You are on page 1of 13

20

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep


Untuk lebih jelasnya tentang hubungan indeks massa tubuh (IMT) dan
kejadian sindroma pramenstruasi (PMS) dapat dilihat dari variabel independen
dan dependen yang tergambar pada skema kerangka konsep penelitian berikut
ini.

Variabel independen Variabel dependen

Indeks Massa Tubuh Sindroma Pramenstruasi

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian (variabel independen dan dependen)

3.2. Variabel dan Definisi Operasional


Dibawah ini disertakan tabel definisi operasional untuk penelitian ini :

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional Alat Skala Hasil Ukur
Dependen Ukur Ukur
Sindroma Sekumpulan tanda- Kuesioner Nominal  Ya
Pramenstruasi tanda dan gejala  Tidak
(PMS) sebelum haid.

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Independen Ukur
Indeks Massa Hasil pengukuran Timbangan Ordinal IMT rendah :
Tubuh (IMT) berat badan dalam berat <18.50 kg/m2
kilogram per tinggi badan dan IMT normal :
badan dalam meter pita ukur. (18.50 – 22.99) kg/m2
kuadrat. IMT tinggi :
≥23.00 kg/m2

20
21

3.3. Hipotesa
Ho : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh
dengan kejadian sindroma pramenstruasi (PMS) pada mahasiswa di Fakultas
Kedokteran USU.

Ha : Terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan


kejadian sindroma pramenstruasi (PMS) pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran
USU.

21
22

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk melihat hubungan antara
indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian sindroma pramenstruasi (PMS) pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Penelitian ini bertujuan untuk mencari
ada tidaknya hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai dengan
Oktober 2012. Pengambilan data dilaksanakan di Fakultas Kedokteran USU.

4.3. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian


Yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswi yang sedang menuntut
di Fakultas Kedokteran USU Stambuk 2009.

4.3.1. Kriteria Inklusi Sampel


1. Wanita yang telah mengalami menstruasi dan belum menopause.
2. Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Stambuk 2009.
3. Bersedia menjadi responden.

4.3.2. Kriteria Eksklusi Sampel


1. Telah menjalani atau sedang menjalani pengobatan gangguan psikiatri.
2. Sedang menjalani pengobatan hormonal.
3. Pernah mengalami tindakan operasi alat kandungan.
4. Dalam pengobatan penyakit alat kandungan.

22
23

4.3.3. Cara Pengambilan Sampel


Peneliti memilih tehnik simple random sampling dalam metode random
sampling untuk melaksanakan penelitian ini. Pengambilan sampel secara simple
random sampling adalah untuk memberikan kesempatan yang sama kepada
semua subjek dari populasi yang ditentukan untuk terpilih menjadi responden
dalam penelitian ini.

4.3.4. Besar Sampel


Menurut Dr Arlinda Sari Wahyuni, rumus perhitungan besar sampel
untuk penelitian estimasi dengan data proporsi terbatas adalah seperti berikut :
N × Zα 2 × P × Q
n=
(N − 1)d 2 + Zα 2 × P × Q
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
Zα = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu
P = harga proporsi di populasi
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditelerir
Q=1-P

Untuk mendapatkan ketelitian yang cukup memadai dari suatu hasil


berupa persentase pada skrining populasi dengan konfidensi 95% dengan tingkat
signifikansi 5%, perkiraan persentase kejadian sindroma pramenstruasi 35% dan
tingkat presisi sebesar 10%, maka dimasukkan nilai tersebut sebagai berikut:
269(1.962 )(0.35)(1 − 0.35)
n=
(269 − 1)(0.12 ) + 1.962 (0.35)(1 − 0.35)
n = 66.15

23
24

4.4. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berupa kuesioner dan alat ukur tinggi badan dan timbangan berat badan.
Kuesioner terdiri atas 2 bagian yaitu :
1. Data demografi responden yang berupa identitas responden.
2. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk menentukan apakah
responden mengalami gejala sindroma pramenstruasi (PMS). Dimana
terdapat dua kriteria pertanyaan, yaitu kriteria mayor untuk gejala mayor
atau yang paling sering muncul, dan kriteria minor untuk gejala minor
atau yang agak jarang muncul.
Dari data demografi responden, peneliti akan mendapatkan indeks massa
tubuh responden dengan menghitung berat badan dan tinggi badan responden
yang telah diisi oleh responden di dalam kuesioner tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan pada bagian kedua kuesioner tersebut adalah yang
telah dijabarkan dari kriteria diagnostik sindroma pramenstruasi menurut DSM-
IV-TR. Apabila responden menjawab YA bagi salah satu gejala mayor yaitu
diantara nomor 1.1 hingga 1.5, dan minimum 5 gejala minor yaitu antara nomor
1.6 hingga 1.19, serta responden memilih jawaban YA bagi pertanyaan nomor 2,
3, dan 4, barulah responden dikatakan mengalami sindroma pramenstruasi.

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas


Berdasarkan uji validitas, nilai Pearson correlation pada kesemua
pertanyaan di dalam bagian 2 kuesioner tersebut adalah di atas 0,374 dan
menepati tingkat signifikan 0,01 atau 0,05. Ini berarti tidak ada pertanyaan yang
perlu dibuang dari kuesioner tersebut dan ini menunjukkan kuesioner tersebut
adalah valid.
Uji reliabilitas adalah dengan melihat hasil uji reliabilitas dengan metode
Cronbach’s Alpha yang mana menyatakan reliabilitas kurang dari 0,6 tidak
dapat diterima, 0,7 dapat diterima, dan di atas 0,8 adalah baik. Untuk uji

24
25

reliabilitas pada kuesioner didapatkan nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,881, ini
menunjukkan alat ukur kuesioner tersebut adalah reliabel.
4.5. Metode Analisis Data
Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe
tehnik statistik, yakni tehnik pengolahan data dengan menggunakan analisis
statistik. Biasanya analisis ini digunakan untuk pengolahan data kuantitatif.
Pengolahan dan analisis data kuantitatif ini dapat dilakukan manual ataupun
dengan bantuan alat komputer. Untuk pengolahan data dengan menggunakan
alat komputer, data perlu diterjemahkan ke dalam bahasa komputer yaitu dengan
memberikan kode-kode tertentu sesuai bahasa program yang digunakan untuk
penelitian ini. Untuk penelitian ini, software SPSS akan digunakan untuk
pengolahan data yang telah dikumpulkan.
Untuk uji hipotesis dengan pendekatan probabilistik, nilai p (p value)
akan ditampilkan. Dengan nilai p ini peneliti akan dapat menggunakannya untuk
keputusan uji statistik dengan cara membandingkan nilai p dengan nilai α
(alpha). Bila nilai p≤ nilai α , maka keputusan Ho ditolak. Bila nilai p > nilai
α , maka keputusan adalah Ho gagal ditolak.

25
26

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian


5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Responden
Penelitian hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian sindroma
pramenstruasi pada kalangan mahasiswa stambuk 2009 Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara tahun 2012 ini telah dilakukan selama 1 bulan
terhitung tanggal 1 September 2012 sampai dengan 1 Oktober 2012 untuk
mendapatkan sampel sejumlah 80 orang. 80 orang mahasiswi yang terpilih ini
adalah yang telah memenuhi kriteria penelitian.
Sebanyak 80 subjek didapatkan usia rata-rata 21,1 tahun, usia minimum
19 tahun dan usia maksimum 26 tahun. Dengan pengukuran berat badan dan
tinggi badan didapatkan rata-rata berat badan 51,9 Kg, rata-rata tinggi badan
1,59 meter, dan dilakukan penghitungan indeks massa tubuh masing-masing
sampel didapatkan rata-rata indeks massa tubuh 20,55 Kg/m2. Berdasarkan
pengukuran berat badan dan tinggi badan tersebut, yang termasuk dalam IMT
normal seramai 44 orang (55%), IMT kurang seramai 22 orang (27,5%) , dan
IMT berlebih seramai 14 orang (17,5%).

Tabel 5.1 : Karakteristik Respon


Karakteristik Rerata Minimum Maksimum

Umur (Tahun) 21.10 19 26

Berat badan (Kg) 51.9 37 97

Tinggi badan (meter) 1.59 1.45 1.68

Tabel 5.2 : Karakteristik Indeks Massa Tubuh Responden


IMT n %

Rendah 22 27,5

26
27

Normal 44 55

Tinggi 14 17,5

Total 80 100

5.1.2. Hasil Analisa Data


Tabel 5.3 : Kejadian Sindroma Pramenstruasi pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran USU
n %

PMS 51 63,8

Tidak PMS 29 36,3

Total 80 100

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dari kumpulan gejala sindroma


premenstruasi yang didapat dari responden, seramai 51 orang (63,8%) menderita
sindroma pramenstruasi dan yang tidak menderita sindroma pramenstruasi
adalah seramai 29 orang (36,3%).

Tabel 5.4 : Hubungan indeks massa tubuh dengan Kejadian Sindroma


Pramenstruasi
Indeks Massa Tubuh (IMT) Sindroma Pramenstruasi (PMS)

(Kg/m2) Tidak PMS PMS

Rendah 11 (13,8%) 11 (13,8%)

Normal 15 (18,8%) 29 (36,3%)

Tinggi 3 (3,8%) 11 (13,8%)

Total 29 (36,3%) 51 (63,8%)

27
28

Dari 80 subjek didapatkan seramai 51 orang (63,8%) yang mengalami


sindroma pramenstruasi, dan sisanya seramai 29 orang (36.3%) tidak
mengalami sindroma pramenstruasi.
Dari 51 subjek yang mengalami sindroma pramenstruasi didapatkan 11
orang (21.6%) dengan IMT kurang, 29 orang (56.9%) dengan IMT normal, dan
11 orang (21.6%) dengan IMT berlebih (Tabel 5.4).
Berdasarkan persenatase kejadian sindroma pramenstruasi menurut
kelompok indeks massa tubuh, kejadian tertinggi adalah dalam kelompok indeks
massa tubuh berlebih yaitu 23 Kg/m2 adalah 78,6%. Pada kelompok indeks
massa tubuh normal yaitu 18,5 Kg/m2 adalah 65,9% dan indeks massa tubuh
kurang yaitu dibawah 18,5 Kg/m2 adalah 50%.
Dari keluhan-keluhan subjek didapatkan bahawa gejala sindroma
pramenstruasi yang paling banyak dikeluhkan oleh subjek adalah kelelahan
(80.39%), nafsu makan yang berubah (78,43%), kemarahan dan irritabilitas
(76.47%), kecemasan dan perasaan tidak tenang (76.47%), gelisah (72.55%).

Tabel 5.5 : Keluhan Terbanyak Sindroma Pramenstruasi Subjek Penelitian


Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Sindrom Pramenstruasi
No Gejala n %

1 Kelelahan 41 80.39

2 Nafsu makan yang bertambah atau berubah 40 78.43

3 Kemarahan atau irritabilitas yang menetap dan jelas 39 76.47

4 Kecemasan dan perasaan tidak tenang 39 76.47

5 Gelisah 37 72.55

6 Sakit pinggul 36 70.59

7 Perut kembung 34 66.67

8 Nyeri sendi atau otot 34 66.67

28
29

9 Suka menangis atau perasaan tiba-tiba sedih 31 60.78

10 Nyeri payudara 30 58.82

11 Mood terdepresi yang jelas dan perasaan putus asa 26 50.98

12 Konsentrasi berkurang 25 49.02

13 Sakit kepala 25 49.02

14 Kecanduan terhadap makanan tertentu 24 47.06

15 Insomnia atau hipersomnia 23 45.1

16 Bermusuhan atau meningkatnya kepekaan terhadap penolakan 22 43.14

17 Sifat agresif atau pemberontak 18 35.29

18 Pertambahan berat badan 15 29.41

19 Perasaan mual atau muntah 14 27.45

5.1.3. Analisa Pengujian Hipotesa


Pengujian hipotesa telah dikemukakan dalam bab 3 dilakukan analisa
dengan menggunakan kaedah uji Chi-square. Dengan menggunakan SPSS, data-
data yang telah didaptkan diolah dalam tabel tabulasi silang dan didapatkan nilai
Chi-square adalah 3,219, nilai df = 2, dan didapatkan nilai p adalah 0,20 dimana
adalah >0,05. Maka dengan ini menunjukkan hipotesa nol diterima yang berarti
tidak ada hubungan bermakna antara indeks massa tubuh dengan kejadian
sindroma pramenstruasi.

5.2. Pembahasan
Sindroma pramenstruasi (PMS) merupakan gangguan
psikoneuroendokrin yang umumnya dikeluhkan oleh perempuan pada dua

29
30

minggu sebelum terjadinya menstruasi. Pada penelitian ini dilakukan pengisian


kuesioner untuk mendapatkan keluhan responden yang digunakan untuk
menegakkan diagnosa sindroma pramenstruasi pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran USU Stambuk 2009.
Diagnosa sindroma pramenstruasi ditegakkan bila ditemukan 5 gejala
sindroma pramenstruasi dengan minimal terdapat 1 gejala mayor. Dari hasil
pengisian kuesioner tersebut ditegakkan adanya sindroma pramenstruasi
sebanyak 51 responden (63,8%) dari 80 responden yang diteliti. Hasil penelitian
ini adalah lebih tinggi dari hasil penelitian sebelumnya yang pernah dijalankan
di Saudi Arabia yaitu sebanyak 35,6% (Balaha, 2010).
Berdasarkan kejadian sindroma pramenstruasi (PMS) yang didapat dalam
tiap kelompok kategori indeks massa tubuh (IMT), persentase kejadian PMS
yang tertinggi adalah pada kategori (IMT) yang melebihi normal yaitu sebanyak
78,6%, manakala kejadian pada IMT normal sebanyak 65,9% dan IMT rendah
sebanyak 50%. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahawa
indeks massa tubuh memprediksi persentase lemak dalam tubuh sehingga IMT
dengan berat badan yang berlebih memiliki persentase lemak tubuh yang tinggi
berbanding IMT dengan berat badan normal maupun berat badan yang rendah.
Hal ini juga akan mempengaruhi pula peningkatan jumlah kadar estrogen yang
merupakan salah satu faktor untuk terjadinya sindroma pramenstruasi (William,
2001).

Berdasarkan gejala PMS terbanyak yang dialami responden, yang paling


banyak dikeluhkan adalah kelelahan (80,39%), nafsu makan yang bertambah
atau berubah (78,43%), kemarahan atau iritabilitas yang menetap dan jelas
(76,47%), kecemasan dan perasaan tidak tenang (76,47%). Manakala, keluhan
yang paling sedikit dikeluhkan adalah pertambahan berat badan dan perasaan
mual atau muntah yaitu masing-masing 29,41% dan 27,45%. Etiologi dari
kejadian kelelahan pada penderita PMS masih belum dapat ditegakkan.
Beberapa penelitian mendapatkan adanya peningkatan kadar estrogen, kadar

30
31

progesteroan yang menurun, atau rasio estrogen dengan progesteron yang tidak
normal (Maulana, 2008).
Pada penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan karena cara
pengambilan sampel pada penelitian ini kurang mewakili semua wanita usia
produktif. Cara pengambilan sapel ini dilakukan untuk mempermudah peneliti
dalam mengontrol variabel karena penelitian ini menggunakan metodologi yang
sederhana.

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan penelitian ini didapatkan angka kejadian sindroma
pramenstruasi adalah sebanyak 51 orang (63,8%) pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2009.
2. Berdasarkan penilitian ini juga didapatkan rata-rata indeks massa tubuh
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk
2009 adalah 20,55 Kg/m2.

31
32

3. Dari hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan


antara indeks massa tubuh dengan kejadian sindroma pramenstruasi pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk
2009.

6.2. Saran
1. Dapat dilakukan penelitian sekuel dengan kelompok yang lebih besar
untuk mendapatkan gambaran hasil penelitian yang lebih mengarah
kepada hubungan antara indeks massa tubuh dan kejadian sindroma
pramenstruasi dikarenakan angka kejadian yang didapat pada penelitian
ini belum dapat digeneralisasi karena subjek penelitian hanya terbatas
pada sekelompok responden yang belum dapat mewakili populasi yang
diharapkan.
2. Diperlukan penelitian dengan subjek yang lebih heterogen.

DAFTAR PUSTAKA

Anon (a), 2007. Epidemiology and Etiology of Premenstrual Syndrome.


Available from:
http://www.medscape.org/viewarticle/553603, [Accessed 8 Mei 2012]

Anon (b), 2008. Premenstrual Syndrome. Available from:


http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/premenstrual+syndrome,
[Accessed 8 Mei 2012]

32

You might also like