You are on page 1of 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan peristiwa yang penting dalam kehidupan seorang wanita
dan keluarganya untuk memperoleh keturunan. Kehamilan adalah suatu proses
penyatuan dari spermatozoadan ovum yang selanjutnya akan terjadi nidasi. (Mochtar,
2012; h. 35)
Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena adanya
perubahan jumlah hormone estrogen dan progesteron yang mengalami peningkatan
sehingga mempengaruhi kondisi ibu. Oleh sebab itu, biasanya selama kehamilan ibu
mengalami berbagai keluhan seperti nyeri, mual, muntah, termasuk keluhan sakit gigi
dan mulut. Kondisi gigi dan mulut ibu hamil terutama terlihat pada gingival yang
seringkali ditandai dengan adanya pembesaran gusi yang mudah berdarah karena
perubahan pada system hormonal dan vaskuler bersamaan dengan faktor iritasi lokal
dalam rongga mulut (Adyatmaka, 1992).
Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang ringan dengan tanda gejala
klinis berupa gingiva berwarna merah, membengkak dan mudah berdarah tanpa
ditemukan kerusakan tulang alveolar (Carranza, 2012).
Penyakit periodontal di Benua Amerika memiliki prevalensi lebih tinggi
dibandingkan dengan individu Latin serta non-Hispani. Sedangkan dalam populasi
Israel, individu Yaman, Afrika Utara, Asia, memiliki prevalensi penyakit periodontal
lebih tinggi daripada individu dari keturunan Eropa. Prevalensi gingivitis di Amerika
mencapai lebih dari 82% pada penduduk usia muda dan lebih dari 50% pada orang
dewasa dengan kategori gingivitis sedang mencapai 75%. Prevalensi gingivitis
kehamilan sendiri di dunia berkisar antara 30% sampai 100% dari jumlah seluruh ibu
hamil didunia (Bansal, 2012).
Hasil riset Academy of General Dentistry yang dikutip dari Novianto (2010) juga
menunjukkan, ibu hamil yang menderita infeksi gusi memiliki kemungkinan 6 kali
lebih tinggi untuk melahirkan bayi premature dan bayi lahir dengan berat badan
rendah. Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) mencatat radang gusi merupakan
masalah mulut dan gigi yang sering menimpa ibu hamil dimana 5%-10% mengalami
pembengkakan gusi. Catatan PDGI diperkuat Journal of Periodontology yang
diterbitkan tahun 1996. Riset itu mencatat 7 dari 10 perempuan hamil yang menderita
radang gusi berpotensi besar memiliki anak yang lahir secara prematur. Data tersebut
diperkuat Survei Kesehatan Nasional tahun 2002 yang menyebutkan bahwa 77% dari
ibu hamil yang menderita radang gusi melahirkan bayi secara prematur (Republika,
2009).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 dan 2013,
persentase penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut termasuk gingivitis di
Indonesia mengalami peningkatan sebesar 2,5% yakni sebesar 23,4% pada tahun
2007 (Kementrian Kesehatan RI, 2007) dan 25,9% pada tahun 2013. Peningkatan
tersebut juga sebanding dengan proporsi jenis kelamin yakni perempuan meningkat
2,8% dan lebih tinggi dari pada laki-laki yang hanya mengalami peningkatan sebesar
2,3% (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Di Indonesia, gingivitis menduduki urutan kedua yaitu mencapai 96,58%.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013, masalah gigi
dan mulut termasuk penyakit pada gingiva di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 31,6%.
Penelitian sebelumnya menunjukan prevalensi gingivitis sekitar 94,4% dengan 63,97
tingkat keparahan ringan dan 30,6% tingkat keparahan sedang.
Data dari Dinas Kesehatan Kota Padang menunjukkan, penyakit periodontitis
(termasuk gingivitis) menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak di kota
Padang dengan jumlah penderita tahun 2009 adalah 22.210 jiwa (Dinkes Kota
Padang, 2010). Setelah dilakukan studi pendahuluan pada ibu hamil yang berkunjung
melakukan pemeriksaan ke poliklinik KIA Ibu di Puskesmas Andalas Kecamatan
Padang Timur, dari 10 orang ibu hamil yang dilakukan pemeriksaan kebersihan mulut
dan pemeriksaan status gingivitis, didapatkan 3 ibu memiliki oral hygiene (OH) yang
baik dengan status gingivitis ringan, 5 ibu hamil dengan OH sedang dengan status
gingivitis sedang dan 2 ibu hamil mempunyai OH yang buruk mengalami gingivitis
berat.
Puskesmas Talang menyediakan berbagai jenis pelayanan kesehatan, diantaranya
poliklinik umum, Antenatal Care (ANC), poliklinik gigi dan gizi. Berdasarkan data
bulan Januari sampai dengan September tahun 2010 jumlah kunjungan umum poli
gigi sebanyak 2.536 kunjungan dengan kasus penyakit periodontal sebanyak 560
orang (22%). Berdasarkan data tersebut, kejadian gingivitis tercatat sebanyak 127
kasus (22,6%) dengan 17 kasus (13,3%) diantaranya pada ibu hamil. Pada tahun
2008, penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam
daftar 10 besar penyakit, dengan menduduki peringkat ke 9 (Rekam Medis
Puskesmas Talang, 2010).
Hasibuan (2007), menyatakan bahwa istilah gingivitis kehamilan di buat untuk
menggambarkan keadaan klinis peradangan gingiva yang terjadi pada kebanyakan
ibu hamil. Perubahan gingival biasanya mulai terlihat pada kehamilan usia dua bulan,
dan akan mencapai puncaknya pada bulan kedelapan. Hal ini disebabkan karena
adanya peningkatan hormon estrogen dan progesteron selama periode kehamilan,
serta adanya vaskularisasi yang menyebabkan respon berlebih terhadap factor iritasi
lokal. Manson (1993) mengatakan bahwa banyak faktor penyebab gingivitis antara
lain, plak, status kebersihan gigi dan mulut, susunan gigi yang tidak teratur, karies
gigi, pemakaian kawat ordonti, kebiasaan bernafas lewat mulut, dan merokok.
Richard (2009) Menyatakan fusobacterium fusiformis adalah bakteri yang normalnya
ada dalam mulut, namun bila dibiarkan berkembang biak, dapat menyebabkan
gingivitis.
Gingivitis merupakan penyakit yang sering dijumpai pada masyarakat karena
dapat menyerang semua umur dan jenis kelamin. Terjadinya gingivitis berawal dari
plak yang berakumulasi dalam jumlah banyak, inflamasi gingiva ini cenderung
dimulai pada daerah papilla interdental dan menyebar pada leher gigi. Lesi awal akan
timbul dalam 2-4 hari dan akan menjadi gingivitis pada waktu 2-3 minggu kemudian
(Carranza, 2012).
Secara umum, faktor utama terjadinya gingivitis adalah plak. Sedangkan faktor
risiko lain yang mempengaruhi keparahan gingivitis antara lain: kalkulus, karies,
umur, jenis kelamin, taraf pendidikan, penghasilan dan daerah tempat tinggal. Ada
juga beberapa faktor risiko lainnya yang mempengaruhi keparahan gingivitis antara
lain: oral hygiene yang buruk, defisiensi nutrisi dan protein, faktor psikologis (stress),
penyakit metabolisme serta gangguan penyakit hematologi seperti leukimia dan
anemia (Deliemuthe, 2008).
Pada perempuan, gingivitis dapat menjadi lebih parah apabila perempuan tersebut
dalam keadaan hamil. Keadaan inilah yang sering disebut pregnancy gingivitis.
Gingivitis kehamilan terjadi sebagai hasil dari peningkatan kadar hormon estrogen
dan progesteron. Hormon inilah yang dapat merangsang pembentukan prostaglandin
pada gingiva ibu hamil.
Perubahan hormonal juga dapat menekan limfosit T dan mempengaruhi
peningkatan P. Intermedia sehingga menyebabkan kerentanan peradangan dan
berakibat pada terjadinya gingivitis kehamilan (Gani, 2014). Gingivitis dapat
menyebabkan beberapa komplikasi seperti abses pada gingival dan tulang rahang,
infeksi pada tulang rahang maupun gusi, periodontitis, berulangnya gingivitis dan
terjadinya palung pada mulut (Deliemuthe, 2008).
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Poli Gigi Puskesmas
Brebes pada bulan Januari 2017 terhadap 30 ibu hamil didapatkan hasil bahwa
sebanyak 18 ibu hamil (60%) mengalami kasus gingivitis. Adapun dari 18 ibu hamil
yang mengalami gingivitis didapatkan sebesar 73% ibu hamil memiliki pendidikan
yang rendah yakni sebesar 39% berpendidikan SD dan sebesar 34% berpendidikan
SMP. Sebesar 72% ibu hamil bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sebesar 84% ibu
hamil memiliki penghasilan sedang. Sebesar 28% ibu hamil memiliki status
Sementara kondisi kekurangan gizi ditunjukkan oleh Kekurangan Energi Kronis
(KEK) yaitu sebesar 39% mengalami anemia yang terbagi menjadi 23% anemia
ringan dan 16% anemia berat.
Distribusi ibu hamil berdasarkan usia kehamilan antara lain: sebesar 28% ibu
hamil trimester 1, sebesar 45% ibu hamil trimester 2 dan sebesar 27% ibu hamil
trimester 3. Sebesar 28% ibu hamil memiliki susunan gigi tidak teratur (crowding).
Sebesar 78% ibu hamil mengalami karies. Selain itu, terdapat 12% ibu hamil yang
telah memiliki pengetahuan mengenai keterkaitan kesehatan gigi dan mulut dengan
kehamilan serta gingivitis dan sebesar 73% ibu hamil juga telah memiliki perilaku
kebersihan gigi dan mulut dalam kategori baik.
Puskesmas Bahu merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang ada di kota Manado yang memberikan layanan preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif. Kebanyakan ibu hamil juga lebih rutin memeriksakan kehamilannya
namun sering mengabaikan pemeriksaaan kesehatan gigi dan mulut. Sejauh ini
penelitian tentang status gingiva pada ibu hamil belum pernah dilakukan di
Puskesmas Bahu.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Pengaruh tingkat pengetahuan dan perilaku ibu hamil terhadap terjadinya
Gingivitis di Wilayah kerja Puskesmas X

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu :
1. Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu hamil tentang rentannya gingivitis yang
dialami selama kehamilan ?
2. Bagaimanakah perilaku ibu hamil dalam menjaga kebersihan rongga mulutnya di
wilayah kerja Puskesmas X ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk diketahui seberapa besar pengaruh tingkat pengetahuan dan perilaku
ibu hamil terhadap terjadinya gingivitis di wilayah kerja puskesmas X Kota
Bengkulu
Tujuan Khusus
a. Diketahui karakteristik ibu hamil meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan,
tingkat penghasilan, usia ibu hamil, usia kehamilan, tingkat pengetahuan dan
prilaku, status gingivitis
b. Diketahui rata-rata tingkat pengetahuan dan perilaku dalam menjaga
kesehatan mulut dan gigi selama kehamilan
c. Diketahui pengaruh tingkat pengetahuan dan perilaku terhadap terjadinya
gingivitis Selama kehamilan

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Menambah ilmu pengetahuan/wawasan serta pengalaman belajar di bidang
ilmu keperawatan maternitas khususnya kesehatan mulut dan gigi ibu hamil
serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan dalam bentuk riset keperawatan
2. Bagi ibu hamil
a. Meningkatkan pengetahuan dan perilaku terhadap kebersihan mulut dan gigi
terutama saat hamil
b. Dapat mengetahui dampak dari gingivitis terhadap ibu maupun bayi
c. Dapat dijadikan sebagai acuan untuk lebih meningkatkan kebersihan mulut
dan gigi berdasarkan status gingivitis
d. Mencegah dan mengurangi inflamasi rongga mulut
3. Bagi Institusi Pendidikan
a. Menambah referensi dibidang ilmu kesehatan mengenai pengaruh tingkat
pengetahuan dan perilaku ibu hamil terhadap terjadinya gingivitis di wilayah
kerja puskesmas X Kota Bengkulu
4. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
a. Dapat dijadikan acuan untuk lebih meningkatkan program puskesmas
dibidang pelayanan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil seperti kegiatan
promotif, preventif maupun rehabilitatif tentang pentingnya menjaga
kesehatan dan kebersihan mulut selama kehamilan
b. Meningkatkan frekuensi kunjungan ibu hamil untuk memeriksakan kesehatan
rongga mulutnya ke dokter gigi bersamaan pada saat pemeriksaan
kehamilannya

You might also like