini.
Pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut :
1. Ns. Sih Ageng Lumadi, S.Kep., M.Kep selaku dosen mata kuliah
Keselamatan Pasien dan K3 yang telah berkenan meluangkan waktu untuk
memberikan arahan dan bimbingan dalam menyusun makalah essay.
2. Bapak dan Ibu dosen STIKES Maharani Malang yang telah memberikan
berbagai ilmu dan keterampilan kepada kami sebagai bekal masa depan.
3. Orang tua kami yang selalu mendoakan dan mendukung.
4. Teman-teman di STIKES Maharani Malang yang senantiasa mendukung
dalam penyusunan makalah essay.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan


Pasien dan K3 di STIKES Maharani Malang tahun pelajaran 2017/2018. Saya
menyadari bahwa tiada hal yang sempurna di dunia ini. Untuk itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna memperbaiki
makalah essay ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah


essay ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Malang, 15 September 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan pasien (patient safety) adalah pemberi pelayanan di rumah
sakit yang membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian
risiko, identifikasi dan pengolahan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan.
Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja
dan kondisi yang mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien. IKP
terdiri dari KTD (Kejadian Tidak Diharapkan),KNC (Kejadian Nyaris Cidera),
KTC (Kejadian Tidak Cidera), KPC (Kejadian Potensial Cidera) dan sentinel.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menurunkan jumlah Insiden Keselamatan Pasien (IPK)?
2. Bagaimana cara menurunnya KTD di Rumah Sakit (RS) ?
3. Bagaimana cara meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien?
1.3 Tujuan
1. Dapat menurunkan jumlah Insiden Keselamatan Pasien (IPK
2. Dapat menurunnya KTD di Rumah Sakit (RS)
3. Dapat meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien
BAB II

Analisis Jurnal

1. Judul jurnal : “ Analisis Rendahnya Laporan Insiden Keselamatan Pasien di


Rumah Sakit”
2. Peneliti : Gunawan, Fajar Yuli Widodo, Tatang Harijanto
3. Penerbit : Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
4. Tahun : 2015
5. Analisis

No. Komponen Analisis Uraian


1. Jenis penelitian Pada penelitian ini dilakukan analisis rendahnya
laporam insiden keselamatan pasien di RSI X Malang
dan mengidentifikasi factor yang mejadi penyebabnya
2. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian tersebut adalah ada
hubungan/keterkaitan antara rendahnya pelaporan
insiden keselamatan pasien dengan rendahnya system
pelayanan berbasis keselamatan pasien
3. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode observasi dan
survey. Observasi bertujuan untuk mendapatkan
gambaran langsung pelayanan pasien dan melakukan
identifikasi kejadian IKP. Observasi dilakukan di 3
area yaitu IGD, ruang rawat inap Ali, dan pelayanan
farmasi rawat jalan.
Survei dengan kuesioner mengunakan responden
petugas sebanyak 20 responden yang terdiri dari
perawat ruangan rawat inap, perawat IGD, petugas
apotik dan petugas laboratorium.
4. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan desain observasional
bersifat analitik dan menggunaka pendekatan cross
sectional, dimana variabel bebas dan variabel terikat
di observasi dan diukur dalam waktu yang sama.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita
DM tipe 2 yang dirawat jalan di RS Qim Batang
tahun 2013yang berjumlah 119 pasien namun hanya
menggunakan sampel berjumlah 58 orang untuk
mengurangi terjadinya kesalahan.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk
pengambilan data adalah metode observasi,
pengukuran antropometri dan wawancaraberdasarkan
pertanyaan-pertanyaan yang ada pada lembar
kuesioner dimana jawaban juga akan diisi pada
lembar tersebut.
5. Analisis Statistik Analisa data yang digunakan adalah analisis univariate
dan analisis bivariate.
Analisis univariate : Hasilnya menunjukan bahwa
distribusi frekuensi variabel yang mempunyai
hubungan bermakna dengan kepatuhan diit dengan
kadar gila sebanyak 40 responden, dengan kadar gula
darah terkontrol sebanyak 42,5% dan yang tidak
terkontrol sebanyak 59,0%, sedangkan dari 18
responden, dengan kadar gula darah terkontrol
sebanyak 11,1% dan yang tidak terkontrol sebanyak
88,9% dan kepatuhan konsumsi obat antidiabetic
sebanyak 43 responden, dengan kadar gula darah
terkontrol sebanyak 41,9% dan yang tidak terkontrol
sebanyak 58,1%,sedangkan dari 15 responden,
dengan kadar gula terkontrol sebanyak 6,7% dan
yang tidak terkontrol sebanyak 93,3%. Sedangkan
variabel yang tidak berhubungan adalah kepatuhan
melakukan latihan jasmani sebanyak 43 rsponen,
dengan kadar gula darah terkontrol sebanyak 32,6%
dan yang tidak terkontrol sebanyak 67,4%, sedangkan
15 responden dengan kadar gula darah terkontrol
sebanyak 33,3% dan yang tidak terkontrol sebanyak
66,7% dan kepatuhan berhenti merokok sebanyak 51
responden dengan kadar gula darah terkontrol
sebanyak 37,3% dan yang tidak terkontrol sebanyak
62,7%,sedangkan dari 7 responden dengan kategori
tidak patuh berhenti merokok semuanya (100%)
mempunyai kadar gula darah tidak terkontrol.

Analisis bivariate : penelitian dengan uji chi-square


dan fisher (alpha=0,05) menunjukkan bahwa variabel
yang mempunyai hubungan bermakna dengan kadar
gula darah adalah kepatuhan diit (p=0,018) dan
kepatuhan konsumsi obat antidiabetik (p=0,012),
sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah
kepatuhan melakukan latihan jasmani (p=1,000), dan
kepatuhan berhenti merokok (p=0,083). Nilai ini
dapat diinterpretasikan bahwa hubungan modifikasi
gaya hidup dan kepatuhan konsumsi obat antidiabetic
dengan kadar gula darah pada penderita Diabetes
Militus Tipe 2 di kategorikan sedang karena telah
dijelaskan oleh peneliti bahwa selain ada
hubungannya kepatuhan konsumsi obat
antidiabeticdengan p value = 0,019. dan kepatuhan
diit kadar gula dengan kadar gula darah pada
penderita DM tipe 2 di RS QIM Batang dengan p
value = 0,012 selain itu ternyata ada factor yang tidak
ada hubungannya dengan kadar gula darah pada
penderita DM tipe 2 seperti latihan jasmani dengan p
value = 1,000 dan kepatuhan berhenti merokok
dengan p value = 0,083.
BAB III
Pembahasan

Keselamatan pasien (patient safety) adalah pemberi pelayanan di rumah


sakit yang membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian
risiko, identifikasi dan pengolahan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan.
Salah satu tujuan dari keselamatan pasien adalah mengurangi angka
insiden keselamatan pasien (IKP). Insiden keselamatan pasien adalah setiap
kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien. IKP terdiri dari
1. Kejadian tidak diharapkan (KTD)
2. Kejadian nyaris cedera (KNC)
3. Kejadian tidak cedera (KTC)
4. Kejadian potensial cedera (KPC)
Tenaga kesehatan Rumah Sakit (RS) seperti dokter,perawat,apoteker
bahkan pasien diminta untuk melaporkan ketika terjadi kesalahan,sehingga yang
lain dapat belajar dari pengalaman mereka. Analisis dari kejadian yang merugikan
atau dapat merugikan pasien dapat membantu untuk mengungkap kelemahan
sistem yang penting.
Melaporkan tanpa mempelajari tidak akan memiliki tujuan. Sistem
pelaporan perlu memiliki fungsi untuk mencari penjelasan logis serta dapat
dipertanggung jawabkan selain itu, perangkat seperti stimulus, teknologi
informasi kesehatan, analisis data kuantitatif, dan yang lainnya juga berguna pada
PSRI. Riset dan peningkatan mutu harus berjalan bersamaan untuk dapat memulai
dan mempertahankan peningkatan mtu. Rumah sakit harus berfokus pada kerja
teknis dan kerja adaptif- kerja teknis melibatkan solusi dan ilmu pengetahuan
yang diketahui, sedangkan kerja adaptif akan memerlukan perubahan pada nilai,
sikap, atau kepercayaan untuk mempertahakan peningkatan mutu.

PENDAPAT
Adanya sistem IKP (Insiden Keselamatan Pasien) ini sangat baik apa lagi
didukung dengan KTD (Kejadian Tidak Diharapkan),KNC (Kejadian Nyaris
Cidera), KTC (Kejadian Tidak Cidera), KPC (Kejadian Potensial Cidera) dan
sentinel ini sangat dibutuhkan dalam dunia kesehatan yaitu pelayanan kesehatan.
Dimana dengan adanya IKP (Insiden Keselamatan Pasien) ini kita mampu belajar
dari kesalahan dan sangat membantu dalam meminimalisir terjadinya kesalahan,
kecelakan pada pasien, dimana setiap petugas kesehatan melakukan kesalahan
melakukan pelaporan dan dengan adanya pelaporan akan dibahas dan dipelajari
bagaimana meminimalisir kesalahan dan dapat menemukan akar masalah
terjadinya kesalahan / kecelakaan kerja dan pasien sehingga petugas kesehatan
yang melakukan kesalahan dan petugas kesehatan lainnya dapat mengantisipasi /
berhati-hati dalam melakukan tindakan sehingga dapat mengurangi resiko
terjadinya kesalahan dan mengurangi angaka terjadinya kesalahan dan keselamat
kerja dan pasien.

Cara menurunkan jumlah Insiden Keselamatan Pasien (IPK)


Setiap rumah sakit dan fasilitas pelayan kesehatan memiliki sistem
pelaporan setempat dengan mengumpulkan kertas catatan atau formulir insiden
dalam bentuk elektronik/kertas/surat untuk menurunkan jumlah insiden
keselamatan pasien (IPK).
Sebuah insiden singkat yang dilihat secara langsung oleh staf, insiden
yang lebih serius dapat dibahas lebih detail untuk dijadikan sebuah pembelajran
serta untuk menyelesaikan khasus untuk tidak terulangi kembali dimasa akan
datang. Kejadian yang sudah terjadi, potensi terjadi maupun yang nyaris terjadi.
Kematian yang dapat dihindari atau kejadian nyaris cedera yang serius dapat
diperiksa oleh tim investigasi ditingkat lokal, dengan menggunakan tehnik akar
masalah.
Pada pelayana kesehatan, jenis lain dari pelaporan meliputi kejadian
signifikan setempat tempat praktik umum, dimana staf didorong untuk
mengidentifikasi berbagai insiden sehingga dapat membantu yang lain untuk
belajar.

Cara menurunnya KTD di Rumah Sakit (RS)


1. Pasien dilakukan assessment risiko jatuh
2. Pagar tempat tidur pasien terpasang benar
3. Pasien dimonitor sebelum dan sesudah sertiap satu jam sekali
4. Pasien diberikan sedative
5. Bel pasien berada pada posisi yang bisa diraih oleh pasien
6. Memberikan obat sesuai dengan prinsip 5 benar
7. Selalu berkomunikasi dengan perawat lain dan dokter untuk menghindari
mis komunikasi

Cara meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien


1. Mempelajari penanggung jawab pelayanan
2. Mempelajari pelayanan yang diterima oleh pasien
3. Mempelajari kondisi ruangan
4. Mempelajari obat-obatan yang diberikan
5. Selalu menyusunan rencana asuhan pasien
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Keselamatan pasien (patient safety) adalah pemberi pelayanan di rumah


sakit yang membuat asuhan pasien lebih aman. Insiden Keselamatan Pasien (IKP)
adalah suatu sistem yang digunkan di tempat pelayanan kesehatan seperti Rumah
Sakit yag terdiri dari KTD (Kejadian Tidak Diharapkan),KNC (Kejadian Nyaris
Cidera), KTC (Kejadian Tidak Cidera), KPC (Kejadian Potensial Cidera) dan
sentinel.
Dalam kasus diatas, masih banyak terjadi fenomena tidak dilaporkannya
Insiden Keselamatan Pasien (IKP). Hasil laporan pada tahun 2012 disebutkan
bahwa terjadi 55 insiden keselamatan pasien atau 1,03% dari seluruh kunjungan
rawat inap dan 30 insiden atau 0,44% pada tahun 2013. Angka ini jauh lebih kecil
dibandingkan angka statistic nasional maupun internasional.

Saran

Perlu diadakan reword untuk seseorang yang telah melakukan laporan insiden
keselamatan pasien (IKP) agar pelapor merasa dihargai dan tidak merasa takut
jika sewaktu-waktu ingin melaporkan suatu inden keselamatan pasien (IKP)
DAFTAR PUSTAKA

Panesar, Sukhmeet S, Andrew Carson- Stevens, Sarah A. Salvilla dan Aziz


Sheikh. 2017. At a Glance Keselamatan Paien dan Peningkatan Mutu Pelayanan
Kesehatan. Jakarta. Erlangga

Gunawan, Fajar Yuli Widodo, Tatong Harijant. 2015. Analisis Rendahnya


Laporan Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran
Brawijaya, Vol 28, Suplemen No. 2

http://ppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/Pelaporan-Insiden-
Keselamatan-Pasien_200516.pdf

You might also like