You are on page 1of 10

ALJABAR

Aljabar (Algebra) adalah cabang matematika yang mempelajari struktur, hubungan dan kuantitas.
Untuk mempelajari hal-hal ini dalam aljabar digunakan simbol (biasanya berupa huruf) untuk
merepresentasikan bilangan secara umum sebagai sarana penyederhanaan dan alat bantu
memecahkan masalah. Contohnya, x mewakili bilangan yang diketahui dan y bilangan yang ingin
diketahui. Sehingga bila Andi mempunyai x buku dan kemudian Budi mempunyai 3 buku lebih
banyak daripada Andi, maka dalam aljabar, buku Budi dapat ditulis sebagai y = x + 3. Dengan
menggunakan aljabar, Anda dapat menyelidiki pola aturan aturan bilangan umumnya. Aljabar
dapat diasumsikan dengan cara memandang benda dari atas, sehingga kita dapat menemukan pola
umumnya.
Aljabar telah digunakan matematikawan sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Sejarah mencatat
penggunaan aljabar telah dilakukan bangsa Mesopotamia pada 3.500 tahun yang lalu. Nama
Aljabar berasal dari kitab yang ditulis pada tahun 830 oleh Matematikawan Persia Muhammad ibn
Musa al-Kwarizmi dengan judul ‘Al-Kitab al-Jabr wa-l-Muqabala’ (yang berarti "The
Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing"), yang menerapkan operasi
simbolik untuk mencari solusi secara sistematik terhadap persamaan linier dan kuadratik. Sebelum
munculnya karya yang berjudul ‘Hisab al-Jibra wa al Muqabalah yang ditulis oleh al-Khawarizmi
itu, kata aljabar tidak pernah digunakan.Salah satu muridnya, Omar Khayyam menerjemahkan
hasil karya Al-Khwarizmi ke bahasa Eropa. Beberapa abad yang lalu, ilmuwan dan
matematikawan Inggris, Isaac Newton (1642-17 27) menunjukkan, kelakuan sesuatu di alam dapat
dijelaskan dengan aturan atau rumus matematika yang melibatkan aljabar, yang dikenal sebagai
Rumus Gravitasi Newton.
Aljabar bersama-sama dengan Geometri, Analisis dan Teori Bilangan adalah cabang-cabang
utama dalam Matematika. Aljabar Elementer merupakan bagian dari kurikulun dalam sekolah
menengah dan menyediakan landasan bagi ide-ide dasar untuk Ajabar secara keseluruhan, meliputi
sifat-sifat penambahan dan perkalian bilangan, konsep variabel, definisi polinom, faktorisasi dan
menentukan akar pangkat.
Sekarang ini istilah Aljabar mempunyai makna lebih luas daripada sekedar Aljabar Elementer,
yaitu meliputi Ajabar Abstrak, Aljabar Linier dan sebagainya. Seperti dijelaskan di atas dalam
aljabar, kita tidak bekerja secara langsung dengan bilangan melainkan bekerja dengan
menggunakan simbol, variabel dan elemen-elemen himpunan. Sebagai contoh Penambahan dan
Perkalian dipandang sebagai operasi secara umum dan definisi ini menuju pada struktur bilangan
seperti Grup, Ring, dan Medan (fields).

Klasifikasi dari Aljabar


Aljabar secara garis besar dapat dibagi dalam kategori berikut ini:
1. Aljabar Elementer, yang mempelajari sifat-sifat operasi pada bilangan riil direkam dalam
simbol sebagai konstanta dan variabel, dan Aturan yang membangun ekspresi dan
persamaan Matematika yang melibatkan simbol-simbol.(bidang ini juga mencakup materi
yang biasanya diajarkan di sekolah menengah yaitu ‘Intermediate Algebra’ dan ‘college
algebra’)
2. Aljabar Abstrak, kadang-kadang disebut Aljabar Modern, yang mempelajari Struktur
Aljabar semacam Grup, Ring dan Medan (fields) yang didefinisikan dan diajarkan secara
aksiomatis;
3. Aljabar Linier, yang mempelajari sifat-sifat khusus dari Ruang Vektor (termasuk Matriks);
4. Aljabar Universal, yang mempelajari sifat-sifat bersama dari semua Struktur aljabar.
Dalam studi Aljabar lanjut, sistem aljabar aksiomatis semacam Grup, Ring, Medan dan Aljabar di
atas sebuah Medan (algebras over a field) dipelajari bersama dengan telaah Struktur Geometri
Natural yang kompatibel dengan Struktur Aljabar tersebut dalam bidang Topologi.

Aljabar Elementer

Aljabar Elementer adalah bentuk paling dasar dari Aljabar, yang diajarkan pada siswa yang belum
mempunyai pengetahuan Matematika apapun selain daripada Aritmatika Dasar. Meskipun seperti
dalam Aritmatika, di mana bilangan dan operasi Aritmatika (seperti +, −, ×, ÷) muncul juga dalam
Aljabar, tetapi disini bilangan seringkali hanya dinotasikan dengan simbol (seperti a, x, y). Hal ini
sangat penting sebab: Hal ini mengijinkan kita menurunkan rumus umum dari aturan Aritmatika
(seperti a + b = b + a untuk semua a dan b), dan selanjutnya merupakan langkah pertama untuk
penelusuran yang sistematik terhadap sifat-sifat sistem bilangan riil.

Dengan menggunakan simbol, alih-alih menggunakan bilangan secara langsung, mengijinkan kita
untuk membangun persamaan matematika yang mengandung variabel yang tidak diketahui
(sebagai contoh “Carilah bilangan x yang memenuhi persamaan 3x + 1 = 10"). Hal ini juga
mengijinkan kita untuk membuat relasi fungsional dari rumus-rumus matematika tersebut (sebagai
contoh "Jika anda menjual x tiket, dan kemudian anda mendapat untung 3x - 10 rupiah, dapat
dituliskan sebagai f(x) = 3x - 10, dimana f adalah fungsi, dan x adalah bilangan dimana fungsi f
bekerja.").

Asal Mula Aljabar


Asal mula Aljabar dapat ditelusuri berasal dari bangsa Babilonia Kuno yang mengembangkan
sistem aritmatika yang cukup rumit, dengan hal ini mereka mampu menghitung dalam cara yang
mirip dengan aljabar sekarang ini. Dengan menggunakan sistem ini, mereka mampu
mengaplikasikan rumus dan menghitung solusi untuk nilai yang tak diketahui untuk kelas masalah
yang biasanya dipecahkan dengan menggunakan persamaan Linier, Persamaan Kuadrat dan
Persamaan Linier tak tentu. Sebaliknya, bangsa Mesir, dan kebanyakan bangsa India, Yunani, serta
Cina dalam milenium pertama sebelum masehi, biasanya masih menggunakan metode geometri
untuk memecahkan persamaan seperti ini, misalnya seperti yang disebutkan dalam ‘the Rhind
Mathematical Papyrus’, ‘Sulba Sutras’, ‘Euclid's Elements’, dan ‘The Nine Chapters on the
Mathematical Art’. Hasil karya bangsa Yunani dalam Geometri, yang tertulis dalam kitab Elemen,
menyediakan kerangka berpikir untuk menggeneralisasi formula matematika di luar solusi khusus
dari suatu permasalahan tertentu ke dalam sistem yang lebih umum untuk menyatakan dan
memecahkan persamaan, yaitu kerangka berpikir logika Deduksi.
Seperti telah disinggung di atas istilah ‘Aljabar’ berasal dari kata arab "al-jabr" yang berasal dari
kitab ‘Al-Kitab al-Jabr wa-l-Muqabala’ (yang berarti "The Compendious Book on Calculation by
Completion and Balancing"), yang ditulis oleh Matematikawan Persia Muhammad ibn Musa al-
Kwarizmi. Kata ‘Al-Jabr’ sendiri sebenarnya berarti penggabungan (reunion). Matematikawan
Yunani di jaman Hellenisme, Diophantus, secara tradisional telah mengenal konsep konsep
aljabar, dan dikenal sebagai ‘Bapak Aljabar’, hanya saja mereka tidak menggunakan istilah
tersebut untuk teori yang mereka miliki. walaupun sampai sekarang masih diperdebatkan siapa
sebenarnya yang berhak atas sebutan tersebut Al-Khwarizmi atau Diophantus?. Mereka yang
mendukung Al-Khwarizmi menunjukkan fakta bahwa hasil karyanya pada prinsip reduksi masih
digunakan sampai sekarang ini dan ia juga memberikan penjelasan yang rinci mengenai
pemecahan persamaan kuadratik. Sedangkan mereka yang mendukung Diophantus menunjukkan
Aljabar ditemukan dalam Al-Jabr adalah masih sangat elementer dibandingkan Aljabar yang
ditemukan dalam ‘Arithmetica’, karya Diophantus. Matematikawan Persia yang lain, Omar
Khayyam, membangun Aljabar Geometri dan menemukan bentuk umum geometri dari persamaan
kubik. Matematikawan India Mahavira dan Bhaskara, serta Matematikawan Cina, Zhu Shijie,
berhasil memecahkan berbagai macam persamaan kubik, kuartik, kuintik dan polinom tingkat
tinggi lainnya.

SEJARAH ALJABAR

Sekitar tahun 300 S.M seorang sarjana Yunani kuno Euclid menulis buku yang
berjudul "Elements". Dalam buku itu ia mencantumkan beberapa rumus aljabar yang benar untuk
semua bilangan yang ia kembangkan dengan mempelajari bentuk-bentuk geometris. Perlu
diketahui, orang-orang Yunani kuno menuliskan permasalahan-permasalahan secara lengkap jika
mareka tidak dapat memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut dengan menggunakan
geometri. Metode inilah yang kemudian menjadikan kemampuan mereka untuk memecahkan
permasalahan – permasalahan yang mendetail menjadi terbatasi.

Seiring dengan perkembangan zaman, Pada abad ke-3, Diophantus of Alexandria (250 M) menulis
sebuah buku berjudul Aritmetika, dimana ia menggunakan simbol-simbol untuk bilangan-bilangan
yang tidak diketahui dan untuk operasi-operasi seperti penambahan dan pengurangan. Sistemnya
tidak sepenuhnya dalam bentuk simbol, tetapi berada diantara sistem Euclid dan apa yang
digunakan sekarang ini.

Ketika Agama Islam mulai mucul abad ke 6 masehi, Peperangan atas nama agama untuk
menundukkan daerah daerah Yahudi, Daerah Khatolik dan daerah tempat para umat Nasrani
tinggal mulai gencar dilakukan oleh para pengikut muhammad. Sehingga pada tahun 641 M,
bangsa Arab berhasil menguasai Alexandria dan menutup sekolah Yunani kuno terakhir. Namun
ide-ide bangsa Yunani tetap dipertahankan bahkan dikembangkan, dan kemudian dibawa ke Eropa
Barat setelah menduduki Spanyol pada tahun 747 M.

Bangsa arab yang sebelumnya belum pernah mendapatkan harta berupa Ilmu yang berlimpah di
daerah jajahan, kemudian mulailah Bangsa Arab pertama kali mempertemukan ilmu yang berupa
ide tersebut. Ketika mereka bertemu dengan dokter-dokter Yunani yang bekerja di kota-kota Arab..
Dua orang sarjana yang terkenal itu adalahBrahmagupta (598 - 660) dan Arya-Bhata (475 -
550). Brahmagupta adalah seorang astronom yang banyak menemukan ciri-ciri untuk luas dan
volume benda padat. Sedangkan Arya-Bhata adalah seorang ilmuwan yang menciptakan tabel
sinus (rasio-rasio istimewa) dan mengembangkan sebuah bentuk aljabar sinkopasi seperti sistem
yang dibuat Diophantus.
Lambat laun bangsa Arab mulai mengenal teori yang dimiliki negara jajahan tersebut. Kemudian
munculah tokoh yang sekarang ini dianggap sebagai penemu teor Aljabar, dialah Al-
Khawarizmi , seorang muslim keturunan Usbekistan dan lahir pada tahun 780 masehi atau 194
Hijriah menurut kalender islam. Dibidang pendidikan, telah dibuktikan bahwa ialah seorang tokoh
Islam yang berpengetahuan luas. Pengetahuan dan kemahiran al-Khawarizmi bukan hanya
meliputi bidang syariat tetapi juga dalam bidang falsafah, logika, aritmetik, geometri, musik,
sastra, sejarah Islam dan ilmu kimia. Keahlian dirinya pada ilmu matematika telah membawa
dirinya menciptakan pemakaian Secans dan Tangens dalam penyelidikan trigonometri dan
astronomi. Dalam usia muda ia telah bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, daerah
Bayt al-Hikmah di Baghdad. al-Khawarizmi bekerja dalam sebuah observatory atau tempat ilmu
matematik dan astronomi yang ia gali lebih dalam. Al-Khawarizmi juga dipercayai memimpin
perpustakaan khalifah. Sumbangsih terbesar al-Khawarizmi adalah karyanya yang terangkum
dalam buku bukunya yang berjudul sebagai berikut. Al-Jabr wa’l Muqabalah : Penciptaan
pemakaian secans dan tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi. Hisab al-Jabr wa
al-Muqabalah : Sebuah buku yang merangkum pemecahan dari permasalan masalah matematika
yang sebagian telah dikemukakan bangsa Babilonia kuno. Dan Kebenarannya diakui oleh al-
Khawarizmi .

Sistem Nombor : Beliau telah memperkenalkan konsep sifat dan ia penting dalam sistem nombor
pada zaman sekarang.

Antara cabang yang diperkanalkan oleh al-Khawarizmi seperti geometri, algebra, aritmetik dan
lain-lain. Geometri merupakan cabang kedua dalam matematik yang dijabarkan oleh al-
Khawarizmi lebih lanjut. Isi kandungan yang diperbincangkan dalam cabang kedua ini ialah asal-
usul geometri yang mengacu pada Kitab al-Ustugusat[The Elements] hasil karya Euclid . Dari segi
ilmu yang dimiliki geometri adalah ilmu yang mengkaji hal yang berhubung dengan magnitud dan
sifat-sifat ruang. Ilmu Geometri inipada awalnya dipelajari sejak zaman firaun [2000SM].
Kemudian Thales Miletus memperkenalkan geometri Mesir kepada Grik sebagai satu sains
dedukasi dalam kurun ke 6 SM. Seterusnya sarjana Islam seperti al-Khawarizmi telah menekuni
kaedah sains dedukasi ini lebih jauh, terutamanya pada abad ke9M. Algebra/aljabar merupakan
nadi untuk matematik algebra.

Peristiwa lain yang penting adalah perkembangan lebih lanjut dari aljabar, terjadi pada
pertengahan abad ke-16. Ide tentang determinan yang dikembangkan oleh Matematikawan Jepang
Kowa Seki di abad 17, diikuti oleh Gottfried Leibniz sepuluh tahun kemudian, dengan tujuan untuk
memecahkan Sistem Persamaan Linier secara simultan dengan menggunakan Matriks. Gabriel
Cramer juga menyumbangkan hasil karyanya tentang Matriks dan Determinan di abad ke-18.
Aljabar Abstrak dikembangkan pada abad ke-19, mula-mula berfokus pada teori Galois dan pada
masalah keterkonstruksian (constructibility).

Tahap-tahap perkembangan Aljabar simbolik secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Aljabar Retorik (Rhetorical algebra), yang dikembangkan oleh bangsa Babilonia dan masih
mendominasi sampai dengan abad ke-16;
2. Aljabar yang dikontruksi secara Geometri, yang dikembangkan oleh Matematikawan
Vedic India dan Yunani Kuno;
3. Syncopated algebra, yang dikembangkan oleh Diophantus dan dalam ‘the Bakhshali
Manuscript’; dan
4. Aljabar simbolik (Symbolic algebra), yang titik puncaknya adalah pada karya Leibniz.

Sejarah Fungsi
Galileo mulai memahami konsep itu dengan lebih jelas. Studinya tentang gerak mengandung
pemahaman yang jelas tentang hubungan antar variabel. Sekali lagi bagian lain dari matematika
menunjukkan bagaimana dia mulai memahami konsep pemetaan antara set. Pada 1638 ia
mempelajari masalah dua lingkaran konsentris dengan pusat O , lingkaran A yang lebih besar
dengan diameter dua kali lebih kecil dari B yang lebih kecil. Rumus akrab memberikan
keliling A menjadi dua kali dari B. Tetapi mengambil titik P pada lingkaran A ,
maka PA memotong lingkaran B dalam satu titik. Jadi Galileo telah membangun fungsi pemetaan
setiap titik A ke titik B. Demikian pula jika Q adalah titik pada B maka OQ menghasilkan
lingkaran pemotongan A tepat satu titik. Sekali lagi dia memiliki fungsi, kali ini dari titik B ke
titik A. Meskipun keliling A adalah dua kali panjang keliling B, mereka memiliki jumlah poin
yang sama. Dia juga menghasilkan korespondensi satu-ke-satu standar antara bilangan bulat
positif dan kotak mereka yang (dalam istilah modern) memberikan bijian antara N dan subset yang
tepat.
Pada waktu yang hampir bersamaan ketika Galileo muncul dengan ide-ide ini, Descartes
memperkenalkan aljabar ke dalam geometri di La Géométrie. Dia mengatakan bahwa kurva dapat
ditarik dengan membiarkan garis mengambil berturut-turut jumlah yang tak terbatas dari nilai yang
berbeda. Ini lagi-lagi membawa konsep fungsi ke dalam konstruksi kurva, karena Descartes
berpikir dalam hal besarnya ekspresi aljabar yang mengambil nilai tak terhingga sebagai suatu
besaran dari mana ekspresi aljabar tersusun mengambil tak terhingga nilai.
Mari kita berhenti sejenak sebelum mencapai penggunaan kata "fungsi" pertama. Adalah penting
untuk memahami bahwa konsep tersebut berkembang dari waktu ke waktu, mengubah maknanya
serta didefinisikan lebih tepat ketika dekade berlalu. Kami telah menyarankan bahwa tabel nilai,
meskipun mendefinisikan fungsi, tidak perlu dipikirkan oleh pembuat tabel sebagai
fungsi. Penggunaan awal dari kata "fungsi" memang merangkum ide-ide dari konsep modern
tetapi dengan cara yang jauh lebih ketat.
Seperti banyak istilah matematika, fungsi kata pertama kali digunakan dengan makna non-
matematika yang biasanya. Leibniz menulis pada bulan Agustus 1673 tentang: -
... jenis-jenis garis lain yang, dalam gambaran tertentu, melakukan beberapa fungsi.
Johann Bernoulli, dalam sebuah surat kepada Leibniz yang ditulis pada 2 September 1694,
menggambarkan fungsi sebagai: -
... kuantitas entah bagaimana terbentuk dari jumlah tak tentu dan konstan.
Dalam sebuah makalah pada 1698 pada masalah isoperimetrik Johann Bernoulli menulis tentang
"fungsi ordinat" (lihat [32]). Leibniz menulis kepada Bernoulli mengatakan: -
... Saya senang Anda menggunakan fungsi jangka dalam pengertian saya.
Itu adalah konsep yang pengenalan waktunya sangat tepat sejauh yang diperhatikan Johann
Bernoulli karena dia melihat masalah dalam kalkulus variasi di mana fungsi muncul sebagai
solusi. Lihat [28] untuk informasi lebih lanjut tentang bagaimana penulis menganggap kalkulus
variasi menjadi teori matematika yang berkembang paling erat sehubungan dengan konsep fungsi.
Seseorang dapat mengatakan bahwa pada tahun 1748 konsep fungsi menjadi terkenal dalam
matematika. Hal ini disebabkan oleh Euler yang menerbitkan Introductio di analysin
infinitorum pada tahun itu di mana ia menjadikan konsep fungsi sebagai pusat penyajian
analisisnya. Euler mendefinisikan fungsi dalam buku sebagai berikut: -
Fungsi dari kuantitas variabel adalah ekspresi analitik yang disusun dengan cara apa pun dari
kuantitas dan angka variabel atau jumlah yang konstan.
Ini semua sangat baik tetapi Euler tidak memberikan definisi "ekspresi analitik" melainkan ia
menganggap bahwa pembaca akan memahaminya berarti ekspresi yang terbentuk dari operasi
biasa penambahan, perkalian, kekuatan, akar, dll. Dia membagi fungsinya ke dalam berbagai jenis
seperti aljabar dan transendental. Jenisnya tergantung pada sifat ekspresi analitik, misalnya fungsi
transendental tidak aljabar seperti: -
... eksponensial, logaritma, dan lain-lain yang kalkulus integral memasok dalam kelimpahan.
Euler memungkinkan operasi aljabar dalam ekspresi analitiknya untuk digunakan berkali-kali,
menghasilkan deret tak berhingga, produk tak terbatas, dan fraksi lanjutan tak terbatas. Dia
kemudian menunjukkan bahwa fungsi transendental harus dipelajari dengan mengembangkannya
dalam rangkaian kekuatan. Dia tidak mengklaim bahwa semua fungsi transendental dapat
diperluas dalam hal ini tetapi mengatakan bahwa seseorang harus membuktikannya dalam setiap
kasus tertentu. Namun ada kesulitan dalam pekerjaan Euler yang mengarah pada kebingungan,
karena ia gagal membedakan antara fungsi dan perwakilannya. Namun Introductio di analysin
infinitorum adalah untuk mengubah cara berpikir matematikawan tentang konsep-konsep
akrab. Jahnke menulis [2]: -
Sampai Euler jumlah trigonometri sinus, kosinus, singgung dll, dianggap sebagai garis yang
terhubung dengan lingkaran daripada fungsi. ... Euler yang memperkenalkan sudut pandang
fungsional.
Konsep fungsi telah menyebabkan Euler membuat banyak penemuan penting sebelum dia
menulis Introductio di analysin infinitorum. Sebagai contoh, ia telah mengarahkannya untuk
mendefinisikan fungsi gamma dan untuk memecahkan masalah yang telah mengalahkan ahli
matematika untuk beberapa waktu, yaitu menjumlahkan seri
1/1 2 + 1/2 2 + 1/3 2 + 1/4 2 + ...
Dia menunjukkan bahwa jumlahnya π 2/6, menerbitkan hasilnya pada 1740.
Mari kita kembali ke isi Introductio di analysin infinitorum. Di dalamnya Euler memperkenalkan
fungsi kontinu, terputus-putus dan campuran, tetapi karena dua konsep pertama memiliki makna
modern yang berbeda, kita akan memilih untuk memanggil versi Euler E- kontinu dan E- kontinyu
untuk menghindari kebingungan. Sebuah fungsi E- kontinu adalah salah satu yang diekspresikan
oleh ekspresi analitik tunggal, fungsi campuran diekspresikan dalam dua atau lebih ekspresi
analitik, dan fungsi E- inkontinultan termasuk fungsi campuran tetapi merupakan konsep yang
lebih umum. Euler tidak secara jelas menunjukkan apa yang ia maksud dengan fungsi E- continous
meskipun jelas bahwa Euler menganggapnya sebagai fungsi yang lebih umum daripada
campuran. Dia kemudian mendefinisikan mereka sebagai fungsi-fungsi yang memiliki kurva yang
dipegang secara sewenang-wenang sebagai grafik mereka (agak membingungkan secara
essentailly apa yang kita sebut fungsi kontinu hari ini).
Pada 1746 d'Alembert menerbitkan solusi untuk masalah string yang diregangkan. Solusinya,
tentu saja, tergantung pada bentuk awal string dan d'Alembert bersikeras dalam solusinya bahwa
fungsi yang menggambarkan kecepatan awal dari setiap titik string harus E- kontinu, yang
diungkapkan oleh satu ekspresi analitik. Euler menerbitkan sebuah makalah pada 1749 yang
keberatan dengan pembatasan ini yang diberlakukan oleh d'Alembert, mengklaim bahwa untuk
alasan fisik lebih banyak ekspresi umum untuk bentuk awal string harus diizinkan. Youschkevitch
menulis [32]: -
d'Alembert tidak setuju dengan Euler. Dengan demikian mulai kontroversi panjang tentang sifat
fungsi yang akan diizinkan dalam kondisi awal dan dalam integral persamaan diferensial parsial,
yang terus muncul dalam jumlah yang semakin meningkat dalam teori elastisitas, hidrodinamika,
aerodinamis, dan geometri diferensial.
Pada 1755 Euler menerbitkan buku lain yang sangat berpengaruh, yaitu Institutiones calculi
differentialis. Dalam buku ini ia mendefinisikan fungsi dengan cara yang sepenuhnya umum,
memberikan apa yang mungkin kita katakan adalah definisi fungsi yang benar-benar modern: -
Jika beberapa jumlah sangat bergantung pada jumlah lain yang jika yang terakhir diubah, yang
sebelumnya mengalami perubahan, maka jumlah yang disebut sebelumnya disebut fungsi yang
terakhir. Definisi ini berlaku agak luas dan mencakup semua cara di mana satu kuantitas dapat
ditentukan oleh yang lain. Jika, oleh karena itu, x menunjukkan kuantitas variabel, maka semua
kuantitas yang bergantung pada x dengan cara apa pun, atau ditentukan olehnya, disebut fungsi
x.
Ini mungkin merupakan terobosan besar tetapi setelah memberikan definisi yang luas ini, Euler
kemudian mengabdikan buku itu pada pengembangan kalkulus diferensial hanya dengan
menggunakan fungsi analitik. Masalah pertama dengan definisi jenis fungsi Euler ditunjukkan
pada 1780 ketika ditunjukkan bahwa fungsi campuran, yang diberikan oleh formula yang berbeda,
kadang-kadang dapat diberikan oleh satu rumus. Contoh paling jelas dari fungsi seperti itu
diberikan oleh Cauchy pada tahun 1844 ketika ia mencatat bahwa fungsinya
y = x untuk x ≥ 0, y = - x untuk x <0
dapat dinyatakan dengan rumus tunggal y = √ ( x 2 ). Maka membagi fungsi menjadi E- kontinyu
atau campuran tidak ada artinya. Namun, keberatan yang lebih serius datang melalui karya Fourier
yang menyatakan pada tahun 1805 bahwa Euler salah. Fourier menunjukkan bahwa beberapa
fungsi terputus dapat diwakili oleh apa yang hari ini kita sebut deret Fourier. Perbedaan antara
fungsi E- kontinyu dan E- kontinyu, oleh karena itu, tidak ada. Karya Fourier tidak segera diterima
dan matematikawan terkemuka seperti Lagrange tidak menerima hasilnya pada tahap ini. Luzin
menunjukkan dalam [17] dan [18] bahwa kebingungan mengenai fungsi-fungsi adalah karena
kurangnya pemahaman tentang perbedaan antara "fungsi" dan "perwakilan" nya, misalnya sebagai
serangkaian sinus dan kosinus. Karya Fourier akhirnya akan mengarah pada klarifikasi konsep
fungsi ketika pada tahun 1829 Dirichlet membuktikan hasil mengenai konvergensi deret Fourier,
sehingga memperjelas perbedaan antara fungsi dan perwakilannya.
Matematikawan lain memberikan versi mereka sendiri tentang definisi fungsi. Condorcet
tampaknya telah menjadi orang pertama yang mengambil definisi umum Euler tentang 1755, lihat
[31] untuk detailnya. Pada tahun 1778, dua bagian pertama dari Condorcet memaksudkan lima
bagian kerja Traité du calcul integral dikirim ke Akademi Paris. Itu tidak pernah diterbitkan tetapi
dilihat oleh banyak matematikawan Perancis terkemuka. Dalam karya ini Condorcet membedakan
tiga jenis fungsi: fungsi eksplisit, fungsi implisit yang diberikan hanya oleh persamaan yang belum
terpecahkan, dan fungsi yang ditentukan dari pertimbangan fisik seperti menjadi solusi untuk
persamaan diffferential.
Lacroix, yang telah membaca karya Condorcet yang belum selesai, menulis pada 1797: -
Setiap kuantitas yang nilainya bergantung pada satu atau lebih kuantitas lainnya disebut fungsi
dari yang terakhir ini, apakah seseorang mengetahui atau tidak mengetahui operasi apa yang
perlu digunakan untuk tiba dari yang terakhir ke yang pertama.
Cauchy, pada tahun 1821, muncul dengan suatu definisi yang membuat ketergantungan antara
variabel-variabel pusat dengan konsep fungsi. Dia menulis di Cours d'anlyse: -
Jika jumlah variabel begitu bergabung di antara mereka itu sendiri, nilai salah satu dari ini
diberikan, seseorang dapat menyimpulkan nilai-nilai semua yang lain, yang satu biasanya
menganggap kuantitas yang beragam ini diekspresikan melalui salah satu dari mereka, yang
kemudian mengambil nama independen. variabel; dan kuantitas lain yang diekspresikan dengan
menggunakan variabel independen adalah variabel yang dipanggil fungsi dari variabel ini.
Perhatikan bahwa meskipun definisi Cauchy bersifat umum, yang dirancang untuk mencakup
kasus fungsi eksplisit dan implisit, ia masih memikirkan fungsi dalam hal rumus. Bahkan dia
membuat perbedaan antara fungsi eksplisit dan implisit segera setelah memberikan definisi ini. Dia
juga memperkenalkan konsep yang menunjukkan bahwa dia masih berpikir dalam hal ekspresi
analitik.
Fourier, di Théorie analytique de la Chaleur pada tahun 1822, memberikan definisi berikut: -
Secara umum, fungsi f ( x ) merepresentasikan suatu suksesi nilai atau ordinat yang masing-
masing bersifat arbitrer. Nilai tak terhingga yang diberikan pada absis x, ada jumlah yang sama
dari ordinat f ( x ) . Semua memiliki nilai numerik yang sebenarnya, baik positif atau negatif atau
nul. Kami tidak menganggap ordinat ini tunduk pada hukum umum; mereka berhasil satu sama
lain dengan cara apa pun, dan masing-masing diberikan sebagai kuantitas tunggal.
Jelas bahwa Fourier telah memberikan definisi yang sengaja menjauh dari ekspresi
analitik. Namun, meskipun ini, ketika ia mulai membuktikan teorema tentang mengekspresikan
fungsi yang sewenang-wenang sebagai deret Fourier, ia menggunakan fakta bahwa fungsi
sewenang-wenangnya terus menerus dalam pengertian modern!
Dirichlet, pada tahun 1837, menerima definisi Fourier tentang suatu fungsi dan segera setelah
memberikan definisi ini ia mendefinisikan fungsi kontinyu (menggunakan kontinu dalam
pengertian modern).Dirichlet juga memberikan contoh fungsi didefinisikan pada interval [0, 1]
yang terputus pada setiap titik, yaitu f (x) yang didefinisikan menjadi 0 jika x rasional dan 1
jika x tidak rasional.
Pada tahun 1838 Lobachevsky memberikan definisi fungsi umum yang masih mengharuskannya
untuk terus menerus: -
Fungsi x adalah angka yang diberikan untuk setiap x dan yang berubah secara bertahap bersama
dengan x. Nilai fungsi dapat diberikan baik oleh ekspresi analitik atau dengan kondisi yang
menawarkan sarana untuk menguji semua angka dan memilih satu dari mereka, atau akhirnya
ketergantungan mungkin ada tetapi tetap tidak diketahui.
Tentu saja fungsi dibelenggu di mana-mana Dirichlet tidak akan menjadi fungsi di bawah definisi
Lobachevsky. Hankel, pada 1870, menyesalkan kebingungan yang masih berkuasa dalam konsep
fungsi: -

Satu orang mendefinisikan fungsi dasarnya dalam pengertian Euler, yang lain mengharuskan y
harus berubah dengan x menurut hukum, tanpa memberikan penjelasan tentang konsep yang tidak
jelas ini, yang ketiga mendefinisikannya dengan cara Dirichlet, yang keempat tidak
mendefinisikannya sama sekali. Namun, semua orang menyimpulkan dari kesimpulan konsepnya
yang tidak terkandung di dalamnya.
Sekitar waktu ini banyak fungsi patologis yang dibangun. Cauchy memberikan contoh awal ketika
ia mencatat bahwa f ( x ) = exp (-1 / x 2 ) untuk x ≠ 0, f (0) = 0, adalah fungsi kontinu yang memiliki
semua turunannya pada 0 sama dengan 0. Ini Oleh karena itu memiliki seri Taylor yang menyatu
di mana-mana tetapi hanya sama dengan fungsi di 0. Pada 1876 Paul du Bois-Reymond membuat
perbedaan antara fungsi dan representasi bahkan lebih jelas ketika ia membangun fungsi kontinyu
yang deret Fourier menyimpang pada suatu titik. Baris ini diambil lebih lanjut pada tahun 1885
ketika Weierstrass menunjukkan bahwa setiap fungsi kontinyu adalah batas dari urutan polinomial
seragam yang konvergen. Sebelumnya, pada tahun 1872, Weierstrass telah mengirimkan sebuah
makalah kepada Akademi Sains Berlin yang memberikan contoh fungsi berkelanjutan yang tidak
dapat terdiferensiasi. Lützen menulis di [2]: -
Fungsi Weierstrass bertentangan dengan perasaan intuitif yang dipegang oleh sebagian besar
orang sezamannya dengan efek bahwa fungsi kontinyu dapat terdiferensiasi kecuali pada "titik-
titik khusus". itu menciptakan sensasi dan, menurut Hankel, tidak percaya ketika du Bois-Reymond
mempublikasikannya pada 1875 .
Poincaré tidak senang dengan arah yang didefinisikan oleh definisi fungsi. Dia menulis pada 1899:
-
Selama setengah abad kita telah melihat banyak fungsi aneh yang tampaknya dipaksa menyerupai
sesedikit mungkin fungsi-fungsi jujur yang melayani beberapa tujuan. ... Sebelumnya, ketika
sebuah fungsi baru ditemukan, itu adalah pandangan dari beberapa tujuan praktis. Hari ini
mereka diciptakan dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa alasan leluhur kita salah, dan kita
tidak akan pernah mendapatkan sesuatu yang lebih dari itu. Jika logika adalah satu-satunya
panduan guru, dia harus memulai dengan yang paling umum, artinya, fungsi yang paling aneh.
Di mana definisi yang lebih modern mengambil konsep? Goursat, pada tahun 1923, memberikan
definisi yang akan muncul di sebagian besar buku pelajaran hari ini: -

Satu mengatakan bahwa y adalah fungsi dari x jika ke nilai x sesuai nilai y. Satu menunjukkan
korespondensi ini dengan persamaan y = f ( x ) .
Hanya dalam kasus ini tidak cukup tepat dan melibatkan konsep-konsep yang tidak jelas seperti
'nilai' dan 'sesuai', lihat definisi yang diberikan oleh Patrick Suppes pada tahun 1960: -

Definisi . A adalah suatu relasi ( x) (x∈A ( y) ( z ) ( x = ( y , z )) . Kami


menulis y A z jika ( y , z ) ∈ A.
Definisi . f adalah suatu fungsi f adalah relasi dan ( x) ( y) ( z)
( x f y dan x f z y=z).

Artikel oleh: JJ O'Connor dan EF Robertson

Oktober 2005
MacTutor Sejarah Matematika
[http://www-history.mcs.st-andrews.ac.uk/HistTopics/Functions.html]

You might also like